Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH SISTEM INFORMASI

SCRUM

Disusun oleh :
Aniq Farkha Syaefina
NIM 4.41.19.0.04

PROGRAM STUDI KOMPUTERISASI AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2022
I. PENDAHULUAN

Peran teknologi informasi dalam peningkatan aktivitas dan kebutuhan, mendorong manusia
untuk memenuhi kebutuhan maupun menyelesaikan masalah yang timbul. Salah satunya
adalah kebutuhan akan sistem maupun aplikasi yang dapat mempercepat dan memudahkan
dalam aktivitas-aktivitas yang biasanya memakan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Tidak
terkecuali dalam pengembangan piranti perangkat lunak yang begitu marak, salah satunya
Agile.

Agile menekankan pada hubungan dengan organisasi pada tim pengembang. Salah satu turunan
dari Agile yaitu Scrum. Pendekatan Scrum merupakan hasil dari adaptasi lingkungan proyek
perangkat lunak yang cenderung bersifat dinamis, karena pada lingkungan ini dibutuhkan
fleksibilitas dan kelincahan yang tinggi. Lingkungan proyek yang bersifat dinamis membuat
kebutuhan proyek berevolusi, harus diselesaikan dengan cepat, kinerja desain yang
dikompromikan, dan usaha signifikan untuk memperbarui rencana dan adaptasi terhadap
perubahan. Sehingga, metode ini menerapkan proses iterasi pada pengerjaan proyek yang
dikerjakan dari awal hingga selesai, dan diulang kembali jika hasil tinjauan pemangku
kepentingan dirasa kurang.

Scrum memiliki perbedaan pada Segitiga manajemen proyek yang biasanya diisi oleh kualitas,
biaya dan waktu.Pada bagian kualitas diganti oleh fungsionalitas. Hal ini disebabkan bahwa
kualitas bukan menjadi salah satu variable yang sangat menentukan pada sebuah proyek yang
menggunakan Scrum. Fungsionalitas pada Scrum menekankan pada selesainya sebuah fungsi
atau fitur yang di dalamnya sudah terdapat kualitas, testing, dokumentasi, review dan
sebagainya. Untuk mengetahui bagaimana kandungan yang ada di dalam Scrum, perlu
dilakukan pembahasan lebih mendalam mengenai Scrum.

II. PEMBAHASAN
A. Agile

Agile berdasarkan denotasi berarti “kualitas menjadi gesit; kesiapan untuk bergerak; gesit,
aktivitas, ketangkasan dalam bergerak”. Agile yaitu pengembangan perangkat lunak yang
menawarkan jawaban kepada komunitas bisnis sebagai proses pengembangan perangkat lunak
lebih cepat dan gesit dalam menyelesaikan proyek dalam skala besar. Fokus dari Agile adalah
kesederhanaan dan kecepatan dalam pekerjaan pembangunan. Dengan demikian, kelompok
pengembangan hanya berkonsentrasi pada fungsi yang dibutuhkan secara langsung,
menyampaikannya dengan cepat, mengumpulkan umpan balik dan bereaksi terhadap informasi
yang diterima. Apa yang membuat Agile menjadi lebih cepat? Ini adalah kasus ketika perangkat
lunak pengembangan bersifat incremental (menciptakan perangkat lunak kecil dengan siklus
cepat), cooperative (pelanggan dan pengembang bekerja terus-menerus bersama dengan
komunikasi yang erat), strightforward (metode itu sendiri mudah dipelajari dan untuk
memodifikasi, didokumentasikan dengan baik), dan adaptive (mampu membuat perubahan
saat-saat terakhir). Dalam pengembangannya, Agile memiliki banyak turunan, salah satuya
adalah Scrum.

