1, Maret 2017: 33 - 45
ABSTRAK
Salah satu masalah yang masih terjadi di birokrasi pemerintah daerah adalah patronase dan klientelisme yang
masih sering digunakan oleh para politisi untuk melaksanakan agenda tertentu di luar tugas pokok dan fungsi
birokrasi. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk patronase dan klientelisme yang terbentuk dalam
hubungan politisi, birokrat dan masyarakat di mana walikota aktif “Asrun” menggunakan aparat birokrasi
sebagai mesin politik untuk memenangkan anaknya “Adriatma Dwi Putra” (ADP ) sebagai walikota Kendari
pada pemilu secara bersamaan pada tahun 2017. Temuan menunjukkan, bentuk patronase dan klientelisme dalam
penelitian ini dapat dibagi menjadi dua. Pertama, hubungan yang terbangun di birokrasi meliputi penentuan
karir dan jabatan birokrasi di Kendari, bentuk pertama ini dilakukan dalam rangka konsolidasi dukungan dari
birokrasi untuk memenangkan ADP. Kedua, hubungan yang dibangun di masyarakat yaitu mobilisasi suara
melalui Vote Buying dan Pork Barrel. Bentuk kedua tersebut sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan atau
suara dengan cara aparat birokrasi menjadi sosok perantara untuk memobilisasi suara di masyarakat
ABSTRACT
One of the problems that still occur in local government bureaucracy is patronage and clientelism which
is still often used by politicians to carry out a specific agenda outside the main duties and functions of the
bureaucracy. This paper aims to determine the forms of patronage and clientelism that is formed in relation
politicians, the bureaucrats and the community where the mayor actively “Asrun” using bureaucratic
apparatus as a political machine in order to win his son “Adriatma Dwi Putra” (ADP) as mayor Kendari on
the elections simultaneously in 2017. The findings show, the form of patronage and clientelism in this study
can be divided into two. First, relations were awakened in the bureaucracy includes determining the scope
of careers and positions in the bureaucracy in Kendari, the first form of this is done in order to consolidate
the support of the bureaucracy to win ADP. Secondly, relations that built up in the community include the
mobilization voice through vote buying and pork barrel. The second form as a strategy to gain support o r
voice with the way the bureaucratic apparatus into a figure intermediaries to mobilize voice in society.
Adriatma Dwi Putra yang jika dilantik nanti akan tersebut sebagai politisi, terdapat bentuk-bentuk
menjadi Walikota termuda se-Indonesia dengan patronase dan klientalisme yang dilakukan oleh
umur 28 tahun adalah anak dari Walikota Kota ayahnya (Asrun) terhadap birokrasi di Kota
kendari dua periode sebelumnya (2007-2017) kendari dan terhadap Masyarakat Kota kendari
yakni Asrun. untuk meraih kesuksesan terhadap anaknya
Asrun adalah salah satu kepala daerah yang yakni ADP (Adriatma Dwi Putra).
akan maju sebagai calon Gubernur Sulawesi Tulisan ini setidaknya akan menjelaskan
tenggara dan hampir dipastikan akan ikut tentang seorang politisi (Walikota Kendari) yang
bertarung pada pilkada serentak tahun 2018 nanti. berusaha membangun patronase dan klientalisme
Asrun juga walikota yang maju pada pilkada dengan aparat birokrasi dan masyarakat untuk
Kota Kendari tahun 2007 setelah melahirkan menjaga stabilitas kepemimpinannya hingga
patronasenya dan membentuk jaringan klien- akhir jabatan, meraih keuntungan pribadi dari
talistik dengan para birokrat dan masyarakat efek patronase dan klientalisme yang diterapkan
di periode pertama kepemimpinannya sebagai dan agar memastikan anaknya ADP menang
walikota. Kemudian, dia menggunakan aparat dalam pertarungan pilwali Kota Kendari 2017.
birokrasi sebagai mesin politiknya dalam pilkada, Permasalahan calon Kepala Daerah yang
melanggengkan kekuasaannya selama periode tengah memerintah atau sering di sebut sebagai
politiknya dan kemudian menjadikan kedua (calon Petahana) merupakan bagian dari per-
anaknya menjadi anggota DPR Kota kendari masalahan yang banyak di soroti. Hal itu sesuai
dan Anggota DPR Provinsi Sulawesi tenggara. dengan yang sering terjadi bahwa Kepala
Kesusksesan ADP sapaan akrab dari (Adriatma Daerah yang tengah memerintah seringkali
Dwi Putra) menjadi pemenang dalam pilwali mempergunakan fasilitas-fasilitas publik yang
2017 Kota Kendari tidak terlepas dari peran ada serta mencoba mempengaruhi kalangan
ayahnya yang menggunakan berbagai macam Pegawai Negeri Sipil (PNS) agar ikut dan turut
strategi patronase terhadap aparat birokrasi di serta dalam proses mendukung dirinya dalam
kota Kendari. pilkada. Kepala daerah pada masa demokrasi
Kemenangan ADP tersebut tak lepas dipilih secara langsung pada kontestasi politik
dari “kalkulator” politik Asrun yang berlatar pemilukada. Kepala daerah yang membutuhkan
belakang seorang insinyur (ilmu eksakta). dukungan suara dan materi, mencoba merangkul
Keakuratan Asrun dalam takaran politik, berbagai kalangan untuk mendapatkan dukungan
terbukti ketika mengatur dua anaknya. Putra untuk memenangkan kontestasi politik. Ada
sulung Asrizal Pratama kini jadi legislator kondisi dimana disatu sisi pejabat politik yang
PAN di DPRD Kendari sedangkan ADP adalah mengikuti pemilukada membutuhkan dukungan
si bungsu yang selalu didorong Asrun dalam suara dan dukungan materi untuk melancarkan
pertarungan-pertarungan akbar. Di bawah jalannya menuju kemenangan meraih kursi
naungan Asrun sebagai Ketua PAN Kendari, dalam Pilkada. pada titik tertentu birokrat juga
