Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN MATERI SEBAGAI REFERENSI PERSIAPAN USP (UJIAN

SATUAN PENDIDKAN)
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

1. Warga Negara Indonesia


Rakyat merupakan salah satu unsur terbentuknya suatu Negara. Istilah lain bagi
penghuni negara disamping rakyat adalah penduduk dan warga negara. Rakyat,
penduduk dan warga negara merupakan konsep yang serupa tapi tak sama. Masing-
masing memiliki pengertian yang berbeda. Rakyat sebuah negara dibedakan atas dua,
yakni:
1) Penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal
atau menetap dalam suatu Negara, sedang yang bukan penduduk adalah orang yang
berada di suatu wilayah suatu Negara dan tidak bertujuan tinggal atau menetap di
wilayah negara tersebut.
2) Warga Negara dan bukan warga Negara. Warga Negara ialah orang yang secara
hukum merupakan anggota dari suatu Negara, sedangkan bukan warga Negara disebut
orang asing atau warga negara asing.

2. Asas dalam Kewarganegaraan

Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya


seseorang dalam golongan warga negara dari suatu negara tertentu. Pada umumnya asas
dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu: Asas ius sanguinis
(asas keturunan), yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada
keturunan orang yang bersangkutan. Asas ius soli (asas kedaerahan), yaitu
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya.

Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara, baik yang


menerapkan asas ius soli maupun ius sanguinis, dapat menimbulkan dua kemungkinan
status kewarganegaraan seorang penduduk yaitu:
1) Apatride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan. Misalnya, seorang keturunan bangsa A yang menganut asas ius
soli lahir di negara B yang menganut asas ius sanguinis. Maka orang tersebut
tidaklah menjadi warga negara A dan juga tidak dapat menjadi warga negara B.
Dengan demikian orang tersebut tidak mempunyai kewarganegaraan.
2) Bipatride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam
kewarganegaraan sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Misalnya, seseorang
keturunan bangsa B yang menganut asas ius sanguinis lahir di negra A yang
menganut asas ius soli. Oleh karena ia keturunan bangsa B, maka ia dianggap
sebagai warga negara B. Akan tetapi, negara A juga mengganggap dia warga
negaranya karena berdasarkan tempat lahirnya.
Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara lazim
menggunakan dua stelsel, yaitu:
1) Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif
untuk menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
2) Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa
melakukan sutu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)

Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya mempunyai:
1) hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2) hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)

Berdasarkan uraian di atas, asas kewarganegaraan apa yang dianut oleh negara kita?
Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan
kewarganegaraan menganut asas-asas sebagai berikut:
1) Asas ius sanguinis (law of the blood), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan,bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan.
2) Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas, yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan
terbatas bagi anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang.
3) Asas kewarganegraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang.
4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang mentukan kewarga negaraan
ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

3. Macam-Macam Kekuasaan Negara

Menurut John Locke sebagaimana dikutip oleh Riyanto (2006: 273) bahwa kekuasaan
negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni sebagai berikut.

1) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-


undang.
2) Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang- undang, termasuk
kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang- undang.
3) Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.

Menurut Montesquieu sebagaimana dikutip oleh Riyanto (2006: 273), ia menyatakan


sebagai berikut:

1) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-


undang.
2) Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
3) Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang- undang,
termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang- undang.

Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia

Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian
kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.
1) Pembagian Kekuasaan Secara Horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi


lembaga-lembaga tertentu, yang meliputi :

a. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan


Undang-Undang Dasar, yang dijlankan oleh MPR
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang- undang dan
penyelenggraan pemerintahan negara.
c. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang- undang.
Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat
d. Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, yang dijalankan
oleh Mahkamah agung dan Badan Peradilan yang ada dibawahnya
e. Kekuasaan eksaminatif / inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan
dengan penyelenggaraanpemeriksaanataspengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang
bebas dan mandiri.”
f. Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
memelihara kestabilan nilai rupiah.

2) Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal


Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas
desentralisasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut, pemerintah
pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi
dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di
daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi kewenanganpemerintahpusat, yaitu
kewenangan yangberkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
agama, moneter dan fiscal

4. Supra-struktur dan Infra-struktur Politik


Supra-struktur politik diartikan sebagai mesin politik resmi di suatu negara dan merupakan
pengerak politik yang bersifat formal. Supra-struktur politik merupakan gambaran
pemerintah dalam arti luas yang terdiri dari lembaga-lembaga negara yang tugas dan
peranannya di atur dalam konstitusi negara atau peraturan perundang-undangan lainnya.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur
keberadaan kekuatan supra-struktur politik Indonesia dari mulai tugas, fungsi, wewenang
sampai pada susunan dan kedudukannya. Aturan dalam konstitusi ini dijabarkan oleh
undang-undang. Adapun yang menjadi kekuatan supra-struktur politik yang tergolong ke
dalam lembaga tinggi negara Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4) Presiden/Wakil Presiden
5) Mahkamah Agung
6) Mahkamah Konstitusi
7) Komisi Yudisial
8) Badan Pemeriksa Kekuangan

