Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Pertama-tama dibuat terlebih dahulu larutan uji simplisia dan larutan


pembanding. Larutan uji merupakan larutan yang mengandung zat yang akan diuji
kadar fenolnya, sedangkan larutan pembanding adalah larutan yang sudah
dipastikan mengandung fenol dan akan digunakan sebagai standar untuk
membandingkan hasil pengujian sampel, pembanding yang digunakan adalah
asam galat yang merupakan fenol sederhana dan bersifat stabil. Larutan uji
simplisia dibuat dengan cara diekstraksi diatas hot plate dengan menggunakan
pelarut metanol. Metanol digunakan sebagai pelarut dikarenakan sifatnya yang
polar sama seperti fenol yang memiliki sifat polar, maka metanol dapat
melarutkan fenol dengan baik pada simplisia yang diuji. Pemanasan dilakukan
pada ekstraksi bertujuan untuk mengeluarkan senyawa-senyawa yang ada didalam
simplisia terutama fenol, setelah dilakukannya pengekstraksian selanjutnya
larutan disaring, penyaringan ini bertujuan untuk menghilangkan matrix yang
tidak diperlukan pada percobaan kali ini, larutan yang diperoleh harus jernih tanpa
ampas karena itu merupakan salah satu syarat larutan dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri. Adapun syarat-syarat senyawa dapat diukur
menggunakan spektrofotometri adalah harus berbentuk larutan, memiliki gugus
kromofor (gugus pembawa warna), memiliki ikatan rangkap terkonjugasi, dan
jernih tanpa pengotor (Susilawan dkk, 2019) (Irawan, 2019).
Selanjutnya dibuat larutan pembanding menggunakan pelarut metanol
dengan berbagai seri pengenceran. Tujuan dibuatnya beberapa seri pengenceran
ini agar dapat menghitung kadar senyawa dengan metode kurva kalibrasi. Setelah
larutan uji simplisia dan larutan seri pembanding telah dibuat, maka dilakukan
pengukuran kadar fenol dengan terlebih dahulu menambahkan pereaksi Folin-
Ciocalteu ke masing-masing larutan uji simplisia dan larutan seri pembanding,
pereaksi ini berfungsi untuk memberikan warna pada larutan sehingga dapat
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 730nm. Reaksi antara
senyawa fenol dengan Folin-Ciocalteu akan menghasilkan warna biru dikarenakan
senyawa fenol akan teroksidasi oleh pereaksi Folin-Ciocalteu. Kemudian larutan
dibiarkan selama 8 menit, tujuan didiamkan selama 8 menit agar reaksi antara
fenol dan Folin-Ciocalteu dapat berjalan dengan sempurna, selain itu ditambahkan
juga NaOH pada masing-masing larutan dengan tujuan meningkatkan sifat basa
larutan, hal ini dikarenakan pereaksi Folin-Ciocalteu yang dapat bekerja pada
suasana basa, senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau hanya
dalam suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion
fenolat. Lalu larutan uji simplisia dan larutan seri pembanding diinkubasi selama
satu jam dalam keadaan gelap, hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh
cahaya yang dapat mempercepat oksidasi fenol dan menghasilkan senyawa lain
yang dapat mengganggu hasil analisis. Selain itu, inkubasi dalam keadaan gelap
juga dapat meminimalkan pengaruh suhu dan udara yang dapat mempengaruhi
hasil analisis (Dona dkk, 2020) (Kurnia dkk, 2020).
Setelah diinkubasi maka larutan diukur absorbasinya menggunakan
spektrofotometri dengan menggunakan blanko pada panjang gelombang 730nm.
larutan blanko pada spektrofotometri digunakan untuk mengurangi kesalahan
pengukuran dengan mengkompensasi efek penyerapan oleh zat-zat selain zat yang
akan dianalisis, dengan adanya larutan blanko maka pelarut dan pereaksi tidak
akan diukur serapannya oleh spektrofotometer karena sudah auto zero. Auto zero
pada spektrofotometri adalah suatu teknik yang digunakan untuk menghilangkan
efek dari adanya noise atau sinyal yang tidak diinginkan pada hasil pengukuran,
teknik ini dilakukan dengan cara mengambil nilai absorbansi dari larutan blanko
dan menggunakannya sebagai nilai referensi untuk mengkalibrasi
spektrofotometer. Panjang gelombang 730 nm digunakan pada penetapan kadar
fenol total karena panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang
maksimum dari senyawa fenol (Ahmad dkk, 2015).
Penetapan kadar fenol total pada percobaan kali ini menggunakan dua
metode yaitu metode one point method dan metode kurva kalibrasi. Metode kurva
kalibrasi lebih akurat dibandingkan one point method karena metode kurva
kalibrasi menggunakan beberapa titik kalibrasi untuk membuat kurva kalibrasi
yang kemudian digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel. Sedangkan one
point method hanya menggunakan satu titik kalibrasi untuk menghitung
konsentrasi sampel, oleh karena itu metode kurva kalibrasi lebih akurat dan lebih
disukai dalam analisis kuantitatif. Didapatkan hasil penetapan kadar fenol total
pada one point method sebesar 0,004% sedangkan pada kurva kalibrasi sebesar
0,046254. Hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh, namun metode kurva
kalibrasi lebih akurat dari pada metode one point method. Kadar fenol total akar
kucing menurut literatur adalah tidak kurang dari 0,39%, maka hasil yang didapat
pada percobaan kali ini tidak sesuai dengan literatur. Hasil kadar fenol total yang
kurang dari seharusnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan
dalam pengambilan sampel, kesalahan dalam pengukuran, atau adanya
interferensi dari zat lain yang terdapat dalam sampel (Kemenkes RI, 2017).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. R., Juwita, J., & Ratulangi, S. A. D. (2015). Penetapan kadar fenolik
dan flavonoid total ekstrak metanol buah dan daun patikala (Etlingera elatior
(Jack) RM SM). Pharmaceutical Sciences and Research, 2(1), 1.
Dona, R., Furi, M., & Suryani, F. (2020). Penentuan Kadar Total Fenolik, Total
Flavonoid Danuji Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Dan Fraksi daun
Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk). Jurnal Penelitian
Farmasi Indonesia, 9(2), 71-78.
Kemenkes RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Irawan, A. (2019). Kalibrasi Spektrofotometer Sebagai Penjaminan Mutu Hasil
Pengukuran Dalam Kegiatan Penelitian Dan Pengujian. Indonesian Journal of
Laboratory, 1(2), 1-9.
Kurnia, D., Rosliana, E., Juanda, D., & Nurochman, Z. (2020). Aktivitas
Antioksidan dan Penetapan Kadar Fenol Total dari Mikroalga Laut Chlorella
vulgaris. Jurnal Kimia Riset, 5(1), 14-21.
Susilawan, I. P. N. A., Siaka, I. M., & Parwata, I. M. O. A. (2019). Validasi
Metode Analisis Bahan Kimia Obat Parasetamol dan Fenilbutason pada Produk
Obat Tradisional dengan HPTLC Spektrofotodensitometri. Journal of Applied
Chemistry, 7(1), 1-11.

Anda mungkin juga menyukai