perjalan politik ADP dimulai pada Pilcaleg menginginkan adanya peningkatan dalam
9 April 2014 di DPRD tingkat provinsi. Dia kariernya di pemerintahan.
terpilih dengan suara terbanyak 25.387.2 Sering kali kita mendengar bahwa musim
Begitu duduk di DPRD Sultra, ADP Pemilukada adalah musim dimana birokrasi
mendapat kursi kehormatan sebagai Ketua terbelah, hal tersebut banyak terjadi baik di
Komisi III DPRD Sultra. Dua tahun kemudian tingkat pusat maupun daerah dari pemilu-
ADP juga menduduki jabatan strategis sebagai pemilu yang telah dilalui sepanjang sejarahnya
Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) begitupula yang terjadi di Kota Kendari, jauh-
PAN Sultra. Saat ini usia ADP baru baru jauh hari sebelum pemilukada dilaksanakan
menginjak 27 tahun, kelahiran 28 Mei 1989 mereka para birokrat sudah sibuk dengan apa
silam. Usia yang sangat muda untuk ukuran yang disebut dalam istilah di Kendari “cari
seorang kepala daerah sekelas walikota/bupati. aman”3 . Dilema diantara para birokrat di
Jika dilantik pada 9 Oktober 2017 mendatang, Kota Kendari pun timbul, antara mendukung
ADP genap berusia 28 tahun. Sebuah rekor anak Walikota Kendari yang bisa dikatakan
yang belum pernah terjadi di Sultra. Tapi, mempunyai peluang lebih besar untuk menang
terlepas dari semua kesusksan yang di raih ADP 3
Cari Aman dalam pengertian birokrat di Kota Kendari adalah
dimana mereka sibuk mendukung calon yang dirasa kuat atau
2
ibid mempunyai peluang untuk terpilih menjadi kepala daerah.
Rekha Adji Pratama 35
kembali atau mengalihkan dukungan pilihannya yang “sumuhun dawuh” terhadap salah satu
ke calon lain. Namun, hal tersebut nampaknya partai/pasangan calon. Birokrasi dan politisi
sudah diantisipasi oleh asrun dengan strategi adalah dua konsep yang sangat sulit diwujudkan
memanfaatkan hubungan patron-klien terhadap secara bersama-sama. Karena antara politisi dan
para aparat birokrasi. Pada akhirnya akan timbul birokrasi mempunyai dua kutub yang saling
perasaan setengah hati antara patuh terhadap tarik menarik. Politisi memanfaatkan jaringan
patron yaitu Walikota (Asrun) atau diasingkan.4 birokrasi ke arena politik, paling tidak untuk
PosisiAsrun sendiri sangat menguntungkan merebut atau mempertahankan kekuasaan
bagi anaknya yakni ADP. Besarnya peluang politiknya. Sedangkan birokrat membuka diri
ADP terpilih ini tidak bisa dilepaskan dari ke arena politik, paling tidak untuk mencapai
keuntungan yang didapat oleh Asrun yang masih jabatan yang lebih tinggi atau sekedar untuk
aktif sebagai Walikota Kendari, baik keuntungan mempertahankan posisi jabatan yang strategis
langsung maupun tidak langsung. Keuntungan dalam jabatan birokrasi.
langsung yang didapat oleh kepala daerah Berkenaan dengan realitas hubungan
yang tengah menjabat adalah dalam bentuk politisi, birokrasi dan masyarakat di atas, maka
popularitas dan patronase. Dengan power yang yang menjadi pertanyaan penelitian dalam
dimiliki olehnya dapat memobilisasi seluruh tulisan ini adalah: Bagaimana bentuk hubungan
jajaran birokratnya untuk memilihnya anaknya. patronase dan klientalisme yang terbentuk
Kepala daerah juga kemungkinan adalah orang antara politisi atau Walikota Kendari (Asrun),
yang paling dikenal oleh pemilih. Sementara Para birokrasi dan masyarakat di Kota Kendari
keuntungan tidak langsung didapat oleh kepala dalam rangka memenagkan Adriatman Dwi
daerah Petahana dari aktivitasnya sebagai kepala Putra (ADP) sebagai Walikota Kendari?
daerah. Kunjungan ke daerah, mengunjungi
rumah masyarakat hingga meresmikan sebuah Patronase
proyek pembangunan dapat dibungkus sebagai Patronase adalah sebuah pembagian keun-
kampanye untuk untuk mengenalkan anaknya tungan di antara politisi untuk mendistribusikan
ke masyarakat. sesuatu secara individual kepada pemilih,
Besarnya peran birokrasi menjadi ajang parapekerja atau pegiat kampanye, dalam
tarik-menarik kepentingan yang makin besar rangka mendapatkan dukungan politik dari
juga, maka sebagai hasilnya, birokrasi hampir mereka (Shefter, 1977). Dengan demikian,
tidak pernah netral dalam arti yang sebenarnya, patronase merupakan pemberian uang tunai,
dan bahkan gagal dalam melaksanakan tugas barang, jasa, dan keuntungan ekonomi lainnya
pelayanan kepada masyarakat karena birok- (seperti pekerjaan, jabatan di suatu organisasi
rasi semakin tidak profesional. Tentu saja keada- atau pemerintahan atau kontrak proyek) yang
an itu adalah hal yang sangat tidak diharapkan. didistribusikan oleh politisi, termasuk keuntungan
Birokrasi relatif menjadi instrumen politis atau yang ditujukan untuk individu (misalnya,
alat untuk mencapai logika kekuasaan yaitu amplop berisi uang tunai) dan kepada kelompok/
mendapatkan, meningkatkan, memelihara dan komunitas (misalnya, lapangan sepak bola
memperluas kekuasaan aktor, elit atau faksi baru untuk para pemuda di sebuah kampung).
politik tertentu. Pemihakan birokrasi pada suatu Patronase juga bisa berupa uang tunai atau barang
partai politik/pasangan calon telah menim- yang didistribusikan kepada pemilih yang berasal
bulkan ketidakpuasan-ketidakpuasan politik dari dana pribadi (misalnya, dalam pembelian
khususnya dari pegawai negeri itu sendiri suara atau biasa dikenal money politics dan
juga pada titik tertentu akan menghasilkan vote buying) atau dana-dana publik (misalnya,
birokrasi yang korup, tidak efisien dan amoral. proyek-proyek pork barrel yang di biayai oleh
Rasionalitas dan merit sistem dalam birokrasi pemerintah).
