SEMINAR GEOGRAFI
1. Pengertian Seminar
Kata “seminar” berasal dari bahsa latin yaitu “Seminarium” yang artinya tempat
menanam benih. Seminar merupakan suatu pertemuan yang dapat dilakukan sekelompok
orang yang membahas suatu masalah dan memberikan solusi yang ilmiah. Seminar juga
biasanya membahas tentang makalah atau kertas kerja. Didalam seminar, biasanya
mendatangkan beberapa pembicara yang berkaitan dengan seminar.
Kegiatan seminar dapat dilakukan oleh semua kalangan, contohnya pelajar, mahasiswa,
Lsm, profesional worker, NGO, lembaga pemerintah, lembaga swasta dan masih bayak lagi.
2. Tujuan Seminar
Untuk bertukar informasi dari seorang (narasumber) kepada orang lain guna untuk di
kembangkan menjadi sesuatu yang lebih luas dan lebih bermanfaat lagi.
3. Syarat Seminar
Anggota atau peserta seminar dapat berfikir logis dalam mengani cara pemecahan
masalah.
Pemateri sudah tahu permasalahan yang akan di sampaikan.
Menentukan waktu.
Masalah sudah di rumuskan.
Permasalahan dapat dipecahkan secara sistematis dan ilmiah.
4. Ciri-Ciri Seminar
Berbentuk Forum ialah pada umumnya kegiatan seminar berbentuk forum interaksi yang
melibatkan sejumlah audiens sehingga terjadi komunikasi dua arah terhadap materi yang
disampaikan.
Mengacu Pada Makalah yaitu pembahasan materi seminar mengacu pada makalah atau
kerta kerja yang telah disusun dan disajikan oleh para pembicara.
Membahas Isu Ilmiah yakni setiap kegiatan seminar selalu mengangkat isu ilmiah yang
aktual sebagai bahan untuk didiskusikan.
Adanya Respon dari Audiens merupakan dalam kegiatan seminar, penyanggah utama
(biasanya seorang ahli) akan diberikan prioritas untuk merespon isi makalah yang
disampaikan oleh pembicara.
Selanjutnya, para audiens juga diberikan kesempatan untuk turut serta memberikan
pendapat.
5. Fungsi Seminar
Untuk menyampaikan suatu pokok gagasan atau sesuatu hal baru kepada khalayak umum
atau para peserta seminar.
Diharapkan para peserta yang mengikutinya dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan
baru yang nantinya dapat dikembangkan lagi untuk menyelesaikan masalah.
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat yang ditujukan untuk
mendapatkan suatu pengakuan atau kualifikasi dalam pekerjaan.
Tempat mencari ilmu.
Tempat menambah relasi, teman, network.
Menambah fortofolio.
Meningkatkan kepercayaan diri.
Salah satu cara bersosialisai dalam forum resmi.
6. Unsur-Unsur Seminar
Dimana materi ini adalah inti dari pelaksanaan seminar. Materinya bisa dalam bentuk karya
ilmiah, artikel ilmiah, atau bentuk tulisan ilmiah yang lainnya.
2. Ada Moderator
Moderator ini berbeda dengan pembawa acara. Moderator ini adalah pemateri seminar.
Moderatornya bisa si pemilik karya ilmiah atau orang yang ahli dalam bidang ilmiah.
Penyanggah ini berasal dari peserta seminar yang ingin bertanya terkait dengan materi yang
disampaikan.
Masalah ini berasal dari materi seminar. Masalah ini adalah bahan utamanya, sehingga akan
dijadikan bahan untuk bertanya. Masalah ini bisa dijadikan judul seminar yang bersifat persuasif.
6. Ada Solusi
Solusi adalah jawaban yang akan Kamu dapatkan usia mengikuti seminar ini. Kesimpulan yang
Kamu dapatkan bisa menjadi ilmu pengetahuan baru.
7. Ada Sertifikat
Ini adalah bukti bahwa Kamu pernah mengikuti seminar. Selain itu, tujuan dari sertifikat ini
adalah bukti bahwa Kamu telah memiliki ilmu baru.
Ilmu ini akan menjadi tambahan kualifikasi profesi Kamu. Untuk mahasiswa bisa dijadikan
tmabahn kualifikasi kompetensi dalam melamar pekerjaan.
