Anda di halaman 1dari 101

Pengantar

ELEKTRONIKA
DIGITAL

Dr. Mahmud Mastafa, M.Pd.


Dr. Ummiati Rahmah, S.Pd.,MT.

i
Pengantar Elektronika Digital

Hak Cipta @ 2017 oleh Mahmud Mustafa & Ummiati Rahmah


Hak cipta dilindungi undang-undang

Cetakan Pertama, 2018

Diterbitkan oleh Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar


Gedung Perpustakaan Lt. 1 Kampus UNM Gunungsari
Jl. A. P. Petta Rani Makassar 90222
Tlp./Fax. (0411) 855 199

ANGGOTA IKAPI No. 011/SSL/2010


ANGGOTA APPTI No. 010/APPTI/TA/2011

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apa pun


tanpa izin tertulis dari penerbit

Pengantar Elektronika Digital

/ Mahmud Mustafa & Ummiati Rahmah - cet.1


Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
Makassar 2018
91 hlm; 23 cm

ISBN : 978-602-5554-03-2

ii
PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


atas segala rahmat, taufik dan hidayah yang diberikan sehingga
Buku Ajar yang berjudul “Pengantar Elektronika Digital” sebagai
salah satu out put dari Penelitian Produk Fundamenal dapat
disusun sebagai mana mestinya. Penulis menyadari bahwa
di dalam isi Buku Ajar ini tentu saja masih ada bagian yang perlu
mendapat koreksi. Sebagai penulis kami berharap adanya saran
dan kritik yang konstruktif dari pihak pembaca, agar Buku Ajar
ini menjadi lebih sempurna.
Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) selaku pembina
seluruh dosen dan karyawan UNM.
2. Direktur penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Dirjen Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi atas dukungan dana yang disediakan untuk
pembinaan dosen di perguruan tinggi dalam melakukan salah
satu tri darma perguruan tinggi
3. Ketua dan Sekertaris Lembaga Penelitian UNM selaku
penanggung jawab kegiatan penelitian di UNM.

4. Kepada semua pihak yang turut memberi andil dalam


penulisan Buku Ajar ini, atas segala dorongan, baik material
maupun spiritual. Semoga Buku Ajar ini bermanfaat adanya,
Amin.

Makassar, September 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................... 1
Daftar Isi................................................................................... 1

BAB I KONSEP DIGITAL ................................................... 1


A. Prinsip Dasar Elektronika Digital................................. 1
B. Sistem Analog dan Digital ........................................... 3
C. Mengapa Menggunakan Rangkaian Digital ................. 5

BAB II SISTEM BILANGAN DAN KONVERSI


BILANGAN .............................................................. 7
A. Sistem Bilangan Desimal, Biner, Oktal, dan
Heksadesimal................................................................ 7
B. Konversi Sistem Bilangan Desimal Ke Sistem
Bilangan Biner.............................................................. 13
C. Konversi Sistem Bilangan Desimal Ke Sistem
Bilangan Oktal.............................................................. 13
D. Konversi Sistem Bilangan Desimal Ke Sistem Bilangan
Hexadesimal ......................................................................... 14
E. Konversi Sistem Bilangan Biner Ke Sistem Bilangan
Desimal......................................................................... 14
F. Konversi Sistem Bilangan Oktal Ke Sistem Bilangan
Desimal......................................................................... 15
G. Konversi Sistem Bil Heksadesimal Ke Sistem
Bilangan Desimal ........................................................ 16

BAB III GERBANG LOGIKA ............................................. 17


A. Konsep Dasar Rangkaian Digital ................................. 17
B. Tabel Kebenaran (Truth Table) .................................... 18
C. Gerbang Logika ............................................................ 19

BAB IV ALJABAR BOOLEAN ........................................... 33


A. Defenisi Aljabar Boolean ............................................. 33
B. Dasar Operasi Logika ................................................... 34
C. Ekspresi Boolean .......................................................... 35
D. Mengevaluasi Ekspresi Boolean .................................. 36
E. Prinsip Dualitas ............................................................ 36
iv
F. Teorema dalam Aljabar Boolean.................................. 37
G. Keuniversalan dari NAND Gate dan NOR Gate .......... 40
H. Representasi Alternative Gate Logika.......................... 41

BAB V KARNAUGH MAP ................................................... 43


A. Peta Karnaugh .............................................................. 43
B. Karnaugh Map Dua Masukan Satu Keluaran ............... 44
C. Karnaugh Map Tiga Masukan Satu Keluaran .............. 45
D. Karnaugh Map Empat Masukan A,B,C,D dan Satu
Kel Q ............................................................................ 47

BAB VI SISTEM SANDI (KODE) ....................................... 49


A. Sandi BCD (Biner Coded Decimal) ............................. 50
B. Sandi Excess-3 (XS-3) ................................................. 52
C. Sandi Gray .................................................................... 52
D. Sandi ASCII ................................................................. 55
E. Bit Paritas ..................................................................... 56
F. Aplikasi Sistem Bilangan dan Sandi ............................ 58

BAB VII FLIP-FLOP ............................................................ 61


A. Konsep dasar Flip-Flop ................................................ 61
B. Prinsip dasar rangkaian S-R Flip-Flop ......................... 63
C. Flip-Flop D ................................................................... 72
D. Flip – Flop J – K........................................................... 75
E. Rangkaian Toggling Mode J-K Flip-Flop .................... 76
F. Counter ......................................................................... 77

BAB VIII HUBUNGAN DENGAN PERALATAN


ANALOG .............................................................. 83
A. Materi ........................................................................... 83
B. DAC (Digital to Analog Converter) ............................. 84
C. ADC (Analog to Digital Converter) ............................. 86
D. Sifat-sifat Pengubah (Converter) .................................. 87

Daftar Pustaka .......................................................................... 93

v
vi
BAB I
Konsep Digital

A. Prinsip Dasar Elektronika Digital


Elektronika digital tidak menunjuk pada besar dari voltase atau
arus pada suatu tempat dalam rangkaian, tetapi suatu keadaan yang
berkaitan dengan voltase atau arus tertentu. Hanya terdapat dua
keadaan, yaitu keadaan yang diartikan satu dan keadaan yang
diartikan nol. Misalnya “ada” diartikan sebagai 1 dan voltase
“tidak ada” diartikan sebagai 0. Dalam praktek kata “voltase ada”
atau “voltase tidak ada” harus dijelaskan lebih rinci. Misalnya
“voltase ada” terdapat kalau voltase pada sambungan tersebut
antara 3Volt dan 5Volt dan “tidak ada voltase” berarti voltase pada
sambungan tersebut lebih kecil dari 0.4Volt. Dengan cara ini
voltase tidak perlu terlalu tepat, tetapi cukup kalau voltase tersebut
memiliki kira-kira suatu nilai tertentu. Dengan ketentuan ini
rangkaian-rangkaian digital menjadi kurang peka terhadap derau
atau perubahan voltase supply atau gangguan yang lain.
Dengan mengartikan keadaan pada suatu rangkaian listrik
sebagai angka 0 atau angka 1, maka suatu rangkaian listrik digital
dapat dianalisis menggunakan bilangan dalam system dual. Dengan
aljabar Boolean transformasi-transformasi tertentu bias dilakukan
dengan bilangan-bilangan tersebut. Hal ini yang dilakukan dalam
komputer.
Elektronika, khususnya elektronika digital, akan terus
mengalami perkembangan. Perkembangan apapun, meskipun
menuju ke arah perbaikan, selalu disertai kekurangan-kekurangan
maupun hal-hal yang tidak menyenangkan. Para insinyur yang telah
berpengalaman sekalipun kadang merasa tertekan untuk dapat
mengikuti kepesatan perkembangan elektronika. Lebih-lebih bagi
para pemula tentu saja menghadapi masalah yang jauh lebih
berat.

Konsep Digital | 1
Teknologi mutakhir yang paling mengagumkan dan yang
memiliki fleksibilitas tinggi adalah komputer dan mikroprosesor.
Komputer dan mikroprosesor dibangun dari rangkaian digital.
Rangkaian digital terdiri dari sekelompok gerbang logika (logic
gate) yang dapat menampilkan tugas-tugas yang sangat berguna.
Rangkaian digital menjadi otak dunia teknologi. Rangkaian digital
banyak digunakan untuk pengendalian proses (otomatisasi), mulai
dari proses industri dengan tingkat kompleksitas yang tinggi, robot,
peralatan laboratorium, alat rumah tangga, hiburan, hingga
permainan anak.
Elektronika sering tampak seperti hutan belantara yang
membingungkan oleh karena seakan-akan berisi hal-hal yang tidak
jelas kaitannya. Di dalam suatu rangkaian terdiri dari komponen-
komponen dengan nama-nama aneh, parameter-parameter yang
tidak sederhana, dan teori yang rumit. Pernyataan ini tidak
bertujuan untuk membuat kita menjadi pesimis, tetapi sebaliknya
agar bersiap-siap untuk bekerja keras jika ingin berkecimpung
dalam bidang elektronika. Thomas A. Edison pernah berpesan
bahwa:

“Ada cara untuk menyempurnakan. Singkaplah!”

Penelitian yang tidak kenal lelah meneruskan berbagai


penemuan untuk menyempurnakan yang sudah ada dan untuk
mendapatkan hal-hal yang baru. Melalui evaluasi gagasan,
penelitian, kreativitas, inspirasi dan kerja keras telah ditemukan
hal-hal baru yang lebih inovatif dan semakin sempurna. Kita dapat
mempelajari elektronika sampai sejauh yang kita perlukan. Oleh
karenanya kita tidak perlu pesimis asal siap bekerja keras sampai
dengan taraf tertentu kita dapat menguasainya.

2 | Pengantar Elektronika Digital


B. SistemAnalog dan Digital
Dalam sain, teknologi, dan berbagai bidang kehidupan yang
lain selalu berhadapan dengan besaran. Besaran tersebut diukur,
dimonitor, dicatat, dimanipulasi secara matematis, dan lain-lain.
Untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut selalu digunakan
peralatan. Hal yang sangat penting berkaitan dengan perubahan
besaran tersebut adalah dapat menyajikan nilainya dengan tepat dan
efisien. Secara mendasar ada dua cara penyajian nilai numerik suatu
besaran, yakni secara analog atau digital. Dengan demikian istilah
analog dan digital terkait dengan cara besaran tersebut
ditampilkan.
Satu contoh penampilan besaran analog adalah pada
speedometer kendaraan, tampak bahwa simpangan jarum
speedometer sebanding dengan laju kendaraan tersebut. Posisi
sudut jarum menunjukkan besarnya laju kendaraan dan posisi
jarum mengikuti perubahan yang terjadi pada laju kendaraan.
Contoh lain adalah pada termometer air raksa, posisi permukaan air
raksa di dalam tabung berubah sebanding dengan perubahan suhu.
Masih contoh besaran analog dapat dijumpai pada sistem audio.
Tegangan keluaran yang dihasilkan pada alat tersebut sebanding
dengan sinpangan gelombang suara yang mengenai mikropon.
Perubahan tegangan keluaran mengikuti perubahan suara pada
masukan.
Jika diperhatikan dengan seksama, ciri khas dari tampilan
analog adalah dapat berada pada sembarang nilai (berapapun)
dalam batas-batas (jangkauan) tertentu, tidak ada nilai terlarang,
kecuali di luar batas-batas tersebut (yang diijinkan). Satu contoh
besaran yang ditampilkan secara digital dapat kita jumpai pada jam
digital yang hanya menyediakan penunjukan jam dan menit
(kadangkadang juga detik). Sebagaimana diketahui bahwa waktu
berubah secara kontinyu tetapi jam tersebut tidak dapat
menampilkan waktunya secara kontinyu. Tampilan jam itu hanya
dapat berubah pada tingkat paling kecil dalam menit (kadang-
kadang dalam detik). Dengan kata lain, penyajian waktu tersebut
berubah secara diskrit. Contoh lain tampilan digital adalah pada

Konsep Digital | 3
pencacahan partikel yang dipancarkan oleh suatu sumber
radioaktif. Jelas bahwa cacah patikel hanya dapat berada pada
bilangan bulat seperti tidak ada, satu, dua, tiga, …, seribu satu, dan
seterusnya. Tidak pernah terjadi cacah partikel pada bilangan yang
tidak bulat seperti setengah, seribu seperempat, dan sebagainya.
Ciri khas dari besaran maupun tampilan digital adalah hanya dapat
berada pada nilai-nilai tertentu yang diskrit. Jika diperhatikan
dengan seksama, kecenderungan piranti-piranti elektronika
sekarang ini menuju pada otomatisasi (komputerisasi),
minimalisasi (kecil, kompak), dan digitalisasi. Dengan otomatisasi
segala pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah, dan akurat,
seolah-olah pekerjaan dapat selesai dengan sendirinya. Dengan
minimalisasi, bentuk fisik berbagai piranti elektronik menjadi
semakin kecil dan kompak, tidak banyak menempati ruang tetapi
kinerjanya sangat handal. Sedangkan dengan digitalisasi
memungkinkan pengolahan data (sinyal, informasi) menjadi
semakin menguntungkan. Kecenderungan pengolahan data dalam
bentuk digital (digitalisasi) memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya adalah:
1. tegas (tidak mendua), karena sinyal hanya ditampilkan dalam
salah satu bentuk di antara YA atau TIDAK, HIDUP atau
MATI, TINGGI atau RENDAH, 1 atau 0, 0 VOLT atau 5
VOLT dan sebagainya.
2. Informasi digital lebih mudah dikelola (mudah disimpan
dalam memori, mudah ditransmisikan, mudah dimunculkan
kembali, dan mudah diolah tanpa penurunan kualitas).
3. Lebih tahan terhadap gangguan (noise) dalam arti lebih
sedikit kena gangguan. Jika kena gangguan lebih mudah
dikembalikan ke bentuk digitnya (dengan rangkaian Schmitt
Trigger misalnya).
4. Konsumsi daya relatif rendah.
Tetapi karena sifatnya yang diskrit, data (sinyal,
informasi) digital tidak dapat berada pada nilai sembarang
(kontinyu). Ada sinyal-sinyal yang secara alamiah berbetuk
diskrit, seperti pulsa-pulsa dari detektor partikel, bit-bit data dari

4 | Pengantar Elektronika Digital


saklar, keyboard, komputer, dan lain-lain akan lebih tepat jika
digunakan elektronika digital. Dengan kenyataan seperti tersebut,
antara elektronika analog (kontinyu) dan elektronika digital
(diskrit) saling melengkapi karena masing-masing memiliki
keunggulan dan sekaligus kelemahan tergantung dari lingkup
kerjanya. Untuk keperluan sensor, elektronika analog lebih baik
karena dalam batas-batas tertentu dapat memberikan nilai
sembarang. Selain itu, elektronika analog juga sesuai untuk sinyal-
sinyal kontinyu seperti pada sistem audio. Meskipun demikian
tidak berarti antara elektronika analog dan digital tidak bisa
dipadukan. Tidak jarang dikehendaki pengubahan data analog
menjadi bentuk digital (dengan ADC: Analog to Digital Converter)
atau sebaliknya (dengan DAC: Digital to Analog Converter) agar
pengolahan data dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa piranti dengan sistem digital
telah demikian canggihnya sehingga pekerjaan yang seharusnya
diselesaikan dengan elektronika analog dapat dikerjakan dengan
elektronika digital dengan hasil yang lebih menakjubkan.

C. Mengapa Menggunakan Rangkaian Digital?


Perancang dan teknisi elektronik harus mempunyai
pengetahuan baik sistem digital maupun analog. Perancang harus
memutuskan apakah sistem akan menggunakan teknik analog atau
digital atau kombinasi keduanya. Teknisi harus membangun protipe
atau mencari kerusakan dan perbaikan pada sistem digital analog,
dan kombinasi keduanya.
Sistem elektronika analog telah lebih popular di zaman
dulu. Informasi dunia nyata yang berhubungan dengan pengukuran
waktu, kecepatan, berat tekanan, intensitas cahaya dan posisi
semuanya analog di alam.
Sistem digital diperlukan ketika data harus disimpan,
dugunakan untuk perhitungan atau diperagakan sebagai
angka/huruf. Sesuatu yang lebih komplek yang mengatur
pengukuran banyaknya cairan dalam tangki air adalah sistem
digital. Beberapa keuntungan yang diberikan dalam menggunakan

Konsep Digital | 5
rangkaian digital dibandingkan dengan analog adalah sebagai
berikut:
1. IC yang tidak mahal dapat digunakan dengan sedikit
komponen eksternal.
2. Informasi dapat disimpan untuk peride pendek atau tak
didefenisikan
3. Data dapat digunakan untuk perhitungan presisi.
4. Sistem dapat didesain lebih muda menggunakan kelompok
logika digital compatible/praktis.
5. Sistem dapat deprogram dan menunjukkan kemampuan
berdasar.

