Anda di halaman 1dari 19

FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS

Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang


No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Jakarta, 28 Maret 2023

Hal : Permohonan Pengujian Pasal 15 Ayat (2) huruf h Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kepada Yth.

KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

di Jl. Medan Merdeka Barat No.6, RT.2/RW.3, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 10110

Dengan hormat,

Yang bertandatangan dibawah ini :

M.HARRY SETIAWN NASUTION, S.H., M.H.

M. HABIBULLOH, S.T., S.H.

Baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak untuk dan atas nama Para
Pemberi Kuasa yang dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 25 Maret
2023 (terlampir) [bukti P-1], para Advokat dan Konsultan Hukum yang bergabung dalam
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS, beralamat di Jl. Fajar Baru Utara No.75,
RT.5/RW.9, Cengkareng Tim., Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, 11730. Telp (0211) 432234 / HP 089765431234. Email : fhcsp@gmail.com,
Website : www.csekarfirm.com.

Bertindak selaku kuasa/penasehat hukum, serta mewakili kepentingan hukum dari :

1. Nama : Dr.Krisna Laksana, S.H., M.H.


Tempat tanggal lahir/umur : Medan, 1 Januari 1964 / 57 tahun
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Agama : Kristen
Pekerjaan : Advokat/Konsultan Hukum
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Lengkap : Jl. RS. Fatmawati Raya No.22, RT.14/RW.3,
Gandaria Sel., Kec. Cilandak, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 12420
Nomor telepon/e-mail : 088567843567 / krisna03@gmail.com
Untuk selanjutnya disebut sebagai………………………………................Pemohon 1

2. Nama : Dr. Lucy, S.H., M.H.


Tempat tanggal lahir/umur : Jakarta, 14 Februari 1964 / 57 tahun
Agama : Katolik
Pekerjaan : Advokat/Konsultan Hukum
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Lengkap : Jl. Pos Pengumben Lama No.43, RT.6/RW.3,
Srengseng, Kec. Cilandak, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 12420
Nomor telepon/e-mail : 08700998346200 / luciferluz@gmail.com
Untuk selanjutnya disebut sebagai………………………………................Pemohon 2

Para Pemohon dengan ini mengajukan permohonan pengujian materiil terhadap Pasal
15 ayat (2) huruf h Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi, yang selanjutnya disebut “UU MK”, [bukti P-2] terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selanjutnya disebut “UUD NRI 1945” [bukti
P-3].

I. PENDAHULUAN

1. Bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan yang dikehendakinya sebagai
wujud dari hak asasi manusia dan untuk hidup bermartabat. Dan bahwa hal ini
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

tertuang dalam Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945 berbunyi : “Setiap orang berhak
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

2. Bahwa seiring dengan berjalannya waktu, ketentuan UU MK yang telah dilakukan


perubahan sebanyak 3 (tiga) kali ternyata belum mampu untuk mengimplementasikan
jaminan hak-hak hukum warga negara Indonesia sesuai dengan UUD NRI 1945,
khususnya dalam bidang pekerjaan, yang kemudian dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat
(2) huruf h UU MK.
Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK berbunyi :
“Mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun
kecuali advokat; dan/atau untuk calon hakim yang berasal dari lingkungan MA,
sedang menjabat sebagai hakim tinggi atau sebagai hakim agung.”
Dimana ketentuan frasa “kecuali advokat” tersebut telah menjelma menjadi suatu
norma yang membatasi hak warga negara atas pekerjaannya karena dibiarkan oleh
pembuat undang-undang, selanjutnya disebut “UU”, tanpa memperhatikan hak
konstitusional warga negara, khususnya bagi para advokat, sehingga menghantarkan
Para Pemohon kedalam situasi ketidakadilan dan bertentangan dengan perlindungan
hak dan konstitusional yang dimiliki oleh Para Pemohon.