nampaknya belum atau tidak terjadi karena Dalam literatur Ilmu Politik, Pork barrel
terjadi politisasi birokrasi yang berwujud adalah salah satu bentuk dari politik distributif,
pengisian jabatan-jabatan oleh orang-orang dimana politisi (baik lembaga legislatif maupun
eksekutif) berusaha untuk mengalokasikan
4 Dalam pemilukada di Kota Kendari apabila ada birokrat yang
ketahuan mendukung calon lain selain anak walikota bisa dipastikan sumber daya material dari negara kepada
apabila dia terpilih, maka birokrat yang ketahuan tersebut akan pendukungnya dalam kerangka mobilisasi
dimutasi atau ditugaskan di kantor-kantor kelurahan/kecamatan
yang terpencil dan tidak strategis. dukungan elektoral. Para politisi berusaha
36 Patronase dan Klientalisme pada Pilkada Serentak Kota Kendari Tahun 2017
mewujudkan program yang konkret kepada utama lainnya dari kelientelisme adalah adanya
konstituennya dalam rangka terpilih kembali sosok Perantara (Auyero, 2000).
di pemilu berikutnya. Dari sisi yang lain, Namun, tidak setiap praktek patronase juga
konstituen berusaha mendapatkan program bersifat klientelistik. Kandidat yang memberikan
material dari negara untuk memenuhi kebutuhan sumber daya baik berupa barang maupun jasa
mereka. Praktik ini sebenarnya berlangsung di kepada pemilih yang tidak pernah ditemui
banyak negara, termasuk negara-negara yang oleh sang kandidat atau tidak akan ditemui
demokrasinya sudah mapan.5 lagi tidak dapat dipahami sebagai klientelisme.
Pork barrel juga sering disebut sebagai Sebab, karakter lain yang melekat pada relasi
politik distribusi (distributive politics) dapat di klientelistik adalah adanya relasi berulang
definisikan sebagai suatu bentuk penyaluran ban- (iterative) dan bukan relasi tunggal (one-off).
tuan materi (sering dalam bentuk kontrak, hibah, Dengan demikian, dalam sebuah relasi, elemen
atau proyek pekerjaan umum) ke kabupaten/ timbal balik kadang tidak terjadi karena si
kota dari pejabat terpilih. Secara umum, dapat penerima pemberian tidak merasa terbebani
dikatakan bahwa pork barrel berasosiasi dengan untuk membalas pemberian sang patron dengan
proyek-proyek pekerjaan publik seperti proyek cara si penerima memilih sang paron dalam
pebaikan jalan, perbaikan fasilitas di sekitar pemilu (Aspinall & Sukmajati, 2016). Oleh
sungai, dan perbaikan pelabuhan. Proyek- sebab itu, bagi kajian tersebut, relasi pertukaran
proyek perbaikan fasilitas publik tersebut sering sumber daya yang saling menguntungkan
dijadikan contoh klasik pork barrel yang disitir dapat menjadi relasi patronase, namun tidak
dalam banyak literatur kajian politik pork semua relasi patronase memiliki karakter relasi
barrel. Hal ini bukan berarti bahwa pork barrel klientelistik.
hanya mencakup proyek-proyek fisik berupa Argumentasi ini menjadi menarik di
perbaikan fasilitas publik, tetapi pork barrel juga tengah perdebatan teoritik antara pendukung
dapat mengambil bentuk distribusi kesejahtraan gagasan yang menyamakan antara patronase
(Stokes, 2013). dan klientelisme dengan para sarjana yang
Meskipun demikian, ada perbedaan antara membedakan konsep keduanya (Aspinall
patronase dengan materi-materi yang bersifat & Sukmajati, 2016). Namun, disini penulis
programatik (programatic goods), yaitu materi tetap pada definisi dimana patronase dan
yang diterima oleh seorang yang menjadi target klientalisme adalah dua hal yang berbeda,
dari program-program pemerintah, misalnya, disatu sisi penerapannya berbeda namun di sisi
program kartu pelayanan kesehatan yang yang lain patronase dan klientalisme pun bisa
menawarkan perawatran gratis untuk penduduk bergandengan dalam penerapannya bahkan bisa
miskin (Stokes, 2013). Perbedaan antara saling menguatkan.
patronase dan klientelisme juga dapat ditilik dari
karakteristiknya masing-masing. Karakteristik Klientalisme
yang memberikan ciri spesifik dari patronase Secara harfiah istilah klientelisme berasal
adalah relasi patron-klien yang bersifat personal, dari kata “cluere” yang artinya adalah “men-
informal, sukarela, resiprokal, tidak setara, dan dengarkan atau mematuhi”. Kata ini muncul pada
bersifat dua arah (Eisenstadt & Roniger, 1984). era Romawi kuno yang menggambarkan relasi
Sedangkan karakteristik utama dari klientelisme antara “clientela” dan “patronus”. “Clientela”
menurut adalah bersifat timbal-balik, hierarkis, pada era ini adalah istilah untuk menyebut
dan berulang (tidak terjadi sekali saja). Ada kelompok orang yang mewakilkan suaranya
juga keterangan bahwa relasi dua arah (dalam kepada kelompok lain yang disebut “patronus”,
patronase) bisa saja berubah menjadi tiga arah yang merupakan sekelompok aristokrat.
jika si patron berubah menjadi Perantara yang Selanjutnya, disebutkan bahwa “clientela”
menjembatani klien mereka dengan komunitas merupakan pengikut setia dari “patronus” (Muno,
di luarnya, inilah yang kemudian di sebut 1996).
sebagai klientelisme (Tomsa & Ufen, 2012). Konsep klientalisme sering ditempatkan
Itulah mengapa banyak studi yang kemudian dalam posisi yang memiliki arti berbeda dengan
memberikan judgement bahwa salah satu ciri patronase (patronage). Konsep patronase dide-
5 Susan Stokes et al dalam Mada Sukmajati. Politik Gentong Babi. finisikan sebagai relasi dua arah ketika seorang
(Online).(http://fisipol.ugm.ac.id/news/politik-gentong-babi/id/,
diakses 27 februari 2017). yang memiliki status sosial ekonomi yang
Rekha Adji Pratama 37
lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh diteliti. Dengan kekhasan metode ini diharapkan
dan sumber daya yang dimilikinya untuk dapat membongkar tabir dan menangkap sesuatu
memberikan perlindungan pada orang lain dari pola relasi antara politisi dan birokrat di
yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih Kota Kendari, sehingga makna dari fenomena
rendah (klien) yang memberikan dukungan tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah
dan bantuan kepada patron (Scott, 1972). dan sederhana (Denzim & Lincoln, 1994).