B. Scrum
1. Pengertian Scrum

Pendekatan Scrum telah dikembangkan untuk mengelola proses pengembangan sistem. Ini
adalah pendekatan empiris yang menerapkan ide-ide teori kontrol proses industri untuk
pengembangan sistem yang menghasilkan pendekatan yang memperkenalkan kembali ide-ide
fleksibilitas, kemampuan beradaptasi dan produktivitas (Schwaber and Beedle 2002). Hal
tersebut tidak mendefinisikan teknik pengembangan perangkat lunak khusus untuk
implementasi perangkat lunak. Scrum berkonsentrasi pada bagaimana anggota tim harus
berfungsi untuk menghasilkan sistem secara fleksibel dalam lingkungan yang terus berubah.

Secara harfiah Scrum adalah kerangka kerja di mana orang dapat mengatasi masalah adaptif
yang kompleks, sementara secara produktif dan kreatif memberikan produk dengan nilai
setinggi mungkin. Scrum bertumpu pada kekuatan kolaborasi tim, incremental product dan
proses iterasi untuk mewujudkan hasil akhir. Scrum juga bisa di sebut framework untuk
manajemen pengembangan software dengan karakteristik cekatan dan bersifat iteratif dan
incremental. Scrum mendefinisikan dirinya fleksible, strategi pengembangan yang menyeluruh
di mana seluruh team bekerja sebagai satu unit dalam mencapai sebuah gol yang sama. Dalam
menjalankan kerjasama antara anggota team, Scrum menekankan lokasi fisik yang sama atau
sarana online yang akrab antara semua member, dan juga pertemuan muka dengan muka setiap
hari antara semua anggota team.

2. Tujuan Scrum

Tujuan utama Scrum adalah untuk inspect & adapt yang berarti bahwa melihat permasalahan
yang ada, dan melakukan adaptasi terhadap masalah tersebut. Pengambangan perangkat lunak
menggunakan Scrum menekankan untuk mengambil setiap langkah pada pengembangan
perangkat lunak secara singkat.
3. Nilai Scrum

Keberhasilan penggunaan Scrum tergantung pada orang yang menjadi lebih mahir dalam
menjalankan lima nilai : Commitment, Focus, Openness, Respect, and Courage. Tim Scrum
berkomitmen untuk mencapai tujuannya dan untuk saling mendukung. Fokus utama mereka
adalah pada pekerjaan Sprint untuk membuat kemajuan terbaik menuju tujuan-tujuan ini. Tim
Scrum dan pemangku kepentingannya terbuka tentang pekerjaan dan tantangannya. Anggota
Tim Scrum saling menghormati untuk menjadi orang yang cakap, mandiri, dan dihormati
seperti itu oleh orang-orang yang bekerja dengan mereka. Anggota Tim Scrum memiliki
keberanian untuk melakukan hal yang benar, untuk mengatasi masalah yang sulit.

4. Teknik Scrum

Banyak perusahaan multinasional menginternalisasi atau mengadopsi teknik ini sebagai


standar bekerja mereka, karena secara umum teknik crum berhasil membuat beberapa
perusahaan menaikan omset karena system yang telah teruji ini. Teknik Scrum membuat
pekerjaan anda menjadi lebih tertata dan lebih detail. Namun segala sesuatu memiliki nilai plus
dan minus, begitu juga dengan teknik Scrum ini. Scrum menjadikan pekerjaan lebih rapi namun
teknik ini tidak cocok diterapkan pada perusahaan jasa yang butuh deadline cepat. Scrum
membuat pekerjaan menjadi lebih lama dalam estimasi waktu. Namun segala sesuatunya pasti
dapat diselesaikan apabila sudah memiliki persiapan yang matang dari awalnya.

Teknik Scrum dapat dilakukan di sebuah kepanitiaan ataupun project lain diluar bisnis
teknologi informasi. Dalam teknik Scrum terbagi dalam tiga roles, yang pertama adalah
Product Owner, Scrum Master dan Tim Pengembang. Product owner bertugas mengatur
urusan dengan Stakeholder sedangkan Scrum Master mengurusi bagian internal, di bagian Tim
Pengembang mengatur urusan teknik pengerjaan project dan pembahasan yag lebih rinci.