Berdasarkan lembaga yang tergolong pada struktur politik, maka berdasarkan


wewenangnya, dapat diibaratkan supra struktur politik dalam organisasi di
persekolahan adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah Perwakilan Kelas memiliki wewenang seperti MPR/DPR
b. Perwakilan Kelas memiliki wewenang seperti DPD
c. Wakil dan Ketua OSIS memiliki wewenang seperti Presiden dan wakil Presiden
5. Infra-Struktur Politik Indonesia

Infra-struktur politik adalah kelompok-kelompok kekuatan politik dalam masyarakat yang


turut berpartisipasi secara aktif. Infra-struktur politik di Indonesia meliputi keseluruhan
kebutuhan yang diperlukan dalam bidang politik dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
yang berkenaan dengan proses pemerintahan negara.
Pada dasarnya organisasi-organisasi yang tidak termasuk dalam birokrasi
pemerintahan merupakan kekuatan infra-struktur politik. Dengan kata lain setiap
organisasi non-pemerintah termasuk kekuatan infra-struktur politik. Di Indonesia banyak
sekali organisasi atau kelompok yang menjadi kekuatan infra-struktur politik, akan tetapi
jika diklasifikasikan terdapat 4 (empat) kekuatan, yaitu:

a. Partai Politik, yaitu organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga
negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui
pemilihan umum. Pendirian partai politik biasanya didorong oleh adanya persamaan
kepentingan, persamaan cita-cita politik dan persamaan keyakinan keagamaan.
b. Kelompok Kepentingan (interest group), yaitu kelompok yang
mempunyai kepentingan terhadap kebijakan politik negara. Kelompok kepentingan
bisa menghimpun atau mengeluarkan dana dan tenaganya untuk melaksanakan
tindakan politik yang biasanya berada di luar tugas partai politik. Seringkali
kelompok ini bergandengan erat dengan salah satu partai politik, atau adanya
bersifat independen (mandiri). Untuk mewujudkan tujuannya, tidak menutup
kemungkinan kelompok
kepentingan melakukan negosiasi dan mencari dukungan kepada masyarakat
perseorangan ataupun kelompok masyarakat. Contoh dari kelompok kepentingan adalah
elite politik, pembayar pajak, serikat dagang, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serikat
buruh dan sebagainya.
c. Kelompok Penekan (pressure group), yaitu kelompok yang bertujuan
mengupayakan atau memperjuangkan keputusan politik yang berupa undang-undang atau
kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah sesuai dengan kepentingan dan keinginan
kelompok mereka. Kelompok ini biasanya tampil ke depan dengan berbagai cara untuk
menciptakan pendapat umum yang mendukung keinginan kelompok mereka. Misalnya
dengan cara demonstrasi, aksi mogok dan sebagainya.
d. Media komunikasi politik,yaitu sarana atau alat komunikasi politik dalam
proses penyampaian informasi dan pendapat politik secara tidak langsung baik terhadap
pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Sarana media komunikasi ini antara lain
adalah media cetak seperti koran, majalah, buletin, brosur, tabloid dan sebagainya.
Sedangkan media elektronik seperti televisi, radio, internet dan sebagainya. Media
komunikasi diharapkan mampu mengolah, mengedarkan informasi bahkan mencari
aspirasi/pendapat sebagai berita politik.

5. Konsep Integrasi Nasional


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.

a. Secara Politis

Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

b. Secara Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara
unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam
kehidupan masyarakat.
Integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu
sebagai suatu bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan dalam
satu kesepakatan atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928.

6. Hak Asasi Manusia


Dalam pengertian yang sederhana hak asasi manusia (human rights) merupakan hak yang
secara alamiah melekat pada orang semata-mata karena ia merupakan manusia (human
being).
Hak asasi manusia memiliki beberapa ciri-ciri pokok yang mendefinisikan makna dari
HAM itu sendiri. Berikut penjelasan mengenai ciri-ciri HAM yang meliputi hakiki, universal,
tidak dapat dicabut (permanen) dan tidak dapat dibagi (utuh).
1) Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah ada
sejak lahir.
2) Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, suku bangsa, gender atau perbedaan lainnya.
3) Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan
kepada pihak lain.
4) Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak
sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

