Namun, kian dewasa kian beragam pemahaman, panjang umur tak selalu
menyenangkan. Panjang umur, tidak semuanya pantas dirayakan. Tetapi, umur yang terus
bertambah hingga waktu tak ditentukan patut untuk diberi doa.
Mungkin, kehidupanmu memang berarti. Sejuta untaian litani untuk dirimu ketika
terlahir di dunia yang selesa samudera pantas menumbuhkanmu yang mana kelak; berganti
kini, menjadi seorang manusia yang mengisi dan diisi. Datang dengan tangisan, kau
mengisi hari sebuah keluarga kecil. Besar sudah, kau diisi dengan banyaknya orang-orang
yang datang. Menciptakan sisi derana-mu, menghadapi sosok-sosok yang tak dapat kau
pahami jiwanya.
Tak apa. Sebab memang, sejatinya hidup tentang belajar kepelikan. Ketahuilah,
engkau selalu dicintai. Karena kelahiranmu merupakan berkat dari Tuhan. Kelahiranmu
menjadi syarat mengapa bumi-Nya harus tetap berputar sampai waktunya—kelak, berhenti.
Semoga, di waktu-waktu berikutnya, takdirmu jauh lebih baik. Pelik mu, berganti
menjadi sinar yang takkan pernah redup. Apa yang telah dilalui, perjalananmu ku semoga-
kan menjadi pengalaman yang membuatmu mampu menapaki sulitnya duri dalam jalan.
Karena itu, berbahagialah engkau. Menjadi abadi dalam kenangan meski kehidupan
tak pernah kekal. Ku beri selamat untuk menapaki jalan-mu. Sampai di penantian terakhir,
ayo bertemu kembali meski kelak menjadi abu tak bersisa.
Selamat ulang tahun, ya. Sehat selalu untukmu, senantiasa panjang umurmu. Agar
di tahun-tahun kemudian, aku selalu memiliki alasan untuk tetap hidup dengan baik. Agar
diperayaan bertambahnya umur mu lain waktu, masih ada doa yang ku panjatkan untukmu.
Tuhan tahu betapa besarnya rasa terima kasih ku.
Sayang,
Teruslah hidup.
Kita kembali rayakan umurmu yang bertambah..