net/publication/362967423
CITATIONS
READS
0
413
14 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Manggala Pasca Wardhana on 26 August 2022.
iii
Kata Pengantar Ketua POKJA JKN PP POGI
iv
Kontributor
Editor:
Kontributor Buku:
Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Desentralisasi Kesehatan (Pusjak PDK), Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
v
Daftar Isi
Halaman Judul................................................................................................................................i
Kata Pengantar Ketua PP POGI.....................................................................................................ii
Kata Pengantar Ketua POKJA JKN PP POGI..................................................................................iii
Kontributor..................................................................................................................................iv
Daftar Isi.......................................................................................................................................v
BAB 1 Pengantar Sistem Jaminan Kesehatan Nasional...............................................................1
BAB 2 Pengantar Sistem Pembiayaan INA-CBG...........................................................................4
BAB 3 Penentuan Grup INA-CBG berdasarkan Kode Diagnosis dan Tindakan............................6
BAB 4 Pencarian Kode ICD 10 dan ICD-9-CM berdasarkan Diagnosis Obstetri & Ginekologi 16
4.1 Kasus Obstetri................................................................................................................16
4.1.1 Diagnostik Antenatal dan Postnatal di Poliklinik....................................................17
4.1.2 Tindakan Poliklinik...................................................................................................18
4.1.3 Gangguan di Awal Kehamilan.................................................................................19
4.1.4 Permasalahan Kehamilan........................................................................................20
4.1.5 Permasalahan Persalinan........................................................................................23
4.1.6 Cara dan Luaran Kelahiran......................................................................................25
4.1.7 Permasalahan Masa Nifas dan Laktasi....................................................................27
4.1.8 Tindakan pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas....................................................27
4.2 Kasus Ginekologi............................................................................................................31
4.2.1 Diagnostik Ginekologi di Poliklinik..........................................................................31
4.2.2 Tindakan Poliklinik...................................................................................................32
4.2.3 Permasalahan Inflamasi pada Ginekologi...............................................................33
4.2.4 Permasalahan non-Inflamasi pada Ginekologi.......................................................33
4.2.5 Tindakan Ginekologi................................................................................................36
4.3 Daftar diagnosis sekunder baik komplikasi maupun komorbid secara umum..............41
4.4 Daftar ICD-10 dan ICD-9-CM Indonesia Modification....................................................47
BAB 5 Panduan Aturan Koding dalam Obstetri dan Ginekologi................................................49
5.1 Kasus Obstetri................................................................................................................49
5.2 Kasus Ginekologi............................................................................................................56
BAB 6 Kelengkapan Rekam Medik dan Verifikasi Klaim............................................................60
BAB 7 Penghitungan Unit Cost di Rumah Sakit.........................................................................66
BAB 8 Sistem Pembiayaan Jasa Pelayanan................................................................................69
Tinjauan Pustaka........................................................................................................................75
v
BAB 1
Pengantar Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Adanya pengeluaran yang
tidak terduga apabila seseorang terkena penyakit, terutama jika tergolong dalam penyakit
berat yang menuntut stabilisasi rutin seperti hemodialisa atau biaya operasi yang sangat
hidup menjadi biaya perawatan dirumah sakit, obat-obatan, operasi hingga perawatan
rehabilitasi. Hal ini tentu akan menimbulkan gangguan ekonomi bagi diri sendiri maupun
keluarga yang kadang dikenal dengan istilah “SADIKIN”, sakit sedikit jadi miskin. Dapat
disimpulkan, bahwa kesehatan jauh lebih berharga dan tidak dapat digantikan dengan uang.
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Selama beberapa dekade
terakhir, Indonesia telah menjalankan beberapa program jaminan sosial. Namun program
jaminan sosial tersebut baru mencakup sebagian kecil masyarakat. Sebagian besar rakyat
program jaminan sosial tersebut belum mampu memberikan perlindungan yang adil dan
memadai kepada para peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta.
Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu menyusun SJSN yang mampu
1
beberapa penyelenggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta
1945 Pasal 28H ayat (3) menetapkan, “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
bermanfaat.”
UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 34 ayat (2) menetapkan, “Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
Pada tahun 2011, pemerintah menetapkan UU nomor 24 tahun 2011 tentang Badan
nasional dan secara resmi beroperasi sejak 1 Januari 2014. Dalam implementasinya,
antusiasme masyarakat untuk mengakses layanan di era JKN cenderung meningkat. Data
BPJS menyebutkan kepesertaan sudah mencapai 83.86% atau sekitar 224 juta jiwa di tahun
2019 sejak awalnya hanya 133 juta jiwa di tahun 2014. Dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan hingga sekitar 276 juta kunjungan per tahun di tahun 2019 baik di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
(FKRTL). Bagaimana tingginya antusiasme ini dapat diikuti kualitas pelayanan menjadi
tantangan tersendiri.
2
Namun dalam perjalanannya, cukup sering terdapat rumusan norma yang tidak
sejalan secara vertikal dan horizontal serta ambigu/multi tafsir, dan inkonsisten antara
maupun beberapa peraturan pemerintah lainnya). Defisit BPJS akibat beban jaminan
kesehatan yang lebih tinggi dari pendapatan iuran juga terkadang menyebabkan munculnya
Beberapa isu yang berkaitan dengan bidang Obstetri Ginekologi saat pembuatan
buku ini antara lain adalah adanya polemik mengenai pemberlakuan Peraturan Direktur
Jaminan Pelayanan Kesehatan – BPJS Kesehatan Nomor 03 Tahun 2018 tentang Penjaminan
Pelayanan Persalinan dengan Bayi Baru Lahir Sehat yang diikutkan dalam klaim Ibunya
sehingga berpotensi menganggu kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi sebagai salah
satu upaya kendali biaya yang dilakukan. Berbagai permasalahan lain yang cukup penting
kesehatan berdasarkan sistem paket dari setiap grouping / INA-CBG (akan dijelaskan lebih
lanjut pada bab selanjutnya) yang dibentuk dari kumpulan koding diagnosis dan terapi yang
saat ini dinilai masih mengalami ketidaksesuaian di lapangan yang mengakibatkan berbagai
masalah pelayanan di bidang Obgyn. Nilai klaim yang masih dibawah nilai aktuaria juga
sering berpengaruh pada keputusan klinik dan kualitas pelayanan ditambah dengan
pembagian jasa pelayanan yang sangat tergantung dari aturan direksi dan manajemen di
masing-masing fasilitas kesehatan yang tentunya akan semakin membuat rumit kondisi
pelayanan obstetri dan ginekologi di lapangan. Semua hal ini menjadi tantangan tersendiri
3
BAB 2
Pengantar Sistem Pembiayaan INA-CBG
Indonesia Case Base Groups (INA-CBG) adalah sistem pembayaran yang digunakan
oleh BPJS Kesehatan atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan oleh FKRTL / rumah
sakit kepada peserta JKN. Rumah sakit akan mendapat pembayaran dari BPJS berdasarakan
nilai tarif INA-CBG yang telah ditetapkan sesuai peraturan menteri kesehatan. Penentuan
tarif dilakukan berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan pasien di rumah sakit dalam
suatu kelompok diagnosis penyakit dan tindakan yang akan disesuaikan dengan adjustment
factor seperti kemampuan pembiayaan dari program JKN, regionalisasi, tipe kelas rumah
sakit.
idiberikan atas pelayanan kesehatan yang besarnya sudah diketahui dan ditetapkan
sebelumnya. Tujuannya agar pembayaran lebih sesuai dengan pelayanan, klaim lebih cepat
serta biaya administrasi rendah. Namun secara umum sistem ini juga memiliki beberapa
pengurangan kualitas pelayanan, dan sangat dipengaruhi dengan kualitas koding yang dapat
tingkat lanjut yaitu rumah sakit. Pada sistem ini, rumah sakit akan mendapatkan
pembayaran dari pemerintah berdasarkan grup diagnosis dan tindakan yang secara
pembiayaannya relatif sama. Sebagai contoh, seorang pasien datang ke rumah sakit dan
didiagnosis demam berdarah. Nantinya, pasien tersebut akan mendapatkan pelayanan dan
pengobatan sesuai dengan hitungan sistem INA-CBG, sampai dinyatakan sembuh atau lepas
rawat.
4
Sistem INA-CBG meliputi berbagai grup diagnosis dan tindakan yang telah disebutkan
sebelumnya dan dikembangkan berdasarkan sistem casemix oleh United Nations University
– International Institute for Global Health (UNU-IIGH). Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan no 52 tahun 2016 pasal 14 bahwa tarif INA-CBG terdiri atas tarif baik rawat jalan
dan rawat inap, dengan 6 (enam) kelompok tarif yaitu tarif Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo; tarif Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita, tarif Rumah Sakit Kanker Dharmais, tarif Rumah Sakit Anak dan Bunda
Harapan Kita; tarif rumah sakit pemerintah dan swasta kelas A; tarif rumah sakit pemerintah
dan swasta kelas B; tarif rumah sakit pemerintah dan swasta kelas C; dan tarif rumah sakit
pemerintah dan swasta kelas D. Tarif tersebut juga diatur berdasarkan kelas perawatan
pasien, yaitu kelas 1, 2, 3. Tarif INA-CBG sendiri akan selalu ditinjau paling cepat 2 tahun
sekali oleh Menteri Kesehatan, berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 82 tahun 2018. Hal ini
sebagai upaya agar mendapati nilai tarif yang sesuai dengan perkembangan zaman. Namun
pembaruan nilai INA-CBG terbaru terjadi di tahun 2016 melalui Peraturan Menteri
Kesehatan No. 52 dan 64 tahun 2016 dan hingga saat tahun pembuatan buku ini belum
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 82 tahun 2018, standar tarif INA-CBG akan
ditetapkan oleh menteri setelah mendapatkan masukan dari BPJS dan asosiasi fasilitas
konsumen dan indeks kemahalan daerah. Di sisi lain, tarif yang ditentukan ini juga
memperhitungkan kecukupan iuran BPJS itu sendiri dan kesinambungan program jaminan
kesehatan nasional yang akan ditinjau bersama BPJS, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
dan Menteri Keuangan. POGI sebagai organisasi yang selalu mengedepankan upaya
perbaikan pelayanan kesehatan reproduksi secara aktif memberikan masukan dan usulan
berlaku secara internasional, yaitu ICD-10 dan ICD-9-CM revisi tahun 2010. Pada ICD-10
terdapat sekitar 14.500 kode diagnosis dan pada ICD-9-CM terdapat sekitar 7.500 kode
pengelompokan / grouping dari kode tersebut menjadi salah satu dari 1.075 kelompok
kasus, terdiri dari 786 kasus rawat inap dan 289 kasus rawat jalan.