Batasan rangkaian digital adalah sebagai berikut:


1. Kebanyakan kejadian “dunia nyata” adalah analog dalam
lingkungannya.
2. Pemroses analog biasanya sederhana dan lebih cepat.

Rangkaian digital kelihatannya lebih menonjodan lebih


produktif terutama karena IC digital yang diandalkan harganya
murah. Alasan lain untuk perkembangan popularitas sistem digital
adalah keakuratannya, ditambah stabilitas, kemudahan dipindah,
memori, kenikmatan pemakaian, dan kesederhanaan desainnya.

6 | Pengantar Elektronika Digital


BAB II
Sistem Bilangan

A. Sistem Bilangan Desimal, Biner, Oktal, dan Heksadesimal


Sistem Bilangan adalah Sistem yang digunakan untuk
menuliskan (mengkodekan) suatu bilangan.. Dalam hubungannya
dengan komputer, ada 4 Jenis Sistem Bilangan yang dikenal
yaitu: Desimal (Basis 10), Biner (Basis 2), Oktal (Basis 8) dan
Hexadesimal (Basis 16).

1. Bilangan Desimal
Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan
bilangan 10 (desimal) seperti perhitungan angka, sedangkan
computer menggunakan bilangan basis 2 (biner). Desimal
merupakan sistem bilangan dengan basis 10, artinya angka/digit
yang digunakan untuk menyajikannya berjumlah 10 buah yakni :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, serta setiap digit penyusunannya
memiliki bobot kepangkatan 10n dengan n merupakan bilangan
bulat positif dan negatif. Nilai suatu sistem bilangan desimal
memiliki karakteristik dimana besarnya nilai bilangan tersebut
ditentukan oleh posisi atau tempat bilangan tersebut berada.
Sebagai contoh bilangan desimal 369, bilangan ini memiliki
bobot nilai yang berbeda.
Bilangan 9 menunjukkan satuan (100), angka 6 memiliki
bobot nilai (101) dan angka 3 menunjukkan bobot nilai ratusan
(102). Cara penulisan bilangan desimal yang memiliki radik atau
basis 10 dapat dinyatakan seperti berikut:
(369)10 = (300 + 60 + 9)
(369)10 = ( 3 x 102 + 6 x 101 + 9 x 100)

Sistem Bilangan | 7
Contoh :
Bilangan 534610 memiliki arti:
534610 = 5 x 103 + 3 x 102 + 4 x 101 + 6 x 100
Angka-angka penyusun bilangan desimal disebut digit.
Digit yang menempati posisi paling kiri yakni 5 memiliki
bobot terbesar sehingga dinamakan Most Significant Digit
(MSD) sedangkan digit paling kanan dinamakan Least
Significant Digit (LSD) yang berarti digit dengan bobot
terkecil. Untuk bilangan desimal bulat 5346, hubungan antara
digit-digit penyusunannya dengan bobotnya
dapat disajikan sebagai berikut ini.
103 102 101 100 Bobot bilangan desimal bulat
5 3 4 6 Bilangan desimal
MSD LSD
Contoh lain, bilangan desimal 0,25 memiliki arti :
0,25 = 2 x 10-1 + 5 x 10-2
Berdasarkan contog di atas hubungan digit-digit
penyusunannya dengan bobotnya pada bilangan desimal
pecahan 0,25 dapat disajikan seperti berikut ini :
10-1 10-2 Bobot bilangan desimal pecahan
2 5 Bilangan desimal
MSD LSD

2. Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah sebuah sistem penulisan
angka dengan menggunakan dua simbol yaitu 0 dan 1 dan
kadang-kadang disebut sistem berbasis dua. Sistem bilangan
biner modern ditemukan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz
pada abad ke-17. Sistem bilangan ini merupakan dasar dari
semua sistem bilangan berbasis digital. Dari sistem biner, kita
dapat mengkonversinya ke sistem bilangan Oktal atau
Hexadesimal. Sistem ini juga dapat kita sebut dengan istilah
bit, atau Binary Digit. Pengelompokan biner dalam computer
selalu berjumlah 8, dengan istilah 1 Byte/bita. Dalam istilah

8 | Pengantar Elektronika Digital


komputer, 1 Byte = 8 bit. Kode-kode rancang bangun
komputer, seperti ASCII, (American Standard Code for
Information Interchange) menggunakan sistem peng-kode-an
1 Byte.
20=1 21=2 22=4 23=8 24=16 25=32
26=64 dst
Bilangan biner dinyatakan dalam radik 2 atau disebut
juga dengan sistem bilangan basis 2, dimana setiap biner atau
biner digit disebut bit. Tabel 2.1 kolom sebelah kanan
memperlihatkan pencacahan bilangan biner dan kolom
sebelah kiri memnunjukkan nilai sepadan bilangan desimal.
Tabel 2.1. Pencacah Biner dan Desimal
Pencacah Pencacah Biner
Desimal 23 22 21 20
8 4 2 1
0 0
1 1
2 1 0
3 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
`10 1 0 1 0
11 1 0 1 1
12 1 1 0 0
13 1 1 0 1
14 1 1 1 0
15 1 1 1 1

Bilangan biner yang terletak pada kolom sebelah kanan yang


dibatasi bilangan biasa disebut bit yang kurang signifikan

Sistem Bilangan | 9
(LSB, Least Significant Bit), sedangkan kolom sebelah kiri
dengan batas bilangan dinamakan bit yang paling significant
MSB (Most Significant Bit). Perhitungan dalam biner mirip
dengan menghitung dalam sistem bilangan lain. Dimulai
dengan angka pertama, dan angka selanjutnya. Dalam sistem
bilangan desimal, perhitungan menggunakan angka 0 hingga
9, sedangkan dalam biner hanya menggunakan angka 0 dan 1.
Contoh
Bilangan biner 1011002 = . . . . . (10)
101102 = 1 x 24 + 0 x 23 + 1 x 22 + 1 x 21 + 0 x 20 = 2210

1610 0 410 210 0

Contoh lain, Mengubah bilangan Desimal menjadi biner


desimal = 10.
berdasarkan referensi diatas yang mendekati bilangan 10
adalah 8 (23), selanjutnya hasil pengurangan 10-8 = 2 (21).
sehingga dapat dijabarkan seperti berikut:
10 = (1 x 23) + (0 x 22) + (1 x 21) + (0 x 20).
dari perhitungan di atas bilangan biner dari 10 adalah 1010
dapat juga dengan cara lain yaitu 10 : 2 = 5 sisa 0 (0 akan
menjadi angka terakhir dalam bilangan biner), 5 (hasil
pembagian pertama) : 2 = 2 sisa 1 (1 akan menjadi angka kedua
terakhir dalam bilangan biner), 2 (hasil pembagian kedua): 2 =
1 sisa 0 (0 akan menjadi angka ketiga terakhir dalam bilangan
biner), 1 (hasil pembagian ketiga): 2 = 0 sisa
1 (1 akan menjadi angka pertama dalam bilangan biner)
karena hasil bagi sudah 0 atau habis, sehingga bilangan biner
dari 10 = 1010 atau dengan cara yang singkat
10 : 2 = 5 (sisa 0),
5 : 2 = 2 (sisa 1),
2 : 2 =1 (sisa 0),
1 : 2 = 0 (sisa 1)

10 | Pengantar Elektronika Digital


3. Bilangan Oktal
Pada sistem computer jaman dulu, informasi biner
dinyatakan dengan menggunakan bilangan octal. Sistem
bilangan octal menggunakan delapan symbol yaitu 0,1, 2, 3,
4, 5, 6, dan 7. Bilangan octal juga berhubungan dengan
bilangan dasar 8 pada tabel 2.2 menunjukkan keekuivalenan
antara bilangan biner dan bilangan octal untuk bilanagn
desimal 0 sampai 17. Kelebihan dari bilangan octal adalah
kegunaannya pada pengubah langsung dari sebuah bilangan
kebilangan biner 3-bit. Notasi octal digunakan untuk
menyatakan bilangan biner.
Tabel 2.2. Keekuivalenan antara bilanagan biner dan octal
untuk bilangan desimal 0 sampai 17
Desimal Biner Oktal
0 000 0
1 001 1
2 010 2
3 011 3
4 100 4
5 101 5
6 110 6
7 111 7
8 001 000 10
9 001 001 11
10 001 010 12
11 001 011 13
12 001 100 14
13 001 101 15
14 001 110 16
15 001 111 17
16 010 000 20
17 010 001 21

Sistem Bilangan | 11
Contoh:
Bilangan oktal 2158 = . . . . . (10)
2158 = 2 x 82 +1 x 81 + 5 x 80 = 14110

12810 810 510

4. Bilangan Heksadesimal
Heksadesimal atau sistem bilangan basis 16 adalah sebuah
sistem bilangan yang menggunakan 16 simbol. Berbeda dengan
sistem bilangan desimal, simbol yang digunakan dari sistem ini
adalah angka 0 sampai 9, ditambah dengan 6 simbol lainnya
dengan menggunakan huruf A, B, C, D, E, F. Sistem bilangan
ini digunakan untuk menampilkan nilai alamat memori dalam
pemrograman komputer. Nilai desimal yang setara dengan
setiap simbol tersebut diperlihatkan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Ekuivalen biner dan heksadesimal ke bilangan


desimal 0 sampai 17
Heksadesimal Biner Desimal
0 hex = 0 0 0 0 0
1 hex = 0 0 0 1 1
2 hex = 0 1 1 0 2
3 hex = 0 1 1 1 3
4 hex = 0 1 0 0 4
5 hex = 0 1 0 1 5
6 hex = 0 1 1 0 6
7 hex = 0 1 1 1 7
8 hex = 1 0 0 0 8
9 hex = 1 0 0 1 9
A hex = 1 0 1 0 10
B hex = 1 0 1 1 11

12 | Pengantar Elektronika Digital


C hex = 1 1 0 0 12
D hex = 1 1 0 1 13
E hex = 1 1 1 0 14
F hex = 1 1 1 1 15
10 hex = 1 0 0 0 0 16
11 hex = 1 0 0 0 1 17

B. Konversi Sistem Bilangan Desimal ke Sistem Bilangan


Biner
Cara konversi bilangan desimal ke biner adalah dengan
membagi bilangan desimal dengan 2 dan menyimpan sisa bagi
per setiap pembagian terus hingga hasil baginya < 2. Hasil konversi
adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Contoh :
125(10) = . . . . . (2) 125 (desimal) = .... (biner)

Pembagi Hasil Bagi Sisa Bagi


2: 125 =1
2: 62 =0
Hasil konversi adalah
2: 31 =1
2: 15 =1 urutan nilai dari bawah
2: 7 =1 ke atas : 1 1 1 1 1 0 1
2: 3 =1
1

C. Konversi Sistem Bilangan Desimal ke Sistem Bilangan


Oktal
Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan
membagi bilangan desimal dengan 8 dan menyimpan sisa bagi
per seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 8. Hasil konversi
adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga
paling awal

Sistem Bilangan | 13
Contoh :
1327 (10) = . . . . . (8)
Pembagi Hasil Bagi Sisa Bagi
8: 1327 =7
8: 165 Hasil konversi adalah
=5
8: 20 =4 urutan nilai dari bawah
2
ke atas : 2 4 5 7 (8)

D. Konversi Sistem Bilangan Desimal ke Sistem Bilangan


Heksadesimal
Cara konversi bilangan desimal ke octal adalah dengan
membagi bilangan desimal dengan 16 dan menyimpan sisa bagi per
seitap pembagian terus hingga hasil baginya < 16. Hasil konversi
adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal.
Apabila sisa bagi diatas 9 maka angkanya diubah, untuk nilai 10
angkanya A, nilai 11 angkanya B, nilai 12 angkanya C, nilai
13 angkanya D, nilai 14 angkanya E, nilai 15 angkanya F.
Contoh :
23600 (10) = ……. (16)
Pembagi Hasil Bagi Sisa Bagi Hasil konversi adalah
8: 23600 =7 urutan nilai dari bawah
8: 1475 =5
8: 92 = 12 = C ke atas : 5 C 3 0 (16)
5

E. Konversi Sistem Bilangan Biner ke Sistem Bilangan


Desimal
Cara mengkonversi bilangan biner ke desimal adalah
dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 2 (basis biner)
pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan.
Kemudian hasilnya dijumlahkan.
Misal: 11001 (biner) = (1x20) + (0x21) + (0x22) + (1x2) + (1x22)
= 1+0+0+8+16 = 25(desimal).

14 | Pengantar Elektronika Digital


Contoh :
11001(2) = . . . . . (10)
1 x 24 = 16
1 x 23 = 8
0 x 2 2
= 0 Hasil konversi adalah
1
0 x 2 = 0 hasil penjumlahan nilai :
0
1 x 2 = 1
Nilai dalam desimal = 25
2 5 (10)

F. Konversi Sistem Bilangan Oktal ke Sistem Bilangan


Desimal
Cara mengkonversi bilangan octal ke desimal adalah
dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 8 (basis octal)
pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan.
Kemudian hasilnya dijumlahkan.
Misal: 137(oktal) = (7x80) + (3x81) + (1x82) = 7 + 24 + 64 = 95
(desimal).
Contoh:
137(8) = . . . . . (10)
1 x 82 = 64 Hasil konversi adalah
1
3 x 8 = 24 hasil penjumlahan nilai :
0
7 x 8 = 7
Nilai dalam desimal = 95
9 5 (10)

G. Konversi Sistem Bilangan Heksadesimal ke Sistem


Bilangan Desimal
Bila kita hendak mengkonversi bilangan heksadesimal ke
bilangan desimal, hal penting yang perlu diperhatikan adalah
banyaknya bilangan berpangkat menunjukkan banyaknya digit
bilangan heksadesimal tersebut. Misal 3 digit bilangan
heksadesimal mempunyai 3 buah bilangan berpangkat yaitu 16(2),
16(1), 6(0). Misal, 79AF(hexa) = (F x 20) + (9 x 21) + (A x 22) + (F
x 23) = 15 + 144 + 2560 + 28672 = 31391(desimal).

Sistem Bilangan | 15
Contoh :
7A9F(16) = . . . . . (10)
7 x 163 = 28672
A = 10 x 162 = 2560 Hasil konversi adalah
9 x 161 = 144 hasil penjumlahan nilai :
F = 15 x 160 = 15
3 1 3 9 1 (10)
Nilai dalam desimal = 31391

16 | Pengantar Elektronika Digital


BAB III
Gerbang Logika

A. Konsep Dasar Rangkaian Digital


Pengertian dasar konsep rangkaian elektronika digital
adalah sistem elektronik yang menggunakan signal digital yang
bersifat terputus-putus. Biasanya dilambangkan dengan notasi
aljabar 1 dan 0. Notasi 1 melambangkan terjadinya hubungan dan
notasi 0 melambangkan tidak terjadinya hubungan. Contoh yang
paling gampang untuk memahami pengertian ini adalah saklar
lampu. Ketika anda tekan ON berarti terjadi hubungan sehingga
dinotasikan 1. Ketika di tekan OFF maka akan berlaku
kebalikanya yaitu 0. Diagram di bawah ini menggambarkan
logika 1 dan logika 0 pada konsep rangkaian logika dasar.

Gambar 3.1. Diagram Logika 1 dan 0


Rangkaian digital apapun tersusun dari apa yang disebut
sebagai gerbang logika. Gerbang logika melakukan operasi
logika pada satu atau lebih input dan menghasilkan ouput yang
tunggal. Output yang dihasilkan merupakan hasil dari
serangkaian operasi logika berdasarkan prinsip prinsip aljabar
boolean. Dalam pengertian elektronik, input dan output ini
diwujudkan dan voltase atau arus (tergantung dari tipe elektronik
yang digunakan). Setiap gerbang logika membutuhkan daya
yang digunakan sebagai sumber dan tempat buangan dari arus

Gerbang Logika | 17
untuk memperoleh voltase yang sesuai. Pada diagram rangkaian
logika, biasanya daya tidak dicantumkan. Dalam aplikasinya,
gerbang logika adalah blok-blok penyusun dari perangkat keras
elektronik. Gerbang logika ini dibuat dengan menggunakan
transistor. Seberapa banyak transistor yang dibutuhkan,
tergantung dari bentuk gerbang logika. Dasar pembentukan
gerbang logika adalah tabel kebenaran (truth table).

