SKRINING
2019
PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI
Nomor : 096/PER/DIR/ISBT/V/2019
Tentang
PANDUAN SKRINING
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI
Pertama : Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tentang
Skrining
Ketiga :Panduan Skrining Pasien Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi dijadikan
sebagai acuan dalam memberikan pelayanan skrining pasien di Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi.
Keempat : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya paeraturan ini dibebankan
pada anggaran rumah sakit.
Kelima : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam peraturan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
BAB I
DEFENISI
1. Skrining adalah merupakan suatu proses penilaian awal pasien pada kontak pertama
yang berobat ke Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi melalui pelaksanaan
prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi suatu penyakit tertentu
sehingga dapat segera menentukan pemeriksaan medis lanjutan dan menentukan
diagnosa yang lebih pasti.
2. Skrining nyeri adalah melakukan penilaian derajat nyeri pada saat pasien merasakan
adanya keluhan nyeri
3. Pengkajian adalah pengkajian tindak lanjut dari hasil skrining untuk lebih mendalami
kebutuhan pasien di bidang tertentu.
4. Triageadalah kegiatan pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawat daruratan
trauma atau penyakit untuk menentukan prioritas penanganan pasien tersebut
berdasarkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability).
5. Transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu lokasi atau ruangan
kelokasi atau ruangan lain.
6. Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari
order sekuens dari simbol.
7. Analisis informasi adalah menganalisa informasi yang hasil akhirnya dapat
menghasilkan informasi yang bermanfaat dan dapat dievaluasi sehingga dapat
menangani masalah.
Proses skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit.
1. Skrining yang dilakukan didalam RSI Ibnu Sina Bukittinggi
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Bagian Rawat Jalan yaitu poliklinik
2. Skrining yang dilakukan diluar RSI Ibnu Sina Bukittinggi , misalnya :tempat kejadian/
lokasi bencana/ lokasi kecelakaan, Balai Pengobatan/ Puskesmas/ Rumah Sakit yang
akan merujuk ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi
A. Skrining IGD
Skrining yang dilakukan saat pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat adalah melalui
kriteria TRIASE . Pasien yang datang akan dinilai berdasarkan tingkat kegawat
daruratan yang mana hal ini dapat juga dinilai bedasarkan evaluasi visual atau
pengamatan yang didukung dengan pemeriksaan fisik, psikologik, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan pendukung lainnya.
Skrining juga dilakukan pada pasien yang datang di rawat jalan. Skrining pasien
dirawat jalan dilakukan melalui pengamatan visual secara langsung kepasien.
Skrining diluar rumah sakit yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi
dilakukan melalui proses komunikasi melalui telepon. Dari komunikasi melalui
telepon informasi yang harus didapat adalah : - informasi pasien yang akan dirujuk
dari fasilitas pelayanan tingkat pertama atau rumah sakit yg lain ke rumah sakit islam
ibnu sina bukittinggi
Pasien yang diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat
jalan dan gawat darurat, berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan,
berdasarkan identifikasi yang sesuai dengan misi serta sumber daya rumah sakit
yang ada. Proses skrining pada saat proses masuk pasien dilakukan pada pasien :
1. Rawat Jalan
2. Gawat darurat
3. Pada saat menerima pasien pindahan/ rujukan dari RS lain diperlukan
pemeriksaan laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
4. Skrining dapat terjadi disumber rujukan,
5. Setelah pasien dirawatpun proses skrining tetap dilakukan oleh petugas untuk
meminimalkan resiko yang mungkin muncul pada pasien
6. Skrining dilakukan untuk menentukan kriteria masuk ke ruangan intensif dan
atau pelayanan khusus termasuk penelitian sesuai dengan kebutuhan spesifik
pasien
7. Proses skrining dilakukan dengan melakukan identifikasi pasien dengan kesulitan
terkait hambatan pelayanan yang meliputi: pasien tua, cacat fisik, gangguan
bicara, bahasa atau dialek.
8. Proses skrining dilakukan pada pasien dengan resiko tinggi meliputi: pasien
dengan penggunaan produk darah, koma, menggunakan alat bantu hidup,
penyakit menular, immunosupresi, pasien dengan penggunaan restrain, lansia
dengan ketergantungan bantuan, anak anak dengan ketergantungan, pasien
dengan resiko kekerasan, pasien dengan pemberian kemoterapi, pasien dengan
resiko malnutrisi, pasien nyeri, pasien terminal.
9. Skrining lain yang dibutuhkan :
a. Skrining risiko jatuh
b. Skrining awal: Dapat menggunakan kriteria triage, evaluasi visual,
pemeriksaan fisik, hasil evaluasi pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium
dan radiologi sebelumnya.
c. Triage process untuk memprioritaskan pasien berdasarkan kebutuhan yang
mendesak.
contoh ;
1) Pelayanan imunisasi
2) Pengolesan flour pada gigi
3) Peningkatan gaya hidup sehat.
