Anda di halaman 1dari 9

5.

3 Analisis Faktor Pragmatis Koalisi Partai Demokrat Kota Bukittinggi Pilkada

Kota Bukittinggi 2020.

Faktor Pragmatis merujuk pada tujuan untuk meraih kekuasaan dan jabatan

politik. Pada konteks politik lokal jabatan itu dapat berupa kepala daerah, legislator,

kepala dinas dan jabatan politis lainnya. Faktor Pragmatis dalam hal melakukan

pembentukan Koalisi, tujuan partai mengkalkulasikan sejauh mana Koalisi tersebut

memberikan keuntungan jabatan dan materi bagi partai.

Faktor Pragmatis memiliki pertimbangan yang dipakai oleh partai politik yaitu

tingkat keterpilihan calon dari kader internal maupun eksternal partai. Kalkulasi yang

diprioritaskan oleh partai pada faktor pragmatis adalah mengkapitalisasi keuntungan

yang akan didapat dalam pilkada jika melakukan koalisi. Pada upaya melakukan tujuan

mencari kekuasaan, Partai Demokrat Kota Bukittinggi melakukan survei untuk

menjaring kandidat yang akan dicalonkan.

"Waktu itu kami melakukan survei untuk Pilkada sebanyak 3 kali untuk
mengusung kandidat, waktu itu hasil survei tertinggi yaitu Bapak Ramlan
Nurmatias, kedua Erman Safar, selanjutnya David Chalik, Yontrimansyah dan
Fauzan Hafiz. Kami waktu itu memang berencana akan mengusung pasangan
calon internal sehingga kami mengkomunikasikan dengan kandidat yang masuk
kedalam penjaringan agar menaikan elektabilitas dan popularitas nya agar dapat
kami usung."1

Dari nama-nama kandidat yang disurvei tersebut Yontrimansyah merupakan

kandidat yang berasal dari kader Partai Demokrat. Hasil survei menunjukkan posisinya

berada di urutan ke 4, masih tertinggal jauh dengan petahana Ramlan Nurmaitas dan

1
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Erman Safar. Partai Demokrat menyampaikan kepada masing-masing kandidat untuk

dapat menaikkan elektabilitas supaya dapat memperoleh tiket pencalonan dari Partai

Demokrat. Partai Demokrat terlihat hanya menjanjikan sebuah SK dukungan, tanpa

melakukan upaya untuk membantu peningkatan elektabilitas dari kandidat yang akan

dicalonkannya.

Mengingat terdapat kandidat internal partai yang masuk di dalam radar

penjaringan yaitu Yontrimansyah. Sikap dari Partai Demokrat ini memunculkan asumsi

terdapat kerja sama yang kurang antara Partai dengan Yontrimansyah. Mengingat Partai

hanya menyampaikan agar Yontrimansyah dapat meningkatkan sendiri elektabilitasnya.

Idealnya kesolitan partai harus bekerja bersama agar kandidat yang dicalonkan memiliki

elektabilitas tinggi.

Mungkin sikap partai Demokrat ini dipengaruhi oleh banyak sebab seperti

kurangnya power Yontrimansyah di partai, minimnya sumbangsih Yontrimansyah ke

partai atau memang dari Partai Demokrat sendiri mengambil sikap hanya sebagai

pemberi tiket kursi pada Pilkada Kota Bukittinggi 2020. Tindakan ini akan

mengakibatkan proses pengambilan keputusan dukungan calon kepala daerah oleh

Partai Demokrat berjalan lama, hingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam

membentuk Koalisi dengan partai lain.

