Anda di halaman 1dari 17

KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS

DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Kajian Spesifikasi Minyak Solar Ramah


Lingkungan
Oleh: Djainuddin Semar
Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230
Tromol Pos : 6022/KBYB-Jakarta 12120, Telepon : 62-21-7394422, Faksimile : 62-21-7246150
Teregistrasi I Tanggal 15 April 2010; Diterima setelah perbaikan tanggal 10 Juni 2010
Disetujui terbit tanggal: 31 Agustus 2010

SARI
Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 Indonesia ditetapkan menurut SK Dirjen
Migas No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tidak menetapkan kandungan aromatik
(total aromatik dan poliaromatik) dan sifat lubrisitas.
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, tantangan yang dihadapi industri migas
makin besar dengan meningkatnya kebutuhan energi dan bahan bakar minyak dalam negeri,
terbatasnya kemampuan kilang, tuntutan produk yang ramah lingkungan, dan makin banyaknya
produk yang harus diimpor baik bahan baku maupun hasil olahannya.
Studi ini dimaksudkan sebagai masukan kepada Pemerintah dalam perbaikan mutu dan
spesifikasi minyak solar Indonesia, untuk menghasilkan minyak solar yang ramah lingkungan.
Pengaruh batasan beberapa parameter seperti distilasi, titik nyala, sifat lubrisitas dan kandungan
poliaromatik hidrokaron(PAH) minyak solar akan didiskusikan pada makalah ini.
Kata Kunci: kandungan PAH, distilasi, titik nyala, lubrisitas.
ABSTRACT
Specification of domestic diesel fuel (high speed diesel, HSD) decided by Directorate
General Migas on behalf of Indonesian goverment in their SK No. 3675 K/24/DJM/2006
dated March 17, 2006, did not limit aromatic content (aromatic total and polyaromatic
hydrocarbon, PAH), lubricity in diesel fuel grade 48 and grade 51.
Entering the era of globalisazation and free trade, the national oil industry faces big-
ger challenges due to the increasing domestic demand of energy and fuels, limited avail-
able refinery capacity, requirement for environmentally friendly product specifications and
increase of imported crude oil and petroleum products.
The study is intended as input to Gavernment policy in improving diesel fuel quality
and specification, to provide clean and environmentally friendly.
Effect of several characteristics such as distillation, flash point, lubricity and poly
aromatic hydrocarbon content (PAH) in diesel fuel will be discuss in this paper.
Key words: diesel engine, PAH content, distillation, flash point, lubricity.

I. PENDAHULUAN jenis minyak Solar 48 dan minyak Solar 51. Spesifikasi


Spesifikasi minyak Solar Indonesia berlaku sejak minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 tersebut tidak
diterbitkannya surat Keputusan Dirjen Migas No. menetapkan batasan kandungan aromatik (total
3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tentang aromatik dan poliaromatik hidrokarbon) dan lubrisitas.
standar dan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak Spesifikasi bahan bakar diesel yang telah menetapkan

154
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

kandungan aromatik adalah WWFC tahun 2006, solar dalam negeri diperoleh dari impor.
spesifikasi Eropa (EURO), spesifikasi ASTM D 975 Klasifikasi motor diesel menurut kecepatan (ro-
dan spesifikasi bahan bakar diesel Jepang JIS K224. tation per minute, rpm) banyak digunakan sebagai
Kandungan poliaromatik dalam bahan bakar die- dasar dalam pemilihan bahan bakar motor diesel.
sel memberikan pengaruh negatif terutama emisi Motor diesel putaran tinggi (1000 rpm ke atas)
partikulat, emisi nitogen oksida (NOx) dan digunakan untuk otomotif, traktor, mesin gergaji, kapal-
pembentukan deposit pada ruang bakar mesin diesel. kapal kecil. Motor diesel ini membutuhkan bahan
Saat ini dunia menuntut bahan bakar yang ramah bakar jenis minyak solar (High speed diesel, HSD).
lingkungan dengan persyaratan yang kian ketat Pada motor diesel putaran tinggi waktu yang
sebagaimana dicontohkan di Amerika Serikat, Asia diperlukan oleh bahan bakar mulai dari injeksi,
Pasifik dan ketentuan European Commission, WWFC atomisasi, penundaan penyalaan dan pembakaran
tahun 2006 yang jauh lebih ketat dari pada yang adalah sangat singkat, sehingga diperlukan bahan
berlaku di banyak negara ASEAN, termasuk di In- bakar yang bermutu tinggi.
donesia. B. Karakteristik umum minyak solar
Memperhatikan perkembangan teknologi mesin
Minyak solar merupakan campuran senyawa
kendaraan diesel di masa mendatang, kemampuan
hidrokarbon (C15 – C18) dan mempunyai kisaran titik
kilang dalam negeri, dan perkembangan spesifikasi
didih dari 315oC sampai dengan 375oC dan dihasilkan
bahan bakar minyak internasional serta persyaratan
dari distilasi minyak bumi/hasil proses konversi untuk
lingkungan hidup yang semakin ketat, maka
meningkatkan kualitas dan kuantitas minyak solar.
pengaturan kembali spesifikasi bahan bakar minyak
jenis minyak solar untuk transportasi perlu segera 1. Sifat pembakaran
dikaji untuk menghadapi persaingan mutu bahan bakar Kualitas penyalaan minyak solar ditunjukkan oleh
diesel dalam era perdagangan bebas. kemulusan operasi mesin tanpa terjadi pembakaran
II. POPULASI KENDARAAN DAN yang tidak normal, yang dinyatakan dengan tingkat
SPESIFIKASI MINYAK SOLAR SAAT angka setana. Makin tinggi angka setana, makin
INI pendek waktu penyalaan yang diperlukan, sehingga
angka setana dapat dipakai sebagai parameter yang
A. Populasi kendaraan di Indonesia menunjukkan tingkat kepekaan minyak solar terhadap
detonasi yang terjadi pada motor diesel.
Data yang didapat dari Kantor Kepolisian
Kecenderungan penundaan penyalaan disajikan pada
Republik Indonesia tahun 1997 – 2008 bahwa
Gambar 2. Jika angka setana rendah, penundaan
populasi/jumlah kendaraan bermotor meningkat dari
penyalaan lebih lama, kenaikan tekanan pembakaran
tahun ke tahun meliputi: mobil penumpang, bus dan
lebih tinggi, bunyi mesin kasar, terjadi ketukan
gerobak/truk, disajikan pada Gambar 1. Dari Gambar
(detonasi).
1 terlihat bahwa pada tahun 2008 mobil penumpang,
gerobak/truk dan bus berjumlah 17.598.770 unit yang 2. Sifat volatilitas
terdiri dari 9.859.926 unit mobil penumpang, 5.146.674 Sifat volatilitas minyak solar mempengaruhi sifat
unit truk dan 2.583.170 unit bus. Peningkatan jumlah penyalaan mesin (engine starting), asap hitam dan
kendaraan tersebut tentu saja diikuti oleh peningkatan bau (smoke and odor). Sifat volatilitas yang tinggi
kebutuhan bahan bakarnya. Mobil penumpang akan menghasilkan daya rendah dan asap hitam
sebagian mengonsumsi minyak solar, sedangkan mobil rendah.
gerobak/truk dan bus hampir semuanya mengonsumsi
minyak solar. C. Spesifikasi minyak solar Indonesia saat ini
Produksi dan kebutuhan minyak solar per sektor, Spesifikasi teknis bahan bakar yang dibutuhkan
disajikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat mesin sama di setiap negara, tetapi spesifikasi bahan
bahwa total kebutuhan minyak solar tahun 2008 adalah bakar diesel yang diberlakukan di setiap negara dapat
27.003.508 kilo liter, sedangkan produksi minyak so- berbeda tergantung pada kondisi udara setempat, jenis
lar dari kilang dalam negeri adalah 14.757.164 kilo populasi kendaraan, kemampuan produsen/kilang, dan
liter, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak daya beli konsumen.

