Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman dewasa ini ditandai dengan perkembangan teknologi

yang pesat. Dalam banyak aspek kehidupan baik masyarakat dan bernegara

memanfaatkan teknologi sebagai penunjang kegiatannya. Di America bahkan

ketika internet berkembang dan dibuka pendaftaran gugatan atau perkara

secara online, jumlah dari gugatan dan perkara naik mejadi tiga kali lipat.

Begitu juga pada sektor ekonomi masyarakat tidak perlu pergi ketempat

dimana produk penjualan itu berada cukup menggunakan internet maka

kegiatan jual beli pun berlangsung dengan lancar. Dibidang pendidikan

semenjak tahun 2019 dunia sudah digemparkan dengan isu pandemic Covid 19

dan virus ini menganggu banyak hal termasuk pendidikan karena salah satu

usaha pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus ini adalah dengan

merumahkan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ini tertolong dengan

adanya media internet. Kadang-kadang guru cukup memberikan arahan materi

dan pelajar dapat melihat penjelasan di media Youtube yang videonya sudah di

upload oleh guru tersebut.

Media youtube selain menyediakan video-video yang bersifat menghibur

seperti film, musik atau kartun penggunanya dapat mengupload video lain

sesuai kebutuhan misanya untuk para guru yang membutuhkan media yang

dapat mengupload video dalam durasi banyak maka youtube lah yang

1
digunakan. Youtube adalah sebuah situs web berbagi video yang dibuat oleh

tiga mantan karyawan PayPal pada Februari 2005. Situs ini memungkinkan

pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video. Perusahaan ini

berkantor pusat di San Bruno, California, dan memakai teknologi Adobe Flash

Video dan HTML5 untuk menampilkan berbagai macam konten video buatan

pengguna, termasuk klip film, klip TV, dan video musik. Selain itu ada pula

konten amatir seperti blog video, video orisinal pendek, dan video pendidikan.1

Dengan banyaknya pengguna youtube di Indonesia menimbulkan

kegemaran baru, kegemaran tersebut dapat menciptakan penghasilan baru bagi

para pengguna youtube tersebut. Youtube merupakan suatu wadah untuk

menciptakan suatu popularitas baru dengan bertujuan untuk mendapatkan suatu

keuntungan. Tidak sedikit para artis televisi berpindah haluan menjadi artis

youtube dikarenakan youtube lebih diminati oleh masyarakat daripada televisi,

hal ini sesuai dengan slogan dari youtube itu sendiri yaitu “youtube lebih dari

sekedar TV”. Keuntungan yang didapatkan di dalam youtube dapat berupa

suatu popularitas atau bahkan penghasilan tambahan . dengan pengaksesan dan

peraihan penghasilan yang mudah membuat youtube menjadi salah satu lahan

pekerjaan baru yang diciptakan secara tidak sengaja atau secara kebetulan,

karena pada dasarnya para pelaku usaha di media sosial youtube hanya

melakukan kegemarannya saja namun kegemaran itu dapat memunculkan

penghasilan didalamnya.2

1
Wikipedia, Youtube. https://id.wikipedia.org . Diakses pada tanggal 20 Januari 2022
2
Rahman Bagus Ramadhan, “Perlindungan hukum terhadap pengguna jasa provider
seluler sebagai konsumen atas promo yang dikeluarkan oleh pelaku usaha melalui media iklan di
pt indonesian satelite”. LTA S-I Kearsipan Fakultas Hukum. Universitas Jenderal Sudirman.2015

2
Semenjak pandemik Covid 19 karena akses untuk keluar rumah dibatasi

dan orang-orang yang melihat bahwa masyarakat membutuhkan hiburan seperti

di televisi menggunakan kesempatan ini dengan menguload video karya

mereka yang ditujukan untuk memberikan hiburan kepada masyrakat. Karena

televisi beakangan kebanyakan berisi berita terkait Covid 19 yang justru

membuat masyarakat menjadi stres sehingga para konten kreator ini

menggunakan situasi ini untuk menghibur masyakat. Menurut amat penulis

para youtuber ini pun memiliki penghasilan jauh lebih daripada seniman

televisi. Kita sebut saja Atta Halilintar dan Ria Richis yang merupakn youtuber

asal Indonesia yang memiliki pengikut terbanyak di Asia Tenggara.

Youtuber merupakan sebutan bagi para pemilik akun youtube yang aktif

mengunggah video di youtube tersebut.3Youtuber dapat berbentuk orang

pribadi atau individu, kelompok ataupun perusahaan besar yang menggunakan

youtube sebagai media untuk memperkenalkan dirinya baik barang atau jasa

yang diperjualbelikan. Tidak sedikit youtuber yang menyebut dirinya sebagai

influencer marketing yang bekerja pada bidang memasarkan suatu barang atau

jasa di media sosial khusunya youtube.

Seorang youtuber pun dapat menghasilkan peghasilan hingga miliaran

perbulannya. Berikut beberapa contoh pengasilan youtuber pada tahun 2021:4

1. Atta Halilintar – memiliki 26 juta subscriber dan channel YouTubenya

memiliki penghasilan sekitar 33,5 juta – 538 juta per bulan. 

3
Lihat www.wikipedia.com, dakses 20 Januari 2022
4
Lihat https://www.niagahoster.co.id/blog/penghasilan-youtuber/, diakses 20 Januai 2022

3
2. Ria Ricis – memiliki 23 juta subscriber dan penghasilan YouTubenya

mencapai 312 juta – 5 miliar per bulan. 

3. Rans Entertainment – memiliki 18,9 juta subscriber dan penghasilan

YouTubenya mencapai 312 juta – 6 miliar per bulan. 

Dari angka diangka pengahsilan diatas maka terpikirkan terkait apakah mereka

juga harus membayar pajak penghasilan. Dalam dunia perpajakan belum ada

regulasi jelas yang mengatur pajak penghasilan youtuber. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 23 tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan

Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran

Bruto Tertentu menggunakan metode penghitungan Pph final 0,5% sehingga

penghasilan bruto x 50% = Iuran pajak pertahun. Namun, penghasilan youtuber

tidak dapat menjadi patokan dalam metode ini karena angka yang ditampilkan

situs Socialblade atau Social Network Analisis System dalam melacak statistik dan

analitik media sosial menggunakan algoritma secara universal. Artinya, angka

penghasilan para youtuber disamaratakan dengan seluruh youtuber yang ada

didunia. Padahal, tarif para youtuber berbeda-beda disetiap Negara. Selain

menggunakan metode tersebut, para youtuber juga dapat menggunakan skema

penghitungan pajak pada umumnya dengan konsekuensi harus menghitung setiap

biaya yang dikeluarkan mulai dari biaya produksi hingga ide. Nyatanya hal

tersebut akan sangat sulit untuk menakar nilai ide yang dikeluarkan. Seperti

namanya, pajak penghasilan atau yang disingkat dengan istilah PPh merupakan

pajak yang dikenakan atas suatu penghasilan. Kaitannya dengan hasil tersebut,

maka PPh pasal 21 adalah pajak yang dibebankan kepada wajib pajak orang

4
pribadi yang mendapatkan suatu penghasilan bisa berupa gaji, honor dan lainnya.

Lebih lanjut, wajib pajak orang pribadi tersebut bisa berupa karyawan tetap

ataupun non karyawan tetap yang mendapatkan gaji atau honor dari suatu badan

usaha.

Mungkin sebagian orang merasa menjadi youtuber bukanlah sebuah

pekerjaan melainkan hanya sebuah bentuk penyampaian kreativitas seseorang

tetapi hasil dari Youtube ini tidaklah main-main bahkan lebih besar daripada

UMR suatu wilayah. Maka untuk menjawab hal ini penulis akan elakukan

penelitian terkait pembayaran pajak penghalisan Youtuber di Indonesia dengan

Judul “ Tinjauan Yuridis Ketetapan Pajak Penghasilan Pada Youtuber di

Indonesia Berdasarkan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Pajak Penghasilan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor yang menyebabkan seorang Youtuber dikenakan pajak

penghasilan?

2. Bagaimana penerapan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan terhadap profesi YouTuber?

C. Tujuan Penelitian

Berikut yang menjadi tujuan diadalakan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

5
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan seorang Youtuber

dikenakan pajak penghasilan

2. Untuk mengetahui penerapan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan terhadap profesi YouTuber

D. Manfaat Penelitian

Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan yang membacanya, yaitu:

1. Secara teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam

pengembangan Hukum Ekonomi dan Hukum Pajak khususnya pajak

penghasilan di Indonesia.

2. Secara praktis

Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat tentang

pengenaan pajak penghasilan terhadap profesi YouTuber dan Selebgram di

Indonesia, serta dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran bukan

hanya kepada YouTuber dan Selebgram, namun semua pelaku usaha di

Indonesia dalam memenuhi kewajiban pemenuhan pajak.

E. Kerangka Teori

1. Pajak

Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan bagi suatu

negara, sehingga membuat para aparat beserta undang-undangnya mengatur

6
dengan sangat seksama mengenai hal tersebut. keseksamaan tersebut dilihat

dengan adanya konsep memaksa bagi Seluruh Warga Negara Indonesia atau

Seluruh Warga Negara yang mendapatkan tambahan ekonomi dari

Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan untuk membayar

pajak.5 Karena tidak dapat dipungkiri Indonesia merupakan suatu negara

yang besar dengan penduduk yang besar pula sehingga diperlukan biaya

yang besar pula untuk melakukan pembangunan. baik Pembangunan

infrastruktur, biaya pendidikan, biaya kesehatan, subsidi bahan bakar

minyak (BBM), pembayaran para pegawai negara dan pembangunan

fasilitas publik semua dibiayai dari pajak. Semakin banyak pajak yang

dipungut maka semakin banyak fasilitas dan infrastruktur yang dibangun.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan seberapa

pentingnya pajak bagi Pembangunan Suatu Negara.6

2. Teori Wajib Pajak

Wajib pajak merupakan seseorang yang merupakan subjek pajak itu

sendiri. Subjek pajak adalah istilah dalam peraturan perundang-undangan

perpajakan untuk perorangan (pribadi) atau organisasi (kelompok)

berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Seseorang atau suatu badan merupakan subjek pajak, tetapi bukan berarti

orang atau badan itu punya kewajiban pajak. Kalau dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan tertentu seseorang atau suatu badan

5
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Pajak Sebagai Ujung Tombak
Pembanguan, http://www.pajak.go.id Di akses Pada 1 Januari 2022
6
Ibid.

7
dianggap subjek pajak dan mempunyai atau memperoleh objek pajak, maka

orang atau badan itu jadi punya kewajiban pajak dan disebut wajib pajak.7

3. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan merupakan pajak yang diterapkan kepada penghasilan

yang didapatkan oleh Wajib Pajak. Penghasilan menurut UU PPh terdapat

dalam Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2008, yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis untuk yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat digunakan untuk

konsumsi maupun menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

F. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah normatif yaitu

pendekatan yang menekankan pada aspek hukum (peraturan perundang-

undangan),berkenaan dengan pokok masalah yang hendak dibahas.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian normatif dari perspektif tujuannya dapat

dibagi menjadi lima pendekatan yaitu12:

a. Pendekatan perundang-undangan yaitu dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

diketengahkan;

7
Wikipedia, Subyek pajak. https://id.wikipedia.org Diakses Pada tanggal 8 Januari 2022

8
b. Pendekatan konseptual yaitu dilakukan dengan merujuk pada prinsip-

prinsip hukum yang dapat ditemukan dalam pandangan-pandangan para

sarjana hukum atau doktrin-doktrin hukum

c. Pendekatan kasus yaitu dilakukan dengan menggunakan putusan hakim

yang telah memiliki kekuatan hukum tetap sebagai sumber bahan hukum

d. Pendekatan historis yaitu bertujuan untuk mencari aturan hukum dari

waktu ke waktu dalam rangka memahami filosofi dari aturan dari hukum

tersebut dan mempelajari perkembangan aturan hukum tersebut

e. Pendekatan perbandingan yaitu dilakukan dengan melakukan

perbandingan hukum. Sesuai dengan objek penelitian penulis, maka

penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan

konseptual.