3. Oleh karena itu, sejalan dengan adagium “Ubi Jus Ibi Remedium” yang artinya
“dimana ada hak, disana ada kemungkinan menuntut, memperolehnya atau
memperbaikinya bilamana hak tersebut dilanggar”. Maka sudah sepatutnya Para
Pemohon memperjuangkan haknya untuk mengajukan ketentuan atau norma dalam
UU a quo yang dirasanya memuat rumusan yang tidak adil, sehingga menimbulkan
diskriminasi atas dasar kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa. Atas dasar inilah
Para Pemohon mengajukan permohonan pengujian materiil terhadap Pasal 15
ayat (2) huruf h UU MK, khususnya frasa “kecuali advokat” terhadap Pasal 28E
Ayat (1) UUD NRI 1945.
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

4. Bahwa selanjutnya Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, selanjutnya disebut


“MK”, berwenang untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang sifatnya
bersifat final, untuk menguji UU terhadap UUD NRI 1945. Hal ini diatur berdasarkan
ketentuan-ketentuan pada Pasal 24C Ayat (1) UUD NRI 1945. Pasal 10 ayat (1) UU
MK, Pasal 29 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, selanjutnya disebut “UU KK”, dan Pasal 9 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, selanjutnya disebut “UUP3” [bukti P-4], yang masing-masing mengatur
sebagi berikut :
 Pasal 24C Ayat (1) UUD NRI 1945 :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.”
 Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, ……...”
 Pasal 29 ayat (1) UU KK :
“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, ……...”
 Pasal 9 Ayat (1) UU P3 :
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

“Dalam hal suatu Undang-undang diduga bertentangan dengan Undang-undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh
Mahkamah Konstitusi”

5. Bahwa sesuai dengan Pasal 4 Ayat (1) dan (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor : 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-
Undang, selanjutnya disebut “PMK 6/2005” [bukti P-6] menjelaskan permohonan
pengujian di MK meliputi pengujian materiil, yang berarti pengujian yang berkenaan
dengan materi muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian dalam UU yang dianggap
bertentangan dengan UUD NRI 1945, yang dikutip sebagai berikut :
 Pasal 4 Ayat (1) PMK 6/2005 :
“Permohonan pengujian UU meliputi pengujian formil dan/atau pengujian
materiil”
 Pasal 4 Ayat (2) PMK 6/2005 :
“Pengujian materiil adalah pengujian UU yang berkenaan dengan materi
muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan
dengan UUD 1945.”

6. Bahwa kewenangan MK untuk menguji materikan UU terhadap UUD NRI 1945,


sebagaimana disebutkan terdahulu, berlaku sebagai UU yang diundangkan sebelum
atau setelah perubahan pertama UUD NRI 1945 pada tanggal 19 Oktober 1999. Hal
ini sejalan dengan ketentuan dalam pasal 1 angka (23) Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU MK, selanjutnya disebut “UU MK
Perubahan” [bukti P-5], yang menghapus keberlakuan Pasal 50 UU MK, yang
mengatur pembatasan kewenangan MK untuk mengujimateriilkan UU yang
ditertibkan setelah perubahan pertama UUD NRI 1945. Bahkan, pengesampingan
akan keberlakuan Pasal 50 UU MK telah diafirmasi oleh MK itu sendiri melalui
putusannya dalam Putusan MK Nomor 004/PUU-I/2003 dan Nomor
006/PUU-II/2004. [bukti P-6]
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

7. Bahwa dengan UU MK yang diundangkan pada tanggal 29 September 2020, maka


UU tersebut merupakan UU yang diundangkan setelah UUD NRI 1945 (Perubahan
Pertama) tanggal 19 Oktober 1999. Dengan kata lain UU MK merupakan salah satu
UU yang materi muatannya layak untuk diujimateriilkan ke MK.

8. Bahwa oleh karena itu, berdasar bagi Para Pemohon untuk mengajukan permohonan
a quo perihal uji materiil terhadap Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK, khususnya
frasa “kecuali advokat” terhadap Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945. Dengan
demikian, sudah selayaknya MK memiliki kewenangan untuk memeriksa, mengadili
dan memutus Permohonan a quo.
9. Bahwa oleh karena itu berdasarkan uraian para pemohon diatas maka sudah
selayaknya MK memiliki kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus
permohonan yang para pemohon mohonkan.

