Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

BAB III
SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (SMK3)

3.1. PENGERTIAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Pengertian SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam Pra RK3K ini yang dimaksud
dengan :

1) K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian


perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses
produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.

2) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman,
efisien dan produktif.

3) SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah SMK3 pada sektor jasa konstruksi
yang berhubungan dengan kepentingan umum (masyarakat) antara lain pekerjaan
konstruksi: jalan, jembatan, bangunan gedung fasilitas umum, sistem penyediaan air
minum dan perpipaannya, sistem pengolahan air limbah dan perpipaannya, drainase,
pengolahan sampah, pengaman pantai, irigasi, bendungan, bendung, waduk, dan
lainnya.

4) Ahli K3 Konstruksi adalah Ahli K3 yang mempunyai kompetensi khusus di bidang K3


Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi Sistem Manajemen K3 Konstruksi sesuai pedoman ini di tempat
penugasannya yang dibuktikan dengan sertifikat dari yang berwenang dan sudah

III-1
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dalam pelaksanaan K3 Konstruksi


Bidang Pekerjaan Umum yang dibuktikan dengan referensi pengalaman kerja.

5) Petugas K3 Konstruksi adalah petugas di dalam organisasi Pengguna Jasa dan/atau


Organisasi Penyedia Jasa yang telah mengikuti pelatihan/sosialisasi K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum.

6) P2K3 (Panitia Pembina K3) adalah badan pembantu di perusahaan dan tempat kerja
yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerja sama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja. Unsur P2K3 terdiri dari Ketua, Sekretaris dan
Anggota. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak organisasi Penyedia Jasa dan Sekretaris
P2K3 adalah Ahli K3 Konstruksi.

7) Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber sumber bahaya baik
didarat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

8) Bahaya K3 adalah suatu keadaan yang belum dikendalikan sampai pada suatu batas
yang memadai.

9) Risiko K3 adalah perpaduan antara peluang dan frekuensi terjadinya peristiwa K3


dengan akibat yang ditimbulkannya dalam kegiatan konstruksi.

10) Kategori Risiko K3 berupa tinggi, sedang atau kecil. Jika terjadi perbedaan pendapat
tentang penentuan kategori risiko, harus diambil tingkat risiko yang lebih tinggi.

11) Risiko Tinggi mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya berisiko sangat
membahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan serta
terganggunya kegiatan konstruksi.

12) Risiko Sedang mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat berisiko
membahayakan keselamatan umum, harta benda dan jiwa manusia serta terganggunya
kegiatan konstruksi.

13) Risiko Kecil mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya tidak


membahayakan keselamatan umum dan harta benda serta terganggunya kegiatan
konstruksi.

III-2
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

14) Manajemen Risiko adalah proses manajemen terhadap risiko yang dimulai dari kegiatan
mengidentifikasi bahaya, menilai tingkat risiko dan mengendalikan risiko. M

15) Pengguna Jasa adalah perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik
pekerjaan / proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.

16) Satuan Kerja adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah yang bertanggung jawab
kepada Menteri yang menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dari dana APBN
Departemen Pekerjaan Umum.

17) Pejabat Pembuat Komitmen adalah pejabat yang melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.

18) Penyedia barang/jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya
menyediakan layanan jasa konstruksi.

19) Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik
lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat
Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta
pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

20) Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang yang
meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan
profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk
piranti lunak yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang
ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

21) Pemangku Kepentingan adalah pihak-pihak yang berinteraksi dalam kegiatan


konstruksi meliputi Pengguna Jasa, Penyedia Jasa dan pihak lain yang berkepentingan.

22) Audit Internal K3 Kontruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah pemeriksaan secara
sistematik dan independen oleh Auditor K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dalam
kerangka pembinaan untuk memberikan penilaian terhadap efektifitas penyelenggaraan
K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum di lingkungan kerja.

23) Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum oleh Penyedia Jasa adalah
Audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan oleh auditor internal
Penyedia Jasa.

