Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

ARTIKEL “ENDORSMENT SELEBGRAM DALAM PERSPEKTIF PAJAK”

MATA KULIAH HUKUM PAJAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pajak


Dosen Pengampu: Ibu Novrina Puspitasari, SE., M.SA

Di Susun Oleh

BERNIKA INDIAGUSTI IVADA

NIM. 2021071011

FAKULTAS EKONOMI

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAYJEN SUNGKONO

MOJOKERTO 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan TUGAS INDIVIDU
ARTIKEL yang berjudul “Endorsment Selebgram Dalam Presepektif Pajak” dan terus
dapat menimba ilmu di Universitas Mayjend Soengkono.

Penulisan tugas individu ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Hukum Pajak. Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara.

Dengan tersusunnya resume ini kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan, Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan resume ini.

Demikian, semoga tugas individu artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi penulis dan umumnya para pembaca.

Mojokerto, 03 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Artikel 3
2.2 Penjelasan Tentang Artikel 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring berkembanganya zaman ke arah yang semakin modern, semakin


terlihat jelas adanya pergeseran atau perubahan kebiasaan di hampir semua aspek
kehidupan. Terlebih dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi yang mana
keberadaan dan perkembangannya ternyata semakin memberikan perubahan pada
pola gaya hidup masyarakat. Salah satunya, masyarakat dimudahkan dengan adanya
transaksi jual beli online atau sering dikenal dengan istilah online shopping.

Kecenderungan perubahan pola gaya hidup masyarakat yang lebih memilih


untuk melakukan online shopping ini, disebabkan karena adanya anggapan bahwa
online shopping lebih praktis dilakukan daripada harus berbelanja secara langsung ke
pasar, toko-toko, ataupun mall. Hal ini didukung oleh semakin canggihnya gadget
yang mereka miliki serta perkembangan dari berbagai jenis bisnis online itu sendiri.
Trend online shopping kini semakin merambat melalui berbagai media sosial, seperti
Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain. Dalam dunia bisnis, para pelaku usaha,
khususnya para pemilik toko online atau online shop mengambil kesempatan emas ini
dengan menjadikan media sosial sebagai salah satu media pemasaran.

Banyak cara yang dilakukan para pelaku usaha untuk memasarkan produk
dagangannya di media sosial. Para pelaku usaha berlomba-lomba melakukan strategi
jitu untuk peningkatan penjualan produk mereka. Salah satu yang paling menarik dan
sedang booming saat ini adalah pemasaran melalui endorsement.

Umumnya, endorsement ini merupakan sebuah bentuk promosi dagang yang


dilakukan antara pelaku usaha dengan seorang artis yang dikenal memiliki banyak
penggemar. Dalam endorsement di media sosial, artis ini dikenal dengan sebutan
endorser yang berarti pendukung. Khusus dalam media sosial Instagram endorser
dikenal dengan sebutan selebgram.

Bisa disimpulkan bahwa tujuan endorsement adalah untuk mentransfer nilai-


nilai yang dimiliki oleh para selebritas kepada brand (merek dagang). Dengan
dukungan tersebut, pengusaha atau perusahaan berharap dapat memengaruhi
konsumen untuk melakukan pembelian. Dalam artikel ini akan membahas tentang

1
hukum pajak yang diterapkan, karena cara yang dilakukan berbentuk iklan dan bisa
dikenakan pajak atau tidaknya akan menjadi topik pembahasan yang menarik.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis memilih membahas judul


artikel yaitu endorsment selebgram dalam perspektif pajak pada tahun 2022. Karena
menurut penulis endorsment menjadi popular dalam dunia pemasaran. Berdasarkan
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE/62/PJ/2013, tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi e-Commerce, endorsement masuk ke dalam salah
satu bentuk model bisnis classified ads. Sebelumnya pernah dijelaskan dalam artikel
lain yang berjudul, “Pajak e-Commerce : Classified Ads” classified ads adalah kegiatan
yang menyediakan tempat dan atau waktu untuk memajang konten (teks, grafik, video
penjelasan, informasi, dan lain-lain) barang dan atau jasa bagi pengiklan untuk
memasang iklan yang ditujukan kepada pengguna iklan melalui situs yang disediakan
oleh penyelenggara classified ads.