155
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Gambar 1
Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia tahun 1999-2008, kecuali Sepeda Motor
(Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, tahun 2008)

Tabel 1
Karakteristik Utama Minyak Solar 48, Minyak Solar 51 dan BioSolar

Sifat-Sifat Fisika Kimia

Berat Distilasi, Lubrisitas


Jenis BBM Angka Indeks FAME, Titik Nyala, Sulfur PAH, %
jenis, o
T90/T95/ (HFFR),
setana setana % vol. C ppm volume
kg/m3 EP, oC mikron
Min. Min Maks. Min. Maks. Maks. Maks. Maks
48 45 10 815-870 60 -/370/- 3500 - -
Minyak Solar
Diskripsi:Sering disebut high speed diesel (HSD). Bahan bakar jenis distilat berwarna kuning
48
kecoklatan yang jernih. Umumnya digunakan pada semua jenis mesin diesel putaran tinggi.

51 48 10 820-860 55 340/360/370 500 460 -


Minyak Solar
Diskripsi: Bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih, berangka setana tinggi.
51
Pada umumnya digunakan pada semua jenis mesin diesel putaran tinggi yang memerlukan volatilitas
tinggi.
48 45 10 815-870 60 -/370/- 3500 - -

BioSolar Diskripsi: Mengandung maksimum 10% volume biodiesel. Bahan bakar ini mengacu pada spesifikasi
minyak Solar 48. Pada umumnya digunakan pada semua jenis mesin diesel putaran tinggi.

156
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Gambar 2
Produksi dan Kebutuhan Minyak Solar Tahun 2008 per Sektor
(Sumber : Kementrian DESDM DIrektorat Jendral Migas “Penyediaan dan Kualitas BBM Indonesia”,
DIrektorat Pembinaan Usaha Hilir Migas, Jakarta 14 April 2010)

Saat ini di Indonesia telah ditetapkan dua jenis III. PERBANDINGAN SPESIFIKASI
spesifikasi minyak solar yaitu bahan bakar minyak MINYAK SOLAR INDONESIA DAN
Jenis minyak Solar 48 dan minyak Solar 51. NEGARA LAIN
Perbedaan antara kedua jenis BBM ini terletak pada A. Spesifikasi minyak solar Indonesia dan
karakteristik titik nyala, distilasi, kandungan sulfur, sifat spesifikasi EURO, Jepang, India dan
lubrisitas dan kandungan poliaromatik hidrokarbon Amerika Serikat
(PAH), disajikan pada Tabel 1. Sedangkan Biosolar
Untuk mengetahui status dan posisi spesifikasi
mengacu pada spesifikasi minyak Solar 48 dan
minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 Indonesia maka
mengandung biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester,
dilakukan perbandingan dengan spesifikasi bahan
FAME).
bakar diesel beberapa negara. Tujuan perbandingan

