Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK, USIA LANJUT,

PENDERITA CACAT,ANAK-ANAK DAN YANG BERISIKO DISAKITI

PENGERTIAN

 Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain memukul,
menendang, menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan seksual, dan lain-
lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung.

 Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau sosial termasuk
pelecehan secara verbal.

 Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain,  secara verbal
(kata-kata yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau membunuh)
atau merusak harta benda.

 Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan,


pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial
yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan” juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda
biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.

Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat,anak-anak dan
yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari kekerasan fisik yang
dialkuakn oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan
kelompok pasien berisiko yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Dan juga buku panduan ini
digunakan sebagai acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan
perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita, anank-anak dan yang
berisiko disakiti.

TATA LAKSANA :

Tatalaksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien sebagai berikut :

1. Petugas Rumah Sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui


pengkajian secara terperinci.

2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien : Perawat unit bertanggung jawab untuk
mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik dan
psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
3. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota sataf rumah sakit : Perawat unit
bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang
terkait untuk diproses lebih lanjut.

4. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggung jawab dan memiliki
wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki
area Rumah Sakit.

5. Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun di
lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV ( Closed Circuit
Television ) yang terpantau oleh Petugas Keamanan selama 24 ( dua puluh empat ) jam
terus menerus.

6. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi : tamu RS, detailer,
pengantar obat atau barang, dan lain-lain wajib melapor ke petugas informasi dan wajib
memakai kartu Visitor.

7. Pemberlakuan jam berkunjung pasien : Senin – jumat pagi : jam 10.00 – 11.00 WIB   
Sore : jam 16.00 – 17 .00 WIB

8. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan


danmendampingi pengunjung terebut sampai ke pasien yang dimaksud.

9. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai
pengunjung yan mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun
kekerasan.

10. Petugas keamanan mengunci akses pintu penghubung antar unit pada jam 21.00 WIB.

11. Pengunjung diatas jam 22.00 WIB lapor dan menulis identitas pengunjung pada petugas
keamanan.

Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran :

1. Pasien Rawat jalan

 Pendampingan oleh petugas penerimaan poasien dan mengantarkan sampai ke


tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan.

 Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan
pemeriksaan sampai selesai.

2. Pasien rawat inap


 Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor perawat

 Perawat memastikan dan memasang pengaman tepat tidur

 Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.

 Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunnjuk dan dipercaya.

Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat :

1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat
jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan
yang disandang sampai proses selesai dilakukan.

2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk memnjaga pasien atau pihak lain
yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang.

3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat
menggunakan bel tersebut.

4. Perawat memasang dan memsatikan pengaman tempat tidur pasien.

Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak:

1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan tidak
boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.

2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.

3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.

4. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang yang keluar
masuk dari ruang tersebut.

5. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan
kepada keluarga yang lain.

 
Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti ( risiko penyiksaan, napi,
korban dan tersangka tindak pidana, korban kekeran dalam rumah tangga ) :

1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat.

2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas dikantor
perawat,berikut dengan penjaga psien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien
berisiko.

3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi perawatan


pasien,penjaga maupun pengunjung pasien.

4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

Daftar kelompok pasien berisiko adalah sebagai berikut :

1. Pasien dengan cacat fisik dan cacat mental.

2. Pasien usia lanjut

3. Pasien bayi dan anak-anak

4. Korban kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT)

5. Pasien Napi,korban dan tersangka tindak pidana.

DOKUMENTASI

Pencatatan kejadian rawat inap dan rawat jalan :

1. Formulir insiden keselamatan pasien

2. Lembar status rawat jalan

3. Lembar catatan Pelayanan

4. Buku pencatatan pengunjung pasien.


 PENUTUP

Dengan ditetapkannya Buku Pandean Perlindungan Terhadap Kekerasan Fisik,Usia Lanjut


