Anda di halaman 1dari 5

Apakah Youtuber dan Selebgram dapat

Digolongkan sebagai Pekerjaan Bebas?


Read : 547 times
By Suhut Tumpal Sinaga on 30 January 2019 in Kolom Pakar 0

Dalam kaitan dengan terbitnya PMK nomor 210/PMK.010/2018, Menteri Keuangan


mengatakan bahwa penghasilan Youtuber dan Selebgram tidak akan dikenakan pajak kalau
penghasilan mereka di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).[1] Hal ini menyiratkan
bahwa penghasilan Selebgram dan Youtuber digolongkan sebagai pekerjaan bebas. Kalau
digolongkan sebagai penghasilan dari kegiatan usaha, mereka akan dikenakan pajak tanpa
mengenal batas PTKP berdasarkan PP nomor 23 tahun 2018. Apakah sudah tepat
menggolongkan penghasilan Youtuber dan Selebgram ini sebagai penghasilan dari pekerjaan
bebas?

Perlu diketahui bahwa perbedaan perlakuan ini, sebagai pekerjaan bebas atau sebagai
kegiatan usaha, hanya berlaku untuk wajib pajak dengan omset kurang dari Rp 4,8 miliar
setahun. Kalau omset mencapai 4,8 miliar atau lebih dalam setahun, mekanisme perhitungan
pajak penghasilannya akan sama-sama menggunakan mekanisme umum dengan tarif PPh
pasal 17 Undang-Undang PPh. Beda menggolongkan suatu penghasilan dapat membuat
perbedaan mekanisme perhitungan pph nya. Karena itu sebelum menghitung pph, terlebih
dahulu kita harus bisa mengidentifikasi mekanisme penghitungan pph yang paling tepat
untuk dipakai. Sebagai panduan umum, kita bisa lihat Gambar 1 di bawah.

Gambar 1: Identifikasi Mekanisme Perhitungan PPh

Baca juga Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Pekerjaan Bebas
Definisi pekerjaan bebas dapat kita baca di pasal 1 angka 24 Undang-Undang KUP. Disana
disebutkan bahwa pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat
oleh suatu hubungan kerja. Tidak ada penjelasan lebih lanjut dari pasal ini. Misalnya apa
yang dimaksud dengan keahlian khusus? Yang jelas seorang karyawan tidak dapat
digolongkan sebagai pekerjaan bebas, karena karyawan terikat oleh hubungan kerja.

Kemudian kita bisa melihat daftar jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas misalnya di Pasal
2 ayat (4) PP nomor 23 tahun 2018. Disini disebutkan bahwa jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas meliputi:

1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, PPAT, penilai, dan aktuaris;
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama,
dan penari;
3. olahragawan;
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. agen iklan;
7. pengawas atau pengelola proyek;
8. perantara;
9. petugas penjaja barang dagangan;
10. agen asuransi;
11. distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan kegiatan
sejenis lainnya.

Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (4) ini kita bisa melihat satu contoh dari pekerjaan bebas
sebagai berikut:

Gambar 2: Contoh Pekerjaan Bebas di Penjelasan Pasal 2 ayat (4) PP nomor 23 tahun 2018

Dari definisi, daftar jenis jasa, dan contoh pekerjaan bebas di atas, kita dapat perhatikan
bahwa satu individu yang sama, dapat mempunyai penghasilan dari kegiatan usaha dan dari
pekerjaan bebas sekaligus. Kita juga bisa melihat adanya karakter atau ciri-ciri pekerjaan
bebas sebagai berikut[2]:

 dikerjakan sendiri (tidak punya staff pegawai selain dirinya sendiri),


 bertindak untuk dan atas namanya sendiri (bukan untuk dan atas nama
persekutuan)[3]
 biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sangat kecil atau
bahkan tidak ada. Misalnya tidak ada biaya pembelian bahan, biaya gaji, bunga, sewa,
royalty, biaya penyusutan dan lain-lain.
 Lazimnya menjadi objek pemotongan PPh pasal 21/23
 Jasa yang diserahkan bersifat excludable dan rivalry (mirip dengan karakter private
goods pada teori ekonomi publik)
 Penghasilan yang diperoleh merupakan imbalan atas penyerahan jasa tertentu yang
dapat ditunjuk secara spesifik

Youtuber
Youtube kita tahu adalah salah satu platform berbagi video yang paling popular di dunia saat
ini. Didirikan tahun 2005, di sini setiap orang dapat melihat dan berbagi video secara
gratis.[4] Dengan slogan broadcast yourself (siarkan dirimu) Youtube awalnya dilihat
sebagai sarana untuk iseng-iseng memuaskan hasrat tampil atau sekedar mendokumentasikan
video-video pribadi. Kemudian orang-orang menemukan berbagai cara penggunaan Youtube.
Misalnya untuk bermain game atau vlogging.