a. Product Owner
Product Owner berperan dalam memaksimalkan nilai bisnis untuk perusahaan melalui
produk yang dikembangkan oleh tim pengembang. Selain itu Product Owner berperan
untuk memastikan produk yang dikembangkan oleh Tim Pengembang menghasilkan
nilai tambah untuk pelanggan dan perusahaan. Seluruh anggota Tim Scrum dan
stakeholder proyek pengembangan produk harus menghormati setiap keputusan yang
dibuat Product Owner. Keputusan dari Product Owner dapat dilihat dari isi dan urutan
Product Backlog. Namun Product Owner harus tetap membuka diri terhadap saran dan
masukan yang diberikan oleh anggota Tim Scrum dan stakeholder lainnya.
b. Scrum Master
Scrum Master adalah seorang Agile Manager dan seorang Servant Leader. Servant
Leader adalah seorang pemimpin yang melayani dalam memimpin sebuah organisasi.
Servant Leader menggunakan otoritas yang ia miliki bukan untuk memerintah orang
lain, namun untuk membuat kualitas hidup orang-orang di dalam perusahaan
meningkat. Bagi Servant Leader segala kesuksesan di dalam perusahaan bukan
miliknya, melainkan milik tim yang ia awasi. Hal ini sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh Scrum Master dalam mengawasi dan memfasilitasi Tim Scrum. Scrum
Master bertanggung jawab untuk melayani Product Owner, Tim Pengembang,
pelanggan dan stakeholder lainnya dalam organisasi.
Selain peran secara umum yang telah dideskripsikan diatas, terdapat beberapa peran
yang saling berkaitan antara peran Scrum Master dengan Product Owner dan Tim
Pengembang dalam sebuah Tim Scrum, di antaranya sebagai berikut:
1) Scrum Master untuk Product Owner
a) Membantu memahami perancangan produk secara empirisme, yaitu
berdasarkan data yang nyata contohnya data respon pengguna di lapangan.
b) Senantiasa membantu mencari teknik terbaik untuk mengelola Backlog.
2) Scrum Master untuk Tim Pengembang
a) Memfasilitasi termasuk mengedukasi mengenai kerangka kerja Scrum untuk
melaksanakan pekerjaannya, terutama untuk Tim Pengembang yang baru
mengenal Scrum.
b) Membantu untuk dapat mengatur diri sendiri. Seperti mengawasi tingkat
interaksi antara anggota Tim Pengembang. c. Mendorong untuk selalu
memperbaiki cara kerja dan kualitas produk yang dikembangkan. d. Melindungi
bahkan menghilangkan hal-hal yang menghambat pekerjaan diluar kendali.
c. Tim Pengembang
Tim Pengembang terdiri dari para professional yang bekerja bersama-sama untuk
menghasilkan potongan produk yang dirilis setiap akhir Sprint. Tim pengembang
berperan sebagai perancang, pengembang dan penguji yang diatur oleh dirinya sendiri
untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam mengembangkan produk.

5. System Development Life Cycle (SDLC) Scrum

Tahapan-tahapan SDLC Scrum (Schwaber & Sutherland, 2017) digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. SDLC Scrum

Tahapan pada gambar tersebut di atas dapat dijelaskan sesuai urutan scrum phases and process,
sebagai berikut (Kustanto 2020 dalam Hutasoit, 2017):

1) Initiate
(1) Create Project Vision; (2) Identify Scrum Master dan Stakeholders; (3) Form
Scrum Team (4) Develop Epics; (5) Create Prioritized Product Backlog; (6) Conduct
Release
2) Planning.Plan and Estimate
(1)Create User Stories; (2) Approve, Estimate and Commit User Stories; (3) Create
Tasks; (4) Estimate Tasks; (5) Create Sprint Backlog.
3) Implement
(1) Create Deliverable; (2) Conduct Daily Standup; (3) Groom Prioritized Product
Backlog.
4) Review and Retrospect
(1) Convene Scrum of Scrums; (2) Demonstrate and Validate Sprint; (3) Retrospect
Sprint.
5) Release
(1) Ship Deliverabel; (2) Retrospect Project.
Adapun perbedaan metode tradisionaldengan Scrum sebagai berikut :

