Anda di halaman 1dari 14

BAB I

1.1 DESKRIPSI ORGANISASI


A. PROFIL SD NEGERI 1 BATURAJA
1. NAMA SEKOLAH : SD NEGERI BATURAJA
2. N S S : 101 120 403 006
3. NPSN : 10803810
4. ALAMAT SEKOLAH : Jl.Lintas Barat Pekon Baturaja
5. STATUS SEKOLAH : NEGERI
6. TAHUN BERDIRI : 1984/1985
7. PENERBIT SK PENDIRI :
8. NOMOR SK PENDIRIAN :
9. STATUS TANAH : MILIK SENDIRI
10. LUAS TANAH : 2.235 M2
11. STATUS BANGUNAN : MILIK SEKOLAH
12. LUAS SELURUH BANGUNAN : 672 M₂
13. LOKASI SEKOLAH : PEDESAAN
14. JARAK KE PUSAT KECAMATAN : 10 Km
15. NAMA KEPALA SEKOLAH : RUSLAN. S.Pd

B. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi SD Negeri 1 Baturaja dapat dilihat pada bagan berikut :

1
KEPALA SEKOLAH
Ruslan, S. Pd

LPJ
Yusna S.Pd
LPJ LPJ
Haira S.Pd Aznawani S.Pd

Operator
Jeki Fernando S.PD

DEWAN
GURU

SISWA

2
C. VISI DAN MISI SD NEGERI 1 BATURAJA
VISI:
Mewujudkan SDN 1 Baturaja sebagai Pendidikan yang berkualitas, cerdas,
beriman dan berbudaya, dengan lingkungan yang sehat,terawat melalui
pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien.
MISI:
1. Menyiapkan SDM yang aktif,kreatif,inovatif, sesuai dengan perkembangan
zaman.
2. Mewujudkan standar pendidikan dan tenaga kependidikan sesuai standar
kualisifikasi pemdidik dan tenaga kependidikan
3. Menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang bersih, indah, nyaman dan
kondusif serta menerapkan pembelajaran PAKEM.
4. Meningkatkan daya dukung sarana dan prasarana secara berkelanjutan.
5. Mengembangkan bakat, minat dan potensi siswa secara maksimal melalui
kegiatan ektrakurikuler sesuai karakteristik daerah.
6. Mengembangkan dan membiasakan prilaku disiplin warga sekolah.
7. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU AGAMA ISLAM AHLI PERTAMA


1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa
untuk melakukan kegiatan belajar,
2. Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam
proses belajar,
3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang
menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar,
4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan
masyarakat,
5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswanya
agar berprilaku yang baik,
6. Sebagai evaluator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar
siswa,
7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan
kepada masyarakat,

3
8. Sebagai motivator, yang meningkatkan kegairahan dan pengembangan
kegiatan belajar siswa.
9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik dan masyarakat,
10. Sebagai Penilaian atau evalusi, merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang
hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian.
11. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada
Allah SWT yang ditanamkan dalam lingkup pendidikan keluarga.
12. Pengajaran, yaitu unutuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang
fungsional.
13. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat ber-sosialisasi dengan
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
14. Pembiasaan, yaitu melatih siswa untuk selalu mengamalkan ajaran Islam,
menjalankan ibadah dan berbuat baik.

1.2 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN ISU


Bagi murid-murid tamatan sekolah dasar yang akan melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama diharapkan sudah mampu membaca dan menulis huruf Al
Qur’an sehingga tidak menyulitkan bagi guru agama yang mengajar pada tingkat
tersebut demikian pula pada tingkat selanjutnya. Berdasarkan kurikulum Sekolah
Dasar (SD) tahun 1975 yang telah dibakukan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 17 Januari 1975 No. 008C/U/1975 dan
Keputusan Menteri Agama tanggal 31 Oktober 1974 pada bidang studi pendidikan
agama Islam terdapat tujuan instruksional umum antara lain ditetapkan bahwa
murid lulusan sekolah dasar harus mampu membaca Al Qur’an dengan baik.
Namun kenyataannya tidak seperti yang penulis harapkan ternyata pembelajaran
membaca dan menulis huruf Al Qur’an tingkat sekolah dasar ini kurang menarik
dan para siswa mengalami kesulitan, maka dengan demikian pembelajaran ini
kurang berhasil. Kenyataannya, pada proses kegiatan belajar mengajar di SD
Negeri 1 Baturaja masih ditemukan banyak siswa belum mampu membaca Al-
Qur’an sesuai dengan yang diinginkan dalam RPP. Sebagai objek penelitian ini
4
adalah kelas IV ditemukan juga permasalahan itu, dari kesulurahan jumlah siswa
kelas IV yang berjumlah 17 orang hanya 7 orang yang mampu membaca lancar
dan memenuhi KKM, sementara 10 orang lainnya masih teratih-atih dalam
membaca, bahkan ada 2 anak yang hanya mampu membaca huruf-huruf hijaiyah
saja.
Tabel. 2 Daftar Nilai Surat Al- Falaq