III.KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON

9. Bahwa sebelum memeriksa pokok permohonan yang diujimateriilkan, MK memiliki


kewenangan untuk memastikan bahwa pihak-pihak yang mengajukan permohonan
tersebut telah memenuhi syarat formil yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.
10. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 51 Ayat (1) UU MK dan Pasal 3 PMK 6/2005
yang berbunyi sebagai berikut ini :
 Pasal 51 Ayat (1) UU MK :
“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau Hak Konstitusionalnya
dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum publik atau privat; atau
d. lembaga negara.”
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Penjelasan Pasal 51 ayat (1) UU MK :


“Yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur dalam
UUD NRI 1945.”
 Pasal 3 PMK 6/2005 :
“Pemohon dalam pengujian UU terhadap UUD 1945 adalah:
a. Perorangan warga negara Indonesia atau kelompok orang yang mempunyai
kepentingan sama;
b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang diatur dalam UU;
c. Badan hukum publik atau badan hukum privat, atau;
d. Lembaga negara.”

11. Bahwa mempertimbangkan ketentuan diatas, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi
untuk menguji apakah Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing)
dalam perkara pengujian undang-undang, yaitu (i) terpenuhinya kualifikasi untuk
bertindak sebagai pemohon sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Ayat (1) UU MK, dan
(ii) adanya hak dan/atau Hak Konstitusional dari Para Pemohon yang dirugikan
dengan berlakunya undang-undang a quo. Dengan kata lain, beban pembuktian
(burden of proof) untuk menunjukkan kepenuhan syarat formil yang dimaksud,
berada pada Para Pemohon.

12. Bahwa atas dasar pertimbangan terhadap ketentuan-ketentuan diatas, berikut ini
disampaikan uraian terperinci mengenai kedudukan hukum Para Pemohon terhadap
Permohonan a quo atas dasar kapasitasnya sebagai (A) Warga Negara Indonesia, dan
(B) yang memiliki kepentingan konstitusional terkait rumusan norma yang tertuang
dalam rumusan ketentuan yang diujikan.

III.A. PARA PEMOHON ADALAH WARGA NEGARA INDONESIA


FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

13. Bahwa berdasarkan Pasal 51 Ayat (1) UU MK, subjek hukum yang dapat mengajukan
permohonan uji materiil ke muka persidangan yaitu :
a. perorangan warga negara Indonesia
b. kesatuan masyarakat hukum adat
c. badan hukum publik atau privat
d. lembaga negara.

14. Sehubungan dengan subjek hukum yang dapat mengajukan permohonan uji materiil
ke muka persidangan seperti yang telah dipaparkan diatas, Para Pemohon yang
mengajukan permohonan a quo adalah perorangan WNI yang dapat dibuktikan
sebagai berikut :
a. Pemohon 1 (Dr. Krisna Laksana, S.H., M.H.), pemilik Kartu Tanda Penduduk,
selanjutnya disebut “KTP”, dengan Nomor Induk Kependudukan, selanjutnya
disebut “NIK”, 357865640002 [bukti P-7]
b. Pemohon 2 (Dr. Lucy, S.H., M.H.), pemilik KTP dengan NIK 357865961131
[bukti P-8]

15. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut, Para Pemohon dalam Permohonan a quo
memiliki kepentingan konstitusional karena keberlakuan frasa “kecuali advokat”
sebagaimana diatur dalam terhadap Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK dianggap
telah bertentangan dengan hak-hak konstitusional Para Pemohon sebagaimana
dijamin dalam Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945. Para Pemohon beranggapan
pengaturan pada Pasal a quo tersebut bersifat diskriminatif dan tidak adil sehingga
mengakibatkan kerugian konstitusional terhadap diri Para Pemohon.

III.B. PEMOHON MEMILIKI KEPENTINGAN KONSTITUSIONAL

16. Bahwa konsekuensi dinyatakannya Negara RI sebagai negara Hukum maka Para
Pemohon sebagai masyarakat warga negara memiliki hak-hak konstitusional yang
dijamin dalam Pasal 1 Ayat (3) UUD NRI 1945, yaitu berhak untuk mendapatkan
perlakuan sesuai dengan prinsip “perlindungan dari kesewenang-wenangan”
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

17. Bahwa guna mempertahankan kepentingan konstitusional yang Para Pemohon


miliki, Para Pemohon harus membuktikkan adanya kerugian hak dan/atau
kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 Ayat (1) UU MK.

