SARI
Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 Indonesia ditetapkan menurut SK Dirjen
Migas No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tidak menetapkan kandungan aromatik
(total aromatik dan poliaromatik) dan sifat lubrisitas.
Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, tantangan yang dihadapi industri migas
makin besar dengan meningkatnya kebutuhan energi dan bahan bakar minyak dalam negeri,
terbatasnya kemampuan kilang, tuntutan produk yang ramah lingkungan, dan makin banyaknya
produk yang harus diimpor baik bahan baku maupun hasil olahannya.
Studi ini dimaksudkan sebagai masukan kepada Pemerintah dalam perbaikan mutu dan
spesifikasi minyak solar Indonesia, untuk menghasilkan minyak solar yang ramah lingkungan.
Pengaruh batasan beberapa parameter seperti distilasi, titik nyala, sifat lubrisitas dan kandungan
poliaromatik hidrokaron(PAH) minyak solar akan didiskusikan pada makalah ini.
Kata Kunci: kandungan PAH, distilasi, titik nyala, lubrisitas.
ABSTRACT
Specification of domestic diesel fuel (high speed diesel, HSD) decided by Directorate
General Migas on behalf of Indonesian goverment in their SK No. 3675 K/24/DJM/2006
dated March 17, 2006, did not limit aromatic content (aromatic total and polyaromatic
hydrocarbon, PAH), lubricity in diesel fuel grade 48 and grade 51.
Entering the era of globalisazation and free trade, the national oil industry faces big-
ger challenges due to the increasing domestic demand of energy and fuels, limited avail-
able refinery capacity, requirement for environmentally friendly product specifications and
increase of imported crude oil and petroleum products.
The study is intended as input to Gavernment policy in improving diesel fuel quality
and specification, to provide clean and environmentally friendly.
Effect of several characteristics such as distillation, flash point, lubricity and poly
aromatic hydrocarbon content (PAH) in diesel fuel will be discuss in this paper.
Key words: diesel engine, PAH content, distillation, flash point, lubricity.
154
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
kandungan aromatik adalah WWFC tahun 2006, solar dalam negeri diperoleh dari impor.
spesifikasi Eropa (EURO), spesifikasi ASTM D 975 Klasifikasi motor diesel menurut kecepatan (ro-
dan spesifikasi bahan bakar diesel Jepang JIS K224. tation per minute, rpm) banyak digunakan sebagai
Kandungan poliaromatik dalam bahan bakar die- dasar dalam pemilihan bahan bakar motor diesel.
sel memberikan pengaruh negatif terutama emisi Motor diesel putaran tinggi (1000 rpm ke atas)
partikulat, emisi nitogen oksida (NOx) dan digunakan untuk otomotif, traktor, mesin gergaji, kapal-
pembentukan deposit pada ruang bakar mesin diesel. kapal kecil. Motor diesel ini membutuhkan bahan
Saat ini dunia menuntut bahan bakar yang ramah bakar jenis minyak solar (High speed diesel, HSD).
lingkungan dengan persyaratan yang kian ketat Pada motor diesel putaran tinggi waktu yang
sebagaimana dicontohkan di Amerika Serikat, Asia diperlukan oleh bahan bakar mulai dari injeksi,
Pasifik dan ketentuan European Commission, WWFC atomisasi, penundaan penyalaan dan pembakaran
tahun 2006 yang jauh lebih ketat dari pada yang adalah sangat singkat, sehingga diperlukan bahan
berlaku di banyak negara ASEAN, termasuk di In- bakar yang bermutu tinggi.
donesia. B. Karakteristik umum minyak solar
Memperhatikan perkembangan teknologi mesin
Minyak solar merupakan campuran senyawa
kendaraan diesel di masa mendatang, kemampuan
hidrokarbon (C15 – C18) dan mempunyai kisaran titik
kilang dalam negeri, dan perkembangan spesifikasi
didih dari 315oC sampai dengan 375oC dan dihasilkan
bahan bakar minyak internasional serta persyaratan
dari distilasi minyak bumi/hasil proses konversi untuk
lingkungan hidup yang semakin ketat, maka
meningkatkan kualitas dan kuantitas minyak solar.
