Anda di halaman 1dari 15

Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

IV. ALAT UKUR ELEMEN GEOMETRIK ULIR


Ulir (screw thread) mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam konstruksi mesin atau
peralatan yaitu sebagai alat pemersatu dan/atau sebagai alat penerus (transmisi) daya.
Pengukuran ulir menyangkut beberapa elemen geometrik yang saling berkaitan yang menentukan
profil ulir dimaksudkan untuk memastikan kekuatan atau daya tahan kelelahan dari ulir atau
mungkin juga untuk menjamin ketelitian pengubahan gerak dari gerakan (rotasi menjadi translasi)
dari sistem pengubahan gerakan yang menggunakan ulir.

4.1 Definisi Profil Ulir


Suatu ulir dapat dipandang sebagai garis spiral yang meneliti suatu silinder. Apabila suatu titik
bergerak pada garis spiral tersebut, maka selain berputar mengelilingi penampang lingkaran, titik
tersebut juga akan bergerak linier sejajar dengan sumbu silinder sepanjang p. Jarak p ini disebut
dengan pits (pitch). Hubungan antara pits dengan diameter silinder diperlihatkan pada gambar
4.1.a, sudut  disebut sudut kisar (lead angle).

(a) (b)

Gambar 4.1 Hubungan antara kisar dengan sudut kisar.

Umumnya ulir mempunyai satu alur, tetapi ada juga ulir yang terdiri dari beberapa alur, yang
diperlihatkan pada gambar 4.1.b. Apabila dipandang dari penampang silinder titik pada ulir yang
berputar searah jarum jam akan bergerak linier menjauhi mata disebut ulir kanan, sedangkan jika
bergerak mendekati mata disebut ulir kiri.

Sesuai dengan fungsinya, maka ulir dibuat dengan profil (bentuk) tertentu dan yang sering
digunakan ada 3 buah ulir, yaitu:
a. Ulir ISO Metrik atau ulir unified, digunakan sebagai ulir pemersatu.
b. Ulir Whitworth, digunakan sebagai ulir pemersatu dan sekaligus untuk mencegah
kebocoran (digunakan sebagai ulir pipa).
c. Ulir Trapesium, digunakan sebagai ulir penggerak.

Nama-nama bagian atau istilah dari ulir yang dipandang dari penampang bidang potong yang
melalui sumbu ulir, yang diperlihatkan pada gambar 4.2, dan definisi dari istilah sebagai berikut:
- Puncak ulir; yaitu puncak atau ujung dari ulir, baik untuk ulir luar maupun ulir dalam
berupa garis lengkung atau lurus tergantung dari profil ulir.

61
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Gambar 4.2 Nama bagian dari baut dan mur

- Sisi ulir; yaitu sisi lurus yang menghubungkan puncak dan kisar dari ulir.
- Sudut ulir, ; yaitu sudut antara sisi ulir yang berseberangan, yang diukur pada bidang
yang melalui sumbu ulir atau bidang aksial.
- Sudut sisi ulir, 1 dan 2; yaitu sudut antara salah satu sisi ulir dengan bidang yang
tegak lurus sumbu ulir, yang diukur pada bidang aksial. Untuk profil yang simetrik, 1 =
2
- Pits, p/P; yaitu jarak antara titik pada sisi ulir yang sama dari dua profil ulir yang
terdekat, yang diukur pada pada bidang aksial dan sejajar sumbu.
- Dalam ulir, t/T; yaitu jarak antara puncak ulir dengan dasar ulir, yang diukur dalam arah
tegak lurus sumbu ulir. Jarak ini sama dengan jarak radial dari silinder mayor sampai
dengan silinder minor.
- Tebal ulir; yaitu tebal profil ulir antara sisi ulir yang bertolak belakang, yang diukur pada
silinder pits searah dengan sumbu ulir. Jarak ini sama dengan setengah panjang pits.
- Addendum; yaitu jarak radial antara silinder mayor sampai silinder pits bagi ulir luar.
- Dedendum; yaitu jarak radial antara silinder pits sampai silinder minor bagi ulir luar.
- Diameter mayor, d/D; yaitu diameter dari silinder mayor yang merupakan silinder kayal
yang mempunyai sumbu yang berimpit dengan sumbu ulir dan menyinggung puncak ulir.
- Diameter minor, d1/D1; yaitu diameter dari silinder minor yang merupakan silinder kayal
yang mempunyai sumbu yang berimpit dengan sumbu ulir serta menyinggung dasar ulir.
- Diameter pits, d2/D2; yaitu diameter dari silinder pits yang merupakan silinder kayal yang
mempunyai sumbu yang berimpit dengan sumbu ulir serta memotong sisi ulir
sedemikian rupa sehingga tebal ulir dan jarak pada ruang kosong antara sisi ulir yang
berseberangan adalah sama.