18. Bahwa terkait dengan parameter kerugian konstitusional, MK telah memberikan


pengertian dan batasan tentang kerugian konstitusional yang timbul karena
berlakunya suatu undang-undang harus memenuhi 5 (lima) syarat sebagaimana
Putusan MK Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 dan Perkara Nomor 011/PUU-V/2007
[bukti P-9], yaitu sebagai berikut:
a. adanya hak dan/atau kewenangan Konstitusional pemohon yang diberikan oleh
UUD NRI 1945;
b. bahwa hak dan/atau kewenangan Konstitusional pemohon tersebut dianggap oleh
para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji;
c. bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan Konstitusional pemohon yang
dimaksud bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidaknya bersifat potensial
yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;
d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dan berlakunya
undang-undang yang dimohonkan pengujian;
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian
dan/atau kewenangan Konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi
terjadi.

17. Bahwa untuk memenuhi kualifikasi kelima persyaratan mutlak sebagaimana


dirumuskan diatas, Para Pemohon berkeyakinan memiliki kepentingan konstitusional
terhadap permohonan a quo atas dasar telah tercapainya kelima syarat tersebut,
sebagaimana diuraikan dalam berikut yaitu syarat pertama, Para Pemohon
merupakan subjek hukum berupa WNI perorangan yang memiliki hak konstitusional
yang dijamin dalam Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945.
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

18. Bahwa sehubungan dengan syarat kedua, Para Pemohon sebagai perorangan WNI
merasa hak konstitusionalnya telah dirugikan dengan diskriminatif dan tidak adilnya
frasa “kecuali advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK karena tidak
memberikan kesempatan untuk mencari nafkah melalui pekerjaan yang ingin dipilih
secara bebas sehingga cenderung merugikan hak konstitusional Para Pemohon yakni
haknya untuk bebas dari diskriminasi memilih pekerjaan yang diingininya demi
tujuan mencapai kesuksesan dalam kesetaraan hidup bermasyarakat dan bernegara,
serta perlindungan atas terciptanya kesejahteraan bagi dirinya.

19. Bahwa sehubungan dengan syarat ketiga, Para Pemohon menganggap hak-hak
konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD NRI 1945 di atas tersebut telah dirugikan
secara spesifik (khusus) dan aktual serta potensial dengan berlakunya norma dalam
Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK sebagaimana diuraikan berikut :

20. Mengenai Pemohon 1 (Dr. Krisna Laksana, S.H., M.H.). Pemohon 1 merupakan
Advokat dan Konsultan Hukum pada Dasa & Co. Law Firm, dimana dalam
menjalankan profesinya sebagai Advokat dan Konsultan Hukum Pemohon 1 telah
menekuninya selama 23 (dua puluh tiga) tahun, yakni Pemohon 1 telah memulai
profesinya sebagai Advokat dan Konsultan Hukum pada tahun 1998. Selama
berprofesi sebagai Advokat dan Konsultan Hukum Pemohon 1 telah mengantongi
beberapa gelar sebagai berikut :
a. Memperoleh gelar S.H. (Sarjana Hukum) dengan menamatkan pendidikan Strata-
1 (S1) di Universitas Indonesia pada tahun 1987 [bukti P-10]
b. Memperoleh gelar M.H. (Magister Hukum) dengan menamatkan pendidikan
Strata-2 (S2) di Universitas Indonesia pada tahun 1989 [bukti P-11]
c. Memperoleh gelar Dr. (Doktor) dengan menamatkan pendidikan Strata-3 (S3) di
Universitas Diponegoro pada tahun 1994 [bukti P-12]

21. Bahwa melanjuti keterangan diatas, Pemohon 1 telah diangkat dan disumpah sebagai
Advokat oleh Organisasi Advokat, yakni PERADI, pada tanggal 1 April 1999,
berdasarkan Tanda Pengenal Sementara Advokat tertanggal 1 April 1999 [bukti P-
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