Macam-macam HAM
Macam macam hak asasi manusia dapat kita lihat sebagai berikut:
1) Hak Asasi Pribadi (personal rights)
a. Kebebasan masuk dan mengikuti organisasi
b. Kebebasan mengeluarkan pendapat
c. Kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan

2) Hak Asasi Politik (political rights)


a. Hak menjadi warga negara
b. Hak untuk memilih dan dipilih
c. Hak untuk masuk dan mendirikan partai politik

3) Hak Asasi Ekonomi (property rights)


a. Hak memiliki, mencari, dan mengumpulkan kekayaan
b. Kebebasan memilih pekerjaan
c. Hak untuk menjual, membeli, dan menyewa

4) Hak asasi hukum (legal equality rights)

a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

5) Hak sosial dan budaya (social and cultural rights)


a. Hak untuk mengembangkan dan berpartisipasi dalam kebudayaan
b. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap karya cipta
c. Hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pendidikan
yang lain

6)Hak asasi dalam tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights)
Hak untuk mendapatkan peradilan dan perlindungan dalam penahanan, penahanan,
penangkapan, peradilan, penyitaan, atau penggeledahan.

7. Demokrasi
Pengertian Demokrasi : Istilah demokrasi berasal dari bahasa yunani demos yang
berarti rakyat dan kratos/cratein yang artinya pemerintahan. Dalam arti sederhana
demokrasi dapat diartikan dengan pemerintahan oleh rakyat.

Asas Demokrasi
Dalam pemerintahan yang demokratis diterapkan asas- asas demokrasi, adapun asas ada
2 , yaitu :
1) Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.
Adanya jaminan terhadap rakyat untuk dapat berpartisipasi didalam menentukan
kebijakan negara dengan perlindungan hukum berupa perundang-undangan yang
berlaku. Jadi rakyat dapat ikut berperan sesuai status dan kompetensi masing-masing
dengan batasan-batasan peraturan yang berlaku.
2) Pengakuan harkat dan martabat manusia.
Jaminan hukum terhadap pelaksanaan hak asasi manusia juga terdapat di konstitusi,
yaitu pasal 27 s/d 34 UUD 1945 dan peraturan-peraturan pelaksana lainnya.

Prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku Universal mencakup :

1) Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan.


Keterlibatan warga negara dalam pemerintahan, terutama ditujukan untuk
mengendalikan tindakan-tindakan para pemimpin politik. Dalam hal ini pemilu menjadi
salah satu bentuk partisipasi politik rakyat di dalam pemerintahan karena ia
menentukan siapa-siapa yang akan menjadi wakil rakyat sekaligus menentukan
kebijakan apa saja yang akan dibuat oleh pemerintah.
2) Tingkat persamaan/kesetaraan tertentu diantara warga negara.
Tingkat persamaan yang dimaksud adalah : persamaan politik, persamaan hukum,
persamaan kesempatan, persamaan ekonomi, dan persamaan sosial atau persamaan hak.
3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga
negara.
Kebebasan yang dimaksud adalah menyangkut hak-hak yang tercakup dalam hak-hak
asasi manusia ( seperti hak politik, hak ekonomi, kesetaraan didepan hukum dan
pemerintahan, ekspresi kebudayaan dan hak pribadi ) dan dalam pemahaman yang
mendasar hak-hak tersebut harus diakui dan dilindungi oleh negara.
4) Penghormatan terhadap supremasi hukum. Hukum adalah yang tertinggi karenanya
semua warga negara tanpa kecuali harus patuh dan taat kepada hukum dan bersamaan
kedudukannya didepan hukum.Janganlah politik dijadikan panglima tetapi hukumlah
yang harus dijadikan panglima di negara ini agar pemerintahan dapat berjalan sesuai
cita rasa keadilan.
5) Pemilu berkala.
Untuk menjaga kesinambungan pemerintahan dan membangun demokrasi maka pemilu
dapat menjadi suatu alat untuk menegakkan nilai-nilai demokrasi.

8. Hukum
Pengertian Hukum : Hukum adalah sebuah peraturan yang berisi norma maupun
sanksi yang dibuat oleh manusia yang bertujuan mengatur kehidupan manusia, tingkah
laku manusia demi menjaga ketertiban dan keadilan di masyarakat dan mencegah
terhadinya kekacauan, keributan dan perpecahan.Hukum bertugas menjamin sebuah
kepastian hukum bagi seluruh lapisan warga masyarakat dan setiap masyarakat berhak
mendapatkan pembelaan di hadapan hukum.Definisi hukum yang lain adalah sebuah
peraturan/ ketetapan/ ketentuan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang berfungsi
mengatur kehidupan masyarakat serta memberikan sanksi bagi pelanggarnya.