Terdapat beberapa karakter yang memberikan Selanjutnya, pendekatan yang digunakan dalam
ciri spesifik patronase. Karakteristik tersebut penelitian ini adalah Study Kasus atau case study.
mencakup relasi patron-klien yang bersifat Model atau pendekatan ini memfokuskan pada
personal, informal, sukarela, resiprokal, tidak satu kasus atau lebih dalam fenomena sosial.
setara dan bersifat dua arah. Relasi dua arah Dengan metode diatas penulis akan memberikan
dapat berubah menjadi relasi tiga arah apabila pemaparan yang jelas mengenai hubungan atau
di dalam suatu komunitas, patron juga berfungsi relasi yang terjadi di lapangan antara politisi,
sebagai Perantara untuk menjembatani relasi masyarakat dan para aparat birokrasi di Kota
klien mereka dengan pihak-pihak lain di luar Kendari demi tercapainya fokus dari tulisan ini.
komunitas mereka.
Klientelisme adalah jaringan antara orang- HASIL DAN PEMBAHASAN
orang yang memiliki ikatan sosial, ekonomi
dan politik yang didalamnya mengandung Bentuk-Bentuk Patronase dan Klientalisme
elemen iterasi, status inequality dan resiprokal Kajian patronase yang spesifik menjelaskan
(Tomsa & Ufen, 2012). Kemudian, klientelisme mengenai sesuatu yang menyangkut materi
juga adalah relasi kuasa antara patron dan yang diberikan oleh patron kepada klien. Jika
klien yang bersifat personalistik, resiprositas, di bab sebelumnya sudah di jelaskan bagaimana
hierarkis dan iterasi. Maka dapat dipastikan terbentuknya patron, klien dan Perantara, maka
bahwa klientelisme berbicara tentang jaringan dalam konteks riset ini dan bagian bab ini
atau relasi. Jaringan tersebut mengandung akan dibahas mengenai bentuk-bentuk materi
relasi kuasa yang tidak setara dimana patron yang digunakan, waktu penyaluran materi dan
memiliki kuasa penuh terhadap jaringan model patronase yang digunakan (ditilik dari
tersebut. Dalam kajian politik, klientelisme siapa yang menerima materi). Bab ini juga akan
diartikan sebagai jaringan yang dikuasai patron masuk ke ranah cara kerja pendistribusian materi
untuk mengintervensi kliennya (Aspinall, dan bekerjanya jaringan klientalisitik karena
2015). Dari pendapat ahli ini dapat diketahui merupakan bagian dari kajian klientelisme
bahwa klientelisme memiliki beberapa elemen sehingga ada pemisahan yang tegas antara
kunci. Tiga elemen klientelisme yaitu iterasi, telaah patronase dan klientelisme.
asimetri, dan resiprositas (Tomsa & Ufen, Bentuk materi dalam kajian patronase yang
2012). Selain itu, menurut ahli lain empat diberikan oleh patron kepada klien sangatlah
komponen klientelisme yaitu personalistik, beragam. Menurut studi yang dilakukan, bentuk
resiprositas, hirarki dan iterasi (Aspinall, materi dari patronase itu beragam, yakni mulai
2015). Namun dari dua ahli tersebut, setidaknya dari uang (untuk votes buying ataupun money
dapat ditarik benang merah bahwa klientelisme politics), barang (misalnya pembagian sembako,
memiliki empat elemen karakteristik: iterasi, pakaian, pembangunan tempat ibadah, pupuk,
asimetris, resiprositas dan personalistik. dan lain sebagainya untuk anggota sebuah
komunitas), pelayanan (misalnya, pemberian
METODE pendidikan gratis kepada pendukung politik),
peluang ekonomi (misalnya, pekerjaan, kontrak,
Agar memenuhi standar karya ilmiah proyek, izin usaha), dan lain-lain (Aspinall, 2015).
penulisan penulis menggunakan beberapa
tahapan metode. Dalam penelitian ini, penulis Penetuan Karir dan jabatan
menggunakan pendekatan dengan metode Mutasi jabatan merupakan hak prerogatif
kualitatif. Penggunaan metode kualitatif ber- seorang pejabat politis atau kepala daerah
tujuan untuk memahami fenomena sosial semacam gubernur, bupati dan walikota. Namun
yang mendalam yang tersembunyi di bawah demikian, mereka tetap saja membutuhkan
permuaan antara peneliti dan fenomena yang masukan serta koordinasi dengan pihak terkait
38 Patronase dan Klientalisme pada Pilkada Serentak Kota Kendari Tahun 2017
serta melibatkan Baperjakat di dalamnya. penuh pak asrun dan anaknya. Jadi,
Dengan demikian, mutasi atau penempatan sebagai imbalannya posisi dia aman di
seseorang dalam posisi tertentu bisa dilakukan kadis kebersihan...”6
dengan lebih objektif. Selain cukup persyaratan
secara administrasi, kemampuan dan track Dalam pelantikan pejabat struktural eselon
record pejabat yang akan ditempatkan pada II, III dan camat lingkup Pemerintah Kota
posisi tertentu juga perlu menjadi pertimbangan. (Pemkot) Kendari, Wali Kota Asrun memutasi
Artinya, penempatan seseorang dalam posisi sejumlah pejabat eselon II. Salah satu pejabat
tertentu selain memenuhi persyaratan admi- yang dimutasi adalah Pelaksana tugas (Plt)
nistratif juga perlu dipertimbangkan rekam Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan
jejak record yang bersangkutan. Sejatinya, yang Olahraga Makmur menjadi Staf Ahli Bidang
menjadi prinsip-prinsip dasar dalam melakukan Kemasyarakatan, Sumber Daya Manusia dan
mutasi seorang PNS adalah profesionalisme, Kerja Sama Sekretariat Daerah Kota Kendari.