13] dan Salinan Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat


Indonesia Nomor : KEP/01.0499/ADV/PERADI/DPN/IV/1999 [bukti P-14]. Bahwa
selama Pemohon 1 menjalankan profesinya sebagai Advokat dan Konsultan Hukum
setelah menamatkan pendidikan Strata-1 (S1) dan memperoleh gelar S.H. (Sarjana
Hukum), Pemohon 1 juga meneruskan pendidikannya dengan menempuh dan
menamatkan pendidikan Strata-2 (S2) di Universitas Indonesia dan memperoleh gelar
M.H. Kemudian Pemohon 1 telah mendirikan dan membuka Firma Hukumnya pada
tahun 1999 dengan nama Dasa & Co. Law Firm. Lalu setelah itu Pemohon 1
meneruskan pendidikannya dan menamatkan pendidikan Strata-3 (S3) di Universitas
Diponegoro dan memperoleh gelar Dr. (Doktor) pada tahun 1994. Sehingga apabila
ditotal hingga saat ini (tahun 2021) Pemohon 1 telah mempunyai pengalaman kerja di
bidang hukum selama 23 (dua puluh tiga) tahun serta memiliki gelar kesarjanaan
tertinggi.

22. Mengenai Pemohon 2 (Dr. Lucy, S.H., M.H.). Pemohon 2 merupakan Advokat dan
Konsultan Hukum pada Deviant & Partners Law Office, dimana dalam menjalankan
profesinya sebagai Advokat dan Konsultan Hukum Pemohon 2 telah menekuninya
selama 24 (dua puluh empat) tahun, yakni Pemohon 2 telah memulai profesinya
sebagai Advokat dan Konsultan Hukum pada tahun 1998. Selama berprofesi sebagai
Advokat dan Konsultan Hukum Pemohon 2 telah mengantongi beberapa gelar
sebagai berikut :
a. Memperoleh gelar S.H. (Sarjana Hukum) dengan menamatkan pendidikan Strata-
1 (S1) di Universitas Indonesia pada tahun 1987 [bukti P-15]
b. Memperoleh gelar M.H. (Magister Hukum) dengan menamatkan pendidikan
Strata-2 (S2) di Universitas Diponegoro pada tahun 1989 [bukti P-16]
c. Memperoleh gelar Dr. (Doktor) dengan menamatkan pendidikan Strata-3 (S3) di
Universitas Diponegoro pada tahun 1994 [bukti P-17]

23. Bahwa melanjuti keterangan diatas, Pemohon 2 telah diangkat dan disumpah sebagai
Advokat oleh Organisasi Advokat, yakni PERADI, pada tanggal 9 Agustus 1999,
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

berdasarkan Tanda Pengenal Sementara Advokat tertanggal 9 Agustus 1999 [bukti P-


18] dan Salinan Keputusan Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat
Indonesia Nomor : KEP/09.0899/ADV/PERADI/DPN/VIII/1999 [bukti P-19].
Bahwa selama Pemohon 2 menjalankan profesinya sebagai Advokat dan Konsultan
Hukum setelah menamatkan pendidikan Strata-1 (S1) dan memperoleh gelar S.H.
(Sarjana Hukum), Pemohon 2 juga meneruskan pendidikannya dengan menempuh
dan menamatkan pendidikan Strata-2 (S2) di Universitas Diponegoro dan
memperoleh gelar M.H. Setelah itu Pemohon 2 bergabung dengan Deviant &
Partners Law Office pada tahun 1999. Lalu Pemohon 2 meneruskan pendidikannya
dan menamatkan pendidikan Strata-3 (S3) di Universitas Diponegoro dan
memperoleh gelar Dr. (Doktor) pada tahun 1994. Sehingga apabila ditotal hingga saat
ini (tahun 2021) Pemohon 2 telah mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum
selama 24 (dua puluh empat) tahun serta memiliki gelar kesarjanaan tertinggi.

24. Bahwa Para Pemohon memiliki hak konstitusional, yakni hak sebagai warga negara,
seperti telah tertuang dalam UUD NRI 1945, yakni kebebasan dalam memilih
pekerjaan, yang dalam hal ini bagi Para Pemohon dianggap untuk mampu
meningkatkan totalitas dalam bekerja demi kelangsungan dan meningkatkan taraf
hidupnya. Dengan ini Para Pemohon hendak memilih pekerjaan/profesi keduanya
sebagai Hakim Konstitusi. Bahwa Para Pemohon telah memenuhi seluruh kualifikasi
sebagai calon Hakim Konstitusi, namun adanya frasa “kecuali advokat”, telah
menyebabkan terkucilnya Para Pemohon untuk mencapai apa yang dicita-
citakannya.