III-3
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

24) Laporan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah hasil audit K3
Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang dilakukan oleh auditor yang berisi fakta yang
didapatkan pada saat pelaksanaan Audit K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

25) RK3K (Rencana K3 Kontrak) adalah dokumen rencana penyelenggaraan K3 Konstruksi


Bidang Pekerjaan Umum yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disetujui oleh Pengguna
Jasa, untuk selanjutnya dijadikan sebagai sarana interaksi antara Penyedia Jasa dengan
Pengguna Jasa dalam penyelenggaraan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

26) Monitoring dan Evaluasi (MONEV) K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum adalah
kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap kinerja Penyelenggaraan K3 Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum yang meliputi pengumpulan data, analisa, penilaian, kesimpulan
dan rekomendasi tingkat penerapan K3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

27) Tenaga Kerja adalah orang yang bekerja di suatu perusahaan dan/atau di tempat kerja

3.2. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Penyedia barang /jasa wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja dengan cara :

1) Memotivasi dan mendukung usaha pencegahan kecelakaan dan penyakit yang


diakibatkan oleh pekerjaan.

2) Aktif berperan dalam usaha pemenuhan peraturan perundang-undangan dan persyaratan


lain yang berorientasi pada keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Mengkomunikasikan dan mensosialisasikan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja


kepada pihak terkait.

4) Menetapkan dan melaksanakan tinjauan secara berkala terhadap sasaran dan program
keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

III-4
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

3.3 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO K3 KONSTRUKSI

Tabel 3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendaliannya

TENAGA PENILAIAN RESIKO PENANGUNG


NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN RESIKO
PERALATAN KERJA KERJA PELUANG AKIBAT RESIKO JAWAB

1 Survey dan Pengukuran Kendaraan, Alat 5 kecelakaan lalu lintas 1 3 3 Prosedur Tanggap Darurat Supir
Ukur Kecelakaan

konflik sosial 1 3 3 Sosialisasi Masyarakat HUMAS, GS


kehujanan longsoran 1 3 3 APD : Safety shoes, masker Surveyor, Petugas
debu, obat anti malaria, rompi K3
safety, jas hujan Safety belt (bila
nyamuk malaria 1 3 3 diperlukan)
terjatuh/ tersandung 2 1 2
ular, binatang buas 1 3 3

2 Pembuatan Basecamp, Kendaraan dan peralatan 15 tergilas 1 3 3 Prosedur Tanggap Darurat Site Manager,
Pembersihan dan perataan lainnya (cangkul, dll) Kecelakaan, Sosialisasi Mandor,Humas,
lahan, Pembuatan jalur Masyarakat Operator, Petugas
pipa, Konstruksi Bangunan, Debu, kebisingan, asap, 3 1 3 APD : Safety shoes, masker K3
Instalasi pipa getaran debu, obat anti malaria, rompi
safety, jas hujan Safety belt (bila
terkena cangkul 1 2 2 diperlukan)
tertimbun 1 3 3
terpukul dll. 1 3 3

Peralatan Kelistrikan tertimpa barang jatuh/balok 1 3 3 Baricade, Instruksi Kerja


jatuh / tersandung debu adukan semen1 1 1 APD : Safety shoes, masker
debu, obat anti malaria, rompi
safety, jas hujan Safety belt (bila
diperlukan)

III-5
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

Lanjutan Tabel 3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendaliannya

TENAGA PENILAIAN RESIKO PENANGUNG


NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN RESIKO
PERALATAN KERJA KERJA PELUANG AKIBAT RESIKO JAWAB

3 Traffic Management 6 kecelakaan lalu lintas 1 3 3 Pros. P. Kondisi Darurat & Site Manager
Kecelakaan IK. Penggunaan Alat
Kerja Manual
APD : Safety shoes, Boot
shoes, Helm,
Masker debu, sarung tangan,
rompi traffic
Lampu traffic, Jas Hujan
Barikade / rubber cone
" Kurangi Kecepatan Sekarang"
" Hati-Hati "
Rambu Bekerja
Rambu Pengalihan Arus Lalin