4.2 Kesalahan Pada Profil Ulir


Karena ketidaksempurnaan dalam proses pembuatan, maka mungkin terjadi kesalahan pada profil
ulir yang terbentuk. Jenis kesalahan yang dapat mempengaruhi fungsi dari ulir umumnya ada 4
macam, yaitu:
1. Kesalahan diameter mayor.
2. Kesalahan diameter minor.
 Kesalahan diameter mayor dan diameter minor yaitu kesalahan yang disebabkan
karena kesalahan dimensi (diameter) dari bahan poros atau kesalahan dalam
penyetelan pahat pada mesin perkakas (terlalu dalam atau kurang dalam
memotongnya).

62
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

3. Kesalahan sudut sisi ulir, yaitu kesalahan yang disebabkan karena kesalahan dari sudut
pahat yang digunakan sebagai pahat potong atau karena kesalahan dalam penyetelan
posisi pahat pada mesin mesin perkakas.

4. Kesalahan pits atau diameter pits, terdapat dua jenis kesalahan yaitu:

- Kesalahan pits progresif, yaitu kesalahan yang terjadi apabila hasil bagi dari kecepatan
pemakanan dan kecepatan potong adalah tidak benar meskipun harganya selalu
konstan. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan dalam menentukan kecepatan
pemakanan atau karena digunakan harga pendekatan jika pada mesin bubut yang
bersangkutan tak ada harga yang dimaksud.
Apabila kesalahan pits ini adalah tetap sebesar p, maka pada setiap kedudukan dari
ulir akan mempunyai kesalahan pits komulatif sebesar n p (n adalah nomor urut dari
ulir yang diperiksa). Grafik dari kesalahan pits progresif, yang diperlihatkan pada
gambar 4.3.a.

- Kesalahan pits periodik, yaitu kesalahan yang terjadi apabila hasil bagi dari kecepatan
pemakanan dan kecepatan potong tidak konstan. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena adanya kesalahan pits pada roda gigi yang menggerakkan ulir penggerak yang
memutar benda kerja. Dapat juga disebabkan oleh adanya gerakan aksial dari ulir
penggerak mesin bubut karena ketidakberesan pada bantalan tekannya.
Kesalahan jenis ini biasanya bersifat periodik, yaitu secara bertahap positif kemudian
negatif, sehingga grafik kesalahan pits periodik komulatif berbentuk sinusoidal, yang
diperlihatkan pada gambar 4.3.b.

20 6
18 5
16 4
14
3
12
2
10
1
8
6 0

4 -1
2 -2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nomor ulir
Nomor ulir
a. kesalahan pits progresif b. kesalahan pits periodik

Gambar 4.3 Grafik kesalahan pits komulatif

4.3 Toleransi Dari Ulir


Untuk membatasi kesalahan dalam proses pembuatan ulir, maka toleransi ulir cukup diberikan
pada diameter mayor, diameter minor, dan diameter pits. Prinsip pemberian toleransi ulir sesuai
dengan standar ISO R 965 seperti halnya pemberian toleransi dari poros dan lubang, yang
didefinisikan terhadap tiga faktor, yaitu garis nol, penyimpangan fundamental, dan besar daerah
toleransi.

