PENDAHULUAN
UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab X pasal 37, ayat (1) menjelaskan
bahwa Pendidikan Agama Islam ini dimaksudkan untuk membentuk siswa
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa serta
berakhlaqul karimah. Senada dengan pendapat Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh
Abdul Majid (2014) bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara meneyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
1
Akibatnya peserta didik mudah merasa bosan dalam proses pembelajaran,
tidak fokus dan kurang aktif, sehingga sangat kurang dalam mencerna materi.
proses pembelajaran berlangsung monoton, siswa kurang terlibat dalam proses
pembelajaran, belajar dengan pasif dan kaku. Serta pada akhirnya peserta didik
kurang mempunyai minat belajar, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
2
pikir dan ketercapaian prestasi belajar peserta didik. Maka dari itu, seorang Guru
harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan tentang konsep dan aplikasi
model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik (Priansa, Donni
Juni, 2015:150).
Model ini merupakan salah satu langkah agar pelajaran di dalam kelas
menyenangkan, tidak membosankan dan materi yang diambil dalam penelitian ini
adalah hormat dan patuh kepada orang tua dan guru, sehingga model role playing
adalah model pembelajaran yang tepat untuk penerapan dalam materi tersebut.
3
Dan model ini juga dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa akan terlihat
lebih aktif dan mereka akan merasa bersemangat saat pelajaran pendidikan agama
Islam (Rofiq Ainur dan Mashuri Imam, 2021:5).
Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran memiliki
peran yang sangat penting untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan siswa dalam
belajar, serta untuk membangkitkan minat belajar siswa. Sehingga dengan tahapan
tersebut, prestasi belajar yang menjadi tujuan dalam proses belajar mengajar juga
akan tercapai (Rosyid, dkk, 2019:19).
Prestasi yang menjadi hasil akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran, baik
prestasi itu berbentuk Sikap, nilai pengetahuan atau keterampilan/pengamalan,
tentunya menjadi tolak ukur pencapaian peserta didik dan sebagai bentuk hasil dari
pendidikam. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan pembelajaran
yang disertai perubahan yang dicapai seseorang (siswa) yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat sebagai ukuran tingkat keberhasilan
siswa dengan standarisasi yang telah ditetapkan dan menjadi kesempurnaan bagi
siswa, baik dalam berpikir maupun berbuat (Rosyid, dkk. 2019:9-10).
4
4. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta
didik.
Berikut terdapat data nilai hasil Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian
Akhir Semester (UAS) siswa kelas VI SDN 1 Sindangsari pada tahun 2021 dan
2022 :
5
Tabel.1 Nilai UTS dan UAS Semester II Tahun 2021
6
34 Ujang Alfa Hidayat L 60 50
35 Wida P 63 48
36 Yessi Efriliani P 84 83
Nilai tertinggi 88 83
Nilai terendah 60 48
Nilai Rata-rata 76 67
Sumber : Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VI SDN 1 Sindangsari
7
26 Putri Serli Indriyani P 82 75
27 Rahman L 70 60
28 Rara Nurhasanah P 86 76
29 Regina Putri P 74 67
30 Renaldi Anugrah L 85 80
31 Rindra Maulana Ahmad L 52 50
32 Risma P 83 78
33 Rizki L 80 83
34 Rizki Nurrahman L 85 84
35 Robiatul Adawiyah P 84 82
36 Sahasika Paija Japira P 85 80
37 Sahila P 83 75
38 Shafa Al-Husna P 70 70
39 Sipa Alawiyah P 83 79
40 Sri Wulan P 65 70
41 Wulan Purnamasari P 86 73
Nilai tertinggi 90 84
Nilai terendah 52 50
Nilai Rata-rata 79 77
Sumber : Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VI SDN 1 Sindangsari
Berdasarkan observasi dan uraian Di atas maka peneliti menduga dari berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, salahsatunya adalah
penerapan model pembelajaran yang lebih mampu membantu siswa mencerna
materi serta mengamalkanya. Sehingga peneliti menetapkan topik penelitian
dengan judul :
B. Identifikasi Masalah
8
Berdasarkan permasalahan sebagaimana dipaparkan pada latar belakang, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini didukung oleh identifkasi
permasalahan sebagai berikut :
1) Guru kurang kreatif dalam memilih model pembelajaran yang diterapkan
2) Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kurang diminati peserta didik.