4) Memahami penyakit hiv aids, bahaya dan pencegahannya
5) Memahami penyakit ims , bahaya dan cara pencegahannya
6) Diadakannya konseling tentang hiv aids pada pekerja secara sukarela dan tidak
dipaksa
b. Pelayanan kuratif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit , pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin.
contoh ;
1) Penambalan gigi
2) Pengobatan penyakit bagian dalam
3) Pengobatan penyakit paru-paru
4) Pengobatan penyakit kulit
5) Pengobatan penyakit bagian syaraf
6) Pengobatan penyakit anak – anak
contoh :
1) Pembuatan atau pemasangan gigi palsu
2) Pelayanan fisiotherapi
Layanan paliatif diberikan secara menyeluruh dan terpadu terhadap fisik, psikologis,
social dan spiritual sehingga diharapkan dapat meringankan penderitaan pasien dan
beban keluarga.
1) Penanggulangan nyeri
2) Penanggulangan gejala fisik lain seperti gangguan saluran nafas, saluran cerna,
saluran kemih, beraktifitas,
3) Bimbingan psikososial dan spiritual.
4) Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien dirumah
5) Kunjungan rumah secara berkala sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga.
6) Layanan rehabilitasi mediS, untuk berbagai gangguan aktivitas.
7) Bimbingan perawatan
8) Asuhan keperawatan pada pasien dengan ; luka, kateter, NGT, colostomy, dll
9) Membantu penyediaan sarana / alat bantu kesehatan ; tabung
oksigen,nebulizer, suction, kursi roda, walker, ambulance, dll
10) Membantu penyediaan tenaga perawat .
11) Membantu kesiapan menghadapi akhir hayat dengan tenang dalam iman.
1. Pengumpulan informasi
2. Analisis informasi
1. Skrining untuk pasien yang datang ke IGD dilaksanakan melalui kriteria triase oleh
petugas triase IGD.
a. Triase adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga
pasien mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat
kegawatdaruratannya. Triase di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
menggunakanSkala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat( sehari-hari, non
massal ).
b. Skala / kategori ST yang ditentukan oleh tampilan klinis paling mendesak
yang ditemukan, apabila sekali tampilan risiko tinggi ditemukan, reaksi sesuai
dengan tingkat kesegeraan tampilan tersebut harus segera dimulai.
Skala Triase (ST) Instalasi Gawat Darurat RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
Terjadi pada :
a. Henti jantung.
Henti nafas.
Risiko segera jalan nafas, ancaman terjadi henti nafas.
Frekuensi nafas <10 x/menit.
distres nafas ekstrim.
b. TD < 80mmHg (dewasa) atau anak/bayi syok berat.
Tidak respons / hanya respons atas nyeri (GCS ≤8).
Overdosis IV dan tidak respons atau hipoventilasi.
Gangguan tingkah-laku berat dengan ancaman amukan
berbahaya.
Kategori ST 2 Waktu tunggu untuk melakukan assesmen dan tindakan maksimal
adalah 10 menit (terkadang simultan).
Kehidupan terancam :Serius atau memburuk dengan cepat,
potensi ancam hidup / gagal organ, bila tidak ditindak 10 menit
sejak kedatangan, atau
Kebutuhan segera tindakan kritis-waktu :Trombolisis, antidot
dampak nyata pada outcome klinis tindakan yang dimulai dalam
beberapa menit, atau
Nyeri sangat hebat: Mengurangi nyeri berat atau distress harus
dalam 10 menit
Terjadi pada:
Terjadi pada:
1. Hipertensi berat.
2. Kehilangan darah berat ,moderat sebab apapun.
3. Sesak nafas moderat.
4. Saturasi O2 90-95%.
5. Base Serum Lactate (BSL)>16 mmol/l (288 mg/dl).
6. Kejang (sadar).
7. Semua demam dalam immunodepresan (pasien onkologi,steroid).
8. Muntah persisten.
9. Dehidrasi.
10. Cedera kepala dengan hilang kesadaran singkat (sadar).
11. Nyeri berat moderat sebab apapun butuh analgesia.
12. Nyeri dada kemungkinan non kardiak dengan tingkat nyeri sedang.
13. Nyeri abdominal tanpa tampilan risiko tinggi, tingkat nyeri sedang
atau usia > 65 tahun.
14. Cedera anggota gerak moderat: deformitas, laserasi berat, crush.
15. Sensasi anggota gerak berubah, denyut nadi hilang akut.
16. Trauma dengan riwayat risiko tinggi dengan tanpa tampilan lain
yang berisiko tinggi.
17. Neonatus stabil.
18. Anak dengan risiko.
19. Tingkah laku/psikiatrik:
a. Distres berat, risiko merusak diri.
b. Psikotik akut atau gangguan berpikir.
c. Krisis situasional, merusak diri dengan sadar.
d. Agitasi, menarik diri, berpotensi agresif.
Terjadi pada:
1. Perdarahan ringan.
2. Aspirasi benda asing, tanpa distress pernafasan.
3. Cedera dada tanpa nyeri iga / distress pernafasan.
4. Kesulitan menelan, tanpa distress pernafasan
5. Cedera kepala ringan tanpa hilang kesadaran.
6. Nyeri moderat, dengan tampilan berisiko.
7. Muntah dan mencret tanpa dehidrasi.
8. Inflamasi / benda asing mata, penglihatan normal.
9. Trauma anggota minor, sprain ankle, mungkin fraktura, laserasi
tanpa komplikasi yang perlu investigasi / intervensi dengan TTV
normal, nyeri ringan/sedang.
10. Cast/gibs ketat tanpa gangguan neurovaskuler.
11. Sendi bengkak dan panas.
12. Nyeri perut tidak spesifik.
13. Tingkah laku/psikiatrik:
a. Masalah kesehatan mental semi-urgent.
b. Dalam observasi &/ tidak ada risiko segera atas diri/ oranglain.
Pasien yang masuk melalui IGD memerlukan penilain dan pengelolaan yang cepat
dan tepat. Waktu berperan sangat penting, oleh karena itu diperlukan cara yang
mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal Initial assesment (Penilaian awal).
Untuk Triase IGD petugas melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan
kriteria :
A : Alert
P : Respon to pain
V : Verbal
U : Unrespon
1. Primary Survey yaitu penanganan ABCDE dan resusitasi, dicari keadaan yang
mengancam nyawa dan apabila menemukan harus dilakukan resusitasi.
Penanganan ABCDE yang dimaksud adalah :
A : Airway dengan Control Cervical
B : Breathing dan Ventilasi
C : Circulation dengan kontrol perdarahan
D : Disability, status neurologis dan nilai GCS
E : Eksposure ,buka baju penderita tapi cegah hipotermi
2. Secondary Survey
Pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Anamnesis melalui pasien, keluarga atau petugas pra hospital yang meliputi :
A : Alergi
M : Medikasi atau obat-obatan
P : Past Ilness/Penyakit sebelumnya yang menyertai
L : Last meal/ terakhir makan jam berapa bukan makan apa
E : Event/ hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
b) Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi .
Periksa dengan teliti apakah ada perubahan bentuk, tumor, luka dan sakit.
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log roll (memiringkan penderita
dengan menjaga kesegarisan tubuh). Cek tanda-tanda vital
1. Pasien yang secara pengamatan visual dalam keadaan gawat dan memerlukan
pertolongan segera ,langsung diarahkan ke IGD
2. Pasien yang secara pengamatan visual tidak memerlukan pertolongan segera,
akan diarahkan ke poliklinik
C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik head to toe meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi,
termasuk juga pemeriksaan psikologik.
Pasien yang sudah membawa hasil laboratorium atau pemeriksaan imaging akan
tetap diperiksa, kemudian jika memerlukan penanganan lebih lanjut akan
dikonsulkan ke dokter spesialis sesuai penyakit. Konsultasi bisa dilakukan melalui IGD
atau diarahkan ke poliklinik.
1. Skrining dilakukan pada kontak pertama didalam dan diluar rumah sakit. Pasien
yang membawa surat pengantar berobat dari pelayanan kesehatan dianggap
telah diskrining.
2. Dokter yang melakukan skrining adalah dokter yang telah ditetapkan dalam tim
skrining.
F. Ketentuan Skrining
1. Skrining dilakukan pada saat kontak pertama didalam RS oleh tim skrining RSI
Ibnu Sina Bukittinggi atau diluar rumah sakit
2. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dengan
misi dan sumber daya rumah sakit
3. Pasien diterima hanya apabila rumah sakit dapat menyediakan kebutuhan
pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat
4. Ada cara untuk melengkapi hasil tes diagnostik berkenaan dengan tanggung
jawab untuk menetapkan apakah pasien diterima, dipindahkan atau dirujuk.
5. Ada kebijakan yang menetapkan tentang skrining dan tes diagnosa mana yang
merupakan standar sebelum penerimaan yaitu:
a. Pemeriksaan Vital Sign: TD, HR, RR,S, Pemeriksaan Fisik
b. Skrining Test Diagnostik Standar yang harus dilakukan sebelum pasien
didaftarkan/dirawat di RSI Ibnu Sina Bukittinggi
Ketentuan dalam pelaksanaan skrining di RSI Islam Ibnu Sina Bukittinggi dilakukan
pada pasien yang masuk melalui Instalasi Gawat Darurat meliputi:
1. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagnostik imajing sebelumnya. Skrining dapat terjadi disumber rujukan,
pada saat pasien ditransportasi emergensi atau apabila pasien tiba di rumah
sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati, mengirim atau
merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
2. RSI Islam Ibnu Sina Bukittinggi dapat mempertimbangkan untuk menerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan apabila adanya ketersediaan pelayanan dan
fasilitas yang mendukung sesuai kebutuhan pelayanan pasien.
