Anda di halaman 1dari 9

A.

KERANGKA PENELITIAN

Efektivitas dan Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pajak Daerah dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta

Oleh:
Dody Setyawan (E0020153)

Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hukum


Universitas Sebelas Maret

Email:
dodyst77@student.uns.ac.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemungutan Pajak Sarang Burung
Walet berdasarkan sistem ketetapan pajak sudah efektif dengan melihat berapa persen
kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bagaimana bagaimana upaya yang
dilakukan Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kota
Surakarta dalam meningkatkan kontribusi Pajak Sarang Burung Walet di Surakarta. Selain itu
juga, untuk mengetahui faktor yang menghambat dalam pelaksanaan sehingga dapat sebagai
bahan evaluasi dan pengambilan keputusan dalam meningkatkan pendapatan daerah sektor Pajak
Sarang Burung Walet. Objek penelitian ini yaitu Pajak Sarang Burung Walet di Kota Surakarta
tahun 2015- 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantatif. Hasil
penelitian yang menggunakan data Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta tahun 2015-
2016 menunjukan bahwa realisasi Pajak Sarang Burung Walet pada tahun 2015 efektif yaitu
sebesar Rp 24.000.000,- dari target Pajak Sarang Burung Walet sebesar Rp 24.000.000,- (100%),
sedangkan realisasi Pajak Sarang Burung Walet pada tahun 2016 sudah sangat efektif yaitu
sebesar Rp 26.320.000,- dari target Pajak Sarang Burung Walet sebesar Rp 24.000.000,-
(109,67%). Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pendapatan Asli Daerah pada tahun
2015 sebesar 0,0095% dari total penerimaan PAD sedangkan pada tahun 2016 memberikan
kontribusi sebesar 0,0097% dari total penerimaan PAD.

Kata Kunci: Pajak Sarang Burung Walet, Efektivitas, Kontribusi

1
PENDAHULUAN

Pajak Sarang Burung Walet merupakan salah satu jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota.
Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan
sarang burung walet. Sistem pemungutan Pajak Daerah Sarang Burung Walet menggunakan Self
Assesment System, yaitu Wajib Pajak Sarang Burung Walet yaitu orang pribadi atau Badan yang
melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet diberikan kewenangan
untuk menghitung sendiri besaran pajak yang wajib dibayarkan. Tidak semua daerah
Kabupaten/Kota memiliki potensi sarang burung walet. Sehingga termasuk salah satu potensi asli
daerah yang unik yang hanya dapat ditemui di beberapa daerah tertentu dan dapat mendorong
peningkatan pendapatan asli daerah. Upaya melakukan peningkatan pendapatan asli daerah
melalui sektor pemungutan Pajak Sarang Burung Walet adalah dengan langkah awal
menegakkan aturan hukum terkait pemungutan Pajak Sarang Burung Walet.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam menetapkan target, hendaknya Pemerintah Daerah Kota Surakarta terlebih dulu
menelaah realisasi tahun-tahun sebelumnya, sehingga jika terdapat realisasi yang sangat
jauh dibanding target maka target tahun tersebut dapat dilakukan peningkatan secara
bertahap.
2. Berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan Pajak Sarang Burung Walet dapat terjadi
suatu permasalahan hukum terkait perlawanan dan penghindaran pajak yang dilakukan
oleh Wajib Pajak. Atas tindakan perlawanan dan penghindaran wajib pajak tersebut dapat
dilakukan penegakan hukum baik secara preventif maupun represif. Penegakan hukum
secara preventif yakni melalui pembentukan peraturan perundang-undangan tentang
Pajak Sarang Burung Walet dan pengawasan. Sedangkan penegakan hukum secara
represif melalui proses penagihan pajak, pengenaan sanksi administrasi berupa sanksi
bunga, denda, dan kenaikan pajak, serta sanksi pidana apabila terjadi tindak pidana yang
merugikan keuangan daerah. Sanksi pidana dilakukan apabila sanksi-sanksi yang
sebelumnya tidak efektif.

2
B. JURNAL

Efektivitas dan Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap Pajak Daerah dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta

Oleh:
Dody Setyawan (E0020153)

Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hukum


Universitas Sebelas Maret

Email:
dodyst77@student.uns.ac.id

Abstract: This study aims to determine whether the collection of Swallow's Nest Tax based on
the tax assessment system has been effective by looking at what percentage of its contribution to
Regional Original Income (PAD) and how the efforts made by the Surakarta City Financial and
Asset Management Revenue Agency (BPPKAD) in increasing the contribution Swallow's Nest
Tax in Surakarta. In addition, it is also to find out the factors that hinder the implementation so
that it can be used as material for evaluation and decision making in increasing regional income
in the Swallow's Nest Tax sector. The object of this research is the Swallow's Nest Tax in
Surakarta City in 2015-2016. The method used in this research is quantitative descriptive. The
results of the study using the Surakarta City Original Regional Revenue (PAD) in 2015 -2016
showed that the realization of the Swallow's Nest Tax in 2015 was effective at Rp. 24,000,000
from the target of the Swallow's Nest Tax of Rp. 24,000,000. 100%), while the realization of the
Swallow's Nest Tax in 2016 was very effective, which was Rp. 26.320.000, from the target of the
Swallow's Nest Tax of Rp. 24.000.000 (109.67%). The contribution of Swallow's Nest Tax to
Regional Original Revenue in 2015 was 0,0095% of total PAD revenue, while in 2016 it
contributed 0,0097% of total PAD revenue.