Ditandai dengan proses pembelajaranya yang monoton, perilaku siswa
pasif dan kaku.
3) Menurunya prestasi belajar siswa pada mata pelajara Pendidikan Agama
Islam. Ditandai dengan nilai ujiian yang menurun.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah Di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut :
1) Bagaimana penerapan model pembelajaran bermain peran dalam
pelajaran Pendidikan Agama Islam ?
2) Bagaimana suasana awal proses pembelajaran siswa sebelum diterapkan
model pembelajaran bermain peran?
3) Apakah ada pengaruh model pembelajaran bermain peran terhadap
prestasi belajar siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun secara khusus penelititan ini bertujuan antara lain :
1) Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran bermain peran dalam
pelajaran Pendidikan Agama Islam;
2) Untuk mengetahui suasana awal proses pembelajaran siswa sebelum
diterapkan model pembelajaran bermain peran pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran
bermain peran terhadap prestasi belajar siswa;
E. Kegunaan Penelitian
9
Sesuai permasalahan kajian dan tujuan ini, maka diharapkan penelitian ini
memiliki kegunaan yang positif, baik secara teoritis maupun praktis.
a. Secara Teoritis ; Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan untuk
memberikan sumbangan pemikiran yang dapat memperkaya teori dalam
pengembangan ilmu model pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan
prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Baik bagi
pengajar maupun peserta didik.
b. Secara Praktis ; Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan
untuk dijadikan sebagai bahan masukan yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan model
pembelajaran yang diteliti, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan
prestasi belajar siswa pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Baik bagi
Pengajar maupun Peserta didik.
F. Kerangka Pemikiran
Sebagaimana telah dinyatakan pada permasalahan Di atas, peneliti
merumuskan suatu pernyataan masalah, bahwa masih rendahnya prestasi belajar
siswa kelas VI Di SDN 1 Sindangsari khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Faktor penyebabnya antara lain diduga karena model yang
diterapkan dalam proses pembelajaran yang kurang menarik siswa untuk lebih
mampu mengembangkan pemikiran. Masalah – masalah tentang rendahnya
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dan model pembelajaran yang diterapkan
menjadi fokus utama dan terdapat relevansi yang signifikan dengan ilmu
pendidikan Islam, sehingga yang akan menjadi teori utamanya adalah Ilmu
Pendidikan Islam, kemudian teori menengahnya ialah taksonomi Benjamin Bloom
dan teori George haftel, sedangkan teori operasionalnya ialah variabel – variabel
penelitian tersebut.
1. Pendidikan Agama Islam
Pasal 37 UU nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional
menetapkan Pendidikan Agama menjadi kurikulum wajib pada pendidikan dasar
10
dan menengah. Hal tersebut dikarenakan pada pasal 12 ayat (1) poin (a)
disebutkan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama
sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Peran Pendidikan agama sesuai amanat yang tertuang dalam Undang-undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dalam
fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membetuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pendidikan Agama Islam adalah penataan individual dan sosial yang dapat
menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara
sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Pendidikan Islam
merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam sebagaimana yang
dikehendaki oleh Allah. Adapun Musthapa Al- Gulayani memaparkan bahwa
pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam
masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat,
sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta (Hilda Ainissyifa,
2014:4).
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertaqwa dan berakhlaq mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari
sumber utamanya kitab suci Al – Qur’an dan Hadits. Melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar
umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Daradjat menyatakan bahwa, Pendidikan Agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan,
11
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup (Majid Abdul. 2014:11).
Berkaitan dengan pendidikan, maka Islam telah memerintahkan umatnya
menuntut ilmu sejak dari kandungan sampai ke liang kubur. Sebagaimana Hadits
berikut:
ْ ُا
طلُبُوا ال ِع ْل َم ِمنَ ال َم ْه ِد ِإلى اللَّحْ ِد
“carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur”
Menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir sampai kita
masuk kuburpun kita senantiasa mengambil pelajaran dalam kehidupan, dengan
kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat.
