Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

INTEGRAL LIPAT DUA

KELOMPOK 2
FEBY SRIGAYATRI_210103510005
ANITA ARRUAN LANGI_210103510007
NURMADINAH_210103511001
DWI INDRAYANI_210103511002
DODI SAPUTRA LESMANA_210103511003

JURUSAN FISIKA

PROGRAM STUDI FISIKA ICP

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atassegala


nikmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan makalah INTEGRAL GANDA dengan
cukup baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah fisika matematika,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang terlibat dan
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. dengan keterlibatan dan kontribusi dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan cukup baik.
Pada akhirnya penulis tetaplah sadar bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karenanya penulis beraharap akan kritikan dan saran yang membangun
dari para pembaca makalah ini

Makassar, 25 November 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISIi

BAB I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH2
3. TUJUAN2

BAB II : PEMBAHASAN
1. PENERAPAN INTEGRAL LIPAT DUA3
2. PENERAPAN PADA PUSAT MASSA5
3. PENERAPAN PADA MOMEN INERSIA6
4. PENERAPAN PADA LUAS PERMUKAAN9

BAB III : PENUTUP


1. KESIMPULAN13
2. SARAN13

DAFTAR PUSTAKA4

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Integral lipat-dua (double integrals) merupakan bentuk integral biasa/tunggal
yang hasil pengintegralan pertama harus diintegralkan kembali. Biasanya dinyatakan
sebagai berikut:

∬ f ( x , y ) dx dy
Pernyataan diatas disebut dengan integral lipat dua tak tentu (indifinite double
integrals) dikarenakan tidak memiliki batas atas dan batas bawah. Sedangkan pada
kondisi lainnya, dapat dinyatakan sebagai berikut:
y2 x 2

∫∫ f ( x , y ) dx dy
y1 x 1

Pernyataan diatas disebut dengan integral lipat dua tertentu (difinite double
integrals) karena tiap-tiar integralnya mempunyai batas atas ( x 2 dan y 2) dan batas
bawah ( x 1 dan y 1).

Sifat-sifat integral lipat dua (double integrals) antara lain sebagai berikut:
- Jika f ( x , y ) dan g ( x , y ) masing-masing kontinu dalam daerah R, maka:
❑ ❑

∬ kf ( x , y ) dA=k ∬ f ( x , y ) dA
R R
❑ ❑ ❑

∬ [ f ( x , y ) + g ( x , y ) ] dA=∬ f ( x , y ) dA+∬ g ( x , y ) dA
R R R

- Integral lipat-dua adalah aditif pada persegi panjang yang saling melengkapi
hanya pada suatu ruas garis.
❑ ❑ ❑

∬ f ( x , y ) dA=∬ f ( x , y ) dA+∬ f ( x , y ) dA
R R1 R2

- Sifat pembanding berlaku jika f ( x , y ) ≤ g ( x , y ) untuk semua ( x , y ) di R, maka:


❑ ❑

∬ f ( x , y ) dA ≤ ∬ g ( x , y ) dA
R R

1
Integral lipat-dua juga memiliki beberapa penerapan. Penerapan yang paling jelas
adalah dalam perhitungan volume benda pejal. Namun, bukan hanya dalam
perhitungan volume benda pejal sja. Akan tetapi, integral lipat-dua juga memiliki
penerapan-penerapan lain khususnya dibidang Fisika yang meliputi massa, pusat
massa, momen inersia dan jejari garis.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Penerapan Integral Lipat-Dua?
b. Bagaimana Penerapan Integral Lipat-Dua pada Pusat Massa?
c. Bagaimana Penerapan Integral Lipat-Dua pada Momen Inersia?
d. Bagaimana Penerapan Integral Lipat-Dua pada Luas Permukaan?

3. Tujuan
a. Agar mengetahui Penerapan Integral Lipat-Dua.
b. Agar mengetahui Penerapan Integral Lipat-Dua pada Pusat Massa.
c. Agar mengetahui Penerapan Integral Lipat-Dua pada Momen Inersia.
d. Agar mengetahui Penerapan Integral Lipat-Dua pada Luas Permukaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penerapan Integral Lipat Dua


Penerapan lain dari integral lipat-dua antara lain adalah menghitung pusat
massa, momen inersia, dan luas permukaan. Tinjaulah sebuah lembaran tipis yang
sedemikian tipisnya sehingga kita dapat memandangnya sebagai objek berdimensi
dua, kita menyebut lembaran ini lamina. Di sini, kita akan mempelajari lamina-
lamina dengan berbagai kerapatan.

