ELEKTRONIKA
DIGITAL
i
Pengantar Elektronika Digital
ISBN : 978-602-5554-03-2
ii
PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................... 1
v
vi
BAB I
Konsep Digital
Konsep Digital | 1
Teknologi mutakhir yang paling mengagumkan dan yang
memiliki fleksibilitas tinggi adalah komputer dan mikroprosesor.
Komputer dan mikroprosesor dibangun dari rangkaian digital.
Rangkaian digital terdiri dari sekelompok gerbang logika (logic
gate) yang dapat menampilkan tugas-tugas yang sangat berguna.
Rangkaian digital menjadi otak dunia teknologi. Rangkaian digital
banyak digunakan untuk pengendalian proses (otomatisasi), mulai
dari proses industri dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, robot,
peralatan laboratorium, alat rumah tangga, hiburan, hingga
permainan anak.
Elektronika sering tampak seperti hutan belantara yang
membingungkan oleh karena seakan-akan berisi hal-hal yang tidak
jelas kaitannya. Di dalam suatu rangkaian terdiri dari komponen-
komponen dengan nama-nama aneh, parameter-parameter yang
tidak sederhana, dan teori yang rumit. Pernyataan ini tidak
bertujuan untuk membuat kita menjadi pesimis, tetapi sebaliknya
agar bersiap-siap untuk bekerja keras jika ingin berkecimpung
dalam bidang elektronika. Thomas A. Edison pernah berpesan
bahwa:
Konsep Digital | 3
pencacahan partikel yang dipancarkan oleh suatu sumber
radioaktif. Jelas bahwa cacah patikel hanya dapat berada pada
bilangan bulat seperti tidak ada, satu, dua, tiga, …, seribu satu, dan
seterusnya. Tidak pernah terjadi cacah partikel pada bilangan yang
tidak bulat seperti setengah, seribu seperempat, dan sebagainya.
Ciri khas dari besaran maupun tampilan digital adalah hanya dapat
berada pada nilai-nilai tertentu yang diskrit. Jika diperhatikan
dengan seksama, kecenderungan piranti-piranti elektronika
sekarang ini menuju pada otomatisasi (komputerisasi),
minimalisasi (kecil, kompak), dan digitalisasi. Dengan otomatisasi
segala pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah, dan akurat,
seolah-olah pekerjaan dapat selesai dengan sendirinya. Dengan
minimalisasi, bentuk fisik berbagai piranti elektronik menjadi
semakin kecil dan kompak, tidak banyak menempati ruang tetapi
kinerjanya sangat handal. Sedangkan dengan digitalisasi
memungkinkan pengolahan data (sinyal, informasi) menjadi
semakin menguntungkan. Kecenderungan pengolahan data dalam
bentuk digital (digitalisasi) memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya adalah:
1. tegas (tidak mendua), karena sinyal hanya ditampilkan dalam
salah satu bentuk di antara YA atau TIDAK, HIDUP atau
MATI, TINGGI atau RENDAH, 1 atau 0, 0 VOLT atau 5
VOLT dan sebagainya.
2. Informasi digital lebih mudah dikelola (mudah disimpan
dalam memori, mudah ditransmisikan, mudah dimunculkan
kembali, dan mudah diolah tanpa penurunan kualitas).
3. Lebih tahan terhadap gangguan (noise) dalam arti lebih
sedikit kena gangguan. Jika kena gangguan lebih mudah
dikembalikan ke bentuk digitnya (dengan rangkaian Schmitt
Trigger misalnya).
4. Konsumsi daya relatif rendah.
Tetapi karena sifatnya yang diskrit, data (sinyal,
informasi) digital tidak dapat berada pada nilai sembarang
(kontinyu). Ada sinyal-sinyal yang secara alamiah berbetuk
diskrit, seperti pulsa-pulsa dari detektor partikel, bit-bit data dari
Konsep Digital | 5
rangkaian digital dibandingkan dengan analog adalah sebagai
berikut:
1. IC yang tidak mahal dapat digunakan dengan sedikit
komponen eksternal.
2. Informasi dapat disimpan untuk peride pendek atau tak
didefenisikan
3. Data dapat digunakan untuk perhitungan presisi.
4. Sistem dapat didesain lebih muda menggunakan kelompok
logika digital compatible/praktis.
5. Sistem dapat deprogram dan menunjukkan kemampuan
berdasar.
1. Bilangan Desimal
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan
bilangan 10 (desimal) seperti perhitungan angka, sedangkan
computer menggunakan bilangan basis 2 (biner). Desimal
merupakan sistem bilangan dengan basis 10, artinya angka/digit
yang digunakan untuk menyajikannya berjumlah 10 buah yakni :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, serta setiap digit penyusunannya
memiliki bobot kepangkatan 10n dengan n merupakan bilangan
bulat positif dan negatif. Nilai suatu sistem bilangan desimal
memiliki karakteristik dimana besarnya nilai bilangan tersebut
ditentukan oleh posisi atau tempat bilangan tersebut berada.
Sebagai contoh bilangan desimal 369, bilangan ini memiliki
bobot nilai yang berbeda.
Bilangan 9 menunjukkan satuan (100), angka 6 memiliki
bobot nilai (101) dan angka 3 menunjukkan bobot nilai ratusan
(102). Cara penulisan bilangan desimal yang memiliki radik atau
basis 10 dapat dinyatakan seperti berikut:
(369)10 = (300 + 60 + 9)
(369)10 = ( 3 x 102 + 6 x 101 + 9 x 100)
Sistem Bilangan | 7
Contoh :
Bilangan 534610 memiliki arti:
534610 = 5 x 103 + 3 x 102 + 4 x 101 + 6 x 100
Angka-angka penyusun bilangan desimal disebut digit.
Digit yang menempati posisi paling kiri yakni 5 memiliki
bobot terbesar sehingga dinamakan Most Significant Digit
(MSD) sedangkan digit paling kanan dinamakan Least
Significant Digit (LSD) yang berarti digit dengan bobot
terkecil. Untuk bilangan desimal bulat 5346, hubungan antara
digit-digit penyusunannya dengan bobotnya
dapat disajikan sebagai berikut ini.