Gambar 3.2. Skema Input dan Output Gerbang Logika


Besaran digital adalah besaran yang terdiri dari besaran
level tegangan High dan Low, atau dinyatakan dengan logika “1”
dan “0”. Level high adalah identik dengan tegangan “5 Volt” atau
logika “1”, sedang level low identik dengan tegangan “0 Volt” atau
logika “0”. Untuk sistem digital yang menggunakan CMOS level
yang digunakan adalah level tegangan “15 Volt” dan “0
Volt”.

B. Tabel Kebenaran (Truth Table)


Tabel kebenaran atau truth table merupakan tabel yang
menunjukkan pengaruh pemberian level logika pada input suatu
rangkaian logika terhadap keadaan level logika outputnya. Pada
gerbang logika memiliki satu atau lebih masukan dan hanya satu
keluaran. Hubungan antara keadaan keluaran dan semua
kombinasi keadaan masukan ditunjukkan melalui tabel
kebenaran. Contoh tabel kebenaran untuk rangkaian logika

18 | Pengantar Elektronika Digital


dengan 1 input, 2 input dan 3 input ditunjukkan pada tabel 3.1,
berikut:

Tabel 3.1 Tabel kebenaran rangkaian logika berbagai jumlah


variable input

Kolom Y diisi sesuai dengan karekteristik rangkaian logikanya,


tabel 3.1 (c) menunjukkan contoh tabel kebenaran rangkaian
detector bilangan prima 3-bit!.

C. Gerbang Logika
1. Gerbang OR
Gerbang OR memiliki dua atau lebih saluran masukan dan
satu saluran keluaran. Selanjutnya didefinisikan bahwa keadaan
keluaran gerbang OR akan 1 (tinggi) bila satu atau lebih masukannya
dalam keadaan 1 (tinggi). Misalkan A maupun B menyatakan
saluran masukan gerbang OR yang saling bebas yang masing-
masing hanya dapat bernilai 1 (tinggi) atau 0 (rendah) dan Y
menyatakan saluran keluarannya yang hanya dapat bernilai 1 atau
0, maka hubungan antara masukan dan keluaran pada gerbang OR
tersebut dapat dituliskan sebagai:
Y= A OR B atau Y = A + B.

Gerbang Logika | 19
Tabel 3.2 kebenaran untuk gerbang OR dua masukan

Sedangkan simbol rangkaian gerbang OR tampak pada Gambar 3.3 di


bawah ini :

Gambar 3.3: Simbol gerbang OR dua masukan.

Jika C menyatakan saluran masukan ke tiga pada gerbang OR


maka akan diperoleh gerbang OR dengan tiga masukan. Tabel
kebenaran dan symbol rangkaian gerbang OR tiga masukan tampak
sebagai berikut :

Tabel 3.3. Tabel Kebenaran gerbang OR tiga masukan


A B C Y=A+B+C
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 1
1 0 1 1
1 1 0 1
1 1 1 1

20 | Pengantar Elektronika Digital


Gambar 3.4. Simbol rangkaian gerbang OR tiga masukan.

Ide tersebut dapat dikembangkan untuk gerbang OR empat


masukan, lima masukan, dan seterusnya. Hal-hal yang penting untuk
diperhatikan berkaitan dengan gerbang OR adalah:
a. Keluaran gerbang OR bernilai 1 jika ada masukannya yang
bernilai 1.
b. Keluaran gerbang OR bernilai 0 hanya jika semua masukannya
bernilai 0.
c. Pada operasi OR berlaku antara lain 1 + 1 = 1, 1 + 1 + 1 = 1,
dan seterusnya.

Gambar 3.5. Model Rangkaian listrik gerbang logika OR

Diagram masukan-keluaran diperlihatkan seperti gambar di


bawah. Pada keluaran A+B hanya akan memiliki logik low “0” bila
semua masukan-masukannya A dan B memiliki logik “0”.

Gerbang Logika | 21
Gambar 3.6. Masukan dan keluaran gerbang logika OR

Gerbang AND memiliki dua atau lebih saluran masukan dan


satu saluran keluaran. Selanjutnya didefinisikan bahwa keadaan
keluaran gerbang AND akan 1 (tinggi) bila dan hanya bila semua
masukannya dalam keadaan 1 (tinggi). Misalkan A maupun B
menyatakan saluran masukan gerbang AND yang saling bebas yang
masing-masing hanya dapat bernilai 1 (tinggi) atau 0 (rendah) dan Y
menyatakan saluran keluarannya yang hanya dapat bernilai 1 atau 0,
maka hubungan antara masukan dan keluaran pada gerbang AND
tersebut dapat dituliskan sebagai:

Y = A AND B atau Y= A.B atau Y = AB.

Tabel kebenaran untuk gerbang AND dua masukan tampak


pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4. Tabel kebenaran gerbang AND dua masukan


A B Y=AB
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1

22 | Pengantar Elektronika Digital


Sedangkan simbol rangkaian gerbang AND tampak pada
gambar 3.5 berikut:

Gambar 3.7. Simbol rangkaian gerbang AND dua masukan

Jika C menyatakan saluran masukan ke tiga pada gerbang AND


maka akan diperoleh gerbang AND dengan tiga masukan. Tabel
kebenaran dan simbol rangkaian gerbang AND tiga masukan masing-
masing tampak pada Tabel 3.5 dan Gambar 3.6 sebagai berikut :

Gambar 3.8. Simbol Rangkaian gerbang AND tiga masukan

Tabel 3.5. Tabel kebenaran gerbang AND tiga masukan.


A B C Y = ABC
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

Ide tersebut dapat dikembangkan untuk gerbang AND


empat masukan, lima masukan, dan seterusnya. Hal-hal yang
penting untuk diperhatikan berkaitan dengan gerbang AND
adalah

Gerbang Logika | 23
a. Keluaran gerbang AND bernilai 1 bila dan hanya bila semua
masukannya bernilai 1.
b. Keluaran gerbang AND bernilai 0 jika ada masukannya
yang bernilai 0.
c. Pada operasi AND berlaku antara lain 1.1 = 1, 1.1.1 = 1,
dan seterusnya; 0.0 = 0.1 = 1.0 = 0, 0.0.0 = 0.0.1 = 0.1.0 =
0.1.1 = 1.1.0 = 1.0.1 = 1.0.0 = 0, dan seterusnya.

Gambar 3.9. Model rangkaian listrik gerbang logika AND

Diagram masukan-keluaran dari gerbang AND terlihat bahwa


pada keluaran akan memiliki logik high “1” bila semua masukan A
dan B berlogik “1”

Gambar 3.10. Masukan dan keluaran gerbang logika AND

24 | Pengantar Elektronika Digital


2. Gerbang NOT
Kita sering memerlukan kebalikan (komplemen) dari
suatu pernyataan logika. Oleh karenanya kita memerlukan
gerbang NOT (INVERTER). Tidak seperti gerbang OR dan
AND. Gerbang NOT ini disebut inverter (pembalik). Rangkaian
ini mempunyai satu masukan dan satu keluaran. Gerbang NOT
bekerja membalik sinyal masukan, jika masukannya rendah (0),
maka keluarannya tinggi (1), begitupun sebaliknya, jika
masukannya tinggi (1), maka keluarannya rendah (0). Persamaan
logika gerbang NOT adalah :
Y = not A atau Y = A

Sedangkan tabel kebenarannya sebagai berikut:

Tabel 3.6. Tabel Kebenaran Gerbang NOT

Masukan Keluaran
A Y
1 0
0 1

Gambar 3.11. Simbol Gerbang Logika NOT

Gerbang Logika | 25
Gambar 3.12. Model rangkaian listrik gerbang logika NOT

Diagram masukan-keluaran dari gerbang NOT seperti


ditunjukkan pada gambar 3.13. Keluaran akan selalu memiliki
kondisi logik yang berlawanan terhadap masukannya.

Gambar 3.13. Masukan dan keluaran gerbang logika NOT

3. Gerbang NOR
Gerbang NOR adalah gerbang kombinasi dari gerbang NOT
dan gerbang OR. Dalam hal ini ada kondisi yang dapat dianalisis
dan disajikan pada tabel
kebenaran di bawah ini.

26 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 3.7. Tabel Kebenaran Gerbang logika NOR

Dengan memperhatikan tabel kebenaran untuk gerbang NOR


dapat disimpulkan bahwa:
a. Keluaran gerbang NOR bernilai 1 bila dan hanya bila
semua masukannya bernilai 0.
b. Keluaran gerbang NOR bernilai 0 jika ada masukannya
yang bernilai 1.

Gambar 3.14. (a). Gabungan gerbang OR dan NOT


(b). Simbol gerbang NOR dua masukan.

Gambar 3.15. Model rangkaian listrik gerbang logika NOR

Gerbang Logika | 27
Diagram masukan keluaran seperti terlihat pada gambar di
bawah. Keluaran hanya akan memiliki logik „1‟, bila semua
masukannya berlogika “0”

Gambar 3.16. Masukan dan keluaran gerbang logika NOR

4. Gerbang NAND
Gerbang dasar NAND adalah ekivalen dengan dua buah
saklar terbuka yang terpasang seri. Akan terjadi keluaran Q=“1”
hanya bila A=”0” dan B=”0”. Gerbang NAND sama dengan
gerbang AND dipasang seri dengan gerbang NOT.

Tabel 3.8 Tabel kebenaran gerbang NAND

28 | Pengantar Elektronika Digital


Dengan memperhatikan tabel kebenaran untuk gerbang
NAND dapat disimpulkan bahwa:
a. Keluaran gerbang NAND bernilai 0 bila semua masukannya
bernilai 1
b. Keluaran gerbang NAND bernilai 1 jika ada masukannya yang
bernilai 0.

Gambar 3.17 (a). Gabungan gerbang AND dan NOT


(b). Simbol rangkaian gerbang NAND dua
masukan.

Gambar 3.16. Model rangkaian listrik gerbang logika NAND

Gambar 3.17. Masukan dan keluaran gerbang logika NAND

Gerbang Logika | 29
5. Gerbang EX-OR
Gerbang OR eksklusif kadang-kadang disebut sebagai
“gerbang setiap tapi tidak semua”. Dua gerbang logika yang
meskipun tidak mendasar tetapi sering dijumpai dalam rangkaian
digital adalah gerbang EXCLUSIVE-OR (EX-OR atau XOR) dan
gerbang EXCLUSIVE-NOR (EX-NOR). Keluaran pada gerbang
EX-OR akan TINGGI bila dan hanya bila tingkat logika dua
masukannya saling berlawanan. Gerbang EX-OR tidak pernah
memiliki lebih dari dua masukan. Jika A dan B menyatakan dua
masukan pada gerbang EX-OR dan Y menyatakan keluarannya,
maka operasi EX-OR itu dituliskan sebagai berikut :
Y = A ⨁ B = �B + A�̅

Tabel 3.9. Tabel kebenaran gerbang EX-OR berikut :

Sedangkan simbol rangkaian dari gerbang EX-OR tampak


pada Gambar 4.10 seperti berikut :

Gambar 3.18. Simbol rangkaian gerbang EX-OR

Untuk gerbang EX-OR dapat dikemukakan bahwa :


a. Gerbang EX-OR hanya memiliki dua masukan dan
keluarannya
A�̅ Y yang dinyatakan sebagai Y = A ⨁ B = �B +

30 | Pengantar Elektronika Digital


b. Keluaran gerbang EX-OR pada tingkat logika TINGGI bila dua
masukannya pada tingkat logika yang berbeda ( A = 1 dan
B = 0 atau A = 0 dan B = 1).

6. Gerbang EX-NOR
Istilah “gerbang NOR eksklusif” sering disingkat dengan
“gerbang EX-NOR”. Pada gerbang EX-NOR akan TINGGI bila
dan hanya bila tingkat logika kedua masukannya sama. Gerbang
EX-NOR tidak pernah memiliki lebih dari dua masukan. Jika A dan
B menyatakan dua masukan pada gerbang EX-NOR dan Y
menyatakan keluarannya, maka operasi EX-NOR itu dituliskan
sebagai berikut :
̅ = AB + �
Y = ̅A̅⨁
B �̅

Tabel kebenaran gerbang EX-NOR dapat diperhatikan pada


Tabel 3.10 berikut :

Tabel 3.10. Tabel Kebenaran gerbang EX-NOR

Sedangkan simbol rangkaian dari gerbang EX-NOR tampak


pada Gambar 3.19 seperti berikut :

Gambar 3.19. Simbol rangkaian gerbang EX-NOR

Gerbang Logika | 31
Untuk gerbang EX-NOR dapat dikemukakan bahwa :
a. Gerbang EX-NOR hanya memiliki dua masukan dan
keluarannya Y yang dinyatakan sebagai Y = A̅⨁
̅ = AB
B
+ ��̅
b. Keluaran gerbang EX-NOR pada tingkat logika TINGGI
bila kedua A masukannya pada tingkat logika yang sama (
A = B = 0 atau A = B = 1).

32 | Pengantar Elektronika Digital


BAB IV
Aljabar Boolean

A. Defenisi Aljabar Boolean


Di dalam ilmu komputer Logika Boolean adalah sebuah
formula atau rumus matematika untuk memecahkan suatu masalah yang
berhubungan dengan gerbang-gerbang logika (gerbang digital).
Gerbang-gerbang logika adalah gerbang AND, OR, dan NOT.
Gerbang logika lainnya seperti gerbang NAND, NOR, EX-OR, dan
EX-NOR. Formula ini selanjutnya dikenal dengan istilah Aljabar
Boolean yaitu struktrur aljabar yang mencakup intisari dari operasi
gerbang-gerbang tadi yang dapat dikombinasikan dengan teori
himpunan seperti gabungan, irisan, dan komplemen.
Suatu fungsi boolean bisa dinyatakan dalam tabel kebenaran.
Suatu tabel kebenaran untuk fungsi boolean merupakan daftar semua
kombinasi angkaangka biner 0 dan 1 yang diberikan ke variabel-
variabel biner dan daftar yang memperlihatkan nilai fungsi untuk
masing-masing kombinasi biner. Aljabar boolean mempunyai 2
fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas, aljabar
boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh
George Boole untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara
aljabar. Dalam hal ini aljabar boolean cocok untuk diaplikaosikan
dalam komputer.
Dikenal banyak macam aljabar seperti aljabar biasa, aljabar
himpunan, aljabar vektor, aljabar group, aljabar boole, dan lain-lain.
Dalam setiap aljabar memiliki postulat, teorema, dan operasi sendiri-
sendiri. Aljabar boole berbeda dengan aljabar biasa atau aljabar yang
lain. Aljabar boole didasarkan pada pernyataan logika bernilai benar
atau salah. Ternyata, aljabar boole ini menjadi alat yang sangat
ampuh untuk merancang maupun menganalisis rangkaian digital.
Selanjutnya, dalam aljabar boole baik konstanta maupun nilai dari

Aljabar Boolean | 33
suatu variabel hanya diijinkan memiliki dua kemungkinan nilai
(biner) yaitu 0 atau 1.
Variabel aljabar boole sering digunakan untuk menyajikan
suatu tingkat tegangan pada terminal suatu rangkaian. Terminal itu
dapat berupa kawat atau saluran masukan/keluaran suatu rangkaian.
Misalnya 0 sering digunakan untuk menandai suatu jangkauan tegangan
dari 0 volt sampai dengan 0,8 volt. Sedangkan 1 sering digunakan
untuk jangkauan tegangan dari 2 volt hingga 5 volt. Dengan
demikian tanda 0 dan 1 tidak menggambarkan bilangan yang
sebenarnya tetapi menyatakan keadaan suatu variabel tegangan.
Aljabar boole digunakan untuk menyatakan pengaruh
berbagai rangkaian digital pada masukan-masukan logika, dan untuk
memanipulasi variabel logika dalam menentukan cara terbaik pada
pelaksanaan (kinerja) fungsi rangkaian tertentu. Oleh karena hanya
ada dua nilai yang mungkin, aljabar boole lebih cocok digunakan untuk
rangkaian digital dibandingkan dengan aljabar yang lain.
Dalam aljabar boole tidak ada pecahan, desimal, bilangan
negatif, akar kwadrat, akar pangkat tiga, logaritma, bilangan imajiner,
dan sebagainya. Kenyataannya, dalam aljabar boole hanya mengenal
3 (tiga) operasi dasar, yaitu:
1. Penjumlahan logika atau OR dengan simbol operasi ‘+’ (tanda
plus).
2. Perkalian logika atau AND dengan simbol operasi ‘.’(tanda titik)
atau tanpa tanda sama sekali.
3. Komplementasi atau NOT (atau inversi) dengan simbol operasi
‘-‘ (garis di atas variable).

