Anda di halaman 1dari 265

PAKET INFORMASI TERSELEKSI

PERMINYAKAN
Seri: Minyak Pelumas

S
alah satu alasan kenapa masih rendahnya jumlah
dan mutu karya ilmiah Indonesia adalah karena
kesulitan mendapatkan literatur ilmiah sebagai
sumber informasi.Kesulitan mendapatkan literatur
terjadi karena masih banyak pengguna informasi yang
tidak tahu kemana harus mencari dan bagaimana
cara mendapatkan literatur yang mereka butuhkan.
Sebagai salah satu solusi dari permasalahan tersebut
adalah diadakan layanan informasi berupa Paket
Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT).
Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah
salah satu layanan informasi ilmiah yang disediakan
bagi peminat sesuai dengan kebutuhan informasi
untuk semua bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dalam berbagai topik yang dikemas dalam
bentuk kumpulan artikel dan menggunakan sumber
informasi dari berbagai jurnal ilmiah Indonesia.
Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) ini
bertujuan untuk memudahkan dan mempercepat
akses informasi sesuai dengan kebutuhan informasi
para pengguna yang dapat digunakan untuk keperluan
pendidikan, penelitian, pelaksanaan pemerintahan,
bisnis, dan kepentingan masyarakat umum lainnya.
Sumber-sumber informasi yang tercakup dalam
Paket Diseminasi Informasi Terseleksi (PDIT) adalah
sumber-sumber informasi ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan karena berasal dari artikel
(full text) jurnal ilmiah Indonesia dilengkapi dengan
cantuman bibliografi beserta abstrak.
DAFTAR ISI i Pilih/klik judul
untuk melihat full text

ANALISIS KUALITAS ADITIF MINYAK DESAIN PENGECORAN POROS


PELUMAS BERBASIS RESIDU HASIL POMPA MINYAK PELUMAS DENGAN
PEMBAKARAN MENGGUNAKAN BAHAN BESI COR
I Ketut Widana KELABU PADA KENDARAAN RODA 4
Jurnal P&PT : jurnal pengembangan dan Budi Harto; Yudi Lukito
penerapan teknologi. Vol. 8. No. 1, 2010: 639-646 Jurnal mekintek : jurnal mekanikal, energi,
industri, dan teknologi. Vol. 1, No. 2, 2010: 88-90
Abstrak: -
Abstrak: -

ANALISIS POSITIONING MEREK


MINYAK PELUMAS MESIN SEPEDA DETERMINAN PERMINTAAN PELUMAS
MOTOR DI SURAKARTA BERIMPLIKASI PADA PENDAPATAN
Basuki Nugroho; Magdalena Nany PERUSAHAAN, KESEMPATAN KERJA
Jurnal ekonomi dan manajemen. Vol 8, No. 2, DAN KESEJAHTERAAN PEGAWAI
2007: 325-331
SEKTOR INDUSTRI PELUMAS
Sudijo
Abstract :
Jurnal Ekonomi. Vol. 13, No. 3, 2011: 358-389
The objective of this research was to map
consumers perception about product of
Abstrak: -
attributes of lubricating oil for motorcycle engine
in Surakarta. This research was also intended to
find the strongest products attributes which force
consumers to buy lubricating oil for motorcycle
engine. Data taken from 250 respondents in EFEK PENAMBAHAN ZAT ADIKTIF
Surakarta were analyzed by multi dimentional PADA MINYAK PELUMAS MULTIGRADE
scaling. The results showed that products quality TERHADAP KEKENTALAN DAN
is the strongest products attribute which force DISTRIBUSI TEKANAN BANTALAN
consumers to buy lubricating oil for motorcycle LUMPUR
engine followed by products image, products Tekad Sitepu; Himsar Ambarita; Tulus B. Sitorus;
price, products packing design and the ease to gel Sanner Silaean
the product. Jurnal dinamis. Vol. 1. No. 7, 2010: 17-22

Abstrak: -

BAHAN DASAR MINYAK PELUMAS


MINERAL : BASE MINERAL OIL
Mulyono
Swara patra : majalah ilmiah pusdiklat migas. Vol. 2,
No. 3, 2012: 35-43