103 102 101 100 Bobot bilangan desimal bulat
5 3 4 6 Bilangan desimal
MSD LSD
Contoh lain, bilangan desimal 0,25 memiliki arti :
0,25 = 2 x 10-1 + 5 x 10-2
Berdasarkan contog di atas hubungan digit-digit
penyusunannya dengan bobotnya pada bilangan desimal
pecahan 0,25 dapat disajikan seperti berikut ini :
10-1 10-2 Bobot bilangan desimal pecahan
2 5 Bilangan desimal
MSD LSD
2. Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah sebuah sistem penulisan
angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1 dan
kadang-kadang disebut sistem berbasis dua. Sistem bilangan
biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz
pada abad ke-17. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari
semua sistem bilangan berbasis digital. Dari sistem biner, kita
dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Oktal atau
Hexadesimal. Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah
bit, atau Binary Digit. Pengelompokan biner dalam computer
selalu berjumlah 8, dengan istilah 1 Byte/bita. Dalam istilah
Sistem Bilangan | 9
(LSB, Least Significant Bit), sedangkan kolom sebelah kiri
dengan batas bilangan dinamakan bit yang paling significant
MSB (Most Significant Bit). Perhitungan dalam biner mirip
dengan menghitung dalam sistem bilangan lain. Dimulai
dengan angka pertama, dan angka selanjutnya. Dalam sistem
bilangan desimal, perhitungan menggunakan angka 0 hingga
9, sedangkan dalam biner hanya menggunakan angka 0 dan 1.
Contoh
Bilangan biner 1011002 = . . . . . (10)
101102 = 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 21 + 0 x 20 = 2210
Sistem Bilangan | 11
Contoh:
Bilangan oktal 2158 = . . . . . (10)
2158 = 2 x 82 +1 x 81 + 5 x 80 = 14110
4. Bilangan Heksadesimal
Heksadesimal atau sistem bilangan basis 16 adalah sebuah
sistem bilangan yang menggunakan 16 simbol. Berbeda dengan
sistem bilangan desimal, simbol yang digunakan dari sistem ini
adalah angka 0 sampai 9, ditambah dengan 6 simbol lainnya
dengan menggunakan huruf A, B, C, D, E, F. Sistem bilangan
ini digunakan untuk menampilkan nilai alamat memori dalam
pemrograman komputer. Nilai desimal yang setara dengan
setiap simbol tersebut diperlihatkan pada tabel 2.3.
Sistem Bilangan | 13
Contoh :
1327 (10) = . . . . . (8)
Pembagi Hasil Bagi Sisa Bagi
8: 1327 =7
8: 165 Hasil konversi adalah
=5
8: 20 =4 urutan nilai dari bawah
2
ke atas : 2 4 5 7 (8)
Sistem Bilangan | 15
Contoh :
7A9F(16) = . . . . . (10)
7 x 163 = 28672
A = 10 x 162 = 2560 Hasil konversi adalah
9 x 161 = 144 hasil penjumlahan nilai :
F = 15 x 160 = 15
3 1 3 9 1 (10)
Nilai dalam desimal = 31391
Gerbang Logika | 17
untuk memperoleh voltase yang sesuai. Pada diagram rangkaian
logika, biasanya daya tidak dicantumkan. Dalam aplikasinya,
gerbang logika adalah blok-blok penyusun dari perangkat keras
elektronik. Gerbang logika ini dibuat dengan menggunakan
transistor. Seberapa banyak transistor yang dibutuhkan,
tergantung dari bentuk gerbang logika. Dasar pembentukan
gerbang logika adalah tabel kebenaran (truth table).
C. Gerbang Logika
1. Gerbang OR
Gerbang OR memiliki dua atau lebih saluran masukan dan
satu saluran keluaran. Selanjutnya didefinisikan bahwa keadaan
keluaran gerbang OR akan 1 (tinggi) bila satu atau lebih masukannya
dalam keadaan 1 (tinggi). Misalkan A maupun B menyatakan
saluran masukan gerbang OR yang saling bebas yang masing-
masing hanya dapat bernilai 1 (tinggi) atau 0 (rendah) dan Y
menyatakan saluran keluarannya yang hanya dapat bernilai 1 atau
0, maka hubungan antara masukan dan keluaran pada gerbang OR
tersebut dapat dituliskan sebagai:
Y= A OR B atau Y = A + B.
Gerbang Logika | 19
Tabel 3.2 kebenaran untuk gerbang OR dua masukan
Gerbang Logika | 21
Gambar 3.6. Masukan dan keluaran gerbang logika OR
Gerbang Logika | 23
a. Keluaran gerbang AND bernilai 1 bila dan hanya bila semua
masukannya bernilai 1.
b. Keluaran gerbang AND bernilai 0 jika ada masukannya
yang bernilai 0.
c. Pada operasi AND berlaku antara lain 1.1 = 1, 1.1.1 = 1,
dan seterusnya; 0.0 = 0.1 = 1.0 = 0, 0.0.0 = 0.0.1 = 0.1.0 =
0.1.1 = 1.1.0 = 1.0.1 = 1.0.0 = 0, dan seterusnya.
Masukan Keluaran
A Y
1 0
0 1
Gerbang Logika | 25
Gambar 3.12. Model rangkaian listrik gerbang logika NOT
3. Gerbang NOR
Gerbang NOR adalah gerbang kombinasi dari gerbang NOT
dan gerbang OR. Dalam hal ini ada kondisi yang dapat dianalisis
dan disajikan pada tabel
kebenaran di bawah ini.
Gerbang Logika | 27
Diagram masukan keluaran seperti terlihat pada gambar di
bawah. Keluaran hanya akan memiliki logik „1‟, bila semua
masukannya berlogika “0”
4. Gerbang NAND
Gerbang dasar NAND adalah ekivalen dengan dua buah
saklar terbuka yang terpasang seri. Akan terjadi keluaran Q=“1”
hanya bila A=”0” dan B=”0”. Gerbang NAND sama dengan
gerbang AND dipasang seri dengan gerbang NOT.