B. Dasar Operasi Logika


Memberikan batasan yang pasti dari suatu keadaan, sehingga
suatu keadaan tidak dapat berada dalam dua ketentuan sekaligus.
Dalam logika dikenal aturan sbb :
Suatu keadaan tidak dapat dalam keduanya benar dan salah
sekaligus
Masing-masing adalah benar / salah.
Suatu keadaan disebut benar bila tidak salah.

34 | Pengantar Elektronika Digital


Dalam ajabar boolean keadaan ini ditunjukkan dengan dua
konstanta : LOGIKA ‘1’ dan ‘0’

C. Ekspresi Boolean
Pada aljabar Boolean dua-nilai, B = {0, 1}. Kedua elemen
B ini seringkali disebut elemen biner atau bit (singkatan binary bit).
Peubah (variable) x disebut peubah Boolean atau peubah biner jika
nilainya hanya dari B. Ekspresi Booleandibentuk dari elemen –
elemen B dan / atau peubah – peubah yang dapat dikombinasikan
satu sama lain dengan operator +, ., dan ‘. Secara formal, ekspresi
Boolean dapat didefinisikan secara rekursif sebagai berikut.
Misalkan suatu definisi (B, +, ., ‘, 0, 1) adalah sebuah aljabar
Boolean. Suatu ekspresi Boolean dalam (B, +, ., ‘) adalah :
(i) Setiap elemen di dalam B,
(ii) setiap peubah,
(iii) jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1
. e2, e1’ adalah ekspresi Boolean.
Jadi menurut definisi di atas, setiap ekspresi di bawah ini,
0
1
a
b
c
a+b
a.b
a’ . (b + c)
a . b’ + a . b . c + b’, dan sebagainya adalah ekspresi Boolean.
Ekspresi Boolean yang mengandung n peubah dinamakan
ekspresi Boolean bagi n peubah. Dalam penulisan ekspresi Boolean
selanjutnya, kita menggunakan perjanjian berikut : tanda kurung
‘()’ mempunyai prioritas pengerjaan paling tinggi, kemudian
diikuti dengan operator ‘, + dan A. Sebagai contoh, ekspresi a + b
. c berarti a + (b . c), bukan (a + b) . c dan ekspresi
a . b’ berarti a . (b’), bukan (a . b)’.

Aljabar Boolean | 35
D. Mengevaluasi Ekspresi Boolean
Contoh: a’. (b + c)
Jika a = 0, b = 1, dan c = 0, maka hasil evaluasi ekspresi:
0’. (1 + 0) = 1 . 1 =1
Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan
dengan ‘=’) jika keduanya mempunyai nilai yang sama untuk setiap
pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
Contoh:
a . (b + c) = (a . b) + (a . c)
Contoh. Perlihatkan bahwa a + a’b = a + b .
Penyelesaian:

Perjanjian: tanda titik (.) dapat dihilangkan dari


penulisan ekspresi Boolean, kecuali jika ada penekanan:
(i) a (b + c) = ab + ac
(ii) a + bc = (a + b) (a + c)
(iii) a . 0 , bukan a 0

E. Prinsip Dualitas
Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar

jika pernyataan S* diperoleh dengan cara mengganti dengan +


+ dengan .
0 dengan 1
1 dengan 0

36 | Pengantar Elektronika Digital


dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka
kesamaan S* juga benar. S* disebut sebagai dual dari S.
Contoh.
(i) (a . 1)(0 + a’) = 0 dualnya (a + 0) + (1 . a’) = 1
(ii) a (a‘ + b) = ab dualnya a + a‘b = a + b

F. Teorema dalam Aljabar Boolean


Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam
setiap aljabar memiliki potulat, aturan main, dan operasi sendiri.
Ketiga hal tersebut saling terkait dan terangkum dalam istilah
teorema. Berdasarkan teorema dalam aljabar boole dapat
membantu menyederhanakan pernyataan dan rangkaian logika.
Sekali lagi, dalam aljabar boole setiap konstanta dan setiap variable
hanya dapat bernilai 0 atau 1. Terdapat dua jenis teorema dalam
aljabar Boolean yakni teorema variabel tunggal dan teorema
variabel jamak. Setiap teorema baik yang bersifat tunggal
maupun jamak selalu memiliki teorema rangkapnya.

1. Teorema Variabel Tunggal


Teorema variabel tunggal aljabar Boolean
diturunkan dari operasi logika dasar OR, AND, dan NOT.
Penurunan teorema variabel tunggal ditunjukkan pada
gambar 4.1 berikut ini.

Gambar. 4.1 Penurunan teorema variabel tunggal


Perhatiakan bahwa teorema pada operasi AND
dapat diperoleh melalui teorema pada operasi OR atau

Aljabar Boolean | 37
sebaliknya. Untuk memperoleh suatu teorema dari teorema
yang diketahui, lakukan dengan:
a. Mengubah tanda tambah (+) menjadi titik (.) atau
sebaliknya
b. Mengubah 1 menjadi 0 atau sebaliknya
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diltuliskan teorema-
teorema aljabar Boolean untuk variabel tunggal seperti tersaji
pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Teorema-teorema aljabar Boolean untuk variabel
tunggal
Teorema Ekspresi Sifat Rangkap
Satu dan Nol Teorema (1) : A + 1 = 1 Teorema (2) : A . 0 = 0
Identitas Teorema (3) : A + 0 = A Teorema (4) : A . 1 = A
Idempoten Teorema (5) : A + A = A Teorema (6) : A . A = A
Komplemen Teorema (7) : A + 𝐴 = 1 Teorema (8) : A . 𝐴 = 0
Involusi Teorema (9) : 𝐴 = A

2. Teorema Variabel Jamak


Teorema-teorema variabel jamak aljabar Boolean
umumnya sama dengan teorema-teorema pada aljabar biasa
seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Teorema-teorema aljabar Boolean untuk variabel


jamak
Teorema Ekspresi Sifat Rangkap
Komutatif Teorema (10) : Teorema (11) :
A+B=B+A AB = BA
Asosiatif Teorema (12) : Teorema (13) :
A + (B+C) = (A+B) + C A (BC) = (AB) C
Distributif Teorema (14) : Teorema (15) :
A + BC = (A+B) (A+C) A (B+C) = AB + AC
Absorpsi Teorema (16) : Teorema (17) :
A + AB = A A (A+B) = A
Teorema (18) : Teorema (19) :

38 | Pengantar Elektronika Digital


A+� ̅B = A + B A (� ̅ + B) = AB
De’ Teorema (20) : Teorema (21) :
Morgan ̅+
̅+
�̅ = �
… ̅.�
̅ ̅�̅.�̅…= � ̅ + ̅�+ …

Aljabar Boolean menggunakan beberapa teorema yang sama


seperti aljabar biasa fungsi OR (X = A+B) adalah Boolean
penambahan dan fungsi AND (X = AB) adalah Boolean
perkalian.
a) Teorema Pertukaran (Komutatif)
Contohnya penambahan A+B = B+A, dan perkalian AB =
BA. Teorema ini berarti menggabungkan beberapa
variabel OR dan AND tidak bermasalah.
b) Teorema Pengelompokkan (Asosiatif)
Contohnya penambahan A + (B+C) = (A + B) + C dan
perkalian A (BC) = (AB) C. Teorema ini berarti
menggabungkan beberapa variabel OR atau AND
bersamaan tidak bermasalah.
c) Teorema Distribusi (Distributif)
Contohnya A (B + C) = AB + AC, dan (A+B) (C+D) =
AC + AD +BC + BD. Teorema ini menampilkan metode
untuk mengembangkan persamaan yang mengandung OR
dan AND.

Tiga teorema ini mempunyai kebenaran untuk


beberapa variabel. Sebagai contoh teorema penambahan dapat
dipakai pada X = A + BC + D untuk bentuk persamaan X =
BC + A + D.
Teorema lain yang digunakan dalam gerbang digital
adalah De’ Morgan. Teorema De’ Morgan dapat dinyatakan
dalam persamaan sebagai berikut :

̅+
̅ = �
� ̅.�
̅
̅.�̅ = �̅+� ̅

Rumus di atas berlaku untuk 3 Variabel atau lebih.

Aljabar Boolean | 39
G. Keuniversalan dari NAND gate dan NOR gate
Fungsi dari Keuniversalan dari NAND gate dan NOR gate
untuk mengimplementasikan suatu ekspresi Boolean hanya
menggunakan NAND gate dan tanpa jenis gate lainnya. Ini
dikarenakan NAND gate, dalam kombinasi yang benar dapat
digunakan untuk melaksanakan setiap operasi Boolean yaitu OR,
AND, dan INVERT.

Gambar 4.2 Universal NAND gate


Dengan cara yang sama, dapat ditunjukkan bahwa NOR gate
dapat disusun untuk melakukan setiap operasi Boolen.

Gambar 4.3 Universal NOR gate

40 | Pengantar Elektronika Digital


H. Representasi Alternative Gate Logika
Sisi kiri dari ilustrasi di bawah ini merupakan simbol
standar untuk setiap gate logika, dan sisi kanan menunjukkan
simbol alternatif.

Gambar 4.4 Simbol Gate Logika Standar dan Simbol


Ekivalennya.

Aljabar Boolean | 41
42 | Pengantar Elektronika Digital
BAB V
Peta Karnaugh

A. Peta Karnaugh
Peta Karnaugh digunakan sebagai cara penyederhanaan
persamaan logika secara grafis, atau dapat pula dipandang sebagai
metoda untuk mengubah suatu tabel kebenaran ke rangkaian logika
yang sesuai secara sederhana dan rapi. Keuntungan penggunaan
peta Karnaugh adalah dapat melihat bentuk umum persoalan dan
memungkinkannya melakukan penyederhanaan dengan cepat dan
tepat. Dengan demikian, minimalisasi rangkaian logika dengan
metoda peta Karnaugh dapat lebih cepat dari pada dengan metode
analitis. Metode analitis memerlukan pengalaman dan kecerdikan
tersendiri. Meski secara prinsip metode peta Karnaugh dapat
digunakan untuk menyelesaikan persoalan dengan sejumlah variabel
masukan, tetapi secara praktis hanya efektif (terbatas) untuk enam
variabel saja. kecerdikan tersendiri. Meski secara prinsip metode
peta Karnaugh dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan
dengan sejumlah variabel masukan, tetapi secara praktis hanya
efektif (terbatas) untuk enam variabel saja.
Peta Karnaugh digunakan sebagai salah satu metode untuk
menyederhanakan fungsi Boole (pernyataan logika). Peta Karnaugh
merupakan penggambaran secara grafik semua kombinasi variabel-
variabel yang terlibat dalam suatu pernyataan logika. Dengan
demikian peta Karnaugh merupakan metode untuk menunjukkan
hubungan antara variabel masukan dan keluaran yang diinginkan.
Peta Karnaugh terdiri dari kolom dan baris di mana cacah kolom
dan baris bergantung pada banyaknya variabel yang terlibat dalam
suatu pernyataan logika. Beberapa catatan tentang peta Karnough
adalah sebagai berikut :
a. Jika ada m variabel untuk kolom dan n variabel untuk baris,
maka diperlukan 2 m kolom dan 2n baris yang membentuk 2(m+n)
kotak atau sel. Jumlah kotak tersebut sama dengan banyaknya
baris dalam tabel kebenaran. Hal ini juga berarti bahwa banyaknya
variabel fungsi logika ada (m+n).

Peta Karnaught | 43
b. Nilai dari kombinasi variabel pada setiap sel digunakan untuk
memberikan nomor sel yang bersangkutan. Nilai tersebut
menunjukkan nomor baris pada tabel kebenaran.
c. Sel-sel pada peta Karnough digunakan untuk meletakkan suku
minterm atau faktor maksterm yang sesuai.
d. Tanda 1 digunakan untuk menyatakan bahwa suatu sel berisi
minterm, sedangkan tanda 0 menyatakan bahwa sel itu berisi
maksterm.
Menentukan jumlah sel pada karnaugh map sama
denganmencari jumlah kombinasi dari sebuah tabel kebenaran.
Karnaugh map 2 variabel membutuhkan 22 = 4 sel, 3 variabel
membutuhkan 23 = 8 sel, dan seterusnya. Tiap sel di dalam karnaugh
map berhubungan dengan kombinasi tertentu dari variabel input.
Karnaugh Map adalah metode untuk mendapatkan persamaan
rangkaian digital dari tabel kebenarannya. Aplikasi dari Karnaugh
map adalah dengan cara memasukkan data keluaran dari tabel
kebenaran ke dalam tabel karnaugh map. Dengan menggunakan metode
Sume of Product, maka keluaran yang berlogika “1” dan berdekatan
atau berderet ditandai dengan tanda hubung. Kemudian tuliskan
persamaannya dengan metode SOP.

B. Karnaugh Map Dua Masukan Satu Keluaran


Tabel sebuah rangkaian yang memiliki dua masukan A,B dan
satu keluaran Q:
Tabel 5.1. Tabel kebenaran 2 masukan 1 keluaran

Contoh soal:
Dengan menggunakan Karnaugh map, tentukan persamaan dari
data keluaran yang ada pada tabel kebenaran berikut :

44 | Pengantar Elektronika Digital


Maka persamaan rangkaian tersebut adalah : Q = A . B
Bentuk-bentuk lain penyelesaian Karnaugh map adalah
sebagai berikut:

Maka persamaan rangkaian tersebut adalah Q = B


Contoh soal : bila diketahui data-data seperti pada tabel dibawah,
tuliskan persamaan rangkaian tersebut.

Maka persamaan rangkaian tersebut adalah Q = A

C. Karnaugh map tiga masukan satu keluaran


Karnaugh map ada yang memiliki tiga buah masukan A,B,C
dan sebuah keluaran Q seperti pada tabel dibawah.

Peta Karnaught | 45
Contoh soal : Dengan menggunakan Karnaugh map, tentukan
persamaan dari data keluaran yang ada pada tabel kebenaran
berikut :

Persamaan rangkaian adalah Q = A’


Contoh Soal diketahui tabel kebenaran di bawah, cari persamaan
rangkaian.

Persamaan rangkaian adalah Q = B

Contoh Soal diketahui tabel kebenaran di bawah, cari persamaan


rangkaian.

46 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 5.2. Tabel kebenaran

Persamaan rangkaian adalah Q = B’ . C’

D. Karnaugh Map Empat Masukan A,B,C,D dan Satu


Keluaran Q
Tabel sebuah rangkaian yang memiliki empat masukan yaitu
A, B, C, D dan satu keluaran Q:
Tabel 5.3. Tabel kebenaran 4 masukan 1 keluaran

Karnaugh map yang memiliki empat buah masukan dan satu


buah keluaran adalah seperti pada tabel di atas.
Karnaugh map dari tabel diatas adalah:

Peta Karnaught | 47
Contoh Soal aplikasi dari model Karnaugh map 4 masukan 1 keluaran
adalah sebagai berikut :
Contoh diketahui tabel kebenaran di bawah, cari persamaan
rangkaian.

Persamaan adalah : Q = B’ . D’

48 | Pengantar Elektronika Digital


BAB VI
Kode Sandi

Pada mesin digital, baik instruksi (perintah) maupun


informasi (data) diolah dalam bentuk biner. Karena mesin digital
hanya dapat memahami data dalam bentuk biner. Kita sering
menggunakan mesin-mesin digital seperti jam digital, multimeter
digital, termometer digital, kalkulator, komputer, dan sebagainya.
Tampilan yang langsung dapat dilihat berupa angka desimal atau
kumpulan huruf latin yang dikenal dalam keseharian, padahal proses
yang terjadi di dalam mesin-mesin tersebut berbentuk biner. Sedangkan
instruksi maupun informasi dalam bentuk biner tidak disukai karena di
luar kebiasaan sehingga terasa rumit dan kurang praktis. Kita telah
terbiasa dengan huruf latin dari A sampai Z dan angka-angka dari 0, 1,
2, …, sampai 9. Sehingga apabila disajikan bilangan atau kata dalam
bentuk biner tidak segera dapat diketahui maknanya. Misalnya pada
sederet bit biner 00010111, kita tidak segera tahu bahwa deretan bit
itu menyatakan bilangan atau huruf. Jika bilangan, deretan bit tersebut
dapat menunjukkan bilangan 1716 atau bahkan 2310. Agar deretan bit
00010111 dapat tampil sebagai bilangan 1716 atau 2310 diperlukan
teknik atau rangkaian tertentu. Sebaliknya, agar 1716 atau 2310 dapat
dikenali oleh suatu mesin digital sebagai 00010111 juga diperlukan
tehkik atau rangkaian tertentu.
Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan
melalui tombol kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal menjadi
biner. Sebaliknya bilangan yang muncul pada tampilan kalkulator
mengalami proses pengubahan dari bentuk biner ke dalam format 7-
segmen yang umumnya berbentuk desimal. Perhatikan ilustrasi
pengubahan tampilan kalkulator pada Gambar 6.1. Kita akan
memasukkan bilangan desimal 5 dengan cara menekan tombol kunci
5. Rangkaian enkoder (penyandi) mengubah desimal 5 menjadi biner
0101. Unit pengolah pada kalkulator (CPU: Central Processing Unit)

Kode Sandi | 49
menerima bilangan itu dalam bentuk biner 0101 karena CPU hanya
dapat mengolah data dalam bentuk biner. Selanjutnya rangkaian
dekoder (pembaca sandi) mengubah bilangan biner 0101 kembali
menjadi bentuk desimal 5. Akhirnya yang muncul dalam tampilan
adalah desimal 5 seperti semula. Dari ilustrasi tersebut
memperlihatkan terjadinya proses pengubahan dari satu jenis sandi
(kode) dari satu sistem bilangan menjadi jenis sandi dari sistem
bilangan yang lain. Awalnya dari sandi desimal menjadi biner, dan
akhirnya dari sandi biner menjadi sandi desimal. Suatu rangkaian
pengubah pesan bermakna (misal desimal) menjadi sandi tertentu
(misal biner) disebut enkoder (penyandi). Sedangkan, sebaliknya,
rangkaian pengubah sandi tertentu kembali menjadi pesan yang
bermakna disebut dekoder (pembaca sandi).