"Diperjalanan kami mendapatkan informasi bahwa Partai NasDem melakukan


deklarasi dengan beberapa Partai politik lain dan memilih mengusung pasangan
David Chalik dan Irwandi, sementara itu DPP PPP pun sudah mengeluarkan SK
kepada Hj. Yemmelia dan H.Sadri."2

2
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Partai Nasdem dan Partai PPP merupakan kandidat partai potensial melakukan

Koalisi dengan Partai Demokrat. Partai Demokrat telah melakukan komunikasi dan lobi

politik kepada kedua partai itu. Namun dengan lamanya sikap Partai Demokrat

mengusulkan calon membuat Nasdem dan PPP mengusung calon lain. Tentu sikap dari

Nasdem dan PPP membuat upaya pembentukan Koalisi menjadi gagal. Dalam aspek

pragmatisme Pilkada, modal mempunyai seorang kandidat adalah hal vital bagi sebuah

partai politik agar dapat menjalin koalisi dengan partai lain.

Diantara Partai Demokrat, Nasdem dan PPP berdasarkan komposisi kursi DPRD,

Demokrat yang potensial mengusung kandidat calon wali kota. Calon Kandidat dari

demokrat sebenarnya telah ada yaitu Yontrimansyah, namun karena elektabilitasnya

masih rendah, membuat Partai Demokrat lama dalam mengambil keputusan tentang

kandidat yang akan dicalonkan.

Keterlambatan dalam memberikan sikap ini, membuat Partai calon Koalisi yaitu

Partai Nasdem dan Partai PPP mengurungkan niat melakukan Koalisi dengan Partai

Demokrat hingga mengusung calon yang lain. Setelah mengetahui Partai Nasdem dan

Partai PPP telah mendukung pasangan calon lain, Partai Demokrat akhirnya

memutuskan tidak jadi mencalonkan kader internalnya Yontrimansyah dan mendukung

calon yang memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan survei yaitu Ramlan Nurmaitas.

"Adapun pertimbangan kami memberikan dukungan kepada pasangan yang


sudah dinyatakan maju melalui jalur perseorangan ini yaitu popularitas dan
elektabilitas beliau tergolong tinggi, yang kedua selama masa Bapak Ramlan
Nurmatias menjabat sebagai Walikota Bukittinggi periode 2015-2020 kami
melihat kinerja beliau memang bagus, apapun bentuk kebijakan yang dikeluarkan
oleh beliau melalui peraturan-peraturan kami di fraksi demokrat di DPRD Kota
Bukittinggi selalu mensupport."3

Berdasarkan aspek pragmatis yang berorientasi mencari kekuasaan dan jabatan

memang pilihan kepada Ramlan Nurmaitas adalah pilihan tepat. Apalagi hasil survei

menunjukkan Ramlan menempati elektabilitas yang tinggi. Sebuah survei dikatakan

komprehensif dan kredibel jika metodologi dan jumlah sampel yang diambil

representatif dari locus yang ingin di survei. Temuan di atas juga memperkuat faktor

ideologis yaitu Ramlan Nurmaitas selalu mendukung peraturan yang dibuat oleh fraksi

DPRD Demokrat Kota Bukittinggi.

Kontrasnya dalam hal ini Ramlan Nurmaitas bukanlah menjadi bagian dari kader

Partai Demokrat. Ramlan Nurmaitas merupakan calon petahana Pilkada Kota

Bukittinggi 2020 yang maju lewat jalur perseorangan atau independen. Maka peluang

bagi Partai Demokrat dalam hal meraih tujuan vote seeking, office seeking dinilai juga

tidak besar.

Kecuali walaupun hanya berperan sebagai partai pendukung, Partai Demokrat

dengan militannya memperjuangkan Ramlan Nurmaitas untuk menang. Kemungkinan

jika Ramlan terpilih, Partai Demokrat akan mendapatkan jabatan politik dan

pemerintahan atas usaha yang telah diberikan oleh partai itu. Keputusan Partai

Demokrat dalam hal menentukan kandidat calon wali kota Bukittinggi tidak sepenuhnya

dipegang oleh DPC partai.

