Anda di halaman 1dari 5

Nama : Kiswantoro

NIM : D24190106

Paralel : P2

1. Kembar identik dan kembar faternal

Kehamilan alami terjadi akibat adanya fertilisasi ovum yang telah masak oleh sel
sperma. Kehamilan kembar merupakan suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Janin kembar dapat terbentuk dari dua buah sel telur (ovum) atau dari satu buah sel
telur (ovum). Oleh karena itu, ada dua jenis kembar yaitu kembar fraternal (dizigotik
atau kembar nonidentik) dan kembar identik (monozigotik). Kembar non-identik
adalah kembar yang berasal dari dua sel telur (ovum) yang menempel pada dinding
uterus pada saat bersamaan dan masing-masing dibuahi sperma. Sedangkan kembar
identik adalah kembar yang berasal dari satu sel telur yang dibuahi sebuah sperma.
Pada kembar identik zigot tersebut akan berkembang menjadi morula, blastula dan
gastrula. Pada tahap morula atau blastula, zigot akan membelah menjadi dua sel. Dari
dua sel tersebut masing- masing akan berkembang membentuk janin yang identik
(Cunningham et al., 1995).

2. Bagaimana terjadinya kembar identik dan kembar fratebal?

Kembar identik dan kembar tidak identik (faternsl) memiliki proses yang berbeda.
Pada kembar identik, anak berasal dari satu buah telur yang dibuahi oleh satu sel
sperma. Telur yang sudah dibuahi tersebut, kemudian akan membelah menjadi dua
atau lebih, sehingga menghasilkan dua janin yang memiliki karakteristik sama, mulai
dari DNA, golongan darah, dan karakteristik fisik (seperti wajah, jenis kelamin, warna
kulit, warna rambut, dan warna mata).

Proses yang lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

 Pada masa pembuahan, sel telur matang dibuahi oleh sperma yang membentuk zigot,
kemudian zigot akan membelah.
 Jika pembelahan zigot terjadi saat awal pembuahan yaitu 1-3 hari setelah pembuahan,
maka embrio (bakal anak dalam kandungan) biasanya berada di satu plasenta, tetapi
memiliki kantong ketuban yang berbeda.
 Jika pembelahan terjadi 14 hari setelah pembuahan, maka embrio kemungkinan akan
menempel satu sama lain (kembar siam).

3. Bagaimana fenotipe kembar identikdan kembar faternal?

Umumnya kembar identik memiliki fenotip yang sama karena mempunyai bahan
genetik yang sama. Akan tetapi kadang- kadang berbeda oleh karena pengaruh faktor
lingkungan. Kembar non-identik dapat memiliki sifat-sifat keturunan dan karakter
yang sama atau berlainan. Hal ini disebabkan kembar non-identik berasal dari sel telur
dan spermatozoon yang berbeda. Perbedaan tersebut menggambarkan adanya
perbedaan genotip (Cunningham et al. 1995; Gardner & Snustad, 1984; Stern, 1960;
Suryo, 2003).
4. Free martin pada sapi

Free martin sindrome merupakan congenital anestrus atau anestrus bawaan lahir, yang
berasal dari kelahiran pedet kembar fraternal, dimana satu pedet berjenis kelamin
jantan, sedang lainnya betina, pedet betina dalam kondisi demikian 90% infertil /
steril. Tanda klinis freemartin cukup mudah diamati, terlebih oleh peternak atau
petugas kandang yang biasa merawat sapi tersebut. Betina penderita sindrom ini
biasanya berperawakan maskulin, gagah mirip pejantan; vulva / alat kelamin bagian
luar / wadonan terlihat kecil dengan rambut-rambut panjang. Tanda-tanda klinis
eksternal pada vulva tidak terjadi pada semua kasus freemartin meski sebagian besar
mengalaminya.

Apabila peternak masih kurang yakin dengan diagnosa freemartin pada sapi
betinanya, anda dapat meminta bantuan dokter hewan atau paramedis (mantri hewan)
untuk melakukan palpasi rektal. Jika benar sapi tersebut mengalami sindrom
freemartin, maka tidak akan teraba vagina, uterus dan ovari dengan jelas dan Gun IB
hanya akan dapat masuk sekitar 7,5 cm dalamnya.

Sapi betina dengan kondisi freemartin tidak akan dapat birahi meski anda tunggu
bertahun-tahun, sedangkan betina normal biasanya sudah birahi di usia 12-15 bulan,
juga tidak dapat bunting, tidak pula dapat diterapi hormonal, sebab tidak ada
oogonium yang dapat berproses menjadi sel telur, indung telur dan uterus terbentuk
tidak sempurna, bahkan tidak ada sama sekali. Karena itu, apabila anda memiliki
betina freemartin, lebih disarankan untuk memeliharanya dengan sistem feedlot /
penggemukan. Sapi tersebut akan tumbuh dengan baik layaknya steer / pejantan
kastrasi. Setelah mencapai bobot diatas 500 kg, dapat dipanen sebagai sapi pedaging.

5. Pembelahan sel meiosis dan metosis pada sel apa?

Pembelahan mitosis berlangsung pada sel somatik/sel tubuh. Sedangkan pembelahan


meiosis berlangsung pada organ reproduksi.

6. Berapa kali prmbrlahan?

Pada pembelahan mitosis terjadi satu kali pembelahan. Sedangkan pada pembelahan
meiosis terjadi satu kali pembelahan.

7. Fase pembelahan sel?

A. Fase pembelahan sel mitosis

Pembelahan mitosis berkesinambungan yang terdiri atas empat fase pembelahan. Yakni,
profase, metafase, anafase, dan telofase.

Tetapi, sebelum keempat fase ini dimulai, ada yang namanya fase pendahuluan atau
interfase. Interfase ini merupakan persiapan pembelahan.

 Fase Interfase

Pada interfase, terjadi persiapan dan penimbunan energi oleh sel untuk melakukan


pembelahan dalam waktu yang sangat lama.
Selama interfase, inti sel / nukleus dan anak inti sel (nukleolus) tampak terlihat jelas. Tahap
interfase terbagi menjadi tiga, yaitu fase gap pertama, fase sintesis, dan fase gap kedua. 

 Fase Profase

Pada tahap profase, terjadi perubahan pada nukleus dan sitoplasma. Di dalam nukleus,
benang-benang kromatin menebal dan memendek membentuk kromosom.

Tiap lengan kromosom, berganda membentuk dua kromatid (kromatid kembar) yang terikat
pada sentromer.

Selama profase, nukleolus dan membran nukleus menghilang. Mendekati akhir profase,
terbentuklah spindel (gelendong pembelahan yang terdiri atas mikrotubula dan protein).

Dengan berakhirnya profase, kromosom-kromosom yang dobel dan memanjang itu


menempatkan diri di bidang ekuator dari sel.

 Fase Metafase

Masing-masing kinetokor pada sentromer dihubungkan ke satu sentrosom oleh benang-


benang spindel.

Kemudian, pasangan kromatid bergerak ke bagian tengah inti sel (bidang ekuator) dan


membentuk lempeng metafase. 

 Fase Anafase

Fase pemisahan kromatid dari bagian sentromer yang kemudian membentuk kromosom baru. 

Masing-masing kromosom ditarik oleh benang-benang spindel menuju kutub yang


berlawanan. Jumlah kromosom yang menuju ke kutub yang satu akan sama dengan jumlah
kromosom yang menuju ke kutub lainnya.

 Fase Telofase

Pada fase ini terjadi peristiwa kromosom berubah menjadi benang kromatin, membran inti
dan nukleolus terbentuk kembali dan terjadi sitokinesis (pembagian sitoplasma) sehingga
dihasilkan dua sel yang identik dengan sel semula.

B. Fase pembelahan meiosis


1. Pembelahan I atau Meiosis I
a. Fase Profase I
Terbagi menjadi 5 subfase, yaitu:
 Leptonema: Benang-benang kromatin memendek dan
menebal, dan mudah menyerap zat warna serta
membentuk kromosom mengalami Kondensasi.
 Zigonema: Sentromer membelah menjadi dua dan
bergerak kearah kutub yang berlawanan dan kromosom
homolog saling berpasangan (Sinapsis).
 Pakinema: Terjadi duplikasi kromosom.
 Diplonema: Kromosom homolog saling menjauhi,
terjadi pelekatan berbentuk X yang disebut Kiasma dan
merupakan tempat terjadinya Crossing Over.
 Diakenesis: Terbentuk benang-benang spindel, dua
sentriol sampai pada kutub yang berlawanan, membran
inti dan nukleus menghilang.
b. Fase Metafase I
Pasangan kromosom homolog berderet di daerah ekuator.
Sentromer menuju kutub dan mengeluarkan benang-benang
spindel.
 Fase Anafase I
Kromosom homolog berpisah dan bergerak ke kutub
yang berlawanan. Benang spindel dan seluruh isi sel
memanjang ke arah kutub.
 Fase Telofase I
Masing-masing kromosom homolog telah mencapai
kutub sel yang berlawanan. Pada tahapan ini diikuti
sitokinesis dan interfase singkat yang langsung ke
proses meiosis II.

2. Pembelahan II atau Meiosis II


Fase-fase dalam tahap pembelahan meiosis II meliputi:
 Fase Profase II
Sentrosom membentuk dua sentriol yang letaknya pada kutub
yang berlawanan dan dihubungkan oleh benang gelendong.
 Fase Metafase II
Belum terjadi pembelahan. Kromosom berada di bidang
ekuator, kromatid berkelompok dua-dua.
 Fase Anafase II
Kromosom menempel pada kinetokor benang gelendong, lalu
ditarik oleh benang gelendong ke arah kutub yang berlawanan
yang menyebabkan sentromer terbelah.
 Fase Telofase II
Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan lalu berubah
menjadi kromatin. Bersamaan dengan itu membran inti dan
anak inti terbentuk kembali, dan sekat pemisah semakin jelas
sehingga terjadi dua sel anakan.
8. Bagaimana jumlah (set kromosom pada sel induk dan sel anak?
Pembelahan mitosis terjadi pada sel-sel tubuh makhluk hidup yang disebut sel
somatik. Sel somatik melingkupi seluruh sel yang membangun tubuh seperti sel
kulit, sel darah, dan sel otot. Sel somatik bersifat diploid, yakni memiliki dua set
kromosom. Proses secara mitosis diawali sel induk dengan melakukan duplikasi
kromosom, yang tadinya 46 kromosom menjadi 92 kromosom. Kromosom
tersebut kemudian dibagi kepada masing-masing sel anak sehingga sel anak
memiliki jumlah kromosom yang sama dengan sel induk, yaitu 46 kromosom.
pada pembelahan meiosis, sel induk akan menghasilkan sel anak yang memiliki
setengah dari jumlah kromosom sel induk. Ini dikarenakan pembelahan meiosis
berfungsi untuk membentuk sel gamet yang bersifat haploid atau hanya
memiliki satu set kromosom, seperti sel ovum dan sperma yang masing-
masingnya memiliki 23 kromosom.
9. Produk sel anak yang diperoleh dari hasil pembelahan sel?
Proses secara mitosis diawali sel induk dengan melakukan duplikasi kromosom,
yang tadinya 46 kromosom menjadi 92 kromosom. Kromosom tersebut
kemudian dibagi kepada masing-masing sel anak sehingga sel anak memiliki
jumlah kromosom yang sama dengan sel induk, yaitu 46 kromosom. Pada proses
pembelahan meiosis dari sel-sel indukan yang memiliki sifat diploid yang akan
dihasilkan sebanyak 4 buah sel-sel anak yang memiliki sifat haploid.
10. Fungsi dari pembelahan sel?
Fungsi pembelahan sel adalah untuk pertumbuhan tubuh makhluk hidup. Pembelahan
sel juga dapat mengganti sel-sel yang rusak. Pembelahan sel pada uniseluler untuk
memperbanyak diri.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, MacDonald PC and Gant NM. 1995. Obstetri Williams. Alih bahasa
oleh dr. Joko Suyono dan dr. Andry.H. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. hal 861-865.

Gardner EJ and Snustad DP. 1984. Principle of Genetics. 7 th ed. USA: John Wiley &
Sons, Inc. pp 235-236.

Stern C. 1960. Principle of Human Genetics. 2 nd ed. New Delhi: Eurasia Publishing
House (PVT) Ltd.

Suryo. 2003. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal 101,
425-440.

Anda mungkin juga menyukai