Tata hukum ialah semua peraturan-peraturan hukum yang diadakan atau diatur
oleh negara atau bagiannya dan berlaku pada waktu itu seluruh masyarakat dalam
negara itu.Jelasnya, semua hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu
dalam suatu tempat tertentu.

Tata hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan hukum yang diciptakan


oleh negara dan berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia yang berpedoman pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan pelaksanaan tata
hukum tersebut dapat dipaksakan oleh alat-alat negara yang diberi kekuasaan.

Jenis-Jenis Tata Hukum Indonesia


1). Hukum Perdata
2). Hukum Pidana
3). Hukum Administrasi Negara (HAN) / Hukum Tata Usaha
4). Hukum Acara atau Hukum Formal
Hukum Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah
laku setiap manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum.Menurut Prof. Dr.
Moeljatno, SH. menguraikan istilah hukum pidana bahwa Hukum pidana adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku disebuah negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
aturan-aturan. Contoh hukum pidana misalnya, pencurian, penganiayaan, pencemaran
nama baik dan pembunuhan.
Contoh bentuk hukum tertulis yang menyatakan jaminan bagi setiap warga negara
mempunyai kedudukan dan hak yang sama dalam hukum dan pemerintahan yaitu,
pasal 27 ayat 1 UUD 1945; Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.

Berdasarkan waktu berlakunya. Hukum terbagi menjadi tiga yaitu : Ius constitutum,
Ius constituendum dan Hukum asasi.
1). Ius constitutum merupakan hukum positif yang berlaku saat ini bagi suatu masyarakat
dalam suatu daerah tertentu.
2). Ius constituendum merupakan hukum yang berlaku untuk masa yang akan datang.
3). Hukum asasi merupakan hukum alam yang berlaku dimanapun.

9. Peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui organisasi


internasional
Indonesia terlibat dalam berbagai organisasi internasional. Hal tersebut sebagai
perwujudan dari komitmen Bangsa Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia.
Untuk menambah wawasan kalian berikut ini dipaparkan peran Indonesia dalam
beberapa organisasi Internasional.
A. Peran Indonesia dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
1) Perserikatan Bangsa-Bangsa disingkat sebagai PBB (United Nations, disingkat
UN) adalah organisasi internasonal yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945
untuk mendorong kerjasama internasional. Badan ini merupakan pengganti liga
Bangsa-Bangsa dan didirikan setelah perang Dunia untuk mencegah terjadinya
konflik serupa. Pada saat didirikan, PBB memiliki 51 negara anggota; saat ini
terdapat 193 anggota. Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional,
dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang
mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus
sebagai pengamat. Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-
member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil
permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB).

Tujuan utama PBB adalah:


1) Menjaga perdamaian dan keamanan dunia
2) Memajukan dan mendorong hubungan persaudaraan antarbangsa melalui
penghormatan hak asasi manusia
3) Membina kerjasama internasional dalam pembangunan bidang ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan
4) Menjadi pusat penyelarasan segala tindakan bersama terhadap negara yang
membahayakan perdamaian dunia
5) Menyediakan bantuan kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana alam, dan
konflik bersenjata.

B. Peran Indonesia dalam ASEAN (Association of South East Asian Nation)


ASEAN merupakan oragnisasi kerjasma di kawasan Asia Tenggara yang di dirikan
melalui Deklarasi ASEAN tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Negara-
negara pendiri sekaligus yang tergabung dalam ASEAN ini adalah Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand. Latar belakang terbentuknya ASEAN adalah
persamaan nasib sebagai negara yang pernah dijajah.
Indonesia sebagai bagian dari Asia Tenggara khususnya dan dunia umumnya,
menyadari pentingnya hubungan kerja sama dengan negara-negara lain di berbagai
belahan bumi. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam tujuan negara yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu ikut melaksanakan ketertiban
dunia, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Prinsip-prinsip utama ASEAN sebagai berikut :
1) Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional,
dan identitas nasional setiap negara.
2) Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada
campur tangan, subversif atau koersi pihak luar.
3) Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota
4) Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai
5) Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan
6) Kerja sama efektif antara anggota

C. Peran serta Indonesia dalam gerakan Non-Blok (GNB)


Bagi Indonesia, GNB merupakan wadah yang tepat bagi Negara-negara berkembang
untuk memperjuangkan cita-citanya dan untuk itu Indonesia senantiasa berusaha
secara konsisten dan aktif membantu berbagai upaya kearah pencapaian tujuan dan
prinsip-prinsip Gerakan Non Blok.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan
lahir sebagai Negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Selain itu diamanatkan pula bahwa
Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kedua mandat tersebut juga
merupakan falsafah dasar GNB.