3. Sumber Data

a. Data primer diperoleh langsung dari studi kepustakaan,yakni

mengkaikan permasalahan dengan perlindungan hukum bagi data dan

informasi

b. Data sekunder

Data sekunder di bidang hukum yang banyak terdapat dalam berbagai

data kepustakaan,antara lain:

1) Bahan Hukum Primer

Yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

kepemilikan kepentingan negara

2) Bahan hukum sekunder

9
Yaitu bahan-bahan yang memberi penjelasan atau keterangan

mengenai bahan hukum premier yang berupa buku-buku yang

ditulis oleh sarjana hukum, literatur, hasil penelitian yang telah

dipublikasi,jurnal-jurnal hukum , artikel, makalah, situs internet

dan lain sebagainya.

3) Bahan hukum tersier

Yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer maupun bahan sekunder.

Bahan-bahan hukum tersier terdiri dari:

a. Kamus hukum

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Penghasilan

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data

Sumber data yang didapatkan berasal dari kepustakaan atau bedah

hukum sesuai dengan metode yang penulis pilih yaitu normatif

5. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan dari lapangan dengan lengkap,maka

tahap berikutnya adalah mengolah dan menganalisis data yang melalui

proses editing8 yaitu data-data yang diperoleh kemudian di teliti dan

8
Bambang Sunggono, 2003.Metodologi Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada,
Jakarta. Hal. 123

10
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kebaikan; . data yang akan di

kelola dan di analisis.

6. Analisis Data

Analisis merupakan penyusunan terhadap data yang telah diolah

untuk mendapatkan suatu kesimpulan dalam hal ini penulis menggunakan

analisis kualitatif yakni uraian yang dilakukan oleh penulis terhadap data

yang telah terkumpul dengan tidak mengunakan angka-angka tetapi

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan pandangan para pakar.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun penulisan guna diperoleh pembahasan yang jelas dan

terarah tentang skripsi ini,maka penulis mengemukakan pokok-pokok uraian-

uraian dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian pendahuluan yang memberikan informasi yang

bersifat umum dan menyeluruh. Secara sistematis terdiri dari latar

belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan dan menjelaskan kerangka-kerangka teoritis serta

tinjauan umum tentang Pajak penghasilan, Youtuber dan Asas-Asas

Pemungutan Pajak

11
BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab ini menguraikan penggunaan metode normatif yang penulis

gunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian,dimana pada bab ini

akan di uraikan hasil penelitian ketentuan pajak penghasil bagi para

Youtuber

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran

dari hasil penelitian

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Youtuber

Youtuber merupakan sebutan bagi para pemilik akun youtube yang

aktif mengunggah video di youtube tersebut. Youtuber dapat berbentuk

orang pribadi atau individu, kelompok ataupun perusahaan besar yang

menggunakan youtube sebagai media untuk memperkenalkan dirinya baik

barang atau jasa yang diperjualbelikan. Tidak sedikit youtuber yang

menyebut dirinya sebagai influencer marketing yang bekerja pada bidang

memasarkan suatu barang atau jasa di media sosial khusunya youtube.

Syarat menjadi seorang influencer marketing menurut IDN Times adalah

minimal memiliki followers aktif sejumlah 3000 sudah dapat dikatakan

sebagai seorang influencer marketing.9

Youtube memfasilitasi penggunanya untuk mengunggah video dan bisa

diakses oleh pengguna lain di seluruh dunia secara gratis. Dikarenakan hal

ini membuat popularitas youtube menjadi lebih meningkat karena

menambah variasi di setiap tampilannya. Tidak ada pembatasan durasi

yang diberikan oleh youtube membuat nilai tambah bagi youtube

dibandingkan dengan media sosial lainnya seperti Instagram. Dapat

diketahui bahwa durasi pengunggahan video didalam Instagram hanya

sekitar 1 menit saja, hal ini diyakini tidak efektif dalam melakukan proses

9
Rosa Folia, Ingin Jadi Influencer Marketing? Begini syarat dan hitung-hitungannya .
https://news.idntimes.com . Di akses pada tanggal 17 Maret 2022

13
pemasaran suatu produk ataupun jasa karena durasi yang begitu singkat,

sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih youtube sebagai media

yang dipilih. Selain itu youtube juga merupakan sarana mencari informasi

dengan lebih mudah karena metode video yang digunakan dan dapat lebih

mudah dicerna oleh masyarakat luas.10

Tidak hanya informasi saja youtube juga dapat digunakan sebagai

media hiburan dimana bisa mengakses musik dan lagu serta cuplikan film-

film sehingga menimbulkan pemikiran dari masyarakat bahwa slogan

cuplikan film-film sehingga menimbulkan pemikiran dari masyarakat

bahwa slogan dari dari youtube yang menyatakan bahwa “lebih dari

sekedar TV” memanglah pas adanya. Dikarenakan akses jaringan youtube

bisa mencapai seluruh dunia. Tidak jauh berbeda dengan fungsi search

engine, pecarian di youtube akan muncul daftar sejumlah video sesuai

denga kata kunci yang telah dicantumkan didalam pencarian tersebut. Dari

hasil pencarian akan muncul top rated, most viewed dan most recent di

halaman utama youtube dan jumlah video yang berhubungan dengan kata

kunci di dalam pencarian tersebut. 11

Terdapat karakteristik dari youtube yang membuat sebagian

masyarakat lebih memilih untuk menggunakan youtube daripada media

sosial lainnya yaitu: 12

10
Siti Aisyah, “Video Blog Sebagai Media Representasi Diri Vlogger di Kota Makassar”.
LTA S-I Kearsipan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hassanudin.2017
11
Ibid.
12
Ibid

14
a. Tidak ada batasan durasi untuk mengunggah video. Hal ini yang

membedakan youtube dengan beberapa media sosial lain yang memiliki

batasan durasi seperti Instagram, Snapchat dll.

b. Sistem pengaman yang lumayan akurat. Youtube membatasi

pengamanannya dengan tidak mengizinkan video yang mengandung

sara, ilegal , berbau porno dan akan memberikan pertanyaan konfirmasi

sebelum mengunggah video. Apabila terdapat pelanggaran yang

dilakukan oleh youtuber, maka akan dikenakan sanksi pemblokiran

konten atau bahkan konten youtuber tersebut akan dihapus oleh

youtube.

c. Adanya pembatasan umur (apabila dibawah 18 tahun) tidak dapat

mengakses konten dewasa, sehingga adanya pengamanan yang

diberikan oleh youtube terhadap anak-anak muda generasi penerus

bangsa.

d. Berbayar, saat ini youtube memberikan penawaran bagi siapapun yang

mengunggah videonya ke youtube dan mendapatkan minimal 1000

viewers atau penonton akan diberikan tambahan penghasilan dari

youtube. Semakin banyak subscriber, viewer dan likers yang

didapatkan oleh youtuber semakin tinggi pendapatan yang didapatkan

oleh youtuber tersebut.

15
e. System Offline yang disediakan oleh youtube memudahkan bagi para

masyarakat yang menikmati tontonan di youtube tanpa harus

memikirkan kuota yang menepis, karena system offline ini dapat

diunduh dengan layanan wifi gratis yang bisa didapatkan di kampus,

cafe atau tempat-tempat lainnya yang sudah banyak sekali

menggunakan layanan wifi .13

f. Tersedianya editor sederhana, pada menu awal mengunggah video,

penguna akan ditawarkan untuk mengedit videonya terlebih dahulu.

Menu yang ditawarkan itu berupa memotong video, memfilter warna

dan menambahkan efek yang dibutuhkan sehingga tidak perlu modal

yang besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Konsep dari youtube ini adalah menyalurkan bakat atau kebiasaan

dari youtuber mengenai gaya hidup, gaya berpakaian, makanan kesukaan,

kebiasaan bersolek ser;-ta hal-hal lainnya yang difasilitasi oleh youtube

sehingga kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi masyarakat. Dengan

mempengaruhi masyarakat tersebut para youtuber dibayar oleh perusahaan

pemilik barang atau jasa yang merasa telah di iklankan secara tidak

langsung oleh youtuber tersebut. selain itu mencantuman iklan di sela-sela

video juga merupakan penghasilan tambahan yang diberikan oleh youtube

kepada para youtuber yang di sebut dengan google adsense yang merupakan

program kerjasama periklanan melalui media internet yang diselenggarakan

oleh google. Penghasilan dari google adsense ini dipantau langsung oleh
13
Ibid.

16
youtube karena penghasilan tersebut youtube yang memberikan. Tetapi

penghasilan yang didapatkan oleh youtuber dari suatu pengiklanan suatu

produk atau jasa itulah yang hanya antara para pemilik produk dan youtuber

yang tahu akan jumlah penghasilan tambahan tersebut. 14

Di dalam penggunaan youtube terdapat hak cipta bagi para pemilik

konten tersebut. Undang-undang ITE pada dasarnya mengatur penggunaan

informasi dan transaksi elektronik yang dilakukan dengan menggunakan

komputer atau media elektronik lainnya. Yang tergolong informasi dalam

Undang-Undang ini tak terbatas pada tulisan, gambar atau suara, tapi juga e-

mail, telegram danlainnya. Jangkauan Undang-Undang ini sangat luas,

sebagaimana yang tercantum pada pasal 2 undang – undang ITE yang

menyatakan:

“Undang-Undang ini berlaku untuk setiap Orang yang melakukan

perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang

berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum

Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia

dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan

Indonesia.” Karena adanya pengaturan hak cipta dalam UU ITE dapat

dikatakan bahwa youtube merupakan salah satu sumber penghasilan juga

sehingga para pemilik konten tersebut berhak untuk melakukan pengaturan

hak cipta. Karena adanya penghasilan dan pertambahan nilai ekonomis

tersebut maka dalam pelaksanaanya, para pemilik konten wajib membayar

pajak apabila sudah sesuai dengan ketentuan dari Undang-Undang.


14
Ibid.

17
B. Pajak Penghasilan

Menurut Mardiasmo di dalam bukunya yang berjudul perpajakan

menyatakan bahwa Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur

mengenai pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak yang menerima

penghasilan dalam tahun pajak dapat dikatakan sebagai wajib pajak yang harus

dikenai pajak atas penghasilan yang diperolehnya. Undang-Undang PPh

menganut asas materiil dimana penentuan pajak yang terutang tidak tergantung

kepada surat ketetapan pajak karena sistem yang digunakan dalam pengenaan

pajak penghasilan adalah self assesment system dimana perhitungan dan

pembayaran dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak yang berkaitan dengan pajak

penghasilannya.15 Sedangkan Menurut Pasal 4 ayat (1) UU PPh, penghasilan

adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Jadi dapat ditarik

kesimpulan bahwa penghasilan merupakan imbalan yang didapat oleh wajib

pajak karena telah melakukan suatu pekerjaan. Yang dapat berasal dari tempat

pekerjaan tersebut berlangsung.16 Berdasarkan pengertian tersebut, maka pajak

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara

15
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit : Andi Hal 129
16
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

18
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak.

