Anda di halaman 1dari 14

SNI SNI 03-4810-1998

Standar Nasional Indonesia

Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton


di lapangan

ICS 9 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 1

BAB I DESKRIPSI ...................................................................................................... 1

1.1 Ruang lingkup ...................................................................................... 1

1.2 Pengertian ........................................................................................... 1

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN ......................................................................... 2

2.1 Umum .................................................................................................. 2

2.2 Teknis .................................................................................................. 2

2.2.1 Peralatan ................................................................................. 2

2.2.2 Bahan ...................................................................................... 2

2.2.3 Benda uji ................................................................................. 3

2.2.4 Campuran Beton Segar ........................................................... 3

2.2.5 Pembuatan Benda Uji ............................................................. 4

2.2.6 Perawatan Benada Uji ............................................................. 5

2.2.7 Pengangkutan Benda Uji ........................................................ 7

BAB III
CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN .................................................. 8

LAMPIRAN A : DAFTAR ISTILAH ........................................................................... 11

LAMPIRAN B : DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA ................................................ 12


BAB I
DESKRIPSI

1.1 Ruang Lingkup

Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan ini mencakup :

1) cara pembuatan dan perawatan benda uj beton di lapangan;

2) ketentuan mengenai peralatan, benda uj, pembuatan dan perawatan benda uj,
cara pembuatan dan perawatan serta laporan.

1.2 Pengertian

Dalam Standar ini yang dmaksud dengan :

1) beton segar adalah campuran beton setelah selesai diaduk hingga beberapa
saat karakteristik belum berubah;

2) beton keras adalah adukan beton yang terdir dar campuran semen Portland
atau sejenisnya, agregat halus, agragat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya yang telah mengeras;

3) penggetar eksternal adalah pengantar berbentuk meja/papan yang dalam


pengunaannya,beton yang sedang di padatakan diletakan di atasnya;

4) pengantar internal adalah pengantar bentuk batang yang dalam


pengunaannya dimasukan ke dalam beton yang dipadatkan;

5) batang penusuk adalah batang yang terbuat dari logam yang dgunakan
untuk memadatkan beton

6) pengaduk beton adalah drum pengaduk yang digerakan dengan tenaga


penggerak yang digunakan untuk mengaduk campuran beton

7) segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu
adukan.
BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Umum

Ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah :

1) timbangan harus dikalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

2) hasil pengujian harus ditandatangani oleh tenaga pelaksana uang ditunjuk


sebagai penanggug jawab pengujian;

3) laporan pengujian harus disahkan oleh kepala laboratorum dengan dibubuh


nama, tanda tangan, nomor surat dan cap instansi.

2.2 Teknis

2.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) wadah adukan untuk contok uji terbuat dari pelat yang datar dari bahan
metal, atau sejenisnya yang kedap air dan licin atau gerobak dorong roda
satu;

2) palu atau pemukul terbuat dari bahan karet, plastic atau bahan lan yang lunak
dengan berat 0,34 kg smapai 0,8 kg;

3) batang penusuk terbuat dari logam, diameter 16 mm dan panjang 610 mm;

4) timbangan harus mempunyai ketelitian 0,3% dar berat yang ditimbang atu 0,1
% dari kapasitas maksimum timbangan.

2.2.2 Bahan

Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) semen sesuai dengan SN 15-2049-1990, Semen Portland, Mutu dan Cara Uji;

2) air sesuai dengan SK SNI 04-1989-F, Sfesfkasi Bahan Bangunan Bagian A


(Bahan Bangunan Non Logam);

3) bahan tambahan sesuai dengan SNI 03-2495-1991 Spesifkasi Bahan


Tambahan untuk Beton;

4) Agregat sesuai dengan SNI 03-1750-1990 Agregat Beton, Mutu dan Cara
Uji.
2.2.3 Benda uji

Benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berkut :

1) untuk uji kuat tekan benda uji berupa silinder yang dicetak dalam posisi tegak

(1) ukuran standar 150 mm x 300 mm atau 152 mm x 305 mm bila


ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi 50 mm;

(2) untuk agregat kasar yang lebih besar dari 50 mm bla disyaratkan
spesifkasi proyek, diameter benda uji harus tiga kali ukuran
maksimum agregat kasar;

2) untuk uji kuat lentur, benda uji berupa balok :

(1) ukuran standar, lebar 150 mm, tinggi 150 mm dan panjang minimal ( 3 x
150 ) mm + 50 mm bila ukuran maksimum agregat kasar tidak melebih
50 m;

(2) untuk agregat kasar yang lebih besar dari 50 mm, bila disyaratkan
spesifkas proyek, lebar dan tinggi benda uji tiga kali ukuran maksimum
agregat kasar dan panjang minimal benda uji tiga kali lebar benda uji +50
mm.