10. Perjanjian Internasional


Perjanjian internasional adalah, sebagai suatu persetujuan antara subyek-subyek
hukum internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban (obligations) yang
mengikat dalam hukum internasional. Persetujuan tersebut dapat berbentuk bilateral
maupun multilateral.

Dalam perjanjian internasional, sering digunakan istilah-istilah yang memudahkan


dalam memberikan pengertian dalam perjianjian yang dibuat oleh negar-negara.
Istilah-isilah perjanjian internasional tersbut antara lain :

1) Traktat
adalah perjanjian yang paling formal dan merupakan persetujuan dari dua negara atau
lebih. Perjanjian ini juga khusus mencakup tentang bidang ekononi dan politik.

2) Konvensi
Konvensi merupakan persetujuan formal yang bersifat multilateral dan tidak
berhubungan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi atau high policy. Namun dalam
persetujuan konvensi ini harus dilegalisasi oleh beberapa wakil yang berkuasa penuh.

3) Protokol
Protokol juga merupakan persetujuan yang tidak formal dan biasanya dibuat oleh
kepala negara. Protokol dibuat untuk mengatur masalah-masalah tambahan seperti
adanya penafsiran beberapa klausal terntentu. Dalam protokol ini ada beberapa contoh
yang pertama adalah protocol of signature.

4) Persetujuan
Persetujuan merupakan perjanjian yang memiliki sifat teknis dan administratif. Namun
persetujuan ini tidak begitu diartikan karena sifatnya yang tidak resmi seperti trakat
dan konvensi.

5) Perikatan
Perikatan adalah sebuah perjanjian untuk transaksi yang sifatnya sementara dan tidak
seresmi traktat dan konvensi.

6) Proses verbal
Proses verbal adalah catatan-catatan.

7) Piagam
Piagam membahas tentang peraturan yang ditetapkan dalam persetujuan internasional
baik dalam pekerjaan ataupun kesatuan tertentu.

8) Deklarasi
merupakan perjanjian yang berbentuk trakat serta dokumen tidak resmi. Deklarasi
dijadikan sebagai sebuah trakat dalam menerangkan suatu judul dari batang tubuh
ketentuan trakat. Deklarasi juga dijadikan sebagai persetujuan tidak resmi dalam
trakat atau konvensi.

9) Modus Vivendi
Modus merupakan dokumen untuk mencatat perstujuan internasional yang memiliki
sifat sementara hingga berhasil mewujudkan perjumpaan yang lebih bersifat
permanen, terinci dan juga sistematis.

10) Pertukaran Nota


Proses ini merupakan metode yang tidak resmi namun banyak digunakan pada akhir-
akhir ini. biasnya pertukaran nota ini digunakan oleh wakil militer dan negara dan
dapat bersifat multilateral. Akibat yang ditimbulkan dari pertukaran kota ini adalah
kewajiban yang menyangkut pihak terkait.

11) Ketentuan penutup


Merupakan ringkasan hasil konvensi yang didalamnya menyebutkan negara peserta,
nama utusan serta beberapa masalah yang disetujui oleh konferensi serta tidak
memerlukan ratifikasi.

12) Ketentuan Umum


Ketentuan umum adalah traktat yang dapat bersifat resmi dan tidak resmi

13) Charter
Charter adalah istilah yang digunakan dalam perjanjian internasional yang berfungsi
untuk pendirian badan dan melakukan fungi administratif. Contohnya adalah
Antalantic Charter Pakta yang menunjukkan suatu persetujuan lebih khusus.

14) Pakta
Pakta adalah istilah yang menunjukkan suatu persetujuan yang lebih khusus dan
membutuhkan ratifikasi, seperti pakta warsawa

15) Covenant
Mengandung arti yang sama dalam piagam. Dengan begitu bentukistilah ini
digunakan sebagai konsitusi oranisasi internasional. Namun ada beberapa
perjanjian yang bukan konstitusi pada organisasi internasional juga menggukanan
istilah convenant. Seperti konvenan internasional pada hak-hak sipil dan politik
yang terjadi pada tanggal 16 Desember 1966.

11. Tahapan Perjanjian Internasional Sebelum dilakukan Perjanjian internasional


ada beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui secara teknis. Tahapan tersebut
memberikan keteraturan dan menimbulkan ketelitian dalam melaksanakan perjanjian
antar negara. Berikut tahapan perjajian internasional Perundingan (Negotiation) ialah
perjanjian tahap pertama dalam proses pembuatan perjanjian internasional. Yang
sebelumnya diadakannya perjanjian, kedua belah pihak terlebih dahulu mengadakan
penjajakan atau pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap kedua pembuatan perjanjian
internasional ialah penandatanganan (Siganature). Sebelum tahap ini dilakukan oleh
para menteri luar negeri “menlu” atau kepala pemerintahan. Dalam perjanjian
multirateral, penandatangan dapat dilakukan oleh peserta perjanjian internasional,
yang apabila disetujui oleh dua pertiga peserta yang hadir, kecuali ketentuan lain
dalam perundingan tersebut.