Gerbang Logika | 29
5. Gerbang EX-OR
Gerbang OR eksklusif kadang-kadang disebut sebagai
“gerbang setiap tapi tidak semua”. Dua gerbang logika yang
meskipun tidak mendasar tetapi sering dijumpai dalam rangkaian
digital adalah gerbang EXCLUSIVE-OR (EX-OR atau XOR) dan
gerbang EXCLUSIVE-NOR (EX-NOR). Keluaran pada gerbang
EX-OR akan TINGGI bila dan hanya bila tingkat logika dua
masukannya saling berlawanan. Gerbang EX-OR tidak pernah
memiliki lebih dari dua masukan. Jika A dan B menyatakan dua
masukan pada gerbang EX-OR dan Y menyatakan keluarannya,
maka operasi EX-OR itu dituliskan sebagai berikut :
Y = A ⨁ B = �B + A�̅
6. Gerbang EX-NOR
Istilah “gerbang NOR eksklusif” sering disingkat dengan
“gerbang EX-NOR”. Pada gerbang EX-NOR akan TINGGI bila
dan hanya bila tingkat logika kedua masukannya sama. Gerbang
EX-NOR tidak pernah memiliki lebih dari dua masukan. Jika A dan
B menyatakan dua masukan pada gerbang EX-NOR dan Y
menyatakan keluarannya, maka operasi EX-NOR itu dituliskan
sebagai berikut :
̅ = AB + �
Y = ̅A̅⨁
B �̅
Gerbang Logika | 31
Untuk gerbang EX-NOR dapat dikemukakan bahwa :
a. Gerbang EX-NOR hanya memiliki dua masukan dan
keluarannya Y yang dinyatakan sebagai Y = A̅⨁
̅ = AB
B
+ ��̅
b. Keluaran gerbang EX-NOR pada tingkat logika TINGGI
bila kedua A masukannya pada tingkat logika yang sama (
A = B = 0 atau A = B = 1).
Aljabar Boolean | 33
suatu variabel hanya diijinkan memiliki dua kemungkinan nilai
(biner) yaitu 0 atau 1.
Variabel aljabar boole sering digunakan untuk menyajikan
suatu tingkat tegangan pada terminal suatu rangkaian. Terminal itu
dapat berupa kawat atau saluran masukan/keluaran suatu rangkaian.
Misalnya 0 sering digunakan untuk menandai suatu jangkauan tegangan
dari 0 volt sampai dengan 0,8 volt. Sedangkan 1 sering digunakan
untuk jangkauan tegangan dari 2 volt hingga 5 volt. Dengan
demikian tanda 0 dan 1 tidak menggambarkan bilangan yang
sebenarnya tetapi menyatakan keadaan suatu variabel tegangan.
Aljabar boole digunakan untuk menyatakan pengaruh
berbagai rangkaian digital pada masukan-masukan logika, dan untuk
memanipulasi variabel logika dalam menentukan cara terbaik pada
pelaksanaan (kinerja) fungsi rangkaian tertentu. Oleh karena hanya
ada dua nilai yang mungkin, aljabar boole lebih cocok digunakan untuk
rangkaian digital dibandingkan dengan aljabar yang lain.
Dalam aljabar boole tidak ada pecahan, desimal, bilangan
negatif, akar kwadrat, akar pangkat tiga, logaritma, bilangan imajiner,
dan sebagainya. Kenyataannya, dalam aljabar boole hanya mengenal
3 (tiga) operasi dasar, yaitu:
1. Penjumlahan logika atau OR dengan simbol operasi ‘+’ (tanda
plus).
2. Perkalian logika atau AND dengan simbol operasi ‘.’(tanda titik)
atau tanpa tanda sama sekali.
3. Komplementasi atau NOT (atau inversi) dengan simbol operasi
‘-‘ (garis di atas variable).
C. Ekspresi Boolean
Pada aljabar Boolean dua-nilai, B = {0, 1}. Kedua elemen
B ini seringkali disebut elemen biner atau bit (singkatan binary bit).
Peubah (variable) x disebut peubah Boolean atau peubah biner jika
nilainya hanya dari B. Ekspresi Booleandibentuk dari elemen –
elemen B dan / atau peubah – peubah yang dapat dikombinasikan
satu sama lain dengan operator +, ., dan ‘. Secara formal, ekspresi
Boolean dapat didefinisikan secara rekursif sebagai berikut.
Misalkan suatu definisi (B, +, ., ‘, 0, 1) adalah sebuah aljabar
Boolean. Suatu ekspresi Boolean dalam (B, +, ., ‘) adalah :
(i) Setiap elemen di dalam B,
(ii) setiap peubah,
(iii) jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1
. e2, e1’ adalah ekspresi Boolean.
Jadi menurut definisi di atas, setiap ekspresi di bawah ini,
0
1
a
b
c
a+b
a.b
a’ . (b + c)
a . b’ + a . b . c + b’, dan sebagainya adalah ekspresi Boolean.
Ekspresi Boolean yang mengandung n peubah dinamakan
ekspresi Boolean bagi n peubah. Dalam penulisan ekspresi Boolean
selanjutnya, kita menggunakan perjanjian berikut : tanda kurung
‘()’ mempunyai prioritas pengerjaan paling tinggi, kemudian
diikuti dengan operator ‘, + dan A. Sebagai contoh, ekspresi a + b
. c berarti a + (b . c), bukan (a + b) . c dan ekspresi
a . b’ berarti a . (b’), bukan (a . b)’.
Aljabar Boolean | 35
D. Mengevaluasi Ekspresi Boolean
Contoh: a’. (b + c)
Jika a = 0, b = 1, dan c = 0, maka hasil evaluasi ekspresi:
0’. (1 + 0) = 1 . 1 =1
Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan
dengan ‘=’) jika keduanya mempunyai nilai yang sama untuk setiap
pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
Contoh:
a . (b + c) = (a . b) + (a . c)
Contoh. Perlihatkan bahwa a + a’b = a + b .