Software INA-CBG yang disebut E-klaim INA-CBG adalah perangkat yang digunakan
untuk melakukan grouping diagnosis berdasarkan entri data kode diagnostik dan tindakan
yang didapatkan di rekam medis. Saat ini versi yang berjalan adalah versi 5.6. Software ini
menggunakan grouper UNU-IIGH. Untuk penggunaannya, rumah sakit harus memiliki kode
registrasi rumah sakit yang dikeluaran oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, lalu
akan dilakukan aktivasi software INA-CBG sesuai dengan tipe rumah sakit dan
Berikut adalah proses entri data pasien dalam aplikasi INA-CBG yang dilakukan
setelah pasien selesai mendapat pelayanan di rumah sakit. Seluruh data pasien yang datang
ke rumah sakit akan dicatat dengan lengkap dalam rekam medis oleh dokter. Dari data
rekammedis yang merupakan gabungan dari data sosial dan informasi klinis pasien
dimasukan kedalam software INA-CBG oleh koder (penerjemah diagnosis dalam bentuk
kode ICD-10 dan tindakan dalam bentuk kode ICD-9CM). Software tersebut akan melakukan
pengelompokan diagnosis dan tindakan, sehingga muncul kode dan tarif INA-CBG, dan dari
Gambar 3.1. Alur Memasukkan Data dari Rekam Medik ke dalam Software INA-CBG
rekam medis pasien, kelengkapan dan kejelasan penulisan rekam medis menjadi sangat
penting. Seorang dokter tidak perlu menghafalkan angka kode diagnosis ICD-10 dan kode
tindakan ICD-9-CM, namun sebaiknya harus mengetahui diagnosis apa saja yang terdaftar
dalam ICD-10 dan tindakan yang tercantum pada ICD-9-CM. Jika dokter telah menentukan
diagnosis dan tindakan yang jelas dan lengkap, koder dapat dengan mudah menemukan
kode yang sesuai untuk dimasukan dalam software INA-CBG. Hal ini penting untuk
disampaikan, karena beberapa kegagalan penerjemahan kode terjadi karena rekam medis
tidak ditulis oleh dokter secara lengkap. Koordinasi dan kerjasama antara dokter dengan
koder menjadi kunci utama dalam keberhasilan untuk mendapatkan kode INA-CBG secara
tepat, sehingga upaya dalam membuat pemahaman yang sama terutama dalam melakukan
kodifikasi diagnosis dan tindakan sangat penting dikarenakan penggunaan bahasa medis
7
yang terkadang tidak
8
tercantum secara sama yang perlu mencarikan padanan atau penyesuaian terhadap koding
tertentu. Beberapa hal penting yang perlu diketahui mengenai koding antara lain:
1. Sumber data koding berasal dari resume medis yaitu data diagnosis dan tindakan,
apabila diperlukan dapat juga dilihat di dalam rekam medis, karena kelengkapan dan
ketepatan sangat mempengaruhi hasil grouper dan besaran klaim dalam INA-CBG
2. Diagnosis utama: diagnosis yang ditegakkan dokter pada akhir episode perawatan
Jika terdapat lebih dari satu diagnosis, maka dipilih yang menggunakan sumber daya
paling banyak. Jika tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir
sesuai ketentuan yang berlaku, maka gejala utama, hasil pemeriksaan penunjang
yang tidak normal atau masalah lainnya dipilih menjadi diagnosis utama.
3. Diagnosis sekunder: diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien
diagnosis utama atau kondisi yang sudah ada sebelum pasien masuk rawat dan
Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa perawatan baik yang
disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul akibat dari pelayanan kesehatan yang
9
5. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan,
6. Semua diagnosis (baik diagnosis primer maupun sekunder) yang dapat dilakukan
Berikut adalah contoh diagnosis pasien yang memiliki kode berbeda (Tabel 3.1). Dapat
dilihat bila dokter tidak menuliskan diagnosis dengan lengkap, misalnya hanya distosia saja,
koder akan sulit menerjemahkan kode ICD-10 yang sesuai untuk pasien. Hal ini juga berlaku
dalam penulisan tindakan/prosedur yang sering kali tidak sesuai dengan ICD-9-CM,
Tabel 3.1. Contoh Kode ICD-10 Distosia yang Membutuhkan Data Penyebabnya untuk
Kode Diagnosis
O64.1 Distosia / kemacetan persalinan karena presentasi bokong
O64.2 Distosia/ kemacetan persalinan karena presentasi muka
O64.8 Distosia / kemacetan persalinan karena malposisi atau malpresentasi lain
O66.2 Distosia / kemacetan persalinan karena janin besar
O66.3 Distosia / kemacetan persalinan karena kelainan janin
O64.4 Distosia / kemacetan persalinan karena presentasi bahu / lintang
O65.1 Distosia / kemacetan persalinan akibat panggul sempit
O65.4 Distosia / kemacetan persalinan akibat disproporsi fetopelvik lainnya
O66.0 Distosia bahu
O66.4 Kegagalan Trial of Labor
Berikut ini adalah contoh kasus pasien dan cara memasukan data dalam software INA-CBG:
“Pasien G1P0-0 hamil 38 minggu dengan hipertensi gestasional datang dengan inpartu kala
10
fase aktif. Pasien dilakukan observasi kemajuan persalinan dan dilakukan asuhan persalinan.
Lahir kepala bayi spontan pervaginam, hidup, laki-laki dengan berat badan bayi lahir normal.
Selanjutnya, aplikasi akan secara otomatis melakukan pengelompokan kasus serta nilai klaim:
11
Dapat dilihat bahwa hasil dari pengelompokan kasus tersebut
tersebut adalah contoh untuk pasien rawat inap kelas 3 di salah satu rumah sakit tertentu
dimana besaran nilai ini akan berubah mengikuti tipe RS dan kelas perawatan pasien sesuai
Pada kode INA-CBG, terdapat 4 digit kode; Digit ke-1 merupakan CMG (Casemix Main
Groups), digit ke-2 merupakan tipe kasus, digit ke-3 merupakan spesifik CBG kasus, digit ke-4
Sebagai contoh adalah: Kode INA-CBG untuk persalinan vaginal (ringan) adalah O-6-13-I
Digit ke-1 merupakan CMG (Casemix Main Groups), dimana pada kasus obstetri
sebagian besar berada pada CMG O sedangkan ginekologi sebagian besar pada CMG
W dan N. Walaupun, terdapat juga beberapa diagnosis yang termasuk Kode CMG lainnya
Digit ke-2 sesuai dengan tipe kasus, yang mana terdapat 9 tipe kasus. Berikut adalah
12
2. Prosedur Besar Rawat Jalan Group-2
Pada digit ke-2 ini, contoh kasus menunjukan kode 6 yang menunjukan rawat inap
kebidanan.
Digit ke-3 merupakan spesifik CBG pada kasus ini kode 13 merupakan CMG ke 13
dalam grup O6
Digit ke-4 adalah angka romawi yang menunjukan severity level (0-III) I (ringan)
o 0 : Rawat jalan
Pada saat buku ini disusun, telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI
beberapa grup INA-CBG yang berlaku di bidang obstetri ginekologi antara lain:
13
Ringan W-4-13-I
Abortus Sedang W-4-13-II
Berat W-4-13-III
Ringan
W-4-14-I
Abortus mengancam Sedang
W-4-14-II
Berat
W-4-14-
Ringan W-4-15-I
Berat W-4-15-III
Ringan W-4-16-I
Berat W-4-16-III
Ringan
W-4-17-I
Gangguan postpartum Sedang
W-4-17-II
Berat
W-4-17-
Ringan O-6-10-I
Prosedur operasi pembedahan caesar
Sedang O-6-10-II
Berat O-6-10-III
Ringan
Surgical O-6-11-I
Ringan &/ dilatasi &O-6-12-I
Prosedur persalinan vaginal dengan sterilisasi kuret
Prosedur persalinan vaginal dengan prosedur
Sedang selain sterilisasi &/ dilatasi & kuret
Sedang O-6-11-II
O-6-12-II
Berat
Berat O-6-11-IIII
O-6-12-IIII
Ringan O-6-13-I
Berat O-6-13-III
14
2. Group INA-CBG untuk kasus ginekologi
Ringan W-4-10-I
Tumor sistem reproduksi wanita
Sedang W-4-10-II
Berat W-4-10-III
Ringan W-4-11-I
Medical Infeksi sistem reproduksi wanita
Sedang W-4-11-II
Berat W-4-11-III
Ringan
Gangguan mentruasi & sistem reproduksi wanita lain - lain W-4-12-I
Sedang W-4-12-II
Berat W-4-12-III
Ringan
Sedang
Prosedur operasi pengangkatan Rahim dan vulva radikal & eviscerasi
W-1-01-I
Berat
W-1-01-II
W-1-01-III
Ringan W-1-10-I
Prosedur aborsi Sedang W-1-10-II
Berat W-1-10-III
Ringan W-1-11-I
Prosedur dilatasi, kuret, intrauterine & servik
Sedang W-1-11-II
Berat W-1-11-III
Surgical
Ringan
Prosedur operasi membuka tuba yang terhalang/terganggu W-1-12-I
Sedang W-1-12-II
Berat W-1-12-III
Ringan W-1-13-I
Prosedur interupsi tuba dengan endoskop
Sedang W-1-13-II
Berat W-1-13-III
Ringan W-1-20-I
Prosedur pada Rahim & adneksa
Sedang W-1-20-II
Berat W-1-20-III
Ringan W-1-30-I
Prosedur pada vagina, servik & vulva
Sedang W-1-30-II
Berat W-1-30-III
15
Setiap perawatan dan tindakan di bidang obstetri dan ginekologi pada dasarnya akan
dilakukan kodifikasi sesuai dengan kode diagnosis dan kode tindakan melalui kode ICD-10
dan ICD-9-CM revisi tahun 2010 yang berlaku sesuai dengan Permenkes 26 tahun 2021.