Tahap yang ketiga dalam pembuatan perjanjian internasional ialah


pengesahan (Ratification) “ratifikasi”, yang tahap penandatanganan atas
perjanjian hanya bersifat sementara dan masih harus dikuatkan dengan
pengesahan atau penguatan.

12. Korps Perwakilan Diplomatik


Korps perwakilan diplomatik adalah Badan kolektif diplomat asing yang
diakreditasi untuk negara atau badan tertentu. Atau dengan kata lain, sebuah
organisasi yang terdiri dari semua misi diplomatik dan anggota setiap penduduk
negara di satu negara. Tidak ada kualifikasi khusus atau tugas di bawah hukum
internasional.

Tingkatan Perwakilan Diplomatik


1) Duta besar berkuasa penuh (Ambassador), perwakilan tertinggi dalam perwakilan
diplomatik yang memiliki kekuasaan penuh dan luar biasa.
2) Duta (Gerzant), wakil diplomatik yang pangkatnya lebih rendah dari duta besar.
3) Menteri Residen, hanya mengurus urusan negara dan tidak berhak mengadakan
pertemuan dengan kepala negara tempatnya bertugas.
4) Kuasa Usaha (Charge de affair), kuasa usaha yang tidak diperbantukan kepada
kepala negara.
5) Atase-atase
a. Atase pertahanan, memberi nasehat dibidang militer
b. Atase tekhnis, perdagangan, perindustrian, dan bidang lain, membuat paspor dan
pencatatan sipil

Perwakilan diplomatik mempunyai Hak-hak istimewa dalam menjalankan tugasnya.


Para pejabat diplomatik mewakili adalah pejabat negara pengirim dan mewakili
kepala negaranya, karena itulah ia mendapatkan hak istimewa dan kekebalan sebab
dengan adanya pemberian itu, maka negara penerima dianggap menghormati
kedaulatan negara pengirim. Pemberian hak-hak kekebalan dan keistimewaan itu
hanya didasarkan pada kebutuhan fungsional agar para pejabat diplomatik dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Teori ini dianggap dapat memberikan batasan
atas semua hak-hak itu sehingga digunakan menjadi ketentuan dalam konvensi Wina
1961.

Hak-hak istimewa perwakilan diplomatik antara lain,


1) Hak imunitas
Hak yang menyangkut pribadi seorang diplomat serta gedug perwakilan, termasuk
tidak tunduk kepada yuridiksi (hukum) di negara tempat bertugas, baik perkara
perdata maupun pidana, namun dapat diusir atau dikembalikan kenegara asalnya.

2) Hak Ektratertorial
Hak kebebasan diplomat terhadap daerah perwakilannya, termasuk halaman
bangunan serta kelengkapannya seperti bendera, lambang negara, dokumen, surat-
surat lainnya yang bebas sensor.
13. Ancaman Terhadap NKRI

A. Dalam membangun integrasi nasional, Bangsa Indonesia selalu dihadapkan


pada ATHG, yaitu:

1) Ancaman, merupakan suatu hal atau usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan yang dilakukan secara konsepsional, kriminal, serta
politik.
2) Tantangan, merupakan suatu hal atau usaha yang bertujuan atau bersifat
menggugah kemampuan
3) Hambatan, merupakan suatu hal atau usaha berasal dari diri sendiri yang
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional
4) Gangguan, merupakan usaha dari luar yang bertujuan melemahkan atau menghalangi
secara tidak konsepsional.

B. Ancaman di bidang Ideologi


Pancasila sebagai ideologi bangsa masih sangat rawan terhadap berbagai bentuk
ancaman. Salah satunya dari paham komunisme yang masih harus di waspadai.
Usaha untuk mengganti pancasila dengan ideologi komunis pernah dilakukan dua
kali oleh Partai Komunis Indonesia (PKI)yaitu, pertama pemberontakan PKI di
Madiun, Jawa Timur pada tahun 1948. Pemberontakan ini dipimpin oleh Muso,
yang inin membentuk Republik Sovyet Indonesia. Pemberontakan untuk
mengubah ideologi Pancasila yang selanjutnya pernah juga di lakukan dengan
adanya pemberontakan DI/TII, yang menginginkan pembentukan NII (negara
Islam Indonesia), dipimpin oleh Kartosuwiryo pada tahun 1949. Gerakan DI/TII
berkembang di sebagian wilayah Indonesia, diantaranya di Jawa Barat yang di
pimpin oleh Kartosuwirjo, di Sulawesi oleh Kahar Muzakar, di aceh di pimpin oleh
Daud Beuruehdan di Kalimantan Selatan oleh Ibnu Hajar.
Dalam menyelesaikan pemberontakan ini, pemerintah melalui TNI melakukan
berbagai operasi militer ke daerah-daerah yang di nilai menjadi pusat pergerakan.
Operasi ini berhasil menunpas para pemberontak secara bertahap.