Namun hal tersebut hanya berlaku untuk warga negara yang sudah

memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu warga negara yang

memiliki Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) lebih dari Rp2.050.000

per bulan. seorang karyawan/pegawai, baik karyawan swasta maupun

pegawai pemerintah, dengan total penghasilan lebih dari Rp 2.000.000,

maka wajib membayar pajak. Berbeda jika merupakan wirausaha, maka

setiap penghasilan akan dikenakan pajak sebesar 1% dari total penghasilan

kotor/bruto.17

b. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap Warga Negara

Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat

objektif, maka wajib untuk membayar pajak. Dalam undang-undang pajak

sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak

yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi administratif

maupun hukuman secara pidana. Syaratsyarat menjadi seorang Wajib

Pajak sudah ditentukan oleh Undang-Undang yang terkait , Jadi dapat

ditarik kesimpulan bahwa pajak memaksa untuk setiap warga negara yang

sudah memenuhi syarat-syarat sebagai Wajib Pajak dalam ketentuan

Undang-Undang.18

c. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung

17
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau yang Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu
18
Ibid.

19
Pajak berbeda dengan retribusi. Karena ketika membayar suatu

retribusi maka akan mendapat imbalan secara langsung contohnya yaitu

retribusi parkir dimana ketika membayar uang parkir maka akan

mendapatkan imbalan penjagaan kendaraan sehingga kendaraan tersebut

dapat terhindar dari tindak kejahatan, namun pajak tidak seperti itu. Pajak

merupakan salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi

ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, tidak dapat langsung

menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan didapatkan berupa

perbaikan jalan raya , fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa

pendidikan bagi anak, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan

pembanguan infrastruktur dan pensejahteraan masyarakat.19

d. Berdasarkan Undang-undang

Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara sehingga adanya

perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait dengan pajak tersebut.

diaturnya perpajakan di dalam undang-undang ini dikarenakan pajak

berhubungan langsung dengan kesejahteraan masyarakat, apabila tidak ada

peraturan secara resmi maka pelanggaran-pelanggaran terhadap pajak akan

lebih muda untuk dilakukan. Ada beberapa undang-undang yang mengatur

tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.

Undang-Undang tersebut yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor

101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP), Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau yang
19
Ibid.

20
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu,

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2017 Tentang Pengenaan Pajak

Penghasilan Atas Penghasilan Tertentu Berupa HartaBersih yang

diperlukan atau dianggap sebagai Penghasilan, Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak

Kebijakan Pajak merupakan pemilihan unsur-unsur dari berbagai alternatif

yang dipilih dari berbagai pilihan guna mencapai tujuan dari sistem

perpajakan tersebut. Pemilihan unsur-unsur tersebut merupakan yang

berhubungan dengan siapa yang akan dikenakan pajak (subyek pajak), apa

yang akan dikenakan pajak (obyek Pajak), cara perhitungan dan prosedur

pajak. Kebijakan perpajakan juga harus mempertimbangkan strategi

pembangunan nasional, aspek ekonomi, sosial, politik.20

e. Undang-Undang Pajak (Tax Law)

Undang-Undang Pajak merupakan sekumpulan peraturan mengenai

perpajakan yang berupa undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya.

Di dalam pelaksanaannya diperlukannya konsistensi dari hierarki

perundang-undangan sehingga tidak tumpang tindih dan peraturan yang

dibuat tersebut berjalan dengan selaras sebagaimana mestinya. Sehingga di

dalam pelaksanaannya tidak mengakibatkan kebingungan bagi wajib pajak

dan undang-undang tersebut dapat terlaksanakan dengan sesuai. Karena


20
Ibid.

21
ketidakjelasan suatu undang-undang dapat menjadi salah satu faktor yang

mengakibatkan ketidak patuhan dari wajib pajak.21 Undang-Undang Pajak

ini mengatur tentang :

a. Siapa yang menjadi subjek pajak

b. Apa yang menjadi objek pajak

c. Berapa besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak

berdasarkan tarif pajak

d. Bagaimana prosedur perpajakan, termasuk cara pelunasan pajak

terutang serta tata cara pengajuan keberatan dan sebagainya.22

C. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan

Pasal 1 UU PPh menyatakan bahwa Pajak Penghasilan dikenakan terhadap

Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima oleh subjek pajak tersebut dalam

tahun pajak. Dari pernyataan Pasal 1 UU PPh ini telah menyatakan bukan

hanya subjek pajak, namun juga objek dari pajak itu sendiri. Artinya suatu

Subjek Pajak mempunyai kemungkinan atau potensi diwajibkan untuk

membayar pajak. Kemungkinan itu menjadi pasti atau baru terjadi apabila

Subjek Pajak tersebut mendapat Objek Pajak, yaitu penghasilan. Pasal 2 ayat

(1) UU PPh menyatakan bahwa yang termasuk Subjek Pajak adalah :

1. Individu; Subjek ini dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Orang pribadi adalah mereka yang bertempat tinggal (domisili) atau

berada di Indonesia (residensi) ataupun di luar Indonesia. Orang

21
Hariyanti Prajab, Analisa kebijakan pengenaan pajak penghasilan pada perusahaan
pelayaran dalam negeri pasca penerapan asas cabotage, LTA S-I Kearsipan Fakultas Ilmu
Administrasi Fiskal”, UI, 2012,
22
Ibid.

22
pribadi sebagai Subjek Pajak tidak melihat batasan umur, jenjang

sosial ekonomi dan kebangsaan atau kewarganegaraan. Dengan kata

lain istilah orang pribadi yang dapat menjadi Subjek Pajak PPh

Indonesia berlaku sama untuk semua orang (comprehensive, all

inclusive).23

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak; Warisan termasuk dalam Subjek Pengganti, menggantikan

mereka yang berhak yaitu ahli waris. Selain menggantikan yang berhak

sampai dengan adanya kejelasan (kepastian) hukum, Subjek Pajak

warisan juga dapat menggantikan pemenuhan kewajiban dan

penunjukan yang mewariskan (almarhum). Penunjukan warisan yang

belum terbagi sebagai Subjek Pajak pengganti dimaksudkan agar

pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut

secara administratif tetap dapat dilaksanakan. Demikian juga dengan

tindakan penagihan selanjutnya sehingga hak negara atas sebagian dana

masyarakat tidak terputus karena kematian seseorang.24

2. Badan

Badan yang dimaksud dalam UU PPh ini adalah sekumpulan orang dan

atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha

maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara


23
Gunadi, Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, (Jakarta : Salemba Empat, 2002), hlm.
17.
24
Ibid.

23
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi,

koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi

massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga,

bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.25

3. Bentuk Usaha Tetap

Bentuk Usaha Tetap (permanent establishment) adalah bentuk usaha

yang dipergunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa41 :

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah kerja

pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan;

h. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

25
Wirawan B. Ilyas & Rudy Suhartono, Padnduan Komprehensif dan Praktis Pajak
Penghasilan Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 dan Aturan Pelaksanaan Terbaru, (Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), hlm. 11.

24
i. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

j. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau oleh orang

lain sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12

bulan;

k. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi

asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.

Selanjutnya UU PPh juga membagi lagi Subjek Pajak menjadi Subjek Pajak

dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri.

1. Subjek Pajak dalam negeri adalah Subjek Pajak yang bertempat tinggal atau

berkedudukan di Indonesia. UU PPh mencantumkan yang termasuk Subjek

Pajak dalam negeri adalah26 :

2. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada

di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak

berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal diIndonesia;

3. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit

tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

26
Undang-Undang No. 38 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

25
b. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

c. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah; dan

pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional

negara; dan

Subjek Pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di

Indonesia, dan berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh

tiga) hari dalam jangka waktu 12 bulan. Juga termasuk badan usaha yang tidak

didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang menjalankan kegiatan usaha atau

melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap, atau badan usaha yang tidak

didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, tapi dapat menerima penghasilan di

Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha melalui

bentuk usaha tetap di Indonesia.

Yang tidak termasuk Subjek Pajak menurut ketentuan Pasal 3 UU PPh

antara lain :

1. Kantor perwakilan negara asing;

2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan

26
syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh

penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya;

3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi

anggota organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain

untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan

pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para

anggota; 4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan

syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan

lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Subjek-subjek pajak yang telah dijabarkan di atas sering juga disebut dengan

istilah Wajib Pajak. Wajib Pajak artinya orang pribadi atau badan usaha yang

mendapatkan penghasilan yang besarnya lebih dari Penghasilan Tidak Kena

Pajak.Dari ketentuan yang dimuat dalam UU Pajak Nasional terdapat hak-hak dari

Wajib Pajak dan juga kewajibannya seperti :27

1. Melaksanakan pendaftaran diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) sebagai identitas diri Wajib Pajak. Dengan diperolehnya

NPWP, berati Wajib Pajak telah terdaftar di Direktorat Jenderal Pajak.

Fungsi Nomor Wajib Pajak tersebut selain dipergunakan untuk

mengetahui identitas Wajib Pajak yang sebenarnya, juga berguna untuk

menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam hal pengawasan

27
Bohari, Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 141.

27
administrasi perpajakan. Terhadap Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan

diri untuk mendapatkan NPWP akan dikenakan sanksi pidana;

2. Mengambil sendiri blanko Surat Pemberitahuan (SPT) di tempat-tempat

yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Fungsi SPT adalah sebagai

sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan laporan tentang

pemenuhan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu

tahun pajak, serta laporan tentang pembayaran pajak yang telah dipotong

oleh pihak ketiga (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000

tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan);

3. Wajib Pajak wajib untuk mengisi dengan benar dan lengkap dan

menandatangani sendiri surat pemberitahuan itu kepada Kantor Inspeksi

Pajak (Pasal 3 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum

Tata Cara Perpajakan);

4. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatat-pencatatan. Pada dasarnya

setiap orang dan badan usaha yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas diharuskan mengadakan pembukuan. Tetapi Wajib Pajak

yang karena kemampuannya belum memadai, dimungkinkan untuk

dibebaskan dari kewajiban mengadakan pembukuan, tetapi dianjurkan

untuk membuat catatan-catatan yang merupakan pembuatan pembukuan

sederhana yang memuat data-data pokok yang dapat dipakai untuk

melakukan penghitungan pajak yang terutang bagi Wajib Pajak yang

28
bersangkutan. Pembukuan dan dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan kegiatan usaha atau perusahaan harus disimpan selama 10

(sepuluh) tahun, supaya dalam batas waktu tersebut sewaktu-waktu dapat

diadakan pemeriksaan oleh Direktur Jenderal Pajak. Direktur Jenderal

Pajak setiap waktu dapat melaksanakan pemeriksaan atas pembukuan

Wajib Pajak. Bagi Wajib Pajak yang tidak bersedia memperlihatkan

pembukuan akan dikenakan sanksi pidana.

Hak-hak Wajib Pajak antara lain :28

1. Wajib pajak mempunyai hak untuk menerima tanda bukti pemasukan

Surat Pemberitahuan. Pengiriman Surat Pemberitahuan melalui Kantor

Pos adan Giro harus dilaksanakan secara tercatat, dan tanggal pengiriman

dianggap sebagai tanda bukti tanggal penerimaan;

2. Wajib Pajak mempunyai hak mengajukan permohonan penundaan

penyampaian Surat Pemberitahuan. Penundaan pengajuan SPT dari Wajib

Pajak disebabkan karena Wajib Pajak mengalami kesulitan dalam

merampungkan pembukuannya mengingat luasnya kegiatan usaha dan

masalah-masalah teknis pembuatan neraca atau laporan keuangan,

sehingga sulit untuk memenuhi batas waktu yang telah ditentukan dalam

Undang-Undang. Bagi Wajib Pajak yang diberikan kelonggaran dalam hal

penundaan SPT, dikenakan persyaratan khusus dan ditetapkan sanksi

administrasi berupa pungutan bunga bagi Wajib Pajak sebesar 2,5% (dua

28
Ibid, hlm. 142.

29
setengah persen) untuk tiap bulannya. Persyaratan khusus tersebut berupa

keharusan memberikan pernyataan tertulis tentang besarnya pajak yang

harus dibayar berdasarkan perhitungan sementara dalam satu tahun pajak

yang harus dilampirkan dalam surat permohonan penundaan tersebut.

