Anda di halaman 1dari 6

DPB III AA GIDITAL ART

MAKALAH ALIRAN SENI

Oleh
Salma Syafiyaa Rayhana
312018090

Dosen
Drs. Evy Saefulloh M.Ds

Jurusan Desain Interior


Fakultas Arsitektur dan Desain
Institut Teknologi Nasional Bandung
2022/2023
POP ART

Aliran pop art pertama kali diperkenalkan oleh Lawrence Alloway seorang pria kelahiran
Inggris yang merupakan seorang kurator asal  Museum N.Y. Gaugenheim. Ia menyatakan
bahwa kata Pop dipergunakan untuk menyatakan suatu pengertian luas, yaitu sikap seniman
yang kembali pada kultur massa (budaya populer).
Sikap tersebut merupakan suatu penolakan terhadap snobisme (angkuh, adiluhung) di dalam
seni dan anggapan bahwa semua yang nyata dan ada seperti barang sehari-hari atau bahkan
iklan seharusnya menjadi seni, bukan hal-hal eksklusif saja seperti keramik mahal atau
wanita dengan busana mewah.
Pop Art dipelopori oleh beberapa Seniman
Newyork yang kini legendaris seperti Roy
Lichtenstein, James Rosenquist, Andy
Warhol, dan Claes Oldenburg. Dapat ditebak
bahwa mereka semua menggunakan subjek-
subjek yang populer di kalangan masyarakat
untuk menciptakan karyanya. Namun sudut
pandang yang mereka gunakan sendiri
tentunya memiliki ciri khas masing-masing.
Pada intinya, aliran popo art adalah
pergerakan yang menentang ide bahwa karya
seni harus selalu didasari oleh sesuatu yang
bernilai agung seperti seni klasik atau
abstrak. Spesifiknya, pop art menentang
gerakan abstrak ekspresionisme yang
membuat seni seakan harus sulit dicerna dan
hanya orang-orang tertentu saja yang memahaminya.
Seniman Pop Art
James Rosenquist
James Rosenquist terkenal dengan lukisan kolase yang kolosal dengan fragmen gambar yang
disandingkan satu sama lain secara misterius. Gambar yang di kolase sebagian besar diambil
dari iklan dan media massa.
Dalam kanvas yang besar, gambar produk konsumen, persenjataan, dan selebriti yang tampak
tidak terkait ini sebetulnya menyiratkan permasalahan sosial, politik,  hingga budaya
senimannya sendiri.
Selama enam dekade, Rosenquist terus menciptakan lukisan-lukisan provokatif yang ukuran
kanvasnya terhitung sangat besar. Relevansi karyanya bergantung pada keterlibatan dia dan
khalayak masyarakat dalam isu-isu ekonomi, politik, lingkungan, dan ilmiah saat itu.
President Elect karya James Rosenquist
Roy Lichtenstein
Roy Lichtenstein merupakan salah satu seniman Pop Art Amerika pertama yang mencapai
popularitas tinggi, bahkan sebelum Andy Warhol. Ia juga menjadi salah satu Seniman Pop
Art yang boleh dikatakan penangkal petir untuk kritik gerakan ini. Karya awalnya beragam,
ia telah bereksperimen dan mencoba berbagai aliran dan menunjukkan pemahaman yang
cukup tinggi mengenai seni modern.
Namun, gaya Pop yang matang baru ia dapatkan pada tahun 1961, dan terinspirasi oleh
komik. Semenjak itu, lukisan-lukisan ikoniknya menjadi identik dengan aliran ini.
Metodenya menciptakan gambar memadukan aspek reproduksi mekanis (bantuan teknologi)
dan gambar tangan tradisional.
Drowning Girl Karya Roy Lichtenstein
Aliran Dadaisme

