Anda di halaman 1dari 33

PANDUAN

SKRINING

2019
PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI
Nomor : 096/PER/DIR/ISBT/V/2019

Tentang

PANDUAN SKRINING
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI

Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina “Yarsi” Bukittinggi


Menimbang : a. Bahwa Skrining adalah suatu prosedur sederhana dan cepat dalam
melakukan penilaian awal pada kontak pertama pasien untuk
mengindentifikasi suatu penyakit.
b. Bahwa sehubungan dengan poin (1) diperlukan panduan mengenai
kebijakan Skrining sebagai acuan di rumah sakit.
c. Bahwa agar panduan skrining mempunyai kekuatan hukum, perlu
ditetapkan melalui Peraturan Direktur Rumah Sakit Isalam Ibnu Sina
Bukittinggi

Mengingat : 1. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
No. HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit

Jl.Batang Agam,Bukittinggi 26136 Telp.0752-21185 (hunting) Fax.0752-34009 e-mail :ibnusina_bkt@yahoo.co.id


MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI


TENTANG PANDUAN SKRINING PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU
SINA BUKITTINGGI

Pertama : Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tentang
Skrining

Kedua : Memberlakukan Panduan Skrining di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina


Bukittinggi sebagaimana terlampir dalam lampiran peraturan ini

Ketiga :Panduan Skrining Pasien Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi dijadikan
sebagai acuan dalam memberikan pelayanan skrining pasien di Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.

Keempat : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya paeraturan ini dibebankan
pada anggaran rumah sakit.

Kelima : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam peraturan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Bukittinggi


pada tanggal : I Mei 2019

Dr. Hj. ZULFA, MARS


Direktur

Jl.Batang Agam,Bukittinggi 26136 Telp.0752-21185 (hunting) Fax.0752-34009 e-mail :ibnusina_bkt@yahoo.co.id


Tembusan :
1. Anggota direksi.
2. Ketua Panitia Akreditasi RSI. IBNU SINA BUKITTINGGI
3. Ka. Komite Mutu dan Manajemen Risiko.
4. Ka. Bidang Pelayanan Medis

Jl.Batang Agam,Bukittinggi 26136 Telp.0752-21185 (hunting) Fax.0752-34009 e-mail :ibnusina_bkt@yahoo.co.id


DAFTAR ISI

KEPUTUSANDIREKTUR RSI IBNU SINA BUKITTINGGI . ...................................................


PERATURAN DIREKTUR RSI IBNU SINA BUKITTINGGI . ...................................................
DAFTAR ISI . .....................................................................................................................
BAB IPENDAHULUAN . ....................................................................................................
BAB IIRUANG LINGKUP . .................................................................................................
BAB IIITATALAKSANA . ....................................................................................................
BAB IVDOKUMENTASI . ...................................................................................................
LAMPIRAN 1 : . ................................................................................................................
LAMPIRAN 2: . .................................................................................................................

Jl.Batang Agam,Bukittinggi 26136 Telp.0752-21185 (hunting) Fax.0752-34009 e-mail :ibnusina_bkt@yahoo.co.id


LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI
NOMOR : 096/PER/DIR/ISBT/V/2019
TENTANG PANDUAN SKRINING
PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM
IBNU SINA BUKITTINGGI

BAB I
DEFENISI

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam panduan ini sebagai berikut :

1. Skrining adalah merupakan suatu proses penilaian awal pasien pada kontak pertama
yang berobat ke Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi melalui pelaksanaan
prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi suatu penyakit tertentu
sehingga dapat segera menentukan pemeriksaan medis lanjutan dan menentukan
diagnosa yang lebih pasti.
2. Skrining nyeri adalah melakukan penilaian derajat nyeri pada saat pasien merasakan
adanya keluhan nyeri
3. Pengkajian adalah pengkajian tindak lanjut dari hasil skrining untuk lebih mendalami
kebutuhan pasien di bidang tertentu.
4. Triageadalah kegiatan pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan
trauma atau penyakit untuk menentukan prioritas penanganan pasien tersebut
berdasarkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability).
5. Transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu lokasi atau ruangan
kelokasi atau ruangan lain.
6. Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari
order sekuens dari simbol.
7. Analisis informasi adalah menganalisa informasi yang hasil akhirnya dapat
menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat dievaluasi sehingga dapat
menangani masalah.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi1


BAB II
RUANG LINGKUP

Proses skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit.
1. Skrining yang dilakukan didalam RSI Ibnu Sina Bukittinggi
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Bagian Rawat Jalan yaitu poliklinik
2. Skrining yang dilakukan diluar RSI Ibnu Sina Bukittinggi , misalnya :tempat kejadian/
lokasi bencana/ lokasi kecelakaan, Balai Pengobatan/ Puskesmas/ Rumah Sakit yang
akan merujuk ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi

A. Skrining IGD

Skrining yang dilakukan saat pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat adalah melalui
kriteria TRIASE . Pasien yang datang akan dinilai berdasarkan tingkat kegawat
daruratan yang mana hal ini dapat juga dinilai bedasarkan evaluasi visual atau
pengamatan yang didukung dengan pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan pendukung lainnya.