3. Sebelum penerimaan dan pendaftaran pasien diperlukan data tes skrining atau
evaluasi
4. Berdasarkan hasil skrining dapat diperoleh informasi yang diperlukan untuk
membuat keputusan yang benar tentang: keputusan pasien yang mana yang
dapat dilayani di RSI Islam Ibnu Bukittinggi ,pemberian pelayanan yang efisien
kepada pasien, transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke rumah atau
pelayanan lain
5. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayan rawat
jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan pasien yang telah
diidentifikasi sesuai misi serta sumber daya di RSI Islam Ibnu Bukittinggi
6. Skrining dapat terjadi di sumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau apabila pasien tiba di RSI Ibnu Sina Bukittinggi
Pasien yang mempunyai resiko jatuh, petugas customer servis/ petugas mr/
petugas runner yang merangkap sebagai petugas skrining di rawat jalan
membantu memfasilitasi pasien dengan alat bantu ( kursi roda, brankar ),
kemudian petugas memberi tanda resiko jatuh pada pasien dengan pita
berwarna kuning yang dilingkari di lengan atas tangan kanan, kemudian petugas
skrining melakukanpencatatan didalam buku monitoring pasien resiko jatuh
rawat jalan. Petugas skrining membatu mendaftarkan pasien dimana pelayanan
yg dituju, kemudian petugas runner membatu mengantarkan pasien ketempat
pelayananan yang dituju. Evaluasi visual atau pengamatan merupakan salah satu
kegiatan pemilahan pasien melalui visual atau pengamatan untuk menentukan
apakah pasien ini membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas
penanganan pasien). Setelah pasien mendapatkan pelayanan, petugas di unit
terkait menginformasikan kepetugas runner untuk memfasilitasi pasien diantar
kekendaraan pasien.
Bila didapati pasien tidak bernafas di rawat jalan, maka petugas skrining
rawat jalan memberitahukan kebagian informasi bahwa ada pasien code
blue, kemudian bagian pusat informasi mengumumkan kepetugas code
blue bahwa ada pasien henti nafas. Petugas informasi mengumumkan
dengan jelas dimana tempat ada kejadian pasien henti nafas.
c. Nyeri dada :
1) Tidak ada
2) Ada (tingkat sedang)
3) Nyeri dada kiri tembus punggung
Pasien yang ada keluhan nyeri dada, petugas mengarahkan pasien ke IGD
dan diantar petugas runner
Bila didapati pasien dengan cukup nyeri sampai dengan amat sangat nyeri,
maka petugas skrining mengarahkan pasien untuk segera mendapat
pelayanan di unit gawat darurat dengan diantar oleh petugas runner.
e. Batuk :
1) Tidak ada
2) Batuk > 2 minggu
Bila didapati pasien mengeluh ada batuk dan mengeluh batuk lebih 2
minggu, maka petugas skrining rawat jalan memberikan masker dan
tissue bila pasien tidak membawa sapu tangan . Petugas skrining rawat
jalan memastikan masker terpasang pada pasien yang ada keluhan batuk
pada saat proses pendaftaran.
f. hambatan/ keterbatasan
Usia tua.
Pasien dikategorikan usia tua bila usia > 60 th. Bila didapati pasien usia tua
dengan keterbatasan fisik, petugas skrining rawat jalan memastikan apakah
pasien datang dengan pendamping/keluarga atau tidak. Bila tidak ada
pendamping, maka petugas skrining rawat jalan berinisiatif membantu
i. Jenis pelayanan
4. Jika pasien akan dirawat maka dokter atau perawat akan menentukan ruang
perawatan sesuai kebutuhan pasien (ruang rawat biasa, ruang pelayanan medik
khusus atau ruang kebidanan) dan menghubungi petugas pendaftaran rawat inap
untuk menanyakan ketersediaan ruang rawat yang dibutuhkan pasien.
5. Apabila fasilitas RS tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka dokter akan
memberikan alternatif RS yang dapat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pasien.
1. Form triase.
2. Form skrining pasien rawat jalan
3. Form rujukan
Tampak
Kesadaran Sadar penuh mengantuk/gelisah Tidak Sadar
bicara tidak jelas
Skala Nyeri
(……………………………………………..)
Nama & Tanda Tangan