"Nah, dipertanyakan kesiapan baik itu, kesiapan tim, kesiapan mobilitas,


kesiapan mental, kesiapan segala macam, kemudian kesiapan logistik segala

3
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
macam. Nah dari hal tersebut lah diambil kesimpulan bahwa ternyata beliau
tidak memenuhi secara keseluruhan dari syarat-syarat yang ditentukan oleh DPD
dan DPP."4

Persyaratan diatas disampaikan kepada Yontrimansyah selaku kandidat calon wali

kota Bukittinggi dari Partai Demokrat. Berdasarkan temuan ini cara yang dilakukan oleh

Partai Demokrat dalam usaha mencapai tujuan pragmatis hanya menyerahkan

sepenuhnya pada seorang kandidat. Bahkan secara tersirat persyaratan pembentukan

tim, mobilitas dan logistik juga diakomodir sendiri oleh seorang kandidat.

Sikap yang dilakukan oleh partai demokrat ini mempertanyakan juga legitimasi

dari sebuah partai. Idealnya partai sebagai sebuah mesin politik harus juga berjuang

dalam upaya melakukan mobilisasi ke pemilih, kampanye agar dapat memenangkan

kandidat yang diusung. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, partai politik hanya

dianggap sebagai syarat dokumen formalitas saja dalam gelaran pilkada. Temuan diatas

juga menunjukan bahwa upaya Partai Demokrat untuk meraih tujuan pragmatis juga

tidak terlalu diprioritaskan. Bahkan untuk tujuan pragmatis ini Partai Demokrat

mengesampingkan aspek identitas partai.

"Kalau di pilkada, ada beberapa elemen atau beberapa faktor yang harus
diperhitungkan. Tidak hanya saja memperhitungkan marwah partai, nama besar
partai, dan beberapa elemen yang lainnya. Di dalam perhitungan partai politik,
tentu saja yang kita usung ini adalah kandidat yang memiliki kans menang lebih
besar."

4
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Memang sejatinya pada konteks Pilkada orientasi mengusung kandidat menang

itu penting. Namun penting bagi partai untuk tetap memperhitungkan nama dan marwah

partai dalam memilih seorang kandidat yang dapat mewakilkan unsur itu. Pada kasus

Partai Demokrat ini, tidak ada upaya mengkolaborasikan unsur ideologi partai dalam

menggapai tujuan pragmatis.

Partai hanya melihat kandidat yang memiliki elektabilitas dan mengusung

kandidar tersebut. Fungsi kaderisasi dan kandidasi tidak dilakukan secara baik oleh

Partai Demokrat. Pernyataan ini dipertanggung jawabkan atas tidak adanya upaya Partai

Demokrat dalam memberikan edukasi tentang nilai dan program partai kepada kandidat

bakal calon wali kota Bukittinggi. Inilah menjadi penyebab kegagalan Demokrat dalam

mengusung kader internal karena lebih mementingkan memilih calon yang mempunyai

elektabilitas tinggi. Pertimbangan memilih faktor elektabilitas tinggi ini juga

mendiskreditkan faktor kiprah anggota di partai.

"Dikarenakan perhitungannya tidak hanya elemen karena dia kader kita dan
sudah mengabdi dengan Partai Demokrat sekian lama Kan Pak Yontrimansyah
itu kan tiga periode maju dilegislatif dari demokrat, bisa dikatakan adalah kader
paling senior, kader utama".5

Berdasarkan temuan ini dikatakan Yontrimansyah merupakan kader senior dan

telah menjadi anggota legislatif DPRD Kota Bukittinggi. Yontrimansyah merupakan

kader yang memiliki kualitas dan kiprah lama di Partai Demokrat. Pertimbangan

kompetensi ini belum menjadi prioritas utama bagi Partai Demokrat untuk memilih

kandiddat sebagai calon wali kota Bukittinggi. Faktor elektabilitas yang menjadi poin

5
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
utama, sekaligus kandidat itu tidak berasal dari kader partai. Namun ada sesuatu yang

bertentangan dari sikap kalkulasi Partai Demokrat di Pilkada Kota Bukittinggi.

"Hitungan-hitungan politiknya ya, bukan sampai menuju kemenangan gitu loh.


