Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab II
Pembahasan

A. Definisi Budaya Batak


Batak adalah salah satu suku yang ada di Indonesia yang berasal dari Sumatra Utara.
Suku yang dikatagorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak,
Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas orang Batak
menganut Agama Kristen dan sisanya beragama Islam.
Arti “sakit” bagi orang Batak adalah Keadaan dimana seseorang hanya berbaring dan
penyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau ada juga yang membawa orang
sakit tersebut kepada dukun atau “orang pintar”. Dalam kehidupan sehari-hari orang
batak, segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu, ubtuk
mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri kepada sang maha pencipta agar
manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.
B. Pengobatan Budaya Batak
1. Pengobatan orang Batak sudah ada sejak lama, seperti contohnya pengobatan
mulai sejak hamil dan melahirkan. Misalnya saat di dalam kandungan yaitu
menggunakan salusu (1 butir ayam kampung) yang terlebih dahulu didoakan.
2. Bagi orang batak, di samping penyakit alamiah, ada juga beberapa tipe spesifik
penyakit supernatural, yaitu : Jika mata seseorang benagkak, orang tersebut
diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak baik (misalnya: mengintip) cara
mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air
sirih.
3. Jika ada seseorang yang yang masuk angin, biasanya menggunakan minyak
bawang, yang mengandung minyak makan, minyak tanah, bawang putih dan
bawang merah. Cara pembuatannya adalah bawang merah dan bawang putih
dihancurkan terlebih dahulu lalu campurkan minyak. Dan untuk cara
pemakaiannya cukup oleskan pada perut.
4. Jika ada orang batak yang menderita penyakit gondok, maka cara pengobatannya
dengan menggunakan blau.
5. Apabila ada seseorang yang menderita demam biasanya pengobatanya dengan
cara menyelimutinya dengan selimut/kain yang tebal.
6. Orang sakit karena tarhirim, misalnya: seorang bapak yang menjanjikan akan
memberi sesuatu kepada anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena
janji tersebut tidak ditepati, anak tersebut akan sakit.
7. Jika ada orang batak menderika penyakit kusta, maka orang tersebut telah
menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dari pergaulan masyarakat.
Disamping itu, dalam budaya batak dikenal adanya kitab pengobatan.
8. Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk: berdasarkan pesan Raja Batak
untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mula
(sesuatu yang berasal dari yang berasal dari asap dapur). rumpak 7 macam yang
diseduh dengan air hangat. Disamping itu, Raja Batak berpesan pada
keturunannya, supaya manusia hidup sehat, maka makanllah dan minumlah:
apapaga, airman, anggir, adolorab, allingo, abajora, ambaluang, assigning, dan
arip-arip. Dalam budaya batak dahulu, supaya manusia dapat sukses dalam
segala, biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa; ayam merah, ayam putih,
ayam hitam, ketan beras (nitak), jeruk purut, siri, beserta kelengkapnnya.
C. Asuhan Keperawatan
a. Tahap Pengkajian
1. Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilihatau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat
perlumengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencaribantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaandan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors). Agama
adalah suatu simbolyang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasiyangsangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas
kehidupannyasendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah:
agama yang dianut, status pernikahan, carapandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampakpositif
terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors). Perawat
pada tahap ini harusmengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan
kepalakeluarga.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways factors).
Nilai-nilai budayaadalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada
penganutbudaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan
jabatan yang dipegang oleh kepalakeluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors).
Kebijakan dan peraturanrumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
peraturandan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu,cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai
sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yangharus dikaji oleh perawat
di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yangdimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor ataupatungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman kliendalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi
saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien makakeyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut
dapatbelajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikajipada tahap ini adalah: tingkat pendidikan
klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajarsecara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
b. Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubahatau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and
Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosekeperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguankomunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial
berhubungandisorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
c. Tahap perencanaan dan pelaksaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu
proses keperawatan yangtidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu
proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaanadalah melaksanakan
tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar,1995).
d.  Tahap Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentangmempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuaidengan kesehatan atau beradaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki
klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang
sesuai denganlatar belakang budaya klien.

Anda mungkin juga menyukai