B. Skrining Rawat Jalan

Skrining juga dilakukan pada pasien yang datang di rawat jalan. Skrining pasien
dirawat jalan dilakukan melalui pengamatan visual secara langsung kepasien.

C. Srining Luar Rumah Sakit

Skrining diluar rumah sakit yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
dilakukan melalui proses komunikasi melalui telepon. Dari komunikasi melalui
telepon informasi yang harus didapat adalah : - informasi pasien yang akan dirujuk
dari fasilitas pelayanan tingkat pertama atau rumah sakit yg lain ke rumah sakit islam
ibnu sina bukittinggi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi2


D. Skrining Pasien Rawat Inap

Pasien yang diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat
jalan dan gawat darurat, berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan,
berdasarkan identifikasi yang sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit
yang ada. Proses skrining pada saat proses masuk pasien dilakukan pada pasien :

1. Rawat Jalan
2. Gawat darurat
3. Pada saat menerima pasien pindahan/ rujukan dari RS lain diperlukan
pemeriksaan laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
4. Skrining dapat terjadi disumber rujukan,
5. Setelah pasien dirawatpun proses skrining tetap dilakukan oleh petugas untuk
meminimalkan resiko yang mungkin muncul pada pasien
6. Skrining dilakukan untuk menentukan kriteria masuk ke ruangan intensif dan
atau pelayanan khusus termasuk penelitian sesuai dengan kebutuhan spesifik
pasien
7. Proses skrining dilakukan dengan melakukan identifikasi pasien dengan kesulitan
terkait hambatan pelayanan yang meliputi: pasien tua, cacat fisik, gangguan
bicara, bahasa atau dialek.
8. Proses skrining dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi meliputi: pasien
dengan penggunaan produk darah, koma, menggunakan alat bantu hidup,
penyakit menular, immunosupresi, pasien dengan penggunaan restrain, lansia
dengan ketergantungan bantuan, anak anak dengan ketergantungan, pasien
dengan resiko kekerasan, pasien dengan pemberian kemoterapi, pasien dengan
resiko malnutrisi, pasien nyeri, pasien terminal.
9. Skrining lain yang dibutuhkan :
a. Skrining risiko jatuh
b. Skrining awal: Dapat menggunakan kriteria triage, evaluasi visual,
pemeriksaan fisik, hasil evaluasi pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium
dan radiologi sebelumnya.
c. Triage process untuk memprioritaskan pasien berdasarkan kebutuhan yang
mendesak.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi3


d. Skrining status nutrisi
e. Skrining kebutuhan fungsional
f. Skrining nyeri
g. Skrining kesehatan karyawan awal
h. Asesmen risiko jatuh
i. Asesmen nyeri
j. Asesmen rawat jalan dan rawat inap
k. Asesmen awal rawat jalan dan rawat inap
l. Asesmen psikologis awal
m. Asesmen sosial ekonomi awal
n. Asesmen awal medis dan keperawatan
o. Asesmen pra bedah
p. Asesmen awal individu untuk populasi khusus
q. Asesmen pasien akhir kehidupan
r. Asesmen awal termasuk kebutuhan untuk bidang spesialisasi lain
s. Asesmen awal termasuk kebutuhan akan rencana pemulangan
t. Asesmen sebelum sedasi
u. Asesmen sebelum anestesi
v. Asesmen sebelum induksi
w. Asesmen kebutuhan edukasi pasien / keluarga
x. Asesmen kemampuan dan kemauan belajar pasien / keluarga
y. Asesmen risiko infeksi nosokomial
z. Asesmen risiko kebakaran

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi4


Skrining kebutuhan pasien terkait kebutuhan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatifl, dan paliatif

a. Pelayanan upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu


masalah kesehatan / penyakit .

contoh ;
1) Pelayanan imunisasi
2) Pengolesan flour pada gigi
3) Peningkatan gaya hidup sehat.
4) Memahami penyakit hiv aids, bahaya dan pencegahannya
5) Memahami penyakit ims , bahaya dan cara pencegahannya
6) Diadakannya konseling tentang hiv aids pada pekerja secara sukarela dan tidak
dipaksa

b. Pelayanan kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit , pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin.

contoh ;
1) Penambalan gigi
2) Pengobatan penyakit bagian dalam
3) Pengobatan penyakit paru-paru
4) Pengobatan penyakit kulit
5) Pengobatan penyakit bagian syaraf
6) Pengobatan penyakit anak – anak

c. Pelayanan upaya rehabilitative adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk


mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

contoh :
1) Pembuatan atau pemasangan gigi palsu
2) Pelayanan fisiotherapi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi5


3) Konsultasi rohis
4) Konsultasi psikologi

d. Pelayanan paliatif , maksudnya adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat


aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi.tujuannya
untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.

