Anda di halaman 1dari 6

1.4.

Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem distribusi tenaga listrik merupakan salah satu bagian dari suatu sistem
tenaga listrik yang dimulai dari PMT incoming di Gardu Induk sampai dengan Alat
Penghitung dan Pembatas (APP) di instalasi konsumen yang berfungsi untuk menyalurkan
dan mendistribusikan tenaga listrik dari Gardu Induk sebagai pusat pusat beban ke
pelanggan pelanggan secara langsung atau melalui gardu-gardu distribusi (gardu trafo)
dengan mutu yang memadai sesuai stándar pelayanan yang berlaku. Dilihat dari
tegangannya sistim distribusi pada saat ini dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu:
1. Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dengan
tegangan operasi nominal 20 kV/ 11,6 kV
2. Distribusi Sekunder, sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dengan
tegangan operasi nominal 380 / 220 volt
Dilihat dari pentanahan sistemnya sistem distribusi dapat dibedakan menjadi beberapa macam
hal ini disebabkan keterlambatan PLN dalam menguasai teknologi dan standarisasi sehingga
terpaksa mengikuti konsep dan standar negara–negara pemberi dana dan konsultannya masing
masing.
Selain pertumbuhan permintaan yang meningkat tajam pada waktu tersebut belum
adanya perencanaan yang paripurna untuk suatu sistim yang modern maka sistem yang
berkembang menjadi besar secara tambah menambah mejadi semerawut yang kemudian
mulai repelita III mulai ditertibkan dan distandarisasi
Tiga pola utama sistim distribusi 20 kV yang telah ada dan berkembang di pulau
jawa yaitu :
1. Sistim pentanahan netral dengan tahanan tinggi di PLN Distribusi Jawa Timur
2. Sistim pentanahan netral langsung sepanjang jaringan di PLN Distribusi Jateng dan
DIY
3. Sistem pentanahan netral dengan tahanan rendah yang berlaku di PLN Distribusi
Jawa barat dan PLN Distribusi DKI Jaya
Dimana masing masing memiliki karakter dan kekhususan tersendiri yang akan dijadikan
sebagai dasar bagi perkembangan sistem distribusi di daerah daerah yang sedang
berkembang.
Dilihat dari pengawatanya dapat kita pisahkan menjadi 2 macam yaitu ;
1. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 3 kawat terdapat pada sistem distribusi 20 kV
dengan pentanahan netral tinggi dan pada sistem distribusi 20 kV dengan pentanahan
netral rendah
2. Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat terdapat pada sistem distribusi 20 kV
dengan netral pentanahan langsung

Ketiga macam sistim distribusi 20 kV tersebut memiliki pilosofi yang berbeda yaitu :
1. Pentanahan dengan tahanan tinggi dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang
optimum dengan mengutamakan keselamatan umum sehingga lebih layak memasuki
daerah perkotaan dengan saluran udara
2. Pentanahan secara langsung dimaksudkan untuk memperoleh hasil optimum dengan
mengutamakan ekonomi sehingga dengan saluran udara elektrifikasi dapat lebih
layak dilaksanakan diluar kota sampai ke daerah yang terpencil
3. Pentanahan dengan tahanan rendah dimaksdukan untuk memperoleh hasil optimum
dari kombinasi antara faktor ekonomi dan keselamatan umum dan layak untuk
dipergunakan saluran udara bagi daerah daerah luar kota maupun kabel bagi daerah
pada dalam kota