Lampiran ini merupakan bagian dari SPT dan merupakan persyaratan

mutlak yang harus dipenuhi Wajib Pajak;

3. Wajib Pajak mempunyai hak untuk melakukan pembetulan sendiri Surat

Pemberitahuan (SPT) yang telah dimasukkan. Pembetulan atas surat

pemberitahuan dapat dilakukan oleh Wajib Pajak bila terdapat kekeliruan

dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak. Pembetulan SPT

hanya dapat diberikan dengan syarat bahwa Direktur Jenderal Pajak belum

mengetahui tentang adanya ketidak benaran SPT yang telah disampaikan

atau belum menugaskan petugasnya untuk memulai tindakan pemeriksaan.

Dengan adanya pembetulan sendiri SPT tersebut membawa akibat

perhitungan jumlah Pajak 1 yang terutang dan jumlah perhitungan

pembayaran pajak menjadi berubah dari jumlah semula. Atas kekurangan

pembayaran pajak akibat pembetulan tersebut, Wajib Pajak dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan;

4. Wajib Pajak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan penundaan

dan pengangsuran pembayaran pajak sesuai dengan kemampuannya.

Penundaan dan pengangsuran pembayaran yang terutang dapat diberikan

oleh Direktur Jenderal Pajak atas permohonan dari Wajib Pajak tersebut,

30
meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran telah ditentukan. Kelonggaran

ini diberikan hanya terbatas kepada Wajib Pajak yang benar-benar

mengalami kesulitan data dalam merampungkan pembukuan. Penundaan

pembayaran ini dapat diajukan oleh Wajib Pajak kepada Direktur Jenderal

Pajak dengan mengajukan permohonan secara tertulis disertai alasanalasan

yang dapat dipertanggungjawabkan dan meyakinkan;

5. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pengambilan kelebihan

pembayaran pajak serta memperoleh kepastian terbitnya Surat Keputusan

Kelebihan Pembayaran Pajak. Kelebihan ini terjadi jika setelah diadakan

perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dengan jumlah pajak

yang telah dibayar menunjukkan jumlah selisih lebih, dengan perkataan

lain pajak yang telah dibayar lebih besar dari jumlah pajak terutang.

Kelebihan ini dapat diminta oleh Wajib Pajak dengan mengajukan

permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kepala

Inspeksi Pajak setempat;

6. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembetulan salah tulis atau

salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak

(SKP) dalam Penerapan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan;

7. Wajib Pajak berhak mengajukan keberatan dan berhak atas kepastian

terbitnya surat keputusan atas surat permohonan wajib keberatannya.

31
Permohonan keberatan ini diajukan oleh Wajib Pajak ke Direktur Jenderal

Pajak melalui Kepala Inspeksi Pajak di mana Wajib Pajak bertempat

tinggal;

8. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding atas surat

keberatannya yang telah diputuskan oleh Direktur Jenderal Pajak;

9. Wajib Pajak berhak mengajukan Permohonan Penghapusan atau

Pengurangan Pengenaan Sanksi Perpajakan serta Pembetulan Ketetapan

Pajak yang salah atau keliru;

10. Wajib Pajak berhak memberi kuasa khusus kepada orang lain yang

dipercayai untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Objek Pajak adalah segala sesuatu yang dapat dikenakan pajak. Sesuai dengan

pengertian itu, objek dari pajak penghasilan adalah penghasilan. Hal ini diperjelas

dalam Pasal 4 ayat (1) UU PPh, yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan.Berdasarkan penjelasan UU PPh tentang penghasilan di atas, maka

penghasilan di dalamnya termasuk segala sesuatu yang diterima atau diperoleh

oleh Wajib Pajak baik berupa uang, barang, atau warisan.

Namun jika dilihat lebih luas, hadiah yang di dapat dari undian, atau buah

yang didapat dari pohon-pohon di dalam pekarangan rumah kita sendiri itu

32
termasuk dalam penghasilan yang dijelaskan UU PPh di atas. Maka untuk

menghindari pengertian penghasilan yang terlampau luas ini, UU PPh juga

mengatur penghasilan tertentu yang tidak dikenakan pajak. Penghasilan yang

tidak termasuk sebagai objek pajak penghasilan diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU

PPh. Yang tidak termasuk objek pajak penghasilan antara lain : 29

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk

atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

sumbangan yang berhak;

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus atau satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial

termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha

mikro dan kecil;

3. Warisan;

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

29
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

33
5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib

Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak

yang menggunakan norma perhitungan khusus;

6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa;

7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,

atau badan usaha milik daerah;

8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai;

9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam

bidangbidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan;

10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif;

34
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia;

12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,

yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu

paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan;

14. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

35
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian

yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis

digunakan untuk menganalisa berbagai aturan-aturan data dan informasiserta

peranturan hukum yang berlaku bagi pembentukan hukum, sedangkan pendekatan

normatif digunakan untuk memberikan gambaran secara kualitatif tentang

pelaksanaan pewarisan dalam perkembangannya pada masyarakat yang berprofesi

sebagai youtuber.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian

deskriptif analitis yaitu dimaksudkan untuk memberi data yang seteliti mungkin

tentang suatu keadaan atau gejala-gejala lainnya.30 Gejala yang dimaksud adalah

yamg berkaitan dengan perkembangan zaman dan memerlukan pembantukan

hukum yang baru.

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini, akan diteliti data primer dan data sekunder. Dengan

demikian ada dua kegiatan utama yang akan dilakukan dalam melaksanakan

penelitian ini, yaitu studi kepustakaan

30
Soerjono, Opcit. Hal 10

36
a. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kepustakaan

pada masalah pokok dalam penelitian ini

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui kepustakaan, dengan

menelaah buku literatur, undang-undang, tulisan yang ada kaitannya dengan

masalah yang diteliti.103 Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan

yang ada hubungannya dengan perlindungan pada big data yang digunkan

sebagai salah satu sumber informasi pembentukan hukum Dalam penelitian

hukum, data sekunder mencakup bahan primer yaitu bahanbahan hukum yang

mengikat, bahan hukum sekunder yaitu memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer;

c. hukum tertier yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder.31

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pendekatan yuridis normatif ini, metode yang digunakan adalah

metode kualitatif. Metode ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu:

pertama, menyesuaikan metode ini lebih mudah apabila berhadapan dengan

kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat

hubungan antara peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri. dengan banyak penajaman pengaruh bersama

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.32


31
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal 27
32
Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. P.T. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Hal 5.

37
E. Analisis Data

Setelah data tersebut terkumpul, maka akan diinventarisasi dan kemudian

diseleksi yang sesuai untuk digunakan menjawab pokok permasalahan penelitian

ini. Selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah

yang akan dibahas. Dalam menganalisis data penelitian ini dipergunakan metode

analisis kualitatif yaitu suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif analitis yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau

lisan dan juga prilakukanya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai

sesuatu yang utuh.

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Seorang Youtuber Dikenakan Pajak Penghasilan

Pajak harus memiliki landasan hukum, mekanisme pemungutan, besaran

pemungutan tarif, pembayaran, dan pengajuan keberatan. Pemerintah harus

menyampaikan secara terbuka, transparan, dan tanpa tekanan tentang pajak

mereka. 33Akibatnya, proses pemungutan pajak dilaksanakan dua arah. Berbagai

teori muncul untuk membenarkan dan memberikan dasar hukum untuk

pemungutan pajak dan meyakinkan bahwa pemungutan pajak tersebut adalah

"sah" dan tidak boleh dipandang sebagai perampasan yang sewenang-wenang.

Jika tidak, pajak yang dipungut akan sama dengan masa Indonesia sebelum

kemerdekaan, yang menjadi beban karena utang pajak lebih utama dari utang lain,

sehingga tidak dapat dikesampingkan atau dinomorduakan.34

Para youtubers dapat dikategorikan patuh sebagai wajib pajak didasarkan

atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000, apabila:35

1. Seorang youtubers memberikan surat pemberitahuan (seluruh jenis

pajak) tepat pada waktunya selama rentang waktu dua tahun terakhir;

33
Happy Valentina Pranaswati and Kiswanto, “Determinan Transparansi Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis 25, no. 3 (2020): 273–
89, https://doi.org/10.35760/eb.2020.v25i3.2862.
34
Sindian Isa Djajadiningrat, Hukum Padjak Dan Keadilan (Bandung: N.V.Eresco Dj, 1960), p. 1.
35
Ni Luh Supadmi, 2009, “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan”,
Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis.

39
2. Seorang youtubers tidak memiliki utang pajak (seluruh jenis pajak)

terkecuali yang telah memperoleh ijin untuk menunda maupun

mencicil pembayaran pajak;

3. Seorang youtubers tidak memiliki catatan hukum sebagai pelaku

tindak pidana di bidang perpajakan dalam rentang waktu sepuluh

tahun terakhir;

4. Seorang youtubers menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku serta terhadap wajib pajak yang

pernah dilakukan perbaikan pada pemeriksaan yang terakhir untuk

tiap-tiap jenis pajak yang terhutang maksimal 5%;

5. Laporan milik seorang youtubers selama dua tahun terakhir diperiksa

oleh seorang akuntan publik dengan nasihat yang wajar tanpa adanya

pembebasan sepanjang hal tersebut tidak berdampak kepada laba rugi

fiskal. Laporan pemeriksaan tersebut haruslah tersusun dalam long

form report atau laporan dalam bentuk panjang. Sedangkan, untuk

seorang youtubers sebagai wajib pajak yang laporannya tidak

diperiksa oleh seorang akuntan publik dipersyaratkan untuk

memenuhi ketentuan huruf a, b, c, dan d diatas.

Ketentuan mengenai pajak penghasilan di Indonesia mengacu pada Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 (“UU Pajak Penghasilan”). Berdasarkan Pasal 4

ayat (1) UU PPh, pengertian penghasilan memiliki lima unsur. Yang pertama

40
adalah "kemampuan ekonomi tambahan". Yang kedua “diperoleh Wajib Pajak”.

Yang ketiga adalah "baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia". Yang

keempat adalah “yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan”. Yang terakhir adalah "dengan nama

dan dalam bentuk apapun."

Sedangkan pengertian wajib pajak mengacu pada Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 (“UU KUP”). Dengan demikian, menurut undang-

undang, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, termasuk pembayar pajak,

pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan perpajakan.

Selanjutnya, Pasal 2 ayat (4a) UU KUP menjelaskan bahwa kewajiban perpajakan

bagi wajib pajak dimulai pada saat wajib pajak memenuhi syarat subjektif dan

objektif serta menerapkan asas retroaktif.

Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang telah memenuhi standar

perundang-undangan harus melaksanakan kewajiban perpajakan atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan

yang berlaku. Ketentuan ini juga berlaku bagi profesi youtuber apabila

penghasilan yang diperoleh dari hasil kreasi mencapai standar minimal sebagai

wajib pajak. 36
Salah satu aturan perpajakan yang berlaku atas penghasilan

YouTuber adalah Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 (“PP-23/2018”).