Gambar 2. Perbedaan Metode Tradisional dan Scrum

Scrum memiliki perbedaan pada segitiga manajemen proyek yang biasanya diisi oleh kualitas,
biaya dan waktu. Pada bagian kualitas diganti oleh fungsionalitas. Hal ini disebabkan bahwa
kualitas bukan menjadi salah satu variabel yang sangat menentukan pada sebuah proyek yang
menggunakan scrum. Fungsionalitas pada Scrum menekankan pada selesainya sebuah fungsi
atau fitur yang di dalamnya sudah terdapat kualitas, testing, dokumentasi, review dan
sebagainya.

6. Scrum Events

Events wajib dalam Scrum dihadiri untuk menciptakan sebuah kesinambungan dan mengurangi
adanya events lain yang tidak tercantum di dalam Scrum. Setiap event di dalam Scrum memiliki
batasan waktu, yang artinya selalu memiliki durasi maksimum. Pada saat Sprint dimulai,
durasinya tetap dan tidak dapat diperpendek maupun diperpanjang. Events lainnya dapat
diakhiri saat tujuan dari acara tersebut telah tercapai untuk memastikan waktu digunakan
secukupnya tanpa ada yang terbuang sia-sia di sepanjang proses (Schwaber & Sutherland,
2017).

a. Sprint
Jantung dari Scrum adalah Sprint, sebuah batasan waktu yang konsisten selama satu
bulan kalender atau kurang, sepanjang proses pengembangan produk yang digunakan
untuk menyelesaikan sesuatu. Sprint baru akan langsung dimulai setelah Sprint yang
sebelumnya berakhir. Bila jangka waktu Sprint terlalu panjang, maka definisi mengenai
apa tang dibangun dapat berubah, kompleksitas dapat meningkat dan resiko dapat
bertambah. Setiap Sprint memiliki definisi mengenai apa yang akan dikembangkan,
sebuah desain dan perancangan fleksibel yang akan membimbing pengembangan,
pekerjaan yang akan dilakukan dan hasil dari produk.
Sprint dapat dibatalkan sebelum batasan waktu Sprint selesai. Sprint harus dibatalkan
apabila Sprint menjadi tidak masuk akal lagi apabila dilanjutkan. Hanya Product Owner
yang dapat membatalkan Sprint, walaupun keputusan keputusan yang dibuat dapat
dipengaruhi oleh para stakeholder, Tim Pengembang dan Scrum Master. Sprint terdiri
dari Sprint Planning, Daily Scrum, pengembangan, Sprint Review dan Sprint
Retrospective. Pada Scrum, terdapat beberapa bagian, yaitu :
1) Sprint Planning
Sprint Planning adalah sebuah aktivitas untuk membuat rencana pada Product Backlog
Item (PBI) yang akan dan siap dikembangkan oleh tim pengembang pada satu Sprint.
Anggota Tim Scrum secara kolaboratif membuat perencanaan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dalam Sprint. Waktunya dibatasi selama 8 jam untuk Sprint dengan durasi
1 bulan. Scrum Master memastikan bahwa acara ini dilaksanakan dan setiap hadirin
memahami tujuannya. Scrum Master mengedukasi Tim Scrum untuk melaksanakannya
dalam batasan waktu yang telah ditentukan. Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan
sebelum melakukan Sprint Planning, yaitu:
- Menentukan tujuan Sprint
- Mempersiapkan pekerjaan sesuai dengan waktunya
- Memperkecil item dari product backlog sehingga cukup untuk dikerjakan pada satu
sprint.
- Memastikan Kejelasan, kemampuan untuk dites, dan Kelayakan
2) Daily Scrums