4 Penyimpanan material truck tanki 5 terlindas, tertabrak 1 3 3 Pros. P. Kondisi Darurat & Site Manager
Kecelakaan
drum , terjepit, tertimpa drum sling IK. Penggunaan APAR
putus terpukul ayunan besi
terjepit tertimpa besi tergores
faktor ergonomis tergores
pompa transfer crane IK. Penanganan Material Mudah
manual Terbakar Skenario Kondisi
Darurat Kebakaran IK.
Penggunaan Alat Kerja Manual
IK. Pengoperasian Crane APD :
Sepatu, Sarung tangan, masker,
APAR, Kotak P3K Rambu
"Bahan Mudah Meledak" Rambu
"Dilarang MErokok"

kebakaran 1 3 3
ledakan

III-6
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

Lanjutan Tabel 3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendaliannya


TENAGA PENILAIAN RESIKO PENANGUNG
NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN RESIKO
PERALATAN KERJA KERJA PELUANG AKIBAT RESIKO JAWAB

5 Pekerjaan Tiang Pancang Diesel Hammer, Ponton 15 bising / jatuh tenggelam/ 1 3 3 Pros. P. Kondisi Darurat & Site Manager
Pancang Terkena alat kerja getaran Kecelakaan
ergonomis

6 Pekerjaan Tanah excavator, buldozer, 10 bising debu terlindas / 1 3 3 Pros. P. Kondisi Darurat & Site Manager
dump truck manual jack tertabrak Terkena alat kerja Kecelakaan
hammer motor grader getaran ergonomis
vibro roller
IK. Pengoperasian Dump truck
IK. Pengoperasian Excavator IK.
Pengoperasian Bulldozer IK.
Pengoperasian Motor Grader IK.
Pengoperasian Vibro Roller IK.
Pengoperasian JackHammer
APD : helm, sepatu safety,
kacamata,
sarungtangan, masker

APD : helm, sepatu safety,


kacamata, sarung tangan,
masker

Pros. P. Kondisi Darurat &


Kecelakaan

APD : helm, sepatu safety,


kacamata,
sarungtangan, masker

III-7
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

Lanjutan Tabel 3.1 Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendaliannya

TENAGA PENILAIAN RESIKO PENANGUNG


NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN RESIKO
PERALATAN KERJA KERJA PELUANG AKIBAT RESIKO JAWAB

7 Pemasangan/Intalasi Pipa Peralatan pemasangan 12 Terjepit / tertimpa 2 1 2 APD : helm, sepatu safety, Mandor
pipa kacamata,
sarungtangan, masker
Pros. P. Kondisi Darurat &
Kecelakaan

8 Beton struktur K250/K.300 Concrete mixer 15 bising debu terlindas / 1 3 3 APD : helm, sepatu safety, Site
truck,pacul,skop,vibrator tertabrak Terkena alat kerja kacamata, Manager,mandor
getaran ergonomis

9 Memotong,membengkokan Cutter Mechine, kunci 6 Terkena alat kerja,terkena 3 1 3 APD : helm, sepatu safety, Mandor
dan memasang Tulangan besi,gergaji besi,alat serpihan besi kacamata,
Polos (U32) pengukit,gegep
Pros. P. Kondisi Darurat &
Kecelakaan

10 Pekerjaan Baja/ jembatan Cutter Mechine, kunci 12 Terkena alat kerja,terkena 1 3 3 APD : helm, sepatu safety, Site
pipa besi,gergaji besi,alat serpihan besi kacamata, Manager,mandor
pengukit,gegep
katrol, las listrik kejatuhan baja 1 3 3 APD : helm, sepatu safety,
kacamata,
Pros. P. Kondisi Darurat &
Kecelakaan

III-8
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

3.4 PERENCANAAN

Ruang Lingkup

Bagian ini menerangkan tentang identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian
resiko, persyaratan hukum dan persyaratan lainnya, sasaran dan program keselamatan dan
kesehatan kerja.

Referensi

 OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.1 : Planning for Hazard Identification, Risk Assesment
and Risk Control

 OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.2 : Legal and Other Requirements

 OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.3 : Objectives

 OHSAS 18001:2007, Clause 4.3.4 : OH & S Management Program(s)

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penyedia Barang/Jasa memastikan bahwa perencanaan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja ini dilaksanakan dalam usaha memenuhi persyaratan yang diperlukan serta
memastikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini tetap terpelihara.