Penggabungan antara kode-kode yang ada akan mengarahkan ke salah satu grup INA-CBG
yang telah ditunjukkan di bab ini sehingga akan timbul tarif INA-CBG sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Pengetahuan ini cukup penting terutama bagi koder rumah sakit dikarenakan
kesalahan memasukkan kode atau tidak lengkapnya kode yang dimasukkan dapat berakibat
ke dalam kesalahan grouping INA-CBG yang tentunya akan berhubungan dengan besaran
16
BAB 4
Kode ICD 10 dan ICD-9-CM berdasarkan Diagnosis Obstetri & Ginekologi
Pada sistem kode ICD-10, beberapa kode diagnosis obstetri dan ginekologi mayoritas
Neoplasma (C00-D48)
Gejala, tanda, dan temuan klinis dan laboratorium yang abnormal, bukan di tempatlain
diklasifikasikan (R00-R99)
Cedera, keracunan, dan konsekuensi tertentu dari Penyebab Eksterna lain (S00-T88)
Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan layanan kesehatan(Z00-Z99)
Pada sistem kode ICD-9-CM khusus prosedur/tindakan, beberapa kode prosedurobstetri dan
Pada bab ini akan dibahas beberapa kode obstetri dan ginekologi yang cukup sering digunakan
(tidak mencakup semua kodifikasi obstetri dan ginekologi) serta memberikan penjelasan diagnosis
dalam Bahasa Indonesia yang telah disesuaikan dengan kondisi di lapangan secara langsung baik
secara klinis maupun berdasar PNPK PP POGI serta sumber lainnya dengan tujuan memudahkan
17
O00-O08 → Keguguran
O80-O84 → Kelahiran
Perhatikan beberapa kode eksklusi pada koding ini antara lain: cedera, keracunan dan penyebab
eksternal lainnya (S00-T88.1, T88.6-T98); kelainan mental dan perilaku yang berhubungan dengan
nifas (F53.-); tetanus obstetric (A34); nekrosis hipofisis postpartum (E23.0); osteomalasia nifas
(M83.0); dan kontrol kehamilan risiko tinggi (Z35,-) atau kehamilan normal (Z34,-).
Berikut adalah beberapa kode diagnosis kehamilan dan persalinan yang cukup sering
termasuk
habitualis (O26.2)
Z35.2 Kontrol kehamilan dengan riwayat obstetri jelek Termasuk riwayat kematian
lainnya neonatus, lahir mati
Kontrol kehamilan dengan riwayat antenatal
Z35.3 care yang tidak adekuat
Z35.4 Kontrol kehamilan dengan grande multipara
Z35.5 Kontrol kehamilan dengan primi tua Ibu hamil berusia >35 tahun
Z35.6 Kontrol kehamilan dengan primi muda Ibu hamil berusia <16 tahun
Z35.8 Kontrol kehamilan risiko tinggi lainnya
Z36.0 Skrining antenatal untuk kelainan kromosom Termasuk amniocentesis
18
Z36.3 Skrining antenatal untuk malformasi janin
menggunakan USG
19
Z36.4 Skrining antenatal untuk pertumbuhan janin
terhambat menggunakan USG dan pemeriksaan
fisik
Z36.8 Skrining antenatal lainnya
Postnatal
ICD-10 Diagnosis Catatan
Z39.2 Kontrol postpartum di poliklinik Gunakan kode ini jika kontrol
postpartum tidak difokuskan
untuk mengevaluasi luka operasi
pembedahan
Z48.0 Kontrol luka operasi pembedahan Kode hanya digunakan jika
dibutuhkan penggantian perban
atau pelepasan benang jahit
Z48.9 Kontrol Luka operasi Pembedahan Tanpa penggantian perban
maupun pelepasan benang jahit
O85 Febris atau sepsis puerperalis Termasuk febris, endometritis,
periotonitis atau sepsis
O86.0 Infeksi luka pasca persalinan Termasuk infeksi luka seksio
sesaria, repair perineum setelah
persalinan
O90.0 Dehiscence luka SC
O90.1 Dehiscence luka perineum
O90.2 Hematom pada luka obstetri
O90.8 Komplikasi nifas lainnya
O91.0 Infeksi puting payudara pasca persalinan
O91.1 Abses mammae
O91.2 Mastitis non purulen pasca persalinan
Z30.0 Konseling untuk kontrasepsi
Z30.1 Pemasangan IUD
Z30.5 Kontrol IUD Termasuk pengecekan,
pemasangan kembali atau
pengambilan IUD
Z30.4 Kontrol obat kontrasepsi
Catatan: Selain diagnosis yang rutin dilakukan di poliklinik. Kode diagnosis dapat
ditambahkan juga dengan kode permasalahan kehamilan di dalam bab 4.1.4 sesuai dengan
kondisi yang ditemukan
20
88.74 USG Evaluasi Sfingter Ani
97.71 Lepas IUD
99.23 Pasang implan kontrasepsi
97.89 Lepas implan kontrasepsi
99.24 Injeksi kontrasepsi hormonal
99.25 Injeksi kemoterapi metotreksat
96.59 Rawat luka
93.57 Ganti perban luka operasi
21
22
Catatan: Selain diagnosis yang rutin digunakan di awal kehamilan. Kode diagnosis dapat
ditambahkan juga dengan kode permasalahan kehamilan di dalam bab 4.1.4 sesuai dengan
kondisi yang ditemukan
* kode komplikasi tambahan pada kasus abortus, kehamilan ektopik dan kehamilan mola
yang dapat dikoding sebagai tambahan kelainan dasarnya
23
O26.6 Hamil dengan gangguan liver
O26.9 Kondisi risiko lain yang Contoh: lewat taksiran persalinan / usia
berhubungandan kehamilan > 40 minggu, anak terkecil < 2
tahun dan faktor risiko lain yang
dapat mempengaruhi mempengaruhi kehamilan
kehamilan
O48 Kehamilan di atas 42 minggu Postdate dan postterm memiliki
pengertian yang sama di ICD-10
(kehamilan > 42 minggu / 294
hari)
O44.0 Plasenta previa tanpa perdarahan
O44.1 Plasenta previa disertai Dengan perdarahan antepartum
perdarahan
O45.8 Solusio plasenta Solusio plasenta dengan gangguan
koagulasi (O45.0)
O46.8 Perdarahan Antepartum
O42.0 Ketuban pecah prematur / dini.
Onset persalinan dalam 24 jam
O42.1 Ketuban pecah prematur / dini.
Onset persalinan setelah 24 jam
O42.2 Ketuban pecah prematur / dini,
persalinan ditunda dengan terapi
O41.1 Korioamnitis
O47.0 False labor sebelum 37 minggu
O47.1 False labor 37 minggu
dan setelahnya (aterm)
O34.0 Kehamilan dengan kelainan Contoh: uterus bikornu
kongenital rahim
O34.1 Kehamilan dengan tumor Rahim Contoh: mioma, polip uterus
O34.2 Kehamilan dengan bekas operasi Contoh: bekas operasi SC
Rahim
O34.3 Kehamilan dengan inkompetensi
servix
O34.4 Kehamilan dengan kelainan servix Contoh: polip servik
lainnya
O34.5 Kehamilan dengan kelainan vagina Contoh: tumor vagina, septum vagina
O34.7 Kehamilan dengan kelainan vulva Contoh: tumor vulva atau perineum
O34.8 Kehamilan dengan kelainan pada Termasuk sistokel, rektokel, riwayat
organ pelvis lainnya perbaikan organ dasar panggul
Permasalahan janin, ketuban dan plasenta berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
O30.0 Kehamilan Kembar / multipel O30.0 Kehamilan kembar 2
O30.1 Kehamilan kembar 3
O30.2 Kehamilan kembar 4
O30.8 Kehamilan kembar >4
O31.2 Kehamilan multipel dengan 1
janin meninggal dalam kandungan
(IUFD)
O31.8 Komplikasi kehamilan multipel Contoh: TRAPS, selective IUGR (selain
spesifik TTTS: O43.0)
24
O43.0 Sindrom transfusi plasenta Twin to Twin Transfusion Syndrome
25
O32.1 Kehamilan presentasi sungsang
O32.2 Kehamilan letak lintang atau oblik
26
27
O98.5 Penyakit virus lain pada kehamilan Tambahkan kode A80-B09, B25-B34
O98.7 Infeksi HIV pada kehamilan Tambahkan kode di B20-B24
persalinan dan nifas
O99.0 Anemia pada kehamilan persalinan Tambahkan kode di D50-D64
dan nifas
O99.1 Kelainan darah lainnya pada Tambahkan kode di D65-D89
kehamilan persalinan dan nifas
O99.2 Kelainan endokrin, nutrisi Tambahkan kode di E00-E90. Eksklusi:
dan metabolik diabetes mellitus (O24), malnutrisi (O25)
pada kehamilan
persalinan dan nifas
O99.3 Kelainan mental dan sistem saraf Tambahkan kode di F00-F99 dan G00-G99
pada kehamilan persalinan dan
nifas
O99.4 Kelainan pada sistem sirkulasi pada Tambahkan kode di I00-I99
kehamilan persalinan dan nifas
O99.5 Kelainan sistem respirasi pada Tambahkan kode di J00-J99
kehamilan persalinan dan nifas
O99.6 Kelainan sistem digestif pada Tambahkan kode K00-K93. Eksklusi:
kehamilan persalinan dan nif kelainan liver (O26.6)
O99.7 Kelainan kulit dan jaringan Tambahkan kode L00-L99
subkutan pada kehamilan
persalinan dan nifas
O99.8 Kelainan spesifik lain pada
kehamilan persalinan dan nifas
Catatan: Kode O98 – O99 juga berlaku untuk permasalahan yang ditemukan jika pasien
dalam kondisi persalinan atau nifas
28
O64.0 Distosia / kemacetan persalinan
karena gangguan rotasi kepala janin
O64.1 Distosia / kemacetan persalinan
karena presentasi bokong
O64.2 Distosia / kemacetan persalinan
karena presentasi muka
O64.8 Distosia / kemacetan persalinan
karena malposisi atau
malpresentasi lain
O66.2 Distosia / kemacetan persalinan
karena janin besar
O66.3 Distosia / kemacetan persalinan
karena kelainan janin
O64.4 Distosia / kemacetan persalinan Pada kondisi presentasi lintang
karena presentasi bahu / lintang
O65.1 Distosia akibat panggul sempit
O65.4 Distosia / kemacetan persalina
akibat disproporsi fetopelvik lain
O66.0 Distosia bahu
O66.4 Kegagalan Trial of Labor
O68.0 Persalinan dengan komplikasi Fetal Bradikardia, detak jantung tidak reguler
distress atau takikardia
O68.9 Persalinan dengan komplikasi fetal
distress berdasarkan bukti NST
atau
USG
O68.1 Persalinan dengan komplikasi
mekonium dalam cairan ketuban
O68.2 Persalinan dengan komplikasi Fetal
distress dan mekoneal dalam
cairan ketuban
O69.0 Persalinan dengan prolaps tali
pusat
O69.1 Persalinan dengan kompresi lilitan
tali pusat
O69.2 Persalinan dengan kompresi simpul
tali pusat
O69.4 Persalinan dengan vasa previa
O75.7 kelahiran pervaginam dengan VBAC
riwayat SC
K66.0 Adhesi peritoneum (selain daerah
pelvis)
N73.6 Adhesi peritoneum pelvis
Permasalahan di kala 3 persalinan dan setelahnya
O70.0 Robekan perineum derajat 1
O70.1 Robekan Perineum derajat 2
O70.2 Robekan Perineum derajat 3 Mengenai sfingter ani
O70.3 Robekan Perineum derajat 4 Mengenai mukosa anus
O71.0 Ruptur uteri sebelum masuk
29
30
persalinan
O71.1 Ruptur uteri saat persalinan
O71.2 Inversi uteri post persalinan
O71.3 Robekan porsio post persalinan
O71.5 Cedera obstetri lainnya pada organ Cedera buli dan urethra.