kompetensi, prestasi kerja, jenjang pangkat, dan Selain Makmur, pejabat eselon II lainnya yang
tanpa diskriminasi suku,agama, gender dan ras. dimutasi adalah Muhammad Rizal yang semula
Namun sebuah kebijakan dalam pelaksanaannya menjabat Plt Asisten Administrasi Umum
hampir selalu ada hal-hal yang mempengaruhi Sekretariat Daerah Kota Kendari diberhentikan
dalam implementasinya.Faktor-faktor yang dan diangkat menjadi Staf Sekretariat Daerah
mempengaruhi itu bisa dari dalam (internal) Kota Kendari. Kemudian Rusnani yang semula
maupun dari luar (eksternal). Plt Kepala Dinas Komunikasi dan informatika
Dalam rangka penyeleksian adminstratif, Kendari diangkat menjadi Staf Ahli Bidang
proses yang dilakukan Baperjakat pemerintah Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Sekre-
Kota Kendari benar-benar tertutup. Tidak ada tariat Kota Kendari. Pejabat lain yang dimutasi
“orang luar” yang dapat mengetahui keputusan adalah Yan Bela yang semula menjabat Plt
mereka, bahkan hingga hari pelantikan dan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
berbagai pertanyaan pun bermuculan pasca Terpadu Satu Pintu menjadi Staf Sekretariat
penetapan pejabat eselon. Misalnya, pada bulan Daerah Kota Kendari. Selanjutnya Heryanto
Februari 2017 tepatnya setelah pilkada berlalu, Sada yang semula menjabat Plt Kepala Satuan
Pemerintah Kota Kendari melakukan mutasi Polisi Pamong Praja dipindahkan menjadi Staf
atau alih fungsi jabatan. Mutasi dilaksanakan Sekretariat Kota Kendari karena akan memasuki
oleh Walikota Kendari, Ir. Asrun. Mutasi masa pensiun. Kaco Iskandar yang sebelumnya
tersebut sangat erat kaitannya dengan dinamika menjadi Plt Staf Ahli Bidang Ekonomi Keuangan
politik dan proses pilwali yang baru saja dan Pembangunan Sekretariat Kota Kendari
dilaksanakan. Para birokrat yang ketahuan tidak dengan jabatan baru Staf Sekretariat Daerah
bisa loyal akan dilengserkan dari posisi-posisi Kota Kendari. Boy Asis yang sebelumnya men-
strategis, kemudian para birokrat yang loyal dan jabat sebagai Plt Kepala Dinas Pengendalian
bisa diandalkan dilantik dan diberikan jabatan dan Keluarga Berencana Kota Kendari diganti
struktural oleh sang politisi. menjadi Staf Sekretariat Daerah Kota Kendari.
Tercatat beberapa pejabat yang dimutasi Kidewan yang semula menjabat sebagai Plt
tak sesuai jenjang kepangkatannya. Sebaliknya, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
ada pejabat yang punya prestasi baik, tapi tetap Kendari menjadi Staf Sekretariat Daerah Kota
dimutasi. Ironisnya, ia tak diberi jabatan atau Kendari.7
nonjob. Contohnya, kepala dinas pemberdayaan Beragam sumber daya dimobilisasi saat
perempuan dananak yang dimutasi ke bagian menjelang Pemilihan Umum Kepala Daerah
Staf Ahli. Seperti yang di ungkapkan oleh salah (Pemilukada). Asrun yang masih aktif sebagai
satu informan yang terkena mutasi saat itu walikota hampir selalu mendayagunakan sumber
mengatakan: daya birokrasi untuk mendukung anaknya ADP
“...saya di non job dari posisi kadis karena agar terpilih menjadi walikota. Saat inilah para
saya memang bukan pendukung pak asrun pejabat “berbondong-bondong” menyalurkan
dan ADP. Begitupula yang lain tidak sumber daya dan energi yang dimilikinya untuk
semua mutasi itu murni karena kinerja 6
Wawancara Peneliti dengan “F” salah seorang bekas kepala dinas,
sementara bu TF itu tidak diganti tetap pada 25 Februari 2017 di kendari.
7
http://zonasultra.com/ini-pejabat-eselon-ii-lingkup-pemkot-kendari-
jadi kadis karena memang dia mendukung yang-dimutasi.html, (diakses pada hari selasa 28 februari 2017)
Rekha Adji Pratama 39
mendukung kampanye sang politisi. Gunanya, masing yang harus dimenangkan. Karena
untuk mengamankan posisinya kelak jika anak dengan cara memenagngkan target tersebutlah
sang politisi terpilih. Begitupun, bagi yang belum maka posisi mereka sebagai kepala dinas paling
menjabat, masa-masa ini adalah waktu yang tidak akan aman kedepannya. Salah satu contoh
“tepat” untuk “pasang badan” dan bagi yang tidak kepala dinas yang menjadi Perantara untuk
loyal atau tidak patuh terhadap sang patron maka memobilisasi suara di masyrakat adalah kepala
harus menerima kenyataan di non-job. Begitulah perizinan terpadu yang notabene mempunyai
konstelasi politik di lingkungan birokrat saat basis masa masyarakat toraja, dikarenakan
menjelang pemilukada yang mengandung kepala dinas tersebut merupakan ketua
budaya patronase. kerukunan jmaat gereja sekota kendari. Saat
ditemui informan mengatakan
Mobilisasi Suara Melalui Birokrat dengan “...ya, saya mengkampanyekan anak
Cara Pembelian Suara (Vote Buying) pa asrun (ADP) pada warga toraja sekota
Dalam memobilisasi suara di masyarakat kendari saat pilwali karena saya mempunyai
sang patron juga mengandalkan kekuatan basis massa dan warga toraja di kendari juga
para aparat birokrasi terutama para kepala lumayan banyak...”8.