pengaturan kembali spesifikasi bahan bakar minyak
jenis minyak solar untuk transportasi perlu segera 1. Sifat pembakaran
dikaji untuk menghadapi persaingan mutu bahan bakar Kualitas penyalaan minyak solar ditunjukkan oleh
diesel dalam era perdagangan bebas. kemulusan operasi mesin tanpa terjadi pembakaran
II. POPULASI KENDARAAN DAN yang tidak normal, yang dinyatakan dengan tingkat
SPESIFIKASI MINYAK SOLAR SAAT angka setana. Makin tinggi angka setana, makin
INI pendek waktu penyalaan yang diperlukan, sehingga
angka setana dapat dipakai sebagai parameter yang
A. Populasi kendaraan di Indonesia menunjukkan tingkat kepekaan minyak solar terhadap
detonasi yang terjadi pada motor diesel.
Data yang didapat dari Kantor Kepolisian
Kecenderungan penundaan penyalaan disajikan pada
Republik Indonesia tahun 1997 – 2008 bahwa
Gambar 2. Jika angka setana rendah, penundaan
populasi/jumlah kendaraan bermotor meningkat dari
penyalaan lebih lama, kenaikan tekanan pembakaran
tahun ke tahun meliputi: mobil penumpang, bus dan
lebih tinggi, bunyi mesin kasar, terjadi ketukan
gerobak/truk, disajikan pada Gambar 1. Dari Gambar
(detonasi).
1 terlihat bahwa pada tahun 2008 mobil penumpang,
gerobak/truk dan bus berjumlah 17.598.770 unit yang 2. Sifat volatilitas
terdiri dari 9.859.926 unit mobil penumpang, 5.146.674 Sifat volatilitas minyak solar mempengaruhi sifat
unit truk dan 2.583.170 unit bus. Peningkatan jumlah penyalaan mesin (engine starting), asap hitam dan
kendaraan tersebut tentu saja diikuti oleh peningkatan bau (smoke and odor). Sifat volatilitas yang tinggi
kebutuhan bahan bakarnya. Mobil penumpang akan menghasilkan daya rendah dan asap hitam
sebagian mengonsumsi minyak solar, sedangkan mobil rendah.
gerobak/truk dan bus hampir semuanya mengonsumsi
minyak solar. C. Spesifikasi minyak solar Indonesia saat ini
Produksi dan kebutuhan minyak solar per sektor, Spesifikasi teknis bahan bakar yang dibutuhkan
disajikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat mesin sama di setiap negara, tetapi spesifikasi bahan
bahwa total kebutuhan minyak solar tahun 2008 adalah bakar diesel yang diberlakukan di setiap negara dapat
27.003.508 kilo liter, sedangkan produksi minyak so- berbeda tergantung pada kondisi udara setempat, jenis
lar dari kilang dalam negeri adalah 14.757.164 kilo populasi kendaraan, kemampuan produsen/kilang, dan
liter, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak daya beli konsumen.
155
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 1
Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia tahun 1999-2008, kecuali Sepeda Motor
(Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, tahun 2008)
Tabel 1
Karakteristik Utama Minyak Solar 48, Minyak Solar 51 dan BioSolar
BioSolar Diskripsi: Mengandung maksimum 10% volume biodiesel. Bahan bakar ini mengacu pada spesifikasi
minyak Solar 48. Pada umumnya digunakan pada semua jenis mesin diesel putaran tinggi.