pelvis
O71.7 Hematom obstetri pada pelvis Di perineum, vagina, dan vulva
O72.1 Perdarahan pasca persalinan Setelah plasenta keluar, termasuk akibat
atonia
O72.2 Perdarahan pasca persalinan Berhubungan dengan retensi jaringan di
lambat uterus
O73.0 Retensi seluruh plasenta
O73.1 Retensi sebagian jaringan plasenta
dan membran
O75.1 Syok pada persalinan dan Termasuk syok obstetrik
melahirkan
O75.2 Pireksia selama persalinan
O75.3 Infeksi lain selama persalinan Termasuk sepsis saat persalinan
O75.4 Komplikasi lain dari operasi dan Termasuk henti jantung, anoksia cerebral.
prosedur kebidanan Komplikasi akibat anestesi menggunakan
kode O74
Catatan: Kondisi permasalahan kehamilan dan persalinan terkadang serupa meski memiliki
kode yang berbeda. Jika memang pasien datang pada saat atau untuk persalinan, cukup
menggunakan kode pada permasalahan persalinan ini saja jika didapatkan kemiripan dengan
kode pada permasalahan kehamilan. Namun jika keduanya ditemukan dan memiliki arti
yang berbeda maka kode dapat dimasukkan keduanya
31
O80.1 kelahiran sungsang spontan
pervaginam
O83.1 Kelahiran sungsang dengan manual Kelahiran sungsang dengan bantuan
aid parsial
O83.0 Total ekstraksi kelahiran sungsang
32
4.1.7 Permasalahan Masa Nifas dan Laktasi
Permasalahan masa nifas
ICD-10 Diagnosis Catatan
O85 Febris atau sepsis puerperalis Termasuk febris, endometritis,
periotonitis atau sepsis
O86.0 Infeksi luka pasca persalinan Termasuk infeksi luka seksio sesaria,
repair perineum setelah persalinan
O87.0 Thromboplebitis superfisial pada
masa nifas
O87.1 Deep thrombphlebitis pada masa Termasuk deep-vein thrombosis, pelvis
nifas thrombophlebitis postpartum
O88.1 Emboli cairan ketuban sindrom anafilaktoid pada kehamilan
O89.8 Komplikasi lain dari anestesi selama
nifas
O90.0 Dehiscence luka SC
O90.1 Dehiscence luka perineum
O90.2 Hematom pada luka obstetri
O90.3 Kardiomiopati pada puerperium
O90.5 Tiroiditis postpartum
Z30.2 Sterilisasi interval
Permasalahan Laktasi
O91.0 Infeksi puting pasca persalinan
O91.1 Abses payudara pasca persalinan
O91.2 Mastits non purulen pasca
persalinan
O92.0 Retraksi puting yang berhubungan
dengan persalinan
33
68.0 Histerotomi pada kasus mola
74.91 Histerotomi Untuk abortus terapetik (< 20 minggu)
66.01 Salpingotomi
66.02 Salpingostomi
66.62 Salpingektomi pada kehamilan
tuba
74.3 Pengambilan kehamilan Pada kehamilan abdominal atau
ektopik selain di tuba kehamilan diluar tuba lainnya
96.49 Pemberian prostaglandin
suppositoria
73.01 Induksi persalinan dengan
memecahkan selaput
ketuban
73.4 Induksi persalinan
dengan medikamentosa
73.1 Induksi secara surgical Contoh: pemasangan balon kateter
73.99 Prosedur bantuan Contoh: Akselerasi persalinan pada
persalinan lainnya inpartu kala I
73.59 Persalinan spontan pervaginam Koding untuk seluruh persalinan pervaginam
dengan bantuan lain (bukan spontan tanpa tindakan spesifik tertentu
dengan bantuan alat)
72.1 Persalinan forceps dengan 72.0 persalinan forceps tanpa episiotomi
episiotomi
72.71 Vakum Ekstraksi 72.79 vakum ekstraksi tanpa episiotomi
dengan episiotomi
73.8 Embriotomi Contoh: clavicotomi, pungsi
kepala, embriotomi lainnya
72.52 Manual aid
72.54 Ekstraksi total sungsang
73.6 Episiotomi Episiotomi yang dimaksud juga dengan
episiorrhapy (penjahitan episiotomi),
untuk kode 72.1 dan 72.71 tidak perlu
menambahkan kode 73.6 lagi
75.69 Repair laserasi pada vagina,vulva, Repair jika terjadi ruptur perineum.
perineum pasca persalinan Untuk repair yang dilakukan pada
luka
episiotomi cukup menggunakan kode 73.6
75.62 Repair laserasi sfingter ani Koding tambahan untuk ruptur perineum
grade 3 & 4
75.92 Evakuasi hematom pada
vulva/vagina
75.94 Reposisi inversio uterus manual
75.51 Repair laserasi serviks
75.4 Manual plasenta
75.7 Eksplorasi manual uterus pasca
persalinan
75.8 Pemasangan tampon uterus Contoh: pemasangan kasa tampon, balon
34
35
atau vagina kateter
97.72 Lepas tampon uterus
atau vagina
74.0 SC klasik / korporil
74.1 SC lower segment
66.39 Sterilisasi tuba
66.29 Dekstruksi atau oklusi tuba Termasuk sterilisasi per laparoskopi
per laparoskopi
69.99 Operasi pada servix dan uterus Contoh: B-Lynch, jahitan Cho, dll
lainnya
38.86 Oklusi arteri abdominal Contoh: ligasi arteri iliaka, arteri uterina,
neovaskularisasi uterovesika
38.84 Oklusi aorta Contoh: kompresi aorta
68.29 Eksisi lesi uterus Contoh: dilakukan miomektomi atau
eksisi pada kasus plasenta akreta
75.50 Repair laserasi uterus Contoh: kasus ruptur / dehisens uterus
75.61 Repair laserasi kandung kemih
dan uretra
75.62 Repair laserasi rektum
68.39 Subtotal abdominal histerektomi
68.49 Total abdominal histerektomi
66.4 Unilateral salpingektomi
66.51 Bilateral salpingektomi
65.49 Unilateral salpingooforektomi
65.61 Bilateral salpingooforektomi
65.39 Unilateral ooforektomi
65.51 Bilateral ooforektomi
65.29 Kistektomi ovarium
65.89 Adhesiolisis pada ovarium
dan tuba
54.5 Adhesiolisis peritoneum Termasuk: usus, liver, uterus,
peritoneum dan peritoneum pelvis
54.11 Laparotomi eksplorasi Jika didapatkan tindakan lebih spesifik
sesuai temuan laparotomi maka cukup
memberikan kode sesuai tindakan
spesifik
tersebut
54.12 Reopen / relaparotomy Setelah dilakukan laparotomi
sebelumnya untuk: control perdarahan,
eksplorasi
54.4 Omentektomi
69.7 Insersi IUD
97.71 Lepas IUD
36
37
99.23 Implan kontrasepsi
97.89 Lepas implan kontrasepsi
99.24 Injeksi kontrasepsi hormonal
99.0 Transfusi darah
96.59 Rawat luka
93.57 Ganti perban luka operasi
Catatan: adhesiolisis dapat dikoding jika dilakukan teknik selain secara tumpul
38
4.2 Kasus Ginekologi
penyakit Sistem Genitourinari (N00-N99). Gejala, tanda, dan temuan klinis dan laboratorium
yang abnormal, bukan di tempat lain (R00-R99), Cedera, keracunan, dan konsekuensi
tertentu dari Penyebab Eksterna lain (S00-T88), atau Faktor yang mempengaruhi status
kesehatan dan kontak dengan layanan kesehatan (Z00-Z99) dapat juga dilakukan kodifikasi.
Berikut adalah contoh kode ICD-10 dan ICD-9-CM tersering untuk kasus ginekologi:
39
Z51.0 Radioterapi
Catatan: Selain diagnosis yang rutin dilakukan di poliklinik. Kode diagnosis dapat
ditambahkan juga dengan kode permasalahan ginekologi di dalam bab 4.2.3 dan 4.2.4 sesuai
dengan kondisi yang ditemukan.