dinas, lurah dan camat untuk meraih suara Modus-modus seperti itulah yang semakin
sebanyak mungkin dan menjalin hubungan memperkuat posisi politisi sebagai patron bagi
yang klientalistik dengan masyarakat sebagai birokrasi baik dalam menjalankan pemerintahan
sasarannya. Mekanisme yang dilakukan oleh ataupun dalam menyambut pilkada untuk
para pejabat birokrasi tersebut antara lain dengan kemenangan anaknya dalam rangka konsolidasi
cara pembelian suara dari masyarakat dalam hal dukugan birokrasi. Hal tersebut pula menjadikan
ini menyuruh untuk memilih patronnya atau birokrasi tidak punya pilihan selain patuh
sang politisi. Para pejabat birokrasi (kepala dan loyal terhadap perintah sang patron demi
dinas, camat, lurah) menjadi Perantara bagi menjamin karir dan jabatan mereka tetap aman.
patron untuk memobilisasi suara di masyarakat. Dalam hal mobilasasi suara di masya-
Dalam kasus ini para camat dan lurah yang rakat demi kepentinan patron para birokrasi
awalnya menajadi klien bagi patron namun menggunakan metode pembelian suara atau
dalam hubungannya dengan mobilisasi suara di biasa di sebut dengan istilah vote buying. Konsep
masyarakat para camat dan lurah berubah fungsi pembelian suara merupakan bagian dari konsep
menjadi seorang Perantara bagi patron. patronase dan klentalisme. Dalam menjalankan
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang pola pembelian suara di masyarakat para birokrat
mobilisasi suara dan peran birokrasi sebagai tidak terjun langsung dalam hal mendistribusikan
Perantara bagi sang patron, perlu sekiranya sumber daya untuk masyarakat. Para birokrasi
dijelaskan mengapa Perantara ini perannya kembali menggunakan jejaring perantara
dianggap lumayan penting dalam penelitian yang dapat dengan mudah terhubung dengan
ini. Alasannya, sang patron dalam hal ini masyarakat agar dalam proses pembelian suara
politisi pastinya akan berhadapan dengan para bisa berjalan dengan lancar tanpa ada masalah.
masyarakat atau calon pemilih yang sangat Salah satu contoh kepala dinas kebersihan
besar, sadar akan hal tersebut sang patron berinisial TF membentuk jejaring tim yang berisi
pastinya menyadari bahwa tidak mungkin orang-orang yang berasal dari jaringan keluarga
untuk berinteraksi secara langsung ataupun dan pertemanan yang akan melakukan pembelian
secara personal dengan para pemilih. Maka suara di masyarakat sekitar kelurahan tempat
dari itu, mereka butuh agen yang bisa bekerja tinggal TF. Dipilihnya jejaring yang berasal
atas nama sang patron, mengorganisir suara, dari kalangan keluarga dan pertemanan demi
dan memobilisasi sumber daya yang ada meminimalisir kebocoran dan penye-lewengan
demi mengkampanyekan sang patron kepada materi yang akan diberikan kepada para penjual
masyarakat. Hal tersebut menjadikan klien bisa suara. Hal tersebut dikatakan oleh salah seorang
mempunyai karakter multi wajah dalam menjalin informan yang menjadi Perantara TF saat pilwali
hubungan hubungan yang klientalisitik. mengatakan:
Berdasarkan hasil wawancara lapangan “...sayakemarinorangdaribuTF,jadikamidi
menemukan fakta bahwa para kepala dinas
8 Wawancara Peniliti dengan “Q”, kepala badan pelayanan perizinan,
mempunyai target daerah pemenangan masing- pada 20 Februari 2017 di kendari
40 Patronase dan Klientalisme pada Pilkada Serentak Kota Kendari Tahun 2017
Kedua, para birokrasi (sekertaris, Tabel 1. Hasil rekapitulasi Suara di TPS 3 Kelurahan
kepala bidang, kepala seksi dll) yang menjadi Kambu
Perantara sang patron untuk meraih suara Pasangan Kandidat Jumlah Suara
biasa juga melakukan vote buying tanpa harus 1. Rasak-Haris 87
membentuk lagi jaringan Perantara seperti 2. ADP-SUL 172
pola yang diatas. Hal itu dikarenakan cakupan 3. Zayat-Syariah 59
target mereka yang berbeda dengan PNS yang Total Suara Sah 318
lainnya. Jika para (kepaladinas,camat dan
Sumber: Diolah dari Data KPUD Kota Kendari dan Provinsi
lurah) mempunyai cakupan lintas kecamatan Sulawesi tenggara 2017
dan kelurahan yang sangat kompleks dan
orang diberi mandat oleh kelompoknya untuk
mengharuskan membentuk jaringan hinga
memperebutkan gentong yang berisi daging babi
tingkat RT/RW, maka para (sekertaris, kepala
yang disediakan oleh negara. Yang dianggap
bidang, kepala seksi dll)hanya memiliki
berhasil adalah mereka yang membawa pulang
tanggung jawab di TPS tempat mereka
daging babi sebanyak-banyaknya ke masyarakat
tinggal. Seperti penuturan salah satu informan
tersebut. Politik dengan demikian menjadi
mengatakan:
sangat konkret , pragmatis dan kalkulatif.14
“...kami ini pegawai biasa tanggung
Dalam kajian ini, sang politisi meng-
jawabnya cuman di TPS masing-masing saja
gunakan strategi tersebut untuk mempengaruhi
usaha bagaimana supaya pa asrun menang
atau bahkan meraih suara di masyarakat atau di
makanya kadang kita terjun langsung saja
basis-basis suara yang dirasa tidak bisa tersentuh
bagi-bagi uang di masyarakat...”12
oleh strategi pembelian suara seperti yang
Bukti kuat menunjukan dampak atau
dikatakan oleh salah seorang informan peneliti
efek dari serangan-serangan dalam bentuk
mengatakan:
materi untuk membeli suara atau biasa disebut
“...kompleks perumahan dosen kampus
vote buying yang dilakukan oleh para perantara
baru dan kampus lama memang sejak
ternyata berpengaruh terhadap perolehan
dulu terkenal anti dengan politik uang
suara sang politisi atau sang patron. Menurut
atau semacamnya, dikarenakan peng-
keterangan informan yang menjadi perantara
huninya kebanyakan dari kalangan
untuk membagikan uang mengatakan:
akademisi yang bisa dikatakan kaum
“...di TPS 3 kelurahan kambu yang
intelektual yang paham politik dan juga
menjadi tanggung jawab saya bagi uang
memiliki penghasilan diatas rata-rata
kan DPT ada 350. Dari total itu ADP
makanya beberapa bulan sebelum pilwali
dapat 172 suara dari 318 suara sah.
