Anda di halaman 1dari 5

JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 6 No.

2
ISSN. 2655-4399 Juni 2021
HUBUNGAN GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE DENGAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

1MUHAMMAD SALIM HAFIZH, 2DEBBY MIRANI LUBIS


1,2UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
1salimhafizh3009@gmail.com

ABSTRACT

Gastroesophageal reflux disease (GERD) is defined as a disorder in which stomach contents repeatedly rise into the
esophagus causing a disturbance. Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a common gastrointestinal disease around
the world that suffers from the quality of life problems, especially the quality of sleep. To determine the relationship between
Gastroesophageal reflux disease (GERD) and quality of sleep among medical students of Muhammadiyah Sumatera Utara
University. This study used the descriptive analytic method with approach cross sectional. The samples are medical students
of Muhammadiyah Sumatera Utara University class 2017, 2018, and 2019. The data analyzed using chi-square test.
The result of the bivariate analysis of Gastroesophageal reflux disease (GERD) and quality of sleep shows the number of p =
0,004 (p<0,05). There is significant relationship between Gastroesophageal reflux disease (GERD) and quality of sleep
among medical students of Muhammadiyah Sumatera Utara University.

Keywords : GERD, Quality Of Sleep, Medical Students

PENDAHULUAN
Gastroesophageal reflux disease (GERD) atau penyakit refluks gastroesofageal didefinisikan sebagai gangguan yang
dimana isi lambung berulang kali naik ke esofagus yang menyebabkan gejala mengganggu. Gejala yang ditimbulkan
gastroesophageal reflux disease berupa sensasi panas di dada, perasaan asam di mulut, nyeri epigastrik, disfagia, dan
odinofagia. Pasien gastroesophageal reflux disease dibagi 2 grup yaitu pasien dengan erosif esofagitis (Erosif
Esophagitis/EE) dan non erosif esofagitis (Non-erosive Reflux Disease/NERD). Data epidemiologi di Amerika Serikat
menunjukan bahwa sekitar 20% orang dewasa di negara ini memiliki gejala rasa terbakar di dada setidaknya satu kali
seminggu, dan 40% nya lagi merasakan gejala sekali dalam sebulan. Penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia menunjukan
prevelensi gastroesophageal reflux disease pada mahasiwa kedokteran adalah 25.9%. Penelitian epidemiologi
gastroesophageal reflux disease pada mahasiswa kedokteran di Universitas Damaskus, Syria, menemukan prevelensi
gastroesophageal reflux disease mencapai 16%. Penelitian di India juga menyebutkan bahwa prevelensi gastroesophageal
reflux disease pada mahasiswa kedokteran mencapai 25%. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,
sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu, dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak
mata bengkak, mata perih, perhatian tidak fokus, konjungtiva merah, dan tidak ada nya timbul sakit kepala, sering menguap,
dan mengantuk. Berdasarkan studi terdahulu kebutuhan tidur setiap orang berbeda yang dipengaruhi oleh beberapa hal
termasuk diantaranya: kebiasaan tidur, lingkungan tidur yang tidak sesuai dengan kebiasaan dan habit tidur tidak terlaksana,
aktivitas jelang tidur, penyakit yang diderita, dan persepsi kepuasan tidur sangat bervariasi tergantung dari laporan atau
pernyataan subjektivitas seseorang. Penelitian pada pasien dewasa yang mederita gangguan tidur di sleep laboratory, Seoul
National University Bundang Hospital dengan sampel 564, ditemukan pasien 9% dengan gastroesophageal reflux disease
memiliki kualitas tidur yang buruk, mengantuk pada siang hari, dan depressed mood dibandingkan dengan pasien tanpa
gastroesophageal reflux disease. Pada penelitian dengan sampel 1000 pasien gastroesophageal reflux disease, 79 % dari
pasien memiliki gejala nocturnal gastro esophageal reflux. Pada pasien dengan penyakit gastrointestinal (GI) memiliki
prevelensi chronic insomnia sebanyak 33.6%, gejala yang paling mengganggu adalah perasaan terbakar di dada. Penelitian

29
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 6 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2021
yang lain menyatakan terdapat hubungan positif antara GERD dan insomnia. Penelitian terkini menyatakan 74% pasien
yang memiliki gejala gastroesophageal reflux disease sering (setidaknya sekali dalam seminggu), dilaporkan memiliki gejala
nokturnal gastroesophageal reflux disease (GERD), gejala yang timbul saat mereka berbaring tidur (69%), terbangun saat
malam hari dikarenakan gejala yang timbul (54%), timbul gejala saat bangun pagi (40%), dan tidak bisa tidur saat malam
hari dikarenakan batuk atau tersedak dikarenakan cairan asam atau rasa pahit di mulut..
Berdasarkan uraian diatas penulis berminat menulis tentang hubungan gastroesophageal reflux disease dengan kualitas
tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

METODE
Jenis penelitian yang akan digunakan yaitu dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana
peneliti akan melakukan penelitian data hanya dilakukan satu kali untuk mencari hubungan gastroesophageal reflux disease
(GERD) dengan kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan
2017, 2018, dan 2019. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada
bulan September-Desember. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara angkatan 2017, 2018, dan 2019. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode simple
random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sample 211 orang. Kriteria inklusi adalah
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2017, 2018, dan 2019 yang masih
aktif kuliah dan brsedia menjadi sample. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap
dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang menggunakan obat-obat yang
menggangu kualitas tidur seperti antidepressants, antipsychotic, corticossteroid, dan antihistamine. Sumber data diperoleh
dari responden secara online melalui google form. Instrumenn yang digunakan memperoleh data primer berdasarkan
kuesioner GERD-Q dan kuesioner pittsburgh sleep quality indeks (PSQI).

HASIL
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, didapatkan Responden
pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2017,
2018, dan 2019 yang berjumlah 211 orang. Data yang telah didapatkan langsung dilakukan pengolahan data melalui proses
editing, coding, entry, cleaning, dan saving.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden


Karakteristik Demografi Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 56 26,5
Perempuan 155 73,5
Usia
17 1 0,5
18 17 8,1
19 71 33,6
20 71 33,6
21 42 19,9
22 7 3,3
23 2 0,9
Angkatan
2017 51 24,2
2018 58 27,5
2019 102 48,3
Total 211 100

30
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 6 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2021
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin perempuan memiliki jumlah
lebih banyak 155 orang (73,5%) dibanding laki-laki dengan jumlah 56 orang (73,5%). Berdasarkan usia didapatkan dengan
usia 17 tahun 1 orang (0,5%), usia 18 tahun 17 orang (8,1%), usia 19 tahun 71 orang (33,6%), usia 20 tahun 71 orang
(33,6%), usia 21 tahun 42 orang (19,9%), usia 22 tahun 7 orang (3,3%), dan usia 23 tahun 2 orang (0,9%). Dan berdasarkan
angkatan didapatkan angkatan 2017 51 orang (24,2%), angkatan 2018 58 orang (27,5%), dan angkatan 2019 102 orang
(48,3%).

Tabel 2. Distribusi Diagosis GERD


Diagnsosis Frekuensi Persentase
GERD (%)
Tidak 189 89,6
Menderita
GERD
Menderita 22 10,4
GERD
Total 211 100

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa distribusi responden yang menderita gastroesophageal reflux (GERD) disease
22 orang (10,4%). Sedangkan responden yang normal 189 orang (89,6%).

Tabel 3. Distribusi Kualitas Tidur


Kualitas Tidur Frekuensi Persentase (%)
Baik 78 37
Buruk 133 63
Total 211 100

Tabel 4. Uji Chi-Square GERD Terhadap Kualitas Tidur

PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevelensi GERD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara sebesar 10,4%. Angka prevelensi ini tidak jauh terlalu berbeda dengan hasil penelitian di
kalangan mahasiswa Universitas Ilmu Kesehatan Dow di Karachi didapatkan sebesar 11,92%. Penelitian yang dilakukan
Universitas Damaskus yang melibatkan 302 valid responden dengan menggunakan kuesioner berdasarkan kriteria ROME III
dijumpai prevelensi GERD lebih tinggi sebesar 16%. Penelitian lain yang dilakukan di kalangan mahasiswa kedokteran di
India dengan menggunakan Frequency Scale for the Symptoms of GERD (FSSG) questionnaire didapatkan prevelensi
GERD sebesar 25%. Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa distribusi kualitas tidur didapatkan buruk 133 orang (63%)
dan baik 78 orang (37%). Penelitian yang dilakukan di Cina yang berjudul Prevalence and correlates of sleep disturbance
and depressive symptoms among Chinese adolescents ditemukan prevelansi kualitas tidur pada remaja 39,6%, prevelensi