Berdasarkan surat edaran tersebut, penghasilan atas endorsing itu menjadi objek pajak
penghasilan pasal 23 atau pasal 21 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1. Endorse Dikenakan PPh Pasal 23

Jika seorang influencer bekerja di bawah naungan perusahaan, pembayaran


jasa endorse umumnya akan diterima dan dikelola oleh perusahaan itu baru diteruskan
ke masing-masing pribadi. Maka, pemotongan pajak yang berlaku adalah pajak
penghasilan (PPh) pasal 23. Tarif pajak PPh 23 ini terbagi ke dua besaran, yakni 15%
dan 2%, tergantung dari objek pajaknya. Selengkapnya mengenai PPh 23 dan tarifnya
dapat dilihat di artikel berjudul “Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)“

2. Endorse Dikenakan PPh Pasal 21

Jika seorang influencer bertindak sendiri alias tidak berada di bawah naungan sebuah
badan, agensi, dan sebagainya, ia akan dikenakan pajak penghasilan (PPh) pasal 21
Wajib Pajak Orang Pribadi. Mengacu pada Undang-Undang Perpajakan Nomor 36
Tahun 2008, besaran pajaknya adalah:

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif PPh 21 Pasal 17

Sampai dengan (s/d) Rp 50 juta 5%

Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta 15%

Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta 25%

Di atas Rp 500 juta 30%

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ARTIKEL

Usahawan 1 : “Bagaimana ya, akhir-akhir ini penjualan produk barang dan jasa saya
menurun cukup signifikan. Padahal saya sedang perlu banyak biaya untuk membayar
gaji karyawan, sewa kantor dan lain-lain. Sudah mulai resesi mungkin ya.”

Usahawan 2 : “Sudah coba endorse selebgram?”

Usahawan 1 : “Wah menarik tuh. Apakah biayanya mahal?”

Usahawan 2 : “Tergantung sih, tapi dari pengalaman saya, asalkan kita pilih selebgram
Influencer yang tepat dan kontennya menarik, ada lah hasilnya. Lumayan banget untuk
menaikkan omzet dan awareness konsumen maupun calon konsumen. Minimal mereka
tahu apa keunggulan produk kita dan siapa tahu tertarik membeli karena merasa barang
dan jasa kita memang dibutuhkan. ”

Usahawan 1 : “Makasih banget sarannya, akan saya coba endorse.”

Istilah-istilah endorse dan selebgram, merupakan sesuatu hal yang baru yang sedang
booming sekarang. Endorse bisa dikatakan cara beriklan modern. Selebgram adalah
orang pribadi (biasanya orang ternama) yang mengiklankan barang atau jasa tertentu
sesuai permintaan produsen. Sedangkan sarana endorse ini adalah media sosial
Instagram, tetapi tidak menutup kemungkinan ada juga di media sosial lainnya
seperti Twitter, Facebook, Whatsapp, dan Tiktok.

Sebenarnya apa sih endorse itu? Dan apakah dikenakan pajak? Apabila dikenakan
pajak, maka pajak apa saja?

Endorse adalah istilah populer dalam pemasaran di media sosial yang praktiknya
disebut dengan istilah endorsement. Dalam bahasa Inggris, endorse memiliki arti
dukungan atau pengesahan. Lantas, apa itu endorse? Dikutip dari The
Economic Times, endorsement atau arti endorse adalah bentuk iklan atau promosi yang

3
dilakukan atau dipromosikan oleh figure publik atau selebritas yang memiliki
pengakuan, kepercayaan, rasa hormat, dan sebagainya dari banyak orang.

Dari pengertian endorsement tadi, bisa disimpulkan bahwa tujuan endorsement adalah
untuk mentransfer nilai-nilai yang dimiliki oleh para selebritas kepada brand (merek
dagang). Dengan dukungan tersebut, pengusaha atau perusahaan berharap dapat
memengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.

