Di Susun Oleh
NIM. 2021071011
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
MOJOKERTO 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan TUGAS INDIVIDU
ARTIKEL yang berjudul “Endorsment Selebgram Dalam Presepektif Pajak” dan terus
dapat menimba ilmu di Universitas Mayjend Soengkono.
Penulisan tugas individu ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Hukum Pajak. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara.
Demikian, semoga tugas individu artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi penulis dan umumnya para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Artikel 3
2.2 Penjelasan Tentang Artikel 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak cara yang dilakukan para pelaku usaha untuk memasarkan produk
dagangannya di media sosial. Para pelaku usaha berlomba-lomba melakukan strategi
jitu untuk peningkatan penjualan produk mereka. Salah satu yang paling menarik dan
sedang booming saat ini adalah pemasaran melalui endorsement.
1
hukum pajak yang diterapkan, karena cara yang dilakukan berbentuk iklan dan bisa
dikenakan pajak atau tidaknya akan menjadi topik pembahasan yang menarik.
Berdasarkan surat edaran tersebut, penghasilan atas endorsing itu menjadi objek pajak
penghasilan pasal 23 atau pasal 21 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jika seorang influencer bertindak sendiri alias tidak berada di bawah naungan sebuah
badan, agensi, dan sebagainya, ia akan dikenakan pajak penghasilan (PPh) pasal 21
Wajib Pajak Orang Pribadi. Mengacu pada Undang-Undang Perpajakan Nomor 36
Tahun 2008, besaran pajaknya adalah:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ARTIKEL
Usahawan 1 : “Bagaimana ya, akhir-akhir ini penjualan produk barang dan jasa saya
menurun cukup signifikan. Padahal saya sedang perlu banyak biaya untuk membayar
gaji karyawan, sewa kantor dan lain-lain. Sudah mulai resesi mungkin ya.”
Usahawan 2 : “Tergantung sih, tapi dari pengalaman saya, asalkan kita pilih selebgram
Influencer yang tepat dan kontennya menarik, ada lah hasilnya. Lumayan banget untuk
menaikkan omzet dan awareness konsumen maupun calon konsumen. Minimal mereka
tahu apa keunggulan produk kita dan siapa tahu tertarik membeli karena merasa barang
dan jasa kita memang dibutuhkan. ”
Istilah-istilah endorse dan selebgram, merupakan sesuatu hal yang baru yang sedang
booming sekarang. Endorse bisa dikatakan cara beriklan modern. Selebgram adalah
orang pribadi (biasanya orang ternama) yang mengiklankan barang atau jasa tertentu
sesuai permintaan produsen. Sedangkan sarana endorse ini adalah media sosial
Instagram, tetapi tidak menutup kemungkinan ada juga di media sosial lainnya
seperti Twitter, Facebook, Whatsapp, dan Tiktok.
Sebenarnya apa sih endorse itu? Dan apakah dikenakan pajak? Apabila dikenakan
pajak, maka pajak apa saja?
Endorse adalah istilah populer dalam pemasaran di media sosial yang praktiknya
disebut dengan istilah endorsement. Dalam bahasa Inggris, endorse memiliki arti
dukungan atau pengesahan. Lantas, apa itu endorse? Dikutip dari The
Economic Times, endorsement atau arti endorse adalah bentuk iklan atau promosi yang
3
dilakukan atau dipromosikan oleh figure publik atau selebritas yang memiliki
pengakuan, kepercayaan, rasa hormat, dan sebagainya dari banyak orang.
Dari pengertian endorsement tadi, bisa disimpulkan bahwa tujuan endorsement adalah
untuk mentransfer nilai-nilai yang dimiliki oleh para selebritas kepada brand (merek
dagang). Dengan dukungan tersebut, pengusaha atau perusahaan berharap dapat
memengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.
Endorsement adalah salah satu cara beriklan, maka apakah pasti dikenakan pajak? Bisa
iya, bisa tidak, ini dikarenakan ada dua jenis endorse yaitu endorse berbayar (yang
umum) maupun endorse tidak berbayar.
Endorsement berbayar adalah jenis endorsement yang memerlukan uang dan kontrak
eksklusif untuk melakukan perjanjian dengan figur publik yang ditunjuk dalam rangka
mengiklankan barang atau jasa tersebut. Kontrak eksklusif yang dimaksudkan berisi
tentang hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh untuk figur publik dan pemilik
merek. Dalam prosesnya, figur publik akan dibayar dengan sejumlah uang sesuai
perjanjian, kemudian dikirimi produk barang dan jasa yang akan ditawarkan untuk
dicoba terlebih dulu.