Setiap kegiatan berbasis seminar tersebut harus memiliki komponen di dalamnya. Tujuannya
adalah agar seminar bisa berjalan maksimal. Komponen pada seminar juga tergantung dari
jenisnya sendiri. Namun, setiap komponen memiliki perannya masing-masing pada jalannya
seminar.
Terdapat enam komponen yang menjadi karakteristik dari seminar. Keenamnya adalah:
2. Pengarah,
3. Peserta,
4. Moderator,
5. Notulen dan
6. Jalannya acara.
Setiap forum seminar membutuhkan ruang yang tepat. Ruang tersebut diupayakan untuk
memungkinkan terjadinya interaksi antaranya pemateri dengan peserta. Biasanya meja bundar
dan kursi menjadi pelengkap ruangan seminar karya tulis ilmiah.
Pengarah juga memiliki fungsi yang vital pada jalannya acara. Pasalnya tugasnya adalah
mengarahkan setiap peserta yang ingin mengajukan pendapat atau pertanyaan kepada pemateri.
Ini dilakukan agar seminar berjalan dengan lancar. Komponen lain yang harus ada adalah
peserta. Tanpa ada peserta, diskusi untuk karya tulis tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai
seminar.
Moderator dan notulen juga menjadi bagian penting dalam seminar. Notulen memiliki tugas
mencatat hal penting di dalam jalannya seminar. Sehingga hasil dari seminar tersebut bisa
dijadikan sebagai wawasan terbaru. Sebuah seminar juga terbilang sukses apabila memiliki alur
yang terstruktur.
1. Pendahuluan
Bagian isi dan pembahasan ini bisa terdiri dari satu atau lebih bab. Jumlah bab pada
bagian ini bergantung seberapa pelik pembedahan dan pembahasan dari bahan penelitian.
3. Kesimpulan
Bagian kesimpulan berisikan kesimpulan dari hasil analisis pada bagian isi dan
pembahasan. Kesimpulan yang disampaikan pada bagian ini berupa penjelasan singkat
dan padat mengenai hasil analisis. Biasanya, bagian ini hanya terdiri dari satu bab.
Ciri-ciri karya ilmia hal yang harus dipahami mengenai karya ilmiah ialah ciri-
cirinya:
1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan dimaknai oleh
pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan. Pembaca harus bisa langsung
memahami konten dari karya ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus memberikan
pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa yang tidak membingungkan.
Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu bisa langsung diterima oleh pembacanya.
3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari penulisnya. Sebab,
karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan dari hasil analisis penelitian,
bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.
Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa baku itu meliputi
setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber, teori, hingga penulisan
kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya ilmiah hanya akan membuat pembacanya
bingung dan apa yang ingin disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.
Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-istilah akademik
dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa peneliti
atau penulisnya memiliki kapabilitas pada bidang kajian yang dibahas dalam karya
ilmiah. Penggunaan kaidah atau istilah ilmiah itu juga menjadi takaran seberapa ahli
peneliti pada bidang keilmuannya.
6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang memiliki satu
makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis dan
kecermatan penelitian. Kedua hal itu penting karena karya ilmiah harus bisa
menyampaikan maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa
membingungkan.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan babnya dan
bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele atau tepat sasaran. Sebuah
karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus memiliki alur logika yang saling
bersambung. Selain itu, penyampaiannya harus tepat sasaran dengan apa yang ingin
disampaikan.
8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya ilmiah tidak
dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus menunjukkan fakta-fakta
dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak memiliki kecondongan subjektifitas.
Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini berkaitan dengan
semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat dalam karya ilmiah agar pembaca
tidak dipusingkan dengan penggunaan kalimat yang berputar-putar. Penggunaan kalimat
seperti itu hanya akan membuat pembaca bingung.
Dalam menulis karya ilmiah terdapat beberapa teknik penulisan yang perlu dipahami dan
diterapkan yaitu:
Spasi atau jarak baris penulisan karya ilmiah adalah 2 spasi. Beberapa perguruan tinggi
menentukan jarak baris penulisan atau spasi adalah 1,5 spasi.
Spasi atau jarak baris penulisan untuk kutipan langsung, judul gambar, judul tabel, daftar
pustaka adalah berjarak 1 spasi ke bawah.
Spasi atau jarak baris penulisan untuk daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran, serta daftar istilah adalah berjarak 1 spasi dengan jeda satu baris untuk setiap
bagiannya.