Gambar 6.1: Aliran pengubahan tampilan kalkulator

A. Sandi BCD (Biner Coded Decimal)


Kita telah terbiasa dan akrap dengan sistem bilangan desimal
dan karenanya sistem ini dianggap sebagai sandi yang paling bermakna.
Dalam mesin digital biasa menampilkan bilangan dalam bentuk
desimal. Sedangkan proses komputasi dalam mesin digital dalam
bentuk biner. Jika hasil komputasi tetap ditampilkan dalam bentuk
biner, kita mengalami hambatan atau bahkan sulit memahaminya,
karena kita tidak biasa dengan bilangan yang tampil dalam bentuk
biner. Jadi tampilan desimal lebih mudah difahami dari pada tampilan
biner. Oleh karena itu diperlukan suatu cara penyandian dari
biner ke decimal dan sebaliknya. Sebagai contoh bilangan desimal 25
dan 43 masing-masing disandikan dalam biner
sebagai berikut:
2510 = 110012
4310 = 1010112

50 | Pengantar Elektronika Digital


Kita lihat bahwa sembarang bilangan desimal dapat disajikan
dalam bentukbiner yang setara. Sekelompok 0 dan 1 dalam bentuk biner
dapat dipikirkan sebagai penggambaran sandi suatu bilangan desimal.
Dua contoh di atas memperlihatkan bahwa setiap angka biner
mempunyai nilai sesuai dengan posisinya (satuan, duaan, empatan, dan
seterusnya). Dalam contoh di atas semua digit bilangan desimal
disandikan langsung, atau sebaliknya semua pernyataan biner
menyandikan suatu bilangan desimal, jadi bukan digit per digit yang
disandikan.
Dalam sandi jenis lain bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, dan 9 disandikan sendiri-sendiri. Dengan demikian untuk
menyatakan bilangan desimal lebih dari satu digit, maka setiap digitnya
disandikan sendiri. Salah satu sistem sandi yang cukup terkenal adalah
BCD atau desimal yang disandikan biner. Karena digit desimal yang
terbesar 9, maka diperlukan 4 bit biner untuk menyandi setiap digit.
Susunan 4 bit biner tersebut menghasilkan 16 kombinasi yang berbeda,
tetapi hanya diperlukan 10 kombinasi di antaranya. Untuk menyatakan
bilangan desimal N digit diperlukan N x 4 bit biner. Untuk bilangan
bulat, kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan) menyatakan satuan,
kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke tiga
merupakan ratusan, dan seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal
468 (terdiri dari 3 digit) memerlukan 3 kelompok masing-masing 4 bit
seperti tampak pada Tabel berikut.
Tabel 6.1: Desimal 468 disajikan dengan BCD

Setiap digit desimal diubah secara langsung menjadi biner yang


setara. Perlu dicatat bahwa 4 bit biner selalu digunakan untuk setiap
digit. Dengan demikian sandi 4 bit biner yang digunakan
adalah dari 0000, 0001, 0010, 0011,…, hingga 1001. Dalam BCD

Kode Sandi | 51
tidak digunakan sandi-sandi 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111.
Jika sembarang bilangan 4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin
yang menggunakan sandi BCD, maka biasanya akan terjadi indikasi
terjadinya kesalahan. Tampaknya penulisan dengan cara BCD ini
merupakan pemborosan bit, karena 4 bit biner dapat untuk
melambangkan 16 bilangan (pada BCD hanya 10). Tetapi
keuntungannya kita tidak perlu menuliskan bilangan yang lebih besar
dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B,…, F), sehingga BCD sangat
cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup dengan
mengubah setiap karakter BCD menjadi bilangan desimal yang
diinginkan.

B. Sandi Excess-3 (XS-3)


Dikenal pula sandi jenis lain yang menarik dan kadang- kadang
sangat bermanfaat. Misalnya sandi Excess-3 (XS-3). Jenis sandi XS-3
ini seperti BCD, terdiri dari kelompok 4 bit untuk melambangkan
sebuah digit desimal. Sandi XS3 untuk bilangan decimal dibentuk
dengan cara yang sama seperti BCD kecuali bahwa
3 ditambahkan pada setiap digit desimal sebelum penyandian ke
binernya. Misalkan untuk menyandi bilangan desimal 5 dalam XS-3,
pertama kali menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8, kemudian
8 disandikan dalam biner 4 bit yang setara, yaitu 1000.
5+3=8 1000.

Sansi XS-3 hanya menggunakan 10 dari 16 kelompok sandi 4 bit


yang mungkin. Kelompok biner 4 bit yang tidak valid (terlarang)
pada sandi XS-3 adalah 0000, 0001, 0010, 1101, 1110, dan 111.

C. Sandi Gray
Sandi Gray merupakan sistem sandi tak berbobot karena
posisis bit dalam kelompok sandi tidak memiliki nilai bobot tertentu.
Dengan demikian sandi Gray tidak cocok dalam operasi aritmatik,
dan aplikasinya banyak dijumpai dalam piranti input/output dan
ADC. Dalam sandi Gray, antar sandi yang berdekatan mengalami
perubahan bit minimum, karena sifatnya yang hanya berubah satu bit

52 | Pengantar Elektronika Digital


dalam kelompok apabila berubah dari satu digit bilangan kedigit
bilangan berikutnya. Hal ini dapat mencegah terjadinya kesalahan
dalam transisi perubahan apabila lebih dari satu bit mengalami
perubahan yang kemungkinan besar perubahan itu terjadi tidak
bersamaan (satu bit lebih dulu berubah dari yang lain). Misalnya
perubahan dari desimal 7 (binernya 0111) menjadi desimal 8
(binernya 1000) yang seluruh bitnya mengalami perubahan yang
kemungkinan dapat bertransisi dahulu ke biner 1111 (desimal 15).
Kejadian 1111 tersebut sebenarnya hanya sementara tetapi dapat
menimbulkan operasi yang dapat mengacau unsur-unsur yang
dikendalikan bit tersebut.
Aturan untuk mengubah biner ke sandi Gray adalah sebagai
berikut:
a. Bit pertama (paling kiri) sandi Gray sama dengan bit pertama
dari bilangan biner.
b. Bit ke dua sandi Gray sama dengan EX-OR dari bit pertama dan
bit ke dua bilangan biner. (EX-OR: sama dengan 1 bila kedua
bit biner itu berbeda, dan 0 bila sama).
c. Bit sandi Gray ke tiga sama dengan EX-OR bit ke dua dan bit ke
tiga bilangan biner.
d. Dan seterusnya, perhatikan Gambar 3.18 yang merupakan
gerbang EX-OR untuk mengubah bit-bit bilangan biner ke dalam
sandi Gray, kecuali bit pertama.
Bilangan Biner
Sandi Gray,
Bit ke (n-1) Kecuali bit pertama
Bit ke n
Bit ke n

Gambar 6.2. Pengubah bit-bit sandi biner ke dalam sandi


Gray.

Kode Sandi | 53
Sebagai contoh mengubah bilangan biner 10110 ke dalam
sandi Gray (hasilnya11101) adalah sebagai berikut :

(Sandi Biner)

(Sandi Gray)
Bit pertama

Selanjutnya untuk mengubah sandi Gray menjadi biner


digunakan langkah-langkah (yang berlawanan dengan cara mengubah
biner ke sandi Gray) sebagai berikut:
a. Bit pertama biner sama dengan bit pertama sandi Gray.
b. Bila bit sandi Gray ke dua 0 maka bit biner ke dua sama dengan
yang pertama, dan bila bit sandi Gray ke dua 1 maka bit biner ke
dua adalah kebalikan dari bit biner pertama.
c. Bila bit sandi Gray ke tiga 0 maka bit biner ke tiga sama dengan
yang ke dua, dan bila bit sandi Gray ke tiga 1 maka bit biner ke tiga
adalah kebalikan dari bit biner ke dua.
d. Demikian seterusnya.

Sebagai contoh mengubah sandi Gray 1101 ke dalam biner


yang hasilnya adalah 1001, seperti tampak pada ilustrasi berikut :

(Sandi Gray)

(Sandi Biner)

Ternyata setiap bit biner (kecuali yang pertama) diperoleh


dengan mencari EXOR dari bit sandi Gray yang sesuai dan bit biner
sebelumnya. Perhatikan Gambar 6.3 berikut !

54 | Pengantar Elektronika Digital


Gambar 6.3: Pengubah bit-bit sandi Gray ke dalam sandi Biner

Contoh berikutnya mengubah sandi Gray 1101 ke dalam biner


yang hasilnya adalah 1001.

D. Sandi ASCII
Jika diperhatikan tombol kunci (keyboard) pada komputer,
sedikitnya terdapat 87 tombol kunci baik yang berupa huruf besar dan
kecil, angka, tanda khusus, maupun tombol dengan fungsi khusus.
Komputer harus mampu menangani informasi numerik maupun non
numerik, sehingga komputer harus mampu menganalisis berbagai sandi
yang mencakup angka, huruf, tanda, dan fungsi tertentu. Sandi- sandi
ini dikelompokkan sebagai sandi alpanumerik (alphabed and numeric).
Sejumlah tombol yang lengkap dan memadai yang diperlukan itu
meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar, 10
tombol untuk digit angka, dan sedikitnya 25 tombol untuk tanda
maupun fungsi khusus seperti +, /, %, $, @, #, Esc, Insert, Page
Up, dan seterusnya. Untuk menampilkan 87 karakter yang berbeda
tersebut dengan sandi biner setidaknya diperlukan 7 bit. Dengan 7 bit
tersebut akan diperoleh 27 = 128 sandi biner yang berbeda.
Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII
(American Standard Code for Information Interchange) yang digunakan
oleh hamper seluruh komputer. Pada Tabel 6.2 berikut ini
dikemukakan sandi ASCII.

Kode Sandi | 55
Tabel 6.2. Sandi ASCII (7 Bit)

Sebagai contoh, seorang operator komputer memasukkan suatu


pernyataan dari papan kunci berupa tulisan STOP yang maksudnya
memerintah komputer untuk menghentikan suatu program, maka
sandi biner yang dikenali komputer adalah sebagai berikut :
101 0011 101 0100 100 1111 101 0000
S T O P

E. Bit Paritas
Pemindahan data dari satu tempat ke tempat lain pada
umumnya dalam bentuk biner. Misalnya pemindahan data dari
komputer ke disket, pemindahan informasi melalui jalur telepon,
pengambilan data dari memori komputer untuk ditempatkan pada unit
aritmatik, dan sebagainya. Proses pemindahan data tersebut dapat

56 | Pengantar Elektronika Digital


mengalami kesalahan sekalipun pirantinya telah dirancang
sedemikian canggih. Meskipun terjadinya kesalahan itu relatif kecil,
tetapi dapat menghasilkan sesuatu yang tidak berguna dan bahkan
sangat fatal. Sehingga diperlukan mekanisme pemeriksaan data untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan data. Salah satu cara
yang sangat terkenal untuk mendeteksi kesalahan adalah adalah metode
paritas. Di dalam sekelompok data ditambahkan bit yang disebut bit
paritas. Jadi bit paritas merupakan bit tambahan yang disertakan ke
dalam sekelompok sandi yang sedang dipindahkan dari satu tempat
ke tempat lain. Bit paritas dapat berupa 0 atau
1tergantung pada benyaknya angka 1 yang dimuat di dalam kelompok
sandi itu, sehingga dikenal paritas genap dan paritas ganjil.
Pada metode paritas genap, nilai bit paritas dipilih
sedemikian hingga banyaknya angka 1 dalam suatu kelompok sandi
(termasuk bit paritas) berjumlah genap. Sebagai contoh suatu kelompok
sandi 100 0011 yang merupakan huruf C pada sandi ASCII.
Kelompok sandi itu memiliki 1 sebanyak 3 buah (ganjil, tidak termasuk
bit paritas). Selanjutnya akan ditambahkan bit paritas 1 untuk
membuat banyaknya angka 1 berjumlah genap (4 termasuk bit
pritasnya). Kelompok sandi yang baru, termasuk bit paritas,
kemudian menjadi
1 100 0011
Bit paritas yang
ditambahkan

Jika suatu kelompok sandi berisi 1 dalam jumlah genap, maka


bit paritas yang ditambahkan bernilai 0. Sebagai contoh, suatu
kelompok sadi 100 0001 (sandi ASCII untuk huruf A) akan ditandai
dengan bit paritas 0, sehingga diperoleh sandi yang baru (termasuk bit
paritas) yaitu 0 100 0001.
Metode paritas ganjil digunakan dengan cara yang persis
sama kecuali bahwa bit paritas dipilih sedemikian jumlah angka 1
(termasuk bit paritas) adalah ganjil. Sebagai contoh, untuk kelompok
sandi 100 0001 diberi bit paritas 1 sehingga diperoleh sandi baru

Kode Sandi | 57
sebagai 1 100 0001. Untuk kelompok sandi 100 0011 dikenai bit
paritas 0 dan diperoleh sandi baru yakni 0 100 0011.
Terlepas dari paritas genap atau ganjil yang digunakan, bit
paritas menjadi bagian yang nyata dari suatu sandi. Penambahan bit
paritas kepada sandi ASCII 7 bit menghasilkan sandi 8 bit. Sehingga bit
paritas diperlakukan seperti bit-bit lain di dalam sandi tersebut. Bit
paritas digunakan untuk mendeteksi kesalahan bit tunggal yang
terjadi selama pemindahan data dari satu tempat ke tempat lain. Sebagai
ilustrasi akan dipindahkan huruf A dan digunakan paritas ganjil. Kode
yang dipindahkan berupa:
1 100 0001
Ketika rangkaian penerima menerima sandi ini, ia akan memeriksa
untuk mengetahui bahwa sadi itu berisi 1 dalam jumlah ganjil
(termasuk bit paritas). Sehingga penerima akan menganggap bahwa
sandi itu diterima benar. Selanjutnya dianggap bahwa karena suatu
gangguan atau kegagalan, maka penerima sebenarnya menerima
sandi sebagai:
1 100 0000
Penerima akan mendapatkan bahwa sandi tersebut berisi 1 dalam
jumlah genap. Hal ini memberitahu penerima bahwa pasti terjadi
kesalahan sandi, karena sebelumnya antara pengirim dan penerima
sandi telah setuju untuk menggunakan paritas ganjil. Tidak ada cara
bahwa penerima dapat memberitahukan bit mana yang mengalami
kesalahan, karena ia tidak tahu sandi apa yang dimaksudkan.
Selanjutnya menjadi jelas bahwa metode paritas ini tidak
akan bekerja jika terjadi 2 bit yang salah, sebab dua keslahan tidak akan
mengubah genap-ganjilnya jumlah 1 dalam sandi itu. Metode paritas
hanya digunakan dalam keadaan dimana kemungkinan kesalahan satu
bit sangat kecil dan kemungkinan kesalahan dua bit boleh dikatakan
tidak ada.