157
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Gambar 3
Periode Penundaan Penyalaan
(Sumber : Keith Owen, Trevor Coley” Automotive Fuels Reference Boo, 2nd”,
Fig. 14.15 Diesel Engine Pressure Program, page 356)

ini adalah untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan total aromatik maksimum 35% vol-
pengembangan spesifikasi minyak solar yang ramah ume.
lingkungan di Indonesia. - Titik nyala (oC) dan kandungan sulfur (ppm)
Perbandingan spesifikasi minyak solar Indonesia minyak Solar 48 lebih tinggi pada ASTM D 975
dengan negara-negara industri di ASIA seperti Cina, kelas No. 1-D (S15 dan S500) dan kelas 2-D
Jepang dan Korea dimaksudkan untuk harmonisasi (S15 dan S500).
spesifikasi minyak solar di Indonesia. 2. Spesifikasi minyak solar Indonesia dibandingkan
1. Spesifikasi bahan bakar diesel Amerika Serikat dengan spesifikasi ASEAN (Malaysia, singapura,
(ASTM D 975) disajikan pada Tabel 2 yang telah Thailand, Vietnam), disajikan pada Tabel 3.
menerapkan peraturan lingkungan hidup yang - Kandungan sulfur minyak Solar 48 tinggi
sangat ketat. mendekati spesifikasi bahan bakar diesel
- Minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 tidak Singapura dan Vietnam, sedangkan spesifikasi
menetapkan kandungan, sedangkan ASTM D 975 minyak Solar 51 sama dengan spesifikasi bahan

158
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

bakar diesel Malaysia dan Thailand (maksimum B . Spesifikasi bahan bakar Diesel WWFC
500 ppm). Tahun 2006
- Semua negara-negara ASEAN tidak menetapkan WWFC memberikan arah global harmonisasi
batasan kandungan aromatik (total aromatik dan bahan bakar diesel di seluruh dunia. Tujuannya untuk
PAH). merekomendasi kualitas bahan bakar yang sesuai
- Hanya spesifikasi minyak solar 48 Indonesia yang dengan teknologi mesin, permintaan pasar, emisi gas
menetapkan distilasi T95 maksimum 370oC buang yang memberi keuntungan bagi pemakai dan
sedangan negara ASEAN lain menetapkan lingkungan.
distilasi pada T90. Spesifikasi bahan bakar diesel menurut WWFC
3. Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 tahun 2006 dibagi dalam empat kategori, yaitu kategori
Indonesia dibandingkan dengan spesifikasi bahan 1, kategori 2, kategori 3 dan kategori 4. Kategori 1
bakar diesel Jepang, India dan Eropa, disajikan mempunyai mutu paling rendah dan Kategori 4
pada Tabel 4, diuraikan sebagai berikut. bermutu paling tinggi. Pembagian kategori ini
- Spesifikasi minyak Solar 48 Indonesia, Jepang berdasarkan pada kebutuhan lingkungan yang
JIS 2204 dan Eropa tidak menetapkan batasan semakin ketat dan kebutuhan perkembangan mesin
lubrisitas. yang semakin canggih.
- Kandungan sulfur minyak Solar 48 Indonesia jauh Garis besar kategori dalam spesifikasi WWFC
lebih tinggi daripada spesifikasi Eropa (EURO 2, tahun 2006 disajikan pada Tabel 5 dan spesifikasi
EURO 3 dan EURO 4), India (Siam: BSIII dan WWFC tahun 2006 disajikan pada Tabel 6, diuraikan
BSIV) dan Jepang JIS K 2204. sebagai berikut :
- Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 - Batasan kandungan sulfur, kandungan PAH dan
Indonesia tidak menetapkan kandungan PAH total aromatik pada bahan bakar diesel kategori
sedang Jepang JIS 2204 (Winter dan Northem 2, 3, 4 sangat kecil dan tidak mungkin menjadi
part), India (Siam: BS III dan BS IV)), dan Eropa patokan untuk penetapan spesifikasi minyak So-
(Euro III dan Euro IV) menetapkan kandungan lar 48 Indonesia.
PAH maksimum 11% volume. - Batasan distilasi pada T95 maksimum 355oC

Tabel 2
ASTM 975 Kelas Bahan Bakar Diesel

Kandungan, Maks. Distilasi T90 Titik Nyala


Kelas Deskripsi Total o o
Sulfur ( C) ( C)
Aromatik (%
(ppm) Maks. Maks.
vol.)
No 1-D Bahan bakar distilat ringan menengah, digunakan
untuk mesin diesel dengan kecepatan dan beban 15 35 288 -
S15
beragam atau saat suhu operasi normal rendah.
No 1-D S500 500 - - -
Volatilitas lebih tinggi dari yang disediakan oleh
No 1-D S5000 No. 2-D. 5000 - - -

No 2-D Bahan bakar distilat menengah digunakan untuk


mesin diesel beban yang relatif tinggi dan 15 35 282 – 288 52
S15
kecepatan konstan, atau untuk mesin diesel yang
No 2-D S500 500 - - -
tidak memerlukan volatilitas yang lebih tinggi
No. 2-D S5000 seperti Grade No. 1-D. 5000 - -

Bahan bakar distilat berat, atau campuran minyak distilat dan residu, untuk mesin diesel o
No. 4-D 55 C
kecepatan rendah atau menengah dimana kecepatan dan beban konstan.

