Anda di halaman 1dari 8

1

Melewati Garis Batas


Ketika Persahabatan Menjadi Cinta yang Tak Terbalas

Terdengar suara riuh saat dia pertama kali menginjakkan kaki di depan gerbang sekolah. Hari ini
adalah hari pertamanya memasuki jenjang baru, sekolah menengah atas. Matanya melihat sekeliling
sembari mencari teman SMP-nya yang masuk di sini juga.

"Vilena..." seseorang berteriak keras dari arah belakangnya, Vilena langsung membalikkan badan dan
melihat seorang cowok berbadan tegap yang dengan semangat melambaikan tangannya kepada Vilena,
seolah-olah berkata ‘hey aku disini’. Vilena pun berlari dan langsung mendekati cowok itu, tanpa peduli
dengan orang-orang yang melihat mereka.

"Hah? Apa aku ngga salah lihat?" Vilena berkata dengan terengah-engah karena berlari begitu cepatnya.

"Kamu sekolah disini juga? tapi kok kamu nggak beri tau aku sih?" lanjutnya sambil menunjuk si cowok.

“Ya, emang harus wajib banget ngasih tau? Lagian biar surprise kali, tadaaa”, seru cowok itu

“Wajibb dongg, eh tapi surprisenya berhasil sih, ga nyangka aja kamu disini”, kata Vilena sambil nyengar
nyengir.

Mereka berdua pun menuju mading pengumuman,

“Yuhuuuuuuu, kita sekelass”, ucap Vilena kegirangan, sambil mengarahkan jari ke mading. Jelas ia sangat
senang, bisa sekelas dengan cowok itu.

Cowok itu Noey, sahabat yang ia kenal sedari duduk di bangku menengah pertama. Mereka berdua selalu
melewati hari bersama-sama, Noey bukan sembarang sahabat, dia sudah seperti saudara bagi Vilena,
mereka berdua begitu dekat, saling membantu dan membutuhkan. Tidak sulit bagi Vilena dan Noey untuk
menjadi sepasang sahabat yang saling melengkapi dan menerima apa adanya. Mereka jiwa yang menyatu,
saling menyalurkan energi, suka duka dirasakan bersama.

“Nampaknya seneng banget yaa, hahaha...yaudah, karena udah tau dimana kelas kita, lebih baik sekarang
kita ke kantin, aku lapar", ucap Noey sambil memegang perutnya.

"Yaudah ayokk, aku juga lapar" Vilena menjawab dengan tersenyum sambil berjalan duluan menuju kantin.

Setelah berjalan cukup jauh, Ia merasa tak ada yang mengikuti, dan benar saja, Vilena membalikkan badan,
ia tidak melihat Noey. Sontak Vilena mencarinya dan berteriak ke arahnya dengan amat kesal, tanpa
mempedulikan orang disekitar mereka.

"Eh asal kamu tau, kamu-nya aja yang jalan kecepatan. Bilang aja kamu lapar banget, makanya jalan
duluan", tukas Noey, kesal, sambil berjalan pelan kearah Vilena.

"Idih, malah nuduh akuu, kamu aja tuh yang lambatt!”, timpal Vilena dengan wajah muram.

"Lambat dari mananya? Bilang aja kamu nyari alesannnnn", ujar Noey.

"Enak aja!"

"Memang ya dari dulu kamu ga pernah berubah, masih sama bawelnya, hahahaha….”, sindirnya.

2
"Ihhhhh…………., ledek trusss!", jawab Vilena, kesal, dahinya mengeriput.

"Terserah kamu aja deh….", kata Noey sambil terkekeh-kekeh.

Mereka berdua saling menatap dengan sebal, namun beberapa detik kemudian, wajah muram seketika
sirna, mereka tertawa kembali. Setiap kali mereka bertemu, ya begini jadinya, kadang ada waktu dimana
mereka menikmati hari dengan cara yang aneh, tidak, jangan tanyakan hal aneh apa, mereka terkadang
absurd bahkan sampai ditengah-tengah keramaian.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN…………

"Udah penuh nih?"

"Waduh, iyaa", ucap Vilena, sambil memandangi sekitar, ia tampak kebingungan.

"Terus kita duduknya gimana?", tanya Noey.

"Hmm, yok kita cari dibagian depan sana!", Vilena mengajaknya untuk mencari tempat duduk. Tampaknya
mereka berdua terlalu lama, kantin sudah dipenuhi para murid. Dengan terus berjalan, Vilena menarik
tangan Noey, yaap! Itu dia. Ternyata masih ada meja yang kosong, segera saja Vilena menarik Noey untuk
mendekat.