F. Aplikasi Sistem Bilangan dan Sandi


Suatu rumah bersalin memiliki 3 buah inkubator untuk
menempatkan anak-anak yang memerlukan perawatan khusus.
Keadaan temperatur (T), kadar oksigen (O), kelembaban (M) dan

58 | Pengantar Elektronika Digital


suara (V) pada setiap inkubator dapat dimonitor dari ruang lain
menggunakan komputer. Kapan saja temperatur, kadar oksigen,
kelembaban dan suara melebihi atau kurang dari (keadaan bahaya) nilai
normal yang telah ditentukan, maka sensor-sensor besaran pada setiap
inkubator akan memberikan data “1” kepada komputer. Jika semua
keadaan besaran tersebut normal, maka komputer akan menerima data
“0”. Ilustrasi sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.4 berikut:

Gambar 6.4 : Sistem Monitor Inkubator

a. Jika komputer membaca data $000 (BCD: 0000 0000 0000),


maka setiap inkubator dalam keadaan normal atau aman atau
tidak membahayakan atau tidak ada hal yang mencurigakan.
b. Jika komputer membaca $A51 (BCD : 1010 0101 0001),
maka ada kejadian bahwa T 2, M2, O1, V1, dan V0 dalam
keadaan tidak normal dalam keadaan tidak normal atau ada
hal yang membahayakan pada anak di dalam inkubator yang
bersangkutan.
c. Jika komputer membaca $0F0 (BCD: 0000 1111 0000),
maka ada kejadian bahwa T 1, O1, M1 dan V1 atau inkubator 1

Kode Sandi | 59
dalam keadaan tidak normal atau membahayakan pada anak
di dalam inkubator tersebut.
d. Jika anak-anak yang ditempatkan dalam ketiga inkubator
tersebut semua menangis, sedangkan hal-hal lain dalam
keadaan normal, maka komputer akan menerima pesan atau
data $111 (BCD: 0001 0001 0001).

60 | Pengantar Elektronika Digital


BAB VII
FLIP-FLOP

A. Konsep Dasar Flip-Flop


Blok bangunan dasar untuk rangkaian logika gabungan
berupa gerbang logika. Blok bangunan dasar untuk rangkaian
logika sekuensial berupa Flip-Flop (FF). Flip-flop merupakan
pengembangan dari gerbang logika yang bekerja berdasarkan urutan
waktu (sequential circuit), sehingga untuk membuat sebuah flip-flop
dibangun dari beberapa gerbang dasar, namun saat ini sebuah atau
lebih flip-flop sudah terintegrasi dalam sebuah IC (Integrated
Circuit).
Rangkaian-rangkaian gerbang logika seperti penjumlah,
pembanding, dekoder/demultiplekser, dan multiplekser merupakan
rangkaian kombinasional. Keadaan keluaran rangkaian tersebut
pada suatu saat hanya tergantung pada keadaan masukannya pada
saat itu juga. Keadaan masukan ataupun keluaran sebelumnya
sama sekali tidak mempengaruhi keadaan keluaran berdasarkan
masukan terbarunya. Hal semacam ini menunjukkan bahwa pada
rangkaian kombinasional tidak memiliki kemampuan untuk
mengingat atau tidak mampu menyimpan keadaan yang pernah
dihasilkan sebelumnya. Dengan kata lain, rangkaian kombina- sional
tidak memiliki unit pengingat (memori).
Rangkaian bistabil adalah rangkaian multibivibrator yang
mempunyai dua keadaan stabil, yaitu stabil tinggi dan keadaan stabil
rendah. Keluaran bistabil akan berubahdari keadaan tinggi ke
keadaan rendah atau sebaliknya, jika rangkaian tersebut diberi suatu
masukan.
Piranti digital yang dapat diprogram, seperti komputer,
selain tersusun dari rangkaian kombinasional tetapi juga terdiri
dari unit-unit pengingat (memori). Unit pengingat ini

Flip-Flop | 61
merupakan rangkaian sekuensial, yaitu suatu sistem digital yang
keadaan keluarannya pada suatu saat selain ditentukan oleh
keadaan masukannya pada saat itu tetapi juga tergantung pada
keadaan masukan dan/atau keluaran pada saat sebelumnya. Jadi jelas
bahwa pada sistem sekuensial diperlukan unit pengingat atau
memori yang digunakan untuk menyimpan data masa lalunya.
Unit terkecil dari rangkaian digital yang memiliki kemampuan untuk
mengingat tersebut adalah flip-flop (FF). Flip- flop juga disebut
sebagai multivibrator bistabil, dwimantap, atau pengunci (latch).
Dengan adanya flip-flop dunia digital menjadi semakin semarak.
Flip-flop adalah suatu rangkaian yang memiliki dua keadaan
stabil. Keluaran flip-flop bertahan pada satu keadaan hingga ada
pulsa pemicu yang menyebabkan keluarannya berubah ke keadaan
yang lain. Pulsa pemicu tersebut berlangsung sangat singkat
(pendek) dan tepat. Sekali dipicu flip-flop akan mempertahankan
keadaannya yang baru dan menyimpan data sesudah adanya perintah
masukan berhenti. Flip-flop banyak digunakan dalam rangkaian
elektronik seperti pencacah, register, dan memori. Flip- flop
memiliki banyak jenis yaitu FF-SR, FF-SR Berdetak, FF-JK, FF-
JKMS, FF-D, dan FF-T. Dengan mempelajari jenis flip-flop yang
paling sederhana terlebih dahulu diharapkan dapat lebih mudah
untuk memahami jenis-jenis flip-flop yang lebih rumit. Semua flip-
flop yang akan dibahas pada modul ini tersusun dari gerbang-
gerbang logika. Pada dasarnya Flip-flop merupakan rangkaian
logika dengan dua keluaran (Q dan Q) dengan keadaan yang saling
berkebalikan (saling komplemen). Gambar 7.1 adalah
simbol flip-flop pada umumnya.

62 | Pengantar Elektronika Digital


Gambar 7.1 Simbol flip-flp pada umumnya

Jika sebuah flip-flop dikatakan berada pada keadaan tinggi


(1) atau rendah (0), maka yang dimaksud adalah keadaan pada
keluaran normal (Q). Tentu saja komplemen (𝑄̅) selalu berkebalikan
dengan Q. Dengan demikian ada dua keadaan kerja yang mungkin
dari satu flip-flop. Kedua keadaan kerja tersebut adalah:
(1). Q = 0 dan ̅𝑄 = 1 atau
(2). Q = 1 dan 𝑄̅ = 0.

Gambar 7.2 Simbol-Simbol Flip-Flop

B. Prinsip Dasar Rangkaian S-R Flip-Flop


FF-SR merupakan dasar dari semua rangkaian flip flop. FF-
SR disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR. RS Flip-
flop mempunyai dua masukan data, S dan R. Untuk menyimpan suatu

Flip-Flop | 63
bit tinggi maka membutuhkan S tinggi sedangkan untuk menyimpan
bit rendah membutuhkan R tinggi.
Tabel 7.1. Tabel Kebenaran S-R flip-flop

Keterangan:
Qn : kondisi Q sebelum diberi pulsa clock
Qn+1 : kondisi Q setelah diberi pulsa clock
S : masukan set
R : masukan reset

Flip-flop Set-Reset (FF-SR) merupakan jenis flip-flop


yang paling sederhana dan merupakan dasar dari rangkaian
flip-flop jenis lain. Nama lain dari FF-SR adalah Flip-flop Set-
Clear (FF-SC). Flip-flop pada dasarnya terbentuk dari dua
gerbang logika NOT yang keluaran dan masukannya
dihubungkan secara saling-silang (cross coupled). Perhatikan
Gambar 7.3. Sepasang gerbang NOT yang dihubungkan saling-
silang tersebut masih bersifat sangat mendasar dan belum
sempurna. Rangkaian tersebut hanya dibangun untuk mengubah
keadaan dengan cara sederhana, yaitu menghubung pendekkan
dengan tanah guna menghasilkan keluaran mana saja pada
keadaan tinggi (1).

Gambar 7.3. Rangkaian flip-flop dasar

64 | Pengantar Elektronika Digital


Flip-flop yang demikian tentu saja kurang luwes. Flip-
flop yang luwes adalah flip-flop yang dapat dikendalikan. Flip-
flop yang sedikit lebih luwes dapat disusun dari gerbang NAND atau
NOR. Tetapi kita akan menyusun satu jenis flip-flop, yaitu FF-
SR dari dua gerbang logika NAND. Perhatikan Gambar 7.4

Gambar 7.4. FF-SR dari sepasang gerbang NAND

Masukan S dan R biasanya berada pada keadaan 1


dan salah satu dari keduanya harus dikenai pulsa rendah (0)
apabila ingin mengubah keadaan keluaran flip-flop. Jika
keadaan masukan S = R = 1, salah satu kemungkinan
keluarannya
masukan NAND2 adalahadalah dan1𝑄̅ =yang
Q = 00 dan 1. Dengan Q = 0,
menghasilkan kedua
𝑄̅= 1.
Keadaan ini menyebabkan kedua masukan NAND-1 menjadi
1 dan keluarannya Q = 0. Sebenarnya, asalkan keluaran
NAND-1 dalam keadaan 0 akan menghasilkan keluaran
NAND-2 dalam keadaan 1 dan keluaran NAND-1 bertahan
pada 0.
Kemungkinan yang kedua adalah Q = 1 dan ̅𝑄= 0.
Keadaan ini akan menghasilakn 0 pada keluaran NAND-2
yang mempertahankan keluaran NAND-1 berharga 1. Maka
ada dua kemungkinan keadaan jika S = R = 1. Terlihat bahwa
suatu keadaan akan tergantung apa yang telah terjadi pada
masukan sebelumnya. Selanjutnya kita selidiki ketika Q = 1
dan 𝑄̅
Karena =
̅𝑄 =0 0yang mendahului
selalu menahan pulsa
keluaran SETNAND-1
yang dimasukkan.
dalam
keadaan 1, maka pulsa 0 pada S tidak mengubah sesuatu.
Ketika S = 1 keluaran flip-flop masih dalam keadaan Q = 1
dan ̅𝑄 = 0. Hal ini dapat disimpulkan bahwa jika S = 0 akan
menyebabkan keluaran flip-flop berakhir pada keadaan Q =

Flip-Flop | 65
1. Operasi ini dikatakan men-set flip-flop. Keadaan Q = 1 ini
juga disebut keadaan set.
Sekarang kita tinjau jika R = 0, S = 1 dan ketika Q =
̅
0, 𝑄= 1 mendahului pulsa R = 0 tadi. Karena Q = 0 selalu
membuat keluaran NAND-2 dalam keadaan 1, maka
masukan 0 pada R tidak memiliki pengaruh. Ketika R
kembali 1, keluaran flip-flop itu masih Q = 0 dan ̅𝑄 = 1.
Keadaan lain jika Q = 1 mendahului masukan pulsa
RESET. Ketika R = 0, ̅𝑄menjadi 1 dan hal ini memaksa Q
menjadi 0 sehingga kedua masukan NAND-2 adalah 0.
Maka ketika R kembali 1, keluaran NAND-2 tetap 1 yang
membuat keluaran NAND-1 dalam keadaan 0. Akhirnya
dapat disimpulkan bahwa keadaa 0 pada R menyebabkan
keluaran flip-flop Q = 0. Operasi ini disebut me-reset atau
meng-clear flip-flop. Keadaan Q = 0 juga disebut sebagai
keadaan reset atau clear.
Akhirnya ketika secara bersamaan dibuat S = R = 0.
Hal ini akan menghasilkan kedua keluaran NAND Q = ̅𝑄= 1.
Jelas bahwa keadaan ini tidak diinginkan, karena kedua
keluaran flip-flop harus saling komplemen. Selanjutnya
ketika masukan-masukan S dan R kembali menjadi 1, maka
keadaan keluaran flip-flop akan tergantung masukan yang lebih
dahulu menjadi 1. Perubahan secara bersamaan menjadi
1 akan menghasilkan keluaran yang tidak dapat diprediksi.
Oleh karena itu, keadaan S = R = 0 tidak pernah dikenakan pada
flip-flop SR. Penjelasan cara kerja flip-flop SR di atas dapat
diringkas seperti berikut:
1. S = R = 1. Keadaan ini tidak memiliki pengaruh terhadap
keluaran flip-flop. Keluaran Q dan 𝑄̅akan tetap apapun
keadaan masukan yang mendahuluinya.
2. S = 0 dan R = 1. Keadaan ini akan selalu
mengakibatkan keluaran menuju ke keadaan Q = 1, dan
akan tetap terjadi sampai sesudah S kembali ke 1.
Keadaan ini dikatakan bahwa flip-flop di-set.

66 | Pengantar Elektronika Digital


3. S = 1 dan R = 0. Keadaan ini selalu menghasilakn Q = 0,
dan akan tetap bertahan sampai setelah R kembali
menjadi 1. Keadaan ini dikatakan bahwa flip-flop di-
reset.
4. S = R = 0. Keadaan ini berusaha men-set dan me-reset
secara bersamaan dan menghasilkan keluaran tidak
konsisten dengan flip-flop. Keadaan ini adalah terlarang.

Berdasarkan ringkasan tersebut dapat dibuat tabel


kebenaran untuk flip-flop SR yang menggunakan gerbang NAND
seperti berikut:
Tabel 7.2. Tabel Kebenaran Flip-flop SR dari gerbang NAND

Dari cara kerja flip-flop NAND tampak bahwa masukan-


masukan S dan R adalah aktif rendah. Masukan S akan men-set Q = 1
ketika S menjadi rendah. Masukan R akan me-reset Q = 0 ketika R
menjadi rendah.
Gerbang logika lain yang dapat digunakan untuk menyusun
sebuah FF-SR adalah NOR. Perhatikanlah Gambar 7.5. Konfigurasi
tersebut mirip flip-flop NAND kecuali keluaran Q dan ̅𝑄 yang
letaknya tertukar.

Flip-Flop | 67
Gambar 7.5. FF-SR dari sepasang gerbang NOR

Dengan melakukan analisis pada flip-flop NOR seperti flip-flop


NAND, akan menghasilkan tabel kebenaran sebagai berikut:

Tabel 7.3. Tabel kebenaran Flip-flop SR dari gerbang NOR

Berdasarkan tabel kebenaran untuk flip-flop NOR dapat


dikemukankan penjelasan sebagai berikut:
1. S = R = 0. Keadaan ini tidak memiliki pengaruh terhadap
keluaran flip-flop. Keluaran-keluaran Q dan 𝑄̅ akan tetap
apapun keadaan masukan yang mendahuluinya.
2. S = 1 dan R = 0. Keadaan ini akan selalu mengakibatkan
keluaran menuju ke keadaan Q = 1, dan akan tetap terjadi
sampai sesudah S kembali ke 0. Keadaan ini dikatakan bahwa
flip-flop di-set.
3. S = 0 dan R = 1. Keadaan ini selalu menghasilakn Q = 0, dan
akan tetap bertahan sampai setelah R kembali menjadi 0.
Keadaan ini dikatakan bahwa flip-flop di-reset.

68 | Pengantar Elektronika Digital


4. S = R = 1. Keadaan ini berusaha men-set dan me-reset secara
bersamaan dan menghasilkan keluaran tidak konsisten dengan
flip-flop karena Q = ̅𝑄 = 0. Jika masukan dikembalikan ke 0
secara bersamaan, keluarannya tidak dapat diprediksi. Keadaan
ini adalah terlarang.
Cara kerja flip-flop NOR tepat sama dengan flip-flop
NAND kecuali bahwa masukan-masukan S dan R adalah aktif tinggi
dan keadaan tetapnya terjadi ketika S = R = 0. Q akan di-set
menjadi 1 oleh pulsa tinggi pada masukan S, dan keadaan ini akan
di-reset menjadi 0 oleh pulsa tinggi pada masukan R. Seperti
telah dikemukakan sebelumnya, bahwa rangkaian flip-flop baik
yang tersusun dari gerbang NOT, NAND maupun NOR seperti yang
telah kita pelajari masih merupakan flip-flop yang belum sempurna
karena tetap belum tersedia fasilitas/saluran untuk
mengendalikannya. Oleh karena itu, selanjutnya akan disusun suatu
FF-SR lain dengan masukan aktif tinggi dan memungkinkan untuk
dikembangkan menjadi flip-flop yang dapat dikendalikan. Kita akan
memanfaatkan flip-flop NAND seperti yang telah dipelajari dengan
menambahkan gerbang NOT pada kedua masukannya. Gerbang
NOT tersebut merupakan gerbang NAND yang kedua
masukannya disatukan. Hal ini untuk menyiapkan fasilitas
pengendalinya. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 7.6.