1.5. Pola Sistim Distribusi


Ada 3 (tiga) macam pola sistem distribusi utama yang dianut oleh PT PLN (persero) di
seluruh Indonesia dan satu pola tambahan untuk sistem yang tidak lagi dikembangkan oleh
PLN. Jaminan keselamatan, keandalan dan kontinyuitas penyaluran sulit untuk dipertahankan
pada posisi yang optimum dan dalam pelaksanaanya dilapangan dapat menimbulkan beberapa
kesulitan dengan adanya ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan biaya investasi dan
pemeliharaan peralatan. Pola-pola sistem distribusi tersebut adalah :
1. Sistem Distribusi Pola 1:
Yaitu sistem distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui
tahanan tinggi. Di Indonesia pola sistem distribusi semacam ini petama
dikembangkan di PLN distribusi Jawa Timur dan ciri cirinya dapat di indentifikasi
sebagai berikut Sistem Jaringan :
a. Tegangan nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara bintang dari
trafo utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 500 ohm (arus hubung
singkat ke tanah maksimum 25 A )
c. Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara yang terdiri dari
Saluran Utama ( Main lines ) : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-kawat
untuk saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2
d. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan
yang berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat Sistem
Pengaman :
Pemutus Beban/Tenaga (PMB/PMT) Utama dipasang pada saluran utama di GI sebagai
pengaman utama jaringan dan dilengkapi dengan alat pengaman ( Relai )
1. Relai Penutup Balik (Recloser) untuk memulihkan sistem dari gangguan-gangguan yang
bersifat temporer dan untuk koordinasi kerja dengan peralatan pemutus / pengaman yang
lain disisi hilir dan saluran cabang dari jaringan antara lain sectionalizer dan Pengaman
Lebur (fuse)
2. Relai Gangguan Tanah Terarah (DGFR = Directional Ground Fault Relays)
dipergunakan untuk membebaskan gangguan fasa tanah
3. Relai arus lebih (OCR = Over Current Relays) untuk membebaskan gangguan antar fasa

2. Sistem Distribusi Pola 2:


Sistem Distribusi 20 kV fasa tiga 4 kawat dengan pentanahan netral secara langsung . Pola
sistem ini mulai dikembangkan di Indonesia di PLN distribusi Jawa tengah dan pola sistem
distribusi ini di indentifikasi sebagai berikut:
Sistem Jaringan :
a. Tegangan Nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral ditanahkan sepanjang jaringan dan kawat netral dipakai
bersama untuk saluran tegangan menengah dan saluran tegangan rendah dibawahnya.
c. Konstruksi Jaringan : Terdiri dari saluran udara terutama dan saluran kabel sedang
saluran udara terdiri dari : saluran utama dan saluran cabang.
d. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan yang
berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat
e. Pelayanan Beban : Fasa tiga 4 kawat : 20 / 11.6 kV, Fasa tunggal : 2 kawat 11,6 kV
Sistem Pengaman :
a. Penutup Balik otomatis ( PBO )
Alat ini dipasang pada saluran utama Di GI sebagai pengaman utama jaringan .
Pada jaringan yang panjang ( > 20 km ) yang dipasang pada ujung GI tidak lagi peka
untuk mengindentifikasi gangguan yang berada jauh pada ujung hilir sehingga untuk
pengamanan terhadap gangguan temporer maupun untuk membagi jaringan dalam
beberapa seksi guna melokalisir daerah yang terganggu skecil mungkin dipasang
PBO ke dua dan ke tiga pada jarak jarak tertentu sepanjang saluran utama
b. PMB ( PMT ) dapat dipasang sebagai PBO 1 dimana alat ini perlu dilengkapai
dengan relai–relai:
c. Saklar Seksi Otomatis ( SSO )
Model saklar ini dipergunakan sebagai alat pemutus rangkaian untuk memisah-
misahkan saluran utama dalam beberapa seksi agar pada keadaan gangguan permanen
luas daerah (jaringan) yang terganggu diusahakan sekecil mungkin, SSO untuk pola
2 ini akan membuka pada saat rangkaian tidak ada arus dan tidak menutup kembali.
Saklar ini bekerja berdasarkan penginderaan dan hitungan (account) trip PMT (PBO)
arus hubung singkat dengan demikian saklar ini dipasang apabila dibagian hulu
terpasang PMT atau PBO
d. Pengaman Lebur ( Fuse )
Fuse dipasang pada titik percabangan antara saluran utama dan saluran cabang juga
dipasang pada sisi primer (20 kV) trafo distribusi sebagi pengaman saluran terhadap
gangguan gangguan yang besrsifat permanen koordinasi antar PBO dan alat lainnya
perlu dilakukan

3. Sistem Distribusi Pola 3:


Sistem Distribusi 20 KV fasa tiga 3 kawat dengan pentanahan netral melalui tahanan
rendah. Sistem Jaringan
a. Tegangan nominal : 20 kV
b. Sistem Pentanahan : Netral Kumparan TM yang dihubungkan secara bintang dari trafo
utama ditanahkan melalui tahanan dengan nilai 12 ohm (arus hubung singkat ke tanah
maksimum 1000 A ) dan 40 ohm (arus hubung singkat ke tanah maksimum 300 A)
untuk sistem SUTM atau sistem campuran
c. Konstruksi jaringan : Pada dasarnya adalah saluran udara terdiri dari :
Saluran Utama ( Main lines ) : Kawat jenis AAAC 150 mm2 fasa tiga 3-kawat untuk
saluran cabang: kawat AAAC 70 mm2
d. Sistem pelayanan : radial dengan kemungkinan saluran utama antara jaringan yang
berdekatan dapat saling berhubungan dalam keadaan darurat

4. Pola Sistim Ditribusi Lainnya


Seperti sudah disebutkan kelistrikan di Indonesia ini sangat beragam selain dari tiga pola
yang telah dibahas pola lainnya disebutkan sebagai sistim distribusi pola 4 yaitu sistim
distribusi 6 kV fasa tiga 3- kawat dengan pentanahan netral mengambang .

1.6. Spesifikasi Desain Sistem


Dalam rencana pengembangan dan perluasan jaringan distribusi tenaga listrik sedikitnya ada
tiga kriteria sebagai dasar rekayasa (basic engineering) yang semestinya diperhatikan dalam
pengembangan distribusi ketenaga listrikan yaitu :
1. Desain sistem dan peralatan distribusi serta pembuatannya
2. Penentuan garis-garis besar standar konstruksi yang didasarkan pada peralatan yang
diperoleh
3. Memilih dan menyeleksi berbagai macam standar konstruksi yang akan digunakan pada
situasi tertentu berdasarkan hal-hal tertentu yang ditetapkan preusan
Adanya keberagaman spesifikasi desain ketenaga listrikan akan memungkinkan dapat
mengganggu kelancaran pengusahaan dan pembangunan ketenaga listrikan itu sendiri.
Untuk keperluan penyederhanaan pengelolaan investasi serta kelancaran pengusahaan
ketenaga listrikan di wilayah PT PLN, perusahaan ini telah menyusun spesifikasi desain untuk
JTM dan JTR dalam SPLN 72 tahun 1987 yang diantaranya sebagai berikut :
1. Sistem Distribusi Tegangan Menengah
I. Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM )
1) Jaringan Radial
a) Radial tanpa saklar seksi
b) Radial dengan saklar seksi manual Local, Remote
c) Radial dengan saklar seksi otomatik

2) Jaringan Lingkar (loop)


a) Loop dengan saklar seksi manual Local, Remote
b) Loop dengan saklar seksi otomatik

2. Sistim distribusi Tegangan Rendah


a. Saluran Udara Radial
b. Saluran Bawah Tanah Radial

3. Jenis Pemutus Tenaga


Pemutus Tenaga (PMT) tipe hembusan udara (Air Blast )
a. Pemutus Tenaga tipe hampa udara (Vacuum)
b. Pemutus Tenaga tipe minyak banyak ( Oill Bulk )
c. Pemutus Tenaga tipe minyak sedikit ( Low Oil Content)
d. Pemutus Tenaga tipe Gas ( SF 6 ) 4. Bus Bar ( Rel ) TM
e. Open Type
f. Closed Type

4. Transformator di Gardu Induk Distribusi


Pada Akhir pembangunan transformator di Gardu Induk Distribusi sedapat mungkin lebih
dari satu buah sehingga bila satu transformator terganggu, tidak terjadi pemadaman total

5. Gardu Transformator
Untuk konsumen umum, khusus , umum dan khusus
a. Gardu Tembok Untuk SKTM
b. Gardu Tembok Untuk SUTM
c. Gardu Kios
d. Gardu Tiang : Portal , Cantol

Anda mungkin juga menyukai