25. Bahwa salah satu ketentuan yang terdapat dalam Kode Etik Hakim yakni
“Menjunjung Tinggi Harga Diri”, dimana disitu terdapat ketentuan "Hakim dilarang
bekerja dan menjalankan fungsi sebagai layaknya seorang Advokat, kecuali jika
Hakim tersebut menjadi pihak di persidangan”. Dapat dimaknai bahwa terbukanya
kesempatan Para Pemohon sebagai Advokat untuk menjadi Hakim Konstitusi selama
pada saat menjalankan tugasnya sebagai Hakim, Para Pemohon juga tidak sedang
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

menjalankan profesinya sebagai Advokat dalam persidangan yang sedang


berlangsung.

26. Bahwa Hakim merupakan pejabat negara. Kemudian dalam Pasal 20 Ayat (3)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat,
selanjutnya disebut “UU Advokat” [bukti P-20] dijelaskan bahwa “Advokat yang
menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi Advokat selama
memangku jabatan tersebut.” Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hal ini dapat
dimaknai bahwa terbukanya kesempatan Para Pemohon sebagai Advokat untuk
menjadi Hakim Konstitusi selama pada saat menjalankan tugasnya sebagai Hakim,
Para Pemohon juga tidak sedang menjalankan profesinya sebagai Advokat dalam
persidangan yang sedang berlangsung.

27. Bahwa potensial kerugian yang Para Pemohon alami yaitu selain terbatasnya hak
Para Pemohon untuk memilih pekerjaan yang diingininya demi tujuan mencapai
kesuksesan dalam kesetaraan hidupnya, terbatas juga hak Para Pemohon untuk
mendapatkan penghasilan yang dianggapnya layak bagi pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Sehingga hal ini menghantarkan Para Pemohon kedalam situasi yang
sangat tidak dimungkinkan untuk memenuhi hak-hak konstitusionalnya.

28. Bahwa sehubungan dengan syarat keempat, kerugian konstitusional yang Para
Pemohon rasakan tersebut akibat diskriminatif dan tidak adilnya frasa “kecuali
advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK. Para Pemohon merasa rumusan
frasa “kecuali advokat” yang diksriminatif dan tidak adil pada Pasal a quo akan
berpotensi mengurangi dan/atau menghilangkan hak-hak hukum Para Pemohon
sebagai warga negara Indonesia karena frasa dalam pasal a quo telah menghantarkan
Para Pemohon kedalam situasi ketidakadilan dan bertentangan dengan perlindungan
hak dan konstitusional yang dimiliki oleh Para Pemohon, dengan perwujudan
pembatasan pekerjaan yang dapat dipilih oleh Para Pemohon serta pembatasan Para
Pemohon untuk menghasilkan penghasilan yang layak bagi kebutuhan hidupnya.
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

29. Bahwa sehubungan dengan syarat kelima, Para Pemohon berkeyakinan


bahwasannya kerugian konstitusinal yang Para Pemohon rasakan tersebut tidak akan
terjadi lagi apabila Permohonan a quo dikabulkan. Dengan dihapuskannya frasa
“kecuali advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK sesuai dengan apa yang
Para Pemohon ajukan, maka Para Pemohon dapat kembali memperoleh haknya
untuk memilih pekerjaan yang diingininya, dalam hal ini Hakim Konstitusi, serta
Para Pemohon berpotensi dapat kembali mendapatkan penghasilan yang
dianggapnya layak bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya, karena selain berprofesi
sebagai Advokat, Para Pemohon juga memiliki profesi sebagai Hakim Konstitusi.

30. Bahwa berdasarkan uraian para pemohon diatas maka adalah berdasar untuk
kemudian para pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam
permohonan yang dimohonkan. Untuk itu adalah berdasar permohonan para pemohon
dinyatakan diterima.

IV. ALASAN DAN DASAR PERMOHONAN UJI MATERIIL

IV. A. Rumusan Frasa “kecuali advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK
bersifat diskriminatif dan tidak adil, sehingga bertentangan dengan Pasal 28E
Ayat (1) UUD NRI 1945

31. Bahwa Indonesia sebagai negara hukum telah menjamin hak-hak tiap warga
negaranya untuk bebas dalam memilih pekerjaan yang dikehendakinya, sebagaimana
tertuang dalam Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945 yang berbunyi:
“Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.”