C. Ancaman di bidang politik


Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam
negeri. Ancaman politik dari dalam negeri dapat dilihat dari gerakan separatis.
Dari luar negeri, Ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan
melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau
blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang
sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain. Gerakan
separatis atau separatisme kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat
Indonesia yang ingin memisahkan diri dari negara Indonesia. Gerakan
Separatisme yang pernah terjadi di Indonesia antara lain ;

1) Republik Maluku Selatan (RMS)


2) Gerakan Andi Aziz
3) PRRI/Permesta
D. Ancaman di bidang Ekonomi
1) Ancaman Internal
a. Inflansi, adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan
cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga
barang-barang.
b. Pengangguran, hal atau keadaan menganggur, tidak ada pekerjaan dan tidak
ada penghasilan
c. Infrastruktur, sarana dan prasarana yang tidak memadai
d. Kebijakan ekonomi yang merugikan rakyat

2) Ancaman eksternal

a. Ketergantungan terhadap asing, adalah kehidupan ekonomi negara–negara


tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan
ekonomi negara–negara lain, di mana negara–negara tertentu ini hanya
berperan sebagai penerima akibat saja
b. Daya saing yang rendah, karen aproduk yang dihasilkan belum mampu bersaung
dengan produk negara lain

c. Kinerja ekonomi yang buruk, hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran
tidak sesuai yang diharapkan

Ekonomi kerakyatan sangat menghindari:


1) Sistem Free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi
kerakyatan.
2) Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur negara bersifat dominan dan
mematikan potensi dan daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.
3) Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang
merugikan masyarakat dan bertantangan dengan cita-cita keadilan sosial.

E. Ancaman di bidang sosial dan Budaya


Ancaman yang berdimensi sosial budaya dapat dibedakan atas ancaman
dari dalam, dan ancaman dari luar. Ancaman dari dalam didorong oleh isu-
isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut
menjadi titik pangkal timbulnya permasalahan, seperti separatisme, terorisme,
kekerasan, dan bencana akibat perbuatan manusia. Ancaman dari luar
timbul sebagai akibat dari pengaruh negatif globalisasi, diantaranya adalah:

1) Munculnya gaya hidup konsumtif dan selalu mengkonsumsi barang-barang


dari luar negeri.
2) Munculnya sifat hedonisme, yaitu kenikmatan pribadi dianggap sebagai suatu
nilai hidup tertinggi. Hal ini membuat manusia suka memaksakan diri untuk
mencapai kepuasan dan kenikmatan pribadinya tersebut, meskipun harus
melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Seperti mabuk-mabukan,
pergaulan bebas, foya-foya dan sebagainya.
3) Adanya sikap individualisme, yaitu sikap selalu mementingkan diri sendiri
serta memandang orang lain itu tidak ada dan tidak bermakna. Sikap seperti ini
dapat menimbulkan ketidakpedulian terhadap orang lain, misalnya sikap selalu
menghardik pengemis, pengamen dan sebagainya.
4) Munculnya gejala westernisasi, yaitu gaya hidup yang selalu berorientasi
kepada budaya barat tanpa diseleksi terlebih dahulu, seperti meniru model
pakain yang biasa dipakai orang-orang barat yang sebenarnya bertentangan
dengan nilai dan norma-norma yang berlaku misalnya memakai rok mini, lelaki
memakai anting-anting dan sebagainya.
5) Semakin memudarnya semangat gotong royong, solidaritas, kepedulian
dan kesetiakawanan sosial.
6) Semakin lunturnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
bermasyarakat.

14. Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam NKRI


A. Makna Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh atau tidak terpecah-
pecah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, persatuan adalah
gabungan, (ikatan, kumpulan, dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah bersatu;
perserikatan; serikat. Pengertian kesatuan berarti perihal satu; keesaan; sifat tunggal;
satuan. Bangsa Indonesia dalah suku bangsa yang menghuni wilayah Indonesia dari
Sabang sampai Merauke.
Persatuan secara sederhana berarti gabungan dari beberapa bagian menjadi
sesuatu yang utuh. Atau dengan kata lain persatuan itu berkonotasi disatukannya
bermacam-macam corak yang beragam ke dalam suatu kebulatan yang utuh.