Andaikan sebuah lamina menutupi sebuah daerah S pada bidang xy, dan
misalkan kerapatan (massa per satuan luas) di (x . y ) disimbolkan dengan δ ( x , y ).
Daerah S dipartisi menjadi persegi panjang-persegi panjang kecil R1 , R 2 , … , Rk
seperti ditunjukkan pada gambar. Ambil sebuah titik (x k , y k ) pada Rk .

Maka massa Rk secara hampiran adalahδ ( x k , y k ) A ( Rk ), dan massa total


lamina tersebut secara hampiran adalah
n
m ≈ ∑ δ ( xk , y k ) A( R k )
k=1

Massa sebenarnya, m diperoleh dengan mengambil limit rumus diatas sebagai


norma partisi mendekati nol, yang tentu saja merupakan sebuah integral lipat dua

3

m=∬ δ ( x , y ) dA
S

Contoh Soal:
Sebuah lamina dengan kerapatan δ ( x , y )=xy dibatasi oleh sumbu-x, garis x = 8, dan
2
kurva y=x 3 . Carilah massa totalnya.

Penyelesaian:


m=∬ δ ( x , y ) dA
S
2/3
8 x
m=∫ ∫ xy dy dx
0 0

[ ]
2/3
8 x
xy 2
m=∫ dx
0 2 0
8
1
m=
20
∫ x 7 /3 dx

[ ]
8
1 3 10/ 3
m= x
2 10 0
765
m=
5
m=153,6

2. Penerapan Pada Pusat Massa


Jika m1 ,m2 , … ,mn berturut-turut adalah kumpulan titik-titik massa yang
masing-masing terletak di ( x 1 , y 1 ) , ( x 2 , y 2 ) , … , ( x n , y n ) , maka momen total terhadap
sumbu y dan sumbu x dapat dinyatakan dengan

4
n n
M y = ∑ x k m k M x =∑ y k m k
k =1 k=1

Lebih lanjut, koordinat (x , y ) dari pusat massa (titik keseimbangan) adalah


n n

M y k=1
∑ x k mk M x k=1
∑ y k mk
x= = n y= = n
m m
∑ mk ∑ mk
k=1 k=1

Sekarang perhatikan sebuah lamina dengan kerapatan berupa peubah δ ( x , y )


yang melingkupi daerah S pada bidang xy. Buat partisi seperti pada gambar dan
asumsikan sebagai sebuah hampiran bahwa suatu massa dari setiap Rk terpusat di
( x k , y k ), k =1 ,2 , … , n . Gunakan limitnya sebagai suatu aturan pembagian partisi
yang mendekati nol. Cara menghasilkan rumus umum:
❑ ❑

My
∬ xδ ( x , y ) dA Mx
∬ yδ ( x , y ) dA
S S
x= = ❑ y= = ❑
m m
∬ δ ( x , y ) dA ∬ δ ( x , y ) dA
S S

Contoh Soal:
Tentukan pusat massa dari lamina yang memiliki kerapatan δ ( x , y )=xy dibatasi oleh
2
sumbu-x, garis x = 8, dan kurva y=x 3 .

Penyelesaian:
m=153,6

M y =∬ xδ ( x , y ) dA
S
2 /3
8 x
M y =∫ ∫ x y dy dx
2

0 0

8
1
M y = ∫ x dx
10/ 3
20

5
12288
M y=
13
M y =945,23

M x =∬ yδ ( x , y ) dA
S
2/3
8 x
M x =∫ ∫ y 2 x dy dx
0 0

8
1
M x=
30
∫ x 3 dx

1024
M x=
3
M x =341,33

Maka,
M y 945.23 M x 341.33
x= = =6,15 y = = =2,22
m 153.6 m 153.6

3. Penerapan Pada Momen Inarsia


Pada saat mempelajari hukum Newton, diketahui bahwa ukuran kelembaban
benda pada gerak translasi adalah massa. Perhatikan pergerakkan planet pada
porosnya. Planet terus berputar pada sumbunya tanpa berhenti akan selalu
mempertahankan keadaan untuk terus berotasi. Dengan demikian, pada gerak rotasi
dikenal istilah kelembaban.

Besaran pada gerak rotasi yang analog dengan massa pada gerak translasi
dikenal dengan momen inarsia (I). Perbedaan nilai antara massa dan momen inersia
adalah besar massa suatu benda hanya bergantung pada kandungan zat dalam benda
tersebut, sedangkan besar momen inersia tidak hanya bergantung pada jumlah zat
tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana zat tersebut terdistribusi pada benda tersebut.