Endorsement adalah salah satu cara beriklan, maka apakah pasti dikenakan pajak? Bisa
iya, bisa tidak, ini dikarenakan ada dua jenis endorse yaitu endorse berbayar (yang
umum) maupun endorse tidak berbayar.

Endorsement berbayar adalah jenis endorsement yang memerlukan uang dan kontrak
eksklusif untuk melakukan perjanjian dengan figur publik yang ditunjuk dalam rangka
mengiklankan barang atau jasa tersebut. Kontrak eksklusif yang dimaksudkan berisi
tentang hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh untuk figur publik dan pemilik
merek. Dalam prosesnya, figur publik akan dibayar dengan sejumlah uang sesuai
perjanjian, kemudian dikirimi produk barang dan jasa yang akan ditawarkan untuk
dicoba terlebih dulu.

Sedangkan endorsement tidak berbayar adalah jenis endorsement yang dilakukan tanpa
membayar jasa pengiklan. Dalam prosesnya, pemilik merek akan
mengirimkan contoh produk kepada figur publik yang bersangkutan agar barang atau
jasa yang ditawarkan dapat dicoba terlebih dulu. Endorsement tidak berbayar dapat
disebut dengan iklan gratis, sehingga tidak ada hak dan kewajiban khusus yang harus
dipenuhi. Figur publik yang bersangkutan dapat melakukan endorsement jika menyukai
produknya dan bebas memberikan ulasan tanpa terikat dengan batas waktu.

Walaupun istilah endorsement termasuk istilah baru, namun secara praktik tidak ada
peraturan terbaru atas pengenaan pajaknya. Endorsement masuk ke dalam salah satu
bentuk model bisnis classified ads.

Dari pembahasan di atas tadi, endorsement yang berbayar akan dikenakan pajak. Lalu
jenis pajak yang dikenakan apa? Pajak yang dikenakan adalah Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 apabila selebgram masuk kriteria wajib pajak orang pribadi.

4
Tarif PPh Pasal 21 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang berlaku adalah sesuai dengan Pasal
17 UU PPh dengan lapisan tarif (bracket) sebagai berikut :

Lapisan Tarif UU HPP :

1. 0 - Rp60 juta dikenakan tarif 5%

2. > Rp60—250 juta dikenakan tarif 15%

3. > Rp250—500 juta dikenakan tarif 25%

4. > Rp500juta—5 miliar dikenakan tarif 30%

5. > Rp5 miliar dikenakan tarif 35%

Lanjut ke pembahasan PPh Pasal 23. Apabila selebgram masuk dalam suatu agensi atau
bentuk badan tertentu lainnya, maka endorsement ini akan dikenakan PPh Pasal
23. Tarif yang dikenakan berdasarkan nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan. Pemotongan tarif PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 ini akan
dilakukan oleh mereka yang meminta endorsement sebagai pihak pemotong pajak dan
kepada selebgram tersebut diberikan Bukti Potong Pajak yang akan dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Orang Pribadinya.

2.2 PENJELASAN TENTANG ARTIKEL

Menurut saya artikel ini ditulis bertujuan untuk menjelaskan bagaimana


pengenaan pajak atas aktivitas endorsement oleh selebgram yang ada di indonesia.
Perlakuan pajak penghasilan atas aktivitas endorsement oleh selebgram dapat
dilakukan dengan beberapa teknik pemungutan pajak sesuai dengan kondisi selebgram.
Dari segi pajak pertambahan nilai yang sudah dijelaskan diatas, setiap barang dan jasa
endorse merupakan objek pajak pertambahan nilai sehingga atas penyerahan tersebut
terulang PPN. Sejalan dengan konsep dalam regulasi Undang Undang Nomor 36 Tahun
2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan. Secara umum pengenaan pajak sebenarnya tidak memfokuskan
pada upaya pengawasan media sosialnya, tetapi justru terhadap pembayaran pajak

5
penghasilan yang dihasilkan dari pundi-pundi platform berbasis internet. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan para Influencer Online akan pajak.
Pengenaan pajak atas aktivitas endorsement bukan merupakan bentuk penggalian objek
pajak baru ataupun penegasan dari regulasi yang sudah ada. Hal ini dikarenakan dasar
pengenaan pajak kembali kepada penghasilan setiap orang yang mempunyai tambahan
kemampuan ekonomis. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-17/PJ/2015 tentang Norma Penghitungan Penghasilan Neto menyatakan Wajib
Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun sebesar Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) atau lebih wajib menyelenggarakan pembukuan.