156
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 2
Produksi dan Kebutuhan Minyak Solar Tahun 2008 per Sektor
(Sumber : Kementrian DESDM DIrektorat Jendral Migas “Penyediaan dan Kualitas BBM Indonesia”,
DIrektorat Pembinaan Usaha Hilir Migas, Jakarta 14 April 2010)
Saat ini di Indonesia telah ditetapkan dua jenis III. PERBANDINGAN SPESIFIKASI
spesifikasi minyak solar yaitu bahan bakar minyak MINYAK SOLAR INDONESIA DAN
Jenis minyak Solar 48 dan minyak Solar 51. NEGARA LAIN
Perbedaan antara kedua jenis BBM ini terletak pada A. Spesifikasi minyak solar Indonesia dan
karakteristik titik nyala, distilasi, kandungan sulfur, sifat spesifikasi EURO, Jepang, India dan
lubrisitas dan kandungan poliaromatik hidrokarbon Amerika Serikat
(PAH), disajikan pada Tabel 1. Sedangkan Biosolar
Untuk mengetahui status dan posisi spesifikasi
mengacu pada spesifikasi minyak Solar 48 dan
minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 Indonesia maka
mengandung biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester,
dilakukan perbandingan dengan spesifikasi bahan
FAME).
bakar diesel beberapa negara. Tujuan perbandingan
157
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 3
Periode Penundaan Penyalaan
(Sumber : Keith Owen, Trevor Coley” Automotive Fuels Reference Boo, 2nd”,
Fig. 14.15 Diesel Engine Pressure Program, page 356)
ini adalah untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan total aromatik maksimum 35% vol-
pengembangan spesifikasi minyak solar yang ramah ume.
lingkungan di Indonesia. - Titik nyala (oC) dan kandungan sulfur (ppm)
Perbandingan spesifikasi minyak solar Indonesia minyak Solar 48 lebih tinggi pada ASTM D 975
dengan negara-negara industri di ASIA seperti Cina, kelas No. 1-D (S15 dan S500) dan kelas 2-D
Jepang dan Korea dimaksudkan untuk harmonisasi (S15 dan S500).
spesifikasi minyak solar di Indonesia. 2. Spesifikasi minyak solar Indonesia dibandingkan
1. Spesifikasi bahan bakar diesel Amerika Serikat dengan spesifikasi ASEAN (Malaysia, singapura,
(ASTM D 975) disajikan pada Tabel 2 yang telah Thailand, Vietnam), disajikan pada Tabel 3.
menerapkan peraturan lingkungan hidup yang - Kandungan sulfur minyak Solar 48 tinggi
sangat ketat. mendekati spesifikasi bahan bakar diesel
- Minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 tidak Singapura dan Vietnam, sedangkan spesifikasi
menetapkan kandungan, sedangkan ASTM D 975 minyak Solar 51 sama dengan spesifikasi bahan
158
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
bakar diesel Malaysia dan Thailand (maksimum B . Spesifikasi bahan bakar Diesel WWFC
500 ppm). Tahun 2006
- Semua negara-negara ASEAN tidak menetapkan WWFC memberikan arah global harmonisasi
batasan kandungan aromatik (total aromatik dan bahan bakar diesel di seluruh dunia. Tujuannya untuk
PAH). merekomendasi kualitas bahan bakar yang sesuai
- Hanya spesifikasi minyak solar 48 Indonesia yang dengan teknologi mesin, permintaan pasar, emisi gas
menetapkan distilasi T95 maksimum 370oC buang yang memberi keuntungan bagi pemakai dan
sedangan negara ASEAN lain menetapkan lingkungan.
distilasi pada T90. Spesifikasi bahan bakar diesel menurut WWFC
3. Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 tahun 2006 dibagi dalam empat kategori, yaitu kategori
Indonesia dibandingkan dengan spesifikasi bahan 1, kategori 2, kategori 3 dan kategori 4. Kategori 1
bakar diesel Jepang, India dan Eropa, disajikan mempunyai mutu paling rendah dan Kategori 4
pada Tabel 4, diuraikan sebagai berikut. bermutu paling tinggi. Pembagian kategori ini
- Spesifikasi minyak Solar 48 Indonesia, Jepang berdasarkan pada kebutuhan lingkungan yang
JIS 2204 dan Eropa tidak menetapkan batasan semakin ketat dan kebutuhan perkembangan mesin
lubrisitas. yang semakin canggih.