Secara morfologis sebenarnya youtuber dapat kita maknai sebagai setiap orang yang
memakai youtube. Dipakai untuk apa saja terserah. Jadi seseorang yang hanya melihat suatu
video atau konten di youtube sudah dapat dinamai sebagai youtuber. Namun yang ingin kita
bahas kali ini tentu saja bukan itu. Yang ingin kita telaah lebih lanjut adalah youtuber yang
mendapat penghasilan dari youtube. Bagaimana caranya mendapat uang dari youtube?
Langkah pertama tentu adalah membuat akun di youtube. Kemudian membuat konten video
tentang apa saja yang disukai, lalu mengunggahnya ke youtube. Apabila memenuhi sejumlah
syarat yang ditentukan oleh Youtube, biasanya berdasarkan jumlah view dan subscribe,
seorang youtuber akan diperbolehkan ikut monetisasi.

Youtuber yang ikut monetisasi akan mendapat penghasilan dari adsense atau iklan yang
dipasang oleh youtube pada video youtuber. Iklan dapat disisipkan di awal, akhir, atau di
tengah video. Banyaknya pendapatan dihitung berdasarkan kelipatan 1000 view pada konten
youtuber, atau biasa disebut sebagai cost per mille (CPM). Besarnya CPM ditentukan oleh
youtube. Angkanya bersifat dinamis, dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar
yaitu banyaknya permintaan akan pemasangan iklan. Biasanya pada saat liburan seperti
Ramadhan dan akhir tahun, angka CPM ini akan mencapai puncaknya.[5]

Selain dari adsense, seorang youtuber juga bisa memperoleh penghasilan dari endorse atau
mengiklankan brand dari pihak ketiga di dalam konten video youtuber. Ini bentuknya juga
macam-macam. Endorse bisa dilakukan secara terang-benderang ataupun tersamar. Besarnya
penghasilan dan kondisi dan syarat kontrak bisa bervariasi tergantung dari kesepakatan.
Disini proses pembuatan konten video biasanya lebih rumit dan melibatkan lebih banyak
orang.[6]

Beberapa youtuber dengan jumlah subscriber terbesar di Indonesia misalnya adalah Raditya
Dika, Ria Ricis, Gen Halilintar, Arif Muhammad alias Mak Beti, Bayu Skak, dll. Penghasilan
mereka dari adsense dan endorse pun bervariasi. Sebagai contoh misalnya Bayu Skak pernah
mengatakan kalau penghasilannya dari adsense sekitar 2000 USD per bulan dan dari endorse
sekitar 30 juta Rupiah per bulan.[7] Perlu diingat bahwa youtuber tidak melulu harus sendiri,
bisa juga berdua atau lebih. Bahkan suatu badan atau organisasi pun dapat menjadi youtuber,
misalnya Net Mediatama dan Musica Studio.

Selebgram
Instagram berdiri tahun 2010 dengan format awal lebih sebagai aplikasi jejaring sosial.
Ketika itu pengguna cuma bisa berbagi foto. Baru tahun 2013, pengguna boleh berbagi video
pendek dengan durasi 15 detik. Seiring waktu, fitur-fitur di Instagram terus berkembang
dengan kekhasan dalam fitur berbagi foto dan video yang dimilikinya. Berbagi foto dan video
di Instagram dilengkapi dengan berbagai fitur seperti edit, filter, tags, dan informasi lokasi.

Pada tahun 2016, Instagram meluncurkan Insta Stories. Fitur ini memungkinkan pengguna
untuk mengambil foto, menambah efek dan layer. Kemudian juga ditambahkan fitur yang
memungkinkan pengguna untuk menayangkan video secara live. Awal 2017, iklan mulai
diselipkan di antara stories. Iklan ini berbentuk foto atau video pendek. Fitur location stories
juga sangat penting untuk tujuan monetisasi Instagram. Konten stories pada lokasi-lokasi
tertentu dikumpulkan dan ditayangkan pada halaman Instagram bisnis yang berkepentingan
pada lokasi tersebut.

Mirip dengan youtube, secara umum selebgram juga bisa mendapat penghasilan dari dua
sumber yaitu monetisasi dari Instagram dan penghasilan dari pihak ketiga. Monetisasi dari
Instagram namanya Instagram ads. Selebgram mendapat bayaran dari Instagram atas iklan
yang tayang di akunnya. Besarnya bayaran dan syarat ketentuannya sangat dinamis dan
berubah-ubah sesuai dengan perubahan fitur-fitur di Instagram sendiri. Misalnya pertengahan
2018 instagram membuka layanan baru bernama IGTV. Layanan ini sangat mirip dengan
youtube. Meskipun hingga saat ini belum memuat iklan, tetapi sangat mungkin dalam waktu
dekat Instagram akan menyelipkan iklan dalam IGTV ini.