Tindakan Poliklinik
ICD-9- Prosedur Catatan
CM
88.79 USG ginekologi USG kandungan (uterus non gravid)
88.74 USG Evaluasi Sfingter Ani
89.26 Pemeriksaan ginekologi
67.19 Pemeriksaan cervix lainnya Contoh: PAP Smear, IVA
70.29 Pemeriksaan vagina lain Contoh: swab vagina
67.12 Biopsi cervix
70.21 Vaginoscopy / kolposkopi
67.32 Kauter / LEEP / LLETZ cervix
67.33 Krioterapi cervix
68.12 Histeroskopi
68.16 Histeroskopi dengan Biopsi
57.32 Sistoskopi
57.33 Sistoskopi dengan Biopsi
69.09 Kuret PA
71.22 Insisi kelenjar bartolin
71.23 Marsupialisasi bartolin
96.18 Pasang pesarium
97.74 Lepas pesarium
96.14 Pasang tampon vagina
97.75 Lepas tampon vagina
99.25 Injeksi kemoterapi
54.91 Parasentesis (pungsi asites)
96.59 Rawat luka
93.57 Ganti perban luka operasi
69.7 Insersi IUD
97.71 Lepas IUD
99.23 Implan kontrasepsi
97.89 Lepas implan kontrasepsi
99.24 Injeksi kontrasepsi hormonal
40
4.2.3 Permasalahan Inflamasi pada Ginekologi
Permasalaan
ICD-10 Prosedur Catatan
Z30.2 Sterilisasi interval
N70.0 Salpingitis akut dan ooforitis Termasuk tuboovarial abses
N70.1 Hidrosalping
N71.9 Endometritis, pyometra, abses uterus
N71.1 Penyakit inflamasi kronik uterus
N72 Cervicitis dengan dan tanpa erosi atau
ektropion
N73.8 Pelvic inflammatory disease (PID)
N74.1 Inflamasi pelvis akibat tuberkulosis Tambahkan kode A18.1
N74.2 Inflamasi pelvis akibat sifilis Tambahkan kode A51.4 atau A52.7
N74.3 Inflamasi pelvis akibat gonococcal Tambahkan kode A54.2
N74.4 Inflamasi pelvis akibat clamidia Tambahkan kode A56.1
N75.0 Kista bartolin
N75.1 Abses bartolin
N76.0 Vulvovaginitis Contoh: fluor albus belum jelas sebabnya
N77.1 Vulvovaginitis akibat candida, herpes Candida (tambah kode B37.3); Herpes
simplex (tambah kode A60.0)
A59.0 Vulvovaginitis akibat trikomonas Tambahkan kode N77.1
N76.5 Ulkus vagina
N76.6 Ulkus vulva
A51.0 Sifilis genital
A54.0 Gonococcal pada cervix, vulva, vagina
A56.0 Penyakit menular sexual lainnya
K66.0 Adhesi peritoneum (selain daerah pelvis)
N73.6 Adhesi peritoneum pelvis
41
N84.1 Polip servix
N84.3 Polip vulva
N85.6 Intrauterin sinekia
N83.6 hematosalping
N85.7 hematometra
N89.7 hematokolpos
N91.0 Amenorea primer
N91.1 Amenorea sekunder
N91.5 Oligomenorea
N92.0 Menoragia
N92.1 Metroragia, menometroragia
N92.3 Perdarahan ovulasi
N93.8 Perdarahan uterus/vaginal abnormal lain Contoh: perdarahan uterus disfungsi
N94.6 dismenorea
N83.0 Kista folikular Contoh: kista folikel de graaf,
kista folikular hemoragik
N83.1 Kista korpus luteum
N83.2 Kista lainnya Contoh: kista retensi, kista simpel
N83.5 Torsi ovarium
D26 Tumor jinak ovarium Kista / tumor neoplasma
D25 Mioma uteri
D26 Mioma Geburt Pedunculated submucous myoma
N96.0 Abortus habitualis (tidak hamil)
N97.9 Infertilitas wanita, tidak spesifik
N98.1 Hiperstimulasi ovarium
N98.9 Komplikasi terkait teknik reporoduksi
berbantu
E28.2 Polycystic ovarian syndrome
E28.3 Ovarian failure primer
E28.9 Gangguan disfungsi ovarium lainnya
N95.1 Menopause dan kondisi klimakterik
Kondisi atau diagnosis berhubungan dengan masalah uroginekologi
N81.1 Sistokel
N81.2 Prolaps uterovaginal grade 1 dan 2
N81.3 Prolaps uterovaginal grade 3 dan 4
N81.6 Rektokel
N99.3 Prolaps vaginal vault
N88.4 Elongasi cervix uteri
Q51.0 Agenesis Uterus
Q51.1 Uterus,serviks, dan vagina Ganda
Q51.2 Uterus Ganda lainnya
42
Q51.3 Uterus Bicornuate
Q51.4 Uterus Unicornuate
Q51.5 Agenesis Serviks
Q52.0 Agenesis Vagina
Q52.1 Septum Vagina termasuk vagina ganda
Q43.7 Kloaka
Q52.6 Malformasi Klitoris
Q52.8 Common Channel Uretra Vagina
N82.0 Fistula vesikovagina
N82.1 Fistula urinary-genital lainnya
N82.2 Fistula vagina-usus besar
N82.5 Fistula genital-kulit Contoh: uterus ke dinding perut,
vagina-perineal
N88.2 Striktur dan stenosis cervix
N89.5 Striktur dan atresia vagina
Q52.3 Himen imperforata
N89.8 Kelainan noninflamasi lain pada vagina Contoh: ulkus akibat pesarium
N90.8 Kelainan noninflamasi lain pada vulva Contoh: clitoris hipertrofi
N94.1 Dispareunia
N94.2 Vaginismus
N39.4 Incontinentia urin
N39.3 Stress Incontinentia
R33 Retensio urin
R30.0 disuria
Kondisi atau diagnosis berhubungan dengan lesi pra keganasan dan keganasan
N93.0 Perdarahan post coital dan kontak
N95.0 Perdarahan postmenopause
N85.0 Hiperplasia endometrium
C54.1 Kanker endometrium
C54.9 Kanker corpus uteri
C56 Kanker ovarium
C57.0 Kanker tuba
N87.0 Displasia cervix ringan CIN I
N87.1 Displasia cervix sedang CIN II
N87.2 Displasia cervix berat CIN III
D06.9 Carcinoma in situ cervix
C53.9 Kanker cervix
N87.0 Displasia vaginal ringan VAIN I
N87.1 Displasia vaginal sedang VAIN II
N87.2 Displasia vaginal berat VAIN III
C52 Kanker vagina
43
N90.0 Displasia vulva ringan VIN I
N90.1 Displasia vulva sedang VIN II
N90.2 Displasia vulva berat VIN III
C51.9 Kanker Vulva
C58 Choriocarcinoma
D39.2 Mola Invasif / PSTT(Placental site
throphoblastic tumor)
K66.0 Adhesi peritoneum (selain daerah pelvis)
N73.6 Adhesi peritoneum pelvis
T81.1 Syok saat operasi Eksklusi: syok karena anestesi (T88.2),
anafilaktik (T87.2,T88.6,T80.5), elektrik
(T75.4), abortus atau ektopik atau mola
(O00-O07, O08.3), obstetric (O75.1),
traumatic (T79.4)
D63.0 Anemia pada penyakit neoplasma
R52.2 Nyeri Kanker
Z51.5 Perawatan paliatif
44
70.21 Vaginoscopy / kolposkopi
68.12 Histeroskopi
68.16 Histeroskopi dengan Biopsi
57.32 Sistoskopi
57.33 Sistoskopi dengan Biopsi
68.23 Ablasi endometrium
68.21 Pelepasan sinekia endometrium
66.29 Sterilisasi tuba laparoskopi
38.6 Oklusi arteri abdominal Contoh: ligasi arteri iliaka, arteri uterina,
neovaskularisasi uterovesika
39.98 Kontrol perdarahan
54.11 Laparotomi eksplorasi Jika didapatkan tindakan lebih spesifik
sesuai temuan laparotomi maka cukup
memberikan kode sesuai tindakan
spesifik tersebut
54.12 Reopen / relaparotomy Setelah dilakukan laparotomisebelumnya
untuk: kontrol perdarahan,
eksplorasi
54.21 laparoskopi Jika didapatkan tindakan lebih spesifik
dengan keterangan laparoskopi maka
cukup memberikan kode sesuai tindakan
spesifik tersebut
66.01 Salpingotomi
66.02 Salpingostomi
66.19 Prosedur diagnosis tuba
66.95 Insuflasi tuba falopi
66.29 Bilateral ligasi dan pemotongan tuba Menggunakan laparoskopi
falopi, laparoskopi
66.39 Bilateral ligasi dan pemotongan tuba
falopi
66.4 Unilateral salpingektomi
66.51 Bilateral salpingektomi
66.69 Parsial salpingektomi
65.24 Wedge reseksi ovarium, laparoskopi Menggunakan laparoskopi
65.22 Wedge reseksi ovarium
65.23 Marsupialisasi kista ovarium, laparoskopi Menggunakan laparoskopi
64.21 Marsupialisasi kista ovarium
65.99 Ovarian drilling
65.25 Kistektomi, eksisi lokal ovarium, Menggunakan laparoskopi
laparoskopi
65.29 Kistektomi, eksisi lokal ovarium
65.31 Unilateral oovorektomi, laparoskopi Menggunakan laparoskopi
45
65.39 Unilateral oovorektomi
65.53 Bilateral oovorektomi, laparoskopi Menggunakan laparoskopi
65.51 Bilateral oovorektomi
65.41 Unilateral salpingooforektomi, Menggunakan laparoskopi
laparoskopi
65.49 Unilateral salpingooforektomi
65.63 Bilateral salpingoovorektomi, laparoskopi Menggunakan laparoskopi
65.61 Bilateral salpingoovorektomi
68.29 Eksisi atau destruksi lesi uterus Contoh: miomektomi, Osada procedure
68.31 Laparoskopi supracervical histerektomi Kode diseksi kelenjar limfe (40.11, 40.19,
40.3, 40.5 (40.50, 40.52, 40.53, 40.54,
40.59), pengambilan tuba dan ovarium
(65.31-65.64), omentektomi (54.4),
biopsy peritoneum (54.23) dapat
dikoding jika dilakukan
68.39 Subtotal abdominal histerektomi Kode diseksi kelenjar limfe (40.11,
40.19, 40.3, 40.5 (40.50, 40.52, 40.53,
40.54, 40.59), pengambilan tuba dan
ovarium (65.31-65.64), omentektomi
(54.4), biopsy peritoneum (54.23) dapat
dikoding jika dilakukan
68.41 Laparoskopi total abdominal histerektomi Kode diseksi kelenjar limfe (40.11, 40.19,
40.3, 40.5 (40.50, 40.52, 40.53, 40.54,
40.59), pengambilan tuba dan ovarium
(65.31-65.64), omentektomi (54.4),
biopsy peritoneum (54.23) dapat
dikoding jika dilakukan
68.49 Total abdominal histerektomi Kode diseksi kelenjar limfe (40.11, 40.19,
40.3, 40.50, 40.52, 40.53, 40.54, 40.59),
pengambilan tuba dan ovarium (65.31-
65.64), omentektomi (54.4), biopsy
peritoneum (54.23) dapat dikoding jika
dilakukan
68.69 Radikal Abdominal Histerektomi Kode diseksi kelenjar limfe (40.3, 40.5)
dan pengambilan tuba dan ovarium