2.2.4 Campuran Beton Segar

Campuran beton segar harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) diambil sesuai dengan SNI 03-1972-1990, Metode Pengambilan Contoh


Campuran Beton Segar;

2) uji slump sesuai dengan SNI 02-1972-1990, metode Pengujan Slump Beton

3) uji kandungan udara ssesuai dengan SNI 03-3418-1994, Metode Pengujian


Kandungan Udara pada Beton Segar dan ASTM Standard C 231, Test
Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method;

4) pengukuran suhu sesuai dengan ASTM Standard C 1064, Test Method for
Temperature of Freshly Mixed Portland Cement Concrete.
2.2.5 Pembuatan Banda Uji

Pembuatan benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) penuangan adukan beton ke dalam cetakan harus lapis demi lapis sesuai
Tabel 1 dan pada penuangan akhir kelebihan tinggi tidak boleh lebih dari 6
mm

2) pemadatan sebagai berikut :

(1) untuk slump, lebih besar 75 mm, dengan penusukan;

(2) untuk slump antara 25 mm – 75 mm, dengan penusukan dan penggetaran

(3) untuk slump kurang dar 25 mm, dengan penggetaran

(4) selama proses pemadatan, penggetar tidak boleh menyentuh dasar atau
sisi cetakan.

TABEL 1

JUMLAH LAPISAN PADA PEMBUATAN BENDA UJI

JENIS DAN
TINGGI CARA JUMLAH PERKIRAAN TABEL
No
BENDA UJI PEMADATAN LAPISAN LAPISAN ( mm )
(mm)
Silinder :
1. 300 penusukan 3 100

2. Lebih dari 300 penusukan Disesuaikan 100

3. 300 sampai 460 penggetaran 2 Setengah tinggi benda


uji

4. Lebih dari 460 penggetaran 3 atau lebih 200 sedekat mungkin


dengan yang dapat
dilakukan

Balok :
1. 150 sampai 200 penusukan 2 Setengah tinggi benda
uji
penusukan
2. Lebih dari 200 3 atau lebih 100
penggetaran
3. 150 sampai 200 1 Setebal spesimen
penggetaran
4. Lebih dari 200 2 atau lebih Mendekati 200
3) penusukan sebagai berikut :

(1) untuk benda uji silinder sesuai Tabel 2,

TABEL 2

Jumlah Penusukan untuk Benda Uji Silinder

JUMlLAH PENUSUKAN TIAP


DIAMETER SILINDER ( mm )
LAPIS

150 25
200 50
250 75

(2) untuk benda uji balok untuk tiap 13 cm2 luas permukaan atas benda uji
adalah satu kali;

4) distribusi penusukan harus seragam, penusuk harus dibiarkan menembus


kira-kira 12 mm ke lapisan di bawahnya bila ketebalan lapisan kurang dari
100 mm, dan kira-kira 25 mm bila keebalan 100 mm atau lebih;

5) setelah masing-masing dipdatkan permukaan harus diratakan dengan alat


roskam sampai rata denan sisi atas cetakan dan tidak terjadi penyimpangan
lebih dari 3,2 mm;

6) penambahan adukan beton pada lapisan akhir setelah proses perataan tidak
boleh melebihi 3 mm dan harus diratakan kembali.

2.2.6 Perawatan Benda Uji

Perawatan benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Penutupan setelah penyelesaian, yaitu benda uji ditutup dengan bahan yang
tidak mudah menyerap air, tidak rektif dan dapat menjaga kelembaban
sampai sampai saat ujian dilepas dari cetakan;

2) Perawatan untuk pemeriksaan proposisi campuran untuk kekuatan atau


sebagai dasar untuk pemeriksaan atau pengendalian mutu :
(1) Perawatan awal sesudah percetakan :

a) Benda uji harus disimpan dalam suhu antara 16 sampai 27ºC, dan
dalam lingkungan yang lembab selama 48 jam, harus terlindung
dari sinar matahari langsung atau alat yang memancarkan panas;

b) Benda uji dilepas dari cetakan dan diberi perawatan standar;

c) Jika benda uji tidak akan diangkut selama 48 jam, cetakan harus
dilepas dalam waktu 24 jam ± 8 jam dan diberi perawatan
standar sampai tiba waktu pengangkutan;

(2) Perawatan standar sebagai berikut :

a) Benda uji silinder :

(a) Dalam waktu 30 menit sesudah dilepas dari cetakan, harus


disimpan dalam keadaan lembab pada suhu 23ºC ± 1,7ºC;

(b) Tidak lebih dari 3 jam sebelum pengujian pada suhu antara
20ºC sampai 30ºC;

(c) Benda uji tidak boleh terkena tetesan atau aliran air;

(d) Penyimpanan dalam keadaan basah, yaitu dengan


perendaman dalam air kapur jenuh atau dengan ditutupi
kain basah;

b) Benda uji balok harus dirawat sama seperti benda uji silinder
kecuali sekurang-kurangnya 20 jam sebelum pengujian, balok
harus disimpan dalam air kapu jenuh pada suhu 23ºC ± 1,7ºC;

3) Perawatan untuk menentukan saat pelepasan cetakan atau saat struktur boleh
menerima beban :

(1) Silinder disimpan pada atau sedekat mungkin dengan struktur yang dan
suhu serta kelembabannya harus sama;