Penderita Cacat,Anak-anak dan yang Berisiko Disakiti maka setiap personil Rumah Sakit dapat
melaksanakan prosedur perlindungan terhadap kekerasan fisik,usia lanjut,penderita cacat,anak-
anak dan yang berisiko disakiti dengan baik dan benar serta melayani psien dengan memuaskan.
KLINIK PEMBERIAN PERLINDUNGAN KELOMPOK PASIEN BERESIKO TERHADAP
PRATAMA KEKERASAN FISIK
SANG TIMUR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
STANDAR Tgl. Terbit Di tetapkan oleh
PROSEDUR Direktur Klinik Sang Timur
OPERASIONA
L
PENGERTIAN Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaansecara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis korban, inimencakup antara lain memukul,
menendang, menampar, mendorong,menggigit, mencubit, pelecehan seksual, dan lain-
lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung rumah sakit.Yang
dimaksud kelompok pasien berisiko yaitu pasien bayi, pasien anak-
anak, pasien lanjut usia, pasien gangguan kesadaran, pasien cacat mental dan fisik,Pasien
KDRT, pasien Napi, korban dan tersangka tindak pidana.Pemberian perlindungan
kelompok pasien terhadap kekerasan fisik
adalah prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk memberikan  perlindungan kelompok
pasien beresiko terhadap kekerasan fisik
TUJUAN Sebagai acuan bagi seluruh staf KLINIK Sang Timur dalam menerapkanlangkah langkah
dalam memberikan perlindungan kepada kelompok
pasien berisiko terhadap kekerasan fisik baik yang dilakukan oleh pengunjung, stafrumah
sakit dan pasien lain yang mendapat pelayanan di Klinik Sang Timur
KEBIJAKAN SKDirektur Klinik Sang Timur No….Tentang penetapan hak pasien dan keluarga yang
mendukung dan melindungi hak pasien dan keluarga di Klinik sang Timur
PROSEDUR

Persiapan1.

Petugas keamanan Klinik / Perawat :Petugas memahami tujuan dan tata cara
memberikan perlindunganterhadap kekerasan fisik kepada kelompok pasien berisiko
A. Pasien Rawat Jalan
1. Pedampingan oleh petugas penerimaan pasien mengantarkan
sampai ke tempat periksa yag dituju dengan memakai alat bantu
brangkart atau kursi roda bila diperlukan.
2. Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien
saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai
3. Pendampingan oleh perwat dan mengantarkan sampai ke tempat
periksa yang dituju jika memerlukan unit penunjang.
B. Pasien Rawat Inap
Penempatan pasien di kamat rawat inap sedekat mungkin dengan kantor
perawat :
1. Perawat memastikan dan memasang pengaman tempat tidur.
2. Perawatmemastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan
dapatdigunakan.
3. Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh .keluarga atau
pihak yang ditunjuk dan dipercaya.
C. Tata laksana perlindungan terhadap yang Cacat
1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien
penderita cacadbaik rawat inap maupun rawat jalan dan wajib
membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang
disandang sampai proses selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga
pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang
disandang.
3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan
pasien dapat menggunakan bel tersebut.
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur
pasien.
D. Tata Laksanan perlindungan terhadap Anak
1. Ruang perinatology harus dijaga minimal satu perawat atau bidan,
ruangan tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan
yang menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua
apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan
3. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien.
4. Pemasangan cctvdiruang perinatologiuntuk memantau setiap
orang yang keluar masuk dari ruang tersebut.
5. Perawat memberikan bayi dariruang perinatology kepada ibu
kandungbayi bukan kepada keluarga yang lain.
E. Tatalaksana perlindungan terhadap pasien beresiko disakiti(resiko
penyiksaan, napi, tersangka tindak pidana, korban kekerasan dalam rumah
tangga
1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan
kantor perawat.
2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat
identitas dikantor perawat. Beikut dengan penjaga pasien lain yang
satu kamar perawatan dengan pasien beresiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk
memantau lokasi perawatan pasien, penjaga, maupun pengunjung
pasien
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.
UNIT TERKAIT Seluruh Unit

Anda mungkin juga menyukai