- Kandungan sulfur minyak Solar 48 Indonesia jauh Garis besar kategori dalam spesifikasi WWFC
lebih tinggi daripada spesifikasi Eropa (EURO 2, tahun 2006 disajikan pada Tabel 5 dan spesifikasi
EURO 3 dan EURO 4), India (Siam: BSIII dan WWFC tahun 2006 disajikan pada Tabel 6, diuraikan
BSIV) dan Jepang JIS K 2204. sebagai berikut :
- Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51 - Batasan kandungan sulfur, kandungan PAH dan
Indonesia tidak menetapkan kandungan PAH total aromatik pada bahan bakar diesel kategori
sedang Jepang JIS 2204 (Winter dan Northem 2, 3, 4 sangat kecil dan tidak mungkin menjadi
part), India (Siam: BS III dan BS IV)), dan Eropa patokan untuk penetapan spesifikasi minyak So-
(Euro III dan Euro IV) menetapkan kandungan lar 48 Indonesia.
PAH maksimum 11% volume. - Batasan distilasi pada T95 maksimum 355oC
Tabel 2
ASTM 975 Kelas Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar distilat berat, atau campuran minyak distilat dan residu, untuk mesin diesel o
No. 4-D 55 C
kecepatan rendah atau menengah dimana kecepatan dan beban konstan.
159
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Tabel 3
Spesifikasi Minyak Solar di Negara-Negara ASEAN
Karakteristik Indonesia *)
Malaysia Singapura Thailand Vietnam
Solar 48 Solar 51
Tabel 4
Spesifikasi Bahan Bakar Diesel Indonesia, Jepang, India dan EURO
160
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
tidak dapat diikuti oleh spesifikasi minyak solar memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Indonesia. Penetapan spesifikasi minyak solar ramah
- Batasan sifat lubrisitas (HFFR) bahan bakar die- lingkungan dilakukan oleh Pemerintah dan produsen
sel WWFC semua kategori maksimum 400 bahan bakar dalam negeri, serta melibatkan
mikron. Untuk spesifikasi minyak Solar 51 Indo- masyarakat pemakai/konsumen, Gabungan Asosiasi
nesia menetapkan sifat lubrisitas 460 mikron bila Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO),
minyak solar tersebut mengandung biodiesel. Perguruan Tinggi, BAPEDAL, Lembaga Swadaya
- Spesifikasi minyak Solar 48 adalah identik dengan Masyarakat (LSM) dan sebagainya.
spesifikasi bahan bakar diesel WWFC tahun 2006 Usulan pengembangan spesifikasi minyak Solar
Kategori 2 dan EURO 2. ramah lingkungan harus mempertimbangkan
beberapa aspek yaitu:
IV. USULAN PENGEMBANGAN - Kualitas minyak solar yang dibutuhkan oleh
SPESIFIKASI MINYAK SOLAR INDO- populasi terbanyak kendaraan bermotor diesel
NESIA yang banyak beredar di Indonesia. Kualitas
Penetapan spesifikasi minyak solar yang ramah minyak solar tersebut dapat mengacu pada
lingkungan harus mempunyai kriteria, antara lain: spesifikasi bahan bakar diesel Jepang JIS K2204,
mesin mudah distart, kendaraan bermotor diesel dapat Amerika Serikat dan EURO.
diakselerasi dengan baik, memberikan efisiensi yang - Atas nama pembuat otomobil dan mesin di seluruh
tinggi, konsumsi bahan bakar yang rendah, frekuensi dunia (World-Wide Fuel Charter, WWFC) tahun
pemeliharaan mesin yang rendah dan tidak 2006, karena WWFC memberikan arah global
Tabel 5
Outline Kategori dalam Bahan Bakar Diesel WWFC Tahun 2006
Distilasi,
Kandungan, Maksimum
Titik Maks.