Garis nol adalah garis dari profil dasar untuk ulir metrik, yang diperlihatkan pada gambar 4.4. Dari
garis nol dapat ditentukan letak dan besar dari daerah toleransi bagi diameter mayor, diameter
minor, dan diameter pits. Dalam ulir teoretik; H, diameter minor; d 1, dan diameter pits ulir luar; d2,
sebagai berikut:

63
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

p/8
H/8

H = 0,86603 p
3/8H
60 5/8H d1 = d -2 (5/8 H) = d - 1,08254 p
H
p/2
d2 = d -2 (3/8 H) = d - 0,64952 p
H/4
p
p/4
d d2 d1
D D2 D1

Gambar 4.4 Profil dasar dari ulir ISO metrik

Penyimpangan fundamental adalah batas daerah toleransi yang paling dekat dengan garis nol,
yang diperlihatkan pada gambar 4.5. Untuk sistem toleransi dari ISO, dinyatakan dengan simbol G
dan H untuk ulir dalam (mur), dan simbol huruf e, g, dan h untuk ulir luar (baut).

garis nol

TD /2
T /2
EI = 0 d

d max
d min
TD /2 diam. mayor baut
2
es /2

Td 2 /2

D max
D min
diameter mayor mur d 2 max
D max d 2 min
2 D min
2 diameter pits baut
diameter pits mur

d 1max
D max
1 D1 min d1 min

daerah toleransi
diameter minor baut
r r > 0.1 p
Td /2
1

3/16H H/4
H/8

p/8

Gambar 4.5 Toleransi dari mur dan baut

64
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Penyimpangan fundamental daerah toleransi ulir luar; es g, diameter mayor terbesar; d maks, diameter
minor terbesar; d1maks, dan diameter pits terbesar; d2 maks dengan kelas g, sebagai berikut:

- penyimpangan fundamental daerah toleransi baut; esg = - (15 + 11 p) ; μm  dibulatkan

- batas terbesar diameter mayor baut; dmaks = d + esg ; mm

- batas terbesar diameter minor baut; d1maks = d – 1,08254 p – 2/16 H


= d – 1,08254 p – 0,10825 p ; mm

- batas terbesar diameter pits; d2 maks = d – 0,64952 p + esg ; mm

Besar batas daerah toleransi dari diameter mayor, diameter minor, dan diameter pits ditentukan
berdasarkan angka kualitas toleransi. Untuk sistem ISO hanya ada 4 macam diameter yang diberi
daerah toleransi berdasarkan angka kualitas, yang ditunjukkan pada tabel 4-1, yaitu:

Tabel 4-1 Toleransi diameter baut dan mur berdasarkan angka kualitas menurut sistem ISO

Diameter baut dan mur Angka kualitas


Diameter mayor baut, d 4 6 8
Diameter pits baut, d2 3 4 5 6 7 8 9
Diameter minor mur, D1 4 5 6 7 8
Diameter pits mur, D2 4 5 6 7 8

Besar daerah toleransi ulir luar untuk angka kualitas 6 sebagai berikut:
3 2 - 3 ,1 5
- daerah toleransi diameter mayor baut; Td (6) = 1 8 0 p ; μm
p

- daerah toleransi diameter pits baut; Td2 (6) = 90 p0,4 d 0,1 ; μm

- daerah toleransi diameter minimum minor mur; TD1 (6) :


TD1 (6) = 433 p – 190 p1,22 ; μm  untuk 0,2  p  0,8 mm
TD1 (6) = 23 p0,7 ; μm  untuk p > 1 mm

Untuk angka kualitas yang lain, maka besar daerah toleransi ulir luar dihitung dengan
menggunakan rumus dari angka kualitas 6 kemudian dikalikan dengan faktor pengali sesuai
dengan angka kualitasnya, yang ditunjukkan pada tabel 4-2.

Tabel 4-2 Faktor pengali daerah toleransi ulir luar untuk angka kualitas yang lain

Faktor pengali ulir


Kualitas
luar (baut)
3 0,5
4 0,63
5 0,8
6 1
7 1,25
8 1,6
9 2

Daerah toleransi bagi diameter pits mur; TD 2 dihitung dengan menggunakan rumus untuk diameter
ulir luar (baut), kemudian dikalikan dengan faktor pengali sesuai dengan angka kualitasnya, yang
ditunjukkan pada tabel 4-3.

