NPM : 1906436886
Dosen : Prof. Dr.Burhan Djabir Magenda M.A
Mata Kuliah : Etika dan Moral Penyelenggaraan Pemilu
PENDAHULUAN
Kontestan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat telah resmi mendaftar pada
tanggal 4-6 Sepetember 2020 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Barat.
Dengan persyaratan dukungan minimal 13 kursi atau 20 per seratus dari kursi di DPRD Provinsi
Barat pada hari jumat (4 September 2020) dengan partai pengusung Partai Kedalilan
Sejahtera (PKS) 10 Kursi dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan jumlah 4
dengan jumlah kursi 14 di DPRD Sumbar dan memenuhi syarat minimal kursi. Mahyeldi
merupakan Walikota Padang yang sudah menjabat selama periode dan sekarang masih
aktif dan merupakan periode terakhir dan juga politisi PKS sedangkan Audy Joinaldy
Pasangan ini diusung oleh partai Gerindra dengan 14 Kursi di DPRD dan bisa diusung
sendiri oleh partai Gerindra dan tidak berkoalisi dengan partai lainnya. Nasrul Abit pada
saat ini adalah Wakil Gubernur dan merupakan ketua dewan Pembina Gerindra Sumbar.
Nasrul Abit karirnya dimulai dari Wakil Bupati Pesisir Selatan dua periode,Bupati Pesisir
Selatan dua periode dan wakilnya Indra Catri meniti karier sebagai birokrat yang pernah
bertugas sebagai kepala Dinas di Kota Padang dan menjadi Bupati Agam dua periode dan
sekarang masih aktif sebagai Bupati. Walaupun Indra Catri tersangkut dan berstatus
tersangka pada 10 Agustus 2020 dalam ujaran kebencian terhadap Mulyadi salah satu
bakal calon Gubernur oleh Polda Sumbar akan tetapi Polda Sumaera Barat menunda
pengusutan kasus tersebut sesuai dengan perintah Kapolri Jenderal Idham Azis dalam
Diusung oleh koalisi tiga partai yaitu Golkar (8 Kursi), Nasdem (3 kursi) dan partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) (3 Kursi) dan koalisi ini memiliki 14 kursi di DPRD Sumbar.
koalisi ini dinamalakn poros baru. Fakhrizal merupakan Jenderal polisi bintang dua dan
pada saat ini bertugas di Mabes Polri yang sebelumnya merupakan Kapolda Sumbar, dan
pasangannya genius Umar merupakan saat ini menjabat sebagai Walikota Pariaman yang
Demokrat dan PAN merupakan partai pengusung dengan 20 kursi di DPRD Sumbar yang
pada awalnya mendapat dukungan dari PDI-P diumumkan langsung oleh Ketua DPP
PDI-P Puan Maharani namun karena pernyataan dari Puan Maharani yang menyebut
“semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang mendukung negara Pancasila” sehingga
dukungan dari PDI-P, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi isu tersebut digunakan
lawan politiknya. Mulyadi adalah anggota DPR dari Demokrat selama tiga periode dan
juga ketua DPD Demokrat Sumbar. Wakilnya adalah Bupati Padang Pariaman dua
periode yang sebelumnya merupakan Wakil Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni juga
Kontestan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat cukup menarik dipehatikan,
ada beberapa kepala daerah yang telah menjabat dua kali periode sebagai Bupati dan Walikota
dan maju dalam perebutan kursi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar. Ada kecendrungan tetap
ingin berada dalam lingkaran kekusaaan. Secara legal formal hal tersebut tidak melanggar
Penyelenggara negara yang terpilih butuh legitimasi kekuasaan. Namun dalam memperoleh
kekuasaan diperlukan etika politik karena etika politik menjadi prinsip dasar dan moral seorang
calon yang akan bertarung dalam pilkada. Kalau etika politik sudah dilanggar apalagi aspek yang
lainnya. hal itu perlu menjadi perhatian bagi penyelanggara pemilu (KPU dan Bawaslu) dalam
melakkan edukasi. Etika politik merupakan pedoman dan prinsip dasar hukum dan tindakan
Kendati tahapan pemungutan suara Pilkada 2020 lebih kurang empat bulan lagi, sejumlah
kandidat telah melakukan sosialisasi dini dan persaingan perebutan kursi nomor satu di Sumatera
Barat sangat ketat dan merupakan tantangan berat bagi masyarakat Sumbar yang memiliki hak
Etika politik menuntut dalam menata masyarakat dipertanggungjawabkan dalam prinsip moral,
Etika politik menuntut agar segala klaim atas hak untuk menata masyarakat dan
Pemilukada merupakan proses demokrasi di tingkat daerah. Pemilukada menjadi ajang parisipasi
masyarakat untuk ikut adil dalam pesta demokrasi dalam memilih pemimpin daerah, oleh karena
itu penyelenggaraan Pilkada khususnya Pilgub Sumbar harus dijaga karena menyangkut
Masyarakat jangan apatis dalam berpartisipasi dalam pemilihan gubernur Sumbar, terutama
pengaruh etika politik yang tidak baik diperlihatkan oleh calon Gubernur, oleh karena itu
dibutuhkan kesadaran dari semua kembali beretika dalam perpolitikan dan aturan serta norma
yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara demi kemajuan bangsa ini kedepan.
persaingan yang sehat antara calon dan tidak saling menjelekan dalam rangka mencerdaskan
masyarakat dan menjaga keharmonisan demokrasi Sumbar. Peran calon sangat diperlukan untuk
hal tersebut.