Layanan paliatif diberikan secara menyeluruh dan terpadu terhadap fisik, psikologis,
social dan spiritual sehingga diharapkan dapat meringankan penderitaan pasien dan
beban keluarga.

Pasien yang memerlukan layanan paliatif:

1) Pasien dengan nyeri


2) Pasien dengan kanker stadium lanjut
3) ODHA ( orang dengan hiv )
4) Pasien dengan penyakit degenerative, seperti stroke dan penyakit – penyakit
ketuaan
5) Pasien dengan kelainan bawaan dan gangguan dalam aktifitas.

Jenis pelayanan yang dapat diperoleh:

1) Penanggulangan nyeri
2) Penanggulangan gejala fisik lain seperti gangguan saluran nafas, saluran cerna,
saluran kemih, beraktifitas,
3) Bimbingan psikososial dan spiritual.
4) Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien dirumah
5) Kunjungan rumah secara berkala sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
6) Layanan rehabilitasi mediS, untuk berbagai gangguan aktivitas.
7) Bimbingan perawatan
8) Asuhan keperawatan pada pasien dengan ; luka, kateter, NGT, colostomy, dll
9) Membantu penyediaan sarana / alat bantu kesehatan ; tabung
oksigen,nebulizer, suction, kursi roda, walker, ambulance, dll
10) Membantu penyediaan tenaga perawat .
11) Membantu kesiapan menghadapi akhir hayat dengan tenang dalam iman.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi6


12) Memberikan dukungan masa duka cita
13) Layanan kedokteran komplementer
14) Layanan konsultasi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi7


BAB III
TATALAKSANA

A. Tatalaksana skrining ini meliputi :

1. Pengumpulan informasi

Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan penunjang.

2. Analisis informasi

Informasi yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang, dianalisis dan menghasilkan suatu diagnosis/ problem/ kondisi.
Dengan dihasilkannya suatu diagnosis/ problem/ kondisi maka dapat
diidentifikasikan kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien
tersebut.

3. Menyusun rencana pelayanan/ pengobatan.

Setelah teridentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien


maka disusunlah rencana pelayanan/ pengobatan berdasarkan ketersediaan
asuhan dan layanan di RSI Ibnu Sina Bukittinggi. Rencana pelayanan/ pengobatan
tersebut meliputi :
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat jalan.
b. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap.
c. Pasien dipindahkan atau dirujuk.

4. Tatalaksana skrining di RSI Ibnu Sina Bukittinggi dilaksanakan melalui : kriteria


triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostic imajing
sebelumnya.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi8


B. Penatalaksanaan skrining pasien di iGD.

1. Skrining untuk pasien yang datang ke IGD dilaksanakan melalui kriteria triase oleh
petugas triase IGD.
a. Triase adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga
pasien mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya. Triase di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
menggunakanSkala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat( sehari-hari, non
massal ).
b. Skala / kategori ST yang ditentukan oleh tampilan klinis paling mendesak
yang ditemukan, apabila sekali tampilan risiko tinggi ditemukan, reaksi sesuai
dengan tingkat kesegeraan tampilan tersebut harus segera dimulai.

Skala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi

Kategori ST Waktu Tunggu Ambang Indikator Keterangan


Maksimum Pelaksanaan Label
ST 1 0 menit/Seketika 100 % Label merah
(Immediate)
ST 2 10 menit (Very Urgent) 80 % Label merah
ST 3 30 menit (Urgent) 75 % Label kuning
ST 4 60 menit (Emergent) 70 % Label kuning

ST 5 120 menit (Tidak 70 % Label hijau


Darurat)

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi9


Kategori ST 1  Penilaian dan tindakan inisial dilakukan simultan.
 Ancaman Hidup Segera (Immediately).
 Keadaan dimana ada ancaman hidup (atau kemungkinan
berisikoperburukan) dan memerlukan intervensi agresif segera.

Terjadi pada :

a. Henti jantung.
Henti nafas.
Risiko segera jalan nafas, ancaman terjadi henti nafas.
Frekuensi nafas <10 x/menit.
distres nafas ekstrim.
b. TD < 80mmHg (dewasa) atau anak/bayi syok berat.
Tidak respons / hanya respons atas nyeri (GCS ≤8).
Overdosis IV dan tidak respons atau hipoventilasi.
Gangguan tingkah-laku berat dengan ancaman amukan
berbahaya.
Kategori ST 2  Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan maksimal
adalah 10 menit (terkadang simultan).
 Kehidupan terancam :Serius atau memburuk dengan cepat,
potensi ancam hidup / gagal organ, bila tidak ditindak 10 menit
sejak kedatangan, atau
 Kebutuhan segera tindakan kritis-waktu :Trombolisis, antidot
dampak nyata pada outcome klinis tindakan yang dimulai dalam
beberapa menit, atau
 Nyeri sangat hebat: Mengurangi nyeri berat atau distress harus
dalam 10 menit

Terjadi pada:

a. Risiko jalan nafas, stridor berat / banyak lendir dengan distress.


b. Distress pernafasan berat.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi10


Gangguan sirkulatori

1) Kulit lembab / berbercak karena perfusi buruk.


2) DJ <50 kali permenit atau >150 kali permenit (dewasa)
3) Hipotensi dengan dampak hemodinamik.
4) Kehilangan darah hebat.
5) Nyeri dada seperti penyakit jantung.
6) Nyeri sangat hebat oleh sebab apapun.
7) Base Serum Laktat ( BSL )< 2mmol/l (36 mg/dl).
8) Mengantuk, penurunan tingkat respons sebab apapun (GCS ≤12).
9) Hemiparesis/disfasia akut.
10) Demam disertai tanda-tanda letargi.
11) Percikan asam / basa pada mata yang perlu irigasi.
12) Trauma multipel mayor (perlu respons cepat tim).
13) Trauma terbatas lokal: fraktur mayor, amputasi.
14) Riwayat adanya risiko tinggi.
15) Menelan sedatif / zat racun jumlah bermakna.
16) Sengatan/gigitan binatang bermakna/berbahaya
17) Nyeri hebat mengarah Emboli Paru (EP), Aneurisma Aortik
Abdominal (AAA), kehamilan ektopik.
18) Tingkah laku/psikiatrik:
19) kerusakan atau agresif.
20) ancaman segera diri sendiri / orang lain.
21) memerlukan / telah dilakukan pengikatan.
22) Agitasi atau agresi berat.

Kategori ST 3 1. Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan maksimal


adalah 30 menit
2. Berpotensi mengancam hidup:Mungkin kearah ancaman hidup /
anggota gerak, menuju morbiditas, bila penilaian & tindakan tidak
dimulai dalam 30 menit
3. Tingkat kesegeraan situasional:Berpotensi outcome buruk bila
tindakan tidak dimulai dalam 30 menit

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi11


4. Keadaan mengharuskan mengurangi ketidak-nyamanan
ataudistress berat dalam 30 menit

Terjadi pada:

1. Hipertensi berat.
2. Kehilangan darah berat ,moderat sebab apapun.
3. Sesak nafas moderat.
4. Saturasi O2 90-95%.
5. Base Serum Lactate (BSL)>16 mmol/l (288 mg/dl).
6. Kejang (sadar).
7. Semua demam dalam immunodepresan (pasien onkologi,steroid).
8. Muntah persisten.
9. Dehidrasi.
10. Cedera kepala dengan hilang kesadaran singkat (sadar).
11. Nyeri berat moderat sebab apapun butuh analgesia.
12. Nyeri dada kemungkinan non kardiak dengan tingkat nyeri sedang.
13. Nyeri abdominal tanpa tampilan risiko tinggi, tingkat nyeri sedang
atau usia > 65 tahun.
14. Cedera anggota gerak moderat: deformitas, laserasi berat, crush.
15. Sensasi anggota gerak berubah, denyut nadi hilang akut.
16. Trauma dengan riwayat risiko tinggi dengan tanpa tampilan lain
yang berisiko tinggi.
17. Neonatus stabil.
18. Anak dengan risiko.
19. Tingkah laku/psikiatrik:
a. Distres berat, risiko merusak diri.
b. Psikotik akut atau gangguan berpikir.
c. Krisis situasional, merusak diri dengan sadar.
d. Agitasi, menarik diri, berpotensi agresif.

Kategori ST 4 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan maksimal


adalah 60 menit

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi12


1. Berpotensi mengancam hidup: Mungkin menuju ancaman hidup /
anggota gerak, atau menuju morbiditas bermakna, bila penilaian
dan tindakan tidak dimulai dalam 60 menit
2. Tingkat kesegeraan situasional: Potensi outcome buruk bila
tindakan tidak dimulai dalam 60 menit
3. Kelayakan harus mengurangi ketidak-nyamanan / distress berat
dalam 60 menit berpotensi menjadi serius: Mungkin memburuk,
atau berakibat pada outcome bila penilaian dan tindakan tidak
dimulai dalam 1 jam. Gejala moderat atau menetap, atau
kompleksitas atau beratnya kelainan bermakna: Mungkin perlu
tindakan & konsultasi kompleks & / rawat inap,

Terjadi pada:

1. Perdarahan ringan.
2. Aspirasi benda asing, tanpa distress pernafasan.
3. Cedera dada tanpa nyeri iga / distress pernafasan.
4. Kesulitan menelan, tanpa distress pernafasan
5. Cedera kepala ringan tanpa hilang kesadaran.
6. Nyeri moderat, dengan tampilan berisiko.
7. Muntah dan mencret tanpa dehidrasi.
8. Inflamasi / benda asing mata, penglihatan normal.
9. Trauma anggota minor, sprain ankle, mungkin fraktura, laserasi
tanpa komplikasi yang perlu investigasi / intervensi dengan TTV
normal, nyeri ringan/sedang.
10. Cast/gibs ketat tanpa gangguan neurovaskuler.
11. Sendi bengkak dan panas.
12. Nyeri perut tidak spesifik.
13. Tingkah laku/psikiatrik:
a. Masalah kesehatan mental semi-urgent.
b. Dalam observasi &/ tidak ada risiko segera atas diri/ oranglain.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi13


Kategori ST 5 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan maksimal
adalah 120 menit
1. Tingkat kesegeraan tidak mendesak: Keadaan pasien adalah kronik
atau minor dimana gejala atau luaran (outcome) klinis tidak akan
berpengaruh nyata bila penilaian dan tindakan ditunda dalam
hingga 2 jam sejak kedatangan
2. Masalah administratif klinis atau peninjauan hasil, sertifikat medis,
hanya resep

A. Initial Assesmen (Penilaian Awal)

Pasien yang masuk melalui IGD memerlukan penilain dan pengelolaan yang cepat
dan tepat. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang
mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal Initial assesment (Penilaian awal).
Untuk Triase IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
kriteria :

A : Alert
P : Respon to pain
V : Verbal
U : Unrespon

Penilaian awal ini intinya adalah:

1. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi, dicari keadaan yang
mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi.
Penanganan ABCDE yang dimaksud adalah :
A : Airway dengan Control Cervical
B : Breathing dan Ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan
D : Disability, status neurologis dan nilai GCS
E : Eksposure ,buka baju penderita tapi cegah hipotermi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi14


Langkah selanjutnya harus dipertimbangkan pemakaian kateter urine(Folley
Catheter), kateter lambung (NGT), pemasangan heart monitor dan pemeriksaan
laboratorium atau rontgen.

2. Secondary Survey

Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang meliputi :
A : Alergi
M : Medikasi atau obat-obatan
P : Past Ilness/Penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal/ terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event/ hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi .
Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit.
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan penderita
dengan menjaga kesegarisan tubuh). Cek tanda-tanda vital

B. Evaluasi Visual atau pengamatan

1. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan
pertolongan segera ,langsung diarahkan ke IGD
2. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera,
akan diarahkan ke poliklinik

C. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik.

D. Laboratorium atau pemeriksaan imaging (penunjang)

Pasien yang sudah membawa hasil laboratorium atau pemeriksaan imaging akan
tetap diperiksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan
dikonsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit. Konsultasi bisa dilakukan melalui IGD
atau diarahkan ke poliklinik.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi15


E. Persyaratan

1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam dan diluar rumah sakit. Pasien
yang membawa surat pengantar berobat dari pelayanan kesehatan dianggap
telah diskrining.
2. Dokter yang melakukan skrining adalah dokter yang telah ditetapkan dalam tim
skrining.

F. Ketentuan Skrining

1. Skrining dilakukan pada saat kontak pertama didalam RS oleh tim skrining RSI
Ibnu Sina Bukittinggi atau diluar rumah sakit
2. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dengan
misi dan sumber daya rumah sakit
3. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan kebutuhan
pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat
4. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan tanggung
jawab untuk menetapkan apakah pasien diterima, dipindahkan atau dirujuk.
5. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining dan tes diagnosa mana yang
merupakan standar sebelum penerimaan yaitu:
a. Pemeriksaan Vital Sign: TD, HR, RR,S, Pemeriksaan Fisik
b. Skrining Test Diagnostik Standar yang harus dilakukan sebelum pasien
didaftarkan/dirawat di RSI Ibnu Sina Bukittinggi

NO RUANGAN SKRINING DIAGNOSTIK TEST PASIEN

1 Umum/ 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Penyakit Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
Dalam 2. Kimia Klinik Standar (Ureum, Kreatinin, elektrolit)
3. Hasil EKG (Pasien Jantung dan Pasien Dewasa > 40 tahun)

2 Bedah 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis,PTT,APTT)
2. Kimia Klinik Standar (Elektrolit, Ureum, Kreatinin,
SGOT/SGPT)

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi16


3. Pemeriksaan Foto Thorax/Rongent Foto
4. Hasil EKG (Pasien Jantung dan Pasien Dewasa > 40 tahun)
5. Hasil Konsul Pre Operatif (Penyakit Dalam, Kardiologi)

3 Kasus 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Tuberculosis Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Kimia Klinik Standar (Ureum, Kreatinin, SGOT/SGPT)
3. BTA
4. Mantoux Test

4 Kemoterapi 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
3. Pemeriksaan Foto Thorax/Rongent Foto

5 Neurologi 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Pemeriksaan Foto Thorax/Rontgen Foto

7 Obstetri dan 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Gynekologi Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Urin Lengkap

8 Anak 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis)
2. Kimia Klinik Standar (Ureum, Kreatinin, SGOT/SGPT)

9 Perinatologi 1. Pemeriksaan Laboratorium: Hematologi (Hemoglobin,


Leukosit, Eritrosit, Trombosit, Hitung Jenis), Bilirubin total
dan direk.
2. Elektrolit dan Skrining Perdarahan
3. Pemeriksaan Foto Thoraks/Rontgen Foto

12 ICU Analisa Gas Darah (PaCO2, PaO2, PaHCO2,PH, SO2)

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi17


13 CVCU 1. Elektrolit Darah (Na+,K,Ca++,Cl)
2. CK,CK-MB
3. LDH
4. Troponin T

16 Radiologi Ureum/Creatinin (Pemeriksaan Kontras)

Ketentuan dalam pelaksanaan skrining di RSI Islam Ibnu Sina Bukittinggi dilakukan
pada pasien yang masuk melalui Instalasi Gawat Darurat meliputi:
1. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagnostik imajing sebelumnya. Skrining dapat terjadi disumber rujukan,
pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah
sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau
merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
2. RSI Islam Ibnu Sina Bukittinggi dapat mempertimbangkan untuk menerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan apabila adanya ketersediaan pelayanan dan
fasilitas yang mendukung sesuai kebutuhan pelayanan pasien.
3. Sebelum penerimaan dan pendaftaran pasien diperlukan data tes skrining atau
evaluasi
4. Berdasarkan hasil skrining dapat diperoleh informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang benar tentang: keputusan pasien yang mana yang
dapat dilayani di RSI Islam Ibnu Bukittinggi ,pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien, transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau
pelayanan lain
5. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayan rawat
jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan pasien yang telah
diidentifikasi sesuai misi serta sumber daya di RSI Islam Ibnu Bukittinggi
6. Skrining dapat terjadi di sumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di RSI Ibnu Sina Bukittinggi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi18


7. Di RSI Islam Ibnu Sina Bukittinggi diperlukan data tes skrining atau evaluasi
sebelum penerimaan dan pendaftaran yang merupakan standar sebelum
penerimaan pasien.
8. Skrining dan tes penunjang diagnosa merupakan standar penerimaan pasien.
Pasien tidak dirawat, dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes yang
dibutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
9. Pasien dengan kondisi emergensi atau membutuhkan pelayanan segera,
diidentifikasi dengan proses triase berdasarkan kriteria fisiologik
10. Berdasarkan hasil skrining ditetapkan kriteria masuk ke ruangan intensif dan atau
pelayanan khusus termasuk penelitian sesuai dengan kebutuhan spesifik pasien
11. RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi mengidentifikasi pasien dengan kesulitan terkait
hambatan pelayanan yang meliputi : pasien tua, cacat fisik, gangguan bicara,
bahasa atau dialek
12. RSI Ibnu Sina Bukittinggi mengidentifikasi pasien dengan resiko tinggi meliputi:
pasien dengan penggunaan produk darah, koma, menggunakan alat bantu hidup,
penyakit menular, immunosupresi, pasien dengan penggunaan restrain, lansia
dengan ketergantungan bantuan, anak anak dengan ketergantungan, pasien
dengan resiko kekerasan, pasien dengan pemberian kemoterapi, pasien dengan
resiko malnutrisi, pasien nyeri, dan pasien terminal
13. Jika fasilitas dan sarana di RSI Ibnu Sina Bukittinggi tidak dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien tersebut, maka dirujuk ke rumah sakit rujukan.
14. Pasien yang keperluannya hanya untuk : permintaan suntik, pembuatan formulir
laboratorium/ radiologi, harus di periksa oleh dokter jaga iGD terlebih dahulu
15. Pasien tidak gawat tidak darurat di dalam jam kerja diarahkan ke poliklinik umum
atau spesialis
16. Pasien yang sudah dilakukan tindakan di IGD sebelumnya dan untuk permintaan
perawatan luka misalnya: angkat jahitan , ganti verban tetap dilayani di IGD
17. Pasien permintaan ganti verban luka operasi harus sepengetahuan dokter bedah
sebelumnya atau kontrol ke poliklinik, bila pasien bukan riwayat operasi di RS
Islam Ibnu Sina Bukittinggi disarankan untuk konsultasi dengan dokter bedah
yang berpraktek di dalam RS Islam Ibnu Sina Buktinggi
18. Petugas melakukan skrining dan mendokumentasikan pada rekam medis

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi19


C. Penatalaksaan skrining di rawat jalan
1. Skrining untuk pasien yang datang ke Bagian Poliklinik Rawat Jalan (klinik umum,
klinik spesialis neorologi, klinik spesialis bedah, klinik spesialis anak , klinik
spesialis obgyn, klinik spesialis THT, klinik spesialis paru, klinik spesialis psikiater,
klinik spesialis kulit dan kelamin, klinik spesialis jantung, klinik spesialis penyakit
dalam, klinik psikolog ) dilaksanakan melalui evaluasi visual atau pengamatan
oleh petugas skrining (Satpam, custemer servis, petugas rekam medis).
2. Setelah dilakukan evaluasi visual atau pengamatan maka dapat ditentukan pasien
resiko jatuh :
a. Perhatikan cara berjalan pasien. Apakah pasien tampak tidak seimbang
(sempoyongaan atau limbung)?
b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja lain sebagai penopang
saat bejalan?
Kriteria pengelompokan sebagai berikut:
a. Tidak berisiko : jika tidak ditemukan 1 dan 2
b. Risiko rendah : jika ditemukan a atau b
c. Risiko tinggi : jika ditemukan a dan b

Pasien yang mempunyai resiko jatuh, petugas customer servis/ petugas mr/
petugas runner yang merangkap sebagai petugas skrining di rawat jalan
membantu memfasilitasi pasien dengan alat bantu ( kursi roda, brankar ),
kemudian petugas memberi tanda resiko jatuh pada pasien dengan pita
berwarna kuning yang dilingkari di lengan atas tangan kanan, kemudian petugas
skrining melakukanpencatatan didalam buku monitoring pasien resiko jatuh
rawat jalan. Petugas skrining membatu mendaftarkan pasien dimana pelayanan
yg dituju, kemudian petugas runner membatu mengantarkan pasien ketempat
pelayananan yang dituju. Evaluasi visual atau pengamatan merupakan salah satu
kegiatan pemilahan pasien melalui visual atau pengamatan untuk menentukan
apakah pasien ini membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas
penanganan pasien). Setelah pasien mendapatkan pelayanan, petugas di unit
terkait menginformasikan kepetugas runner untuk memfasilitasi pasien diantar
kekendaraan pasien.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi20


3. Setelah dilakukan evaluasi visual atau pengamatan, maka dapat dinilai kondisi
pasien melalui:
a. Kesadaran :
1) Sadar penuh
2) Tampak mengantuk/ gelisah bicara tidak jelas
3) Tidak sadar
Bila didapati pasien tampak mengatuk / gelisah bicara tidak jelas, maka
petugas skrining rawat jalan mengarahkan pasien untuk segera
mendapat pelayanan di unit gawat darurat yang diantar oleh petugas
runner.
b. Pernafasan :
1) Nafas normal
2) Tampak sesak
3) Tidak bernafas

Bila didapati pasien tampak sesak, petugas skrining rawat jalan


mengarahkan pasien untuk segera mendapat pelayaanan di unit gawat
darurat yang diantar oleh petugas runner.

Bila didapati pasien tidak bernafas di rawat jalan, maka petugas skrining
rawat jalan memberitahukan kebagian informasi bahwa ada pasien code
blue, kemudian bagian pusat informasi mengumumkan kepetugas code
blue bahwa ada pasien henti nafas. Petugas informasi mengumumkan
dengan jelas dimana tempat ada kejadian pasien henti nafas.

c. Nyeri dada :
1) Tidak ada
2) Ada (tingkat sedang)
3) Nyeri dada kiri tembus punggung
Pasien yang ada keluhan nyeri dada, petugas mengarahkan pasien ke IGD
dan diantar petugas runner

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi21


d. Skala nyeri
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain Scale

0–1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali


2–3 = sedikit nyeri
4–5 = cukup nyeri
6–7 = lumayan nyeri
8–9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Bila didapati pasien dengan cukup nyeri sampai dengan amat sangat nyeri,
maka petugas skrining mengarahkan pasien untuk segera mendapat
pelayanan di unit gawat darurat dengan diantar oleh petugas runner.

e. Batuk :
1) Tidak ada
2) Batuk > 2 minggu
Bila didapati pasien mengeluh ada batuk dan mengeluh batuk lebih 2
minggu, maka petugas skrining rawat jalan memberikan masker dan
tissue bila pasien tidak membawa sapu tangan . Petugas skrining rawat
jalan memastikan masker terpasang pada pasien yang ada keluhan batuk
pada saat proses pendaftaran.

f. hambatan/ keterbatasan

Usia tua.
Pasien dikategorikan usia tua bila usia > 60 th. Bila didapati pasien usia tua
dengan keterbatasan fisik, petugas skrining rawat jalan memastikan apakah
pasien datang dengan pendamping/keluarga atau tidak. Bila tidak ada
pendamping, maka petugas skrining rawat jalan berinisiatif membantu

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi22


proses pendaftaran secara langsung dan dibantu oleh petugas yang lain
dalam mendapat pelayanan yang diiinginkan atau pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.

g. Pasien yang mengalami cacat fisik

Pasien yang mengalami cacat fisik adalah pasiendengangangguan


pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan bicara,dan cacat fisik yang
lainnya .Bila didapati pasien ada cacat fisik, maka petugas skrining rawat jalan
melakukan pendekatan dengan menciptakan suasana yang nyaman dan
privasi.