Penyedia Barang/Jasa menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi, menilai,


mengendalikan resiko keselamatan kerja, dari kegiatan, jasa dan fasilitas.

Penyedia Barang/Jasa memastikan hasil dari penilaian dan pengaruh dari pengendalian
dipertimbangkan dalam menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja dan
memelihara informasi yang relevan dengan perubahan yang diperlukan, mencakup aktivitas
rutin dan non rutin dan aktivitas dari semua personil yang memiliki akses ke tempat kerja
(termasuk sub kontraktor dan pengunjung).

Penyedia Barang/Jasa melakukan proses identifikasi terhadap resiko keselamatan dan


kesehatan kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk setiap rencana
pengembangan atau aktivitas baru atau perubahan aktivitas dan jasa.

Penyedia Barang/Jasa menetapkan, memelihara dan menerapkan prosedur untuk


mengetahui dan memenuhi persyaratan hukum dan persyaratan lainnya yang diikuti oleh

III-9
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

perusahaan dan relevan dengan resiko keselamatan dan kesehatan kerja dari kegiatan, jasa
dan fasilitasnya.

Peraturan-peraturan dan persyaratan hukum yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja, harus terdaftar dan terdokumentasi sehingga memudahkan dalam pelaksanaan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Penyedia Barang/Jasa menjaga informasi peraturan perundang-undangan dan persyaratan


lainnya tetap up-to-date dan dikomunikasikan kepada karyawan dan pihak yang terkait.

Departemen terkait harus menyusun program kerja K3 yang disetujui oleh MR untuk
mencapai setiap sasaran K3 yang dibuat berdasarkan evaluasi kinerja sebelumnya, bahaya
dan resiko keselamatan dan kesehatan kerja.

Penetapan dan peninjauan sasaran dan program K3, Penyedia Barang/Jasa


mempertimbangkan persyaratan hukum dan persyaratan lainnya, dan bahaya dan resiko
keselamatan dan kesehatan kerja.

Dokumen Terkait

 Prosedur Identifikasi Bahaya Potensial, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko.

 Prosedur Identifikasi Perundang-undangan dan Persyaratan Lain.

 Prosedur Penetapan Tujuan, Sasaran dan Program K3.

3.5 SASARAN K3 DAN PROGRAM K3

3.5.1. Sasaran K3

1. ZERO ACCIDENT

 Meninggal / Cacat Tetap (0%)

 Kehilangan Jam Kerja akibat Kecelakaan kerja maksimal 1 %

 Kehilangan jam kerja akibat sakit maksimal 5 %

2. PEMENUHAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN SMK3

3. PEMAHAMAN DAN KESADARAN K3 SELURUH KARYAWAN

 Penggunaan APD 95 %

III-10
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

 Laporan kerja K3 minimal 1 kali dalam sebulan

3.5.2. Program K3

 Mengidentifikasi dan rnernbuat analisa Bahaya dan Resiko setiap pekerjaan.

 Mengawasi setiap pekerjaan beresiko tinggi dengan dikeluarkannya Surat Ijin Kerja

 Melakukan Safety Briefing di setiap awal bekerja kepada seluruh pengawas dan pekerja.

 Melakukan Safety Patroli dan Inspeksi terhadap Lokasi Kerja, Metode dan PeralatanKerja.

 Mernbuat rnetode pengarnanan dan pengawasan terhadap alat selarna bekerja khususnya
alat angkat, angkut dan rnuat.

 Penyediaan alat dan pendukung keselarnatan kerja (Rarnbu-rarnbu, APD, Pernadarn


kebakaran, P3K).

 Mernbatasi kerja lernbur

 Perneriksaan kesehatan setiap pekerja beresiko tinqgi ( secara periodik )

 Menyediakan Alat Pelindung Diri sesuai kebutuhan

 Meningkatkan kedisiplinan terhadap pernakaian APD rnelalui inspeksi dan punishment


(bila diperlukan)

 Mensosialisasikan Peurundang-undangan dan Peraturan K3

 Mernberikan training / pelatihan internal yang berhubungan dengan kesadaran K3

3.6 PROSEDUR KEBIJAKAN, PROSEDUR IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO, PROSEDUR


SASARAN DAN PROGRAM K3

3.6.1. Tujuan

Prosedur ini memberikan pedoman dalam penilaian risiko yang meliputi risiko kesehatan dan
keselamatan kerja secara formal sebelum melakukan suatu kegiatan melalui identifikasi
setiap bahaya dan risiko yang timbul dari seluruh aktivitas, produk dan jasa yang dilakukan,
melakukan penilaian tingkat risiko serta menentukan pengendalian risiko untuk diterapkan
dalam aktivitas kerja sehari-hari.