Artinya artikel ini sesuai dengan hukum pajak yang sudah dibuat oleh
pemerintah. Berdasarkan apa yang saya baca, artikel ini mengelompokkan beberapa
pihak yakni: Pemberi Endorse (Pengusaha) dan Penerima Endorse. Secara umum,
kewajiban pajak dibebankan pada Pemberi Endorse, contohnya pengusaha dengan
kewajiban PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Setiap transaksi pemberian, penjualan,
endorse, hadiah, dan lain-lain harus dikenai PPN. Sedangkan, bagi Penerima Endorse,
apabila menerima dalam bentuk non uang (barang) cuma-cuma berarti bukan termasuk
penghasilan. Penerimaan tersebut tidak wajib melaporkan sebagai penghasilan. Apabila
Pemberi Endorse menghubungi selebritis (selaku Penerima Endorse) tersebut
menggunakan jasa agen yang merupakan korporasi, maka dikenai pajak sesuai PPh 23.
Apabila Pemberi Endorse menghubungi selebritis (selaku Penerima Endorse) secara
langsung maka akan dikenai PPh juga. Dalam status Pemberi Endorse berkewajiban
memotong PPh Pasal 21, maka mereka harus memotong PPh Pasal 21. Apabila Pemberi
Endorse tersebut tidak memotong dengan PPh 21, maka selebgram (selaku Penerima
Endorse) harus melaporkan penghasilan yang diterima di SPT-nya di akhir tahun.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dengan begitu, saya menyimpulkan bahwa penerima endorse dalam hal ini
selebritis maupun influencer tersebut, diklasifikasikan sebagai Wajib Pajak mengingat
klasifikasinya sebagai pihak yang menjalankan kegiatan usaha maupun pekerjaan bebas
seperti yang tertuang dalam peraturan di atas.

Meskipun menuai banyak perdebatan di media, Direktorat Jenderal Pajak telah


menyatakan bahwa dalam memungut pajak dari endorser, akan dikenakan mekanisme
yang sama dengan PPh sesuai yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan. Besar pajak untuk endorser lebih tergantung pada jenis
kesepakatan antara endorser dan pihak pemilik produk. Direktorat Jenderal Pajak
mengenali pembagian aktivitas endorsement menjadi dua, yaitu paid promote dan paid
endorsement. Endorsement yang dilakukan oleh Endorser juga bisa berupa system paid
per-post, ataupun berupa long-term contract dengan pihak pemilik produk. Karena itu,
dalam melakukan kewajiban pajak, endorser disarankan melakukan pelaporan pajak
sendiri lewat Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) agar jumlah penghasilannya di akhir
tahun dapat diketahui lebih jelas.

3.2 SARAN

Dibuatnya peraturan khusus yang lebih merinci mengenai pengaturan


perpajakan atas aktivitas endorsement oleh influencer di Instagram diharapkan dapat
menyerap secara optimal atas pendapatan negara dari sektor pajak. Tak hanya itu,
dengan dibuatnya peraturan perpajakan tersebut juga diharapkan dapat menumbuhkan
rasa taat akan membayar pajak bagi para pelaku kegiatan endorsement ini. Pemerintah
harus segera membuat peraturan khusus atas aktivitas endorsement seiring dengan
cepatnya pergerakan pengguna media sosial Instagram yang mana kemudian akan terus
menambah jumlah influencer pada platform Instagram. Apabila pemerintah dapat

7
menyerap secara maksimal perpajakan dari aktivitas tersebut akan memberikan dampak
yang signifikan bagi negara dalam upayanya untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pajak.go.id/id/artikel/endorsement-selebgram-dalam-perspektif-pajak

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/pajak-endorsement

Anda mungkin juga menyukai