159
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Tabel 3
Spesifikasi Minyak Solar di Negara-Negara ASEAN

Spesifikasi minyak Solar

Karakteristik Indonesia *)
Malaysia Singapura Thailand Vietnam
Solar 48 Solar 51

Kandungan sulfur, ppm 3500 500 500 5000 500 3000


Berat jenis, kg/m3 815-870 820-860 - 860 maks. 820-890 860 maks
Angka setana 48 51 50 - - -
Setana indeks 45 48 - 48 48 45
Total aromatik, % vol. - - - - - -
PAH, % volume - - - - - -
o
Distilasi : , C - - - - - -
- T90 - 340 370 370 338 370
- T95 370 360 - - - -
- Titik didih akhir - 370
*) Spesifikasi bahan bakar minyak jenis minyak solar menurut SK Dirjen Migas No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17
Maret 2006.

Tabel 4
Spesifikasi Bahan Bakar Diesel Indonesia, Jepang, India dan EURO

Angka Indeks Lubrisitas Sulfur FAME (%


Spesifikasi Bahan PAH (% Distilasi T95
Setana Setana (Mikrons) (ppm) vol.) 0
Bakar Diesel vol.) c
Min. Min. Maks. Maks. Maks.
INDONESIA:
- M. Solar 48 48 45 - 3500 - 10 370
- M. Solar 51 51 48 460 500 - 10 360
JEPANG: (JIS K 2204)
- Summer No. 1 - 50 - 500 N/A - -
- Winter No.1 - 50 - 500 11 - -
- Northem Part - 45 - 500 11 - -
INDIA: SIAM (2005) - - - - - -
- BSII 48 46 - 500 - - -
- BSIII 51 46 460 350 11 - 360
- BSIV 51 46 460 50 11 - 360
EROPA (EURO):
- EURO II 49 - - 2000 N/A - 370
- EURO III 51 - - 350 11 - 360
- EURO IV 51 - - 10 11 - 360
- EURO V*) 51 46 460 10 11 5 340
*) ROMPETROL Refining SA, Approval date: 08-12-2008

160
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

tidak dapat diikuti oleh spesifikasi minyak solar memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Indonesia. Penetapan spesifikasi minyak solar ramah
- Batasan sifat lubrisitas (HFFR) bahan bakar die- lingkungan dilakukan oleh Pemerintah dan produsen
sel WWFC semua kategori maksimum 400 bahan bakar dalam negeri, serta melibatkan
mikron. Untuk spesifikasi minyak Solar 51 Indo- masyarakat pemakai/konsumen, Gabungan Asosiasi
nesia menetapkan sifat lubrisitas 460 mikron bila Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO),
minyak solar tersebut mengandung biodiesel. Perguruan Tinggi, BAPEDAL, Lembaga Swadaya
- Spesifikasi minyak Solar 48 adalah identik dengan Masyarakat (LSM) dan sebagainya.
spesifikasi bahan bakar diesel WWFC tahun 2006 Usulan pengembangan spesifikasi minyak Solar
Kategori 2 dan EURO 2. ramah lingkungan harus mempertimbangkan
beberapa aspek yaitu:
IV. USULAN PENGEMBANGAN - Kualitas minyak solar yang dibutuhkan oleh
SPESIFIKASI MINYAK SOLAR INDO- populasi terbanyak kendaraan bermotor diesel
NESIA yang banyak beredar di Indonesia. Kualitas
Penetapan spesifikasi minyak solar yang ramah minyak solar tersebut dapat mengacu pada
lingkungan harus mempunyai kriteria, antara lain: spesifikasi bahan bakar diesel Jepang JIS K2204,
mesin mudah distart, kendaraan bermotor diesel dapat Amerika Serikat dan EURO.
diakselerasi dengan baik, memberikan efisiensi yang - Atas nama pembuat otomobil dan mesin di seluruh
tinggi, konsumsi bahan bakar yang rendah, frekuensi dunia (World-Wide Fuel Charter, WWFC) tahun
pemeliharaan mesin yang rendah dan tidak 2006, karena WWFC memberikan arah global

Tabel 5
Outline Kategori dalam Bahan Bakar Diesel WWFC Tahun 2006

Distilasi,
Kandungan, Maksimum
Titik Maks.
Kategori Diskripsi Nyala,
Min.°C Sulfur, PAH, Aromatik, o T95,
T90, C o
ppm % vol. % vol. C

Untuk pasar yang mempunyai persyaratan kontrol emisi yang


lebih maju (further advanced ), untuk pemakaian alat canggih
4 after-treatment technologies , NOx dan particulate matter . 55 10 2 15 320 340
Misalnya, persyaratan pasar US California LEV-II, US EPA
Tier 2, EURO 4 sehubun

Untuk pasar yang mempunyai persyaratan kontrol emisi yang


telah maju (advanced ), atau permintaan pasar yang lain.
3 55 50 3 20 320 340
Misalnya, persyaratan pasar US California LEV, ULEV dan
EURO 3 dan 4 atau standar emisi yang equivalen.

Untuk pasar yang mempunyai persyaratan kontrol emisi yang


ketat, atau permintaan pasar yang lain. Misalnya, persyaratan
2 55 300 5 25 340 355
pasar US Tier 0 atau Tier 1, EURO 1 dan 2 atau standar emisi
yang equivalen

Untuk pasar yang tidak mempunyai level kontrol emisi, atau


1 level pertama kontrol emisi. Prinsip utamanya didasarkan 55 2000 - - - 370
kinerja mesin/kendaraan dan proteksi sistem kontrol emisi.