6
Materi tentang energi kinetik dari sebuah partikel dengan massa m dan
kecepatan v yang bergerak dalam sebuah garis lurus dirumuskan dengan:
1 2
EK = m v (1)
2

Jika partikel tersebut hanya berputar dalam sebuah sumbu dengan kecepatan
sudut sebesar ω radian per satuan waktu, maka kecepatan linearnya adalah v=rω,
dimana r adalah jari-jari dari lintasan perputarannya. Ketika kecepatan linear tersebut
disubtitusikan ke persamaan (1), maka diperoleh:
1 2 2
EK = m r ω
2

Suku m r 2 disebut momen inersia dari suatu partikel dan dilambangkan


dengan I. Jadi, untuk sebuah partikel yang berputar dapat dituliskan

1 2
EK = I ω (2)
2

Dan dapat disimpulkan dari persamaan (1) dan persamaan (2) bahwa momen
inersia dari benda dalam gerak berputar memainkan peranan yang serupa dengan
massa benda dengan gerak linear.

Untuk sebuah sistem dengan n partikel pada suatu bidang dengan massa
m1 ,m2 , … ,mn dan pada jarak-jarak r 1 , r 2 , … , r n dari garis L, maka momen inersia
sistem terhadap L didefinisikan sebagai
n
I =m1 r 21+ m2 r 22 +…+mn r 2n=∑ mk r 2k
k =1

Dengan kata lain, persamaan diatas merupakan penjumlahan momen inersia


dari setiap partikel-partikel.

7
Misalkan sebuah lamina dengan kerapatan δ ( x , y ) yang melingkupi daerah S
pada bidang xy. Jika terdapat partisi S, hampiran untuk momen inersia dari setiap
bagian Rk , penjumlahan dan batas limitnya, maka akan diperoleh rumus-rumus
berikut. Momen inersia (juga disebut sebagai momen kedua) dari suatu lamina
terhadap sumbu x, sumbu y, dan sumbu z dapat dinyatakan sebagai berikut:
❑ ❑
I x =∬ y δ ( x , y ) dA I y =∬ x 2 δ ( x , y ) dA
2

S S

I z =∬ ( x2 + y ¿ ¿ 2)δ ( x , y ) dA=I x + I y ¿
S

Contoh Soal:
Tentukan momen inersia terhadap sumbu x, sumbu y, dan sumbu z untuk lamina yang
2
memiliki kerapatan δ ( x , y )=x , y dibatasi oleh sumbu-x, garis x = 8, dan kurva y=x 3 .

Penyelesaian:
2/3
❑ 8 x 8
1
I x =∬ y δ ( x , y ) dA=∫ ∫ x y 3 dy dx=
2
40
∫ x 11/ 3= 6144
7
≈ 877,71
S 0 0
2 /3
❑ 8 x 8
1
I y =∬ x δ ( x , y ) dA=∫ ∫ y x dy dx= ∫ x =6144
2 3 13 /3

S 0 0
20
49.152
I z =I x + I y = ≈ 7021,71
7
4. Penerapan Pada Luas Permukaan
Pada materi ini, kita akan membahas mengenai luas permukaan yang
didefinisikan dengan z=f ( x , y ) atas sebuah daerah spesifik. Andaikan bahwa G
adalah permukaan atas sebuah daerah S yang tertutup dan terbatas pada
bidang-xy. Asumsikan bahwa f mempunyai turunan-turunan parsial pertama
kontinu f x dan f y . Kita akan mulai dengan membuat partisi P pada daerah S
dengan garis-garis sejajar dengan sumbu-x dan sumbu-y (Gambar kiri).

8
Misalkan Rm , m=1,2 , … , n, menyatakan persegi panjang-persegi panjang
yang dihasilkan dan terletak sepenuhnya di dalam S. Untuk setiap m, misalkan
G m adalah bagian dari permukaan yang diproyeksikan ke sudut Rm dengan

koordinat x dan koordinat y yang terkecil. Misalkan T m menyatakan suatu


jajaran genjang dari bidang singgung di Pm yang diproyeksikan ke Rm , seperti
yang ditunjukkan pada Gambar kiri, dan perincian selanjutnya ditunjukkan
pada Gambar kanan.