Dengan tagline Pemilihan Kepala Daerah di Sumatera Barat “Pemilu Badunsanak” yang artinya
Pemilu bersaudara berarti ada etika politik yang yang harus dijaga oleh pasangan calon untuk
suksesnya Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2020 yang nyaman, jujur
dan adil. Suseno (2013) mengatakan etika mempertanyakan tanggungjawab dan kewajiban
manusia dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap negara, namun juga hukum yang
berlaku. Etika politik menuntut kekuasaan dijalankan sesuai legalitas, disahkan melalui
masing-masing pasangan bakal calon membutuhkan aturan main yang jelas sehingga dapat
menjamin hak dan kewajiban politik masing-masing. Proses Pilkada harus menjadi gelanggang
pendidikan politik yang dilakukan oleh calon Gubernur untuk saran dalam mencerdaskan
masyarakat bukan ajang untuk pembodohan baik yang bebentuk money politics, janji politik,
intimidasi poltik, mobilisasi, politisasi birokrasi, politisasi bansos, pelanggengan dinasti dan lain-
Dalam konteks Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat maka untuk mengukur
etika seorang politisi pada barometer melanggar atau tidak melanggar baik yang bersifat
administrasi maupun yang mengrah pada pidana rujukannya ada pada peraturan perundang-
undangan baik yang diterbitkan oleh lembaga politik (DPR RI) dalam bentuk undang-undang
Proses demokrasi dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat 2020 baru
masuk tahapan pendaftran bakal calon dan akan di verifikasi oleh KPU Sumbar yang akan
ditetapkan secara resmi pasangan calon yang lulus verifikasi untuk bersaing dalam
memperebutkan kursi nomor satu di Sumatera Barat. Melihat dari latar belakang bakal pasangan
calon yang ada berasal dari petahana dan kepala daerah perlu untuk dijadikan perhatian pihak
terkait dan masyarakat agar tidak ada penyalahgunaan kekuasaan sehingga melanggar etika
berpolitik.
PENUTUP
dengan baik untuk kepentingan bersama tanpa merugikan pihak lain. Aristoteles penah
mengemukakan bahwa, etika dan politik itu terdapat hubungan yang pararel. Hubungan itu
tesimpul pada tujuan yang sama-sama ingin dicapai, yaitu: terbinanya warga negara yang baik,
yang susila, yang setia kepada negara dan sebagainya, yang semuanya itu merupakan kewajiban
moral bagi setiap warga negara, sebagai modal pokok untuk membentuk kehidupan bernegara,
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar Tahun 2020 merupakan bagian penting dari
demokrasi yang merupakan ajang dimana masyarakat Sumatera Barat ikut andil dalam dunia
politik. Oleh karena itu, penyelenggaraan tidak boleh mengabaikan etika politik dalam
Pelaksanannya, hal ini berkaitan dengan adanya permainan atau pelanggaran etika yang
dilakukan oleh oknum-oknum tertentu yang tujuannya sama yakni memenangkan salah satu
kandidat namun dengan cara yang tidak sesuai dengan etika politik.
Penyelenggaraan Pilkada yang baik adalah ketika masyarakat dengan penuh kesadaran ikut
berpartisispasi dalam Pelaksanaannya tanpa adanya unsure lain yang mendasari. Pilkada yang
baik terlepas dari permainan pihak-pihak manapun sehingga masyarakat dengan sadar dan tanpa
paksaan dalam memilih pemimpin masa depan, karena itu, masyarakat baik itu pemerintah,
penyelenggara Pilkada, masyarakat awam atau pihak manapun harus mulai sadar bahwa etika
bukanhal yang seharusnya diabaikan, karena ini menyangkut masa depan bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Frans Magniz Suseno, Etika Politik, PT Gramedia Pustka Utama, Jakarta, 2003,
https://regional.kompas.com/read/2020/09/07/11062361/ini-profil-4-paslon-di-pilgub-sumbar-
ada-anggota-dpr-hingga-jenderal?page=all diakses pada tanggal 13 September 2020
https://antaranews.com/berita/1514350/etika-politik-rentan-dilanggar-saat-kekosongan--tahapan-
pilkada diakses pada tanggal 13 September 2020
https://cnnindonesia.com/nasional/20200907210253/satu-peserta-pilkada-sumbar-berstatus-
tersangka diakses pada tanggal 14 September 2020