"Kamu mau makan apa? Biar aku pesenin" tanya Noey dengan berani. Vilena hanya terdiam kebingungan
memperhatikan banyaknya menu makanan, minuman dan jajanan.

"Yang mana nih jadinya?”, tanya Noey lagi.

"Mmm, baksso-- eh ngga, nasi goreng aja deh", Vilena menjawab sambil nyengir.

"Trus minumannya?", tanya Noey lagi. “Nggak mungkin kan, makan tanpa minum”, lanjutnya.

"Es teh manis aja deh"

"Okey, tunggu disini ya, aku pesan dulu", jawab Noey sambil berjalan menuju tempat pemesanan.

Vilena hanya melihat sekitar dan sesekali melihat gawainya yang tiba-tiba bergetar karena notifikasi yang
bermunculan, ia menghapus beberapa notifikasi yang tidak penting.

Sedang sibuk menghapus notif yang muncul, tiba-tiba seorang cowok mendekati Vilena, tidak, bukan Noey.

"Hmm... Boleh gabung? Soalnya meja udah penuh semua" tanya cowok itu sambil menunjuk dan menoleh
meja-meja yang sudah penuh.

"Oh iya, silahkan, duduk aja" jawab Vilena dengan senyum.

"Makasih" balas cowok itu sambil tersenyum kecil.

Vilena mengangguk sebagai balasan, dan kemudian fokus pada gawainya. Cowok tersebut tiba-tiba
mengulurkan tangan kearahnya, Vilena pun langsung menghadap.

“Oh iya, maaf kalau berlaku tak sopan, kita boleh kenalan?”, tanya cowok itu, ia kembali melemparkan
senyuman.

“Oh, boleh saja”, kata Vilena.


3
“Aku Aaron, kelas 10 A, salam kenal”

“Hai aku Vilena, panggil aja Lena”

Sewaktu mereka bersalaman dan berkenalan, tiba-tiba Noey datang dari kasir kantin, ditangannya ada
nampan yang diatasnya ada pesanan Vilena dan pesanannya juga. Ia pun duduk disamping Vilena.

“Lama bangeett sihh kamuu, aku capek nungguinnyaa….”, tukas Vilena dengan wajah kesal.

“Maaf lamaa, tadi pesanan banyak, jadi aku harus nunggu, yang penting sekarang pesanannya udah dateng
kan? Ayok mari makan, udah laper banget nih”, jawab Noey dengan lembut.

Ketika mengangkat pesanannya dari atas nampan, Noey melihat cowok yang ada di depannya. Cowok itu
pun menghadap Noey.

“Hai, aku Aaron, maaf menggangu kalian berdua, aku numpang duduk disini ya, soalnya pada penuh semua,
salam kenal”, Aaron memperkenalkan dirinya.

“Salam kenal, aku Noey dan ini Vilena”, Noey tersenyum kepadanya.

Mereka pun makan bersama sambil bercerita, tidak terasa mereka sudah harus memasuki ruangan kelas.
Waktu pun berlalu, akhirnya jam pelajaran telah selesai. Vilena menunggu jemputan di depan gerbang
sekolah. Jangan tanyakan Noey, Vilena pun tak tau Noey dimana, sewaktu pulang Noey tiba-tiba
menghilang entah kemana.

“Beep, beep”, terdengar suara klakson dari arah belakang Vilena.

“Ayok naik”, tiba-tiba ada suara dari arah belakang Vilena yang mengagetkannya.

“Astaga, bikin kaget aja, kamu dari mana aja, kok dari tadi kaga kelihatan?”, tanya Vilena sambil memukul
pelan bahu Noey.

“Ah, tadi aku ambil motor dulu di parkiran, kamu kok kayak kelihatan kesal?”, jawab Noey sambil
mengerutkan dahinya, ia terlihat kebingungan.

“Iya nih, capek banget, dari tadi aku nungguin Pak Darman tapi dia gak dateng-dateng sampai sekarang”,
jawab Vilena dengan wajah sebal. Pak Darman adalah supir Vilena yang selama ini mengantar-jemputnya
untuk bersekolah.

“Yaudah biar aku yang anterin kerumah, free, gratis, pastinya aman terkendali”, kata Noey dengan antusias
sambil mengambil tangan Vilena untuk segera naik ke atas motor.