III-11
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

3.6.2. Ruang Lingkup

Prosedur ini diaplikasikan diseluruh aktivitas baik rutin maupun non rutin (baru ataupun
modifikasi) dalam penyelenggaraan kegiatan jasa dan fasilitas pada semua bagian termasuk
juga kontraktor, sub kontraktor, pengunjung yang berada di lingkungan kerja.

3.6.3. Uraian Umum

1) Bahaya adalah sesuatu yang memiliki potensi yang dapat menyebabkan cidera atau sakit
(bagi pekerja, kontraktor, pengunjung atau masyarakat sekitar) atau kerusakan terhadap
properti perusahaan.

2) Risiko adalah kecenderungan untuk terjadi cidera, sakit atau kerusakan terhadap properti
perusahaan yang timbul akibat paparan bahaya.

3) Penilaian risiko adalah proses penilaian terhadap suatu risiko dengan menggunakan
parameter akibat dan peluang dari bahaya yang ada.

4) Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan mengakibatkan kepada kematian,


penyakit akibat kerja, cidera, kerusakan atau kehilangan lainnya.

5) Insiden adalah keadaan yang menimbulkan kecelakaan atau memiliki potensi untuk
terjadi kecelakaan. Sebuah insiden dimana tidak ada penyakit akibat kerja, cidera,
kerusakan atau kerugian lainnya juga diartikan sebagai sebuah ”hampir celaka (near-
miss)”. Pengertian ”insiden” termasuk juga ”hampir celaka (near-miss)”.

6) Hirarki pengendalian tersebut adalah pengendalian risiko yang meliputi:

 Eliminasi merupakan metode yang paling effektif untuk menghilangkan sumber


bahaya (menghilangkan proses).

 Substitusi merupakan metode yang dilakukan apabila bahaya tidak bisa dieliminasi
yaitu dengan penggantian (mengganti motor diesel dengan motor elektrik,
menggunakan gerinda yang bebas debu).

 Rekayasa engineering misalnya dengan menambahkan guarding atau penutup,


mengisolasi area kerja yang berbahaya (isolasi area berdebu).

 Pengendalian secara administrasi misalnya, IK, pengawasan, pelatihan, rambu-rambu


dan rotasi kerja.

III-12
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

 Alat Pelindung Diri/APD (helmet, sepatu safety, sabuk pengaman, pelindung telinga,
sarung tangan, pelindung mata/muka).

7) Tim K3 adalah tim penilai risiko yang terdiri dari perwakilan dari masing-masing unit kerja
yang bertugas untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

3.6.4. Prosedur
1. Management Representative
i. Mengkoordinasikan pelaksanaan identifikasi, penilaian awal bahaya dan risiko di
seluruh area kerja Penyedia Barang/Jasa.
ii. Bersama-sama dengan Tim K3 melakukan evaluasi hasil identifikasi dan penilaian risiko
yang dilakukan.
iii. Mengevaluasi hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang telah
dilakukan oleh Tim K3.
iv. Bertanggung jawab dalam pemantauan tindakan pengendalian risiko agar dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan.
v. Melakukan tinjauan tindakan pengendalian risiko untuk menilai apakah tindakan
pengendalian yang ada sudah efektif. Jika ternyata belum maka perlu ditentukan bentuk
tindakan pengendalian yang baru.
vi. Jika terjadi kecelakaan harus dilakukan proses review untuk melihat pengendalian yang
sudah ditetapkan dan atau menambahkan kegiatan tersebut sebagai bahan untuk
dilakukan HIRAC.