(2) Balok uji dan struktur yang diwakilinya harus memperoleh perawatan
yang sama:

a) Balok uji dilepas dari cetakan setelah 48 jam ±4 jam;

b) Balok uji harus disimpan dalam air kapur pada suhu 23ºC ± 1,7ºC
selama 24 jam ± 4 jam sebelum pengujian.
2.2.7 Pengangkutan Benda Uji

Lama pengankutan ke laboratorium, maksimal 4 jam dan harus dilindungi dari


kerusakan serta dijaga kelembabannya.
BAB III

CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN

Cara pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan dilakukan sebagi
berikut :

1) Pencetakan :

(1) Tempatkan cetakan pada permukaan yang datar, keras, bebas dari
getaran, gangguan-gangguan lain dan sedekat mungkin dengan lokasi
penyimpanan;

(2) Tuangkan adukan beton dalam cetakan dengan menggunakan sekop atau
sendok aduk sesekop penuh atau sesekop datar dari bejana pengaduk agar
diperoleh adukan yang dapat mewakili campuran tersebut;

(3) Tusukkan sendok diseputar garis keliling lubang cetakan agar dapat
dipastikan bahwa beton terdistribusi secara merata dan terhindar
terjadinya segregasi;

(4) Ratakan beton dengan menggunakan batang penusuk sebelum mulai


pemadatan;

(5) Perkiraan pada akhir penuangan bahwa penambahan sejumlah adukan


beton benar-benar cukup;

2) Pemadatan :

(1) Dengan penusukan :

(a) Masukkan adukan beton ke dalam cetakan lapis demi lapis dengan
jumlah lapisan sesuai dengan butir 2.2.5 1);

(b) Tusuk tiap lapisan dengan batang penusuk sesuai dengan butir 2.2.5
3);

(c) Tusuk dasar lapisan di seluruh ketebalannya dan distribusikan


penususkan sesuai dengan butir 2.2.5 3);

(d) Pukul-pukul bagian luar cetakan pelan-pelan dengan palu kayu atau
karet untuk menutup tiap lubang yang masih ada dan melepas
gelembung udara yang besar-besar yang mungkin terperangkap;
(2) Dengan penggetaran :

a) Penggetaran internal untuk silinder :

(a) Buat periode waktu getar yang seragam untuk jenis beton
tertentu, alat getar, dan cetakan yang terkait;

(b) Isi cetakan dan getar dengan waktu getar yang sama untuk setiap
lapisn dan hindari pengisian secara berlebihan pada penuangan
terkhir menurut ketentuan butir 2.2.5 1);

(c) Tusukkan alat penggetar di tiga titik yang berlainan untuk tiap
lapisan dan seterusnya lakukan seperti pada butir 2.2.3 3) dan
butir 2.2.3 4);

(d) Ratakan permukaan sesuai dengan butir 2.2.5 5) dan butir 2.2.5
6)

(e) Pukul pelan-pelan bagian luar cetakan

b) Penggetaran internal untuk balok :

(a) Tusukkan alat penggetar sesuai dengan butir 2.2.5 1) dan butir
2.2.5 2);

(b) Pukul pelan-pelan bagian luar cetakan

c) Penggetaran eksternal :

(a) Pastikan dengan hati-hati bahwa alat cetakan dengan mantap


terikat atau;

(b) Teguh berhadapan dengan elemen penggetar;

3) Penyelesaian :

(1) Haluskan permukaan beton dengan cara memukul-mukul;

(2) Ratakan dengan roskam sesuai dengan butir 2.2.5 5) dan butir 2.2.5 6).
4) Penyimpanan awal :

(1) Pindahkan benda uji segera setelah dipukul-pukul ke tempat


penyimpanan sehingga tak terganggu selama kurun waktu perawatan
awal.

(2) Angkat dan topang benda uji dari bawah dengan sendok semen yang
besar atau alat yang serupa, bila benda uji dibuat dalam cetakan yang
penggunaanya satu per satu hendak dipindah.

(3) Tandai benda uji untuk mengidentifikasi beton yang diwakilianya secara
npositif dan tidak mudah rusak.

5) Perawatan :

(1) Selimuti benda uji dengan pelat atau lembaran plastic kedap air, tidak
reaktif dan bungkus dengan kain basah serta hindari agar tidak
menyentuh permukaan beton;

(2) Lakukan perawatan sesuai dengan butir 2.2.6 1) sampai butir 2.2.6 3)

6) Angkut benda uji ke laboratorium sesuai dengan butir 2.2.7


LAMPIRAN A

DAFTAR ISTILAH

Benda uji : Test specimen

Berat dalam air : immersed weight

Penggetar internal/jarum : internal vibrators

Penggetar : eksternal/meja

Getar : external vibrators

Alat uji Slump : slump apparatus

Alat uji kadar udara : Air content apparatus

Pengaduk beton : concrete mixer

Beton segar : freshly concrete

Perawatan : curing

Berat isi : unit weight

Rongga udara : void

Batang penusuk : tamping rod

Pengetukan : jigging

Penyekopan : shoveling

Segregasi : segregation

Bekisting : form work


DAFTAR RUJUKAN

National Roads Board New Zealand :

1987 specification NRB T/S

Anda mungkin juga menyukai