dibuatkan lapangan tenis dan taman
Kemarin saya bagikan itu per kepala 200
sebagai gantinya...”15
ribu uang yang di kasi sama bu kadis
sekitar 15 juta. Target saya anak muda
Dilihat dari perspektif pembeli suara,
dan warga-warga kurang mampu...”13
fakta bahwa kecendrungan pembelian suara
lebih sering terjadi pada masyarakat miskin
Hasil rekapitulasi suara di TPS 3 Kelurahan
disebabkan pembelian suara menggunakan
kambu sebagai berikut:
kepemilikan individual cukup mahal. Untuk
mengurangi biaya ekonomi tinggi, para politisi
Pork Barrel Projects
memulai pembelian suara dari masyarakat
Politik ‘gentong babi’ atau pork barrel
berpenghasilan paling rendah karena harga
projects sebenarnya menjadi wujud konkret dari
suara masyarakat berpenghasilan rendah lebih
adagium yang dipopulerkan Harold D Laswell.
murah. Harga dukungan politik masyarakat
Menurutnya, politik sebenarnya hanyalah soal
yang berpenghasilan tinggi lebih mahal
siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana.
karena mereka kurang tertarik dengan bayaran
Istilah ‘gentong babi’ sendiri berawal dari
bernilai rendah atau pemberian berharga murah
cara berpolitik di Amerika Serikat yang telah
(Sumarto, 2014). Hal tersebut ditunjukan dari
berkembang sejak lama. Sederhananya, sese-
12
Wawancara dengan “R”, salah seorang birokrat di Kendari, pada 22 temuan lapangan dalam penelitian ini bahwa
Februari 2017 di Kendari. 14
Mada Sukmajati. Politik Gentong Babi. (Online). (http://fisipol.ugm.
13
Wawancara dengan “X”, salah seorang Perantara di Kendari, ac.id/news/politik-gentong-babi/id/, diakses 27 Februari 2017).
15
Wawancara dengan “S”, salah seorang birokrat di Kendari, pada
pada 23 Februari 2017 di Kendari. 24 Februari 2017 di Kendari.
42 Patronase dan Klientalisme pada Pilkada Serentak Kota Kendari Tahun 2017
tentunya akan menjadi sebuah strategi yang bisa menjadi patron bagi beberapa orang kepala
akurat untuk meraih suara di masyarakat. dinas. Para kepala dinas tersebut kemudian
Dengan kata lain, proyek pembangunan memfungsikan dirinya sebagai Perantara
lapangan tenis dan taman oleh dinas lingkungan terhadap sejumlah kepala dinas yang lain.
hidup kota kendari dan pengaspalan jalan di Kemudian, para kepala dinas itu juga menjadi
perumahan tersebut termasuk dalam kategori Perantara dan membentuk klien sendiri dengan
patronase bentuk pork barrel, yang definisinya para sekertaris, kepala bidang dan demikian
sebagai proyek-proyek pemerintah yang seterusnya sampai ke tingkat birokrasi dengan
ditujukan untuk wilayah geografis tertentu, eselon paling rendah bahkan hingga ke
yang memiliki karakter utama bahwa kegiatan masyarakat dalam konteks memobilisasi suara
tersebut ditujukan kepada publik dan didanai untuk sang patron. Relasi jaringan seperti
oleh dana publik dengan harapan publik akan itulah yang biasa kita kenal dengan nama relasi
memberikan dukungan politik terhadap kandidat klientalisitik. Kajian ini selanjutnya menyajikan
tertentu (Aspinall & Sukmajati, 2016). sebuah kesimpulan bahwa politik patronase
dan klientalisme tersebut dijadikan sebuah
strategi kampanye oleh sang patron dalam
rangka meyambut pilkada agar dapat meraih
kemenangan.
Bentuk-bentuk patronase dan klientalisme yang
penulis temukan dalam penelitian ini adalah,
pertama, relasi yang terbangun dalam lingkup
brokrasi yaitu penentuan karir dan jabatan
Gambar 4. Alur dan Bentuk-bentuk Patronase dan birokrasi di Kendari yang sangat kental dengan
Klientalisme konsolidasi dukungan terhadap ADP. Kedua,
relasi yang terbangun di ranah masyarakat
SIMPULAN meliput mobilisasi suara melalui vote buying
dan pork barrel. Bentuk kedua tersebut
Pada hakikatnya, fenomena patronase dan sebagai modus politik untuk meraih dukungan
klientalisme merupakan hubungan yang penuh atau suara dengan cara para aparat birokrasi
emosional pribadi antara orang yang mengabdi membentuk relasi yang klientalisitik dengan
dan memperabdi yang disebut sebagai pola masyarakat. Bentuk yang kedua ini merupakan
hubungan Patron-Klien. Pola hubungan dalam perpaduan antara distribusi patronase dan
konteks ini bersifat individual; antara dua jaringan klientalisitik yang dibentuk oleh para
individu, yaitu si patron dan si klien, terjadi birokrasi dimana disitu hadir sosok perantara
interaksi yang bersifat resiprokal atau timbal dalam menjalin relasi dengan masyarakat.