2. Manager Terkait dan/atau Tim K3


i. Identifikasi Bahaya
Pada tahap awal, Tim K3 akan melakukan identifikasi bahaya dengan
mempertimbangkan:
 Aktivitas rutin dan non rutin.
 Aktivitas terhadap semua orang yang mempunyai akses ke area kerja baik
kontraktor/pengunjung, termasuk traffic activity dari Kantor Pusat ke Site atau
sebaliknya baik terhadap orang maupun terhadap material.
 Perilaku manusia, kapabilitas dan faktor manusia lain, seperti tidak tahu, kurang
hati-hati, ceroboh.

III-13
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

 Bahaya-bahaya yang berasal dari luar area kerja yang dapat memberikan pengaruh
merugikan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja seperti adanya sabotase.
 Bahaya disekitar area kerja yang terkait dengan pekerjaan baik fisika (bising,
getaran, suhu, tekanan, listrik), kimia (bersifat meledak, cairan yang mudah
terbakar, bahan beracun, gas dan partikel di udara), biologi (virus, bakteri, jamur,
serangga dan keracunan), ergonomi (tata letak yang tidak baik, desain peralatan
yang tidak sesuai, radiasi (paparan sinar X atau sinar UV) dan psikologis (stress).
 Infrastruktur, peralatan/material yang berada di dalam area kerja. Bahaya ini dapat
ditentukan dengan melihat apa saja yang dapat mencelakai personil atau
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
 Identifikasi bahaya juga dilakukan terhadap perubahan/pengembangan yang ada di
Penyedia Barang/Jasa baik terhadap aktivitas maupun terhadap
alat/mesin/material, segala perubahan yang terjadi dikendalikan melalui dokumen
terdokumentasi.
 Modifikasi terhadap sistem manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat
sementara dan dampaknya terhadap proses dan aktivitas.
 Bahaya dan risiko yang timbul dari peraturan baru atau perubahan peraturan yang
terkait dengan lingkup sistem manajemen K3, dimasukkan dalam identifikasi
bahaya dengan memasukkan peraturan perundangan ke dalam HIRAC.
 Perancangan area kerja, proses, instalasi, permesinan/peralatan, prosedur operasi
dan pekerjaan dalam organisasi termasuk penyesuaian terhadap manusia .
 Dalam melakukan identifikasi bahaya didokumentasikan dengan menggunakan
formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko.
ii. Penilaian Resiko
 Setelah semua bahaya dapat diidentifikasi selanjutnya dilakukan assesment risiko
yang dapat timbul dari tiap bahaya itu dengan memperhatikan keparahan risiko,
kemungkinan terjadi, pengendalian risiko dan kesadaran risiko.
 Penilaian resiko dilakukan berdasarkan kriteria penilaian risiko.
 Apabila pengendalian bahaya hasil penilaian resiko tersebut membutuhkan
investasi yang cukup besar maka pelaksanaan pengendalian tersebut dimasukkan
dalam objective, tujuan dan program (OTP) diajukan oleh Tim K3 dan disetujui oleh
Direktur.

III-14
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

 Bila ada aturan yang mengatur, maka bahaya akan di kendalikan sesuai dengan
aturan tersebut.
 Penyampaian hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko
kepada Ketua Tim K3 untuk mendapatkan persetujuan.

3.7 PROSEDUR IDENTIFIKASI PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERSYARATAN LAIN

3.7.1. Tujuan

Prosedur ini memberikan pedoman dalam identifikasi perundang-undangan dan persyaratan


lain tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

3.7.2. Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan identifikasi perundang-undangan dan persyaratan


yang relevan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.

3.7.3. Uraian Umum


1) Perundang-undangan dan persyaratan lain yang dimaksud di sini mencakup:
 Peraturan Pemerintah.
 Persyaratan Pelanggan.
 Persyaratan Lainnya.
2) Hasil identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dijadikan sebagai acuan
dalam menyusun tujuan dan program keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain dievaluasi dan di up-date
sekurang-kurangnya satu tahun sekali, kecuali yang ditentukan oleh pelanggan.
4) Setiap perubahan perundang-undangan dan persyaratan lain dikendalikan sesuai dengan
revisi yang terbaru.
5) Sumber-sumber untuk identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain antara lain:
a) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
b) Departemen Kesehatan.
c) Pelanggan.
d) Persyaratan lain yang relevan.