Iya kan? Kalau dipaksakan akhirnya kita jadi pelengkap penderita, penggembira
ujung-ujungnya dalam pesta politik sedangkan cost yang dibutuhkan untuk serta
dalam kontestasi pilkada ini kan juga tidak sedikit."6

Kontradiksinya atas pernyataan ini adalah Partai Demokrat adalah Partai terakhir

yang memberikan dukungan pada paslon Pilkada Kota Bukittinggi. Partai Demokrat

hanya sebagai pendukung bukan partai pengusung bagi Ramlan Nurmaitas. Tentu saja

sikap memberikan dukungan di menit akhir batas penutupan pendaftaran calon wali

kota dan wakil wali kota ini, akan melahirkan persepsi bahwa Partai Demokrat hanya

sebagai partai penggembira Pilkada saja. Ditambah posisi Partai Demokrat hanya

sebagai partai pendukung. Kalkulasi pragmatis atas sikap Partai Demokrat ini dinilai

juga tidak akan memberikan efek elektoral bagi Partai dalam kontestasi Pilkada. Namun

sikap Partai Demokrat memilih Ramlan Nurmaitas memiliki tujuan ideologis.

"Jadi kalau secara di deal-deal politik rasanya tidak ada. Hasil pembicaraan dari
DPC dengan Bapak Ramlan adalah kita sepakat bahwa mendukung Bapak
Ramlan Nurmatias konsekuensinya adalah satu, kita harus sama-sama
memperjuangkan kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat Bukittinggi. itu
khususnya. Kita melihat sosok Bapak Ramlan Nurmatias banyak melakukan
program dirasakan oleh masyarakat manfaatnya di berbagai sektor.”7

6
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
7
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Sebelumnya dikatakan bahwa alasan Partai Demokrat mendukung Ramlan

Nurmaitas karena peraturan-peraturan yang diinisiasi oleh fraksi Demokrat di DPRD

selalu di dukung oleh Ramlan ketika menjabat wali kota Bukittinggi 2015 - 2020.

Terdapatnya deal politik keselarasan arah kebijakan partai dengan platform Ramlan

Nurmaitas membuat Partai Demokrat memberikan dukungan kepadanya. Di satu sisi

deal politik ini baik dan mencerminkan ciri khas partai ideologis.

Namun hal yang kurang adalah bahwa Ramlan bukanlah bagian dari kader Partai

Demokrat. Implikasinya sikap politik dari Ramlan ini bukanlah cerminan dari kaderisasi

yang diikuti dan diyakini oleh Partai Demokrat. Bergabungnya Partai Demokrat untuk

mendukung calon independen di Pilkada Kota Bukittinggi mengikis esensi Demokrat

juga sebagai partai politik.

"Nah, karena gini, kita bergabung itu dengan tim independen yang telah punya
mekanisme tersendiri yang sudah mereka jalankan jauh sebelum itu. Kalau kita
bentuk aturan baru tentu akan merusak sistem yang sudah mereka bentuk
sebelumnya."8

Penyebab terkikisnya esensi Demokrat sebagai partai karena harus mengikuti

aturan yang telah dibentuk oleh tim pemenangan calon independen. Secara etika tidak

ada masalah dengan tindakan ini. Namun secara marwah sebuah partai tentu ada

dampaknya. Mengingat partai politik memiliki landasan yuridis kuat dalam

pendiriannya yaitu berdasarkan SK yang diterbitkan oleh Kemenkumham. Sementara

tim pemenangan tidak memiliki landasan seperti itu, umumnya dibentuk hanya ketika

pemilu dan dibubarkan setelah pemilu selesai.

8
Wawancara dengan Yanche Dede Saputra Sekretaris DPC Partai Demokrat Kota Bukittinggi.
Ini diakibatkan oleh keputusan pragmatis yang dipilih oleh Partai Demokrat itu

sendiri. Sejatinya dalam proses ooperasional partai, hasil fungsi agregrasi dari

masyarakatlah yang dapat membuat partai patuh dan taat dalam menjalankannya. Jika

kasus ini terjadi secara meluas, maka legitimasi partai politik dapat menjadi hilang

karena power dari partai politik kalah oleh tim pemenangan kandidat.

Anda mungkin juga menyukai