Senada juga dengan firman Allah SWT dalam Qur’an Surat An Nahl (16) Ayat
125 :
َ َّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب
َ ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
ض َّل َ ِّع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب
ُ اُ ْد
َع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين
“serulah (manusia) kepada jalan tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
tuhan-Mu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang – orang yang mendapat
petunjuk”
12
beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. seperti Objek apa yang ditelaah
ilmu? Pertanyaan ini menyangkut dengan “ontologi” dan ontologi dalam kajian
ini adalah Pendidikan Agama Islam.
Sepertimana teori yang dikembangkan oleh Benjamin Bloom bahwa
Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu
pada tiga jenis domain (daerah biaan atau ranah) yang melekat pada peserta didik,
yaitu: (1) ranah proses berfikir (cognitive domain), (2) ranah nilai atau sikap
(affective domain), dan (3) ranah keterampilan (psychomotor domain).
13
prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses
pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif (Priansa, Donni juni, 2015:150).
Model bermain peran yang dipelopori oleh George Shaftel ini diduga,
pertama, sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi
permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bermain peran dapat mendorong siswa
mengekspresikan perasaanya dan bahkan melepaskanya. ketiga, proses psikologis
melibatkan sikap, nilai dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada
kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
14
George Shaftel dalam Hamzah B Uno. (2014:26) Langkah-langkah
pembelajaran bermain peran sebagai berikut :
15
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam berinteraksi dalam lingkunganya (Rosyid, dkk.
2019:5).
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang
meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes atau instrument
yang relevan. Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa
dalam segala hal yang menyangkut pengetahuan atau keterampilan yang
dinyatakan sesudah hasil penelitian. Prestasi belajar juga merupakan hasil yang
dicapai oleh siswa selama proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu.
Hasil pengukuran dari belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka, huruf,
simbol, maupun kalimat yang menyatakan keberhasilan siswa selama proses
pembelajaran (Rosyid, dkk. 2019:8-9).
Kualitas pendidikan sangat berkaitan dengan keberhasilan dalam membentuk
siswa yang berkualitas, hal itulah yang menjadi titik pusat dalam proses belajar
mengajar. Siswa juga menjadi tolak ukur dalam keberhasilan proses pembelajaran,
diharapkan dapat menimba ilmu dan wawasan yang sebanyak- banyaknya dengan
belajar. Belajar adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi suatu interaksi antara
individu dengan individu, dan individu dengan lingkungannya. Proses
pembelajaran juga dapat digambarkan dengan adanya interaksi siswa dengan guru
ataupun siswa dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan
tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman, baik bersifat pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Sehingga dengan adanya proses tersebut nantinya dapat
diukur pencapaian kemampuan, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh
siswa tentang materi pelajaran di sekolah yang disebut dengan prestasi belajar.
1) Indikator Prestasi Belajar
a) Kognitif
16
Dari aspek kognitif, hal yang diperhatikan dari anak adalah
pengetahuan, pemahaman, penerapan, maupun analisisnya. Seorang
anak dikatakan mencapai prestasi belajar yang baik bila memenuhi
indikator, seperti:
17
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan alam. Semua faktor tersebut harus berkontribusi satu
sama lain karena mempengaruhi prestasi belajar dan dalam rangka membantu
siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik – baiknya (Rosyid, dkk.
2019:10).