Dadaisme adalah aliran yang tidak ingin membuat suatu karya indah secara fisik, namun
bermuatan kritik tajam, pesan perdamaian atau pesan sosial lain dengan cara membuat
sindiran tidak langsung, hingga ke ungkapan langsung yang provokatif terhadap kaum-kaum
yang dianggap memberikan pengaruh negatif pada kelangsungan hidup manusia.
Aliran dadaisme menggunakan tema-tema yang bertentangan dengan seni tinggi Eropa yang
dianggap sebagai aliran mainstream pada masa itu. Para Seniman Dada menggunakan tema-
tema yang mengerikan,  mistis dan menyeramkan, namun justru terkadang kekanak-kanakan
atau naif, atau tema apapun yang tidak menunjukkan keindahan estetis yang telah mapan
sebelumnya.
Ciri-ciri Dadaisme
Berdasarkan pengertian di atas sebetulnya sudah jelas bahwa ciri utam dada adalah karya
yang menolak keindahan fisik. Dadaisme berusaha untuk mengambil kemenarikan lain di luar
keindahan yang sudah umum dinikmati. Selain itu, beberapa ciri-ciri dadaisme yang lainnya
adalah sebagai berikut.
1. Mengandung imaji yang cenderung tidak indah, kotor dan provokatif.
2. Memuat pesan yang mempertanyakan kembali arti seni, peran seniman dan estetika
secara umum.
3. Menyampaikan seruan anti perang melalui satir atau sindirian tidak langsung terhadap
kekejaman perang.
4. Berisikan pesan anti kaum borjuis yang pada masa itu dianggap menyebabkan Perang
Dunia I
5. Menggunakan objek-objek “readymade” atau sesuatu yang telah ada, seperti objek
sehari-hari yang ada disekitar kita: gelas, toilet, sendok, dll. Objek tersebut di susun
atau dirangkai menjadi karya seni seperti kolase, patung dan instalasi.
Namun, dadaisme adalah aliran yang sangat terikat dengan konteks sejarahnyanya, aliran ini
tidak fokus pada pengembangan gaya alirannya sendiri, melainkan pada gerakan sosial yang
dilakukan dengan latar Perang Dunia I. Sehingga salah satu hal yang harus dilakukan untuk
lebih memahami aliran ini adalah dengan mengikuti latar belakang sejarah yang
membentuknya.
Seniman Dadaisme
Francis Picabia
Very Rare Picture on the Earth adalah karya
kolase pertama Picabia. Media karya ini terdiri
dari cat minyak dan cat besi, lembaran perak,
lembaran emas dan kayu. Gambar tersebut
bukanlah gambar, sehingga sangat cocok untuk
disebut sebagai “sangat jarang”, sesuai denga
judul karyanya yang berarti “gaambar yang
sangat langka di bumi
Karya ini adalah representasi dari konsep
Picabia yang ingin membuat simbolisme
menggunakan objek-objek mesin yang ada di
dunia industri. Karya ini juga menunjukan
bahwa sangat mungkin bagi seniman untuk
menggunakan simbolisme alternatif, diluar
simbolisme-simbolisme klise yang telah terlalu
banyak digunakan, seperti hewan, alam dan
mitos.

Marcel Duchamp
LHOOQ adalah salah satu contoh penggunaan
konsep readymade Duchamp. Karya ini berupa
kartu pos bergambar lukisan monalisa (portrait
of lisa gherardini) yang diberi kumis dan
janggut. Karya ini adalah salah satu contoh
keabsurd-an dan kejenakaan yang biasa
ditampilkan oleh para seniman Dadaisme.
Memberikan elemen maskulin pada gambar
lukisan monalisa yang merupakan potret seorang
perempuan seakan menguak berbagai issue
gender yang tabu dan tak pernah selesai bahkan
hingga saat ini. Tidak ada pernyataan langsung
dari Duchamp mengenai penafsiran tersebut,
namun melalui citra karya ini berbagai
penafsiran mengenai issue kesetaraan gender dan
homosexual terbuka lebar.
Karya ini juga menentang seni tinggi Eropa
dengan menyajikan imaji yang dianggap
murahan dan sepele, yang sebelumnya tidak
akan digunakan pada tradisi seni klasik.
Hannah Hoch
Cut With the Kitchen Knife Through the Last
Weimar Beer-Belly Cultural Epoch in
Germany, Karya ini menunjukan kepiawaian
Hanna dalam menyusun photo montage dari
berbagai gambar yang ia temukan (found
object). Potongan kertas yang memuat gambar
dan teks dari koran dan majalah di susun
sedemikian rupa hingga membentuk suatu
kesatuan yang meskipun berantakan, kusam
dan berimaji kotor, tetap terlihat apik dan
dinamis. Didalmanya terdapat berbagai pesan
berupa kolase teks misterus yang mengundang
pertanyaan; teka-teki (enigmatik).

Anda mungkin juga menyukai