Anda di halaman 1dari 6

Lampiran Surat Keputusan Direktur RSU.

HGA
Nomor : 526/SK-DIR/RSHGA/XII/2015
Tanggal : 17 Desember 2015
Perihal : Panduan Perlindungan Pada Kekerasan Fisik

BAB I
DEFINISI

PENGERTIAN

1. Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara langsung
merusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain memukul,
menendang, menampar, mendorong, menggigit, mencubit, pelecehan seksual, dan lain-
lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung.
2. Kekerasan psikologis termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada fisik, mental, spiritual, moral atau sosial termasuk
pelecehan secara verbal.
3. Menurut Atkinson, tindak kekerasan adalah perilaku melukai orang lain, secara verbal
(kata-kata yang sinis, memaki dan membentak) maupun fisik (melukai atau membunuh)
atau merusak harta benda.
4. Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan,
pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan
penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas tertentu tindakan menyakiti
binatang dapat dianggap sebagai kekerasan, tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial
yang terkait dengan kekejaman terhadap binatang. Istilah “kekerasan” juga mengandung
kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda
biasanya dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.

TUJUAN

Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada usia lanjut, penderita cacat,
anak-anak dan yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari
kekerasan fisik yang dilakukan oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta
menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko yang mendapat pelayanan di rumah sakit.
Buku panduan ini digunakan sebagai acuan bagi seluruh staf rumah sakit dalam melaksanakan
pelayanan perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik pada kelompok usia lanjut, penderita,
anak-anak dan yang berisiko disakiti.

PANDUAN PERLINDUNGAN PADA KEKERASAN FISIK 1


BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan ini diterapkan kepada :


a. Pasien
b. Pengunjung
c. Petugas Satpam
d. Rekam medis
e. Karyawan rumah sakit yang berhubungan dengan pelayanan

PANDUAN PERLINDUNGAN PADA KEKERASAN FISIK 2


BAB III

TATA LAKSANA

Tatalaksana umum dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien sebagai berikut :

1. Petugas rumah sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui


pengkajian secara terperinci.
2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien : perawat unit bertanggung jawab
untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik
dan psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
3. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota sataf rumah sakit : Perawat unit
bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang
terkait untuk diproses lebih lanjut.
4. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggung jawab dan memiliki
wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki
area Rumah Sakit.
5. Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun di
lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV ( Closed Circuit
Television) yang terpantau oleh Petugas Keamanan selama 24 (dua puluh empat ) jam
terus menerus.
6. Setiap pengunjung rumah sakit selain keluarga pasien meliputi : tamu RS, detailer,
pengantar obat atau barang, dan lain-lain wajib melapor Security dan Humas dan wajib
memakai kartu Visitor.
7. Pemberlakuan jam berkunjung pasien :
 Pagi : Pukul 11.00 – 13.00 WIB
 Sore : Pukul 17.00 – 19.00 WIB
8. Petugas satpam menanyakan ke pengunjung yang mencurigakan/ tak memiliki identitas
dan mendampingi pengunjung tersebut sampai ke pasien yang dimaksud.
9. Perawat unit wajib melapor kepada petugas satpam apabila menjumpai pengunjung
yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun kekerasan.
10. Petugas satpam mengunci akses pintu penghubung antar unit pada pukul 21.00 WIB.
11. Jika pengunjung datang diluar jam berkunjung harus mendapatkan izin dari petugas
satpam dengan terlebih dahulu mengisi buku pengunjung diluar jam besuk dan
menyerahkan kartu tanda pengenal.

Daftar kelompok pasien berisiko di RSU Hasanah Graha Afiah adalah sebagai berikut :

1. Pasien dengan cacat fisik dan cacat mental.


2. Pasien usia lanjut
3. Pasien bayi
4. Pasien anak-anak
5. Pasien Pasca Bedah
6. Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

PANDUAN PERLINDUNGAN PADA KEKERASAN FISIK 3


A. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut :

1. Pasien Rawat jalan


o Pendampingan oleh petugas satpam untuk mengantarkan pasien sampai ke
ruang tunggu poli yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan dan
menginformasikan ke perawat poliklinik.
o Memastikan bahwa pasien usia lanjut ada pendamping dari pihak keluarga
o Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan
pemeriksaan sampai selesai.
2. Pasien rawat inap
o Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan Nursetasion
o Perawat memastikan dan memasang pengaman tepat tidur
o Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat
digunakan.
o Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang
ditunjuk dan dipercaya.
B.  Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat :
1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik
rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan
kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan.
2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk menjaga pasien atau pihak
lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang.
3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat
menggunakan bel tersebut.
4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien.
C.  Tata laksana perlindungan terhadap Bayi:
1. Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
4. Pemasangan CCTV diruang perinatologi untuk memantau setiap orang yang keluar
masuk dari ruang tersebut.
5. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi
bukan kepada keluarga yang lain.

D. Tata laksana perlindungan terhadap anak - anak:


1. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien.
2. Pemasangan CCTV diruang perawatan untuk memantau setiap orang yang keluar
masuk dari ruang tersebut.
3. Mengidentifikasi identitas pasien, dan pemasangan gelang identitas.
4. Ruang Anak harus dijaga minimal satu orang perawat setiap tim, ruangan tidak
boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.

PANDUAN PERLINDUNGAN PADA KEKERASAN FISIK 4


5. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
6. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melaksanakan
pemantauan pengamanan secara berkala.
E. Tata laksana perlindungan terhadap pasien pasca bedah :
1. Pasien diobservasi tiap setengah jam pada dua jam pertama
2. Petugas di unit/ pelayanan bekerjasama dengan satpam untuk melaksanakan
pemantauan pengamanan secara berkala.
3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat
menggunakan bel tersebut.

F. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti (risiko penyiksaan, korban
kekerasan dalam rumah tangga) :
1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan nurse station.
2. Pengunjung maupun penjaga/ penunggu pasien wajib lapor dan mencatat identitas
di nurse station, berikut dengan penjaga pasien lain yang satu kamar perawatan
dengan pasien berisiko.
3. Perawat berkoordinasi dengan petugas satpam untuk memantau lokasi ruang
perawatan, penunggu maupun pengunjung pasien.
4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.

PANDUAN PERLINDUNGAN PADA KEKERASAN FISIK 5


BAB IV

DOKUMENTASI

Pencatatan kejadian rawat inap dan rawat jalan :

1. Formulir insiden keselamatan pasien


2. Lembar status rawat jalan
3. Lembar catatan Pelayanan
4. Buku pencatatan pengunjung pasien
5. Buku daftar kelompok pasien berisiko.

Depok,17 Desember 2015

Dr. Eka Putra AR, SpOG


Direktur

PANDUAN PERLINDUNGAN PADA KEKERASAN FISIK 6

Anda mungkin juga menyukai