Keywords: Swallow’s Nest Tax, Effectiveness, Contribution

3
PENDAHULUAN

Sebagaimana telah disebutkan dalam Pasal 2 Ayat (2) huruf i UU Pajak Daerah: “Pajak
Daerah Sarang Burung Walet termasuk dalam jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota”. Pajak
Sarang Burung Walet adalah pajak atas pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet
(Perwali Kota Surakarta No. 17-A, 2014). Subyek Pajak Sarang Burung Walet merupakan
pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet.
Obyek Pajak Sarang Burung Walet sendiri, ketika pengambilan dan/atau mengusahakan sarang
burung walet di suatu wilayah. Wajib Pajak Sarang Burung Walet merupakan orang pribadi atau
badan yang melakukan kegiatan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet.

Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet berasal dari nilai jual sarang burung walet.
Tarif yang ditetapkan oleh pemerintah daerah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Tarif
Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan dengan peraturan daerah (Perda) dan dipungut di daerah
tempat pengambilan dan/atau pengusahaan Sarang Burung Walet.

Menurut Mardiasmo (2016: 5) terdapat 5 teori yang mendukung pemungutan pajak,


yaitu:

1. Teori Asuransi: Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan rakyatnya. Oleh
karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi
karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.
2. Teori Kepentingan: Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan
(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseorang
terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.
3. Teori Daya Pikul: Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur daya
pikul dapat digunakan 2 pendekatan, yaitu:
a. Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki
seseorang.
b. Unsur subjektif, dengan memperlihatkan besarnya kebutuhan material yang harus
dipenuhi.

4
4. Teori Bakti: Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan
negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa
pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli: Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah
tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam
bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh
masyarakat lebih diutamakan.

METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data deskriptif kuantatif. Data
kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala numerik (angka-angka). Sumber
data dalam penelitian ini yaitu berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kota Surakarta,
sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitan terdahulu dan buku-buku yang berkaitan
dengan pembahasan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research).

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan mengumpulkan
beberapa keterangan yang terkait dan kemudian diuraikan serta menggambarkan objek yang
diteliti, sehingga berdasarkan data yang terkumpul dengan menggunakan rumus efektivitas dan
kontribusi, penulis dapat menganalisis efektifitas dan kontribusi pajak sarang burung walet di
Kota Surakarta.

PEMBAHASAN

Realisasi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet

Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kota Surakarta
memiliki tugas pokok untuk mengelolah Pendapatan Asli Daerah yang salah satunya adalah
Pajak Daerah dalam hal ini Pajak Sarang Burung Walet. Adapun Pajak Sarang Burung Walet
yang diterima oleh pemerintah Kota Surakarta dari tahun 2015-2016, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

5
Tabel 1 Realisasi Penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Kota Surakarta Tahun 2015-
2016

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)


2015 24.000.000 24.000.000
2016 24.000.000 26.320.000
Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 1, penerimaan Pajak Sarang Burung Walet oleh Badan Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kota Surakarta dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan realisasi dan dapat melampaui dari target yang ditetapkan. Pada tahun
2015, realisasi penerimaan Pajak Sarang Burung Walet sebesar Rp 24.000.000,-. Sedangkan
pada tahun 2016, realisasi penerimaan Pajak Sarang Burung Walet sebesar Rp 26.320.000,-.

Efektivitas Pajak Sarang Burung Walet

Adapun efektivitas Pajak Sarang Burung Walet yang diterima oleh pemerintah Kota
Surakarta dari tahun 2015-2016, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2 Efektivitas Pajak Sarang Burung Walet Kota Surakarta Tahun 2015-2016

Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Efektivitas (%) Keterangan


2015 24.000.000 24.000.000 100% Efektif
2016 24.000.000 26.320.000 109,67% Sangat Efektif
Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 2, efektivitas Pajak Sarang Burung Walet dari tahun 2015 ke tahun
2016 mengalami peningkatan sebesar 9,67%. Realisasi Pajak Sarang Burung Walet tahun 2015
sebesar 100% dari target Pajak Sarang Burung Walet dan dikategorikan efektif. Sedangkan pada
tahun 2016 dengan target yang sama, realisasi Pajak Sarang Burung Walet sebesar 109,67% dari
target Pajak Sarang Burung Walet dan dikategorikan sangat efektif.

Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet Terhadap PAD Kota Surakarta

Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap PAD dihitung dengan membandingkan
jumlah penerimaan pajak dengan jumlah penerimaan PAD Kota Surakarta. Adapun kontribusi

6
penerimaan Pajak Sarang Burung Walet terhadap PAD Kota Surakarta dari tahun 2015-2016,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet Kota Surakarta Tahun 2015-2016

Pendapatan Asli Daerah


Tahun Realisasi (Rp) Tingkat Kontribusi (%)
(Rp)
2015 24.000.000 250.241.943.000 0,0095%
2016 26.320.000 270.156.249.000 0,0097%
Sumber: Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta

Berdasarkan tabel 3, pada 2015 Pajak Sarang Burung Walet telah memberikan kontribusi
kepada PAD kota Surakarta sebesar 0,0095% dari total penerimaan PAD sebesar Rp
250.241.943.000,-. Sedangkan pada tahun 2016 memberikan kontribusi sebesar 0,0097% dari
total penerimaan PAD sebesar Rp 270.156.249.000,-. Kontribusi dari Pajak Sarang Burung
Walet ini sangatlah kecil terhadap Pendapatan Asli Daerah, dari tahun 2015-2016 hanya terjadi
peningkatan sebesar 0,0002%.

Hambatan yang Ditemukan dalam Realisasi Pajak Sarang Burung Walet di Kota
Surakarta

Hambatan yang ditemukan oleh BPPKAD Kota Surakarta sebagai berikut:

a. Letak usaha sarang burung walet yang tidak transparan.


b. Domisili wajib pajak tidak selalu berada di Wilayah Kota Surakarta.
c. Kesadaran wajib pajak dalam melaporkan pajaknya.
d. Ketidaksesuaian penetapan target dan realisasi.

Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Kontribusi Pajak Sarang Burung Walet di


Surakarta

Berikut merupakan langkah BPPKAD untuk terus dapat mengoptimalkan dalam upaya
meningkatkan Pajak Sarang Burung Walet:

a. Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta melaksanakan
kegiatan penagihan tunggakan Pajak Sarang Burung Walet di wilayah Kota Surakarta,

7
yang dilakukan melalui Program Safari Pajak Sarang Burung Walet dan Program
penagihan langsung (door to door system).
b. Sosialisasi Pajak Daerah kepada Masyarakat Kota Surakarta
Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1) Sosialisasi Tatap Muka
2) Sosialisasi Media Massa
3) Sosialisasi Media Elektronik
4) Sosialisasi Media Cetak

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian ini, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:

1. Realisasi penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Kota Surakarta mengalami


peningkatan yaitu pada tahun 2015 sebesar Rp 24.000.000,- menjadi Rp 26.320.000,-
pada tahun 2016.
2. Tingkat efektivitas penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Kota Surakarta mengalami
peningkatan sebesar 9,67% dengan rincian pada tahun 2014 menjadi 82% pada tahun
2016.
3. Jumlah penerimaan Pajak Sarang Burung Walet Kota Surakarta tahun 2015-2016
memberikan kontribusi yang kecil terhadap PAD. Pada tahun 2015 kontribusi
penerimaan Pajak Sarang Burung Walet sebesar 0,0095% dan pada tahun 2016 sebesar
0,0097%.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan saran yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan
efektivitas dan kontribusi Pajak Sarang Burung Walet terhadap PAD.

1. Dalam menetapkan target, hendaknya Pemerintah Daerah Kota Surakarta terlebih dulu
menelaah realisasi tahun-tahun sebelumnya, sehingga jika terdapat realisasi yang sangat

8
jauh dibanding target maka target tahun tersebut dapat dilakukan peningkatan secara
bertahap.
2. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai ketertiban pembayaran pajak hingga
menyampaikan betapa pentingnya membayarkan pajak kepada pemerintah untuk
keberlangsungan pembangunan yang merata.
3. Pemerintah perlu merangkut perangkat desa (RT/RW) dalam mengawasi wajib pajak
maupun aset wajib pajak sehingga pihak BPPKAD dapat memiliki acuan dan kemudahan
dalam proses penagihan.
4. Perlu adanya komunikasi baik forum/non-forum secara intensif antara Pemerintah Kota
Surakarta dengan pengusaha sarang burung walet.

DAFTAR PUSTAKA

Alif Nabila Erani. (2020). Pemungutan Pajak Daerah Sarang Burung Walet Dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Jurist-Diction, 3(4), 1265-1284.

Dwi Fionasari, Adriyanti Agustina Putri, & Fachrizon. (2021). Efektivitas Penerimaan Pajak
Sarang Burung Walet dan Kontribusinya terhadap Pajak Daerah Kabupaten Rokan Hulu.
Jurnal IAKP, 2(1), 1-7.

Rheylen Maisudu & Anneke Wangkar. (2019). Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Sarang
Burung Walet Pada Pendapatan Asli Daerah Di Kecamatan Tombariri Kabupaten
Minahasa. Jurnal EMBA, 7(3), 4407-4416.

Anda mungkin juga menyukai