balik dengan mempertukarkan sumber daya
yang dumiliki oleh setiap pihak. Sang patron DAFTAR PUSTAKA
memiliki sumber daya yang berupa kekuasaan,
kedudukan atau jabatan, perlindungan, perhatian Albrow, M. 2005. Birokrasi (Vol. III).
dan rasa sayang dan sumber daya yang paling Yogyakarta: Tiara Wacana.
sering ditemukan di berbagai macam riset
tentang patronase dan klientalisme yaitu sumber Ali Abdul Azhim. 1989. Epistemologi dan
daya berupa materil (harta kekayaan, tanah Aksiologi Ilmu. Bandung: Rosda Offset.
garapan dan uang). Sementara itu, sang klien Anam, Syamsul, et al. 2011. Profil
memiliki sumber daya berupa tenaga, dukungan Pengembangan Kota Kendari. Kendari:
dan loyalitas. Di samping itu, bahwa tidak jarang Bappeda Kota Kendari Bekerjasama
antara pola hubungan yang bersifat klientalistik dengan Pusat Studi Otonomi Daerah
ini tumbuh dan berkembang karena ada orang Unhalu.
ketiga yang menjadi broker, atau yang disebut Aspinaal, Ed dan Sukmajati, M. 2015. Politik
sebagai Perantara. uang di Indonesia, Patronase dan
Kecenderungan klientalisme ini dapat ditemukan Klientalisme pada pemilu legislatif
secara meluas, baik dalam lingkungan birokrasi 2014. Yogyakarta: Polgov.
maupun dalam kalangan masyarakat. Walikota
44 Patronase dan Klientalisme pada Pilkada Serentak Kota Kendari Tahun 2017
Awaludin. 2010. Intervensi Pejabat Politik Rusdin, B. 2010. Birokrat Dalam Pusaran
Terhadap Penempatan Jabatan Struktural Politik (Studi Tentang Birokrat Dalam
Birokrasi” (Studi Analisis Penempatan Pemilukada di Kabupaten Luwu Utara Provinsi
Eselon II Dan III dalam Pemerintahan Sulawesi Selatan Tahun 2010). Tesis di
Provinsi Sulawesi Tengah). Tesis di Program Studi Politik & Pemerintahan
Program Studi Politik & Pemerintahan UGM: Tidak Di Publikasi.
UGM: Tidak Dipublikasi.
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil
Dwiyanto, A. 2011. Mengembalikan Keper- Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
cayaan Publik Melalui Reformasi Rineka Cipta.
Birokrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. Salam, Burhanuddin. 1988. Pengantar Filsafat.
Jakarta: Bina Aksara.Chalik, HA dan
Dwi Sulistiono. 2007. Hubungan Patron-klien Bhuhanuddin, B. 1984. Sejarah Sosial
Antara Tauke Dengan Petani Sawit Di Sulawesi Tenggara. Kendari: Departemen
Desa Boncah Kesuma Kecamatan Kabun Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Kabupaten Rokan Hulu. Sosiologi. 2007. Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah
Skripsi Fisip Unri: Tidak Dipublikasi. dan Nilai Tradisional. Proyek Inven-
Fachry, H. 2014. Politisasi Dan Netralitas tarisasi dan Dokumentasi Sejarah
Birokrasi (Studi Kasus Analisis Pengaruh Nasional 1983/1984.
Etnisitas Dalam Pengisian Jabatan Santoso, P. B. 1997. Birokrasi Pemerintah Orde
Struktural Eselon II Dalam Pemerintah Baru Perspektif Kultural dan Struktural’
Daerah Kabupaten Sintang Paska (3 ed.). Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Pilkada 2010).Tesis di Program Studi
Politik & Pemerintahan UGM: Tidak Santoso, P. Membedah Metodologi Ilmu
Dipublikasi. Politik, UGM, Yogyakarta, 2012
Fokusmedia. 2011. Peraturan Pemerintah Scott, J.C. 1972a. Patron-klien Politics and
No 37 Tahun 2004 Tentang Larangan Political Change in Southeast Asia. The
PNS Menjadi Anggota Partai Politik. In American Political Science Review 66
Undang-Undang Pokok-Pokok Kepe- (1): 91-113.
gawaian (PNS) Pegawai Negeri Sipil(pp. Thoha, M. 2010. Birokrasi & Politik di
113-114). Bandung: Fokusmedia. Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Gaffar, Afan. 1989. Dua tradisi. Yogyakarta. Thoha, M. 2011. Birokrasi Pemerintah Indonesia
Bahan ajar mata kuliah Skope dan Di Era Reformasi. Jakarta: Kencana.
Metodologi Ilmu Politik
Tirtosudarmo, R, et al. 2006. Desentralisasi dan
Hanif, Hasrul. 2009. “Politik klientalisme Good Governance di Sulawesi Tenggara:
baru dan dilema demokratisasi di Peran Akademi dan Intelektual dalam
Indonesia”. Jurnal ilmu sosial dan Proses Pemekaran Wilayah. Jakarta:
ilmu politik, Vol 13, Nomor 3, Maret LIPI.
2009 (257-390).
Widodo, J. 2005. Membangun Birokrasi
Putra, ASH. 1988. “Minawang, Hubungan Berbasis Kinerja. Malang: Bayumedia.
Patron-klien di Sulawesi Selatan”.
Gadjah Mada University Press. Wilson, W. 1887. The Study of Poblic
Yogyakarta. Administration ‘In Political Science
Quarterly.
Huntington. S. P, Nelson. 1984. Partisipasi
Politik Di Negara Berkembang., PT. Wolf, Eric. 1984, Kinship, Frrendship
Sangkala Pulsar, Jakarta. And Patron-klien Relations. Michael
Banton.London.
Ismail, H. 2009. Politisasi Birokrasi. Malang:
Ash-Shiddiqy Press.
Kausar, AS. 2009. Sistem Birokrasi Pemerintahan
Di Daerah Dalam Bayang- Bayang Budaya
Patron-klien., PT. Alumni, Bandung.