161
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Tabel 6
Spesifikasi Bahan Bakar Diesel Menurut WWFC

Batasan Menurut Kategori: Metode Uji


Properties Limits
ASTM/Lain
1 2 3 4

Angka setana Min. 51.0 51.0 53.0 55.0 D 613


Indeks setana Min. 48.0 (45.0) 51.0 (48.0) 53.0 (50.0) 55.0 (52.0) D 4737
o 3
Densitas @ 15 C, kg/m Min.-Maks. 820 - 860 820-850 820-840 820-840 D 4052
o 2
Viscositas @ 40 C, mm /s Min.-Maks 2.0 – 4.5 2.0 – 4.0 2.0-4.0 2.0 – 4.0 D 445
D 5453/D
Kandungan sulfur, mg/kg Maks. 2 300 50 10
2622
Kandungan logam (Zn, Mn, Ca,
Maks. - Nd nd nd D 5148
Na, Other)
Aromatic total, % vol. Maks. - 25 20 15 D 5186
PAH content (di+, tri+), % vol. Maks. - 5 3.0 2.0 D 2425
o
T90, C Maks. - 340 320 320 D 86

T95, oC Maks. 370 355 340 340 D 86


o
Titik didih akhir, C Maks. - 365 350 350 D 86
o
Titik nyala, C Min. 55 55 55 55 D 93
Residu karbon, % m/m Maks. 0.30 0.30 0.20 0.20 D 4530
Maximum must be to or lower than the lowest D 6371/D
CFPP or LTFT or CP, oC Maks.
expected ambient temperature 2500
Kandungan air, mg/kg Maks. 500 200 200 200 D 6304

Stabilitas oksidasi, Method 1, g/m3 Maks. 25 25 25 25 D 2274


NF M 07
Biological growth Maks. - Zero Zero Zero
070
Kandungan Fame, % v/v Maks. 5 5 5 nd EN 14078
Ethanol/Methanol, % vol. Maks. Nd Nd Nd nd D 4815

Angka asam total, mgKOH/100ml Maks. - 0.08 0.08 0.08 D 664

Korosi besi Maks. - Light rusting D 665


Korosi tembaga, merit Maks. Class 1 Class 1 Class 1 Clacc 1 D 130
Kandungan abu, % m/m Maks. 0.01 0.01 0.01 0.001 D 482
Particulatat, total, mg/kg Maks. 10 10 10 10 D 5452
Tampakan Maks. Clear & Bright D 4176
CEC (PF-
Kebersihan injektor, merit Maks. 85 85 85
023)TBA
Lubrisitas (HFRR wear scar dia. @
Maks. 400 400 400 400 D 6076
60oC), micron
NF M 07-
Busa, ml Maks. - - 100 100
075
NF M 07-
Foam Vanishing time, sec. Maks. - - 15 15
075

162
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

harmonisasi bahan bakar diesel di seluruh dunia. maksimum 15% volume spesifikasi minyak Solar
Tujuannya untuk merekomendasikan kualitas 51.
bahan bakar yang sesuai dengan teknologi mesin, B . Kandungan total aromatik
permintaan pasar, emisi gas buang yang memberi
keuntungan bagi pemakai dan lingkungan. Hasil uji kandungan total aromatik dalam beberapa
percontoh minyak solar tipikal (angka setana 48)
- Kemampuan produsen/kilang minyak yang
produk Unit Pengolahan (UP) yaitu UP II, UP III,
menghasilkan minyak solar dan kemampuan
UP IV, UP V, UP VI dan UP VII Pertamina disajikan
konsumen serta iklim setempat.
pada Gambar 4.
- Usulan perubahan spesifikasi minyak solar
- Hasil uji total aromatik percontoh minyak solar,
mendatang meliputi: pembatasan kandungan poli-
berkisar 31,659% - 36,33% volume.
aromatik, penurunan kandungan sulfur, perubahan
batasan distilasi dan penetapan sifat lubrisitas. - Spesifikasi bahan bakar diesel Amerika serikat
ASTM D 975 (Tabel 3) menetapkan kandungan
A. Kandungan PAH
total aromatik maksimum 35,0% volume untuk
Kandungan poliaromatik hidrokarbon (Poly Aro- Grade 1-D S15 dan 2-D S15.
matic Hydrocarbon, PAH) dalam minyak solar - Disarankan menetapkan kandungan total
menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan dan aromatik maksimum 40% volume pada spesifikasi
kinerja mesin. minyak Solar 51 bila mengandung biodiesel.
1. Efek PAH terhadap kesehatan C. Penetapan sifat lubrisitas
Menurut organisasi kesehatan dunia (wold health Lubrisitas direpresentasikan sebagai kekuatan
organization, WHO) bahan kimia ini adalah lapisan film yang menunjukkan kemampuan suatu
karsinogen. Efek PAH adalah merusak cairan untuk melumasi bagian yang bergesekan. Ini
perkembangan janin, merusak sistem reproduksi, adalah sangat relevan untuk mengoperasikan motor
menyebabkan tumor pada perut dan saluran diesel secara memuaskan yang mempercayakan pada
pernapasan serta kanker pada pangkal tenggorokan. bahan bakar untuk melumasi bagian-bagian bergerak
dan metal yang bergesekan pada peralatan injeksi
2. Efek PAH terhadap mesin dan lingkungan
bahan bakar.
Pengujian pada motor diesel injeksi langsung
1. Efek lubrisitas terhadap mesin
menunjukkan bahwa peningkatan PAH minyak solar
menyebabkan peningkatan emisi nitrogen oksida Metode ASTM D 6079-97 (High Frequency
(NOx), karbon dioksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Reciprocating Rig, HFRR) digunakan dalam analisis
sifat lubrisitas minyak solar. Bagian-bagian pompa
3. Penetapan batasan PAH
yang harus mendapatkan pelumasan yang baik adalah
Hasil uji kandungan poliaromatik hidrokarbon plunyer pompa, control sleeve. Pompa bahan bakar
dalam beberapa percontoh minyak solar tipikal (angka diesel tidak mempunyai sistem pelumasan eksternal,
setana 48) produk Unit Pengolahan (UP) Pertamina pompa hanya dilumasi oleh bahan bakar diesel yang
disajikan pada Gambar 4. dipompakan untuk menjamin agar pompa dapat
Dari Gambar 4 terlihat bahwa percontoh minyak bekerja dengan baik. Lubrisitas yang tidak memadai
solar yang diuji berasal dari UP II, UP III, UP IV, UP akan menyebabkan keausan pompa yang berlebihan
V, UP VI dan UP VII Pertamina, diuraikan sebagai dan pada beberapa kasus menyebabkan kegagalan
berikut: katastropik (catastrophic failure) pompa bahan
- Hasil uji PAH dari 6 (enam) percontoh minyak bakar.
solar berkisar 11,39% - 14,50% volume. 2. Efek biodiesel dalam minyak solar
- Spesifikasi bahan bakar diesel Jepang JIS 2204, Hasil penelitian/pengujian sifat lubrisitas beberapa
Eropa (EURO-3 dan EURO-4), India (BS-III dan percontoh minyak solar tipikal (angka setana 48)
BS-IV) menetapkan kandungan PAH maksimum produk UP III, UP IV, UP VI Pertamina disajikan
11,0 % volume. pada Gambar 5 dan diuraikan sebagai berikut:
- Diusulkan ditetapkan batasan kandungan PAH - Hasil uji sifat lubristas tiga percontoh minyak So-