Daily Scrum meeting atau biasa juga disebut daily Stand up meeting adalah
kegiatan/pertemuan dengan batasan waktu maksimum selama 15 menit agar Tim
Pengembang dapat mensinkronisasikan pekerjaan mereka dan membuat perencanaan
untuk 24 jam ke depan. Daily Scrum memungkinakan tim untuk memudahkan
mengelola pekerjaan dan mengungkapkan segala hambatan yang diperoleh tiap
harinya. Product Owner diharapkan selalu mengikuti daily scrum agar bisa
menyaksikan secara langsung progress yang sudah dilakukan oleh tim pengembang.
Daily Scrum dilaksanakan pada waktu dan tempat yang sama setiap hari untuk
mengurangi kompleksitas. Pada saat pertemuan, Tim Pengembang menjelaskan:
-Apa yang sudah saya lakukan kemarin yang telah membantu Tim Pengembang
mencapai Sprint Goal?
-Apa yang akan saya lakukan hari ini untuk membantu Tim Pengembang mencapai
Sprint Goal?
-Apakah ada hambatan yang dapat menghalangi saya atau Tim Pengembang untuk
mencapai Sprint Goal?
3) Sprint Review

Event ini dilakukan pada akhir Sprint untuk meninjau dan merubah Product Backlog
jika diperlukan. Tim Scrum dan stakeholder akan berkolaborasi untuk membahas apa
yang telah dikerjakan pada Sprint yang baru selesai. Kemudian para hadirin
berkolaborasi menentukan apa yang dapat dikerjakan di Sprint berikutnya untuk
mengoptimalkan nilai produk. Hasil dari Sprint Review adalah revisi dari Product
Backlog yang mendefinisikan kemungkinan item Product Backlog untuk Sprint
berikutnya. Product Backlog dapat dirubah secara keseluruhan sebagai tanggapan atas
peluang-peluang baru.

4) Sprint Retrospective

Sprint Retrospective adalah sebuah kesempatan untuk tim Scrum meninjau dirinya
sendiri dan melakukan peningkatan yang akan diimplementasikan pada Sprint
selanjutnya. Sprint Retrospective dilakukan setelah Sprint Review selesai dan sebelum
Sprint Planning berikutnya. Batasan waktunya adalah 3 jam untuk Sprint dengan durasi
1 bulan. Adapun tujuan dari Sprint Retrospective adalah sebagai berikut (Schwaber &
Sutherland, 2017):

-Meninjau bagaimana Sprint telah selesai, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
orang-orangnya, hubungan antara orang-orang, proses dan perangkat kerja;

-Mengidentifikasi dan mengurutkan hal-hal prioritas yang berjalan baik dan berpotensi
untuk ditingkatkan;

- Membuat rencana implementasi dengan tujuan untuk meningkatkan cara kerja Tim
Scrum.

Scrum Master mengedukasi Tim Scrum untuk membuat peningkatan akan kerangka
kerja proses Scrum, juga proses dan praktik pengembangannya, sehingga lebih efektif
dan menyenangkan di Sprint berikutnya. Pada saat Sprint Retrospective, Tim Scrum
merencanakan cara untuk meningkatkan kualitas dari produk, dengan merubah definisi
dari “Selesai” sebagaimana dibutuhkan. Di akhir Sprint Retrospective, Tim Scrum
harus dapat mengidentifikasi peningkatan-peningkatan yang akan diimplementasikan
di Sprint berikutnya. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk adaptasi dari hasil
peninjauan Tim Scrum itu sendiri. Walaupun peningkatan-peningkatan dapat
diimplementasikan kapanpun juga, Sprint Retrospective memberikan kesempatan
formal untuk fokus pada peninjauan dan adaptasi.

b. Artefak Scrum
Artefak Scrum merepresentasikan pekerjaan atau nilai, bertujuan untuk menyediakan
transparansi, dan kesempatan-kesempatan untuk peninjauan dan adaptasi. Artefak yang
didefinisikan oleh Scrum secara khusus dirancang untuk meningkatkan transparansi
dari informasi kunci, dengan begitu semua pihak dapat memiliki pemahaman yang
sama terhadap artefak(Schwaber & Sutherland, 2017).
1) Product Backlog