Kategori Diskripsi Nyala,
Min.°C Sulfur, PAH, Aromatik, o T95,
T90, C o
ppm % vol. % vol. C
161
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Tabel 6
Spesifikasi Bahan Bakar Diesel Menurut WWFC
162
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
harmonisasi bahan bakar diesel di seluruh dunia. maksimum 15% volume spesifikasi minyak Solar
Tujuannya untuk merekomendasikan kualitas 51.
bahan bakar yang sesuai dengan teknologi mesin, B . Kandungan total aromatik
permintaan pasar, emisi gas buang yang memberi
keuntungan bagi pemakai dan lingkungan. Hasil uji kandungan total aromatik dalam beberapa
percontoh minyak solar tipikal (angka setana 48)
- Kemampuan produsen/kilang minyak yang
produk Unit Pengolahan (UP) yaitu UP II, UP III,
menghasilkan minyak solar dan kemampuan
UP IV, UP V, UP VI dan UP VII Pertamina disajikan
konsumen serta iklim setempat.
pada Gambar 4.
- Usulan perubahan spesifikasi minyak solar
- Hasil uji total aromatik percontoh minyak solar,
mendatang meliputi: pembatasan kandungan poli-
berkisar 31,659% - 36,33% volume.
aromatik, penurunan kandungan sulfur, perubahan
batasan distilasi dan penetapan sifat lubrisitas. - Spesifikasi bahan bakar diesel Amerika serikat
ASTM D 975 (Tabel 3) menetapkan kandungan
A. Kandungan PAH
total aromatik maksimum 35,0% volume untuk
Kandungan poliaromatik hidrokarbon (Poly Aro- Grade 1-D S15 dan 2-D S15.
matic Hydrocarbon, PAH) dalam minyak solar - Disarankan menetapkan kandungan total
menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan dan aromatik maksimum 40% volume pada spesifikasi
kinerja mesin. minyak Solar 51 bila mengandung biodiesel.
1. Efek PAH terhadap kesehatan C. Penetapan sifat lubrisitas
Menurut organisasi kesehatan dunia (wold health Lubrisitas direpresentasikan sebagai kekuatan
organization, WHO) bahan kimia ini adalah lapisan film yang menunjukkan kemampuan suatu
karsinogen. Efek PAH adalah merusak cairan untuk melumasi bagian yang bergesekan. Ini
perkembangan janin, merusak sistem reproduksi, adalah sangat relevan untuk mengoperasikan motor
menyebabkan tumor pada perut dan saluran diesel secara memuaskan yang mempercayakan pada
pernapasan serta kanker pada pangkal tenggorokan. bahan bakar untuk melumasi bagian-bagian bergerak
dan metal yang bergesekan pada peralatan injeksi
2. Efek PAH terhadap mesin dan lingkungan
bahan bakar.
Pengujian pada motor diesel injeksi langsung
1. Efek lubrisitas terhadap mesin
menunjukkan bahwa peningkatan PAH minyak solar
menyebabkan peningkatan emisi nitrogen oksida Metode ASTM D 6079-97 (High Frequency
(NOx), karbon dioksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Reciprocating Rig, HFRR) digunakan dalam analisis
sifat lubrisitas minyak solar. Bagian-bagian pompa
3. Penetapan batasan PAH
yang harus mendapatkan pelumasan yang baik adalah
Hasil uji kandungan poliaromatik hidrokarbon plunyer pompa, control sleeve. Pompa bahan bakar
dalam beberapa percontoh minyak solar tipikal (angka diesel tidak mempunyai sistem pelumasan eksternal,
setana 48) produk Unit Pengolahan (UP) Pertamina pompa hanya dilumasi oleh bahan bakar diesel yang
disajikan pada Gambar 4. dipompakan untuk menjamin agar pompa dapat
Dari Gambar 4 terlihat bahwa percontoh minyak bekerja dengan baik. Lubrisitas yang tidak memadai
solar yang diuji berasal dari UP II, UP III, UP IV, UP akan menyebabkan keausan pompa yang berlebihan
V, UP VI dan UP VII Pertamina, diuraikan sebagai dan pada beberapa kasus menyebabkan kegagalan
berikut: katastropik (catastrophic failure) pompa bahan
- Hasil uji PAH dari 6 (enam) percontoh minyak bakar.