163
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Gambar 4
Hasil Uji Kandungan Poliaromatik Hidrokarbon (PAH) dan Total Aromatik, % volume Minyak Solar Tipikal

lar 48 tipikal (Gambar 5) berkisar 305 mikron - Pengolahan Pertamina berkisar 224 mikron
440 mikron. sampai dengan 280 mikron.
- Percontoh minyak solar bila dicampur (blending) 3. Mandatori pemanfaatan biodiesel
dengan biodiesel dapat meningkatkan sifat Mandatori biodiesel yang ditetapkan Pemerintah
lubrisitas minyak solar. tahun 2008 – 2010 dan road map sampai tahun 2025
- Hasil uji sifat lubrisitas minyak Solar 48 bila disajikan pada Tabel 7. Data ini dapat digunakan
dicampur dengan 5% volume biodiesel dari 3 (tiga) sebagai dasar untuk pengembangan produksi Biosolar
Unit Pengolahan Pertamina berkisar 254 mikron yang memberikan dampak positif terhadap sifat
sampai dengan 300 mikron. Dan bila dicampur lubrisitas minyak solar.
dengan 10% volume biodiesel dari 3 (tiga) Unit

164
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

4. Penetapan batasan lubrisitas desulfurisasi dapat mengurangi sulfur dalam minyak


- Spesifikasi bahan bakar diesel India (BS-III dan solar, tetapi menyebabkan sifat lubrisitas akan
BS-IV), Indonesia (minyak Solar 51) telah berkurang, karena hilangnya pelumas alamiah yang
menetapkan batasan lubrisitas maksimum 460 terdapat dalam minyak solar tersebut.
mikron, sedangkan WWFC tahun 2006 2. Efek sulfur terhadap mesin dan lingkungan
menetapkan lubrisitas maksimum 400 mikron.
Kandungan sulfur dalam bahan bakar pada
- Disarankan untuk spesifikasi minyak Solar 51
aplikasinya di mesin diesel akan menghasilkan emisi
tetap menetapkan sifat lubrisitas maksimum 460
partikulate matter (PM) dan emisi sulfur dioksida.
mikron, dan untuk spesifikasi BioSolar (angka
Selain itu kandungan sulfur dalam minyak solar dapat
setana minimum 48) bila mengandung biodiesel
menyebabkan korosi dan keausan pada bagian-bagian
dapat menetapkan sifat lubrisitas maksimum 460
mesin.
mikron.
3. Penetapan batasan sulfur
D. Penetapan kandungan sulfur
Mengacu pada hasil uji kandungan sulfur dalam
Kandungan sulfur dalam bahan bakar diesel di minyak solar tipikal yang berasal dari Pertamina Tabel
beberapa negara sangat berbeda dan bervariasi 8, maka untuk penurunan kandungan sulfur berada <
seperti disajikan pada Gambar 6. Kandungan sulfur 50 ppm diperlukan hydroprocessing.
minyak solar Indonesia cukup tinggi dibandingan
- Tidak ada perubahan batasan kandungan sulfur
dengan beberapa negara di kawasan Asia – Pasifik.
spesifikasi minyak Solar 48 maksimum 3500 ppm,
Kandungan sulfur dalam minyak solar tipikal tetapi bila mengandung FAME dapat menurunkan
sangat bervariasi dari unit pengolahan Pertamina kandungan sulfur menjadi 3000 ppm, sedangkan
seperti disajikan pada Tabel 8. Dari Tabel 8 terlihat minyak Solar 51 tetap maksimum 500 ppm.
kandungan sulfur tinggi di UP IV Cilacap dan UP
- Perubahan batasan kandungan sulfur dalam
VII Sorong.
minyak dapat dilakukan setelah Pertamina
1. Efek sulfur terhadap lubrisitas memiliki proses hydroprocessing.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa E. Penetapan titik nyala
terdapat hubungan antara kandungan sulfur dalam
Apabila fraksi minyak solar dicampur dengan
bahan bakar diesel terhadap sifat lubrisitas. Proses
fraksi ringan (minyak tanah/kerosin) akan