III-15
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

3.7.4. Prosedur
1. Management Representative
i. Memilih dan menetapkan perundang-undangan dan persyaratan lain yang relevan untuk
dijadikan acuan dalam pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja. Bila diperlukan dapat berkoordinasi dengan Manager Terkait.
ii. Mendistribusikan hasil penetapan perundang-undangan dan persyaratan lain beserta
lampirannya ke bagian terkait berdasarkan ketentuan pada prosedur pengendalian
dokumen.
iii. Menjelaskan keterkaitan dan hubungan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
telah diidentifikasi dengan bahaya dengan menggunakan formulir Identifikasi Perundang-
Undangan dan Persyaratan Lainnya.
iv. Mengendalikan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
v. Melakukan evaluasi terhadap hasil identifikasi perundang-undangan dan persyaratan lain
yang telah ditetapkan minimal setiap 1 (satu) tahun sekali atau setiap waktu bila
diperlukan.
vi. Memperbaharui perundang-undangan dan persyaratan lain, jika terdapat perubahan,
perkembangan/penambahan berdasarkan hasil update.

3.8 PROSEDUR PENETAPAN TUJUAN, SASARAN DAN PROGRAM KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA

3.8.1. Tujuan

Prosedur ini memberikan pedoman dalam penetapan tujuan, sasaran dan program
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

3.8.2. Ruang Lingkup

Prosedur ini berlaku bagi penetapan tujuan, sasaran dan penyusunan program manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja Penyedia Barang/Jasa yang akan dicapai sejalan dengan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

3.8.3. Uraian Umum


1) Input dalam menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
i. Kebijakan K3, mencakup komitmen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan.

III-16
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

ii. Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
iii. Persyaratan hukum dan perundang-perundangan.
iv. Pilihan teknologi.
v. Persyaratan keuangan, operasional dan bisnis.
vi. Pandangan dari pekerja dan pihak terkait.
vii. Analisis kinerja yang dicapai terhadap sasaran yang ditetapkan sebelumnya.
viii. Rekaman-rekaman terdahulu terhadap ketidaksesuaian K3, kecelakaan, insiden dan
kerusakan fasilitas/sarana kerja.
ix. Hasil dari tinjauan manajemen.
x. Komunikasi bersama antara pihak manajemen dengan karyawan.
2) Dalam menetapkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya memiliki nilai-
nlai SMART, yaitu :
 Spesific (bukan bersifat umum)
 Measurable (dapat diukur)
 Achievable (dapat dicapai)
 Realistic (realistis)
 Time frame (jangka waktu)
3) Input program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah:
 Kebijakan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.
 Tinjauan peraturan dan perundang-undangan.
 Hasil dari identifikasi bahaya potensial, penilaian dan pengendalian resiko.
 Detail proses dari jasa yang dihasilkan.
 Tinjauan dari perubahan teknologi yang sesuai.
 Aktivitas tindakan perubahan.
 Ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran K3.

3.8.4 Prosedur
1. Direktur Utama
 Menetapkan dan menyetujui tujuan, sasaran dan program manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja perusahaan.
2. Management Representative
 Meninjau dan menetapkan tujuan, sasaran dan program manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja setelah berkoordinasi dengan Tim K3.

III-17
LAPORAN K3 : SID Penyediaan Air Baku Bendungan Pengga

 Menyerahkan sasaran dan program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ke


Direktur Utama untuk mendapatkan persetujuan.
3. Manager / Tim K3
 Membuat tujuan, sasaran dan program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
dari masing-masing bagian dengan menggunakan formulir Penetapan Tujuan,
Sasaran dan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
 Menyerahkan tujuan, sasaran dan program manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja ke Management Representative.
4. Manager / Tim K3 / Management Representative
 Mengkoordinir pelaksanaan program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
 Memonitor pelaksanaan program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
 Melaporkan hasil perkembangan program manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja kepada Direktur Utama.
 Mengevaluasi hasil pelaksanaan program manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja.
 Mendokumentasikan hasil pelaksanaan program manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.

III-18

Anda mungkin juga menyukai