(65.31-65.64)
68.79 Radikal Vaginal Trakelektomi Kode diseksi kelenjar limfe (40.3, 40.5)
dan pengambilan tuba dan ovarium
(65.31-65.64), Jika dilakukan approach
per abdominal gunakan (68.69)
68.61 Laparoskopi histerektomi radikal Kode diseksi kelenjar limfe (40.3, 40.5)
dan pengambilan tuba dan ovarium
(65.31-65.64) mohon dikode juga
46
71.5 Vulvektomi radikal Tambahkan kode diseksi kelenjar limfe
(40.11, 40.19, 40.3, 40.50, 40.52, 40.53,
40.54, 40.59
68.8 Pelvik eksenterasi Pelvik eviserasi
54.23 Biopsi peritoneum
54.4 Omentektomi
40.24 Eksisi kelenjar limfe inguinal
40.3 Eksisi kelenjar limfe regional
40.29 Eksisi kelenjar limfe lain
40.50 Eksisi radikal kelenjar limfe (tidak spesifik)
40.52 Eksisi radikal kelenjar limfe paraaorta
40.53 Eksisi radikal kelenjar limfe iliaka
40.54 Diseksi radikal area groin
40.59 Eksisi radikal kelenjar limfe lain
40.11 Biopsi kelenjar limfe
40.19 Tindakan diagnostik lain kelenjar limfe
68.59 Total vaginal histerektomi (TVH) Jika dilakukan penambilan tuba dan
ovarium dapat ditambah kode 65.49
(unilateral), 65.61 (bilateral), kolporafi
anterior (70.51), kolporafi posterior
70.52), kolporafi anterior-posterior
(70.50), repair dasar pelvik, vagina dan
perineum (70.79)
68.51 Laparoscopically assisted vaginal
hysterectomy
59.3 Plikasi ureterovesika
70.11 Hymenektomi
70.76 Hymenorrhapy
70.13 Lisis adhesi intraluminal vagina
70.79 Eksisi septum vagina Dapat ditambahkan kode 54.19 jika
dilakukan double approach (laparotomi)
70.50 Repair sistokel dan rektokel Jika dengan graft atau prostesis (70.53)
70.61 Vaginal construction/neovagina Contoh: konstruksi vagina pada MRKH
70.62 Vaginal reconstruction Contoh: rekonstruksi kelainan kongenital
70.63 Vaginal construction/neovagina dengan Tambahkan kode graft, Jika Biologik
graft (70.94), dan sintetik (70.95)
68.22 Insisi atau eksisi septum uterus
69.22 Prosedur inversion uterus
69.23 Repair inversion uterus kronis
69.29 Repair uterus dan stuktur didekatnya
71.4 Operasi clitoris Termasuk amputasi klitoris,
clitoridotomy, sirkumsisi wanita
47
71.79 Penjahitan vulva atau perineum lama Tidak termasuk penjahitan atau repair
karena laserasi obstetri (75.69)
75.61 Repair laserasi kandung kemih dan uretra
75.62 Repair laserasi rektum
70.51 Repair sistokel
70.54 Repair sistokel menggunakan graft atau
prostesis
70.52 Repair rektokel
70.55 Repair rektokel menggunakan graft atau
prostesis
70.50 Repair sistokel dan rektokel
70.53 Repair sistokel dan rektokel
menggunakan graft atau prostesis
70.73 Repair fistula rektovagina
49.73 Repair fistula anoperineal
70.75 Repair fistula vagina lainnya
70.77 Suspensi dan fiksasi vagina Jika dilakukan tindakan laparoskopi maka
dapat ditambah kode 54.21
70.78 Suspensi dan fiksasi prolaps pada Jika dilakukan tindakan laparoskopi maka
ligament sacrospinosum dapat ditambah kode 54.21
59.6 Suspensi parauretra pada inkontinensia
urin tekanan menggunakan TOT
59.5 Suspensi parauretra pada inkontinensia
urin tekanan menggunakan TVT
70.8 Colpocleisis
67.5 Amputasi cervix atau Manchester
forthegill
71.9 Operasi lain pada organ genital wanita
57.32 Sistoskopi diagnostik Jika dilakukan biopsy dapat dikode 57.33
65.89 Adhesiolisis pada ovarium dan tuba
65.81 Adhesiolisis pada ovarium dan tuba,
laparoskopi
54.59 Adhesiolisis peritoneum Termasuk: usus, liver, uterus,
peritoneum dan peritoneum pelvis
54.51 Adhesiolisis peritoneum laparoskopi Termasuk: usus, liver, uterus,
peritoneum dan peritoneum pelvis
Catatan: adhesiolisis dapat dikoding jika dilakukan teknik selain secara tumpul
48
4.3 Daftar diagnosis sekunder baik komplikasi maupun komorbid secara umum
Selain pengetahuan secara spesifik terhadap kode diagnosis di bidang obstetrik dan
ginekologi, kita juga perlu untuk mengetahui beberapa diagnosis sekunder yang umum
terjadi pada kasus yang kita hadapi dan melakukan kodifikasi dengan tepat karena
didapatkan beberapa kode diagnosis yang dapat meningkatkan derajat keparahan / severity
level sehingga dapat mempengaruhi ketepatan pemilihan grup INA-CBG dan jumlah klaim
yang didapatkan. Khusus pada kasus obstetri, diagnosis sekunder ini memiliki padanan di
kode khusus obstetri sehingga tidak perlu untuk menambahkan kembali diagnosis sekunder
yang akan dibahas pada subbab ini. Berdasarkan panduan manual verifikasi klaim INA-CBG
yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan kita dapatkan beberapa kode diagnosis sekunder
49
Pneumonia Diagnosis sesuai KMK RI No. HK. 02.02/MENKES/514/2015: J18.9
infiltrate baru / progresif ditambah 2 atau lebih dari (batuk
bertambah, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh >
38, tanda ronki / konsolidasi pada suara napas, leukosit >
10.000
atau < 4500). Harus disertakan pemberian
tatalaksana Dampak: meningkatkan severity level
menjadi III
Hematemesis Terdapat muntah darah serta tatalaksana berupa Proton K92.0
Pump Inhibitor dan terapi definitif sesuai etiologi
perdarahan.
Dampak: meningkatkan severity level menjadi II
Hipokalemia Kalium < 3,5 mEQ/L dengan pemberian tatalaksana berupa E87.6
kalium (KSR, KCl)
Dampak: peningkatan severity level menjadi II
AKI/ARF Pasien terbukti adanya AKI, yaitu: N17.9
Tahap I: Peningkatan kreatinin serum 0,3 mg/dl dalam 48
jam atau ≥ 1,5 - 1,9 kali dari baseline; Output urine < 0,5
ml/kg BB/jam dalam 6 jam
Tahap II: Peningkatan kreatinin serum ≥ 2 - 2,9 kali dari
baseline; Output urine < 0,5 ml/kg BB/jam dalam > 12
jam
Tahap III: Peningkatan kreatinin serum ≥ 3 kali dari
baseline atau > 4 mg/dl dengan peningkatan akut
minimal 0,5 mg/dl atau membutuhkan terapi pengganti
ginjal; Output urine < 0,3 ml/kg BB/jam dalam > 24 jam
atau anuria selama 12 jam
Serta ada bukti perbaikan fungsi ginjal setelah diberikan
tatalaksana
Dampak: peningkatan severity level menjadi III
Pansitopenia Adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia dan harus D61.9
ada hasil BMP yang menyatakan anemia aplastik
CHF I50.9 heart failure, unspecified (Pada CHF FC I-II) I50.9,
I50.0 Congestive heart failure (Pada CHF FC III-IV) I50.0
Dilihat dari resume dan Echocardiography
50
CKD Stadium 1 (eGFR di atas 90) N18.1,
Stadium 2 (eGFR 60-89) N18.2,
Stadium 3 (eGFR 30-59) N18.3,
Stadium 4 (eGFR 15-29) N18.4,
Stadium 5 (eGFR di bawah 15) N18.5,
Dampak: peningkatan severity level menjadi II N18.9
Sepsis/Syok Penegakan diagnosis sepsis dapat mengikuti kriteria SIRS A41.9
Sepsis (systemic inflamatory response syndrome) yaitu terdiri dari
minimal 2 keadaan:
1. Temperatur >38,5 derajat celcius atau <36 derajat celcius
2. Denyut Jantung >90 x/menit
3. Frekuensi pernafasan >20x/menit atau PaCO2 <32 mmHg
(Pada pemeriksaan AGDA)
4. Terdapat respons tubuh terhadap fokal infeksi,
peradangan, dan stres dengan hasil laboratorium
menunjukkan leukositosis dan wajib melampirkan bukti
kultur darah dengan hasil bakterimia.
III
53
Hemiplegia Untuk pasien dengan Hemiplegia di rawat inap ada tindakan G81.9
fisioterapi.
Dampak: Sebagai diagnosis sekunder peningkatan severity
level menjadi II, sebagai diagnosis utama atau ditukar
dengan stroke akan meningkatkan biaya dan severity level
III
DM with Coma Anamnesis : Lemas, penurunan kesadaran, mual, napas E10.0,
+ DM with berbau aseton, riwayat diabetes melitus E10.1,
Ketoasidosis Pemeriksaan penunjang : urin (glikosuria, ketonuria), E11.0,
Analisis Gas Darah (Asidosis metabolik), HbA1C, Glukosa E11.1,
Darah (biasanya > 250) E12.0,
E12.1,
Tatalaksana : Oksigenasi, rehidrasi NaCl, pemberian insulin E13.0,
E13.1,
Dampak: peningkatan severity level menjadi III E14.0,
*Khusus DM pada kehamilan gunakan kode: E14.1
O24,-: DM pada kehamilan
Hiponatremi Kondisi dimana kadar natrium lebih rendah dari nilai normal E87.1
a (Na < 135 mEq/L), maka kondisi tersebut tetap dikatakan
sebagai hiponatremia, dan dapat digunakan sebagai
diagnosa sekunder apabila ada tatalaksana/terapi diberikan.
Tatalaksana : Pemberian NaCl (NaCl 0,9%, NaCl 3%, NaCl
Caps)
54
Epistaxis Harus ada bukti pendukung berupa penatalaksanaan R04.0
perdarahan dalam rekam medis/resume medis
55
Pulmonary Kriteria Pulmonary Oedema: gejala klinis sesak, takikardi, J81
Oedema ronki.
Ada penatalaksanaan pulmonary oedema yang terekam
dalam resume medis dan ada terapi diuretik dan oksigen
yang diberikan.