Selanjutnya, kita mencari luas jajaran genjang T m yang proyeksinya


adalah Rm. Misalkan um dan v m menyatakan vektor-vektor yang membentuk T m.
um =∆ x m i+ f x ( x m , y m ) ∆ x m k
v m=∆ y m j + f y ( x m , y m ) ∆ y m k

Maka luas jajaran genjang T m adalah |u m × v m| dimana

| |
i j k
um × v m= ∆ x m 0 f x ( xm , ym) ∆ xm
0 ∆ ym f y ( xm , ym) ∆ ym

um × v m=( 0−f x ( x m , y m ) ∆ xm ∆ y m) i−( f y ( x m , y m ) ∆ x m ∆ y m−0 ) j+ ( ∆ x m ∆ y m −0 ) k

9
um × v m=∆ xm ∆ y m [−f x ( x m , y m ) i−f y ( x m , y m ) j+ k ]

um × v m= A ( R m ) [ −f x ( x m , y m ) i−f y ( x m , y m ) j+k ]

Dengan demikian, luas T m adalah

A ( T m )=|um ×v m|= A ( Rm ) √[ f x
2
( xm, ym) ] +[ f y ( xm , ym ) ] + 1
2

Kemudian, jumlahkan luas dari bidang-bidang singgung jajaran genjang


T m ini, m=1,2 , … , n dan ambil limitnya agar diperoleh luas permukaan G.
n
A ( G )= lim
|P|→0 m =1
∑ A (T m)

[
A ( G )= lim A ( Rm )
|P|→0
√[ f x
2 2
( x m , y m ) ] + [ f y ( x m , y m ) ] +1 ]

[ √
A ( G )=∬ A ( R m ) [ f x ( x m , y m ) ] + [ f y ( x m , y m ) ] +1 dA
S
2 2
]

[
A ( G )=∬ A ( Rm ) √ f 2x +f 2y +1 dA
S
]

Gambar kiri diatas dibuat seperti daerah S pada bidang-xy adalah sebuah
sebuah persegi panjang, tapi prakteknya tidak selalu demikian. Gambar berikut
memperlihatkan apa yang terjadi ketika S bukan merupakan persegi panjang.

10
Contoh Soal
Tentukan luas permukaan z=x 2 + y 2 dibawah bidang z=9

Penyelesaian
Bagian G (yang diarsir) dari permukaan tersebut diproyeksikan ke daerah
melingkar S di dalam lingkaran x 2+ y 2=9. Misalkan f ( x , y )=x 2+ y 2. Maka
f x =2 x , f y =2 y , dan

A ( G )=∬ √ 4 x + 4 y +1 dA
2 2

Bentuk S menyarankan kita untuk menggunakan koordinat kutub.

11
2π 3
A ( G )=∫ ∫ √ 4 r + 1r dr dθ
2

0 0

[ ]
2π 3
1 2 ( 2 ) 3/ 2
A ( G )=∫ 4 r +1 dθ
0 8 3 0

( )
2π 3
1
A ( G )=∫ 37 2 −1 dθ
0 12

( )
2π 3
1
A ( G )=∫ 37 2 −1 dθ
0 12

( )
3
π
A ( G )= 37 2 −1 ≈ 117.32
6

12
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Integral lipat-dua (double integrals) merupakan bentuk integral biasa/tunggal
yang hasil pengintegralan pertama harus diintegralkan kembali. Jika terdapat nilai
batas atas dan batas bawah, maka integral tersebut dikatakan sebagai integral lipat-
dua tertentu (difinite double integrals).

Integral lipat-dua juga memiliki beberapa penerapan. Penerapan yang paling


jelas adalah dalam perhitungan volume benda pejal. Namun, bukan hanya dalam
perhitungan volume benda pejal sja. Akan tetapi, integral lipat-dua juga memiliki
penerapan-penerapan lain khususnya dibidang Fisika yang meliputi massa, pusat
massa, momen inersia dan jejari garis.

2. Saran
Agar pembaca lebih mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam
menyelesaikan integral lipat-dua (double integrals) beserta penerapan-penerapan
yang menggunakan prinsip integral lipat-dua tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mendelson, Elliot. 1988. Schaum’s Outlines, 3000 Solved Problems in Calculus.


New York: Mc Graw-Hill.

Purcell, E. J. & D. Vanberg. 1999. Terjemahan, Kalkulus dan Geometri Analitis,


Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga.

Purcell, E. J. & D. Vanberg. 1999. Terjemahan, Kalkulus, Edisi 9, Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

Spiegel, M. & Wrede, R. C. 2002. Theory and Problem of Advanced Calculus.


Schaum Outlines Series. New York: Mc Graw-Hill.

Stewart, James. 2003. Kalkulus Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Umar, Efrizon. 2007. Fisika dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca.

14

Anda mungkin juga menyukai