36
CNCB, “Sri Mulyani Minta Selebgram Terkenal Bayar Pajak!” (CNCB Indonesia, 2019),
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190121145355-4-51603/sri-mulyani-minta-
selebgram-terkenaltajir-bayar-pajak.

41
Karena penelitian ini hanya berfokus pada penghasilan YouTuber sebagai wajib

pajak orang pribadi, maka pembahasan aspek pajak penghasilan yang diuraikan

pada paragraf berikut tidak termasuk wajib pajak badan.

PP-23/2018 menggantikan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 ("PP-

46/2013") karena banyak Wajib Pajak orang pribadi telah memanfaatkan celah

celah pajak yang tersedia dalam PP-46/2013 dan menerapkan praktik

penghindaran pajak. Oleh karena itu, PP-23/2018 menutup celah tersebut dengan

mengganti PP-46/2013. Namun, PP-23/2018 tidak secara tegas menyebutkan

bahwa penghasilan dari karya mandiri termasuk penghasilan YouTuber sehingga

muncul ketidakpastian hukum dari sudut bagaimana cara mengenakan pajak atas

penghasilan tersebut. Ketidakpastian berasal dari apakah YouTuber menghasilkan

pendapatan dari pekerjaan mandiri atau aktivitas bisnis ketika pendapatan kotor

tahunannya tidak melebihi Rp 4,8 miliar. Dalam beberapa kasus empiris, petugas

pajak memperlakukan pendapatan YouTuber dari pekerjaan mandiri sehingga

tidak dapat menerapkan pajak final yang diatur dalam PP-23/2018. Sementara itu,

beberapa YouTuber bersikeras menerapkan pajak final sesuai PP-23/2018 karena

menghasilkan pendapatan dari kegiatan usaha selain pekerjaan mandiri.

Namun, PP-23/2018 mengatur wajib pajak orang pribadi tertentu yang

memperoleh penghasilan tahunan dari kegiatan usaha dengan tiga skema

pembukuan untuk menghitung pajak penghasilan tahunannya. Selain itu, aturan

ini hanya berlaku selama tujuh tahun sejak kondisi berikut:

a. sejak tahun pajak seseorang yang mendaftarkan NPWPnya

42
(NPWP) setelah tanggal berlakunya PP-23/2018 (1 Juli 2018); atau

b. sejak tahun pajak PP-23/2018 mulai berlaku (1 Juli 2018) bagi Wajib

Pajak yang pendaftaran NPWPnya sebelum berlakunya PP-23/2018.

Berdasarkan Tabel 2 (lihat huruf A angka 1 butir c), Wajib Pajak orang pribadi

dapat memilih dan menerapkan salah satu dari ketiga skema pembukuan (baik

final, specific norm, atau matching principle). Dalam skema pertama, wajib pajak

orang pribadi dapat memperlakukan penghasilan tahunannya sebagai objek pajak

final dengan tarif 0,5%. Di bawah skema ini, dia mencatat pendapatan kotor

bulanannya, menerapkan tarif pajak ke pendapatan kotornya, dan skema semacam

itu adalah yang paling sederhana. Dalam skema kedua, ia dapat memilih norma

tertentu yang diatur dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak (DJP) untuk

menentukan penghasilan bersih. Berdasarkan skema ini, dia hanya mencatat

pendapatan kotor tahunannya. Kemudian, ia menggunakan norma khusus dikali

penghasilan bruto untuk menghitung penghasilan bersih, mengurangkan PTKP

untuk memperoleh penghasilan kena pajak, dan menghitung pajak penghasilan

menggunakan tarif pajak progresif.

Tabel 2. Skema Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Prinsip Norma

Keterangan Terakhir Pencocokan

Spesifik

43
A. Sumber penghasilan yang diperoleh wajib pajak orang
pribadi
1. Kegiatan usaha selain pekerjaan mandiri a.
Tidak dikenakan pajak X X X
B. Dikenakan pajak final selain PP-23/2018  X X

C. Dikenakan pajak non final [dengan memilih salah satu


dari tiga pilihan pembukuan yang tersedia sesuai PP-   
23/2018]
2. Kegiatan usaha berupa kerja mandiri X  

3. Selain kegiatan usaha a.


Pekerjaan X X X
B. Yang lain X X X

Akhirnya, di bawah skema terakhir, dia melakukan pembukuan dengan

mencatat pendapatan kotor dan pengeluaran. Kemudian, untuk menentukan

penghasilan kena pajak, ia mengurangkan penghasilan bruto dengan potongan

yang diperbolehkan dan PTKP. Langkah ini mengadopsi konsep matching cost

against revenue atau prinsip penandingan yang diadopsi dari akuntansi keuangan.

Pada langkah terakhir, dia menghitung pajak penghasilan dengan mengalikan

tarif pajak progresif dengan penghasilan kena pajak. Skema seperti itu menjadi

yang paling rumit karena dia harus mengidentifikasi biaya mana yang merupakan

potongan yang diperbolehkan.

Perbedaan cara pandang antara petugas pajak dengan beberapa YouTuber

seperti yang telah dijelaskan di atas terletak pada interpretasi tentang apa itu

pekerjaan mandiri dan bagaimana ruang lingkupnya. Dalam Pasal 1 Angka 24

UU KUP, tidak disebutkan secara jelas yang dimaksud dengan pekerjaan bebas.

44
Undang-undang KUP menyatakan bahwa pekerjaan mandiri hanya mencakup

individu yang memperoleh penghasilan dari pekerjaan mandiri karena

keterampilan khusus dan bukan pekerjaan. Namun, PP-23/2018 menetapkan

bahwa pekerjaan mandiri hanya mencakup layanan yang dilakukan oleh orang

yang dirangkum dalam Tabel 3. Oleh karena itu, profesi YouTuber tidak ada

dalam Tabel 3, dan mereka menyimpulkan dapat menerapkan pajak final

berdasarkan PP-23/2018 . Seperti dijelaskan di atas, kesimpulan seperti itu

berbeda dengan petugas pajak yang terkadang menyamakan profesi YouTuber

sebagai endorser. Akibatnya, mereka tidak dapat menerapkan pajak final 0,5%

berdasarkan PP-23/2018. Sebaliknya, YouTuber harus memilih norma tertentu

atau prinsip pencocokan dalam menghitung penghasilan kena pajak.

Tabel 3. Lingkup Pekerjaan Mandiri

No Orang yang Melakukan Pekerjaan Mandiri

1 tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan terdiri dari pengacara,

akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, pencatat hak atas tanah,

penilai, dan aktuaris

2 pemain musik, presenter, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, model, pemeran,

dan penari

3 Olahragawan

4 pembimbing, guru, pelatih, dosen, penyuluh, dan moderator

5 penulis, peneliti, dan penerjemah

45
6 agen periklanan

7 pengawas proyek atau manajer

8 Perantara

9 petugas penjualan barang dagangan

10 agen asuransi

11 distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan

kegiatan sejenis lainnya

Penjelasan Pasal 2 ayat (4) PP-23/2018 memberikan contoh pekerjaan

mandiri.Berdasarkan definisi prestasi kerja mandiri, daftar layanan, dan contoh

yang dijelaskan dalam PP-23/2018, individu dapat memperoleh penghasilan

secara bersamaan dari pekerjaan mandiri dan kegiatan usaha. Dengan demikian,

ciri-ciri pekerjaan mandiri adalah sebagai berikut:37

a. berwiraswasta, dalam hal ini tidak mempunyai pegawai selain dirinya

sendiri;

b. bertindak untuk dan atas nama sendiri, bukan untuk dan atas nama

persekutuan (lihat penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf d UU PPh);

37
Suhut Tumpal Sinaga, “Apakah YouTuber Dan Selebgram Dapat Digolongkan Sebagai
Pekerjaan Bebas?” (Forum Pajak Indonesia, 2019), https://forumpajak.org/apakah-youtuber-
danselebgram-dapat-digolongkan-sebagai-pekerjaan-bebas/. Diakses 13 februari 2023

46
c. biaya untuk memperoleh, menagih, dan mempertahankan pendapatan

sangat kecil atau tidak signifikan, misalnya tidak ada biaya pembelian

bahan, biaya gaji, sewa, royalti, dan biaya penyusutan;

d. biasanya dikenakan pemotongan pajak berdasarkan Pasal 21 atau

Pasal 23 Pajak PenghasilanHukum;

e. layanan yang diberikan dapat dikecualikan dan persaingan; Dan

f. penghasilan yang diperoleh merupakan imbalan atas hantaran tertentu

yang dapat ditunjuk secara khusus.

Penghasilan YouTuber dapat berasal dari beberapa sumber, termasuk penghasilan

Google AdSense, monetisasi saluran YouTube, dan tayangan iklan dari video

yang diproduksi dan diunggah. Google AdSense adalah program periklanan

kolaboratif melalui internet. Selain itu, ada juga pendapatan tidak langsung yang

diperoleh dari menempatkan produk merek tertentu (endorsement; product

placement), platform dukungan keuangan (Patreon), menjual barang

(merchandise), dan menjadi pembicara profesional.

YouTube saat ini menjadi salah satu media untuk mendapatkan passive

income melalui monetisasi. Monetisasi adalah proses mendapatkan uang dari

konten video yang diunggah di saluran YouTube dengan mengaktifkan fitur iklan

untuk saluran YouTube individu dan lembaga. Berdasarkan Persyaratan Layanan

("ToS"), pembuat konten memperoleh uang dari membuat konten di platform

YouTube jika memenuhi persyaratan berikut:

a. mengikuti kebijakan monetisasi YouTube;

b. tinggal di negara atau kota tempat program mitra YouTube tersedia;

47
c. memiliki lebih dari 4.000 jam tayang yang berlaku dalam 12 bulan;

d. memiliki lebih dari 1.000 pelanggan;

e. memiliki akun AdSense.

Kebijakan monetisasi YouTube memastikan bahwa konten yang

dimonetisasi menawarkan sesuatu yang menarik untuk ditonton konsumen. Jika

rata-rata penonton dapat dengan jelas menyatakan bahwa konten di saluran

YouTube berbeda dari satu video ke video lainnya, maka saluran YouTube

tersebut dapat dimonetisasi, dan sebaliknya. Aplikasi monetisasi melalui proses

peninjauan dan penilaian dari YouTube untuk mencegah saluran lain membuat

video duplikat. Selanjutnya, yang paling penting adalah substansi dari setiap

video harus relatif bervariasi.

Aliran pendapatan yang didapat YouTuber adalah melalui sistem bagi hasil

yang disediakan Google dari pengiklan sebagai imbalan atas unggahan konten

video di saluran YouTube. Seperti media lainnya, Iklan di platform YouTube

akan mendapatkan bayaran sesuai durasi dan kualitas iklan. Tarif penagihan

kepada pengiklan akan otomatis masuk ke YouTube terlebih dahulu. Setelah

YouTube menerima pembayaran iklan, itu akan melalui prosedur pengurangan

biaya layanan dan meneruskannya ke pemilik akun. Jika monetisasi berhasil,

pemilik akun akan mendapatkan penghasilan yang dikirimkan secara rutin oleh

YouTube dengan penjelasannya sebagai berikut:

a. YouTuber membuat konten di platform YouTube. Alih-alih beriklan,

aktivitas ini adalah pembuatan konten video. YouTube menggunakan

48
konten video untuk meningkatkan aliran pemirsa atau lalu lintas

pengunjung YouTube.

b. YouTuber menggunakan layanan Google AdSense untuk

memonetisasi konten video yang diunggah di saluran YouTube

mereka. Mereka menerima penghasilan dari YouTube melalui akun

Google AdSense mereka. Biaya layanan Google AdSense telah

dipotong dari jumlah yang mereka terima.

c. Vendor mengiklankan produk melalui Google AdSense sebagai

penyedia layanan periklanan. Vendor membayar sejumlah uang ke

Google AdSense.

d. Google AdSense dan YouTube adalah layanan yang disediakan oleh

Google. Google AdSense mengiklankan produk vendor melalui

YouTube, menekankan arus pemirsa dari saluran YouTube.