Meskipun kode ICD-10 dan ICD-9-CM telah ditetapkan secara internasional, namun
masih didapatkan beberapa diagnosis ataupun tindakan yang dilakukan di Indonesia namun
tidak tercantum dalam kode ICD-10 maupun ICD-9-CM. Dalam perkembangannya dilakukan
beberapa adaptasi dan penyesuaian antara PP POGI dan Kementerian Kesehatan untuk
secara bertahap melakukan penyesuaian kode-kode penting yang selanjutnya akan disebut
sebagai Indonesia Modification (IM) menjadi ICD-10 (IM) dan ICD-9-CM (IM). Hingga
56
pembuatan buku
57
ini, kode yang telah diatur ini masih dalam tahap uji coba yang masih dapat terjadi
perubahan sewaktu – waktu. Beberapa kode yang sudah berada dalam tahap uji coba saat
buku ini disusun antara lain (belum digunakan sebagai kode resmi saat ini) :
58
BAB 5
Panduan Aturan Koding dalam Obstetri dan Ginekologi
1. Pada kasus obstetri, diagnosis harus ditulis secara menyeluruh baik kondisi ibu
maupun bayi. Untuk kondisi ibu, jika terdapat permasalahan, komplikasi atau penylit
harus ditulis secara lengkap beserta keterangan metode persalinan (kode O80-84)
Contoh kasus: Pasien wanita G2P1A0 Hamil 39 minggu datang ke RS dengan pre-
Diagnosis Sekunder :
Prosedur :
didapatkan
59
gangguan organ lain, koding dapat berpindah ke preeklampsia berat / O14.1).
60
Preeklampsia berat (O14.1): kondisi preeklampsia dengan gejala berat. Jika
proteinuri
tanda preeklampsia yaitu proteinuri atau gangguan organ lain setelah usia
hamil 20 minggu)
oligohidramnion/O41.0)
terpisah pada usia hamil 40 – 42 minggu (O48.0) dan usia hamil > 42 minggu
menggunakan ICD-10 versi tahun 2010 maka koding ini tidak dapat
diakomodir.
dikode dengan kode O26.9 yang menunjukkan kode dengan kondisi risiko lain
61
yang berhubungan dan dapat mempengaruhi kehamilan.
62
5. Diagnosis persalinan pervaginam
patologis. Pada kasus persalinan normal / fisiologis maka kode ini menjadi
pervaginam pada kasus yang patologis (memiliki faktor risiko atau pemberat
atau komplikasi obstetri maupun medis), dapat meletakkan kode O80.0 ini
selalu melengkapi kode cara persalinan di tabel 4.1.7 (O80-O84) dan kode
tindakan (73.59)
63
(O83.1), kode tindakan (72.52)
Setiap kode persalinan juga menuliskan kode luaran persalinan (Z37) pada
diagnosis sekunder.
Setiap kode persalinan juga menuliskan kode luaran persalinan (Z37.-) pada
diagnosis sekunder
64
Berikan kode tindakan 74.0 untuk SC korporil / klasik atau 74.1 untuk SC pada
(68.4), eksisi uterus pada plasenta akreta atau mioma uteri (68.29), ligasi
(38.84)
Jika dilakukan episiotomi maka tambahkan kode 73.6. Penjahitan luka akibat
atau luka perineum tambahan selain luka episiotomy, maka penjahitan luka
D64.9 dapat dikode jika belum diketahui penyebab anemia pada kehamilan
Anemia dalam kehamilan menggunakan standar WHO dan dengan bukti lab
9. Untuk pengkodean kondisi penyakit atau kelainan yang menyertai kehamilan atau
persalinan
Kode O98-O99 digunakan jika ada kondisi penyakit atau kelainan yang
10. Kasus umum disertai dengan kehamilan yang tidak ditangani oleh dokter obstetri
pada akhir episode perawatan maka diagnosis utamanya adalah kasus umumnya.
Contoh :
Pasien tersebut diberikan kode A91 sebagai diagnosis utama dan O98.5 sebagai
diagnosis sekunder.
USG kehamilan masih dapat diberikan lebih dari 3 kali jika didapatkan indikasi
medis lainnya (pastikan indikasi medis atau diagnosis tertulis di rekam medik)
Jika hanya didapatkan ancaman persalinan preterm (janin tidak lahir) dapat
tanpa ada tanda persalinan, Contoh: kasus preeklampsia dengan gejala berat
66
dan HELLP syndrome yang dilahirkan pada 34 minggu baik melalui induksi
maupun SC)
Jika hanya didapatkan kontraksi braxton hicks atau false labor pada kondisi
O47.0
Adhesiolisis secara laparotomi dapat dikode 54.5 jika dilakukan pada peritoneum
(termasuk usus dan peritoneum pelvik) dan 65.89 jika dilakukan pada tuba dan
ovarium
14. Pasien yang melahirkan di FKTP dapat dirujuk dokter untuk melakukan tubektomi
interval di FKRTL dengan kode Z30.2 (sterilization) sebagai diagnosis utama dengan
67
5.2 Kasus Ginekologi
Pemberian kemoterapi dapat dikode Z51.1 sebagai diagnosis utama dan kode
Pelayanan radioterapi dapat dikode Z51.0 sebagai diagnosis utama dan kode
Kode Z51.5 (Palliative Care) hanya digunakan jika dokter secara spesifik
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,
Untuk pasien yang didiagnosis oleh DPJP adalah perawatan paliatif (palliative
care) maka dikode Z51.5 (Palliative Care) sebagai diagnosis utama. Penetapan
dan perawatan paliatif (palliative care) ditetapkan oleh DPJP dan tim
Untuk pasien perawatan paliatif (palliative care) yang datang kembali dengan
kondisi medis yang lain maka dikoding sesuai dengan penyakit yang
68
mendasari
69
pasien tersebut masuk ke FKRTL.
Pasien dengan kondisi neoplasma yang sudah diangkat maka diagnosis Z08.0
Pasien yang dirawat untuk mengatasi anemia terkait neoplasma maka dapat
Tuliskan semua detil spesifik tindakan yang dilakukan pada saat operasi
onkologi ginekologi
Debulking dan atau surgical staging yang dilakukan harus dilengkapi dengan
limfe pelvik (40.11 / biopsy kelenjar limfe, 40.3/eksisi kelenjar limfe regional,
radikal kelenjar limfe periaorta, 40.53 / eksisi radikal kelenjar limfe iliaka,
40.50/eksisi radikal kelenjar limfe – tempat tidak spesifik, 40.53 / eksisi radikal
Pada tindakan radikal vaginal trakelektomi dapat dikoding 68.79 jika dilakukan
70
Untuk kode pengangkatan kelenjar limfe tetap dikoding terpisah sesuai poin
sebelumnya
Prolaps uteri atau rahim yang dilakukan operasi melalui vagina dengan
tuba dan ovarium dapat ditambahkan kode 65.49 (jika unilateral) atau 65.61
(bilateral).
Untuk repair dasar pelvik, vagina dan perineum lainnya dapat dikode 70.79
stres (N39.3) atau inkontinensia urin lainnya (N39.4) dapat dikode 59.3
Jika dilakukan penggantungan atau fiksasi dari stomp vagina dapat dikode 70.77
maka dikode 70.78, jika menggunakan graft biologic dikode (70.94), jika
Tindakan konstruksi vagina pada kasus MRKH per vaginam dikode 70.61
72
BAB 6
Kelengkapan Rekam Medik dan Verifikasi Klaim
A. Rekam medis
Rekam medis berisi data mengenai riwayat kesehatan pasien saat ini dan masa lalu.
kondisi pasien saat ini dalam bentuk hasil anamnesis, temuan fisik hasil diagnostik, hasil
perosedur atau tindakan, pengobatan, serta respon pasien. Seluruh berkas dan data
mengenai pasien harus tercatat lengkap dan jelas, baik secara hardcopy maupun secara
1. Identitas pasien
7. Diagnosis
8. Pengobatan dan/tindakan
9. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan
10. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang
11. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
73
12. Pelayanan lain yang telah diberikan ke pasien
Aspek administrasi.
Rekam medis memiliki nilai administrasi karena isinya menyangkut tindakan yang
berdasarkan tanggung jawab tenaga medis dan tenaga kesehatan lain, dalam
Aspek medis
Nilai medis dalam rekam medis timbul karena catatan ini dipakai sebagai pengobatan
Aspek legal
Aspek legal rekam medis ada karena dapat dijadikan tanda bukti untuk menegakkan
Aspek finansial
Rekam medis memiliki nilai keuangan karena isinya dalat dijadikan standar
Aspek riset
Rekam medis memiliki nilai penelitian karena didalamnya terdapat informasi atau
data yang dapat diolah menjadi suatu penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan
Aspek edukasi
Aspek edukasi atau pendidikan dalam rekam medis ada karena data pasien
terkait
Aspek dokumentasi
74
Rekam medis memiliki nilai dokumentasi karena isinya berupa dokumentasi laporan
Rekam medis memiliki peran penting pada proses klaim pembayaran. Saat pasien
pulang, rekam medis harus sudah cukup lengkap dan jelas mulai dari data sosial, informasi
klinis sampai diagnosis sesuai ICD-10 atau tertulis tindakan/prosedur sesuai dengan ICD-9-
CM. Data tersebut akan di proses menggunakan software INA-CBG sehingga akan muncul
grouping diagnosis dan tindakan serta kode INA-CBG-nya. Pada proses ini juga akan
komplikasi dan komorbiditas yang ada pada diagnosis sekunder. Setelah itu, barulah tarif
Agar berlangsung lancar proses input data dan klaim tarif INA-CBG ini, kelengkapan
rekam medis, terutama pada resume pulang harus jelas, lengkap, dan sesuai. Sehingga nilai
tarif yang muncul dapat dipertanggungjawabkan dan semua pihak mendapat kepuasan.
Untuk itu, pengisian rekam medis harus lengkap dan tidak bermasalah, sebelum dilakukan
prosedur klaim ke BPJS agar tidak berpotensi terjadinya suatu dispute klaim yang
Secara khusus dalam bidang obstetri, diagnosis ICD-10 harus ditulis secara
menyeluruh baik kondisi ibu maupun bayi. Sehingga, akan ada terdapat beberapa diagnosis
dalam suatu tindakan persalinan. Contohnya, bagi kondisi ibu, perlu ditulis secara lengkap
keterangan tipe persalinan serta penyulitnya. Bagi bayi, wajib tertulis jelas kondisi lahir
hidup atau meninggal, disertai penyulitnya juga. Apabila ada ketidaklengkapan data terkait,
grouping yang dilakukan sistem menjadi tidak sesuai dan nilai klaim pun rendah.
Contoh kasus:
75
Pasien wanita G2P1A0 Hamil 39 minggu datang ke RS dengan pre-eklampsia berat. Beberapa
pemeriksaan dilakukan antara lain USG dan CTG. Pasien kemudian dilakukan persalinan
seksio sesarea. Lahir bayi laki-laki tunggal hidup, dengan berat badan lahir rendah.