Abstrak: -
DAFTAR ISI

FAKTOR FAKTOR YANG KINERJA MESIN BENSIN


MEMPENGARUHI LOYALITAS BERDASARKAN PERBANDINGAN
PELANGGAN MINYAK PELUMAS PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS
PERTAMINA DI SEMARANG Silaban, Mawardi
Supandi Jurnal ilmiah teknologi energi . Vol 1, No. 12, 2011:
Orbith : majalah ilmiah pengembangan rekayasa 33-44
dan sosial. Vol. 5, No. 3, 2009: 389-394
Abstrak:
Abstrak: - Uji kinerja mesin bensin berdasarkan perbandingan
pemakaian pelumas mineral dan sintetis disajikan
dalam tulisan ini. Pengujian dilakukan pada mesin
dengan menggunakan pelumas mineral pada
KEGAGALAN PELUMASAN PADA putaran 1200, 1600 dan 2000 rpm selanjutnya
dihitung kebutuhan pemakaian bahan bakar
KOMPONEN MESIN MENGGUNAKAN spesifik, daya poros dan efisiensi thermalnya.
METODE XRD DAN FTIR Kemudian dengan menggunakan mesin yang
Rizqon Fajar sama pengujian dilakukan dengan menggunakan
Majalah ilmiah pengkajian industri. Vol. 3, No. 1, pelumas sintetis pada variasi putaran yang sama
2009: 67-74 seperti tersebut diatas, dan selanjutnya dianalisis
serta dibandingkan hasil yang diberikan. Dari hasil
Abstrak: - pengujian yang dilakukan bahwa mesin dengan
menggunakan pelumas mineral mengkonsumsi
bahan bakar spesifik 0,524 – 1,043 kg/kW-jam,
dan dengan menggunakan pelumas sintetis 0,457
KERUSAKAN KOMPONEN MESIN – 0,604 kg/kW-jam. Daya poros yang dihasilkan
DIESEL UNTUK TRANSPORTASI dengan menggunakan pelumas mineral 1,985
MELALUI ANALISIS PELUMAS – 3,465 kW, dan denganmenggunakan pelumas
Iwan Setyadi sintetis 2,038 – 3,519 kW. Efisiensi thermal dengan
Majalah ilmiah pengkajian industri. Vol. 3, No. 2, menggunakan pelumas mineral 8,04 – 15,99 %,
2009: 134-139 dan dengan menggunakan pelumas sintetis 15,21
– 17,56 %.
Abstract :
Diesel engine is quite a lot actuator engine applied
for transportation device beside gasoline engine.
One of keeping method to assess condition of
engine is by oil analysis, included viscosity and
total base number (TBN) and chemical element
of new and scar oil, hence qualification of oil
condition and indication of combustion chamber
damage can be knew. In this research is tested
three condition of the same diesel engine based
on age uses. Result is indicating that happened
derivation of viscosity and TBN and existence of
improvement of elements like Cr, Fe, Si, Cu & Al.
But not all correlated with diesel engine age.
DAFTAR ISI

KOMPATIBILITAS CAMPURAN MINYAK total acid number (TAN) , indeks viskositas, dan
LUMAS DASAR JENIS MINERAL ketahanan terhadap keausan. Namun dilihat dari
kelarutan, kedua campuran antara minyak nabati
DENGAN MINYAK NSABATI SEBAGAI
dan minyak mineral tidak dapat larut dengan baik
MINYAK LUMAS DASAR PELUMASAN karena perbedaan kepolarannya. Oleh karena
MESIN KENDARAAN BERMOTOR itu, untuk menghasilkan kompatibilitas yang
Rona Malam Karina; Catur Yuliani R. sempurna sehingga perlu ditambahkan aditif
Lembaran publikasi Lemigas. Vol. 44, No. 3, 2010: emusifier.
299-306