32. Bahwa dalam UU MK terdapat ketentuan yang menciderai hak kebebasan memilih
pekerjaan bagi warga negara Indonesia sesuai dengan Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

1945, yang kemudian dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK yang
berbunyi :
“Mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun
kecuali advokat; dan/atau untuk calon hakim yang berasal dari lingkungan MA,
sedang menjabat sebagai hakim tinggi atau sebagai hakim agung.”

33. Bahwa dengan pemberlakuan Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK yang mengandung
frasa “kecuali advokat” maka menjadikan terbatas dan/atau hilangnya hak Para
Pemohon untuk memilih pekerjaan yang diingininya demi tujuan mencapai
kesuksesan dalam kesetaraan hidupnya, serta terbatas juga hak Para Pemohon untuk
mendapatkan penghasilan yang dianggapnya layak bagi pemenuhan kebutuhan
hidupnya.

34. Bahwa Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945 perlu dijamin perlindungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhannya dikarenakan hak asasi manusia merupakan aspek
penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hak atas pemenuhan dan pemilihan
pekerjaan merupakan suatu hak yang mendasar dari kehidupan bernegara dan sudah
seharusnya bagi negara untuk menjamin hak semua orang atas kesempatan untuk
mencari nafkah melalui pekerjaan yang dipilihnya. Serta pada hakikatnya memilih
pekerjaan adalah hak setiap warga negara karena dengan diundangkannya UUD NRI
1945 maka tiap warga negara mempunyai hak untuk memilih jalan hidupnya sendiri
untuk menemukan kenyamanan hidup.

35. Bahwa pelaksanaan pemenuhan hak-hak warga negara sebagaimana terdapat dalam
UUD NRI 1945 merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebagaimana
termaktub pada Pasal 71 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, selanjutnya disebut “UU HAM” [bukti P-21] yang berbunyi :
“Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,
dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan
perundang-undangan lain, dan hukum internasional tentang hak asasi manusia yang
diterima oleh negara Republik Indonesia”
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

36. Bahwa Indonesia sebagai negara hukum, telah memberikan pengakuan hak individu
yang telah diatur UUD NRI 1945 dimana UUD NRI 1945 mengikat setiap warga
negara bahkan pemerintah sendiri agar tercipta jaminan keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum mengenai hak seseorang, hal ini sejalan dengan teori hukum yang
dikembangkan oleh Roscou Pound yaitu hukum adalah alat rekayasa sosial (Law as a
tool of social engineering).

37. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, menurut hemat Para Pemohon, bahwa
Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK tidak mampu menjamin terselenggaranya hak
konstitusional Para Pemohon akan suatu keadilan, akibat kegagalan pasal a quo
dalam memberikan hak kebebasan Para Pemohon dalam memilih pekerjaan sesuai
apa yang dikehendakinya. Oleh karenanya, Para Pemohon berkeyakinan teguh pasal
a quo telah bertentangan dengan Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945.

IV. B. Rumusan Frasa “kecuali advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK telah
menciderai hak Advokat untuk menjabat sebagai Hakim Konstitusi, sehingga
bertentangan Asas Ketidakberpihakan

38. Bahwa Hakim Konstitusi, Arief Hidayat, dalam seminar nasional, Kamis (14/11) di
Universitas Tarumanegara menyatakan bahwa “HAM dapat dibatasi tapi pembatasan
itu mensyaratkan tujuh hal yaitu, pertama, diatur dalam UU. Kedua, didasarkan
atas alasan-alasan yang sangat kuat, masuk akal dan proporsional serta tidak
berlebihan. Ketiga, dilakukan untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas
hak kebebasan orang lain. Keempat, memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat yang demokratis. Kelima, tidak diskriminatif. Keenam, tidak
menghambat atau menghilangkan secara tidak sah hak warga negara untuk
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Terakhir, ketujuh, berkait
dengan hak pilih, pembatasan berdasarkan atas pertimbangan ketidakcakapan,
misalnya faktor usia, keadaan jiwa, dan ketidakmungkinan, misalnya karena dicabut
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

hak pilihnya oleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan pada
umumnya individual dan tidak kolektif.”