Gambar.1
Kerangka Pemikiran
VARIABEL X VARIABEL Y
Responden
18
G. Hipotesis Penelitian
1) Hipotesis utama
19
Dalam mempersiapkan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mempelajari
berberapa kajian dari penelitian terdahulu yang relevan. Penilitian ini sebagai
bahan perbandingan, diantaranya adalah:
1) Nila Oktaviani, 2017. Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Hasil
Belajar pada Tema 9 Subtema 1 Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Labuhan
Ratu Kota Bandar Lampung. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung Bandar Lampung. Di sini hasil analisa Nila
Oktaviani dengan desain penelitian menggunakan Pre- Experimental
Designs dengan jenis One-Group Pretest-Posttes Design. Data dianalisis
dengan uji-t. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya pengaruh
metode bermain peran terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan
dengan nilai thitung (4,65) > nilai ttabel (2,024).3
2) Siti Robiatul Maulidiyah, 2015. Efektivitas Metode Bermain Peran
Terhadap Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS (Sudi di SMK Nusa Bhakti
Semarang). Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa Kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan pada
kelompok usia 15-19 tahun. Salah satu upaya pencegahan dengan
meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada remaja melalui pendidikan
kesehatan. Hasil need assessment menyatakan responden lebih menyukai
metode bermain peran. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu
dengan rancangan pretest posttest with control group. Analisis dengan
uji-t berpasangan dan uji-t tidak berpasangan. Dari hasil penelitian ini
terdapat perbedaan pengetahuan HIV/AIDS sebelum dan sesudah
diberikan intervensi kesehatan dengan metode bermain peran (𝜌 = 0,001 <
0,05). Di simpulkan bahwa metode bermain peran efektif dalam
meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS pada siswa SMK Nusa Bhakti
Semarang.
20
3) Ika Nafisatur Rochaniyah, 2016. Keefektifan Penerapan Metode Bermain
Peran DalamPembelajaran Ketrampilan Bercerita Siswa Kelas VII SMP.
Program Studi Pendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Yogya. Teknik analisa data
yang digunakan adalah uji-t dengan taraf signifikasi 5%. Data diolah
menggunakan program SPSS versi 20.00. Hasil penelitian menunjukkan:
Pertama, terdapat perbedaan ketrampilan bercerita yang signifikan antara
siswa yang mendapat pembelajaran ketrampilan bercerita menggunakan
metode bermain peran dengan siswa yang mendapat pembelajaran
ketrampilan bercerita menggunakan metode konvensional. Perbedaan
terebut ditunjukkan dengan nilai 𝜌 sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
taraf kesalahan 0,05 (0,000< 0,05). Kedua, metode bermain peran terbukti
efektif dalam pembelajaran ketrampilan bercerita yang ditunjukkan dari
nilai 𝜌 sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf kesalahan 0,05 (0,000 <
0,05).
4) “Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) dalam Peningkatan
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Pangkalan Kota Sukabumi”,
Mia Rosmiati, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Kependidikan
Islam, Prodi Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jenjang Pendidikan S1, 2012.
Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran degan metode bermain peran (role
playing) dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas IV
Pangkalan Kota Sukabumi telah terlaksana dengan baik, hal itu bias dilihat
dari:
a. Adanya konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
yang ditandai dengan adanya kesesuaian tujuan pengajaran,
bahanpengajaran yang diberikan, jenis kegiatan yang
dilaksanakan, peralatan yang digunakan dan penilaian yang
21
dilakukan.
b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan
sesuai dengan harapan, hal itu tampak terlihat dari dipahami dan
diikutinya petunjuk-petunjuk pembelajaran dari guru, terlibatnya
semua siswa dalam melaksanakan tugas belajar dan pemecahan
masalah, munculnya keberanian untuk bertanya kepada sesame
siswa atau guru.
c. Penggunaan metode bermain peran (role playing) dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada aspek isi, aspek
penggunaan bahasa dan aspek performansi.
22
HIV/AIDS (Sudi di Memfokuskan dalam meningkatkan
SMK Nusa Bhakti pengetahuan HIV/AIDS
Semarang).
I. Metode Penelitian
23
eksperimen. Alasan peneliti menggunakan metode eksperimen ini adalah dari latar
belakang masalah, penelitian ini ingin menguji hubungan sebab akibat antara
variabel X dan variabel Y, kemudian peneliti ingin mengetahui seberapa besar
pengaruh dari variabel X ke variabel Y dengan metode yang peneliti gunakan.
Begitu pula bahwasanya metode penelitian eksperimen tujuanya untuk melakukan
perbandingan suatu sebab akibat perlakuan tertentu dengan suatu perlakuan lain
dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2015:107). Selain itu menurut Gay
penelitian eksperimen menjadi satu – satunya metode penelitian dalam menguji
hipotesis yang berhubungan dengan kausalitas/sebab akibat dengan benar.