Selain itu, popularitas seorang 'YouTuber' sebagai konten kreator menjadi

salah satu nilai jual yang digunakan beberapa pihak untuk memasarkan

produknya. Popularitas dan kesesuaian preferensi menjadi alasan yang wajar bagi

pengiklan untuk mempercayakan branding produknya kepada seorang YouTuber.

Bergkvist dan Zhou mendefinisikan endorsemen sebagai kesepakatan yang

mengikat masing-masing pihak yang terlibat dalam kesepakatan tersebut.


38
Seorang youtuber bisa mendapatkan penghasilan dari kegiatan kerjasama

dengan pihak ketiga dengan mengiklankan brand tertentu dalam konten video

38
Lars Bergkvist and Kris Qiang Zhou, “Celebrity Endorsements: A Literature Review and
Research Agenda,” International Journal of Advertising 35, no. 4 (2016): 642–63.

49
yang diunggahnya. Setelah iklan (endorsement) atau penempatan produk, entitas

atau pengiklan akan membayar YouTuber tersebut.

Tingkat pengakuan publik seorang endorser dapat menarik perhatian

terhadap pesan merek, membangun kesadaran, dan menarik perhatian lingkungan

sekitar. Selain itu, kemitraan ini menawarkan potensi dampak dan manfaat bagi

kedua belah pihak. 39


Klausula yang disepakati dalam suatu kontrak kerjasama

dapat berbeda-beda. Klausa dapat mencakup berbagai jumlah pendapatan, syarat,

dan ketentuan. Karena sangat tergantung kesepakatan kedua belah pihak.

Umumnya proses pembuatan konten video bisa lebih rumit dan melibatkan lebih

banyak orang. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah para youtuber

tidak selalu menampilkan diri tetapi bisa berkolaborasi dan melibatkan beberapa

pihak dalam pembuatan konten video. Bahkan saat ini, sebuah agensi atau

organisasi bisa menjadi 'YouTuber'; Trans7 Official dan Indosiar adalah contoh

televisi Indonesia yang termasuk dalam sepuluh pelanggan terbesar di tanah air.

Berdasarkan pengertian di atas, monetisasi iklan dari platform YouTube

lebih tepat jika dikategorikan sebagai pendapatan dari aktivitas bisnis. Alasan

yang mendasarinya adalah pembuat konten telah mengatur akun YouTube-nya

agar tersedia untuk monetisasi. Selain itu, konten video yang diunggah perlu

melalui proses penilaian atau review terlebih dahulu dari YouTube untuk

mengukur apakah channel tersebut layak untuk dimonetisasi atau tidak.

Mempertimbangkan jumlah modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan konten

yang menarik, mengkategorikan penghasilan YouTuber dari postingan ini sebagai


39
Halonen and Hurmerinta, “Who Endorses Whom? Meanings Transfer in Celebrity
Endorsement.”

50
aktivitas bisnis mungkin sepenuhnya masuk akal. Tentu saja, studi yang lebih

mendalam dan penyesuaian regulasi masih diperlukan. Namun, petugas pajak

tidak dapat mengkategorikan pendapatan yang diperoleh dari memonetisasi iklan

YouTube sebagai pendapatan dari pekerjaan mandiri karena kami tidak dapat

menetapkannya secara khusus sebagai hadiah untuk aktivitas tertentu. Selain itu,

berdasarkan interpretasi tekstualis, profesi YouTuber tidak ada secara eksplisit

dalam PP-23/2018.

Pertimbangan umumnya berkaitan dengan ketersediaan akun YouTube

dengan beragam konten video. Lebih lanjut, proses monetisasi YouTube mengacu

pada jumlah klik dan impresi pada iklan yang tidak dapat mengklasifikasikan

secara detail berapa besar setiap konten video yang dimonetisasi. Penghasilan

total yang berasal dari AdSense bersifat kumulatif dan berkelanjutan dari semua

video yang dimonetisasi. Dengan demikian, semakin banyak video yang

diunggah, jumlah klik dan penonton, maka semakin tinggi pula potensi

pendapatan yang akan diterima YouTuber, begitu pula sebaliknya. Meningkatkan

trafik video sangat bergantung pada minat konsumen terhadap topik tertentu dan

kualitas konten yang informatif, variatif, serta orisinalitas ide yang berbeda antara

satu video dengan video lainnya.

Sedangkan pendapatan dari kerjasama dengan pihak ketiga untuk

mengiklankan produk dikategorikan sebagai pekerjaan mandiri. Perjanjian

endorsement atau penempatan produk dengan pihak ketiga memenuhi pengertian

dan ciri pekerjaan mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 24 UU

KUP. Ciri utama yang memperkuat kegiatan endorsement sebagai karya mandiri

51
adalah pendapatan yang diperoleh merupakan imbalan atas jasa tertentu yang

ditunjuk secara khusus. Layanan yang diberikan bersifat excludable dan rivalry.

Excludable artinya hanya pihak yang telah bekerjasama yang akan mendapatkan

keuntungan dari layanan yang diberikan. Sementara itu, persaingan berarti bahwa

biaya tambahan diperlukan untuk memberikan layanan yang sama kepada pihak

lain.

Selain itu, biaya untuk memperoleh, memelihara, dan menagih pendapatan

pada umumnya tidak signifikan. Sebaliknya, jika ada pengeluaran yang

signifikan, umumnya hanya untuk melakukan kegiatan endorsement. Dengan

demikian, penghitungan pendapatan tersebut terpisah dari pendapatan yang

berasal dari monetisasi iklan karena telah ada kesepakatan yang jelas. Referensi

untuk menghitung pajak atas penghasilan bruto tahunan dari kegiatan

endorsement dan tidak melebihi Rp 4,8 miliar adalah Dirjen Perhubungan Udara

No. Per-17/PJ/2015 (lihat Lampiran 1 peraturan tersebut) tentang klasifikasi

bidang usaha (“KLU”). Berdasarkan DGTR ini, pembuat konten yang bertindak

sebagai bintang iklan (celebrity endorser) adalah bagian dari kelompok

periklanan (KLU 73100).

KLU 73100 mencakup berbagai bisnis jasa periklanan (baik sendiri maupun

di luar subkontrak), termasuk penasehat, kreatif, produksi materi iklan,

perencanaan, dan pembelian media. Kegiatan usaha yang dicakup meliputi

pembuatan dan pemasangan iklan di surat kabar, televisi, internet, radio, majalah

dan tabloid, dan media lainnya; termasuk memimpin kampanye pemasaran dan

layanan iklan lainnya yang ditujukan untuk menarik dan mempertahankan

52
pelanggan, seperti promosi produk, konsultasi pemasaran, iklan surat langsung,

pemasaran titik penjualan. Norma khusus yang berlaku adalah 50% (lima puluh

persen) baik untuk wajib pajak di ibukota provinsi maupun daerah lain di

Indonesia.

B. Penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Terhadap

Profesi Youtuber

Pemungutan pajak harus berpegang pada asas-asas pemungutan dalam memilih

alternatif pemungutan untuk mencapai tujuannya agar terdapat keselarasan antar

pemungutan pajak, yaitu pemahaman tentang perpajakan tertentu. Pemungutan

pajak harus didasarkan pada asas-asas sebagai berikut: 40:

1. Persamaan

Pemungutan pajak harus adil dan homogen; yaitu, pajak yang dikenakan pada

individu harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan manfaat

yang diterima. Adil dimaksudkan ketika setiap Wajib Pajak menyumbangkan

pengeluaran pemerintah untuk kepentingan dan manfaat yang dibutuhkannya.41

2. Kepastian

40
Adam Smith, An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of Nations (London: W.
Strahan and T. Cadell, 1776), hlm 13.
41
Moch Yakob Hidayat and Ferry Irawan, “Pelaksanaan Penilaian Tanah Dan/Atau Bangunan
Dalam Rangka Validasi Surat Setoran Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Probolinggo ),” Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara 3, no. 1 (2021): 10–23,
https://doi.org/10.31092/jpkn.v3i1.1319.

53
Penentuan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, setiap

Wajib Pajak harus memahami jumlah pajak yang terutang, kapan harus

dibayar, dan batas waktu pembayaran.42

3. Kenyamanan

Apabila Wajib Pajak tersebut harus membayar suatu pajak, sebaiknya

dilakukan pada saat-saat yang tidak memberatkan, seperti pada saat Wajib

Pajak menerima penghasilan.Sistem penagihan ini disebut pay as you earn.43

4. Ekonomi

Dalam perekonomian, beban pemungutan dan pemenuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak diharapkan serendah mungkin.44

Prinsip-prinsip yang diuraikan di atas diterapkan dalam peraturan pajak

penghasilan saat memungut pajak penghasilan atas transaksi jual-beli. Peraturan

Indonesia mengadopsi prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional mengenai

pemungutan pajak, yang oleh masyarakat internasional dianggap sebagai prinsip

universal. Pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan prinsip-prinsip di atas,

khususnya Kantor Pajak Pratama atau Kantor Pajak Pratama. Kantor Pajak harus

42
Sri Dewi Sartika, “Tinjauan Yuridis Pemungutan Pajak Restoran Dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Restoran,” Sistem Informasi, Keuangan, Auditing Dan Perpajakan (SIKAP) 1, no.
1 (2016): 49–56, https://doi.org/10.32897/jsikap.v1i1.47.
43
Damas Dwi Anggoro and Yudha Alief Aprilian, “Deficiency Prinsip Keadilan Dalam
Implementasi E-Tax Kota Malang Berdasarkan Prinsip Kebijakan Pajak Yang Baik,” Jurnal
Pajak Indonesia (Indonesian Tax Review) 3, no. 1 (2019): 11–15,
https://doi.org/10.31092/jpi.v3i1.229.
44
Yuana S., “Sistem Pengendalian Pemungutan Pajak Hotel Dan Pajak Restoran Beberapa
Kabupaten Di Propinsi Kalimantan Barat,” Jurnal Ekonomi Integra 6, no. 2 (2016): 56–68,
https://doi.org/10.51195/iga.v6i2.85.

54
menerapkan asas-asas tersebut terhadap pemungutan Pajak Penghasilan atas Jual

Beli secara adil, baik, dan benar.45

Menurut wawasan pancasila, sistem hukum merupakan bagian integral dari

seluruh sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, terkait timbal balik

melalui berbagai pengaruh dan interaksi dengan sistem lain. Proses pembentukan

sistem hukum tidak bergantung pada cara deterministik seperti yang dikemukakan

oleh materialisme historis yang semata-mata mengandalkan kekuatan produk. Hal

ini menunjukkan bahwa pembentukan sistem hukum perlu dilakukan secara sadar

dan menyeluruh sesuai dengan orientasi ideologis. Dengan demikian Pancasila

sebagai ideologi nasional memberikan ketentuan pengantar sebagai berikut:46

1. Sistem hukum didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. 47


Dengan demikian,

Pancasila tidak boleh mengikuti positivisme hukum atau relativisme apapun.

Tatanan kehidupan masyarakat akhirnya mendapatkan makna dan cita-cita

yang pada dasarnya berwawasan Pancasila yang mendambakan kondisi yang

manusiawi, adil, dan sejahtera.