“Wah, asyikkk, beneran nih?”, jawab Vilena dengan wajah yang langsung berubah jadi ceria. Vilena segera
naik ke atas motor Noey.

“Iyaa, yaudah pegangan”, ucap Noey sambil menyalakan motor merahnya.

Mereka berdua terlihat sangat senang dan menikmati perjalanan pulang. Noey tersenyum sambil
melajukan motor, ia tersenyum tanpa sepengetahuan Vilena. Noey sangat senang jika ia dapat menikmati
waktunya bersama Vilena, sahabat yang selama ini ia lindungi dan sahabat yang selama ini bisa ada dan
terus bersamanya. Vilena juga ikut tersenyum, ia merasa aman dan nyaman dengan Noey. Vilena berharap,
ia bisa menjadi sahabat selamanya bagi Noey.

4
Seminggu pun berlalu, Sabtu itu, Noey mengajak Vilena untuk menyaksikan pertandingan basket, dimana
Noey juga ikut bertanding, ya, Noey memang jago basket, dari SMP, Noey memang sudah terkenal dalam
menggiring dan memasukkan bola berwarna orange itu ke dalam ring.

“Len, gimana? Kamu jadi ikut nantii?”, tanya Noey

“Ya jadilah, siapa sih yang ga pengen lihatin kamu main basket”, ucap Vilena, menggoda.

“Ah bisa aja, oke deh kalau gitu, kita nanti barengan aja”, seru Noey.

“Okeeeee”, jawab Vilena dengan antusias

Sore itu mereka berangkat menuju Hall Basket Citra, tempat Noey bertanding, ia mewakili sekolahnya
untuk turnamen.

“Oke kitaa udah sampaiii, bentar lagi mulai nih, aku langsung kedalam yaa”, kata Noey sambil mengantar
Vilena ke tribun penonton dan bergegas ke kamar ganti pemain.

“Semangat Noeyy, kamu pasti bisaa”, seru Vilena kegirangan, ia memegang erat tangan Noey dan
meyakinkannya.

Pertandingan pun segera dimulai. Kedua tim memasuki lapangan dan saling bersalam-salaman. Vilena
memperhatikan mereka dari jauh, bola mata Vilena memperhatikan sekitar dan juga para pemain, Namun,
tiba-tiba pandangan Vilena teralihkan kepada seorang cowok berambut coklat dan berbadan tinggi.

“Eh, yang itu kayaknya kenal deh, hmm tapi siapa ya”, kata Vilena dalam hati sambil terus mengamati
cowok itu.

“Bukannya Aaron ya? Eh iya pasti diaa, keren juga dia”, lanjut Vilena, ia memperhatikan Aaron yang juga
bermain di tengah lapangan saat itu. Aaron ternyata salah satu teman dekat Noey yang juga gemar bermain
basket. Ia baru saja memasuki tim basket Nusant seminggu yang lalu. Seketika, Aaron juga tiba-tiba
mengalihkan pandangannya kepada Vilena, sadar karena diperhatikan, Vilena langsung membuang muka.

Pertandingan pun usai, skor akhir dimenangkan oleh tim Nusant, Noey dan kawan-kawan. Mereka berdua
pun memutuskan untuk pulang, Noey pergi ke tribun penonton dan mencari Vilena.

“Eh Vilena dimana sihh, main ngilang ngilang aja”, Noey khawatir.

Noey mengecek di luar Hall, ia menemukan Vilena sedang berbicara dengan seorang cowok, tidak sempat
mendengar pembicaraan mereka, Vilena langsung menuju kearah Noey.

“Darimana aja? Main ngilang-ngilang aja”, kata Noey, kesal.

“Maaf bangett, aku tiba-tiba disamperin sama Aaron, yang minggu lalu, waktu di kantin ituu, dia temen
kamu juga kan?”, balas Vilena.

“Iya, kalian ngapain tadi, kok kayak serius banget”, kata Noey dengan penasaran.

“Oh ngga, dia cuma bicara beberapa hal, dia keren juga ya Noey, kalian satu tim? Ngomong-ngomong
selamat yaaaa”, seru Vilena, ia masih terlihat antusias.

5
“Iya, terimakasih”, jawab Noey, singkat.

“Buruan kita pulang, ntar keburu malem”, lanjut Noey.