1. Objek Penelitian
a. Waktu dan tempat penelitian
Persiapan/Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran model role play (bermain peran) :
- Membuat sekenario proses pembelajaran
- Menetapkan kelas penelitian
- Menetapkan jumlah siklus
- Mempersiapkan waktu dimulai penelitian
Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih dahulu siswa diberi
penjelasan dan langkah – langkah yang telah disiapkan tentang
pembelajaran model role play (bermain peran) kepada siswa. Tahap
pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
- Pendahuluan
- Kegiatan inti
- Penutup (evaluasi)
Analisis
Berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala
24
yang nyata dalam pelaksanaan model pembelajaran. Dimana perlu
adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat
menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian. Penelitian ini
akan dilaksanakan sebanyak dua siklus, siklus pertama terdiri dari 1
kali pertemuan, siklus kedua terdiri dari 1 kali pertemuan. Setelah
ulangan harian I dilaksankan analisis dari pembelajaran yang telah
berlangsung dengan melibatkan pelaksanaan siklus I, jika terdapat
kekurangan dalam pelaksanaan model pembelajaran role play
(bermain peran) akan diperbaiki pada siklus II.
Gambar.2
Siklus pelaksanaan model pembelajaran
25
dengan apa yang pernah dialami ketika belajar. Dengan harapan siswa
akan terbiasa dididik secara terampil dan mengalami antara yang
dipelajari dengan kehidupan nyata, sebagai bekal ketika siswa
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan
dikehidupanya.
26
desain ini dapat digambarkan seperti berikut :
Gambar.3 Paradigma Desain Penelitian
O1 X O2
O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
Pengaruh perlakuan terhadap prestasi belajar siswa = ( O1 – O2 )
3. Variabel dan operational variabel penelitian
Adapun variabel – variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok
variabel, yaitu :
1) Variabel bebas (Independen), Model pembelajaran bermain peran
2) Variabel terikat (Dependen), Prestasi belajar siswa
Berdasarkan penjabaran dan pengklasifikasian variabel – variabel Di
atas baik itu variabel bebas maupun variabel terikat, maka paradigma
penelitian tersebut bersifat kausal atau adanya hubungan sebab akibat.
Sehingga dapat digambarkan para paradigma penelitian sebagai berikut :
X Y
27
Model pembelajaran yang dipelopori Oleh George Shaftel ini dapat
diartikan sebagai model pembelajaran yang bertujuan untuk
memahami siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan
memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, dengan
bermain peran siswa belajar dengan menggunakan konsep peran,
menyadari adanya peran – peran yang berbeda, memikirka perilaku
dirinya dan peran oranglain. Proses bermain peran ini dapat
memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna
sebagai sarana bagi siswa dalam: (1) menggali perasaanya, (2)
memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap
sikap, nilai dan persepsinya, (3) mengembangkan keterampilan dan
sikap dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran
dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada
saat terjun ke masyarakat kelak, karena ia akan menempatkan diri
dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam
lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lain-lain
(Uno, Hamzah B, 2014:26).
Prestasi belajar siswa
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotorik setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrument tes atau instrument yang relevan. Prestasi belajar adalah
penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang
menyangkut pengetahuan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah
hasil penelitian. Prestasi belajar juga merupakan hasil yang dicapai
oleh siswa selama proses belajar mengajar dalam kurun waktu
tertentu. Hasil pengukuran dari belajar tersebut diwujudkan dalam
bentuk angka, huruf, simbol, maupun kalimat yang menyatakan
28
keberhasilan siswa selama proses pembelajaran (Rosyid, dkk. 2019:8-
9).
Dengan memperhatikan definisi operasional variabel – variabel
penelitian Di atas, selanjutnya akan dirumuskan mengenai operasionalisasi
variabel – variabel penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk tabel
berikut ini :
No Variabel Indikator
29
siswa/siswi kelas VI SDN 1 Sindangsari yang berjumlah 41 orang, yang
telah dituangkan dalam Tabel 2 Di atas.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yag dimiliki oleh
ppopulasi tersebut. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul
– betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2015:118). Teknik sampling
atau teknik pengambilan sampel yang akan digunakan oleh peneliti adalah
Nonprobability sampling dengan desain Sampling kuota. Sampling kuota
adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-
ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2015:124).