2. Sistem hukum menunjukkan interpretasinya sejauh mewujudkan keadilan.

48
Hukum tidak identik dengan keadilan, tetapi berfungsi untuk

mengaktualisasikan kepentingan banyak orang. Dengan demikian hukum

45
I Gusti Ngurah Bagus Maha Iswara, Simon Nahak, and Ni Luh Made Mahendrawati,
“Kepastian Hukum Pengenaan Pajak Penghasilan Transaksi Jual Beli Tanah Dan/Atau Bangunan,”
Jurnal Hukum Prasada 6, no. 1 (2019): 42–51, https://doi.org/10.22225/jhp.6.1.2019.42-51.
46
Soerjanto Poespowardojo, Filsafat Pancasila (Sebuah Pendekatan Sosio-Budaya) (Jakarta: PT.
Gramedia, 1989), p. 161-2.
47
Yuli Asmara Triputra, “Implementasi Nilai-Nilai HAM Global Ke Dalam Sistem Hukum
Indonesia Yang Berlandaskan Pancasila,” Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM 24, no. 2 (2017):
279–300, https://doi.org/10.20885/iustum.vol24.iss2.art6.
48
Achmad Hariri, “Dekonstruksi Ideologi Pancasila Sebagai Bentuk Sistem Hukum Di
Indonesia,” AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum 3, no. 1 (2019): 1–14,
https://doi.org/10.30656/ajudikasi.v3i1.1055.

55
bukan semata-mata alat kekuasaan, bukan pula legitimasi untuk melakukan

eksploitasi yang dapat menimbulkan ketidakadilan itu sendiri.

3. Fungsi sistem hukum adalah untuk melindungi dinamika kehidupan

masyarakat. 49Dengan demikian, hukum untuk menjaga ketertiban masyarakat

tidak semata-mata diaktualisasikan untuk mempertahankan status quo tetapi

untuk memungkinkan kemajuan tercermin dalam proses perubahan dan

pembaharuan. Akibatnya, hukum juga perlu memberikan perspektif masa

depan.

4. Sistem hukum menjamin realisasi diri bagi semua orang dalam proses

pembangunan. Pembangunan masyarakat harus menghindari keterasingan,


50

teknokrasi, atau saling ketergantungan. Dalam hal ini, peraturan hukum dapat

berperan untuk memastikan masyarakat tetap terjaga kepribadian dan

keseimbangannya. 51
Faktor adat dan tradisi dapat memberikan kontribusi

positif dalam pembentukan sistem hukum nasional.

Pemerintah mengutamakan kepentingan rakyat dalam hukum negara modern,

yaitu “negara kesejahteraan”. 52


Oleh karena itu, sebuah pemerintahan memiliki

konsekuensi yang memaksa partisipasi aktif dalam hubungan sosial bagi seluruh

rakyat untuk tetap terjaga. Kemudian, pemerintahan negara kesejahteraan

49
Hernawati RAS and Dani Durahman, “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Bisnis
Perhotelan,” Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi (JIUBJ) 20, no. 3 (2020): 1033–37,
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i3.1093.
50
Surajiyo, “Keadilan Dalam Sistem Hukum Pancasila,” IKRA-ITH HUMANIORA : Jurnal Sosial
Dan Humaniora 2, no. 3 (2018): 21–29,
https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/ikraithhumaniora/article/view/354.
51
I Nyoman Putu Budiartha and I Nyoman Alit Puspadma, “Income Tax in the Issuing of
Authentic Deed of Sale-Purchase Rights on Land by Land Deed Officer in Indonesia,” Journal of
Legal, Ethical and Regulatory Issues 22, no. 1 (2019): 1–12.
52
Khudzaifah Dimyati et al., “Indonesia as a Legal Welfare State: A Prophetic-Transcendental
Basis,” Heliyon 7, no. 8 (2021): 1–8, https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07865.

56
diberikan pekerjaan yang luas untuk kepentingan publik. Negara hukum

didasarkan pada hukum yang menjamin keadilan bagi seluruh rakyatnya. Artinya

segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur atau penguasa negara didasarkan

pada hukum. Hal demikian mencerminkan rasa keadilan bagi pergaulan bebas

warganya.53

Keadilan (utamanya) selalu menjadi tolak ukur pemungutan pajak negara

dalam pemenuhannya. Jika tidak diamanatkan oleh undang-undang, negara tidak

pernah mengumpulkan sampah. Pasal 23A Perubahan UUD 1945 mengatur:

“Pajak dan pungutan lain yang merupakan paksaan untuk keperluan negara, diatur

dengan Undang-Undang.” UUD 1945 melarang pajak atau pungutan yang

menyimpang dari undang-undang atau tidak berdasarkan undang-undang. Jadi,

rasio taksimposisinya harus sesuai dengan hukum.54

Pajak merupakan pengalihan aset dari sektor rakyat ke sektor pemerintah

(untuk membiayai kebutuhan negara). Oleh karena itu, seorang individu tidak

dapat secara langsung menunjuk kontraprestasi. Sedangkan pengalihan harta dari

satu sektor ke sektor lain tanpa kontraprestasi hanya dapat terjadi dalam hal hibah

(wasiat). Kemungkinan lain, pengalihan aset terjadi karena kekerasan/paksaan,

seperti perampokan atau penjarahan.

Sejak berabad-abad yang lalu, banyak teori pajak bermunculan untuk

memberikan rasa keadilan dalam masyarakat melalui pemungutan pajak, salah

53
Wiratni Ahmadi, Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), p. 2.
54
R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, 7th ed. (Bandung: PT. Eresco, 1978),
p. 32-33.

57
satunya adalah teori gaya (Teori Gaya-Pikul). 27 Poin utama dari teori semacam itu

adalah rasa keadilan, karena beban pajak harus sama untuk semua orang

(Dibandingkan dengan Maxim pertama). Pajak harus dibayar berdasarkan gaya

paksaan (Gaya-pikul) seseorang, dan jumlah pendapatan dan harta serta

pengeluaran/penggunaan (belanja) seseorang dapat digunakan untuk mengukur

gaya tersebut. Kebanyakan sarjana terkemuka masih mempertahankan teori ini

dalam Hukum Perpajakan sekarang. Ir. Mr AJCohen Stuart menyamakan prinsip

gaya gaya dengan jembatan. Kemampuan memberikan uang kepada negara hanya

ada jika kebutuhan hidup sudah tersedia. Oleh karena itu, prinsip gaya gaya harus

memikul bobotnya sebelum membebani kehidupan yang sangat diperlukan.55

Perlunya memberikan rasa keadilan dan kesejahteraan kepada rakyat Indonesia

dalam memungut Pajak Penghasilan atas Jual Beli tanah dan/atau bangunan .

Penulis memfokuskan pada Pajak Penghasilan bumi dan bangunan sebagai

kebutuhan primer manusia yang terdiri dari sandang-pangan-tempat tinggal.

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dan benar, penulis akan membahas

terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan objek Pajak Penghasilan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat 1 Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor

7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (selanjutnya disebut “UU PPh”)

menyatakan:

“Objek pajak adalah penghasilan, yaitu tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun

Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, hal. 28-29.


55

58
dari luar Indonesia, yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk

menambah harta Wajib Pajak, dengan nama dan dalam bentuk apapun. , antara

lain: ... “ Penjelasan resmi UU PPh untuk pasal tersebut berbunyi:

“Undang-undang ini menganut asas perpajakan penghasilan dalam pengertian

yang luas, yaitu pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari segala sumber yang dapat

dipergunakan untuk konsumsi atau untuk menambah harta Wajib Pajak…”

PPh tidak dapat dipungut atas kerugian karena tidak ada objek pajak berupa

“tambahan” atau keuntungan. Dengan berpedoman pada pasal tersebut, maka

“tambahan kemampuan ekonomi” yang menjadi objek Pajak Penghasilan adalah

“tambahannya”. Hal ini dibuktikan dengan adanya kata “tambah” atau

“tambahan” sebanyak 2 (dua) kali dalam pasal dan penjelasan pasal tersebut.

Yang dimaksud dengan “tambahan” dalam UU PPh adalah selisih keuntungan

yang diperoleh Wajib Pajak, dihitung dari selisih harga perolehan (saat membeli)

dengan harga jual yang menjadi objek Pajak Penghasilan. Lalu bagaimana jika

tidak ada “tambahan” atau keuntungan? Karena harga jualnya lebih kecil dari

harga perolehan (saat beli). Untuk lebih yakin tentang pengertian UU PPh, kita

telusuri lebih lanjut Huruf d Pasal 4 Ayat 1

Profesi 'YouTuber' merupakan bagian dari perkembangan ekonomi digital

yang termasuk dalam kategori hard-to-tax atau menantang pajak. Era ekonomi

digital dapat memperluas perubahan sosial dan mengarah pada ekonomi bayangan

baru mengenai transaksi konsumen ke konsumen (C2C) karena sulitnya pelacakan

59
data informasi transaksi. 56
Dengan demikian, diperlukan upaya atau langkah

strategis untuk mengoptimalkan penerimaan pajak dan meningkatkan voluntary

tax compliance. Optimalisasi pajak harus diperoleh dari perluasan basis pajak dan

perbaikan kebijakan dan administrasi. Salah satunya adalah meminimalkan

ketidakpastian pajak, yang merupakan dasar untuk mencapai model pajak yang

sesuai untuk bisnis. Penyebab utama ketidakpastian pajak adalah kompleksitas

peraturan perpajakan, termasuk persyaratan dokumentasi, keputusan otoritas pajak

yang tidak konsisten, dan ketidakmampuan untuk mencapai kepastian pajak

melalui mekanisme pengaturan.

Dalam kaitan ini, administrasi perpajakan dapat mengambil setidaknya tiga

langkah dalam meningkatkan kepatuhan pajak YouTuber. Pertama,

mengutamakan edukasi dan sosialisasi perpajakan. Hal ini penting sebagai bentuk

kesadaran agar YouTuber merasa wajib membayar pajak. Indonesia merupakan

negara yang menerapkan sistem pajak penghasilan self assessment. Jadi, UU PPh

memberikan kepercayaan wajib pajak untuk menentukan jumlah objek pajak,

menghitung iuran pajak, membayar pajak, dan menyampaikan SPT Tahunan PPh.

Namun, ketentuan perpajakan saat ini masih belum cukup optimal untuk mengatur

pajak penghasilan pekerja seni di platform dan pengawasan digital YouTube. Oleh

karena itu, pendidikan dan sosialisasi dari fiskus sangat penting, terutama

mengenai sistem perpajakan dan menghilangkan asimetri informasi terkait

pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.

56
OECD, “Shining Light on the Shadow Economy: Opportunities and Threats,” Oecd,
2017, https://www.oecd.org/tax/crime/shining-light-on-the-shadow-economy-opportunities-
and-threats.pdf.

60
Kedua, kemudahan administrasi perpajakan juga penting selain memberikan

edukasi dan sosialisasi. Otoritas pajak dapat mengonfirmasi aturan mengenai

definisi jenis profesi, hingga skema atau formulasi penghitungan pajak yang

benar, terutama penyesuaian dengan pertimbangan sifat bisnis platform YouTube.

