Pasal 3
(1) Berdasarkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (4) yang berhak mengajukan permohonan pembayaran ganti rugi kepada Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)melalui Badan Tata Usaha Negara setempat,
dengan melampirkan
a Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
b Asli dan salinan/foto copy petikan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.
(2) Badan Tata Usaha Negara seagaimana dimaksud dalam ayat (1), mengajukan Surat
Perintah Pembayaran Langsung (SPPLS) kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara (KPKN) pembayar.
Pasal 4
(1) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) menerbitkan Surat Perintah
Membayaan Langsung (SPMLS) kepada yang berhak.
(2) Asli petikan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara, setelah dibubuhi cap bahwa
telah dilakukan pembayaran,oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
dikembalikan kepada yang berhak.
Pasal 5
(1) Terhadap Pejabat Tata Usaha Negara yang karena kesalahan atau kelalaiannya
mengakibatkan Negara harus membayar ganti rugi, dapat dikenakan sanksi
administratif brdasaran peraturan perundang-undangan yang brlaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991.
(2) Menteri Keungan cq. Direktur Jenderal Anggaran melakukan penatausahaan atas
pembayaran ganti rugi berdasarkan keputusan ini.
(3) Menteri Keungan cq. Direktur Jenderal Anggaran melakukan pemantaun upaya
permintaan ganti rugi terhadap pejabat Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)
Pasal 6
Pasal 7
2.2 Pengaturan Pelaksanaan Puutusan Pengadilan Tata Usaha Negara Era Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradila Tata Usaha Negara.
(1) Salinan putusan Pengadilan yag telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dikirimkan kepada para pihak dengan surat tercatat oleh Panitera
Pengadilan setempat atas perintah Ketua Pengadilan yang megadilinya
dalam tingkat pertama selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat) belas
hari.
Penjelasan
Pasal 116
Ayat (1)
Meskipun putusan Pengadilan belum mempeeroleh kekuatan
hukum tetap, para pihak yang berperkara dapat memeroleh salinan
putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap.
Tenggang waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak saat putusan
Pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Catatan :
Catatan
Normanya sama dengan Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Catatan
Normanya sama dengan Pasal 116 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
(4) Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap pejabat yang
bersangkutan dikenakan paksa berupa berupa pembayaran sejumlah uang
paksa dan/atau sanksi administratif.
Penjelasan
Pasal 116
Ayat (4)
Catatan
Normanya berubah sama sekali dengan yang terdapat di dalam Pasal 116 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.