Gambar 7.6. FF-SR aktif tinggi dari gerbang NAND

Jika kita analisis dengan seksama, jika S = 1 dan R = 0,


maka Q = 1. Jika R = 1 dan S = 0, maka Q = 0. Jika S = R = 0, maka
Q dapat berharga 1 atau 0 tergantung dari keadaan Q yang

Flip-Flop | 69
mendahuluinya. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan keluaran
flip-flop (Q) pada suatu saat tidak hanya ditentukan oleh keadaan
masukannya pada saat itu tetapi juga tergantung pada keadaan
keluaran sebelumnya. Dengan demikian tabel kebenaran untuk FF-
SR aktif tinggi di atas akan dilengkapi dengan keadaan keluaran
sebelumnya (Qn) dan keadaan keluaran sesudah ada perubahan pada
masukannya (Qn+1). Pada FF-SR tersebut juga ditemui keadaan
terlarang yang terjadi ketika masukan S = R = 1. Pada keadaan
tersebut kedua keluaran dari n+1 flip-flop berharga sama, yakni Qn+1
= 𝑄̅n+1 = 1. Hal ini bertentangan dengan konsep flip-flop di mana
keluaran yang satu (Q) harus merupakan komplemen dari keluaran
yang lain (��). Dengan demikian, pada pemakainnya, keadaan S = R
= 1 harus dihindari. Tabel kebenaran untuk flip-flop SR aktif tinggi
selengkapnya tampak pada tabel berikut :

Tabel 7.4. Tabel Kebenaran Flip-flop SR aktif tinggi

Sistem digital dapat bekerja secara serempak (sinkron) atau


tak serempak (tak sinkron). Pada sistem tak sinkron keluaran dari
rangkaian dapat berubah keadaan setiap saat jika ada satu atau lebih

70 | Pengantar Elektronika Digital


perubahan masukan. Sistem digital tak sinkron sulit dirancang dan
sukar ditentukan kesalahannya. Sedangkan pada sistem sinkron,
perubahan keadaan keluaran ditentukan atau dikendalikan oleh suatu
sinyal penyerempak yang sering disebut detak (clock). Kebanyakan
sistem digital berprinsip sinkron, karena rangkaian sinkron lebih
mudah dirancang, terkendali, dan lebih mudah ditentukan
kesalahannya karena keluaran rangkaian itu dapat berubah hanya
pada saat yang tertentu.
Pada umumnya sistem digital terdiri dari banyak flip-flop.
Untuk memberikan kemungkinan perubahan flip-flop yang satu sinkron
dengan flip-flop yang lain diperlukan tambahan saluran masukan.
Saluran masukan tersebut dikenal sebagai masukan detak (clock atau
Ck). Perhatikan Gambar 7.7

Gambar 7.7. FF-SR Berdetak

FF-SR yang dilengkapi dengan masukan detak disebut


FF-SR berdetak (Clocked S-R FF). Tanda dari masukan detak ini
adalah Ck, Clk, atau CP. Dengan adanya masukan detak ini
memungkinkan kerja flip-flop dapat dikendalikan dan menjadikan
flip-flop tersebut lebih sempurna dari sebelumnya, meskipun masih
dijumpai kelemahan yakni adanya keadaan terlarang. Perubahan
keluaran dari FF-SR berdetak hanya akan terjadi jika masukan Ck =
1. Pada saat masukan Ck = 0, maka S' = R' = 1, sehingga keluaran
Q dapat bernilai 0 atau 1. Pada keadaan Ck = 0 meskipun harga S
dan R berubah-ubah keluaran flip-flop tetap. Keluaran flip-flop
berubah hanya ketika Ck bertransisi dari 0 ke 1 dan harga keluaran
tersebut tergantung dari keadaan S dan R pada saat Ck = 1. Transisi
detak yang demikian disebut transisi positif. Selanjutnya keluaran
flip-flop tidak akan berubah meskipun Ck berubah dari 1 ke 0.

Flip-Flop | 71
Dikenal pula suatu FF berdetak yang mengalami
perubahan keluaran ketika terjadi transisi negatif, yaitu dari 1 ke 0.
Tabel kebenaran FF-SR berdetak sama dengan tabel kebenaran FF-
SR aktif tinggi yang telah kita pelajari. Untuk keperluan efisiensi
dan efektifitas penggambaran, maka FFSR berdetak digambarkan
seperti tampak pada Gambar 7.8.

Gambar 7.8. Diagram untuk FF-SR Berdetak

C. Flip-Flop D
Simbol logika flip-flop D diperlihatkan pada gambar 7.9.
flip-flop D hanya mempunyai satu masukan data (D) dan satu
masukan detak (CLK). Keluaran dari tabel Q dan ̅𝑄. Flip-flop D
sering disebut flip-flop tunda. Kata “tunda” menggambarkan apa
yang terjadi pada data, atau informasi pada masukan D. Data (0 atau
1) pada masukan D ditunda 1 pulsa detak dari pemasukan sampai
keluaran Q. Tabel kebenaran yang disederhanakan untuk flip-flop D
diperlihatkan pada tabel 7.5. Perhatikan bahwa keluaran Q mengikuti
masukan D sesudah satu pulsa detak (lihat kolom Qn+1).

Data Normal
D Q
MASUKAN KELUARAN

Detak Komplementer
CLK ̅𝑄

Gambar 7.9. Simbol Logika Flip-Flop D

72 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 7.5. Tabel Kebenaran Flip-flop D
Masukan Keluaran
D Qn+1
0 0
1 1

S D Q

Q = FF

CLK FF CLK ̅𝑄

R ̅𝑄
Gambar 7.10 Rangkaian Flip-Flop D

Flip-flop D dapat dibentuk dari flip-flop R-S yang berdetak


dengan menambah satu pembalik, seperti diperlihatkan pada gambar
7.10. Umumnya Anda akan menggunakan flip-flop D yang dimasukkan
ke IC. Gambar 7.11 memperlihatkan flip-flop D komersial
khusus. Dua masukan ekstra [PS (preset) dan CLR (clear)] telah
ditambahkan pada flip-flop D pada Gambar 7.11. Masukan PS
mengeset keluaran Q menjadi 1 bila dibuka oleh suatu logis 0. Masukan
CLR mengklearkan keluaran Q menjadi 0 bila dibuka oleh suatu logis
0. Masukan PS dan CLR akan menolak masukan D dan CLK. Masukan
D dan CLK beroperasi seprti pada flip-flop D pada
Gambar 7.9.
Preset
Data PS
MASUKAN D Q KELUARAN
Detak FF

CLK ̅𝑄

CLR
Gambar 7.11. Flip-flop D Komersial

Flip-Flop | 73
Tabel 7.6. Tabel Kebenaran untuk Flip-Flop D 7474
Masukan
Keluaran
Metode Operasi Asinkron Sinkron
PS CLR CLK D Q ̅𝑸
Asynchronous set 0 1 X X 1 0
Asynchronous reset 1 0 X X 0 1
Prohibited 0 0 X X 1 1
Set 1 1 1 1 0
Reset 1 1 0 0 1

Keterangan :
0 = Rendah
1 = Tinggi
X = Tidak relevan
= Rendah ke transisi Tinggi dari pulsa detak

Tabel kebenaran yang lebih rinci untuk flip-flop D TTL7474


komersial diperlihatkan pada tabel 7.6. Ingatlah bahwa masukan
asinkron (bukan asinkron) (PS dan CLR) menolak masukan sinkron.
Masukan asinkron ada dalam kontrol flip-flop D dalam tiga baris
pertama dari tabel kebenaran pada tabel 7.6. Masukan sinkron (D dan
CLK) tidak relevan seperti yang diperlihatkan oleh “X”pada tabel
kebenaran. Kondisi larangan, akan dihindarkan, Baris 3 pada tabel
kebenaran akan dihindarkan. Dengan kedua masukan asinkron tidak
dibuka (PS = 1dan CLR) = 1). Flip-flop D dapat diset dan direset
dengan mengunakan masukan D dan CLK. Dua baris terakhir dari tabel
kebenaran menggunakan satu pulsa detak untuk memindahkan data
dari masukan D ke keluaran Q dari flip-flop. Ini terjadi selangkah
dengan detak, dan disebut operasi sinkron. Perhatikan bahwa flip-flop
ini menggunakan transisi RENDAH-ke-TINGGI dari pula detak untuk
memindahkan data dari masukan D ke keluaran Q.
Flip-flop D dirangkai satu sama lain untuk membentuk
regiser geser dan register penyimpan. Register ini digunakan secara
luas dalam sistem digital. Ingatlah bahwa flip-flop D menunda data

74 | Pengantar Elektronika Digital


untuk mencapai keluaran Q satu pulsa detak dan disebut flip-flop tunda.
Flip-flop D tercakup di dalam TTL dan CMOS ICs. Jenis flip- flop D
CMOS, berupa 74HC74, 74H273,4013 atau 40174 ICs.

D. Flip – Flop J – K
Kelemahan flip-flop adalah munculnya output yang tidak
dapat didefenisiskan ketika input S dan R tinggi untuk jenis NOR dan
rendah untuk jenis NAND. Untuk menanggulangi munculnya
keadaan tersebut, maka dikembangkan flip-flop J-K. jadi, flip-flop J-
K dibangun untuk mengantisipasi keadaan terlarang pada flip-flop S-
R.
Flip-flop J-K merupakan flip-flop universal dan digunakan
paling luas, memiliki sifat dari semua flip-flop jenis lain. Simbol logika
untuk flip-flop J-K digambarkan pada gambar 7.9. Masukan yang
diberi label J dan K merupakan masukan data. Masukan yang
diberi label CLK merupakan masukan detak. Keluaran Q dan 𝑄̅
merupakan keluaran komplementer biasa pada satu flip-flop. Tabel
kebenaran untuk flip-flop J-K diperlihatkan pada Tabel 7.5. Bila
masukan J dan K kedua-duanya 0, maka flip-flop tidak dibuka dan
keluaran tidak berubah keadaaan. Flip-flop tersebut ada dalam mode
tetap.
Baris 2 dan 3 dari tabel memperlihatkan kondisi reset dan set
untuk keluaran Q. Baris 4 merupakan keluaran penggunaan posisi
togel dari flip-flop J-K. bila kedua masukan data J dan K ada pada 1,
pulsa detak yang berulang menyebabkan keluaran berubah mati- hidup-
mati-hidup-mati-hidup, dan sebagainya. Aksi mati-hidup ini
seperti saklar togel, dan oleh karena itu disebut pentogelan.

Flip-Flop | 75
Data Normal

MASUKAN Detak
KELUARAN

Data Komplementer

Gambar 7.12. Simbol Logika Flip-flop J-K


Tabel 7.7. Tabel Kebenaran Flip-flop J-K

Mode MASUKAN KELUARAN


Operasi
Pengaruh pada keluaran Q
Tetap Tidak Tidak berubah - tidak
Berubah dibuka

Reset Reset atau diklirkan


menjadi 0
Set Set menjadi 1

Togel Togel Bentuk menjadi keadaan


berlawanan

Flip-flop J-K digunakan secara luas dalam banyak rangkaian


digital. Anda akan menggunakan flip-flop J-K, khusus dalam
pencacah (counters). Pencacah dijumpai dalam hampir setiap sistem
digital.

E. Rangkaian Toggling Mode J-K Flip-Flop


Toggle flip flop dipersiapkan untuk mendisain sebuah counter
(pencacah). Masukan J dan K dihubungkan menjadi satu sebagai
masukan T. sebuah kendali clock C dan keluaran keluaran X dan X’

76 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 7.8. Tabel kebenaran JK flip-flop

Keterangan :
Qn : kondisi Q sebelum diberi pulsa clock
Qn+1 : kondisi Q setelah diberi pulsa clock
T : masukan T
C : pulsa clock

Gambar 7.13. Simbol Toggling Mode J-K Flip-Flop

F. Counter
Counter merupakan rangkaian logika pengurut, karena
counter membutuhkan karakteristik memori, dan pewaktu memegang
peranan yang penting. Counter digital mempunyai karakteristik
penting yaitu sebagai berikut :
Jumlah hitungan maksimum (modulus N-counter)
Menghitung ke-atas atau ke-bawah (up atau down - counter)
Operasi asinkron atau sinkron
Bergerak bebas atau berhenti sendiri
Sebagaimana dengan rangkaian sekuensial yang lain, untuk
menyusun counter digunakan flip-flop. Counter dapat digunakan

Flip-Flop | 77
untuk menghitung banyaknya clock-pulsa dalam waktu yang tersedia
(pengukuran frekuensi), Counter dapat juga digunakan untuk
membagi frekuensi dan menyimpan data.

1. Counter Sinkron
Counter merupakan aplikasi dari Flip-flop yang mempunyai
fungsi menghitung. Proses penghitungan yang dilakukan Counter
secara sekuensial, baik menghitung naik (Up Counting) maupun turun
(Down Counting). Berdasarkan pemberian trigger di masing-masing
flip-flop penyusun rangkaian Counter, dikenal 2 macam Counter :
Counter Sinkron (Synchronous Counter) dan Counter Asinkron
(Asynchronous Counter).
Pada Counter Sinkron, sumber clock diberikan pada masing-
masing input Clock dari Flip-flop penyusunnya, sehingga apabila ada
perubahan pulsadari sumber, maka perubahan tersebut akan men-
trigger seluruh Flip-flop secara bersama-sama.

Gambar 7.14. Contoh Up Counter Sinkron 3 bit

a. Up Dan Down Counter


Sebuah Counter disebut sebagai Up Counter jika dapat
menghitung secara berurutan mulai dari bilangan terkecil sampai
bilangan terbesar.
Contoh : 0-1-2-3-4-5-6-7-0-1-2-….
Sedangkan Down Counter adalah Counter yang dapat
menghitung secara berurutan dari bilangan terbesar ke bilangan
terkecil. Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit seperti
ditunjukan pada Tabel di bawah.

78 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 7.9. Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit

Untuk membuat sebuah rangkaian Up Counter, lakukan


langkah-langkah sintesa rangkaian yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dari hasil persamaan logika berdasarkan Tabel PS/NS di atas
didapatkan rangkaian seperti di bawah ini :

Gambar 7.15. Rangkaian Up Counter Sinkron 3 bit

Berdasarkan Tabel 7.9, dapat dilihat bahwa Down Counting


merupakan kebalikan dari Up Counting, sehingga rangkaiannya
masih tetap menggunakan rangkaian Up Counter, hanya outputnya
diambilkan dari Q masing-masing Flip-flop. Bentuk rangkaian Down
Counter adalah seperti gambar dibawah ini:

Flip-Flop | 79
Gambar 7.16. Rangkaian Down Counter Sinkron 3 bit

b. Rangkaian Up/Down Counter


Rangkaian Up/Down Counter merupakan gabungan dari Up
Counter dan Down Counter. Rangkaian ini dapat menghitung
bergantian antara Up dan Down karena adanya input eksternal
sebagai control yang menentukan saat menghitung Up atau Down. Pada
gambar 7.16 ditunjukkan rangkaian Up/Down Counter Sinkron
3 bit. Jika input CNTRL bernilai ‘1’ maka Counter akan menghitung
naik (UP), sedangkan jika input CNTRL bernilai ‘0’, Counter akan
menghitung turun (DOWN).

Gambar 7.17. Rangkaian Up/Down Counter Sinkron 3 bit.

2. Counter Asinkron
Pada Counter Asinkron, sumber clock hanya diletakkan pada
input Clock di Flip-flop terdepan (bagian Least Significant Bit /
LSB), sedangkan input clock Flip-flop yang lain mendapatkan catu dari
output Flip-flop sebelumnya. Konfigurasi ini didapatkan dari gambar
timing diagram Counter 3-bit seperti ditunjukkan pada gambar
dibawah. Dengan konfigurasi ini, masing-masing flip-flop di- trigger
tidak dalam waktu yang bersamaan. Model asinkron semacam
ini dikenal juga dengan nama Ripple Counter.

80 | Pengantar Elektronika Digital


Gambar 7.18. Timing Diagram Up Counter Asinkron 3-bit

Tabel 7.10. Tabel Kebenaran dari Up Counter Asinkron 3-bit

Berdasarkan bentuk timing diagram di atas, output dari flip-


flop C menjadi clock dari flip-flop B, sedangkan output dari flip-flop
B menjadi clock dari flip-flop A. Perubahan pada negatif edge di
masing-masing clock flip-flop sebelumnya menyebabkan flip-flop
sesudahnya berganti kondisi (toggle), sehingga input-input J dan K di
masing-masing flip-flop diberi nilai ”1” (sifat toggle dari JK flip-
flop). Bentuk dasar dari Counter Asinkron 3-bit ditunjukkan pada
gambar 7.19.

Flip-Flop | 81
Gambar 7.19. Up Counter Asinkron 3 bit.