B. Makna Sumpah Pemuda


Sumpah Pemuda di ikrarkan, rakya Indonesia seakin keras berjuang dan pantang
menyerah, menyuarakan persatuan dan kesatuan bangsa
1) Menjadi awal dari tumbuhnya kesadaran hidup berbangsa dan bernegara
2) Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
3) Munculnya lambing-lambang pemersatu seperti bendera Merah Putih dan Lagu
indonesia Raya
4) Menggalang dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa

3.1 Menganalisis nilai-nilai Pancasila terkait dengan kasus-kasus pelanggaran hak dan
pengingkaran kewajiban Warga Negara dalam kehidupan berbangsa danber negara

-Makna hak dan kewajiban Warga Negara


- Pengertian hak warga negara
- Hak dan kewajiban warga negara dalam nilai praksis sila-sila pancasila
- sikap positif yang ditunjukkan oleh sila kedua Pancasila
- Hak dan kewajiban warga negara dalam Nilai instrumetal sila-sila Pancasila
- Hak warga negara yang diatur dalam Pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD NRI
Tahun 1945
- Hak dan kewajiban Warga negara dalam nilai dasar sila-sila Pancasila
- pengertian niai dasar Pancasila
- Hak dan kewajiban warga negara dalam nilai Instrumental sila-sila Pancasila
- satu contoh perwujudan nilai Instrumental sila-sila Pancasila
- Upaya pemeritah dalam penanganan kasus pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajibanWarga Negara
- Tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran
hak dan pengingkaran kewajiban warga Negara.

3.2 Mengevalusi praktek perlindungan dan penegakan hukum untuk menjamin


keadilan dan kebenaran
- Hakekat perlindungan dan penegakan hukum
- makna perlindungan hukum menurut pendapat para ahli
- Dasar hukum perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia
- salah satu Pasal dalam UUD NRI Tahun 1945 yang menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum
- Peran Lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan kedamaian
- Asas yang dipakai sebagai pedoman oleh KPK dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya
- Peran lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan kebenaran
- tugas dan wewenang kejaksaan RI sebagai salah satu lembaga penegak hukum
- Peran Kepolisian Republik Indonesia
- Tugas kepolisian
- Hakekat perlindungan dan penegakan hukum
- Unsur-unsur yang terkandung dalam perlindungan hukum
- Makna supremasi hukum.
- Partisipasi dalam perlindungan dan penegakan hukum
- Pentingnya sosialisasi hukum sejak dini untuk mewujudkan partisipasi
masyarakdalam bidang perlindungan dan penegakan hukum
- Perilaku yang mencerminkan ketaatan atau kepatuhan terhadap hukum yang berlaku
untuk menegakkan kepastian hukum
- Makna dari kepatuhan hukum
- contoh Perilaku yang mencermikan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan Bangsa dan Negara

3.3 Mengidentifikasi pengaruh kemajuanIPTEK terhadap negara dalam bingkai


Bhineka Tunggal Ika
- Pengaruh positif kemajuan IPTEK bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
- Dampak positif kemajuan IPTEK di bidang politik
- Dampak positif kemajuan IPTEK dalam aspek hukum,pertahanan dan keamanan
- Dampak negatif kemajuan IPTEK dalam aspek ekonomi
- Pengaruh negatif kemajuan IPTEK bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
- Dampak negatif kemajuan IPTEK dalam aspek politik
- Dampak positif kemajuan IPTEK aspek Sosial budaya
- Dampak negatif kemajuan IPTEK dalam aspek sosial budaya
- Contoh dampak negatif kemajuan IPTEK dalam aspek ekonomi
- Sikap yang harus dihindari yang merupakan dampak negatif kemajuan IPTEK
dalam aspek ekonomi.

3.4 Mengevaluasi dinamika persatuan dan kesatuan bangsa dalam konteks NKRI
- Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dari Masa ke Masa
- Sistem pemerintahan yang berlaku pada masa Republik Indonesia Serikat pada
periode (27 Desember 1949 sampai denngan 17 Agustus 1950 )
- Karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Landasan hukum pada UUD NRI Tahun 1945 yang menegaskan bahwa negara
Indonesia adalah negara kesatuan
- Persatuan dan kesatuan padamasa Reformasi ( periode 21 Mei 1998 - sekarang
- perubahan mendasar dalam ketata negaraan Indonesia pada UUD NRI 1945 pada Pasal
1 ayat (2)

- Persatuan dan kesatuan Bangsa pada Masa Orde Lama ( 5 Juli 1959 sampai dengan
11 Maret 1966 )
- sistem pemerintahan yang dijalankan pada masa Orde Lama ( 5 Juli 1959 sampai
dengan 11 Maret 1966 )

Anda mungkin juga menyukai