Sedangkan endorsement tidak berbayar adalah jenis endorsement yang dilakukan tanpa
membayar jasa pengiklan. Dalam prosesnya, pemilik merek akan
mengirimkan contoh produk kepada figur publik yang bersangkutan agar barang atau
jasa yang ditawarkan dapat dicoba terlebih dulu. Endorsement tidak berbayar dapat
disebut dengan iklan gratis, sehingga tidak ada hak dan kewajiban khusus yang harus
dipenuhi. Figur publik yang bersangkutan dapat melakukan endorsement jika menyukai
produknya dan bebas memberikan ulasan tanpa terikat dengan batas waktu.
Walaupun istilah endorsement termasuk istilah baru, namun secara praktik tidak ada
peraturan terbaru atas pengenaan pajaknya. Endorsement masuk ke dalam salah satu
bentuk model bisnis classified ads.
Dari pembahasan di atas tadi, endorsement yang berbayar akan dikenakan pajak. Lalu
jenis pajak yang dikenakan apa? Pajak yang dikenakan adalah Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 apabila selebgram masuk kriteria wajib pajak orang pribadi.
4
Tarif PPh Pasal 21 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang berlaku adalah sesuai dengan Pasal
17 UU PPh dengan lapisan tarif (bracket) sebagai berikut :
Lanjut ke pembahasan PPh Pasal 23. Apabila selebgram masuk dalam suatu agensi atau
bentuk badan tertentu lainnya, maka endorsement ini akan dikenakan PPh Pasal
23. Tarif yang dikenakan berdasarkan nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan. Pemotongan tarif PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 ini akan
dilakukan oleh mereka yang meminta endorsement sebagai pihak pemotong pajak dan
kepada selebgram tersebut diberikan Bukti Potong Pajak yang akan dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Orang Pribadinya.
5
penghasilan yang dihasilkan dari pundi-pundi platform berbasis internet. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan para Influencer Online akan pajak.
Pengenaan pajak atas aktivitas endorsement bukan merupakan bentuk penggalian objek
pajak baru ataupun penegasan dari regulasi yang sudah ada. Hal ini dikarenakan dasar
pengenaan pajak kembali kepada penghasilan setiap orang yang mempunyai tambahan
kemampuan ekonomis. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-17/PJ/2015 tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto menyatakan Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun sebesar Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) atau lebih wajib menyelenggarakan pembukuan.
Artinya artikel ini sesuai dengan hukum pajak yang sudah dibuat oleh
pemerintah. Berdasarkan apa yang saya baca, artikel ini mengelompokkan beberapa
pihak yakni: Pemberi Endorse (Pengusaha) dan Penerima Endorse. Secara umum,
kewajiban pajak dibebankan pada Pemberi Endorse, contohnya pengusaha dengan
kewajiban PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Setiap transaksi pemberian, penjualan,
endorse, hadiah, dan lain-lain harus dikenai PPN. Sedangkan, bagi Penerima Endorse,
apabila menerima dalam bentuk non uang (barang) cuma-cuma berarti bukan termasuk
penghasilan. Penerimaan tersebut tidak wajib melaporkan sebagai penghasilan. Apabila
Pemberi Endorse menghubungi selebritis (selaku Penerima Endorse) tersebut
menggunakan jasa agen yang merupakan korporasi, maka dikenai pajak sesuai PPh 23.
Apabila Pemberi Endorse menghubungi selebritis (selaku Penerima Endorse) secara
langsung maka akan dikenai PPh juga. Dalam status Pemberi Endorse berkewajiban
memotong PPh Pasal 21, maka mereka harus memotong PPh Pasal 21. Apabila Pemberi
Endorse tersebut tidak memotong dengan PPh 21, maka selebgram (selaku Penerima
Endorse) harus melaporkan penghasilan yang diterima di SPT-nya di akhir tahun.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dengan begitu, saya menyimpulkan bahwa penerima endorse dalam hal ini
selebritis maupun influencer tersebut, diklasifikasikan sebagai Wajib Pajak mengingat
klasifikasinya sebagai pihak yang menjalankan kegiatan usaha maupun pekerjaan bebas
seperti yang tertuang dalam peraturan di atas.
3.2 SARAN
7
menyerap secara maksimal perpajakan dari aktivitas tersebut akan memberikan dampak
yang signifikan bagi negara dalam upayanya untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajak.go.id/id/artikel/endorsement-selebgram-dalam-perspektif-pajak
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-endorsement