65
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Tabel 4-3 Faktor pengali daerah toleransi bagi diameter pits mur untuk angka kualitas yang lain

Faktor pengali ulir


Kualitas
dalam (mur)
4 0,85
5 1,06
6 1,32
7 1,17
8 2,12

Besar diameter minimum ulir luar (baut), sebagai berikut:


- diameter mayor minimum baut; dmin = dmaks - Td (6)
- diameter pits minimum baut;d2min = d2 maks - Td2 (6)
- diameter minor minimum baut; d1min = d1 - 1,08254 p - H/4 = d - 1,08254 p - 0,86603 p/4

Contoh:
Baut metrik M10 x 1,5 dengan ukuran nominal diameter mayor d = 10 mm dan besar pits p = 1,5
mm.
a. Berapakah harga penyimpangan fundamental bagi daerah toleransi untuk diameter mayor,
diameter minor, dan diameter pits apabila baut tersebut dibuat dari kelas g.
b. Berapakah besar daerah toleransi, bila dibuat dari kelas g dengan angka kualitas 8.
c. Berapakah diameter minimum dari ketiga diameter, bila dibuat dari kelas g dengan angka
kualitas 8.

Penyelesaian:
a. Penyimpangan fundamental bagi daerah toleransi untuk diameter mayor, diameter minor, dan
diameter pits dari baut yang dibuat dari kelas g, sebagai berikut:

- penyimpangan fundamental daerah toleransi baut; esg


esg = - (15 + 11 p)
= - (15 + 11 x 1,5) = - 31,5 μm  dibulatkan menjadi - 32 μm

- batas terbesar diameter mayor baut; dmaks


dmaks = d + esg
= 10 + (- 0,032) = 9,968 mm

- batas terbesar diameter minor baut; d1maks


d1maks = d – 1,08254 p – 2/16 H = d – 1,08254 p – 0,10825 p
= 10 – (1,08254 x 1,5) – (0,10825 x 1,5) = 8,214 mm

- batas terbesar diameter pits; d2 maks


d2 maks = d – 0,64952 p + esg
= d – (0,64952 x 1,5) + (- 0,032) = 8,994 mm

b. Besar daerah toleransi dan diameter minimum dari ketiga diameter, apabila dibuat dari kelas g
dengan kualitas 8, sebagai berikut:

Besar daerah toleransi untuk kualitas 6 adalah:


3 2 - 3 ,1 5
- daerah toleransi diameter mayor baut; Td (6) = 1 8 0 p
p
3 2 3 ,1 5
= 1 8 0 (1 ,5 ) - = 2 3 6 μm
1 ,5

- daerah toleransi diameter pits baut; Td2 (6) = 90 p0,4 d0,1 ; μm

66
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

= 90 x (1,5)0,4 x 100,1 = 132 μm


Besar daerah toleransi untuk kualitas 8, sebagai berikut:
- daerah toleransi diameter mayor baut; Td (8) = Td (6) x 1,6 = 236 x 1,6 = 375 μm
- daerah toleransi diameter pits baut; Td2 (8) = Td2 (6) x 1,6 = 132 x 1,6 = 212 μm

c. Harga diameter minimum adalah:


- diameter mayor minimum; dmin = dmaks – Td (8) = 9,968 – 0,375 = 9,593 mm
- diameter pits minimum; d2min = d2maks – Td2 (8) = 8,994 – 0,212 = 8,782 mm
- diameter minor minimum; d1min = d1 – 2 H/8 = d – 1,08254 p – 0,86603 p/4
= 10 – (1,08254 x 1,5) – (0,86603 x 1,5 : 4) = 8,051 mm

4.4 Pengukuran Elemen Geometrik Ulir Luar


Dengan memperhatikan fungsi dan kesalahan yang dapat terjadi saat proses pembuatan, maka
pengukuran elemen geometrik ulir luar yang dapat dilakukan adalah:
1. Pengukuran diameter mayor ulir, menggunakan mistar ingsut atau mikrometer.
2. Pengukuran jarak pits, menggunakan screw pitch gage.
3. Pengukuran diameter pits ulir secara tak langsung menggunakan metoda tiga kawat.
4. Pengukuran diameter mayor dan minor ulir, pengukuran sudut ulir, dan pengukuran
kesalahan jarak pits ulir komulatif dengan profile proyektor untuk ulir berukuran kecil.