Conter Asinkron Mod-N


Counter Mod-N adalah Counter yang tidak 2n. Misalkan
Counter Mod-6, menghitung : 0, 1, 2, 3, 4, 5. Sehingga Up Counter
Mod-N akan menghitung 0 s/d N-1, sedangkan Down Counter MOD-
N akan menghitung dari bilangan tertinggi sebanyak N kali ke bawah.
Misalkan Down Counter MOD-9, akan menghitung: 15, 14, 13, 12,
11, 10, 9, 8, 7, 15, 14, 13,..
Sebuah Up Counter Asinkron Mod-6, akan menghitung :
0,1,2,3,4,5,0,1,2,... Maka nilai yang tidak pernah dikeluarkan adalah
6. Jika hitungan menginjak ke-6, maka counter akan reset kembali ke
0. Untuk itu masing-masing Flipflop perlu di-reset ke nilai ”0” dengan
memanfaatkan input-input Asinkronnya (1=SPdan 0=CP). Nilai ”0”
yang akan dimasukkan di PC didapatkan dengan me-NAND kan input
A dan B (ABC = 110 untuk desimal 6). Jika input A dan B keduanya
bernilai 1, maka seluruh flip-flop akan di-reset.

82 | Pengantar Elektronika Digital


BAB VIII
ADC DAN DAC

A. Materi
Sebuah alat yang dapat mengkonversikan bentuk kuantitas fisik
ke dalam bentuk kuantitas elektronik disebut transduser. Transduser
dapat digunakan untuk mengkonversikan kuantitas seperti suhu,
tekanan, laju, posisi, dan arah ke dalam perbandingan arus atau voltase
analog. Umumnya gerbang logika tidak dihubungkan langsung
dari voltase ini karena pertimbangan range tegangan yang tidak
dihubungkan langsung dari voltase ini karena pertimbangan range
tegangan yang tidak sesuai dengan level TTL. TTL umumnya
membutuhkan input 0 V untuk low dan 5 V untuk high. Oleh karena
itu, biasanya transduser ini dihubungkan dengan penguat operasional
(op-amp) terlebih dahulu untuk menghasilkan output tegangan yang
diinginkan.
Sistem digital pada gambar 8.1 Mempunyai masukan analog.
Tegangan berubah berkesinambungan dari 0 sampai 3V. Pengkode
merupakan alat khusus yang mengubah sinyal analog ke informasi
digital. Pengekode ini kita sebut sebagai pengubah analog ke digital
(analog to digital converter, ADC).
Sistem digital yang digambarkan pada gambar 8.1 juga
mempunyai pendekode. Pendekode ini merupakan jenis khusus: dapat
mengubah informasi digital dari unit pengolahan digital ke keluaran
analog. Sebagai contoh, keluaran analog dapat berupa tegangan yang
berubah secara berkesinambungan dari 0 sampai 3V. Pendekode ini kita
sebut sebagai pengubah digital ke analog (digital to analog converter,
DAC).
Keseluruhan sistem pada gambar 8.1 dapat disebut sebagai
sistem hibrida karena berisi baik peralatan digital maupun analog.
Pengkode dan pendekode yang mengubah analog ke digital dan dari
digital ke analog disebut alat “antar-muka” oleh para ahli rekayasa.

ADC dan DAC | 83


Istilah “antar-muka” umumnya digunakan untuk alat atau rangkaian
yang mengubah dari satu mode operasi ke lainnya. Dalam hal ini kita
mengubah antara data analog dan data digital.

Masukan Enkoder Unit Dekoder Keluaran


analog ------ pemroses ------ analog
0-3V ADC digital DAC 0-3V

Gambar 8.1. Suatu sistem digital dengan masukan analog


keluaran analog.

B. DAC (Digital to Analog Converter)

Pengubah digital ke analog (Digital to Analog Converter,


DAC) menerima masukan digital pararel dan mengubahnya kenilai
tegangan (atau arus) yang disajikan mesukan biner. Jika ini diulang
untuk masukan digital yang berurutan akan berbentuk gelombang
analog.
Mari kita lihat DAC pada gambar 8.1 jika kita ingin mengubah
biner dari unit pengolahan ke suatu keluaran 0 sampai 3V. Seperti
pada setiap pendekode, pertama kali kita harus membuat table
kebenaran dari semua situasi yang mungkin. Tabel memperlihatkan
empat masukan (D, C, B, A) ke dalam DAC. Masukan berbentuk biner.
Setiap 1 berkisar +3 sampai +5V. Setiap 0 berkisar 0V. Keluaran
diperlihatkan sebagai tegangan pada kolom paling kanan dari table.
Menurut table tersebut, bila biner 0000 muncul pada masukan DAC,
keluarannya 0V. Bila biner 0001 adalah masukan, maka keluarannya
adalah 0,4V. Kita perhatikan bahwa masing- masing baris yang
ditelusuri ke bawah pada tabel , keluaran analog
bertambah dengan 0,2V.

84 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 8.1. Tabel Kebenaran DAC (Digital to Analog Converter)
Masukan Keluaran Analog
Digital
D C B A Volt (V)
Baris 1 0 0 0 0 0
Baris 2 0 0 0 1 0.2
Baris 3 0 0 1 0 0.4
Baris 4 0 0 1 1 0.6
Baris 5 0 1 0 0 0.8
Baris 6 0 1 0 1 1.0
Baris 7 0 1 1 0 1.2
Baris 8 0 1 1 1 1.4
Baris 9 1 0 0 0 1.6
Baris 10 1 0 0 1 1.8
Baris 11 1 0 1 0 2.0
Baris 12 1 0 1 1 2.2
Baris 13 1 1 0 0 2.4
Baris 14 1 1 0 1 2.6
Baris 15 1 1 1 0 2.8
Baris 16 1 1 1 1 3.0

Diagram blog dari DAC diperlihatkan pada gambar 8.2.


Masukan digital (D, C, B, A) ada pada sebelah kiri. Pendekode
terdiri atas dua bagian: jaringan resistor dan penguat
penjumlahan. Keluaran diperlihatkan sebagai tegangan yang
terbaca pada voltmeter disebelah kanan.
Jaringan resistor pada gambar 8.2 harus diperhitungkan untuk
membuat 1 pada masukan B bernilai dua kali 1 pada masukan A.
Begitu pula, 1 pada masukan C bernilai empat kali 1 pada
masukan A. Beberapa rangkaian resistor digunakan untuk
mengerjakan fungsi ini. Rangkaian ini disebut jaringan tangga
resistif.

ADC dan DAC | 85


Penguat penjumlahan pada gambar menghasilkan tegangan
keluaran dari jaringan resistor dan menguatkannya dengan jumlah
yang sesuai untuk mendapatkan tegangan yang diperlihatkan
pada kolom paling kanan dari tabel 8.1. Penguat penjumlahan
terutama menggunakan unit IC yang disebut penguat oprasional.
Penguat oprasional sering disebut secara sederhana sebagai op
amp (Oprasional Amplifier). Penguat penjumlahan juga disebut
penguat berskala.

C. ADC (Analog to Digital Converter)

Pengubah analog ke digital merupakan jenis khusus dari


pengkode. Diagram blok dasar dari pengubah A/D diperlihatkan
pada Gambar 8.3. Masukannya berupa tegangan berubah tunggal.
Tegangan pada kasus ini berubah dari 0 sampai 3 V. keluaran
pengubah A/D berupa biner. Pegubah A/D menerjemahkan
tegangan analog pada masukan ke dalam kata biner empat-bit.
Seperti pada pengkode lain, kita dapat menentukan dengan tepat
masukan dan keluaran yang kita harapkan. Tabel kebenaran pada
tabel 8.2 memperlihatkan bagaimana pengubah A/D bekerja.
Baris 1 memperlihatkan 0 V yang terpasang pada masukan
pengubah A/D. Keluarannya adalah biner 0000. Baris 2
memperlihatkan masukan 0,2 V. Keluarannya adalah biner 0001.
Perhatikanlah bahwa setiap naik 0,2 V hitungan biner akan nai 1.
Akhirnya baris 16 memperlihatkan bahwa bila maksimum 3 V
dipasang pada masukan, maka keluaran akan terbaca biner 1111.
Perhatikan bahwa tabel kebenaran pada tabel 8.2 hanya
merupakan kebalikan dari tabel kebenaran pengubah D/A pada
tabel 8.1; masukan dan keluaran tinggal ditukar.

86 | Pengantar Elektronika Digital


Tabel 8.2. Tabel Kebenaran untuk DAC

M asukan Keluaran
Analog Digital
8s 4s 2s 1s
Volt
D C B A
Baris 1 0 0 0 0 0
Baris 2 0.2 0 0 0 1
Baris 3 0.4 0 0 1 0
Baris 4 0.6 0 0 1 1
Baris 5 0.8 0 1 0 0
Baris 6 1 0 1 0 1
Baris 7 1.2 0 1 1 0
Baris 8 1.4 0 1 1 1
Baris 9 1.6 1 0 0 0
Baris 10 1.8 1 0 0 1
Baris 11 2 1 0 1 0
Baris 12 2.2 1 0 1 1
Baris 13 2.4 1 1 0 0
Baris 14 2.6 1 1 0 1
Baris 15 2.8 1 1 1 0
Baris 16 3 1 1 1 1

D. Sifat-sifat Pengubah (Converter)

1. Tipe Keluaran
Umumnya ADC dikelompokkan menjadi keluaran
biner dan decimal. Pengubah analog ke digital dengan keluaran
decimal dan digunakan dalam meter panel digital dan DMM.
Pengubah analog ke digital dengan keluaran biner mempunyai
4 sampai dengan 16 keluaran. Pengubah analog ke digital
dengan keluaran biner ini merupakanperangkat masukan biasa
pada sistem mikroprosessor. Biasanya diacu
sebagai ADC tipe µP.

ADC dan DAC | 87


2. Resolusi
Resolusi Pengubah menunjukkan perubahan terkecil
pada masukan yang dapat dilihat pada keluaran. Resolusi
dinyatakan sebagai 1 bagian dalam 2n, dengan n adalah cacah
bit.
Resolusi adalah pertambahan terkecil pada tegangan
yang dapat diamati. Pertambahan terkecil pada tegangan
keluaran terutama ditentukan oleh tegangan masukan bit
terkecil atau LSB. Karena resolusi merupakan fungsi
banyaknya bit dalam sinyal masukan digital.
Resolusi ADC didefinisikan sebagai jumlah bit pada
keluaran unit jenis biner. Untuk ADC keluaran decimal (yang
digunakan DMM), resolusi diberikan sebagai jumlah digit pada
pembacaan (seperti 3,5 atau 4,5). ADC dengan keluaran biner
mempunyai resolusi 4, 6, 8, 10, 2, 4, dan 16 bit. Kesalahan kecil
yang muncul pada saat menggunakan biner bebas melangkah
untuk menunjukkan tegangan analog kontinyu yang disebut
quantizing errors (satuan kesalahan).
ADC 16 bit lebih “akurat” dari unit 4 bit karena
pengubah ini membagi masukan atau tegangan acuan menjadi
langkah-langkah bebas yang kecil. Contohnya, setiap langkah
pada ADC 4 bit dapat menjadi 1/15 tegangan masukan (24 – 1
= 15). Ini merupakan resolusi sebesar 6,7% (1/15 x 100 =
6,7%). Meskipun demikian, ADC 8 bit mempunyai langkah
bebas sebanyak 255 (28 – 1 = 255). Berarti besar resolusinya
yang lebih baik atau “akurat” dibanding ADC 4 bit.

3. Akurasi (Ketepatan; ketelitian)


Akurasi (ketelitian) adalah seberapa dekat nilai
keluaran sebenarnya dari pengubah digital ke analog (DAC)
terhadap nilai keluaran secara teoritis. Suatu contoh pengubah
digital ke analog (DAC) jaringan pembagi resistif yang
mempunyai masukan 10V secara teoritis keluaran seharusnya
sebesar 10V. Karena jaringan pembagi resistif
mempunyai ketelitian ±10 %, maka tegangan keluarannya

88 | Pengantar Elektronika Digital


antara ±9,9V dan 10,1V. Semakin kecil persentase ketelitian,
maka semakin dekat dengan nilai secara teoritis.
Ketelitian adalah selisih antara keluaran pengubah
dengan nilai sesungguhnya yang dinyatakan sebagai
prosentase keluaran maksimum (skala penuh).

���
���
����
�– �
� ��
����������
�����
Ketelitian = x
100 % � ������
�������

�������ℎ� �
=������� �
� ����
��
x 100 %

Sebagai contoh, jika keluaran maksimum adalah 10V dan


ketelitian + 0,2%, maka kesalahan = +0,2% x 10V = + 0,002
x 10 = + 0,002V = + 20mV.
Resolusi ADC dapat dipandang sebagai kesalahan
“digital” karena langkah bebasnya pada IC. Sumber lain dari
kesalahan ADC adalah kompnen analog seperti komporator.
Kesalahan-kesalahan lainnya dapat diketahui dari jaringan
resistor. Keseluruhan kemiripan dari ADC disebut sebagai
ketepatan (akurasi) IC ADC.
Ketepatan IC ADC dengan keluaran biner berkisar
antara ±1/2 LSB sampai ±2 LSB. Ketepatan IC ADC dengan
keluaran desimal berkisar antara 0,01 sampai 0,05%.

4. Waktu Konversi
Waktu konversi, juga dikenal dengan istilah waktu
akuisisi, adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
pengubahan pada satu arah cuplikan. Untuk konversi yang
waktu pengubahannya berubah terhadap masukan, nilai
maksimum selalu digunakan.
Waktu konversi merupakan spesifikasi penting lain
dari ADC. Waktu konversi merupakan waktu yang
dibutuhkan IC untuk mengubah tegangan masukan analog
menjadi data keluaran biner (atau desimal). Waktu konversi
yang umum berkisar antara 0.05 sampai dengan 100.000 µs
untuk sebuah IC pengubah dengan keluaran biner. Waktu
konversi untuk ADC dengan keluaran desimal biasanya
berkisar antara 200 sampai 400 ms.
ADC dan DAC | 89
5. Setting Time
Setting time didefenisiskan sebagai waktu yang
diperlukan keluaran digital untuk mencapai nilainya yang
baru setelah terjadi perubahan pada masa masukan.

6. Laju Konversi
Laju Konversi didefenisikan sebagai laju tertinggi
dimana cuplikan analog dapat diubah. Laju konversi
merupakan kebalikan dari waktu konversi.
Laju konversi = 1/waktu konversi (konversi per detik)
Sebagai contoh, jika waktu konversi adalah 10 µdetik, maka
laju konversi = 1/(10 x 10-6) = 0.1 x 10-6 konversi per detik
= 100000 konversi/detik

7. Laju Bit
Laju bit fb didefenisikan sebagai cacah bit yang
dihasilkan pengubah setiap detik. Jika diketahui
frekuensinya adalah f KHz, maka pengubah n-bit
mempunyai laju pengubahan sebesar
fb = n bit x f KHz = nf Kbit per detik
sebagai contoh, pada pengubah 8-bit dengan frekuensi
pencuplikan 20 KHz mempunyai laju bit fb = 8 x 20 = 160
Kbit per detik

8. Lebar Pita
Lebar pita didefenisikan sebagai frekuensi maksimum yang
dibangkitkan oleh deretan bit pada jalur digital. Laju perubahan
maksimum, yaitu frekuensi maksimum, diperoleh bila bit
berubah antara 1 dan 0 seperti diperlihatkan pada gambar 8.4.
Satu siklus gelombang pada gambar 8.4 mempuyai periode T,
berisi dua bit. Dengan demikian, frekuensi gelombang adalah
separuh laju bit fb.
Lebar pita = ½ fb = ½ nf.

90 | Pengantar Elektronika Digital


1 0 1 0 1

Gambar 8.4. Siklus Gelombang

ADC dan DAC | 91


92 | Pengantar Elektronika Digital
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Richard. 2004. Dasar Elektronika. Yogyakarta: Andi.


D. Chattopadhyay. 2015. Dasar Elektronika. Jakarta: UI-Press.
Hold Sworth. 1985. Digital Logic Design. London :Butter
Worth.

Ibrahim. 1991. Teknik Digital. Yogyakarta: Andy Offset.

Muchlas. 2013. Dasar-dasar Rangkaian Digital. Yogyakarta: UAD


Press.
Millman Jacob dan Halkias Christos C. 1985. Elektronika Terpadu
Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

Muhsin, Muhammad. 2004. Elektronika Digital: Teori dan Soal


Penyelesaian. Yogyakarta: Andi

Sumarna. 2006. Elektronika Digital : Konsep Dasar dan Aplikasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu

Tokheim, Roger. 1990. Elektronika Digital. Jakarta: Erlangga

Wasito S 1988. Pelajaran Elektronika Teknik Digit. Jakarta: Karya


Utama

Widodo & Sigit. 2005. Elektronika Digital dan Mikroprosessor.


Yogyakarta: Andi.

Daftar Pustaka | 93
94

Anda mungkin juga menyukai