Penyelesaian:
E. Prinsip Dualitas
Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar
Aljabar Boolean | 37
sebaliknya. Untuk memperoleh suatu teorema dari teorema
yang diketahui, lakukan dengan:
a. Mengubah tanda tambah (+) menjadi titik (.) atau
sebaliknya
b. Mengubah 1 menjadi 0 atau sebaliknya
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diltuliskan teorema-
teorema aljabar Boolean untuk variabel tunggal seperti tersaji
pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Teorema-teorema aljabar Boolean untuk variabel
tunggal
Teorema Ekspresi Sifat Rangkap
Satu dan Nol Teorema (1) : A + 1 = 1 Teorema (2) : A . 0 = 0
Identitas Teorema (3) : A + 0 = A Teorema (4) : A . 1 = A
Idempoten Teorema (5) : A + A = A Teorema (6) : A . A = A
Komplemen Teorema (7) : A + 𝐴 = 1 Teorema (8) : A . 𝐴 = 0
Involusi Teorema (9) : 𝐴 = A
̅+
̅ = �
� ̅.�
̅
̅.�̅ = �̅+� ̅
Aljabar Boolean | 39
G. Keuniversalan dari NAND gate dan NOR gate
Fungsi dari Keuniversalan dari NAND gate dan NOR gate
untuk mengimplementasikan suatu ekspresi Boolean hanya
menggunakan NAND gate dan tanpa jenis gate lainnya. Ini
dikarenakan NAND gate, dalam kombinasi yang benar dapat
digunakan untuk melaksanakan setiap operasi Boolean yaitu OR,
AND, dan INVERT.
Aljabar Boolean | 41
42 | Pengantar Elektronika Digital
BAB V
Peta Karnaugh
A. Peta Karnaugh
Peta Karnaugh digunakan sebagai cara penyederhanaan
persamaan logika secara grafis, atau dapat pula dipandang sebagai
metoda untuk mengubah suatu tabel kebenaran ke rangkaian logika
yang sesuai secara sederhana dan rapi. Keuntungan penggunaan
peta Karnaugh adalah dapat melihat bentuk umum persoalan dan
memungkinkannya melakukan penyederhanaan dengan cepat dan
tepat. Dengan demikian, minimalisasi rangkaian logika dengan
metoda peta Karnaugh dapat lebih cepat dari pada dengan metode
analitis. Metode analitis memerlukan pengalaman dan kecerdikan
tersendiri. Meski secara prinsip metode peta Karnaugh dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan dengan sejumlah variabel
masukan, tetapi secara praktis hanya efektif (terbatas) untuk enam
variabel saja. kecerdikan tersendiri. Meski secara prinsip metode
peta Karnaugh dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan
dengan sejumlah variabel masukan, tetapi secara praktis hanya
efektif (terbatas) untuk enam variabel saja.
Peta Karnaugh digunakan sebagai salah satu metode untuk
menyederhanakan fungsi Boole (pernyataan logika). Peta Karnaugh
merupakan penggambaran secara grafik semua kombinasi variabel-
variabel yang terlibat dalam suatu pernyataan logika. Dengan
demikian peta Karnaugh merupakan metode untuk menunjukkan
hubungan antara variabel masukan dan keluaran yang diinginkan.
Peta Karnaugh terdiri dari kolom dan baris di mana cacah kolom
dan baris bergantung pada banyaknya variabel yang terlibat dalam
suatu pernyataan logika. Beberapa catatan tentang peta Karnough
adalah sebagai berikut :
a. Jika ada m variabel untuk kolom dan n variabel untuk baris,
maka diperlukan 2 m kolom dan 2n baris yang membentuk 2(m+n)
kotak atau sel. Jumlah kotak tersebut sama dengan banyaknya
baris dalam tabel kebenaran. Hal ini juga berarti bahwa banyaknya
variabel fungsi logika ada (m+n).
Peta Karnaught | 43
b. Nilai dari kombinasi variabel pada setiap sel digunakan untuk
memberikan nomor sel yang bersangkutan. Nilai tersebut
menunjukkan nomor baris pada tabel kebenaran.
c. Sel-sel pada peta Karnough digunakan untuk meletakkan suku
minterm atau faktor maksterm yang sesuai.
d. Tanda 1 digunakan untuk menyatakan bahwa suatu sel berisi
minterm, sedangkan tanda 0 menyatakan bahwa sel itu berisi
maksterm.
Menentukan jumlah sel pada karnaugh map sama
denganmencari jumlah kombinasi dari sebuah tabel kebenaran.
Karnaugh map 2 variabel membutuhkan 22 = 4 sel, 3 variabel
membutuhkan 23 = 8 sel, dan seterusnya. Tiap sel di dalam karnaugh
map berhubungan dengan kombinasi tertentu dari variabel input.
Karnaugh Map adalah metode untuk mendapatkan persamaan
rangkaian digital dari tabel kebenarannya. Aplikasi dari Karnaugh
map adalah dengan cara memasukkan data keluaran dari tabel
kebenaran ke dalam tabel karnaugh map. Dengan menggunakan metode
Sume of Product, maka keluaran yang berlogika “1” dan berdekatan
atau berderet ditandai dengan tanda hubung. Kemudian tuliskan
persamaannya dengan metode SOP.
Contoh soal:
Dengan menggunakan Karnaugh map, tentukan persamaan dari
data keluaran yang ada pada tabel kebenaran berikut :
Peta Karnaught | 45
Contoh soal : Dengan menggunakan Karnaugh map, tentukan
persamaan dari data keluaran yang ada pada tabel kebenaran
berikut :
Peta Karnaught | 47
Contoh Soal aplikasi dari model Karnaugh map 4 masukan 1 keluaran
adalah sebagai berikut :
Contoh diketahui tabel kebenaran di bawah, cari persamaan
rangkaian.