Mereka berdua pun pulang. Sore itu Vilena senang bisa menonton pertandingan Noey, tapi ada hal lain
yang membuat Vilena tersenyum-senyum sendiri, ia bisa bertemu dengan Aaron, ia mengaguminya.
Berbeda dengan Noey, seketika wajahnya terlihat sedikit muram, Vilena yang tersenyum kearah Aaron
membuat Noey bertanya-tanya. Ini kali pertama Noey melihat Vilena bisa sedekat itu kepada cowok lain
selain dirinya. Perjalan pulang sore itu terlihat kurang menyenangkan bagi Noey, namun ia belum menaruh
kecurigaan lebih dalam terhadap Aaron dan Vilena.

Beberapa hari berjalan. Sejak pertemuan di hall basket itu, Vilena jadi ingin mencari tau lebih tentang
Aaron, ia penasaran kepadanya. Kerap kali Vilena menyempatkan untuk datang ke kelas Aaron hanya
sekedar melihatnya, lantas bagaimana dengan Noey, tidak, tidak, Vilena dan Noey masih terlihat akrab dan
masih bersahabat, namun Noey masih tetap mengingat kejadian itu.

“Hai, gimana kalau kita ketemuan di taman Bestari nanti? Aku mau bilang sesuatu”, sebuah pesan muncul
dari gawai Vilena.

“Hai Ar, boleh ajaa”, tanpa pikir panjang Vilena membalasnya.

“Kamu mau aku anterin?”, balas Aaron.

“Oh, ngga apa apa kok, aku bisa bareng temen aku nanti”, jawab Vilena sambil memberi emoticon senyum
pada pesan Aaron.

“Oke kalau gitu jangan lupaa ya”

Keduanya pun bertemu di taman Bestari sore itu, mereka melakukan percakapan yang sepertinya sangat
dalam, sudah lama Vilena tidak merasakan percakapan seperti ini, “Kamu dan Noey, kaliannn…….”, kata
Aaron sambil memberikan nada gantung yang panjang diakhir kalimat. Vilena langsung menjawabnya, “Oh
ngga kok, kami sahabatan, udah lama, kami memang akrab banget”, “Oh gituuu, aku kira…”, balas Aaron.

Percakapan yang panjang di taman itu diakhiri dengan Aaron memberikan sepucuk bunga anggrek merah
kepada Vilena.

“Terimakasih ya udah ngajakin aku ke tempat ini”, kata Vilena

“Harusnya aku yang minta terimakasih, kamu udah mau nemenin aku”, ucap Aaron sambil memegang
tangan kanan Vilena.

“Okedeh kalau gitu aku pulang dulu ya”

“Gamau aku anterin?”

“Oh, ga apa-apa kok, aku bisa pulang sendiri”

“Hati-hati Len”, Aaron melemparkan senyumnya

Mereka berdua pun berbalas senyum. Vilena senang bisa berbincang dengan Aaron. Meski mereka terlihat
akrab, masih ada perasaan canggung dari keduanya, menurut Vilena, Aaron adalah orang yang romantis
dan perhatian.

6
Namun sekarang Vilena berbeda, ia bercerita banyak hal tentang Aaron, tapi kau tau apa hal yang paling
bodoh? Noey tetap mendukung dan memberi saran yang baik kepada Vilena, “Kamu terlihat cocokk,
kaliann semakin dekat yaa”. Noey menyembunyikan dengan rapat, semua hal yang ia ingin ceritakan
kepada Vilena.

“Oh, iya ngomong ngomong, aku udah pergi ke taman Bestari minggu lalu, Aaron yang ajak, tapi dia kok tau
ya tempet kesukaan aku, pokoknya dia romantis banget”, ucap Vilena, harsanya meningkat ketika ia
menceritakan Aaron.

“Oooh, pasti seru banget tuh”, jawab Noey, ia mengangguk dan hanya tersenyum kecil, Noey tau apa yang
ia rasakan, dan ia tau apa yang juga Vilena rasakan, ia tidak ingin mengusiknya, ia tidak ingin
persahabatannya dengan Vilena rusak hanya karena ego dirinya.

Sabtu kembali datang, hari itu Noey ingin mengajak Vilena kesuatu tempat. Vilena mengiyakan, ia berjanji
akan pergi bersama Noey. Noey ingin menyampaikan sesuatu, bukan bermaksud mengusik Vilena, tetapi ia
berharap bisa memberitahu yang sejujurnya kepada Vilena.

“Aku pengen kamu bisa datang lenn”

“Etdah serius amat bilangnya, oke aman”, jawab Vilena sambil memperhatikan bola mata Noey yang
berseri.