Tabel 7
Mandatori Pemanfaatan Biodiesel (Presentase Minimum Dari Total Kebutuhan)*)

Oktober 2008
Januari Januari
SEKTOR s.d Desember Januari 2009 Januari 2010 Januari 2015**)
2020**) 2025**)
2008

Transportasi (PSO) 1 % (eksisting) 1% 2,50% 5% 10% 20%

Transportasi (Non PSO) - 1% 3% 7% 10% 20%

Industri dan Komersial 2,50% 2,50% 5% 10% 15% 20%

Power Plant 0,10% 0,25% 1% 10% 15% 20%


*). Ratna Ariati;”Status dan Kesiapan Implementasi Program Bahan Bakar Nabati,” Presentasi Direktur Energi Baru,
Terbarukan dan Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, Jakarta, 15 April 2010.
**). Spesifikasi disesuaikan dengan spesifikasi global dan kepentingan domestiK

165
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Gambar 5
Hasil Uji Sifat Lubrisitas Minyak Solar Tipikal

Tabel 8
Kemampuan Produksi Kilang Indonesia Terhadap Kandungan Sulfur dan Distilasi Minyak Solar

Terhadap Kandungan Sulfur dan Distilasi Minyak Solar

Unit Pengolaha Pertam ina


Karakteristik
UP II UP III UP IV UP V UP VI UP VII

Kandungan Sulfur, ppm 1500 1000 3500 1000 300 2000

T 95 (°C) 368 359 <370 367 367 368


- Hanya UP VI yang memenuhi standar sulfur EURO II.
- Semua kilang mampu memenuhi standar Euro II untuk parameter T 95.
- UP III bisa memenuhi standar Euro 3 untuk parameter T 95

166
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Gambar 6
Kandungan Sulfur dalam Minyak Solar di Beberapa Negara
(Sumber: Impact in the global market and meeting product quality world fuel conferences,
9th and 10th November 2007 Singapore)

menurunkan titik nyala dan bila dicampur dengan yang bakar diesel menetapkan titik nyala di bawah
berat (misalnya biodiesel) akan meningkatkan titik 55oC.
nyala minyak solar, seperti disajikan pada Gambar 7. 3. Penetapan titik nyala
1. Efek titik nyala Memperhatikan pemanfaatan biodiesel dan
Pembatasan titik nyala minyak solar diperlukan kerosin sebagai pencampur minyak solar (Gambar
untuk keselamatan (safety) selama penanganan dan 7) dan titik nyala minyak solar beberapa negara (Tabel
penyimpanan minyak solar tersebut terhadap 9) serta kebijakan Pemerintah tentang konversi
terjadinya kebakaran dan tidak berhubungan langsung minyak tanah ke gas, maka perlu ditetapkan
dengan kualitas minyak solar. Tetapi perubahan titik perubahan titik nyala minyak Solar 48 dari 60oC
nyala minyak solar merupakan indikasi terjadinya menjadi 55oC guna memaksimalkan pemanfaatan
perubahan mutu minyak solar. fraksi ringan dari fraksi solar.
2. Kondisi saat ini
F. Penetapan Distilasi
- Spesifikasi minyak solar Indonesia (Tabel 9)
menetapkan batasan titik nyala minyak Solar 48 Distilasi minyak solar menunjukkan volatilitas
dan minyak Solar 51 masing-masing maksimum bahan bakar yang memegang paranan penting dalam
60oC dan 55oC. pembentukan dan evolusi campuran udara bahan
bakar selama periode persiapan atau penundaan
- Beberapa negara/spesifikasi bahan bakar diesel
penyalaan (ignition delay). Jika volatilitasnya terlalu
menetapkan titik nyala berbeda-beda seperti
tinggi, maka akan terbentuk suatu campuran udara-
disajikan pada Tabel 9. Asosiasi mesin kendaraan
bahan bakar yang tidak sempurna.
bermotor seluruh dunia (word wide fuel char-
ter, WWFC) tahun 2006 semua kategori 1. Kondisi saat ini
menetapkan titik nyala maksimum 55oC, kecuali - Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51
pada kondisi winter. Beberapa spesifikasi bahan Indonesia (Tabel 1) menetapkan batasan distilasi

167
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

T95 masing-masing maksimum 370oC dan 360oC.


Secara umum data distilasi T95 kilang Pertamina Tabel 9
Referensi titik nyala bahan bakar diesel
disajikan pada Tabel 8.
- Hasil pengujian pada mesin statis minyak solar Negara/Spesifikasi Bahan Bakar Titik Nyala,
No.
T90 maksimum 370oC dibandingkan minyak so- Diesel Minimum
lar T95 maksimum adalah tidak menunjukkan 1 Indonesia - Minyak Solar 48 600C
pengaruh signifikan terhadap kinerja mesin. - Minyak Solar 51 550C
- Data yang didapat di lapangan (Kilang) 2 WWFC - Kategori 1, 2, 3, 4 550C
menunjukkan bahwa bila distilasi T95 < 360oC - Winter 380C
akan berdampak pada penurunan produksi minyak 3 ASTM D - No. 1D 550C
Solar 48 secara nyata. - No. 2D 520C
4 EUROPE LSD #2 550C
2. Penetapan distilasi
5 India - Spesifikasi Nasional 350C
- Menghadapi kebutuhan minyak Solar 48 yang kian - Aplikasi Kilang 360C
meningkat dan terbatasnya kemampuan kilang, 6 US LD #2 520C
disarankan untuk merevisi distilasi T95 maksimum 7 Amerika (EMA/TMC) 520C
370oC diubah menjadi T90 maksimum 370oC.