Angka Romawi kecil (i, ii, iii, dst) digunakan untuk penomoran halaman pada bagian awal
karya ilmiah seperti halaman judul hingga abstaksi.
Angka Arab (1, 2, 3, dst) digunakan untuk penomoran halaman setiap halaman. Pada
halaman yang memuat judul bab, penomoran halaman ditulis pada bagian kanan bawah.
Sedangkan, pada setiap halaman di setiap bab, penomoran halaman ditulis pada bagian
kanan atas.
Penomoran halaman berjarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas atau tepi
bawah.
Sementara itu, Istilah yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah istilah dalam
bahasa Indonesia atau istilah serapan bahasa asing yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jika istilah asing yang digunakan dalam penulisan karya tulis tidak memiliki padanan
kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka istilah asing tersebut harus ditulis
dengan menggunakan huruf miring atau italic dan dijelaskan makna dari istilah yang dimaksud.
5. Bentuk Kalimat
Kalimat dalam penulisan karya ilmiah hendaknya disajikan dalam bentuk pasif dalam
artian kalimat dalam karya ilmiah tidak boleh disajikan dalam perspektif orang pertama seperti
saya, aku, dan lain-lain. Pada bagian ucapan terima kasih atau kata pengantar atau prakata,
kata saya diganti dengan kata penulis.
6. Penulisan Kata Pengantar
Setiap karya ilmiah selalu didahului dengan Kata Pengantar atau Prakata atau Ucapan
Terima Kasih. Dalam penulisan karya ilmiah,
7. Penulisan Abstrak
Abstrak dalam penulisan karya ilmiah sangat penting karena merupakan intisari dari karya
ilmiah yang dibuat. Beberapa ketentuan terkait dengan penulisan Abstrak adalah sebagai
berikut :
Judul Abstrak ditulis dengan menggunakan huruf besar atau kapital, ditebalkan, dan
ditempatkan di tengah.
Isi Abstrak pada umumnya ditulis dengan spasi tunggal dengan jumlah kata minimal 75 kata
dan maksimal 100 kata dan ditulis dalam satu paragraf.
Abstrak ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan ketentuan
penulisan yang sama.
Jika memungkinkan, penulisan abstrak bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris diletakkan
dalam satu halaman.
Pada bagian bawah abstrak ditulis beberapa kata kunci yang penulisannya disesuaikan dengan
bahasa yang digunakan. Dalam artian, pada Abstrak dalam bahasa Indonesia maka kata kunci
ditulis dalam bahasa Indonesia. Begitu pula dengan Abstrak dalam bahasa Inggris maka kata
kunci ditulis dalam bahasa Inggris.
Istilah asing yang digunakan dalam Abstrak harus ditulis dengan huruf miring atau dicetak
miring.
10. Penulisan Judul Bab, Judul Subbab, dan Judul Anak Subbab
Suatu karya ilmiah umumnya terdiri dari beberapa bab, subbab, dan anak subbab. Berikut
beberapa ketentuan dalam penulisan judul bab, judul subbab, dan judul anak subbab.
Judul bab ditulis dengan menggunakan huruf kapital atau huruf besar, diletakkan di tengah-
tengah kertas, dan ditebalkan atau di-bold. Adapun jarak penulisan judul bab disesuaikan
dengan formasi ukuran margin atau batas tepi penulisan yang dianut yakni 4 cm atau 3 cm
dari tepi atas kertas tanpa tanda titik.
Judul subbab ditulis dengan menggunakan huruf kapital atau huruf besar kecuali kata
penghubung dan kata depan, ditebalkan atau di-bold, dimulai dari tepi kiri dan tanpa tanda
titik.
Judul anak subbab ditulis dengan menggunakan gaya kalimat yakni pada awal kata pertama
menggunakan huruf kapital atau huruf besar dan awal kata kedua dan seterusnya
menggunakan huruf kecil dan diikuti dengan tanda titik (.) dan ditebalkan atau di-bold.
Penulisan judul anak kalimat dimulai 1 tab atau 5 ketikan dari kiri.
Bilangan dalam karya ilmiah ditulis dengan angka kecuali jika bilangan tersebut terdapat
pada awal kalimat maka bilangan ditulis dengan huruf.
Penulisan bilangan desimal merujuk pada ketentuan bahasa Indonesia yakni ditulis dengan
koma (,) dan bukan dengan titik (.).
Sementara itu, penulisan satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa disertai dengan
tanda titik (.) di belakangnya.
