Anda di halaman 1dari 4

(1) Dengan melampirkan putusan Pengadilan, Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara

setempat atas permohonan yang berhak, mengajukan permohonan penyediaan dana


kepada Menteri cq. Sekertaris Jendera atau Ketua Lembaga yang bersangkutan yang
dikenakan ganti rugi.
(2) Berdasarkan Permohonan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Menteri cq. Sekertaris Jenderal atau Ketua Lembaga yang
bersangkutan, mengajukan permintaan penerbitan Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
kepada Menteri Keungan cq. Direktur Jenderal Anggaran disertai dengan putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara yang menjadi dasar permintaanya.
(3) Berdasarkan permintaan Menteri cq. Sekertaris Jenderal atau Ketua Lembaga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Menteri Keungan cq. Direktur Jenderal
Anggaran melakukan penlitian dalam menerbitkan Surat Keputusann Otorisasi
(SKOatas beban Bagian Pembiayaan dan Penghitungan Anggaran Belanja Negara
Rutin.
(4) Asli Surat Keputusan Otorisasi (SKO) tersebut disampaikan kepada yang berhak.

Pasal 3
(1) Berdasarkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
ayat (4) yang berhak mengajukan permohonan pembayaran ganti rugi kepada Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)melalui Badan Tata Usaha Negara setempat,
dengan melampirkan
a Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
b Asli dan salinan/foto copy petikan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.
(2) Badan Tata Usaha Negara seagaimana dimaksud dalam ayat (1), mengajukan Surat
Perintah Pembayaran Langsung (SPPLS) kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara (KPKN) pembayar.

Pasal 4
(1) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) menerbitkan Surat Perintah
Membayaan Langsung (SPMLS) kepada yang berhak.
(2) Asli petikan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara, setelah dibubuhi cap bahwa
telah dilakukan pembayaran,oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
dikembalikan kepada yang berhak.

Pasal 5
(1) Terhadap Pejabat Tata Usaha Negara yang karena kesalahan atau kelalaiannya
mengakibatkan Negara harus membayar ganti rugi, dapat dikenakan sanksi
administratif brdasaran peraturan perundang-undangan yang brlaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1991.
(2) Menteri Keungan cq. Direktur Jenderal Anggaran melakukan penatausahaan atas
pembayaran ganti rugi berdasarkan keputusan ini.
(3) Menteri Keungan cq. Direktur Jenderal Anggaran melakukan pemantaun upaya
permintaan ganti rugi terhadap pejabat Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)
Pasal 6

Pelaksanaan teknis Keputusan ini diakukan oleh Direktur Jenderal Anggaran.

Pasal 7

Keputuan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini


dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2.2 Pengaturan Pelaksanaan Puutusan Pengadilan Tata Usaha Negara Era Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradila Tata Usaha Negara.

Era berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
Disahkan pada tanggal 29 Maret 2004 dan Diundangkan pada tanggal 29 Maret 2004
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4380 telah dilakukan perubahan mngenal
mekanisme tata cara pelaksanaan eksekusi yang diatur di dalam Pasal 116 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur
di dalam Pasal 1 anngka 36. Ketentuan Pasal 116 diubah sehingga menjadi :

(1) Salinan putusan Pengadilan yag telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
dikirimkan kepada para pihak dengan surat tercatat oleh Panitera
Pengadilan setempat atas perintah Ketua Pengadilan yang megadilinya
dalam tingkat pertama selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat) belas
hari.

Penjelasan
Pasal 116
Ayat (1)
Meskipun putusan Pengadilan belum mempeeroleh kekuatan
hukum tetap, para pihak yang berperkara dapat memeroleh salinan
putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap.
Tenggang waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak saat putusan
Pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Catatan :

Normanya sama dengan Pasal 116 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5


Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
(2) Dalam hal 4 (empat) bulan setelah putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikirimkan, tergugat tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf a, Keputusan Tata Usaha Negara
yang di sengketakan itu tidak mempunyai kekuatan hukum lagi.

Catatan
Normanya sama dengan Pasal 116 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

(3) Dalam hal tergugat ditetapkan harus melaksanakan kewajibannya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (9) huruf b dan huruf c, dan
kemudian setelah 3 (tiga) bulan ternyata kewajiban tersebut tidak
dilaksanakannya, penggugat mengajukan permohonan kepada Ketua
Pengadilan asebagaimana dimaksud pada ayat (1) agar Pengadilan
memerintahkan tergugat melaksaakan putusan Pengadilan tersebut.

Catatan
Normanya sama dengan Pasal 116 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

(4) Dalam hal tergugat tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terhadap pejabat yang
bersangkutan dikenakan paksa berupa berupa pembayaran sejumlah uang
paksa dan/atau sanksi administratif.

Penjelasan
Pasal 116
Ayat (4)

Yang dimaksud dengan “pejabat yang bersangkutan dikenakan


uang apaksa” dalam ketentuan ini adalah pembebanan berupa
pembayaran sejumlah uang yang ditetapkan oleh hakim karena
jabatannya yang dicantumkan dalam amar putusan pada saat
memutuskan mengabulkan gugatan penggugat.

Catatan

Normanya berubah sama sekali dengan yang terdapat di dalam Pasal 116 ayat
(4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.

(5) Pejabat yang tidak melaksanakan putusan pengadilan sebagaimana


dimakasud pada ayat (4) diumumkan pada media massa cetak setempat
oleh Panitera sejak tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat(3)
Catatan
Noranya berubah sama sekali dengan yang terdapat didalam Pasal 116 ayat
(5) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.

Anda mungkin juga menyukai