h. Pasien yang mempunyai hambatan bahasa atau dialek

Pasien yang mempunyai hambatan bahasa atau dialek adalah pasien


denganbahasa dan dialek di luar bahasa Indonesia. Bila didapati pasien
dengan bahasa atau dialek diluar bahasa indonesia seperti bahasa inggris,
sementara pasien datang tanpa pendamping, dan petugas skrining yang
menerima tidak bisa berbahasa inggris , maka petugas skrining rawat jalan
dapat memanggil petugas yang bisa berbahasa inggris.

i. Jenis pelayanan

Dalam proses skrining di rawat jalan , petugas skrining harus dapat


menentukan jenis pelayanan yang diberikan, jenis pelayanan yang dimaksud
dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1) Jenis pelayanan preventif
2) Jenis pelayanan kuratif
3) Jenis pelayanan rehabilitatif
4) Jenis pelayanan paliatif

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi23


D. Penatalaksaan skrining di luar rumah sakit
1. Skrining diluar RS dilakukan oleh dokter atau perawat yang kompeten di tempat
pasien di periksa.
2. Proses skrining untuk pasien yang berada di luar lokasi RSI Ibnu Sina Bukittinggi
yang berencana untuk dirujuk ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi dilaksanakan melalui
kriteria triase sacara tidak langsung melalui komunikasi via telepon, dimana
skrining dilakukan oleh dokter jaga UGD.
3. Triase adalah kegiatan pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan
trauma atau penyakit untuk menentukan prioritas penanganan pasien tersebut
berdasarkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D
(Disability). Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan
sebagai berikut :
a. Pasien dengan Skala Triase1 merupakan pasien yang mengancam jiwa/
fungsi dilakukan tindakan SEGERA. Tindakan resusitasi dilakukan segera,
ditempat. Setelah pasien stabil, maka pasien akan ditransfer ke RSI Ibnu Sina
Bukittinggi .
b. Pasien dengan Skala Triase 2 : Kehidupan terancam atau memburuk dengan
cepat, potensi ancaman hidup / gagal organ, nyeri hebat yang menyebabkan
distress bila tidak ditindak 10 menit. Setelah pasien stabil, maka pasien akan
ditransfer ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi
c. Pasien Skala Triase 3 URGENT : Berpotensi mengancam hidup: Mungkin
kearah ancaman hidup / anggota gerak, menuju morbiditas, bila penilaian &
tindakan tidak dimulai dalam 30 menit. Setelah pasien stabil, maka pasien
akan ditransfer ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi.
d. Pasien Skala triase 4. Berpotensi mengancam hidup:Mungkin menuju
ancaman hidup / anggota gerak, atau menuju morbiditas bermakna, bila
penilaian dan tindakan tidak dimulai dalam 60 menit.Keadaan dimana pasien
masih bernapas normal, denyut jantung normal dan memerlukan tindakan
observasi ataupun tidak , maka pasien ditransfer ke puskesmas terdekat
menggunakan alat transportasi umum atau ambulan puskesmas.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi24


e. Pasien Skala Triase 5
Tingkat kesegeraan tidak mendesak: Keadaan pasien adalah kronik atau
minor dimana gejala atau luaran (outcome) klinis tidak akan berpengaruh
nyata bila penilaian dan tindakan ditunda dalam hingga 2 jam

4. Jika pasien akan dirawat maka dokter atau perawat akan menentukan ruang
perawatan sesuai kebutuhan pasien (ruang rawat biasa, ruang pelayanan medik
khusus atau ruang kebidanan) dan menghubungi petugas pendaftaran rawat inap
untuk menanyakan ketersediaan ruang rawat yang dibutuhkan pasien.

5. Apabila fasilitas RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka dokter akan
memberikan alternatif RS yang dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pasien.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi25


BAB IV
DOKUMENTASI

1. Form triase.
2. Form skrining pasien rawat jalan
3. Form rujukan

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi26


NAMA :……………………………Lk / Pr *
No. MR :…….………………………………
Tanggal Lahir : ……………………………………
(Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)

SKRINING RAWAT JALAN

Nama Pasien : Tgl. Lahir/usia : Jenis Kelamin :

Nama Ibu Kandung : L/P

Tampak
Kesadaran Sadar penuh mengantuk/gelisah Tidak Sadar
bicara tidak jelas

Pernafasan Nafas Normal Tampak sesak Tidak bernafas

Risiko Jatuh Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

Nyeri dada kiri


Nyeri Dada Tidak ada Ada (Tingkat sedang) tembus
punggung

Skala Nyeri

Batuk Tidak ada Batuk > 2 minggu

Pasien Tua Ya Tidak


Pasien yang mengalami
Ya Tidak
cacat fisik
Pasien yang mempunyai
hambatan bahasa atau Ya Tidak
dialek
Jenis pelayanan preventif kuratif paliatif rehabilitative

Keputusan Sesuai Antrian Poliklinik disegerakan IGD


Bukittinggi, ………………………………….
Petugas Skrining

(……………………………………………..)
Nama & Tanda Tangan

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi27

Anda mungkin juga menyukai