Umumnya judul gambar dan judul tabel ditulis ditengah sebagaimana gambar dan tabel.
Perbedaannya adalah judul gambar ditempatkan di bawah gambar sedangkan judul tabel
ditempatkan di atas tabel.
Kutipan langsung atau kutipan yang berasal dari penulisnya yang berjumlah kurang dari
40 kata ditulis dengan menggunakan dua tanda petik.
Kutipan langsung yang diambil dari kutipan maka penulisannya menggunakan satu tanda
petik.
Kutipan langsung yang diambil dari bahasa asing maka harus ditulis dengan
menggunakan huruf miring atau italic.
Kutipan langsung yang mengandung jumlah kata 40 kata atau lebih maka kutipan
tersebut harus ditulis tanpa menggunakan tanda petik dan diketik dengan jarak 1 spasi.
Adapun proporsi kutipan langsung dalam satu halaman adalah maksimal ¼ halaman.
Apabila dalam kutipan langsung ada bagian yang dihilangkan, maka penulisan bagian
yang dihilangkan tersebut diganti dengan menggunakan tiga buah titik.
Apabila sumber kutipan merujuk sumber lain, maka yang ditulis adalah sumber kutipan
yang digunakan oleh pengutip dengan menyebut nama yang mengemukakan pendapat
tersebut.
Jika sumber kutipan ditulis mendahului kutipan langsung, maka penulisannya adalah
nama penulis diikuti dengan tahun penerbitan dan nomor halaman yang dikutip. Tahun
dan nomor halaman ditulis dalam tanda kurung.
Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan langsung maka penulisan nama, tahun
penerbitan, dan nomor halaman diletakkan di dalam kurung.
Jika kutipan berasal dua orang penulis, maka kedua nama penulis harus disebutkan.
Jika kutipan berasal lebih dari dua orang maka nama belakang atau nama keluarga dari
semua penulis harus ditulis dengan lengkap. Untuk penyebutan kedua dan seterusnya
yang ditulis hanyalah nama keluarga penulis pertama dan diikuti oleh dkk disertai titik
(.).
Jika kutipan berasal dari penulis yang berbeda dan sumber berbeda, maka penulisannya
adalah diurutkan berdasarkan alphabet dan bukan berdasarkan tahun terbit.
Jika kutipan berasal dari penulis yang sama dengan karya yang berbeda, maka cara
penulisannya dengan menambahkan huruf a, b, c, dan seterusnya pada tahun penerbitan.
Jika kutipan berasal dari penulis yang sama dengan sumber yang berbeda maka
penulisannya adalah tahun penerbitan ditulis satu kali dan menambahkan huruf a, b, c.
Jika kutipan berasal dari tulisan tanpa diketahui nama penulisnya, maka penulisannya
adalah (Tanpa nama, 2017, hlm. 10).
Jika kutipan berasal dari penulis tanpa diketahui tahun penerbitan maka penulisannya
adalah (Littlejohn, Tanpa Tahun, hlm. 8).
Jika yang dikutip adalah pokok pikiran penulis, maka penulisannya tidak menggunakan
tanda petik dan cukup dengan menyebutkan sumbernya.
` Adapun beberapa ketentuan umum penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut :
Sumber kutipan yang terdapat dalam naskah atau teks karya ilmiah harus ditulis secara
lengkap dalam daftar pustaka dan begitu pun sebaliknya.
Nama penulis yang ditulis terlebih dahulu dalam daftar pustaka adalah nama belakang
atau nama keluarga. Pengecualian pada penulisan nama Cina, Jepang, atau Korea karena
nama belakang atau nama keluarga berada di awal.
Dalam penulisan daftar pustaka, gelar akademik atau gelar keagamaan atau gelar
kebangsawanan penulis tidak perlu ditulis.
Jika nama penulis tidak diketahui, maka judul karya dari penulis yang tidak bernama
tersebut dituliskan sebagai tema utama.
Huruf kapital digunakan untuk menulis huruf pertama dari judul karya atau judul
tambahan.
Daftar pustaka ditulis secara berurutan berdasarkan abjad nama belakang atau nama
keluarga penulis dengan jarak 1,5 spasi.
Dalam penulisan daftar pustaka, baris kedua setiap sumber pustaka ditulis dengan jarak 5
ketikan dari batas tepi kiri baris pertama dengan jarak antar baris 1,5 spasi.