Persamaan adalah : Q = B’ . D’
Kode Sandi | 49
menerima bilangan itu dalam bentuk biner 0101 karena CPU hanya
dapat mengolah data dalam bentuk biner. Selanjutnya rangkaian
dekoder (pembaca sandi) mengubah bilangan biner 0101 kembali
menjadi bentuk desimal 5. Akhirnya yang muncul dalam tampilan
adalah desimal 5 seperti semula. Dari ilustrasi tersebut
memperlihatkan terjadinya proses pengubahan dari satu jenis sandi
(kode) dari satu sistem bilangan menjadi jenis sandi dari sistem
bilangan yang lain. Awalnya dari sandi desimal menjadi biner, dan
akhirnya dari sandi biner menjadi sandi desimal. Suatu rangkaian
pengubah pesan bermakna (misal desimal) menjadi sandi tertentu
(misal biner) disebut enkoder (penyandi). Sedangkan, sebaliknya,
rangkaian pengubah sandi tertentu kembali menjadi pesan yang
bermakna disebut dekoder (pembaca sandi).
Kode Sandi | 51
tidak digunakan sandi-sandi 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111.
Jika sembarang bilangan 4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin
yang menggunakan sandi BCD, maka biasanya akan terjadi indikasi
terjadinya kesalahan. Tampaknya penulisan dengan cara BCD ini
merupakan pemborosan bit, karena 4 bit biner dapat untuk
melambangkan 16 bilangan (pada BCD hanya 10). Tetapi
keuntungannya kita tidak perlu menuliskan bilangan yang lebih besar
dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B,…, F), sehingga BCD sangat
cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup dengan
mengubah setiap karakter BCD menjadi bilangan desimal yang
diinginkan.
C. Sandi Gray
Sandi Gray merupakan sistem sandi tak berbobot karena
posisis bit dalam kelompok sandi tidak memiliki nilai bobot tertentu.
Dengan demikian sandi Gray tidak cocok dalam operasi aritmatik,
dan aplikasinya banyak dijumpai dalam piranti input/output dan
ADC. Dalam sandi Gray, antar sandi yang berdekatan mengalami
perubahan bit minimum, karena sifatnya yang hanya berubah satu bit
Kode Sandi | 53
Sebagai contoh mengubah bilangan biner 10110 ke dalam
sandi Gray (hasilnya11101) adalah sebagai berikut :
(Sandi Biner)
(Sandi Gray)
Bit pertama
(Sandi Gray)
(Sandi Biner)
D. Sandi ASCII
Jika diperhatikan tombol kunci (keyboard) pada komputer,
sedikitnya terdapat 87 tombol kunci baik yang berupa huruf besar dan
kecil, angka, tanda khusus, maupun tombol dengan fungsi khusus.
Komputer harus mampu menangani informasi numerik maupun non
numerik, sehingga komputer harus mampu menganalisis berbagai sandi
yang mencakup angka, huruf, tanda, dan fungsi tertentu. Sandi- sandi
ini dikelompokkan sebagai sandi alpanumerik (alphabed and numeric).
Sejumlah tombol yang lengkap dan memadai yang diperlukan itu
meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar, 10
tombol untuk digit angka, dan sedikitnya 25 tombol untuk tanda
maupun fungsi khusus seperti +, /, %, $, @, #, Esc, Insert, Page
Up, dan seterusnya. Untuk menampilkan 87 karakter yang berbeda
tersebut dengan sandi biner setidaknya diperlukan 7 bit. Dengan 7 bit
tersebut akan diperoleh 27 = 128 sandi biner yang berbeda.
Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII
(American Standard Code for Information Interchange) yang digunakan
oleh hamper seluruh komputer. Pada Tabel 6.2 berikut ini
dikemukakan sandi ASCII.
Kode Sandi | 55
Tabel 6.2. Sandi ASCII (7 Bit)
E. Bit Paritas
Pemindahan data dari satu tempat ke tempat lain pada
umumnya dalam bentuk biner. Misalnya pemindahan data dari
komputer ke disket, pemindahan informasi melalui jalur telepon,
pengambilan data dari memori komputer untuk ditempatkan pada unit
aritmatik, dan sebagainya. Proses pemindahan data tersebut dapat
Kode Sandi | 57
sebagai 1 100 0001. Untuk kelompok sandi 100 0011 dikenai bit
paritas 0 dan diperoleh sandi baru yakni 0 100 0011.
Terlepas dari paritas genap atau ganjil yang digunakan, bit
paritas menjadi bagian yang nyata dari suatu sandi. Penambahan bit
paritas kepada sandi ASCII 7 bit menghasilkan sandi 8 bit. Sehingga bit
paritas diperlakukan seperti bit-bit lain di dalam sandi tersebut. Bit
paritas digunakan untuk mendeteksi kesalahan bit tunggal yang
terjadi selama pemindahan data dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai
ilustrasi akan dipindahkan huruf A dan digunakan paritas ganjil. Kode
yang dipindahkan berupa:
1 100 0001
Ketika rangkaian penerima menerima sandi ini, ia akan memeriksa
untuk mengetahui bahwa sadi itu berisi 1 dalam jumlah ganjil
(termasuk bit paritas). Sehingga penerima akan menganggap bahwa
sandi itu diterima benar. Selanjutnya dianggap bahwa karena suatu
gangguan atau kegagalan, maka penerima sebenarnya menerima
sandi sebagai:
1 100 0000
Penerima akan mendapatkan bahwa sandi tersebut berisi 1 dalam
jumlah genap. Hal ini memberitahu penerima bahwa pasti terjadi
kesalahan sandi, karena sebelumnya antara pengirim dan penerima
sandi telah setuju untuk menggunakan paritas ganjil. Tidak ada cara
bahwa penerima dapat memberitahukan bit mana yang mengalami
kesalahan, karena ia tidak tahu sandi apa yang dimaksudkan.
Selanjutnya menjadi jelas bahwa metode paritas ini tidak
akan bekerja jika terjadi 2 bit yang salah, sebab dua keslahan tidak akan
mengubah genap-ganjilnya jumlah 1 dalam sandi itu. Metode paritas
hanya digunakan dalam keadaan dimana kemungkinan kesalahan satu
bit sangat kecil dan kemungkinan kesalahan dua bit boleh dikatakan
tidak ada.
Kode Sandi | 59
dalam keadaan tidak normal atau membahayakan pada anak
di dalam inkubator tersebut.
d. Jika anak-anak yang ditempatkan dalam ketiga inkubator
tersebut semua menangis, sedangkan hal-hal lain dalam
keadaan normal, maka komputer akan menerima pesan atau
data $111 (BCD: 0001 0001 0001).
Flip-Flop | 61
merupakan rangkaian sekuensial, yaitu suatu sistem digital yang
keadaan keluarannya pada suatu saat selain ditentukan oleh
keadaan masukannya pada saat itu tetapi juga tergantung pada
keadaan masukan dan/atau keluaran pada saat sebelumnya. Jadi jelas
bahwa pada sistem sekuensial diperlukan unit pengingat atau
memori yang digunakan untuk menyimpan data masa lalunya.
Unit terkecil dari rangkaian digital yang memiliki kemampuan untuk
mengingat tersebut adalah flip-flop (FF). Flip- flop juga disebut
sebagai multivibrator bistabil, dwimantap, atau pengunci (latch).
Dengan adanya flip-flop dunia digital menjadi semakin semarak.
Flip-flop adalah suatu rangkaian yang memiliki dua keadaan
stabil. Keluaran flip-flop bertahan pada satu keadaan hingga ada
pulsa pemicu yang menyebabkan keluarannya berubah ke keadaan
yang lain. Pulsa pemicu tersebut berlangsung sangat singkat
(pendek) dan tepat. Sekali dipicu flip-flop akan mempertahankan
keadaannya yang baru dan menyimpan data sesudah adanya perintah
masukan berhenti. Flip-flop banyak digunakan dalam rangkaian
elektronik seperti pencacah, register, dan memori. Flip- flop
memiliki banyak jenis yaitu FF-SR, FF-SR Berdetak, FF-JK, FF-
JKMS, FF-D, dan FF-T. Dengan mempelajari jenis flip-flop yang
paling sederhana terlebih dahulu diharapkan dapat lebih mudah
untuk memahami jenis-jenis flip-flop yang lebih rumit. Semua flip-
flop yang akan dibahas pada modul ini tersusun dari gerbang-
gerbang logika. Pada dasarnya Flip-flop merupakan rangkaian
logika dengan dua keluaran (Q dan Q) dengan keadaan yang saling
berkebalikan (saling komplemen). Gambar 7.1 adalah
simbol flip-flop pada umumnya.
Flip-Flop | 63
bit tinggi maka membutuhkan S tinggi sedangkan untuk menyimpan
bit rendah membutuhkan R tinggi.
Tabel 7.1. Tabel Kebenaran S-R flip-flop
Keterangan:
Qn : kondisi Q sebelum diberi pulsa clock
Qn+1 : kondisi Q setelah diberi pulsa clock
S : masukan set
R : masukan reset
Flip-Flop | 65
1. Operasi ini dikatakan men-set flip-flop. Keadaan Q = 1 ini
juga disebut keadaan set.
Sekarang kita tinjau jika R = 0, S = 1 dan ketika Q =
̅
0, 𝑄= 1 mendahului pulsa R = 0 tadi. Karena Q = 0 selalu
membuat keluaran NAND-2 dalam keadaan 1, maka
masukan 0 pada R tidak memiliki pengaruh. Ketika R
kembali 1, keluaran flip-flop itu masih Q = 0 dan ̅𝑄 = 1.
Keadaan lain jika Q = 1 mendahului masukan pulsa
RESET. Ketika R = 0, ̅𝑄menjadi 1 dan hal ini memaksa Q
menjadi 0 sehingga kedua masukan NAND-2 adalah 0.
Maka ketika R kembali 1, keluaran NAND-2 tetap 1 yang
membuat keluaran NAND-1 dalam keadaan 0. Akhirnya
dapat disimpulkan bahwa keadaa 0 pada R menyebabkan
keluaran flip-flop Q = 0. Operasi ini disebut me-reset atau
meng-clear flip-flop. Keadaan Q = 0 juga disebut sebagai
keadaan reset atau clear.
Akhirnya ketika secara bersamaan dibuat S = R = 0.
Hal ini akan menghasilkan kedua keluaran NAND Q = ̅𝑄= 1.
Jelas bahwa keadaan ini tidak diinginkan, karena kedua
keluaran flip-flop harus saling komplemen. Selanjutnya
ketika masukan-masukan S dan R kembali menjadi 1, maka
keadaan keluaran flip-flop akan tergantung masukan yang lebih
dahulu menjadi 1. Perubahan secara bersamaan menjadi
1 akan menghasilkan keluaran yang tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, keadaan S = R = 0 tidak pernah dikenakan pada
flip-flop SR. Penjelasan cara kerja flip-flop SR di atas dapat
diringkas seperti berikut:
1. S = R = 1. Keadaan ini tidak memiliki pengaruh terhadap
keluaran flip-flop. Keluaran Q dan 𝑄̅akan tetap apapun
keadaan masukan yang mendahuluinya.
2. S = 0 dan R = 1. Keadaan ini akan selalu
mengakibatkan keluaran menuju ke keadaan Q = 1, dan
akan tetap terjadi sampai sesudah S kembali ke 1.
Keadaan ini dikatakan bahwa flip-flop di-set.
Flip-Flop | 67
Gambar 7.5. FF-SR dari sepasang gerbang NOR
Flip-Flop | 69
mendahuluinya. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan keluaran
flip-flop (Q) pada suatu saat tidak hanya ditentukan oleh keadaan
masukannya pada saat itu tetapi juga tergantung pada keadaan
keluaran sebelumnya. Dengan demikian tabel kebenaran untuk FF-
SR aktif tinggi di atas akan dilengkapi dengan keadaan keluaran
sebelumnya (Qn) dan keadaan keluaran sesudah ada perubahan pada
masukannya (Qn+1). Pada FF-SR tersebut juga ditemui keadaan
terlarang yang terjadi ketika masukan S = R = 1. Pada keadaan
tersebut kedua keluaran dari n+1 flip-flop berharga sama, yakni Qn+1
= 𝑄̅n+1 = 1. Hal ini bertentangan dengan konsep flip-flop di mana
keluaran yang satu (Q) harus merupakan komplemen dari keluaran
yang lain (��). Dengan demikian, pada pemakainnya, keadaan S = R
= 1 harus dihindari. Tabel kebenaran untuk flip-flop SR aktif tinggi
selengkapnya tampak pada tabel berikut :
Flip-Flop | 71
Dikenal pula suatu FF berdetak yang mengalami
perubahan keluaran ketika terjadi transisi negatif, yaitu dari 1 ke 0.