Gambar 7
Hasil Uji Kandungan Biodiesel atau Kerosin dalam Minyak Solar Terhadap Titik Nyala

168
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

Tabel 10
Usulan Pengembangan Spesifikasi Minyak Solar Berangka Setana minimum 48 Indonesia
Spesifikasi
Minyak Solar 48 Usulan Spesifikasi
Metode Uji
(SK Dirjen Migas Minyak Solar 48
Karakteristik Unit ASTM/Lain
No. 3675 Tahun 2010
K/24/DJM/2006)
Min. Maks. Min Maks.
Angka Setana 48 - 48 - D 613
Indeks stana 45 - 45 - D 4737/D 976
o 3
Berat jenis pada 15 C kg/m 815 870 815 870 D 1298/D 4052
o 2
Viskositas pada 40 C mm /s 2 5 2 5 D 445
2) *)
Kandungan sulfur % m/m - 0,35 - 0,30 D 2622
Distilasi D 86
T90 - - - 370
o
T95 C - 370 - -
o
Titik Nyala C 60 - 55 - D 93
o
Titik Tuang C - 18 - 18 D 97
Residu Karbon % m/m - 0,1 - 0,1 D 4530
Kandungan Air mg/kg - 500 - 500 D 1744
3
Stabilitas Oksidasi g/m - 25 - 25 D 2274
)
Biological Grouth* - Nihil Nihil
*)
Kandungan FAME % v/v - 10 - 10
*) Tak
Kandungan Metanol dan Etanol % v/v Tak terdeteksi D 4815
terdeteksi
Korosi Bilah Tembaga Merit - kelas 1 - kelas 1 D 130
Kandungan Abu % m/m - 0,01 - 0,01 D 482
Kandungan Sedimen % m/m - 0,01 - 0,01 D 473
Bilangan Asam Kuat mg KOH/g - 0 - 0 D 664
Bilangan Asam Total mg KOH/g - 0,5 - 0,5 D 664
Partikulat mg/l - - - - D 2276
o
Lubrisitas (HFFR scar dia @ 60 C) - - - 460*) D 6079
Jernih dan
Penampilan Visual - Jernih dan terang Jernih dan terang
terang
*) Bila mengandung FAME

Tabel 11
Usulan Penetapan Kandungan Aromatik Dalam Spesifikasi Minyak Solar 51
Spesifikasi Minyak Soalr 51 (SK Usulan Spesifikasi
Dirjen Migas No. 3675 Minyak Solar 51 Tahun Metode Uji ASTM/Lain
Karakteristik Unit K/24/DJM/2006) 2010)
Min. Maks. Min. Maks.

PAH content % volume - - - 15 D 5186

Total aromatik % volume - - - 40 D 5186

169
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170

V. KESIMPULAN 4. Menetapkan batasan kandungan poliaromatik


hidrokarbon (PAH) dan total aromatik dalam
Dari data-data yang diuraikan di atas, maka
spesifikasi minyak Solar 51. Kini telah disiapkan
diusulkan perubahan beberapa karakteristik minyak
metode uji dengan ketelitian dan kecermatan yang
solar sebagai berikut:
tinggi, serta penetapan batas-batas keterulangan
1. Sebagai pertimbangan adalah data Distilasi T90 dan ketersalinan hasil uji.
dan T95 negara-negara ASEAN, data lapangan
(Kilang) menunjukkan bahwa apabila distilasi T95 KEPUSTAKAAN
< 360oC berdampak pada penurunan produksi
minyak Solar 48 secara nyata, terbatasnya 1. ACEA, Alliance, EMA, JAMA, 2006, “World-
kemampuan kilang dalam negeri saat ini, wide Fuel Charter”.
kebutuhan minyak solar dalam negeri dipenuhi dari 2. Dirjen Migas, 2006,”Spesifikasi bahan bakar
impor dan hasil pengujian pada mesin statis minyak minyak jenis minyak Solar 48", Jakarta 17 Maret
solar T90 maksimum 370oC dibandingkan minyak 2006.
solar T95 maksimum adalah tidak menunjukkan
3. Keith Owen dan Steven Coley, 2007, Automo-
pengaruh signifikan terhadap kinerja mesin. Oleh
tive Fuels Reference Book, Edisi Kedua, Society
sebab perlu dikaji ulang karakteristik suhu ditilasi
of Automotive Engineers Inc,, Warrendale,
T95 maksimum 370oC diubah menjadi T90
Amerika Serikat.
maksimum 370oC spesifikasi minyak Solar 48.
2. Kandungan sulfur spesifikasi minyak Solar 48 4. Petroleum Association of Japan, 1999, “Petro-
maksimum 3500 ppm dapat diturnkan menjadi leum Toward Harmonization with Environment”,
3000 ppm bila dipasarkan BioSolar. PAJ, Tokyo.
3. Spesifikasi minyak solar 51 tetap menetapkan sifat 5. Robert Bosch, 2009 “G. Uniform Engine Fuel and
lubrisitas maksimum 460 mikron. Automotive Lubricants Regulation” Handbook.ˇ

170

Anda mungkin juga menyukai