4.4.1 Pengukuran Diameter Mayor Ulir Luar


Diameter mayor dari ulir merupakan dimensi ulir yang terbesar, yaitu diameter dari silinder kayal
yang menyinggung seluruh puncak ulir. Pengukuran untuk ulir luar dapat dilakukan dengan
menggunakan mistar ingsut atau mikrometer. Untuk mengurangi terjadinya kesalahan sampai
sekecil mungkin, sebaiknya tekanan pengukuran harus dijaga tetap dan serendah mungkin. Bila
dikehendaki hasil pengukuran dengan ketelitian tinggi, maka dapat digunakan mikrometer bangku.
Untuk hasil pengukuran yang cermat hanya dilakukan dengan menggunakan alat ukur linier (mistar
ingsut skala jam atau mikrometer) dengan kecermatan 1 m.

4.4.2 Pengukuran Jarak Pits Ulir Luar


Pemeriksaan jarak pits ulir menggunakan screw pitch gage, yang diperlihatkan pada gambar 4.6,
dengan tujuan untuk membandingkan dengan harga jarak pits menurut standar ulir ISO Metrik atau
Whitworth.

Gambar 4.6 Screw pitch gage

67
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

4.4.3 Pengukuran Diameter Pits Dengan Metoda Tiga Kawat


Diameter pits adalah diameter dari silinder kayal dengan sumbu yang berimpit dengan sumbu ulir
dan memotong sisi ulir sedemikian rupa sehingga tebal ulir dari jarak ruang kosong di antara sisi
ulir yang bersebarangan adalah sama dan sama dengan setengah dari pits.

Salah satu pengukuran diameter pits dapat dilakukan secara tak langsung dan cara
pengukurannya yang diperlihatkan pada gambar 4.7, yaitu menggunakan tiga buah silinder
(kawat) dengan diameter yang sama dan standar, yang dipasang pada alur ulir. Jarak M antara
kawat yang berseberangan dapat diukur menggunakan mikrometer atau mistar ingsut. Diameter
pits; d2 dapat dihitung memakai rumus matematika, sebagai berikut:

M = d2 + 2 A B

AB  AO  O C  BC

DO dD
dalam  CDO, O C  
s in ( / 2 ) 2 s in (  / 2 )

EB p
dalam  CBE, B C   c o t ( / 2 )
ta n ( / 2 ) 4

maka,
 dD dD p 
M  d2 + 2   - c o t ( / 2 )
 2 2 s in (  / 2 ) 4 
dD p
M  d2 + - c o t ( / 2 ) + d D
s in (  / 2 ) 2
 1  p
M  d2 + dD  1 +  - c o t ( / 2 )
 s in ( / 2 )  2

sehingga, diameter pits dapat dihitung yaitu:

 1  p
d2 = M - dD  1 +  + c o t ( / 2 )
 s in (  / 2 )  2

68
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Gambar 4.7 Pengukuran diameter pits dengan metoda tiga kawat

Untuk mengurangi kesalahan, maka diameter kawat d D harus dipilih sedemikian rupa sehingga
tepat menyinggung sisi ulir pada lingkaran pits. Diameter kawat yang terbaik adalah

Untuk ulir ISO Metrik; dD = 0,577 p


p
dD =
2 c o s ( / 2 ) Untuk ulir Whitworth; dD = 0,564 p

Untuk menghindari banyaknya macam diameter kawat, maka kawat pengukur ulir tersebut hanya
dibuat menurut set yang tertentu. Carl Zeiss membuat set yang berisi 21 buah kawat dari diameter
0,17 mm sampai 6,35 mm yang dapat digunakan untuk menukur ulir dengan harga pits dari 0,25
mm sampai dengan 12 mm. Apabila kawat dari set tersebut dipilih dengan tepat, maka singgungan
kawat dengan sisi ulir hanya menyinggung terhadap diameter pits paling jauh sebesar 0,1 p (ke
atas atau ke bawah).

69
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

4.4.4 Pengukuran Dengan Profile Proyektor


Pengukuran atau pemeriksaan terhadap elemen geometrik ulir berukuran kecil dapat
menggunakan profile proyektor, yang diperlihatkan pada gambar 4.8. Prinsip kerja profile
proyektor yaitu pembesaran bayangan benda ukur memakai lensa proyeksi pembesaran.