39. Bahwa dengan hal tersebut diatas, maka tidak seharusnya dilakukan pembatasan
HAM (dalam hal ini hak kebebasan memilih pekerjaan) mengenai penjabatan sebagai
Hakim Konstitusi bagi Advokat, karena penjabatan tersebut tidak masuk dalam
kualifikasi HAM yang dapat dibatasi menurut Hakim Konstitusi, Arief Hidayat,
sehingga disini terlihat adanya keterbukaan dan kesempatan bagi setiap kalangan
masyarakat yang berprofesi sebagai Advokat untuk menjabat sebagai Hakim
Konstitusi, apabila syarat-syarat lain telah dipenuhi.

40. Bahwa frasa “kecuali advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK secara
langsung dan nyata telah mengecualikan para Advokat, khususnya Para Pemohon
untuk memilih pekerjaan yang diingininya demi tujuan mencapai kesuksesan dalam
kesetaraan hidup bermasyarakat dan bernegara, serta perlindungan atas terciptanya
kesejahteraan bagi dirinya. Sehingga dengan adanya ketentuan ini akan menutup
ruang kesuksesan bagi Para Pemohon dan justru memperluas ruang bagi pembuat
UU untuk bersikap diskriminatif bagi berbagai kalangan, khususnya bagi para
Advokat dalam perkara ini.

41. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, menurut hemat Para Pemohon, bahwa
Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK telah gagal dalam menjamin terselenggaranya
hak-hak konstitusional Para Pemohon dengan tidak mengikutsertakan Para
Pemohon mendapatkan kesempatan yang sama dalam memilih pekerjaan yang
diingininya, sehingga melanggar Asas Ketidakberpihakan, dimana Asas
Ketidakberpihakan adalah asas yang mewajibkan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan
dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak
diskriminatif.
42. Bahwa berdasarkan seluruh uraian alasan dan dasar permohonan diatas, maka adalah
berdasar untuk kemudian frasa "kecuali advokat” dalam ketentuan pasal 15 ayat (2)
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

huruf h UU MK itu dinyatakan bertentangan dengan pasal 28e ayat (1) UUD NRI
1945.
43. Bahwa dengan bertentangannya frasa "kecuali advokat” dalam ketentuan pasal 15
ayat (2) huruf h UU MK terhadap pasal 28e ayat (1) UUD NRI 1945, maka adalah
berdasar pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK dinyatakan tidak sah serta tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat, sepanjang frasa “kecuali advokat” tersebut tidak
dihilangkan

V. PETITUM

Berdasarkan uraian diatas dan bukti-bukti terlampir, jelas bahwa dalam permohonan uji
materiil ini terbukti bahwa Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK telah merugikan hak-hak
konstitusional Para Pemohon yakni hak kebebasan memilih yang dijamin dalam UUD
NRI 1945, khususnya Pasal 28E Ayat (1) UUD NRI 1945. Oleh karena itu, diharapkan
dengan dikabulkannya permohonan ini dapat mengembalikan hak-hak konstitusional
Para Pemohon sesuai dengan amanat konstitusi.

Dengan demikian, Para Pemohon memohon kepada Majelis Hakim Konstitusi yang
terhormat berkenan untuk memberikan putusan dengan amar sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan permohonan para pemohon untuk seluruhnya.


2. Menyatakan frasa “kecuali advokat” dalam Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK
bertentangan dengan UUD NRI 1945
3. Menyatakan Pasal 15 ayat (2) huruf h UU MK tidak sah dan tidak memiliki
kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “kecuali advokat” tersebut tidak
dihilangkan
4. Memerintahkan untuk memuat amar putusan Mahkamah Konstitusi yang
mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk dimuat dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

atau
FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS
Jl. Danau Rawa Pening III H5 E6 , Kota Malang
No . Tlp 087873720943
Email : arisetiawan3723@gmail.com

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Bilamana Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, maka dalam peradilan yang baik,
mohon putusan lain yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Hormat kami,

FIRMA HUKUM HARRY & PARTNERS

M.HARRY SETIAWN NASUTION, S.H., M.H. M. HABIBULLOH, S.T., S.H.

Anda mungkin juga menyukai