Hal ini juga dapat mendorong kepastian hukum bagi wajib pajak. Namun, itu

harus menentukan biaya apa yang dapat dikategorikan sebagai biaya yang dapat

dikurangkan. 57
Selanjutnya berkaitan dengan pemotongan bukti dari kegiatan

endorsement yang dapat dikreditkan wajib pajak. Tantangan kemudahan

administrasi terletak pada terobosan administrasi untuk memastikan kepatuhan

pajak, seperti melalui analisis big data, peningkatan sistem teknologi informasi,

dan intelijen pajak.58

Ketiga, mengutamakan pendekatan kooperatif daripada pendekatan

konvensional. Cooperative compliance adalah konsep yang digagas oleh

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) sebagai

bentuk baru dari kepatuhan yang berarti hubungan dengan otoritas pajak

berdasarkan kerjasama, kolaborasi, dan hubungan yang lebih baik dibandingkan

dengan konfrontasi dan penegakan kewajiban. Konsep ini mengadopsi tiga prinsip

utama berikut: (1) saling percaya, (2) pengertian, dan (3) transparansi.
59
Pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hubungan dengan wajib pajak

berdasarkan kepercayaan, keterbukaan, dan transparansi. Lebih jauh lagi, fiskus

57
Prianto Budi Saptono and Ismail Khozen, “Income Tax and VAT Issues Concerning Lease after
IFRS 16 Convergence in Indonesia,” The Indonesian Journal of Accounting Research 24, no. 02
(2021): 259–88, https://doi.org/10.33312/ijar.538.
58
Agung Darono, “Data Analytics Dalam Administrasi Pajak Di Indonesia: Kajian Institutional
Arrangement,” JATISI (Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi) 6, no. 2 (2020):
59
OECD,KepatuhanKoperasi:KerangkaKerja(2013).https://www.oecdilibrary.org/content/
publication/9789264200852-en .diakses 13 februari 2023

61
dapat lebih memahami kegiatan usaha wajib pajak, termasuk informasi komersial,

hingga perspektif wajib pajak terhadap suatu aturan.

62
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Faktor yang menyebabkan seorang Youtuber dikenakan pajak penghasilan

adalah :

a. Seorang youtubers memberikan surat pemberitahuan (seluruh jenis

pajak) tepat pada waktunya selama rentang waktu dua tahun terakhir;

b. Seorang youtubers tidak memiliki utang pajak (seluruh jenis pajak)

terkecuali yang telah memperoleh ijin untuk menunda maupun

mencicil pembayaran pajak;

c. Seorang youtubers tidak memiliki catatan hukum sebagai pelaku

tindak pidana di bidang perpajakan dalam rentang waktu sepuluh tahun

terakhir;

d. Seorang youtubers menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku serta terhadap wajib pajak yang

pernah dilakukan perbaikan pada pemeriksaan yang terakhir untuk

tiap-tiap jenis pajak yang terhutang maksimal 5%;

63
e. Laporan milik seorang youtubers selama dua tahun terakhir diperiksa

oleh seorang akuntan publik dengan nasihat yang wajar tanpa adanya

pembebasan sepanjang hal tersebut tidak berdampak kepada laba rugi

fiskal. Laporan pemeriksaan tersebut haruslah tersusun dalam long

form report atau laporan dalam bentuk panjang. Sedangkan, untuk

seorang youtubers sebagai wajib pajak yang laporannya tidak diperiksa

oleh seorang akuntan publik dipersyaratkan untuk memenuhi

ketentuan huruf a, b, c, dan d diatas.

2. Penerapan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan terhadap

profesi YouTuber dilakukan dengan tiga langkah strategis yang dapat

dilakukan oleh administrasi perpajakan, antara lain edukasi dan sosialisasi,

memfasilitasi administrasi yang efektif dan efisien, serta mendorong

pendekatan kooperatif dan kolaboratif. Kami mengharapkan otoritas pajak

mengambil sanksi administratif dan pidana sebagai upaya terakhir sesuai

aturan “ultimum remedium” melalui pendekatan-pendekatan tersebut

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Ketegasan badan perpajakan nasional untuk memungut pajak

penghasilan kepada para youtuber sehingga akan mengajarkan para

orang-orang yang memiliki keinginan untuk menjadi youtuber untuk

mengingat kepentingan kewajiban pajak penghasilan

64
2. Penyuluhan terkaiy kepentingan dan kewajiban dan tujuan dari

penarikan pajak penghasilan kepada para youtuber, dimana penuluhan

dilakukan kepada masyarakat umum

65
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah ,Siti, “Video Blog Sebagai Media Representasi Diri Vlogger di Kota
Makassar”. LTA S-I Kearsipan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Hassanudin.2017
Barnes, Stuart J. "Rantai Nilai Perdagangan Seluler: Analisis dan Perkembangan
Masa Depan." Jurnal Internasional Manajemen Informasi 22, no. 2
(2002): 91–108. https://doi.org/10.1016/S0268-4012(01)00047-0.
Bergkvist, Lars, dan Kris Qiang Zhou. “Dukungan Selebriti. “Dukungan
Selebriti: Kajian Literatur dan Agenda Riset.” Jurnal Periklanan
Internasional 35, no. 4 (2016): 644.
Bird, Richard M., dan Eric M. Zolt. “Teknologi dan Perpajakan di Negara
Berkembang: Dari Tangan ke Mouse.” Jurnal Pajak Nasional 61, no. 4
(2008): 791– 821.
Blade Social. “In Top 100 YouTubers in Indonesia Sorted by Subscribers.”
https://socialblade.com/, 2021.
https://socialblade.com/youtube/top/country/id/mostsubscribed.
Bohari, 2016,Pengantar Hukum Pajak, Jakarta : RajaGrafindo Persada
CNCB. “Sri Mulyani Minta Selebgram Terkenal Bayar Pajak!” CNCB Indonesia,
2019.https://www.cnbcindonesia.com/news/20190121145355-4-51603/sri
-mulyaniminta-selebgram-terkenal-tajir-bayar-pajak.
Creswell ,W., John. Qualitative Inquiry and Research Design. Washington DC:
SAGE Publications, 2013.
Darono, Agung. “Data Analytics Dalam Administrasi Pajak Di Indonesia: Kajian
Institutional Arrangement.” JATISI (Jurnal Teknik Informatika Dan
Sistem Informasi) 6, no. 2 (2020): 195–211.
https://doi.org/10.35957/jatisi.v6i2.194.
Dianita Putri, Restu. “Menghitung Pajak YouTuber Dan Selebgram.” Tirto.id,
2018. https://tirto.id/menghitung-pajak-YouTuber-dan-selebgram-cESF.
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Pajak Sebagai Ujung Tombak
Pembanguan, http://www.pajak.go.id Di akses Pada 1 Januari 2022
Folia ,Rosa, 2012, Ingin Jadi Influencer Marketing? Begini syarat dan hitung-
hitungannya Administrasi Fiskal”, UI.
Gunadi, 2002,Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Jakarta : Salemba Empat
Halonen, Elina, dan Leila Hurmerinta. “Siapa Mendukung Siapa? Transfer
Makna dalam Celebrity Endorsement.” Jurnal Manajemen Produk &
Merek 19, no. 6 (2010): 452–60.
Harlan, M., C., Bruce, dan M. Lupton. “Pembuat Konten Remaja: Pengalaman
Menggunakan Informasi untuk Belajar.” Tren Perpustakaan 26, no. 2
(2020): 569–87.

66
https://news.idntimes.com . Di akses pada tanggal 17 Maret 2022
Ilyas ,Wirawan B. & Rudy Suhartono,2007, Padnduan Komprehensif dan Praktis
Pajak Penghasilan Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 dan Aturan
Pelaksanaan Terbaru, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Kashyap, Hemant. “YouTube Akan Memungut Pajak Dari Kreator yang Berbasis
di Luar AS.” suara& data, 2021. https://www.voicendata.com/youtube-
charge-tax-creators-outsideus/.
Khozen, Ismail, Illona Setianti, and Farah Dina Meiriza. “Apa yang Dapat Kita
Pelajari dari Kegagalan Inovasi Bisnis Uber di Pasar Asia Tenggara?”
Inovbiz: Jurnal Inovasi Bisnis 9, no. 1 (2021).
https://doi.org/https://doi.org/https://doi.org/10.35314/inovbiz.v9i1.1896.
L.Hosch, William. "Youtube." Dalam The Encyclopaedia Britannica ,
2020.
Lo, Chun. “Formasi Tepi di Jejaring Sosial untuk Memelihara Pembuat Konten.”
Dalam Prosiding Konferensi Web , 1999, 2020.
Mardalis. 2002,Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Bumi Aksara,
Jakarta
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta. Penerbit : Andi
McCracken, Grant. “Siapa Celebrity Endorsernya? Landasan Budaya
Pengesahan.” Jurnal Od Consumer Research 16, no. 3 (1989): 310.
Moleong ,Lexy. J.. Metodologi Penelitian Kualitatif. P.T. Remaja Rosda Karya,
Bandung.
Nassaji, Hossein. "Penelitian Kualitatif dan Deskriptif: Tipe Data versus Analisis
Data." Penelitian Pengajaran Bahasa 19, no. 2 (2015): 129–32.
https://doi.org/10.1177/1362168815572747.
Niebler, Valentin. “YouTubers Unite': Tindakan Kolektif oleh Pembuat Konten
YouTube.” Etui. 26, tidak. 2 (2020): 223–27.
OECD. “Menerangi Ekonomi Bayangan: Peluang dan Ancaman.” Oecd , 2017.
https://www.oecd.org/tax/crime/shining-light-on-the-shadow-
economyopportunities-and-threats.pdf.
Paluck, Elizabeth Levy, Paul Lagunes, Donald P. Green, Lynn Vavreck, Limor
Peer, dan Robin Gomila. “Apakah Penempatan Produk Mengubah
Perilaku Sosial Pemirsa Televisi?” PLoS SATU 10, no. 9 (2015): 1–18.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0138610.
Prajab, Hariyanti, Analisa kebijakan pengenaan pajak penghasilan pada
perusahaan pelayaran dalam negeri pasca penerapan asas cabotage,
LTA S-I Kearsipan Fakultas Ilmu
Ramadhan ,Rahman Bagus,Perlindungan hukum terhadap pengguna jasa
provider seluler sebagai konsumen atas promo yang dikeluarkan oleh

67
pelaku usaha melalui media iklan di pt indonesian satelite. LTA S-I
Kearsipan Fakultas Hukum. Universitas Jenderal Sudirman.2015
Reuver, Mark de, Carsten Sørensen, and Rahul C. Basole. “The Digital Platform:
A Research Agenda.” Journal of Information Technology 33, no. 2
(2018): 124–35.
Saptono ,Prianto Budi and Ismail Khozen. “Rekonstruksi Pendekatan Compliance
Risk Management Di Masa Pandemi Dalam Upaya Penguatan
Penerimaan Pajak.” Scientax 3, no. 1 (2021): 1044–61.
https://doi.org/https://doi.org/10.52869/st.v3i1.240.
Saptono, Prianto Budi, and Ismail Khozen. “Income Tax and VAT Issues
Concerning Lease after IFRS 16 Convergence in Indonesia.” The
Indonesian Journal of Accounting Research 24, no. 02 (2021): 259–88.
https://doi.org/10.33312/ijar.538.
Sinaga, Suhut Tumpal. “Apakah YouTuber Dan Selebgram Dapat Digolongkan
Sebagai Pekerjaan Bebas?” Forum Pajak Indonesia, 2019.
https://forumpajak.org/apakahyoutuber-dan-selebgram-dapat-
digolongkan-sebagai-pekerjaan-bebas/.
Stasik, Sarah. “What Is a Conten Creator.” US: State of Digital Publishing, 2021.
Stokel-Walker, Chris. YouTubers: How YouTube Shook Up TV and Created a
New Generation of Star. London: Canburry Press, 2019.
Sunggono ,Bambang , 2003.Metodologi Penelitian Hukum. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Yudhistira, Aria W. “Youtube, Medsos No.1 Di Indonesia.” katadata.co.id,
2019.https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a55212afab/
youtube-medsos-no1-di-indonesia.

68

Anda mungkin juga menyukai