“Semoga aja ga lupa, ntar ada halangan lagi”

“Kali ini ngga kok”

“Oke kalau gitu”, ucap Noey.

Sabtu sore, menjelang malam, Vilena pun pergi ke café tempat dimana Noey ingin bertemu dengannya.
Vilena sampai duluan dicafe itu, ia menunggu Noey, Noey menyusul katanya, ia harus mempersiapkan
sesuatu. Vilena mengangkat gawainya untuk menghubungi Noey, sudah terlalu lama bagi Vilena untuk
menunggu. “Lama banget sih Noey”, kata nya dalam hati. Belum sempat menghubungi Noey, tiba-tiba
handphone Vilena bergetar, Aaron menghubungi.

“Len, sore ini aku mau ngajakin kamu kesuatu tempat, aku pengen bilang sesuatu?”

“Boleh boleh, em dimanaa tuhh”

“Café Castaria”

“Boleh, kebetulan aku lagi disituuuu”

“Bareng siapa?”, tanya Aaron

“Sendirian nih”

“Oke tunggu ya, bentar lagi aku sampai disana”, jawab Aaron. Ia mempersiapkan suatu yang spesial kepada
Vilena.

7
Aaron pun sampai di café tersebut, Vilena melihat dari kejauhan, ia melihat Aaron membawa bucket bunga
besar, dan menghampiri meja Vilena yang sebenarnya telah dipesan oleh Noey. Malam itu gerimis turun
dan berubah menjadi derai hujan.

“Len selama ini aku suka sama kamu, aku udah seharusnya bilang ini”, Aaron memegang tangan Vilena

“Kamu mau jadi kekasihku??”, Aaron memberikan bucket bunga kepada Vilena.

“Aku gabisa”

“Gabisa?”

“Iya, gabisa nolak”, ucap Vilena, ia menerima tawaran Aaron. Malam itu mereka berdua saling
mengutarakan perasaan.

Disaat yang bersamaan, Noey bergegas berangkat menuju café itu, ia sudah mempersiapkan beberapa hal
untuk Vilena, ia mengirim pesan via whatsapp, “Maaf aku sedikit terlambat, aku bentar lagi sampai kok”, ia
mengetikkan pesan singkat kepada Vilena.

Hujan yang cukup lebat malam itu membuat pandangan Noey menjadi kabur, ia mengusap kaca helm yang
dipenuhi rintik hujan, ketika mengusap kaca, ia tidak menyadari ada beberapa mobil di depannya, ia
kehilangan kendali untuk menghindari mobil, terlebih ia melaju dengan sangat cepat. Kecelakaan tak
terhindarkan, Noey terluka parah dan nyawanya tak terselamatkan. Jenazahnya kemudian dilarikan
kerumah sakit.

Vilena mendengar kabar kecelakaan Noey, ia dihubungi oleh beberapa teman Noey dan menyuruhnya
untuk bergegas kerumah sakit. Vilena yang saat itu sedang bersama Aaron langsung pergi meninggalkan
Aaron.

Sesampainya disana, Vilena melihat Noey yang sudah tak bernyawa, air mata Vilena berkumpul, ketika
menghampiri jenazahnya ia menemukan buku diary di kantong baju Noey, Ia membacanya,

“Hai Vilena, sahabat yang dari dulu selalu aja menjengkelkan, bercanda kok, terimakasih sudah menjadi
sahabat yang tidak ada duanya. Aku yang selalu berjuang apapun itu demi kamu, kamu yang selalu
mendengar keluh kesah, pokoknya semua tentang kita. Aku kagum dan aku cinta, meski kita hanya
sahabat tapi aku menganggapnya lebih dari yang kamu tau. Aku tidak bisa memaksa hati dan perasaan
ini, ia memilihmu. Aku sebenarnya tidak rela kamu dan dia bisa saling berdekatan, namun aku lebih baik
tidak rela untuk mengorbankan persahabatan kita hanya karena egoku. Aku menulis ini supaya kamu
tau, tidak berharap lebih, karena aku menemukan, lebih baik melihatmu bahagia dengan caramu
daripada harus memaksa. Aku tidak gagal, meski berusaha untuk menang walau tak tergapai”

Air mata Vilena tak terbendung dan jatuh di atas buku diary. Malam itu penuh keheningan dan kesedihan,
lara memenuhi seisi ruangan, kalbu seakan teriris mendengar kepergiannya.

-END-

Anda mungkin juga menyukai