Tabel kebenaran FF-SR berdetak sama dengan tabel kebenaran FF-
SR aktif tinggi yang telah kita pelajari. Untuk keperluan efisiensi
dan efektifitas penggambaran, maka FFSR berdetak digambarkan
seperti tampak pada Gambar 7.8.
C. Flip-Flop D
Simbol logika flip-flop D diperlihatkan pada gambar 7.9.
flip-flop D hanya mempunyai satu masukan data (D) dan satu
masukan detak (CLK). Keluaran dari tabel Q dan ̅𝑄. Flip-flop D
sering disebut flip-flop tunda. Kata “tunda” menggambarkan apa
yang terjadi pada data, atau informasi pada masukan D. Data (0 atau
1) pada masukan D ditunda 1 pulsa detak dari pemasukan sampai
keluaran Q. Tabel kebenaran yang disederhanakan untuk flip-flop D
diperlihatkan pada tabel 7.5. Perhatikan bahwa keluaran Q mengikuti
masukan D sesudah satu pulsa detak (lihat kolom Qn+1).
Data Normal
D Q
MASUKAN KELUARAN
Detak Komplementer
CLK ̅𝑄
S D Q
Q = FF
CLK FF CLK ̅𝑄
R ̅𝑄
Gambar 7.10 Rangkaian Flip-Flop D
CLK ̅𝑄
CLR
Gambar 7.11. Flip-flop D Komersial
Flip-Flop | 73
Tabel 7.6. Tabel Kebenaran untuk Flip-Flop D 7474
Masukan
Keluaran
Metode Operasi Asinkron Sinkron
PS CLR CLK D Q ̅𝑸
Asynchronous set 0 1 X X 1 0
Asynchronous reset 1 0 X X 0 1
Prohibited 0 0 X X 1 1
Set 1 1 1 1 0
Reset 1 1 0 0 1
Keterangan :
0 = Rendah
1 = Tinggi
X = Tidak relevan
= Rendah ke transisi Tinggi dari pulsa detak
D. Flip – Flop J – K
Kelemahan flip-flop adalah munculnya output yang tidak
dapat didefenisiskan ketika input S dan R tinggi untuk jenis NOR dan
rendah untuk jenis NAND. Untuk menanggulangi munculnya
keadaan tersebut, maka dikembangkan flip-flop J-K. jadi, flip-flop J-
K dibangun untuk mengantisipasi keadaan terlarang pada flip-flop S-
R.
Flip-flop J-K merupakan flip-flop universal dan digunakan
paling luas, memiliki sifat dari semua flip-flop jenis lain. Simbol logika
untuk flip-flop J-K digambarkan pada gambar 7.9. Masukan yang
diberi label J dan K merupakan masukan data. Masukan yang
diberi label CLK merupakan masukan detak. Keluaran Q dan 𝑄̅
merupakan keluaran komplementer biasa pada satu flip-flop. Tabel
kebenaran untuk flip-flop J-K diperlihatkan pada Tabel 7.5. Bila
masukan J dan K kedua-duanya 0, maka flip-flop tidak dibuka dan
keluaran tidak berubah keadaaan. Flip-flop tersebut ada dalam mode
tetap.
Baris 2 dan 3 dari tabel memperlihatkan kondisi reset dan set
untuk keluaran Q. Baris 4 merupakan keluaran penggunaan posisi
togel dari flip-flop J-K. bila kedua masukan data J dan K ada pada 1,
pulsa detak yang berulang menyebabkan keluaran berubah mati- hidup-
mati-hidup-mati-hidup, dan sebagainya. Aksi mati-hidup ini
seperti saklar togel, dan oleh karena itu disebut pentogelan.
Flip-Flop | 75
Data Normal
MASUKAN Detak
KELUARAN
Data Komplementer
Keterangan :
Qn : kondisi Q sebelum diberi pulsa clock
Qn+1 : kondisi Q setelah diberi pulsa clock
T : masukan T
C : pulsa clock
F. Counter
Counter merupakan rangkaian logika pengurut, karena
counter membutuhkan karakteristik memori, dan pewaktu memegang
peranan yang penting. Counter digital mempunyai karakteristik
penting yaitu sebagai berikut :
Jumlah hitungan maksimum (modulus N-counter)
Menghitung ke-atas atau ke-bawah (up atau down - counter)
Operasi asinkron atau sinkron
Bergerak bebas atau berhenti sendiri
Sebagaimana dengan rangkaian sekuensial yang lain, untuk
menyusun counter digunakan flip-flop. Counter dapat digunakan
Flip-Flop | 77
untuk menghitung banyaknya clock-pulsa dalam waktu yang tersedia
(pengukuran frekuensi), Counter dapat juga digunakan untuk
membagi frekuensi dan menyimpan data.
1. Counter Sinkron
Counter merupakan aplikasi dari Flip-flop yang mempunyai
fungsi menghitung. Proses penghitungan yang dilakukan Counter
secara sekuensial, baik menghitung naik (Up Counting) maupun turun
(Down Counting). Berdasarkan pemberian trigger di masing-masing
flip-flop penyusun rangkaian Counter, dikenal 2 macam Counter :
Counter Sinkron (Synchronous Counter) dan Counter Asinkron
(Asynchronous Counter).
Pada Counter Sinkron, sumber clock diberikan pada masing-
masing input Clock dari Flip-flop penyusunnya, sehingga apabila ada
perubahan pulsadari sumber, maka perubahan tersebut akan men-
trigger seluruh Flip-flop secara bersama-sama.
Flip-Flop | 79
Gambar 7.16. Rangkaian Down Counter Sinkron 3 bit
2. Counter Asinkron
Pada Counter Asinkron, sumber clock hanya diletakkan pada
input Clock di Flip-flop terdepan (bagian Least Significant Bit /
LSB), sedangkan input clock Flip-flop yang lain mendapatkan catu dari
output Flip-flop sebelumnya. Konfigurasi ini didapatkan dari gambar
timing diagram Counter 3-bit seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah. Dengan konfigurasi ini, masing-masing flip-flop di- trigger
tidak dalam waktu yang bersamaan. Model asinkron semacam
ini dikenal juga dengan nama Ripple Counter.