Product Backlog adalah daftar terurut, dari setiap hal yang mungkin dibutuhkan di
dalam produk, dan juga merupakan sumber utama dari daftar kebutuhan mengenai
semua hal yang perlu dilakukan terhadap produk. Product Owner bertanggung-jawab
terhadap Product Backlog termasuk isinya, ketersediaannya dan urutannya. Product
Backlog menjabarkan semua fitur, fungsi, kebutuhan, penyempurnaan dan perbaikan
terhadap produk yang akan dirilis. Item Product Backlog memiliki atribut deskripsi,
urutan, estimasi dan nilai bisnis. Backlog yang akan dibuat harus terdiri dari 4 kategori,
yaitu :

-Detailed Appropriately

Backlog yang ingin dibuat, haruslah dijelaskan sedetail-detailnya. Produk dengan detail
yang tinggi, dijelaskan lebih detail. Produk yang mendapatkan prioritas menengah
memiliki penjelasan yang agak detail. Sedangkan produk yang rendah prioritasnya
mendapat deskripsi yang kurang detail. Hal ini berlangsung terus-menerus hingga
produk yang menempati prioritas tinggi selesai dikerjakan, dan digantikan oleh produk
dengan prioritas di bawahnya. Penentuan product backlog yang memiliki prioritas
tinggi harus dipecah menjadi beberapa bagian kecil, sehingga memudahkan tim untuk
membagi pekerjaan sesuai dengan kompetensinya.
-Estimated

Produk harus selalu diestimasi. Estimasi biasanya diperkirakan menggunakan poin-


poin tertentu ataupun jumlah hari. Dengan mengetahui hal ini, memudahkan untuk
memberikan prioritas maupun rencana rilis.

-Emergent

Backlog harus selalu dinamis, yang berarti bahwa siap menerima perubahan yang
diberikan. Backlog diharapkan selalu mampu untuk berkembang karena isinya selalu
berubah berdasarkan kebutuhan pelanggan maupun umpan balik yang didapatkan.

-Prioritized

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, semua pekerjaan pada backlog harus diberikan
priotitas dari yang tertinggi ke terendah. Prioritas tertinggi menandakan bahwa
pekerjaan harus segera diselesaikan, dan ketika sudah selesai, pekerjaan harus segera
dihapus dari backlog dan digantikan oleh pekerjaan dengan prioritas di bawahnya.

Product Owner merupakan satu-satunya orang yang bertanggung-jawab untuk


mengelola Product Backlog. Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan oleh product
owner adalah sebagai berikut :

-Mengekspresikan dengan jelas item Product Backlog;

-Mengurutkan item di dalam Product Backlog untuk mencapai tujuan dan misi dengan
cara terbaik;

-Mengoptimalkan nilai dari hasil pekerjaan Tim Pengembang;

-Memastikan Product Backlog transparan, jelas, dan dapat dilihat semua pihak, dan
menunjukkan apa yang akan dikerjakan oleh Tim Scrum selanjutnya;

-Memastikan Tim Pengembang dapat memahami item dalam Product Backlog hingga
batasan yang diperlukan.