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Kelas IV SD Negeri 1 Baturaja Kec. Pesisir Utara Kab. Pesisir Barat

No. Jenis Nilai KKM Ket.


Nama
Kelamin
1 Agilya Patwa Budiman L 74 70 Tuntas
2 Aurilia Sapitri P 60 70 Tidak Tuntas
3 Arwinsyah L 60 70 Tuntas
4 Dava Putra Rahman L 75 70 Tidak tuntas
5 Dea Ramadam P 60 70 Tidak Tuntas
6 Defran Dwi Putra L 78 70 Tidak tuntas
7 Elsa Amelia P 63 70 Tidak tuntas
8 Hendri Hafisdo L 75 70 Tidak tuntas
9 Indah Fitri Yani P 63 70 Tidak Tuntas
10 Intan Rahmaddina P 70 70 Tuntas
11 Keyla Alifa P 73 70 Tuntas
12 Marico Putra Pratama L 62 70 Tidak Tuntas
13 Reca Nadia Putri P 70 70 Tuntas
14 Resti Novita P 60 70 Tidak tuntas
15 Selvia Adila P 60 70 Tidak tuntas
16 Winda Rahma Putri P 60 70 Tuntas
17 Yola Saputri P 63 70 Tidak Tuntas
Nilai Rata-rata 66
% Siswa yang tuntas 41,17%
% siswa tdk tuntas 58,83%

Berdasarkan deskripsi isu di atas, maka perlu dipilih isu yang prioritas yang
akan diselesaikan dalam pelaksanaan aktualisasi. Adapun alat ukur yang
digunakan adalah Matriks USG. Kepner dan Tragoe (1981) menyatakan
pentingnya suatu masalah dibandingkan masalah lainnnya dapar dilihat dari tiga
aspek berikut:
a. Bagaimana gawatnya masalah dilihat dari pengaruhnya sekarang ini terhadap
produktivitas, orang, dan atau sumber dana dan daya?
b. Bagaimana mendesaknya dilihat dari waktu yang tersedia?

5
c. Bagaimana perkiraan yang terbaik mengenai kemungkinan berkembangnya
masalah?
Pada penggunaan Matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang
prioritas, terdapat tiga factor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga factor tersebut
adalah urgency, seriousness, dan growth.
Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.
Seriousness berkaitan dengan dampak adanya masalah tersebut dari adanya
masalah tersebut terhadap organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan
kerugian bagi organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan
jiwa manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah
tersebut terhadap organisasi maka semakin serius masalah tersebut.
Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu masalah
yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi permasalahan
tersebut.
Penilaian terhadap isu dengan Matriks USG sangat ditentukan oleh
subjektivitas pendapat ahli, sehingga untuk mengurangi subjektivitas dalam
menentukan masalah prioritas maka perlu menetapkan criteria untuk masing-
masing USG tersebut.Umumnya digunakan skor skala dengan skala
tertentu.Misalnya penggunaan skor skala 1-5 disebut skala Likkert. Semakin tinggi
tingkat urgensi, serius atau pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi
skor untuk masing-masing isu tersebut.

Tabel 1.1 Analisis Identifikasi Isu Menggunakan Teknik USG


Score
No Identifikasi Isu TOTAL RANGKING
U S G
1 Kurangnya kemampuan
membaca Al-Qur’an siswa kelas 5 5 4 14 1
IV di SD Negeri 1 Baturaja
2 Kurangnya motivasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran 4 3 4 11 2
PAI di SD Negeri 1 Baturaja
3 Kurangnya kedisiplinan siswa
dalam mengikuti pelajaran di 3 3 4 10 3
SD Negeri 1 Baturaja

6
Keterangan Urgency Keterangan Seriousness Keterangan Growth
5: Sangat Mendesak 5: Sangat Serius 5: Sangat Berdampak Luas
4: Mendesak 4: Serius 4: Berdampak Luas
3: Cukup Mendesak 3: Cukup Serius 3: Cukup Berdampak
2: Tidak Mendesak 2: Tidak Serius 2: Tidak Berdampak
1: Sangat Tidak Mendesak 1: Sangat Tidak Serius 1: Sangat Tidak Berdampak

Berdasarkan hasil analisis isu menggunakan teknik USG maka isu yang
ditetapkan adalah rendahnya hasil belajar peserta didik yang mencapai kkm pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka dibentuklah gagasan-gagasan dalam pemecahan masalahnya.
Adapun kegiatan-kegiatan pemecahan isu adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan rancangan Kegiatan
2. Menyusun Perangkat Pembelajaran
3. Membuat Media Pembelajaran
4. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran
5. Melakukan Evaluasi Pembelajaran
6. Menganalisis Hasil Evaluasi Pembelajaran

1.3 ARGUMENTASI TERHADAP ISU


Berdasarkan pengamatan, kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran Al
Qur’an tersebut lebih disebabkan oleh faktor guru dalam menggunakan metode
yang kurang tepat, dalam hal ini guru masih menggunakan metode tradisional. Hal
diatas menjadi dorongan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian ini. Dengan
demikian penelitian ini merupakan upaya untuk mengatasi kesulitan dan
ketidakberhasilan dalam pembelajaran membaca dan menulis huruf Al Qur’an
yaitu dengan cara melalui metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), dengan cara
pengenalan dan pengamatan keseluruan (structural) secara sepintas. Kemudian
pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagian-bagian kemudian
pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat memahami.
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) diprogramkan pemerintah RI mulai
tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah
menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya disediakan untuk
belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas lagi
Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam

7
proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan
operasional dengan urutan: Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik
melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada
bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan,
unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia
mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1) mengembangkan
potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu
masalah. Landasan psikologisnya: bahwa pengamatan pertama bersifat global
(totalitas) dan bahwa anak usia sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS:
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian Bagian pertama Membaca
permulaan tanpa buku Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai
kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Dalam pembelajaran membaca Al Qur’an di kelas IV penerapan metode SAS
dilaksanakan dengan menunjukkan siswa pada ayat yang utuh, menguraikannya
dan menyambungnya hingga menjadi ayat yang utuh.

1.4 NILAI-NILAI DASAR PROFESI ASN


Nilai-nilai dasar profesi PNS merupakan nilai-nilai dasar yang harus dimiliki
oleh setiap PNS agar mampu melaksnakan tugas dan pernannya secara
professional dan berintegritas. Pada pelaksanaan diklat on campus peserta diklat
mendapatkan materi mengenal pemahaman nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, KOmintmen Mutu, dan Anti Korupsi
(ANEKA). Penjelasan nilai-nilai ANEKA sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
instansi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
8
Akuntabilitas PNS terlihat dalam keadilan dalam pelayanan publik, dan
netralitas PNS.Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai
publik.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah :
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi.
1) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari an mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis.
2) Memperlakukan warga Negara secara sama dan adil dalam
penyelanggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
3) Menunjukan sikap dan prilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintah.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa
indikator dari nilai akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Integritas
b. Transparansi
c. Tanggung jawab
d. Keadilan
e. Kepercayaan
f. Keseimbangan
g. Kejelasan
h. Konsistensi
i. Netralitas
Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat
birokrasi, serta antar pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan
masyarakat.PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan
yang tepat ketika terjadi konfilk kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani warga secara adil dan konsisten dalam menjalankan tugas dan
fungsinya.
2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah kesadaran nasional yang mengandung cita-cita
dan pendorong bagi suatu Bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan maupun
sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat,
9
bangsa, dan negaranya serta sekaligus menghormati dan menghargai bangsa-
bangsa lain.
Prinsip nasionalisme Bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila
yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan
dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan Negara, bangga sebagai Bangsa
Indonesia dan tanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri, mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesame manusia
dan sesame bangsa, menumbuhkan sikap saling mencintai sesame manusia,
dan mengembangkan sikap tenggang rasa. Nilai-nilai dasar Nasionalisme
adalah:
a. Cinta tanah air
b. Tidak diskriminatif
c. Cermat dan disilin
d. Taqwa
e. Gotong royong
f. Demokratis
g. Rela berkorban

3. Etika Publik
Weihrich dan Koontz (2005:46) mendefinisikan etika sebagai “the
dicipline dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation”.
Secara lebih spesifik Collins Cobuild (1990:480) mendefinisikan etika sebagai
“an idea or moral belief that influences the behaviour, attitudes and philosophy
of life of a group of people”. Oleh karena itu, konsep etika sering digunakan
sinonim dengan moral. Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan
hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil.
Dengan demikian etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk,
benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau
benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik
atau apa yang seharusnya dilakukan. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan
publik, yaitu:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
10
b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Alat evaluasi dan modalitas Etika, yang menjembatani antara norma moral
dan tindakan faktual.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujuka pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan tertulis. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara, kode etik dan kode perilaku ASN sebagai
berikut:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepeminpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokrati sebagai
perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Sesungguhnya konsep mutu berkembang seiring dengan berubahnya
paradigma organisasi terkait pemuasan kebutuhan manusia, yang semula lebih
berorientasi pada terpenuhinya jumlah (kuantitas) produk sesuai permintaan,
dan kini, ketika aneka ragam hasil produksi telah membanjiri pasar, maka
kepuasan customers lebih dititik beratkan pada aspek mutu (kualitas) produk.
Mutu sudah menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
11
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi. Banyak definisi mutu yang
dikemukakan oleh para ahli. Goetsch and Davis berpendapat bahwa belum ada
definisi mutu yang dapat diterima secara universal, namun mereka telah
merumuskan pengertian mutu sebagai berikut. “Quality is a dynamic state
associated with products, services, people, processes, and environments that
meets or exceeds expectation.” Menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan
Davis, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen atau pengguna. Komitmen mutu terkait dengan efektivitas, efisiensi,
inovasi, dan mutu. Menurut Yunarsih dan Taufiq terdapat enam pilar komitmen
mutu, yakni:
a. Efektivitas, efisiensi, inovasi, dan mutu;
b. Nilai-nilai dasar orientasi mutu;
c. Pendidikan inovatif dalam penyelenggaraan pemerintahan;
d. Membangun komitmen mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan;
e. Berpikir kreatif; dan
f. Membangun komitmen mutu melalui inovasi.
Prinsip yang terkandung dalam komitmen mutu antara lain efektivitas,
efisiensi, menjaga mutu, dan inovasi. Prinsip tersebut menjadi dasar dalam
melaksanakan kegiatan terkait implementasi nilai komitmen mutu.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi
sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah
karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang
lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.
Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang. Setiap negara mempunyai
undang-undang yang berbeda terkait dengan TINDAK PIDANA KORUPSI.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi yang terdiri dari :
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
12
d. Perbuatan Curang,
e. Penggelapan dalam Jabatan,
f. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
g. Gratifikasi.
Semua jenis tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP
(pasal 1 ayat 1 sub c UU no.3/71)
Indikator-indikator yang dapat mencerminkan anti korupsi, sebagai
berikut:
a. Kejujuran
b. Peduli
c. Mandiri
d. Disiplin
e. Tanggung jawab
f. Kerja keras
g. Sederhana
h. Berani
i. Adil

6. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN
lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya ASN terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai pemerintah dengan perjanjian Kerja (PPPK).

Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang


menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah
serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik. Pegawai ASN berfungsi sebagai :
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayanan publik
c. Perekat pemersatu bangsa
Dengan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik dapat

13
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN, dan akuntabel.
Maka setiap ASN diberikan hak, setelah mendapatkan hak, ASN berkewajiban
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnnya. ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku yang bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku diatur dalam UU
ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi
pemerintahan.
7. Whole of Government (WoG)
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Sehingga dapat
disimpulkan WoG adalah dilaksanakan berdasarkan koordinasi, integrasi, dan
kedekatan dan pelibatan.

8. Pelayanan Publik
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.

Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi


penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga,
kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan) barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) excludability (ekskludabilitas) yang rendah.

Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan


pelayanan prima adalah partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif,
mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.

14

Anda mungkin juga menyukai