solar berkisar 11,39% - 14,50% volume. 2. Efek biodiesel dalam minyak solar
- Spesifikasi bahan bakar diesel Jepang JIS 2204, Hasil penelitian/pengujian sifat lubrisitas beberapa
Eropa (EURO-3 dan EURO-4), India (BS-III dan percontoh minyak solar tipikal (angka setana 48)
BS-IV) menetapkan kandungan PAH maksimum produk UP III, UP IV, UP VI Pertamina disajikan
11,0 % volume. pada Gambar 5 dan diuraikan sebagai berikut:
- Diusulkan ditetapkan batasan kandungan PAH - Hasil uji sifat lubristas tiga percontoh minyak So-
163
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 4
Hasil Uji Kandungan Poliaromatik Hidrokarbon (PAH) dan Total Aromatik, % volume Minyak Solar Tipikal
lar 48 tipikal (Gambar 5) berkisar 305 mikron - Pengolahan Pertamina berkisar 224 mikron
440 mikron. sampai dengan 280 mikron.
- Percontoh minyak solar bila dicampur (blending) 3. Mandatori pemanfaatan biodiesel
dengan biodiesel dapat meningkatkan sifat Mandatori biodiesel yang ditetapkan Pemerintah
lubrisitas minyak solar. tahun 2008 – 2010 dan road map sampai tahun 2025
- Hasil uji sifat lubrisitas minyak Solar 48 bila disajikan pada Tabel 7. Data ini dapat digunakan
dicampur dengan 5% volume biodiesel dari 3 (tiga) sebagai dasar untuk pengembangan produksi Biosolar
Unit Pengolahan Pertamina berkisar 254 mikron yang memberikan dampak positif terhadap sifat
sampai dengan 300 mikron. Dan bila dicampur lubrisitas minyak solar.
dengan 10% volume biodiesel dari 3 (tiga) Unit
164
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Tabel 7
Mandatori Pemanfaatan Biodiesel (Presentase Minimum Dari Total Kebutuhan)*)
Oktober 2008
Januari Januari
SEKTOR s.d Desember Januari 2009 Januari 2010 Januari 2015**)
2020**) 2025**)
2008
165
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 5
Hasil Uji Sifat Lubrisitas Minyak Solar Tipikal
Tabel 8
Kemampuan Produksi Kilang Indonesia Terhadap Kandungan Sulfur dan Distilasi Minyak Solar
166
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 6
Kandungan Sulfur dalam Minyak Solar di Beberapa Negara
(Sumber: Impact in the global market and meeting product quality world fuel conferences,
9th and 10th November 2007 Singapore)
menurunkan titik nyala dan bila dicampur dengan yang bakar diesel menetapkan titik nyala di bawah
berat (misalnya biodiesel) akan meningkatkan titik 55oC.
nyala minyak solar, seperti disajikan pada Gambar 7. 3. Penetapan titik nyala
1. Efek titik nyala Memperhatikan pemanfaatan biodiesel dan
Pembatasan titik nyala minyak solar diperlukan kerosin sebagai pencampur minyak solar (Gambar
untuk keselamatan (safety) selama penanganan dan 7) dan titik nyala minyak solar beberapa negara (Tabel
penyimpanan minyak solar tersebut terhadap 9) serta kebijakan Pemerintah tentang konversi
terjadinya kebakaran dan tidak berhubungan langsung minyak tanah ke gas, maka perlu ditetapkan
dengan kualitas minyak solar. Tetapi perubahan titik perubahan titik nyala minyak Solar 48 dari 60oC
nyala minyak solar merupakan indikasi terjadinya menjadi 55oC guna memaksimalkan pemanfaatan
perubahan mutu minyak solar. fraksi ringan dari fraksi solar.