30
7. Instrumen penelitian
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
dinamakan dengan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian ini
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial
yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian
(Sugiyono, 2015:148).
Dan instrumen yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah kuesioner/angket.
Angket merupakan instrumen penelitian utama yang akan digunakan
peneliti untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar siswa kelas
VI pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SDN 1
Sindangsari sebelum dan setelah diberi perlakuan. Angket ini berupa 10
butir daftar pernyataan tentang pengaruh model pembelajaran role
playing (bermain peran) terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan 10 butir pernyataan tentang
prestasi belajar siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan. Untuk
mengukur prestasi belajar siswa peneliti menggunakan Skala Likert.
31
Adapun pengembangan instrumen penelitian angket dapat dilihat pada tabel
6 berikut ini :
Tabel.6
Kisi – kisi angket instrumen penelitian
No Variabel Indikator Jumlah
butir
1 Pengaruh model Aktif belajar dengan model
bermain peran bermain peran
Peserta didik lebih
bersemangat belajar dengan 10
model bermain peran
Tercipta suasana yang
menyenangkan
2 Prestasi belajar Menunjukan minat belajar
siswa Adanya keinginan untuk
berhasil
Adanya dorongan dan 10
kebutuhan dalam belajar
Tekun terhadap tugas
Jumlah 20
32
Setelah data dikumpulkan, maka selanjutya adalah analisis data.
Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
1) Editing. Pertama kali dilakukan adalah mengedit atau memeriksa daftar
pernyataan para responden supaya mengurangi kesalahan dan
kekeliruan.
2) Coding. Setelah melalui tahap editing, selanjutnya peneliti memberi
skor terhadap pernyataan yang ada pada angket.
3) Tabulating. Selanjutnya adalah perhitungan terhadap hasil skor yang
telah ada. Data tersebut dianalisa dengan metode kuantitatif secara
deskriptif, yaitu penyajian data melalui tabel, grafik, diagram
lingkungan, perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil,
persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata – rata
dan standar deviasi (Sugiyono, 2015:208).
9. Jadwal penelitian
Tabel.7
Tahapan proses penelitian
No Kegiatan Jadwal/Waktu
Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Memilih
Masalah
Penelitian
2 Melakukan
Studi
Kepustakaan
3 Merumuskan
Masalah
Penelitian
33
4 Menyusun
Usulan
Penelitian
5 Mendaftar
Seminar Usulan
Penelitian
6 Melaksanakan
Penelitian
7 Sidang
Daftar Pustaka
https://manajemen.uma.ac.id/2021/02/indikator-prestasi-belajar-anak-dan-faktor-
yang-mempengaruhinya/
Irawansyah, peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui
metode role play (Batam, 2012)
Mia Rusmiati dan Syarif Hidayatullah, Penerapan Metode Bermain Peran (Role
Playing) dalam Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Pangkalan
Kota Sukabumi (Jakarta, 2012)
34
belajar dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (Magelang, 2018)
Nila Oktaviani, Pengaruh Metode Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar pada
Tema 9 Subtema 1 Siswa Kelas IV SD Negeri 2 (Labuhan Ratu Kota Bandar
Lampung, 2017)
Priansa Donni Juni, manajemen peserta didik dan model pembelajaran (Bandung:
CV Alfabeta, 2015)
Rofiq Ainur dan Mashuri Imam, pengaruh penggunaan metode role playing
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(Banyuwangi, 2021)
Rosyid Moh. Zaiful, Mustajab dan Aminol Rosyid Abdullah, prestasi belajar
(Malang: CV Literasi Nusantara Abadi, 2019)
Safitri Meti, pengaruh metode role playing (bermain peran) terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia (Jakarta, 2015)
UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003 Bab X pasal 37, ayat (1) tentang Pendidikan
Agama Islam
35
Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)
36