Flip-Flop | 81
Gambar 7.19. Up Counter Asinkron 3 bit.
A. Materi
Sebuah alat yang dapat mengkonversikan bentuk kuantitas fisik
ke dalam bentuk kuantitas elektronik disebut transduser. Transduser
dapat digunakan untuk mengkonversikan kuantitas seperti suhu,
tekanan, laju, posisi, dan arah ke dalam perbandingan arus atau voltase
analog. Umumnya gerbang logika tidak dihubungkan langsung
dari voltase ini karena pertimbangan range tegangan yang tidak
dihubungkan langsung dari voltase ini karena pertimbangan range
tegangan yang tidak sesuai dengan level TTL. TTL umumnya
membutuhkan input 0 V untuk low dan 5 V untuk high. Oleh karena
itu, biasanya transduser ini dihubungkan dengan penguat operasional
(op-amp) terlebih dahulu untuk menghasilkan output tegangan yang
diinginkan.
Sistem digital pada gambar 8.1 Mempunyai masukan analog.
Tegangan berubah berkesinambungan dari 0 sampai 3V. Pengkode
merupakan alat khusus yang mengubah sinyal analog ke informasi
digital. Pengekode ini kita sebut sebagai pengubah analog ke digital
(analog to digital converter, ADC).
Sistem digital yang digambarkan pada gambar 8.1 juga
mempunyai pendekode. Pendekode ini merupakan jenis khusus: dapat
mengubah informasi digital dari unit pengolahan digital ke keluaran
analog. Sebagai contoh, keluaran analog dapat berupa tegangan yang
berubah secara berkesinambungan dari 0 sampai 3V. Pendekode ini kita
sebut sebagai pengubah digital ke analog (digital to analog converter,
DAC).
Keseluruhan sistem pada gambar 8.1 dapat disebut sebagai
sistem hibrida karena berisi baik peralatan digital maupun analog.
Pengkode dan pendekode yang mengubah analog ke digital dan dari
digital ke analog disebut alat “antar-muka” oleh para ahli rekayasa.
M asukan Keluaran
Analog Digital
8s 4s 2s 1s
Volt
D C B A
Baris 1 0 0 0 0 0
Baris 2 0.2 0 0 0 1
Baris 3 0.4 0 0 1 0
Baris 4 0.6 0 0 1 1
Baris 5 0.8 0 1 0 0
Baris 6 1 0 1 0 1
Baris 7 1.2 0 1 1 0
Baris 8 1.4 0 1 1 1
Baris 9 1.6 1 0 0 0
Baris 10 1.8 1 0 0 1
Baris 11 2 1 0 1 0
Baris 12 2.2 1 0 1 1
Baris 13 2.4 1 1 0 0
Baris 14 2.6 1 1 0 1
Baris 15 2.8 1 1 1 0
Baris 16 3 1 1 1 1
1. Tipe Keluaran
Umumnya ADC dikelompokkan menjadi keluaran
biner dan decimal. Pengubah analog ke digital dengan keluaran
decimal dan digunakan dalam meter panel digital dan DMM.
Pengubah analog ke digital dengan keluaran biner mempunyai
4 sampai dengan 16 keluaran. Pengubah analog ke digital
dengan keluaran biner ini merupakanperangkat masukan biasa
pada sistem mikroprosessor. Biasanya diacu
sebagai ADC tipe µP.
4. Waktu Konversi
Waktu konversi, juga dikenal dengan istilah waktu
akuisisi, adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pengubahan pada satu arah cuplikan. Untuk konversi yang
waktu pengubahannya berubah terhadap masukan, nilai
maksimum selalu digunakan.
Waktu konversi merupakan spesifikasi penting lain
dari ADC. Waktu konversi merupakan waktu yang
dibutuhkan IC untuk mengubah tegangan masukan analog
menjadi data keluaran biner (atau desimal). Waktu konversi
yang umum berkisar antara 0.05 sampai dengan 100.000 µs
untuk sebuah IC pengubah dengan keluaran biner. Waktu
konversi untuk ADC dengan keluaran desimal biasanya
berkisar antara 200 sampai 400 ms.
ADC dan DAC | 89
5. Setting Time
Setting time didefenisiskan sebagai waktu yang
diperlukan keluaran digital untuk mencapai nilainya yang
baru setelah terjadi perubahan pada masa masukan.
6. Laju Konversi
Laju Konversi didefenisikan sebagai laju tertinggi
dimana cuplikan analog dapat diubah. Laju konversi
merupakan kebalikan dari waktu konversi.
Laju konversi = 1/waktu konversi (konversi per detik)
Sebagai contoh, jika waktu konversi adalah 10 µdetik, maka
laju konversi = 1/(10 x 10-6) = 0.1 x 10-6 konversi per detik
= 100000 konversi/detik
7. Laju Bit
Laju bit fb didefenisikan sebagai cacah bit yang
dihasilkan pengubah setiap detik. Jika diketahui
frekuensinya adalah f KHz, maka pengubah n-bit
mempunyai laju pengubahan sebesar
fb = n bit x f KHz = nf Kbit per detik
sebagai contoh, pada pengubah 8-bit dengan frekuensi
pencuplikan 20 KHz mempunyai laju bit fb = 8 x 20 = 160
Kbit per detik
8. Lebar Pita
Lebar pita didefenisikan sebagai frekuensi maksimum yang
dibangkitkan oleh deretan bit pada jalur digital. Laju perubahan
maksimum, yaitu frekuensi maksimum, diperoleh bila bit
berubah antara 1 dan 0 seperti diperlihatkan pada gambar 8.4.
Satu siklus gelombang pada gambar 8.4 mempuyai periode T,
berisi dua bit. Dengan demikian, frekuensi gelombang adalah
separuh laju bit fb.
Lebar pita = ½ fb = ½ nf.
Daftar Pustaka | 93
94