Piringan dengan
skala sudut

0
Layar

Lampu proyeksi
untuk pemeriksaan
Lensa proyeksi permukaan
pembesaran
Mikrometer
Meja dan penggerak meja
benda ukur ke kiri/ke kanan

Mikrometer
penggerak meja
ke depan/ke belakang
Penggerak meja
ke atas/ke bawah
(Untuk memfokuskan
bayangan benda ukur
di layar)

Gambar 4.8 Profile proyektor

Cara penggunaan profile proyektor sebagai berikut:


 Periksa kedudukan nol setiap kali mikrometer penggerak meja dan skala sudut pada
piringan akan dipakai,
 Pasang lensa proyeksi dengan pembesaran, misal: pembesaran 20 x (yang tersedia 10 x,
20 x, 50 x, dan 100 x),
 Letakkan benda ukur di atas meja kerja,
 Hidupkan profile proyektor dan atur posisi panel di ON pada kode MAIN,
 Atur panel pada posisi COUNTER,
 Fokuskan bayangan benda ukur sampai mendapatkan bayangan yang tajam pada layar
proyeksi dengan cara menggerakkan meja ke atas atau ke bawah,
 Periksa kesejajaran antara garis horizontal layar proyeksi (garis sumbu referensi-x)
dengan gerakan horizontal meja, dilakukan dengan cara :
a Skala sudut pada piringan di setel pada kedudukan nol,
b Fokuskan bayangan benda ukur dengan menggerakkan meja ke atas atau ke bawah,
c Gerakkan meja ke depan atau ke belakang sampai posisi benda ukur diusahakan se-
sejajar mungkin dengan garis referensi sumbu-X, bila tidak sejajar dapat dilakukan
dengan memutar meja.

4.4.4.1 Pengukuran Diamater Mayor dan Minor Ulir


Setelah benda ukur (ulir luar) diletakkan di atas meja dan gambar proyeksi tampak pada layar,
maka dilakukan pengaturan dan pengukuran dengan urutan, yang diperlihatkan pada gambar 4.9,
sebagai berikut:

70
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Y Y

X
X
X 2 X 1 2
1 X
X

(a) (b)

Gambar 4.9 Pengukuran diameter mayor dan diameter minor dengan profil proyektor.

 Atur posisi benda ukur dengan menggerakkan meja ke depan atau ke belakang untuk
arah vertikal (sumbu-y) sampai bayangan garis profil ulir paling bawah (puncak ulir)
segaris dengan garis horizontal (garis sumbu referensi-X), yang diperlihatkan pada
gambar 4.9.a,
 Gerakkan meja ke belakang dengan memutar mikrometer, sampai sumbu referensi-X
segaris dengan bayangan garis referensi profil ulir paling atas (puncak ulir),
 Catat hasil pengukuran diameter mayor; d (mm) pada mikrometer horizontal dan gunakan
lembar data pengukuran,
 Gerakan di balik, dengan menggerakkan meja ke depan dengan memutar mikrometer,
sampai sumbu referensi-X segaris dengan bayangan garis referensi profil ulir paling
bawah (puncak ulir) dan catat hasil pengukuran diameter mayor; d (mm),
 Lakukan pengukuran diameter mayor dengan lensa proyeksi pembesaran yang lain, misal:
50 x atau 100 x,
 Lakukan hal yang sama untuk pengukuran diameter minor; d 1 (mm), yang diperlihatkan
pada gambar 4.9.b.

4.4.4.2 Pengukuran Sudut Ulir


Setelah benda ukur (ulir luar) diletakkan di atas meja dan gambar proyeksi tampak pada layar,
seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.10.a, tetapi bayangan ulir tidak akan tajam karena
terhalang oleh sisi ulir. Supaya bayangan dari ulir dapat kelihatan jelas pada layar, maka sumbu
ulir harus dibuat miring sebesar sudut kisarnya terhadap arah sinar dari lampu proyeksi, dan cara
seperti ini mempunyai kerugian karena terjadi pemendekan bayangan jarak pits, yang diperlihatkan
pada gambar 4.10.b. Untuk mengantisipasi bayangan ulir tajam dan tidak terjadi pemendekan
bayangan jarak pits, maka dengan cara memutar sumber cahaya sehingga sinar sejajar tersebut
tidak terhalang ketika melalui celah ulir sampai ke lensa proyeksi, yang diperlihatkan pada gambar
4.10.c atau dapat juga dilakukan dengan cara memiringkan sumbu ulir sebesar sudut kisar nya; γ
dengan menyisipkan blok ukur pada bagian ujung ulir sebesar pits; p ulir tersebut.