c. Sprint Backlog
Sprint Backlog adalah sekumpulan item Product Backlog yang telah dipilih untuk
dikerjakan di Sprint, juga di dalamnya rencana untuk mengembangkan potongan
tambahan produk dan merealisasikan Sprint Goal. Sprint Backlog adalah perkiraan
mengenai fungsionalitas apa yang akan tersedia di iterasi selanjutnya dan pekerjaan
yang perlu dikerjakan untuk menghantarkan fungsionalitas tersebut menjadi potongan
produk yang dianggap selesai.
➢ Sprint Goals
Tujuan Sprint adalah tujuan tunggal untuk Sprint. Meskipun Tujuan Sprint adalah
komitmen oleh Pengembang, ia memberikan fleksibilitas dalam hal pekerjaan yang
tepat yang diperlukan untuk mencapainya. Tujuan Sprint juga menciptakan koherensi
dan fokus, mendorong Tim Scrum untuk bekerja sama daripada pada inisiatif terpisah.
Tujuan Sprint dibuat selama acara Perencanaan Sprint dan kemudian ditambahkan ke
Backlog Sprint. Sebagai Pengembang bekerja selama Sprint, mereka mengingat Tujuan
Sprint. Jika pekerjaan ternyata berbeda dari yang mereka harapkan, mereka
berkolaborasi dengan Pemilik Produk untuk menegosiasikan ruang lingkup Backlog
Sprint dalam Sprint tanpa mempengaruhi tujuan sprint.
d. Increment
Increment adalah gabungan dari semua Product Item yang diselesaikan maupun nilai
inkremen dari Sprint sebelumnya. Pada akhir Sprint, inkremen terbaru harus berada
dalam kondisi yang berfungsi penuh dan memenuhi definisi “Selesai” yang dibuat oleh
Tim Scrum. Terlepas apakah Product Owner akan merilis produknya, produk harus
selalu berada dalam kondisi yang berfungsi penuh.
➢ Commitment: Definition of Done
pekerjaan dianggap selesai apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
-Lingkup testing telah dilakukan dan telah berhasil melewati persyaratan dan kriteria
test;
-Kode sudah direview sebelumnya dan memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan;
-Sesuai dengan dokumentasi yang telah disepakati sebelumnya. Pada bagian ini, hal
yang perlu diperhatikan bukan hanya fitur atau modul yang sudah dihantarkan oleh
pengembang, tapi juga kualitas dari fitur atau modul tersebut. Walaupun begitu,
pengertian bahwa pekerjaan sudah dianggap selesai bisa berbeda antara tim Scrum satu
dengan lainnya.
Pengertian pekerjaan dianggap selesai bisa juga dipisah antara siklus pada scrum,
Seperti pada pengertian selesai pada Product Backlog; pengertian selesai pada Sprint;
dan pengertian selesai pada rilis.
e. The Scrum Burndown Chart
The Scrum Burndown Chart adalah alat pengukuran visual yang menunjukkan
pekerjaan selesai per hari terhadap tingkat proyeksi penyelesaian pembebasan proyek
ini. Tujuannya adalah untuk memungkinkan bahwa proyek ini tetap pada jalurnya untuk
memberikan solusi yang diharapkan dalam jadwal yang ditentukan.

Gambar 3. Product Backlog dengan estimasi


Velocity merupakan satuan pada Scrum burndown Chart yang menandakan tingkat
kemajuan pada tim Scrum. Velocity dihitung jika dan hanya jika pekerjaan sudah selesai
dikerjakan dan sudah dirilis. Perhitungan velocity merupakan rata2 dari pekerjaan yang
sudah diselesaikan dibagi dengan iterasinya. Misal tim berhasil menyelesaikan 30 poin
pada iterasi 1, maka velocity nya adalah sebesar 30. Pada iterasi ke-2, tim berhasil
menyelesaikan 20 poin, maka velocitynya adalah (20+30)/2=25. Hal ini berlaku
seterusnya.
f. Penelitian saat ini
Baru-baru ini, upaya untuk mengintegrasikan XP dan Scrum bersama-sama dapat
ditemukan. Scrum terlihat menyediakan kerangka kerja Manajemen proyek, yang
didukung oleh praktik XP untuk membentuk paket terintegrasi untuk tim
pengembangan perangkat lunak. Penulis mengklaim bahwa ini meningkatkan
skalabilitas xp ke proyek yang lebih besar. Namun, tidak ada penelitian yang akan
mendukung argumen mereka.
III. PENUTUP

Scrum bukanlah kerangka kerja yang mengharuskan anggotanya untuk mengikuti


aturan dari buku secara keseluruhan, tapi juga diharapkan mampu berpikir out of the
box. Oleh karena itu, para anggota tim Scrum, dianjutkan untuk selalu belajar dan
mengembangkan diri. Scrum hanya dapat digunakan secara keseluruhan dan dapat
berfungsi dengan baik sebagai wadah untuk teknik, metodologi, dan praktik lainnya.

REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai