1. Periode INTERFASE
Interfase adalah tahap berlangsungnya fungsi metabolisme dan pembentukan dan
sintesis DNA. Maka sebenarnya kurang tepat juga jika dikatan bahwa interfase
merupakan fase istirahat, karena sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat
berat. Interfase dibedakan lagi menjadi tiga fase, yaitu:
1) Trankipsi RNA
2) Sintesis protein yang bermanfaat untuk memacu pembelahan nukleus
3) Produksi enzim yang diperlukan untuk replikasi DNA
4) Produksi tubulin dan protein yang akan membentuk benang spindel
Periode untuk fase G1 membutuhkan waktu yang berbeda beda antar individu.
Adakalanya G1 membutuhkan waktu 3 4 jam, namun ada juga yang tidak mengalami
fase G1 ini, hal ini terjadi pada beberapa sel ragi.Beberapa ahli lebih suka
menggunakan istilah G0 untuk situasi tersebut.Tahap G1 merupakan selang antara
tahapan M dengan S. Pada tahap ini sel terustumbuh dan melakukan persiapan untuk
sintesis DNA. Sel akan melakukan sintesis DNA dan terjadi proses replikasi kromosom
pada saat berada di tahap S (Murti, Harry dkk, 2007).
Pada fase ini terjadi sintesis protein protein yang dibutuhkan pada fase mitosis, seperti
sub unit benang gelendong, pertumbuhan organel organel dan makromolekul lainnya
(mitokondria, plastid, ribosom, plastid, dan lain lain). Fase ini membutuhkan waktu 2
5 jam.Pada tahap G2, sel yang telah mereplikasi kromosom akan menduplikasi
keseluruhan komponen seluler lainnya. Selain itu terjadi pula sintesis mRNA dan
beberapa protein tertentu (Hardin, Jeff dkk, 2012).
Secara umum tahap G0, G1, S, dan G2disebut juga sebagai tahap interfase.Sedangkan
pembelahan sel atau sering disebut dengan tahap mitosis, terdiri dari empat subtahapan, yaitu
profase, metafase, anafase, dan telofase.Pada kondisi tertentu, sel-sel yang tidak membelah,
karena tidak berdiferensiasi, meninggalkan tahap G1dan pindah ke dalam tahap G0.Sel-sel
yang berada dalam tahap G0sering disebut sedang beristirahat/ diam (quiescent) (Murti, Harry
dkk, 2007).Tahap G0 tersebut terjadi pada beberapa sel ragi.
Pada Interfase, biasanya mencakup sekitar 90% siklus sel. Pada saat interfaselah sel
bertumbuh dan membuat salinan kromosom-kromosom sebagai persiapan untuk pembelahan
sel.Ciri-ciri fase interfase sebagai berikut :
Murti, Harry dkk.2007. Regulasi Siklus Sel: Kunci SuksesSomatic Cell Nuclear
Transfer.Division of Stem Cell, Stem Cell and Cancer Institude.5:312.
Hardin, Jeff dkk.2012.Beckers World of The Cell Eighth Edition. Pearson Education, Inc.San
Fransisco.
Periode
2. Proses Pembelahan
a. Mitosis
Pembelahan mitosis menghasilkan sel anakan yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah
kromosom sel induknya, pembelahan mitosis terjadi pada sel somatic (sel penyusun tubuh).
Pembelahan mitosis dibedakan atas dua fase, yaitu kariokinesis dan sitokinesis, kariokinesis adalah
proses pembagian materi inti yang terdiri dari beberapa fase, yaitu Profase, Metafase, dan Telofase.
Sedangkan sitokinesis adalah proses pembagian sitoplasma kepada dua sel anak hasil pembelahan.
1) Kariokinesis
Kariokinesis selama mitosis menunjukkan cirri yang berbeda beda pada tiap
fasenya. Beberapa aspek yang dapat dipelajari selama proses pembagian materi inti
berlangsung adalah berubah ubah pada struktur kromosom,membran inti, mikro tubulus
dan sentriol.
a) Profase
pembelahan.
b) Metafase
Setiap kromosom yang terdiri dari sepasang kromatida menuju ketengah sel dan
berkumpul pada bidang pembelahan (bidang ekuator), dan menggantung pada serat
c) Anaphase
Sentromer dari setiap kromosom membelah menjadi dua dengan masing masing satu
kekutub yang berlawanan. Pada akhir nanfase, semua kroatida sampai pada kutub masing
masing.
d) Telofase
(1). Kromatida yang berada jpada kutub berubah menjasadi benang benang
kromatin kembali.
(2). Terbentuk kembali dinding inti dan nucleolus membentuk dua inti baru.
(3). Serat serat gelendong menghilang.
(4). Terjadi pembelahan sitoplasma (sitokenesis) menjadi dua bagian, dan terbentuk
membrane sel pemisah ditengah bidang pembelahan. Akhirnya , terbentuk dua sel
anak yang mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan kromosom induknya.
2) Sitokinesis
benang spindel, lalu terbentuk cincin mikrofilamen yang menyempit di daerah bekas bidang
ekuator, terjadi kontraksi yang membagi sel menjadi dua lalu terbentuk 2 sel anakan .
Pembelahan meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel-sel kelamin. Sel
kelamin berisis setengah pasang (haploid = n)
Meiosis I
Interfase I
o Tahap persiapan untuk mengadakan pembelahan, penggadaan DNA dari satu
salinan menjadi dua salinan DNA yang telah siap dikemas menjadi kromosom.
Profase I
o Terbentuk kromosom homolog yang berpasangan membentuk tetrad. Kromosom
homolog adalah sepasang kromosom yang terdiri dari dua kromosom identik.
o Profase 1 terdiri dari lima tahap yaitu, leptoten, zigoten, pakiten, diploten dan
diakinesis
o Tahap leptoten, kromatid berubah menjai kromosom yang mangalami kondensasi
dan terlihat sebagai benang tunggal yang panjang.
o Tahap zigoten, sentrosom membelah menjadi dua, kemudian bergerak menuju
kutub yang berlawanan.
o Tahap pakiten, tiap kromosom melakukan penggandaan atau replikasi menjadi
dua kromatid dengan sentromer yang masih tetap manyatu dan belum membelah.
o Tahap diploten, kromosom homolog terlihat saling menjauhi, saat kromosom
homolog menjauh terjadi perlekatan berbentuk X pada suatu tempat tertentu di
kromosom yang disebut kiasma.
o Tahap yang terakhir yaitu tahap diakinesis, terbentuk benang-benang spindel dari
penggerakakn dua sentriol ke arah kutub yang berlawanan, dan menghilangnya
nukleous dan membran nukleus serta tetrad mulai bergerak ke bidang ekuator.
Metafase I
o tetrad kromosom berada pada bidang ekuator, benang-benang spindel melekatkan
diri pada setiap sentromer kromosom
o Ujung benang spindel yang lainnya membentang melekat di kedua kutub
pembelahan yang berlawanan.
Anafase I
o Tiap kromosom homolog masing-masing mulai ditarik oleh benang spindel
menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan arah.
Telofase I
o Tiap kromosom homolog kini telah mencapai kutub pembelahan
Sitokinesis I
o Tiap kromosom homolog dipisahkan oleh sekat sehingga sitokinesis
menghasilkan dua sel, masing-masing berisi kromosom dengan kromatid
kembarnya.
Meiosis I
Meiosis II
Profase II
o Kromatid kembaran masih melekat pada tiap sentromer kromosom
Metafase II
o Tiap kromosom merentang pada bidang ekuator
o Terbentuk benang-benang spindel, satu ujung melekat pada sentromer, dan ujung
lain membentang menuju ke kutub pembelahan yang berlawanan arah
Anafase II
o Benang spindel mulai menarik kromatid menuju ke kutub pembelahan yang
berlawanan.
o Kromosom memisahkan kedua kromatidnya dan menuju ke kutub yang
berlawanan
Telofase II
o Kromatid telah mencapai kutub pembelahan
o Terbentuknya empat inti, tiap inti mengandung setengah pasang haploid dan satu
salinan DNA (1n, 1c).
Sitokinesis II
o Tiap inti mulai dipisahkan oleh sekat sel, dan menghasilkan empat sel kembar
yang haploid.
Meiosis II
Aryulina, Diah, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, Endang Widi Winarni. (2007). Biologi 3 SMA dan
MA Untuk Kelas XII. Jakarta: Erlangga
1. Sundrom Tuner
Untuk pencegahan sendiri dapat dilakukan konseling untuk mengetahui lebih jelas
dan lebih dini, tapi hingga sekarang belum ada metode khusus yang dapat
mencegahsindroma Turner. Namun, kelainanini dapat dideteksi, bahkan sejak
dalamkandungan,atausaatanak-anak, sehingga dapat ditanganilebihdini dan lebih baik,
untuk mencegah komplikasiyang mungkin terjadi.
Behrman, Richard E, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC
2. Sindrom klinefelter
Sindrom klinefelter adalah kelainan genetik yang terdapat dalam seorang pria.
Dalam sindrom klinefelter terdapat pertumbuhan seks sekunder yang ditandai dengan tidak
berkembangnya seks primer seperti penis dan testis yang mempunyai ukuran lebih kecil
daripada pria seperti lainya. Ciri-ciri yang sering nampak oleh penderita sindrom klinefelter
adalah perubahan suara yang umumnya bersuara kecil, tidak tumbuh rambut kemaluan dan
biasanya sering tidak subur (infertil) yang diakibatkan dari penambahan kromosom X
(Roberts Fraser & Pembrey E Marcus, 1995).
Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom
klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan
mengalami infertilitas , keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik
yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada
perbesaran payudara), dll.