71
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Lampu
proyeksi

Gambar 4.10 Bayangan ulir untuk pengukuran sudut ulir

Pengaturan dan pengukuran sudut ulir dengan urutan seperti yang diperlihatkan pada gambar
4.11, sebagai berikut:

Y Y
1 2
Y 2 Y
2 1
1 3
 3

p
Meja X
Blok ukur X X

Sinar lampu
X
(a) (b) (c)

Gambar 4.11 Pengukuran sudut ulir

 Periksa kedudukan nol setiap kali mikrometer penggerak meja dan skala sudut pada
piringan akan dipakai,
 Miringkan sumbu ulir sebesar sudut kisar nya; γ dengan cara menyisipkan blok ukur pada
bagian ujung ulir sebesar pits; p ulir tersebut, seperti pada gambar 4.11.a,
 Fokuskan bayangan benda ukur sampai mendapatkan bayangan yang tajam pada layar
proyeksi dengan cara menggerakkan meja ke atas atau ke bawah,
 Gerakkan meja ke kanan dengan memutar mikrometer sampai sumbu referensi-Y
berpotongan dengan bayangan garis puncak ulir,
 Putar piringan sampai sumbu referensi-Y diusahakan se-sejajar mungkin dengan
bayangan garis dari salah satu sisi ulir,
 Putar mikrometer ke depan dan/atau ke kiri serta putar piringan sampai sumbu referensi-Y
segaris dengan bayangan garis dari sisi ulir tersebut, seperti pada gambar 4.11.b,
 Catat hasil pengukuran sudut sisi ulir; α1 pada penunjuk skala sudut,
 Putar piringan kembali pada kedudukan nol,

72
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

 Gerakkan meja ke kiri dengan memutar mikrometer sampai sumbu referensi-Y


berpotongan dengan bayangan garis puncak ulir,
 Putar piringan sampai sumbu referensi-Y diusahakan se-sejajar mungkin dengan
bayangan garis dari salah satu sisi ulir yang berseberangan,
 Putar mikrometer ke depan dan/atau ke kanan serta putar piringan sampai referensi-Y
segaris dengan bayangan garis dari sisi ulir tersebut , seperti pada gambar 4.10.c,
 Catat hasil pengukuran sudut sisi ulir, α2 pada penunjuk skala sudut,
 Lakukan pengukuran sudut ulir beberapa kali pada posisi yang berbeda,
 Lakukan pengukuran sudut ulir dengan lensa proyeksi pembesaran 50 x atau 100 x,
 Catat data hasil pengukuran pada lembar data pengukuran,
 Bandingkan hasil pengukuran sudut ulir dengan harga standar ulir ISO Metrik.

4.4.4.3 Pengukuran Kesalahan Jarak Pits Ulir Komulatif


Setelah benda ukur (ulir luar) diletakkan di atas meja dan gambar proyeksi tampak pada layar,
maka dilakukan pengaturan dan pengukuran dengan urutan, yang diperlihatkan pada gambar
4.12, sebagai berikut:

Y p2 Y
Y
p1

4 2 1
3

Gambar 4.12 Pengukuran kesalahan jarak pits ulir komulatif

 Periksa kedudukan nol setiap kali mikrometer penggerak meja dan skala sudut pada
piringan akan dipakai,
 Miringkan sumbu ulir sebesar sudut kisar nya; γ dengan cara menyisipkan blok ukur pada
bagian ujung ulir sebesar pits; p ulir tersebut.
 Fokuskan bayangan benda ukur sampai mendapatkan bayangan yang tajam pada layar
proyeksi dengan cara menggerakkan meja ke atas atau ke bawah,
 Gerakkan meja ke kanan dengan memutar mikrometer sampai sumbu referensi-Y
berpotongan dengan bayangan garis puncak ulir,
 Putar piringan sampai sumbu referensi-Y diusahakan se-sejajar mungkin dengan
bayangan garis dari salah satu sisi ulir,
 Putar mikrometer ke depan dan/atau ke kiri sampai sumbu referensi-Y segaris dengan
bayangan garis dari sisi ulir tersebut, seperti pada gambar 4.12,
 Gerakkan meja ke kanan dengan memutar mikrometer sampai sumbu referensi-Y segaris
dengan bayangan garis referensi sisi ulir sebelah kiri yang berikutnya,
 Catat hasil pengukuran kesalahan jarak pits; Δp (μm) pada mikrometer penggerak ke
kiri/ke kanan dan gunakan lembar data pengukuran,

73
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

 Gerakkan meja ke kanan dengan memutar mikrometer sampai sumbu referensi-Y segaris
dengan bayangan garis referensi sisi ulir sebelah kiri berikutnya dan sisi ulir sebelah kiri
yang terakhir, dan catat hasil pengukuran kesalahan jarak pits,
 Lakukan pemeriksaan dengan memakai lensa proyeksi pembesaran 50 x atau 100 x,
 Buat grafik kesalahan jarak pits kumulatif dan analisis data hasil pengukuran.

4.5 PENGUKURAN ELEMEN GEOMETRIK ULIR DALAM


Pengukuran elemen geometrik ulir dalam lebih sulit, karena sulit dijangkau oleh sensor alat ukur
atau karena elemen geometriknya tak terlihat dengan jelas.

4.5.1 Pengukuran Diameter Mayor Ulir Dalam


Pengukuran diameter mayor ulir dalam dapat dilakukan bantuan sepasang ujung kontak
sebagaimana yang digunakan untuk mengukur ulir luar. Untuk pengukuran yang lebih cermat
(mengukur diameter pits dari caliber ulir ring) menggunakan metoda dua bola. Dua buah ujung
kontak yang berupa bola (dengan diameter terbaik) dipasang pada kedua belah rahang dari
komparator, yang diperlihatkan pada gambar 4.13.a. Rahang gerak berhubungan dengan kepala
ambang yang mempunyai kontak dengan poros jam ukur. Kepala ambang selalu menekan poros
dari jam ukur karena adanya pegas.

Gambar 4.13 Pengukuran ulir dalam dengan komparator sensor bola

Jarak rahang ukur dari komparator untuk suatu harga tertentu; E sesuai dengan dimensi dari ulir
yang akan diukur, yaitu:

E = D2 + H - Z

E = ukuran standar yang ditentukan; mm


D2 = diameter teoretik, diameter pits dari ulir dalam yang hendak diukur; mm
H = tinggi dari segitiga fundamental dari profil ulir yang diukur
Z = konstanta dari alat ukur, sesuai dengan jarak a ditambah b; mm

74
Alat Ukur Elemen Geometrik Ulir

Setelah harga E ditentukan maka kedudukan kepala tetap dari komparator diatur sedemikian rupa,
yang diperlihatkan pada gambar 4.13.b, sehingga jarum jam ukur menunjukkan nol. Kemudian
komparator dipakai untuk memeriksa ulir dalam, yang diperlihatkan pada gambar 4.13.c. Selisih
antara harga diameter pits teoretik dengan diameter pits sesungguhnya dapat diketahui dari
penyimpangan yang ditunjukkan oleh jam ukur.

4.5.2 Pengukuran Sudut Ulir Dalam


Untuk mengukur sudut ulir dalam dilakukan dengan cara membuat cetakan (negatif) dengan
menggunakan lilin, belerang, atau bahan lain, yang diperlihatkan pada gambar 4.14. Pengukuran
sudut ulir dapat dilakukan dengan menggunakan profile proyektor terhadap hasil cetakan tersebut
seperti melakukan pengukuran sudut ulir luar.

Gambar 4.14 Cetakan (negatif) ulir dalam dari bahan lilin

Pengukuran sudut ulir dalam dapat juga dilakukan dengan menggunakan Contour Recorder
(pencacat bentuk penampang), yang diperlihatkan pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Pengukuran sudut ulir dalam dengan Contour Recorder

75

Anda mungkin juga menyukai