2. Kondisi saat ini
F. Penetapan Distilasi
- Spesifikasi minyak solar Indonesia (Tabel 9)
menetapkan batasan titik nyala minyak Solar 48 Distilasi minyak solar menunjukkan volatilitas
dan minyak Solar 51 masing-masing maksimum bahan bakar yang memegang paranan penting dalam
60oC dan 55oC. pembentukan dan evolusi campuran udara bahan
bakar selama periode persiapan atau penundaan
- Beberapa negara/spesifikasi bahan bakar diesel
penyalaan (ignition delay). Jika volatilitasnya terlalu
menetapkan titik nyala berbeda-beda seperti
tinggi, maka akan terbentuk suatu campuran udara-
disajikan pada Tabel 9. Asosiasi mesin kendaraan
bahan bakar yang tidak sempurna.
bermotor seluruh dunia (word wide fuel char-
ter, WWFC) tahun 2006 semua kategori 1. Kondisi saat ini
menetapkan titik nyala maksimum 55oC, kecuali - Spesifikasi minyak Solar 48 dan minyak Solar 51
pada kondisi winter. Beberapa spesifikasi bahan Indonesia (Tabel 1) menetapkan batasan distilasi
167
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Gambar 7
Hasil Uji Kandungan Biodiesel atau Kerosin dalam Minyak Solar Terhadap Titik Nyala
168
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
Tabel 10
Usulan Pengembangan Spesifikasi Minyak Solar Berangka Setana minimum 48 Indonesia
Spesifikasi
Minyak Solar 48 Usulan Spesifikasi
Metode Uji
(SK Dirjen Migas Minyak Solar 48
Karakteristik Unit ASTM/Lain
No. 3675 Tahun 2010
K/24/DJM/2006)
Min. Maks. Min Maks.
Angka Setana 48 - 48 - D 613
Indeks stana 45 - 45 - D 4737/D 976
o 3
Berat jenis pada 15 C kg/m 815 870 815 870 D 1298/D 4052
o 2
Viskositas pada 40 C mm /s 2 5 2 5 D 445
2) *)
Kandungan sulfur % m/m - 0,35 - 0,30 D 2622
Distilasi D 86
T90 - - - 370
o
T95 C - 370 - -
o
Titik Nyala C 60 - 55 - D 93
o
Titik Tuang C - 18 - 18 D 97
Residu Karbon % m/m - 0,1 - 0,1 D 4530
Kandungan Air mg/kg - 500 - 500 D 1744
3
Stabilitas Oksidasi g/m - 25 - 25 D 2274
)
Biological Grouth* - Nihil Nihil
*)
Kandungan FAME % v/v - 10 - 10
*) Tak
Kandungan Metanol dan Etanol % v/v Tak terdeteksi D 4815
terdeteksi
Korosi Bilah Tembaga Merit - kelas 1 - kelas 1 D 130
Kandungan Abu % m/m - 0,01 - 0,01 D 482
Kandungan Sedimen % m/m - 0,01 - 0,01 D 473
Bilangan Asam Kuat mg KOH/g - 0 - 0 D 664
Bilangan Asam Total mg KOH/g - 0,5 - 0,5 D 664
Partikulat mg/l - - - - D 2276
o
Lubrisitas (HFFR scar dia @ 60 C) - - - 460*) D 6079
Jernih dan
Penampilan Visual - Jernih dan terang Jernih dan terang
terang
*) Bila mengandung FAME
Tabel 11
Usulan Penetapan Kandungan Aromatik Dalam Spesifikasi Minyak Solar 51
Spesifikasi Minyak Soalr 51 (SK Usulan Spesifikasi
Dirjen Migas No. 3675 Minyak Solar 51 Tahun Metode Uji ASTM/Lain
Karakteristik Unit K/24/DJM/2006) 2010)
Min. Maks. Min. Maks.
169
KAJIAN SPESIFIKASI MINYAK SOLAR LEMBARAN PUBLIKASI LEMIGAS
DJAINUDDIN SEMAR VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010: 154 - 170
170