Kemudian yang lebih popular saat ini adalah penghasilan selebgram dari pihak ketiga.
Misalnya paid promote dan endorse. Paid promote dan endorse sebenarnya mirip-mirip saja,
yaitu mengiklankan produk atau brand orang lain. Bedanya cuma kalau endorse biasanya
endorser langsung menggunakan produk yang diiklankan dan menayangkannya di akun
instagramnya. Sedangkan paid promote hanya menayangkan materi iklan dan di-post di akun
Instagram selebgram. Tarif paid promote dan endorse pun beragam. Biasanya semakin
banyak followernya semakin mahal tarif nya. Karena itu akun Instagram artis atau public
figure banyak yang dipakai untuk tujuan ini.[8]

Selain dari dua sumber penghasilan itu, sangat popular juga menggunakan akun Instagram
sebagai online shop. Disini pemilik akun berjualan barang atau jasa secara online. Bahkan,
seiring dengan kreativitas orang-orang, saat ini kita bisa melihat orang bisa mendapat
penghasilan dari Instagram dengan berbagai cara lainnya. Tetapi ini semua di luar bahasan
kita kali ini.[9]

Artis-artis dengan follower Instagram terbanyak misalnya Ayu Tingting, Syahrini, Raffi
Ahmad, dll. Sedangkan selebgram non artis yang popular misalnya Anya Geraldine,
Awkwarin, Clairine Christabel, dll. Tarif sekali endorse bisa dimulai dari satu juta rupiah
hingga lima juta rupiah. Penghasilan per bulan mereka pun bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Selain artis dan selebgram, akun Instagram dengan follower yang tidak terlalu banyak juga
dapat memperoleh penghasilan dari instagram. Mereka disebut sebagai micro influencer. Para
pengiklan cenderung menyukai mereka karena tingkat engagement dengan followernya yang
lebih tinggi.

Pajak Youtuber dan Selebgram


Dari uraian di atas kita bisa melihat bahwa secara umum penghasilan youtuber dan selebgram
didapat dari dua sumber, yaitu monetisasi iklan dari platform dan kerjasama dengan pihak
ketiga (endorse, paid promote, dll). Kemudian kita bisa simpulkan bahwa monetisasi iklan
dari platform merupakan penghasilan dari kegiatan usaha, sedangkan kerjasama dengan pihak
ketiga merupakan pekerjaan bebas.

Kerjasama dengan pihak ketiga dapat dikategorikan sebagai pekerjaan bebas karena
memenuhi definisi di pasal 1 angka 24 Undang-Undang KUP dan juga ciri-ciri dari pekerjaan
bebas sebagaimana diuraikan di atas. Ciri utama yang menguatkan sebagai pekerjaan bebas
adalah karena pada endorse dan paid promote, penghasilan yang diperoleh merupakan
imbalan atas jasa tertentu yang secara spesifik dapat ditunjuk. Jasa yang diserahkan bersifat
excludable dan rivalry (sebagaimana private goods pada teori ekonomi public). Excludable
artinya bahwa hanya pihak yang sudah bekerjasama yang mendapat manfaat dari jasa yang
diberikan. Rivalry artinya bahwa diperlukan biaya tambahan untuk menyediakan jasa yang
sama kepada pihak lain. Kemudian juga biaya untuk mendapatkan, memelihara, dan menagih
penghasilan biasanya tidak signifikan. Kalau pun signifikan, seluruh biaya ini dipergunakan
seluruhnya untuk melakukan kegiatan endorse atau paid promote terkait (lihat lagi contoh
video Mak Beti pergi ke Mall).

Sedangkan penghasilan dari monetisasi iklan lebih tepat dikategorikan sebagai penghasilan
dari kegiatan usaha. Mirip seperti Tuan A pada Gambar 2 di atas, Tuan A dalam usaha kursus
ada biaya-biaya untuk mendapatkan, memelihara, dan menagih penghasilan. Misalnya Tuan
A harus membeli piano, membayar listrik, membuat kuitansi pembayaran uang kursus, dll.
Mungkin Tuan A juga harus membayar orang lain sebagai guru piano pengganti, atau staff
untuk bagian administrasi, dll. Penghasilan dari monetisasi iklan diperoleh karena youtuber
atau selebgram sudah menyelenggarakan akunnya supaya tersedia untuk dimonetisasi (tidak
bersifat excludable). Penghasilan yang diperoleh tidak dapat secara spesifik ditunjuk sebagai
imbalan atas kegiatan yang mana, melainkan secara umum karena sudah tersedianya akun
youtuber atau selebgram tersebut. Biaya-biaya untuk mendapatkan, memelihara, dan menagih
penghasilan tidak dapat secara spesifik dipisahkan untuk mendapatkan penghasilan yang
mana (tidak bersifat rivalry). Contohnya adalah para youtuber gamer seperti Jess no Limit,
MiawAug, dll.

Karena itu sangat diperlukan kehati-hatian dalam melakukan identifikasi jenis kegiatan yang
menjadi sumber penghasilan. Seorang youtuber atau selebgram dapat memperoleh
penghasilan dari kegiatan usaha dan dari pekerjaan bebas sekaligus. Analisis yang sama juga
dapat diterapkan pada berbagai platform lain yang sejenis, seperti snapchat, bigo, tik tok,
vine, dll. Satu hal yang perlu diingat juga adalah bahwa proses bisnis mereka sangat dinamis
seiring dengan perubahan fitur-fitur dan teknologi yang ditawarkan platform masing-masing.
Analisis perlakuan pajaknya pun haruslah senantiasa dinamis mengikuti perubahan proses
bisnis dari wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai