Laporann Praktikum Farmakognosi 10
Laporann Praktikum Farmakognosi 10
PERCOBAAN 10
MENGINDENTIFIKASI PERICARP
Disusun Oleh:
Shift/Kelompok : F/2
Tanggal Percobaan : 8 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 15 November 2022
Nama asisten : Trully Nouval Larasati, S.Farm
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Untuk mengamati dan mengetahui fragmen khas dari berbagai jenis
pericarpium secara mikroskopik dengan berbagai macam reagen
1.2 Untuk mengetahui organeleptis dari berbagai macam
pericarpium secara makroskopik
2.3 Anatomi
Pada umumnya buah berkembang dari alat kelamin betina (putik) yang
disebut bagian bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap
tersusun atas biji, daging buah dan kulit buah. Setelah masak, kulit buah ada
yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu epikarp, mesokarp dan
endokarp. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air,
misalnya pada buah kelapa. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan
berserabut, misalnya bersabut pada kelapa. Endocarp merupakan lapisan
paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang sangat keras dan tebal,
misalnya tempurung kelapa, berupa selaput tipis pada rambutan (Hidayat,
1995).
IV. PROSEDUR
4.1 Pengamatan Secara Mikroskopik
4.1.1 Kloral Hidrat (Chloral Hydrate Solution)
Sampel yang akan diamati diletakkan secukupnya diatas kaca objek
menggunakan jarum preparat. Kemudian diteteskan 1-2 tetes reagen kloral
hidrat lalu dicampurkan sampel dan reagen menggunakan jarum preparat.
Selanjutnya sampel ditutup menggunakan kaca objek dan siap untuk diamati
dibawah mikroskop.
2. - Nama latin
simplisia:
Garciniae
Mangostanae
Pericarpium 1: Parenkim endokarp
(Goeswin, 2009)
- Nama umum: Kulit Reagen : Kloral hidrat
1: Parenkim
buah manggis Perbesaran : 100×
endokarpium
- Nama latin
tanaman: Garcinia
Mangostana
(Kemenkes RI,
2017)
3. - Nama latin
simplisia: Phaleriae
Macrocarpae
Pericarpium
- Nama umum: Kulit
(Kemenkes RI, 2017) 1: Berkas pengangkut
buah mahkota
1: Berkas pengangkut dengan penebalan tipe
dewa
dengan penebalan tipe cincin
- Nama latin
cincin Reagen: Kloral Hidrat
tanaman: Phaleria
Perbesaran: 400×
Macrocarpa
(Kemeskes RI,
2017)
5: Berkas pengangkut
(Kemenkes RI, 2017)
dengan penebalan tipe
6: Serabut
tangga
Reagen : Kloral hidrat
Perbesaran : 100×
6: Serabut
Reagen : Kloral hidrat
Perbesaran : 100×
5.2. Makroskopik
NO. Nama Simplisia Literatur Hasil Pengamatan
1. - Nama latin 1. Utuh 1. Utuh
simplisia: Punicae
Granati
Pericarpium
- Nama umum: Kulit
buah delima
Ada bagian tangkal Warna: kuning
- Nama latin
meruncing, permukaan kecoklatan
tanaman: Punica
dalam berwarna cokelat, Bentuk: berupa
Granatum L
permukaan luar kuning potongan buah, sisa
(Kemenkes RI, 2017)
kecoklata, permukaan dasar bunga, pangkal
dalam licin, permukaan meruncing.
luar agak kasar, tidak 2. Serbuk
berbau, rasa agak pahit,
sangat kelat.
(Kemenkes RI, 2017).
Serbuk berwarna
cokelat
Serbuk berwarna
cokelat kekuningan
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan identifikasi simplisia pericarp secara
mikroskopik dan makroskopik. Pericarp pada umumnya digunakan untuk
mengelompokkan buah secara morfologi dan anatomi. Pericarp terdiri atas
dua atau tiga lapisan, yaitu epicarp (exocarp) yaitu lapisan terluar yang tipis,
kuat atau kaku dengan permukaan yang licin. Mesocarp yaitu lapisan tengah
yang terdiri dari jaringan renggang, berserat, atau berdaging, dimana bagian
ini merupakan bagian yang terlebar. Endocarp yaitu lapisan dalam yang
berbatasan dengan ruang yang mengandung biji, sering kali tebal dan juga
keras. Adapun fungsi dari pericarp ini yaitu untuk melindungi buah yang ada
didalam kulit buah (Rasidah, 2020).
Identifikasi simplisia ini sangatlah penting dalam pemilihan simplisia
untuk pengembangan obat tradisional. Simplisia merupakan bahan alami
yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional. Identifikasi
simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk menentukan adanya
komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu sendiri dan dapat digunakan
sebagai pedoman standarisasi bahan/simplisia (Yanti, 2014).
Adapun tujuan pada percobaan kali ini yaitu mengamati dan
mengetahui fragmen khas dari berbagai jenis pericarp secara mikroskopik
dengan menggununakan beberapa macam reagen, serta mengetahui
organoleptis dari berbagai jenis pericarp secara makroskopik. Identifikasi
simplisia meliputi pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan
makroskopis bertujuan untuk melihat karakter dari bagian tanaman itu
sendiri. Uji mikroskopis bertujuan untuk mengamati fragmen pengenal yang
merupakan komponen spesifik untuk mengindentifikasi tanaman tersebut
(Yanti, 2014).
Pengamatan simplisia secara mikroskopik digunakan dengan bantuan
mikroskop, adapun jenis mikroskop yang dipakai pada pengamatan secara
mikroskopik ini yaitu mikroskop cahaya . Mikroskop cahaya atau dikenal
juga dengan nama "Compound light microscope" adalah sebuah mikroskop
yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya matahari
sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada
mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari
yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat
dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam
kondensor. Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa
obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler
terletak pada kedua ujung tabung mikroskop sedangkan penggunaan lensa
okuler terletak pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler)
atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat
dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah
tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat.
Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk
menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain (Rasidah, 2020).
Gambar 6.1 Bagian-Bagian Mikroskop Cahaya (Chaeri, 2018)
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2002). Biologi. Jilid 1. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2003). Biologi. Jilid 2. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. (2004). Biologi. Jilid 3. Edisi
Kelima. Alih Bahasa: Wasmen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hidayat, Syamsul, Rodame & Napitupulu. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Penerbit
Agriflo: Jakarta.
Hidayat, Syamsul, Rodame & Napitupulu. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Penerbit
Agriflo: Jakarta.
Karlina, Y., Adirestuti, P., Agustini, D. M., Fadhillah, N. L., & Malita, D. (2012).
Pengujian Potensi Antijamur Ektrak Air Kayu Secang Terhadap aspergillus
niger dan Candida albicans, 84–87.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia
Edisi II: Jakarta
Kurniati, N. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Formula Krim
Mengandung Ekstrak Kulit Buah Delima (Punica granatum L.). Skripsi.
Universitas Indonesia: Depok.
Nindatub, M., & Kakisina, P. (2012). Efek Pemberian Ekstrak Metanol Kulit
Batang Pohon Pulai (Alstonia scholaris L. R. Br.) Terhadap Hasil
Diferensiasi Leukosit Mencit (Mus musculus) Yang Diinfeksi Plasmodium
Berghei ANKA. MOLLUCA MEDICA, 5(1), 39–56.
Nugroho, A.E. (2012). Manggis (Garcinia Mangostana L.) dari Kulit Buah yang
Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Oci YM, Dewi KK. (2014). Khasiat Ajaib Delima. Padi: Jakarta
Rismunandar, Paimin, F.B., (2015), Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan Edisi
Revisi, Penerbit penebar swadaya, Jakarta.
Sultoni, A. (2015). Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kina. Asosiasi Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung. Jakarta: Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di
Perdesaan
Sundari, Dian and Nuratmi, Budi and Soekarso, Triyani (2001) Uji Daya
Antibakteri Infus dan Ekstrak Kulit Batang Pulosari (Alyxia reinwardtii
BL.) secara In-vitro dan Uji Toksisitas (LD50) Ekstrak. Media Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 11 (3). ISSN 0853-9987
Winarno, E. K. (2006). Produksi alkaloid oleh mikroba endofit yang diisolasi dari
batang kina Cinchona ledgeriana Moens dan Cinchona Pubescens Vahl
(Rubiaceae). Jurnal Kimia Indonesia. 1(2), 59-66.