Faktor Pragmatis merujuk pada tujuan untuk meraih kekuasaan dan jabatan
politik. Pada konteks politik lokal jabatan itu dapat berupa kepala daerah, legislator,
kepala dinas dan jabatan politis lainnya. Faktor Pragmatis dalam hal melakukan
Faktor Pragmatis memiliki pertimbangan yang dipakai oleh partai politik yaitu
tingkat keterpilihan calon dari kader internal maupun eksternal partai. Kalkulasi yang
yang akan didapat dalam pilkada jika melakukan koalisi. Pada upaya melakukan tujuan
"Waktu itu kami melakukan survei untuk Pilkada sebanyak 3 kali untuk
mengusung kandidat, waktu itu hasil survei tertinggi yaitu Bapak Ramlan
Nurmatias, kedua Erman Safar, selanjutnya David Chalik, Yontrimansyah dan
Fauzan Hafiz. Kami waktu itu memang berencana akan mengusung pasangan
calon internal sehingga kami mengkomunikasikan dengan kandidat yang masuk
kedalam penjaringan agar menaikan elektabilitas dan popularitas nya agar dapat
kami usung."1
kandidat yang berasal dari kader Partai Demokrat. Hasil survei menunjukkan posisinya
berada di urutan ke 4, masih tertinggal jauh dengan petahana Ramlan Nurmaitas dan
1
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Erman Safar. Partai Demokrat menyampaikan kepada masing-masing kandidat untuk
dapat menaikkan elektabilitas supaya dapat memperoleh tiket pencalonan dari Partai
melakukan upaya untuk membantu peningkatan elektabilitas dari kandidat yang akan
dicalonkannya.
penjaringan yaitu Yontrimansyah. Sikap dari Partai Demokrat ini memunculkan asumsi
terdapat kerja sama yang kurang antara Partai dengan Yontrimansyah. Mengingat Partai
Idealnya kesolitan partai harus bekerja bersama agar kandidat yang dicalonkan memiliki
elektabilitas tinggi.
Mungkin sikap partai Demokrat ini dipengaruhi oleh banyak sebab seperti
partai atau memang dari Partai Demokrat sendiri mengambil sikap hanya sebagai
pemberi tiket kursi pada Pilkada Kota Bukittinggi 2020. Tindakan ini akan
Partai Demokrat berjalan lama, hingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
2
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Partai Nasdem dan Partai PPP merupakan kandidat partai potensial melakukan
Koalisi dengan Partai Demokrat. Partai Demokrat telah melakukan komunikasi dan lobi
politik kepada kedua partai itu. Namun dengan lamanya sikap Partai Demokrat
mengusulkan calon membuat Nasdem dan PPP mengusung calon lain. Tentu sikap dari
Nasdem dan PPP membuat upaya pembentukan Koalisi menjadi gagal. Dalam aspek
pragmatisme Pilkada, modal mempunyai seorang kandidat adalah hal vital bagi sebuah
Diantara Partai Demokrat, Nasdem dan PPP berdasarkan komposisi kursi DPRD,
Demokrat yang potensial mengusung kandidat calon wali kota. Calon Kandidat dari
masih rendah, membuat Partai Demokrat lama dalam mengambil keputusan tentang
Keterlambatan dalam memberikan sikap ini, membuat Partai calon Koalisi yaitu
Partai Nasdem dan Partai PPP mengurungkan niat melakukan Koalisi dengan Partai
Demokrat hingga mengusung calon yang lain. Setelah mengetahui Partai Nasdem dan
Partai PPP telah mendukung pasangan calon lain, Partai Demokrat akhirnya
calon yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei yaitu Ramlan Nurmaitas.
memang pilihan kepada Ramlan Nurmaitas adalah pilihan tepat. Apalagi hasil survei
komprehensif dan kredibel jika metodologi dan jumlah sampel yang diambil
representatif dari locus yang ingin di survei. Temuan di atas juga memperkuat faktor
ideologis yaitu Ramlan Nurmaitas selalu mendukung peraturan yang dibuat oleh fraksi
Kontrasnya dalam hal ini Ramlan Nurmaitas bukanlah menjadi bagian dari kader
Bukittinggi 2020 yang maju lewat jalur perseorangan atau independen. Maka peluang
bagi Partai Demokrat dalam hal meraih tujuan vote seeking, office seeking dinilai juga
tidak besar.
jika Ramlan terpilih, Partai Demokrat akan mendapatkan jabatan politik dan
pemerintahan atas usaha yang telah diberikan oleh partai itu. Keputusan Partai
Demokrat dalam hal menentukan kandidat calon wali kota Bukittinggi tidak sepenuhnya
3
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
macam. Nah dari hal tersebut lah diambil kesimpulan bahwa ternyata beliau
tidak memenuhi secara keseluruhan dari syarat-syarat yang ditentukan oleh DPD
dan DPP."4
kota Bukittinggi dari Partai Demokrat. Berdasarkan temuan ini cara yang dilakukan oleh
tim, mobilitas dan logistik juga diakomodir sendiri oleh seorang kandidat.