CTG (75.34)
Setelah muncul itu, sistem akan melakukan pengelompokan diagnosis sehingga muncul
kelompok diagnosis operasi pembedahan caesar (sedang) dengan tarif klaim tertentu,
sebagai berikut :
76
Dapat dilihat bahwa untuk persalinan dengan seksio cesarea atas indikasi preeklampsia
berat, terdapat beberapa diagnosis yang perlu dicantumkan dalam software. Apabila rekam
medis yang ditulis oleh dokter penanggung jawab tidak lengkap, nilai klaim yang akan
B. Verifikasi Klaim
Menurut petunjuk teknis verifikasi klaim BPJS, terdapat beberapa hal yang harus
Klaim yang gagal atau lebih rendah dapat terjadi bukan hanya dari penolakan
verifikasi BPJS, namun hal tersebut juga menunjukan ketidaklengkapan rekam medis.
Berikut beberapa hal yang dapat mengakibatkan gagal klaim ataupun undercoding:
77
2. Diagnosis sekunder sering tidak dibuat
Dibalik hal tersebut, kadang terjadi penolakan klaim karena rekam medis tidak ditulis secara
lengkap oleh DPJP, terutama bagian resume kepulangan pasien. Untuk itu, DPJP sangat
78
BAB 7
Penghitungan Unit Cost di Rumah Sakit
Unit cost adalah total biaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu pelayanan di
rumah sakit. Pada era jaminan kesehatan nasional ini, setiap rumah sakit harus melakukan
efisiensi biaya pelayanan. Dalam hal ini, salah satunya dengan melakukan penghitungan unit
cost secara cermat. Menghitung unit cost dengan baik dapat mengatasi pemborosan serta
meningkatkan kualitas dan mutu RS. Sebagai catatan, unit cost suatu tidakan yang dilakukan
1. Biaya investasi: biaya yang kegunaanya lama lebih dari setahun. Contohnya
2. Biaya operasional: biaya yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan, dan
1. Biaya langsung: biaya yang penggunaannya langsung terukur dalam suatu pelayanan.
2. Biaya tidak langsung: biaya yang tidak langsung terlihat dalam suatu pelayanan, tapi
berhubungan dengan sumberdaya atau produksi unit. Contohnya biaya gaji pegawai,
79
Biaya satuan atau unit cost (UC) adalah biaya yang dihitung untuk setiap satuan
produksi atau pelayanan. Biaya ini diperoleh dari biaya total dibagi dengan jumlah produk
(TQ/Q). Pengitungan biaya ini sangat dipengaruhi oleh jumlah produk yang digunakan dalam
pelayanan. Makin tinggi jumlah produk, maka akan lebih rendah biaya satuan pelayanan.
Setiap biaya baik langsung ataupun tidak langsung harus dihitung secara terperinci sehingga
muncul total unit cost dari suatu pelayanan. Untuk menghitung unit cost digunakan metode
analisis biaya, contohnya Activity Base Costing (ABC), Real Cost, Double distribution, dan
lainnya.
Dalam buku ini, diambil contoh perhitungan unit cost tindakan seksio sesarea clean
case. Komponen dalam perhitungan unit cost di antaranya terdiri dari barang habis pakai
(BHP), biaya investasi dan biaya jasa operator. Barang habis pakai dalam tindakan seksio
(pemeriksaan darah lengkap, gula darah, tes pembekuan darah, vacutainer darah, spuit),
kertas kardiotokografi, obat-obat IGD, barang habis pakai IGD, barang habis pakai injeksi
obat, obat bedah, perban. Biaya investasi meliputi biaya sewa IGD, mesin kardiotokografi,
alat spekulum, biaya sewa kamar operasi. Adapun yang termasuk biaya jasa operator yaitu
pemeriksaan dokter jaga IGD, asuhan keperawatan oleh perawat, jasa dokter pasang infus,
jasa pengambilan darah oleh laboran, jasa pemeriksaan ultrasonografi kehamilan, jasa visite
dokter obstetri dan ginekologi, jasa dokter anestesi, dokter anak, dan jasa konsultasi dokter
penyakit dalam atas indikasi. Meskipun demikian, rincian komponen ini dapat bervariasi di
Contoh total unit cost operasi seksio sesarea di RS Pemerintah tipe B kelas 2
80
Berikut adalah contoh hasil dari penghitungan unit cost operasi seksio sesarea di
salah satu RS pemerintah di Jawa Timur (Tipe B) kelas 2. Analisis biaya dilakukan mulai dari
administrasi dan tindakan dengan lama rawat 4 hari. Jika kita bandingkan dengan tarif INA-
CBG sesuai dengan Permenkes Nomor 64 tahun 2016 dengan kode INA-CBG: O-6-10-1
(Operasi pembedahan caesar ringan) didapatkan nilai 5.808.800. Sehingga dalam kondisi ini
pembiayaan RS berada di atas tarif INA-CBG atau didapatkan selisih negatif yang perlu
81
BAB 8
Sistem Pembiayaan Jasa Pelayanan
Remunerasi secara tradisional diartikan sebagai total income (“take home pay”)
masing-masing. Sebagai contoh remunerasi total seorang staf medis dapat meliputi gaji,
ditambah dari kapitasi, ditambah dari fee for service, dan pendapatan lainnya. Jadi strategi
Dalam sebuah review tentang strategi remunerasi staf medis, Kingma (1999)
kesehatan pada semua pasien terdaftar. Contoh : sistem kapitasi BPJS untuk PPK 1.
2. Shared financial risk. Dokter berperan sebagai subyek insentif keuangan, yang berarti
apabila dapat menghemat biaya layanan kesehatan maka kelebihannya adalah hak
dokter, sebaliknya apabila biaya layanan melebihi plafon maka dokter tidak
mendapatkan insentif apa-apa. Sistem ini lazim diterapkan dalam managed care
lain semakin banyak layanan atau semakin banyak peresepan yang diberikan maka
4. Salary. Dokter mendapatkan gaji yang merupakan refleksi dari keahlian, pengalaman
82
Insentif merujuk pada sebuah bentuk pembayaran khusus yang ditujukan untuk
mencapai sebuah perubahan perilaku. Bentuknya bisa bermacam-macam, baik berupa uang
atau non-uang. Contoh : bonus diberikan jika target terlampaui, atau mendapatkan laba
lebih. Insentif non-uang bisa berbentuk liburan atau beasiswa pendidikan / pelatihan.
tenang.
5. Menciptakan tata kelola yang baik. Mencegah layanan sub-standar maupun layanan
yang berlebihan.
83
Selain kelima tujuan tersebut, determinan yang paling menentukan adalah sistem
pembiayaan. BPJS kesehatan menargetkan Universal Health Coverage (UHC) akan tercapai
pada tahun 2024. Dari sudut pandang pembiayaan artinya pada tahun 2024 semua warga
negara memiliki jaminan kesehatan. Artinya pula pembiayaan layanan RS di era UHC adalah
dengan sistem paket yang dinamai INA-CBG. Disinilah kemudian dibutuhkan kiranya sebuah
paket INA-CBG. Standar ini dibuat berdasarkan pendekatan kebutuhan dan harapan dokter
serta pendekatan kemampuan institusi pemberi kerja, yaitu rumah sakit di era paket INA-
CBG. Sebab meskipun dalam penjelasan sebelumnya telah ditampilkan berbagai bentuk
sistem remunerasi di dunia, penerapannya di sebuah sistem kesehatan suatu negara belum
tentu baik, dalam hal mencapai harapan dan tujuan masing-masing pemangku kepentingan.
yang dibentuk dari pendidikan dan pengalaman kerja. Alokasi anggaran untuk P1
84
b. Dokter Spesialis (penghargaan terhadap kompetensi/
e. Risiko profesi sudah termasuk dalam perhitungan nilai jabatan (job value),
sedangkan risiko tuntutan hukum atau ganti rugi akan ditransfer ke asuransi
Cara Penilaian:
di rumah sakit.
yang ditentukan
disepakati, yang merupakan kinerja yang harus dipenuhi oleh staf sesuai
85
2. Pay for Performance (P2)
Pembayaran terhadap seseorang dokter berdasarkan produktifitas yang dihasilkan dari layanan yang
diberikan pada pasien sebagai penanggung jawab operasionalasuhan. Kinerja (performance) yang
dicapai dengan tetap memenuhi standar pelayanan medis misalnya kelengkapan rekam medis,
waktu standar pemeriksaan pasien, kepatuhan pada Panduan Praktik Klinis (PPK), dll. Sehingga setiap
profesi akanmenetapkan indeks kinerja medis setiap jenis profesi (yang terkait dengan standar mutu
profesi).
a. Jumlah Jam Praktik (dinilai berdasarkan jumlah jam praktik yang diberikan
Cara Penilaian:
Membuat perhitungan atas aktifitas Dokter terhadap 4 hal yang dinilai di atas.
penilaian berdasarkan bobot kesulitan dan penilaian terhadap tarif jasa yang
berlaku.
Poin penting pada P2 ini adalah adanya batas pembayaran maksimal untuk
86
Pembayaran terhadap dedikasi, loyalitas dan kelangkaan seorang dokter pada rumahsakit. Dapat
juga dikaitkan dengan kualitas layanan yang diberikan terhadap pasien dan seberapa besar risiko
pasien
87
yang dihadapi (jadi P3 juga dapat dianggap sebagai pay for quality). Alokasi anggaran untuk P3 adalah
berkisar antara 10-20 % dari total alokasi anggaran remunerasi. Hal-hal yang menjadi penilaian:
Cara Penilaian:
Membuat perhitungan atas aktifitas Dokter terhadap 4 hal yang dinilai di atas
besar poin.
Kelengkapan pengisian dan kualitas berkas rekam medis oleh setiap dokter
Risiko tuntutan hukum atau ganti rugi ditransfer ke asuransi profesi yang
88
Tinjauan Pustaka
Information; 2018.
4. Panduan manual verifikasi klaim INA-CBG. 2nd ed. Jakarta: Badan Penyelenggara
Kesehatan
Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Nasional.
Kesehatan.
89
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2021 tentang
Kesehatan Nasional.
12. ICD-9-CM (International Statistical of Diseases and Related Health Problems) Tahun
2010.
13. ICD-10 (International Statistical of Diseases and Related Health Problems) Tahun 2010.
15. Damayanti T. Analisis unit cost section casesaria dengan metode activity based
16. Hamkan F. Analisis Biaya Satuan Tindakan Sectio Caesaria Paket Hemat A Di Rumah
Sakit X Tahun 2009. Depok: Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas
76