31
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 6 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2021
ini lebih kecil dibandingkan penelitian yang didapatkan. Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyakit,
lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress, emosional,motivasi, dan nutrisi yang banyak dialami oleh remaja.
Hasil penelitian hubungan GERD dan kualitas tidur, responden tidak menderita GERD dan kualitas tidur baik 76 orang
(40,2%), yang tidak menderita GERD dan kualitas tidur buruk 113 orang (59,8%). Responden yang menderita GERD dan
kualitas baik 2 orang dan yang menderita GERD dan kualitas tidur buruk 20 orang (90,9%). Berdasarkan uji Chi Square,
didapatkan nilai p value sebesar 0.004 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara gastroesophageal reflux disease dengan kualitas tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan di Amerika serikat melibatkan 11.685 respoden yang menderita
gejala GERD menyatakan bahwa 68,3% susah untuk tertidur dan 88,9% gejala muncul saat malam hari dengan
menunjukan hasil yang signifikan (p<0,001). Penelitian lain menyatakan bahwa penderita GERD memiliki gejala insomnia
dengan (OR; 3,2) dan susah untuk tertidur dengan (OR; 3,1). Penurunan aliran saliva dan penurunan frekuensi menelan
selama tidur berhubungan dengan paparan asam lambung di esofagus yang berkepanjangan. Waktu pengosongan lambung
yang tertunda selama malam hari bisa menyebabkan peningkatan gastric pressure, yang memiliki kontribusi dalam
menimbulkan nocturnal gastroesophageal reflux. Selama terjadinya rasa dada terbakar pada malam hari dapat menginduksi
arousal yang dimana ini merupakan keadaan fisiologi yang dimana menginisiasi menelan dan meningkatkan pengosongan
esofagus dari asam lambung, meskipun begitu arousal berhubungan dengan penurunan kualitas tidur.

DAFTAR PUSTAKA
Indonesian Society of Gastroenterology. National consensus on the management of gastroesophageal reflux disease in
Indonesia. Acta Med Indones. 2014;46(3):263‐271.

Atta MM, Sayed MH, Zayed MA, Alsulami SA, Al-Maghrabi AT, Kelantan AY. Gastro-oesophageal reflux disease symptoms
and associated risk factors among medical students, Saudi Arabia. Int J Gen Med. 2019;12:293-298. Published 2019 Aug
19.

Al Saadi T, Idris A, Turk T, Alkhatib M. Epidemiology and risk factors of uninvestigated dyspepsia, irritable bowel syndrome,
and gastroesophageal reflux disease among students of Damascus University, Syria. J Epidemiol Glob Health.
2016;6(4):285-293.

Sharma A, Sharma PK, Puri P. Prevalence and the risk factors of gastro-esophageal reflux disease in medical students. Med
J Armed Forces India. 2018;74(3):250-254.

Hidayat, A A. (2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.

Karota, Evi. (2018). Pengembangan Instrumen Kualitas Tidur dan Gangguan Tidur dalam Penelitian.

Ju G, Arias-Carrion O, Yoon Y-I, Lee DS, Kim N. Relationship between sleep disturbances and gastroesophageal reflux
disease in asian sleep clinic referrals Journal of Psychosoomatic Research 75 (2013) 551-555. 2013) 551-555;.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpsychores.2013.10.004

Chen C-L, Orr WC. Gastroesophageal reflux disease evidence for influence on sleep and quality of life. Tzu Chi Medical
Journal 24 (2012) 104 – 127. http://dx.doi.org/10.1016/j.tcmj.2012.07.007

Fujiwara, Y., Arakawa, T. & Fass, R. Gastroesophageal reflux disease and sleep disturbances. (2012). J Gastroenterol 47,
760–769.

Jung, Hye-kyung & Choung, Rok & Talley, Nicholas. (2010). Gastroesophageal Reflux Disease and Sleep Disorders:
Evidence for a Causal Link and Therapeutic Implications. Journal of neurogastroenterology and motility.

32
JURNAL ILMIAH MAKSITEK Vol. 6 No. 2
ISSN. 2655-4399 Juni 2021
Farup C, Kleinman L, Sloan S, Ganoczy D, Chee E, Lee C, et al. The impact of nocturnal symptoms associated with
gastroesophageal reflux disease on health-related quality of life. Arch Intern Med. 2001;161:45–52.

Riaz H, Kamal SW, Aziz S. Gastroesophageal reflux disease (GERD) in students of a government medical college at
Karachi. J Pak Med Assoc. 2010;60(2):147-150.

Guo L, Deng J, He Y, et al. Prevalence and correlates of sleep disturbance and depressive symptoms among Chinese
adolescents: a cross-sectional survey study. BMJ Open. 2014;4(7):e005517. Published 2014 Jul 29. doi:10.1136/bmjopen-
2014-005517

Jansson C, Nordenstedt H, Wallander MA, et al. A population-based study showing an association between
gastroesophageal reflux disease and sleep problems. Clin Gastroenterol Hepatol. 2009;7(9):960-965.
doi:10.1016/j.cgh.2009.03.007

Ju G, Arias-Carrion O, Yoon Y-I, Lee DS, Kim N. Relationship between sleep disturbances and gastroesophageal reflux
disease in asian sleep clinic referrals Journal of Psychosoomatic Research 75 (2013) 551-555. 2013) 551-555;.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpsychores.2013.10.004

Fujiwara, Y., Arakawa, T. & Fass, R. Gastroesophageal reflux disease and sleep disturbances. (2012). J Gastroenterol 47,
760–769.

33

Anda mungkin juga menyukai