Sikap yang dilakukan oleh partai demokrat ini mempertanyakan juga legitimasi
dari sebuah partai. Idealnya partai sebagai sebuah mesin politik harus juga berjuang
kandidat yang diusung. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, partai politik hanya
dianggap sebagai syarat dokumen formalitas saja dalam gelaran pilkada. Temuan diatas
juga menunjukan bahwa upaya Partai Demokrat untuk meraih tujuan pragmatis juga
tidak terlalu diprioritaskan. Bahkan untuk tujuan pragmatis ini Partai Demokrat
"Kalau di pilkada, ada beberapa elemen atau beberapa faktor yang harus
diperhitungkan. Tidak hanya saja memperhitungkan marwah partai, nama besar
partai, dan beberapa elemen yang lainnya. Di dalam perhitungan partai politik,
tentu saja yang kita usung ini adalah kandidat yang memiliki kans menang lebih
besar."
4
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Memang sejatinya pada konteks Pilkada orientasi mengusung kandidat menang
itu penting. Namun penting bagi partai untuk tetap memperhitungkan nama dan marwah
partai dalam memilih seorang kandidat yang dapat mewakilkan unsur itu. Pada kasus
Partai Demokrat ini, tidak ada upaya mengkolaborasikan unsur ideologi partai dalam
kandidar tersebut. Fungsi kaderisasi dan kandidasi tidak dilakukan secara baik oleh
Partai Demokrat. Pernyataan ini dipertanggung jawabkan atas tidak adanya upaya Partai
Demokrat dalam memberikan edukasi tentang nilai dan program partai kepada kandidat
bakal calon wali kota Bukittinggi. Inilah menjadi penyebab kegagalan Demokrat dalam
mengusung kader internal karena lebih mementingkan memilih calon yang mempunyai
"Dikarenakan perhitungannya tidak hanya elemen karena dia kader kita dan
sudah mengabdi dengan Partai Demokrat sekian lama Kan Pak Yontrimansyah
itu kan tiga periode maju dilegislatif dari demokrat, bisa dikatakan adalah kader
paling senior, kader utama".5
kader yang memiliki kualitas dan kiprah lama di Partai Demokrat. Pertimbangan
kompetensi ini belum menjadi prioritas utama bagi Partai Demokrat untuk memilih
kandiddat sebagai calon wali kota Bukittinggi. Faktor elektabilitas yang menjadi poin
5
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
utama, sekaligus kandidat itu tidak berasal dari kader partai. Namun ada sesuatu yang
Kontradiksinya atas pernyataan ini adalah Partai Demokrat adalah Partai terakhir
yang memberikan dukungan pada paslon Pilkada Kota Bukittinggi. Partai Demokrat
hanya sebagai pendukung bukan partai pengusung bagi Ramlan Nurmaitas. Tentu saja
sikap memberikan dukungan di menit akhir batas penutupan pendaftaran calon wali
kota dan wakil wali kota ini, akan melahirkan persepsi bahwa Partai Demokrat hanya
sebagai partai penggembira Pilkada saja. Ditambah posisi Partai Demokrat hanya
sebagai partai pendukung. Kalkulasi pragmatis atas sikap Partai Demokrat ini dinilai
juga tidak akan memberikan efek elektoral bagi Partai dalam kontestasi Pilkada. Namun
"Jadi kalau secara di deal-deal politik rasanya tidak ada. Hasil pembicaraan dari
DPC dengan Bapak Ramlan adalah kita sepakat bahwa mendukung Bapak
Ramlan Nurmatias konsekuensinya adalah satu, kita harus sama-sama
memperjuangkan kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat Bukittinggi. itu
khususnya. Kita melihat sosok Bapak Ramlan Nurmatias banyak melakukan
program dirasakan oleh masyarakat manfaatnya di berbagai sektor.”7
6
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
7
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Sebelumnya dikatakan bahwa alasan Partai Demokrat mendukung Ramlan
selalu di dukung oleh Ramlan ketika menjabat wali kota Bukittinggi 2015 - 2020.
Terdapatnya deal politik keselarasan arah kebijakan partai dengan platform Ramlan
deal politik ini baik dan mencerminkan ciri khas partai ideologis.
Namun hal yang kurang adalah bahwa Ramlan bukanlah bagian dari kader Partai
Demokrat. Implikasinya sikap politik dari Ramlan ini bukanlah cerminan dari kaderisasi
yang diikuti dan diyakini oleh Partai Demokrat. Bergabungnya Partai Demokrat untuk
"Nah, karena gini, kita bergabung itu dengan tim independen yang telah punya
mekanisme tersendiri yang sudah mereka jalankan jauh sebelum itu. Kalau kita
bentuk aturan baru tentu akan merusak sistem yang sudah mereka bentuk
sebelumnya."8
aturan yang telah dibentuk oleh tim pemenangan calon independen. Secara etika tidak
ada masalah dengan tindakan ini. Namun secara marwah sebuah partai tentu ada
tim pemenangan tidak memiliki landasan seperti itu, umumnya dibentuk hanya ketika
8
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Ini diakibatkan oleh keputusan pragmatis yang dipilih oleh Partai Demokrat itu
sendiri. Sejatinya dalam proses ooperasional partai, hasil fungsi agregrasi dari
masyarakatlah yang dapat membuat partai patuh dan taat dalam menjalankannya. Jika
kasus ini terjadi secara meluas, maka legitimasi partai politik dapat menjadi hilang
karena power dari partai politik kalah oleh tim pemenangan kandidat.