Abstrak:
Minyak lumas sangat berperan dalam dunia MENGENAL PELUMAS PADA MESIN
industri automotif. Saat ini kebutuhan akan minyak Darmanto
lumas meningkat dalam tingkat konsumsi maupun Momentum. Vol. 7, No. 1 , 2011:5-10
persyaratan teknis seiring dengan meningkatnya
jumlah pemakai minyak lumas dan persyaratan Abstrak:
yang dibutuhkan oleh mesin kendaraan bermotor. Kontak mekanik adalah hal yang tidak bisa dihindari
Minyak jarak yang diperoleh dari Ricinus pada permesinan, meminimalkan keusan akibat
communis telah lama digunakan sebagai bahan kontak adalah dengan cara memberi pelumas
pengganti minyak lumas dasar mineral karena pada sistem tersebut. Cara memilih pelumas
minyakjarak memiliki karakteristik (termasuk pada mesin harus mempertimbangkan tiga hal
biodegradasi) sangat baik dibanding minyak pokok, yaitu putaran mesin, tekanan kontak atau
lumas dasar lain. Pencampuran minyak jarak beban dan temperatur kerja. Indek Viskositas
dengan minyak lumas sintetik dan minyak lumas pelumas menunjukkan kerja pelumas yang sangat
dasar mineral diharapkan dapat meningkatkan dipengaruhi oleh temperatur kerja. Kekentalan
kualitas minyak lumas dasar, di mana karakteristik atau viskositas pelumas mempengaruhi koefisien
minyak lumas dasar mineral telah diketahui. Oleh gesek permukaan kontak, sehingga mempengaruhi
karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan regim pelumasan. Kata Kunci : kontak mekanik,
cara mencampur minyak lumas dasar sintetik pelumas mesin.
dan minyak lumas dasar mineral dengan minyak
nabati agar kualitas minyak lumas dasar campuran
dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kompatibilitas melalui uji karakteristik
fisika-kimia dan uji semi unjuk kerja dari campuran
MINYAK PELUMAS UNTUK MOTOR
minyak nabati hasil sintesis dan minyak lumas BENSIN DUA LANGKAH
dasar mineral. Penelitian ini menggunakan tiga P.L. Puppung
macam minyak lumas dasar, yaitu dua minyak Lembaran publikasi Lemigas. Vol. 20, No. 1, 1985:
lumas dasar mineral jenis high viscosity index dan 17-20
satu minyak lumas dasar sintetik. Pecampuran
dilakukan berdasarkan perbandingan % (w/w) Abstrak: -
minyak nabati hasil sintesis terhadap minyak
mineral. Konsentrasi minyak nabati hasil sintesis
yang dibuat pada percobaan ini, yaitu 0%, 4%,8%,
12%, serta 15%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pencampuran minyak nabati hasil sintesis
ke dalam base oil jenis mineral dapat memperbaiki
3 karakteristik base oil mineral tersebut, yaitu
DAFTAR ISI

PELUMAS MESIN DIESEL PENENTUAN MASA PERGANTIAN


Haryono PELUMAS MELALUI MONITORING
Maritim : jurnal sains dan teknologi. Vol . 8., No. 1, PELUMAS
2009: 1-9 Arluky Novandy
Swara patra : majalah ilmiah pusdiklat migas. Vol. 2,
Abstrak: - No. 3, 2012: 26-34

Abstrak: -

PEMBANGUNAN PELUMAS RAMAH


LINGKUNGAN BERBASIS MINYAK
NABATI PENGARUH JENIS PELUMAS MESIN
Sukirno; S. Bismo; M. Nasikin TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR
Jurnal teknologi. Vol. 22, No. 4, 2008: 337-345 SEPEDA MOTOR
Amir Rauf Abul Ashim; Tabah Priangkoso; Ashim
Abstrak: - Momentum : majalah ilmiah. Vol. 9, No. 2, 2013:
31-33

Abstrak: -
PEMBERSIH BAHAN BAKAR DAN
MINYAK PELUMAS DI KAPAL DENGAN
CARA SENTRIFUGASL
Setiyadi; Imam Murjianto
Maritim : jurnal sains dan teknologi. Vol. 9, No. 2,
2011: 184-191

Abstrak: -

PEMBUATAN PELUMAS DASAR


ROLLING OIL DARI MINYAK JARAK
KEPYAR (CASTOR OIL) DENGAN
PENAMBAHAN LARUTAN KITOSAN
Rizal Alamsyah;
Warta IHP (Warta industri hasil petanian). Vol. 26,
No.1 , 2009: 12-21

Abstrak: -
DAFTAR ISI

PENGARUH PENCAMPURAN OLI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN


TREATMENT DENGAN MINYAK BAKAR MINYAK TANAH YANG
PELUMAS MESIN TERHADAP DICAMPUR ADITIF PELUMAS
KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA TERHADAP PENDINGIN DAN KINERJA
MOTOR BENSIN MESIN DIESEL
Maimuzar; Hanwar, Oong Tina Mulya Gantina; Marididjo
Poli rekayasa. Vol .1, No .1 ,2005:. 19-24 Race : jurnal refrigerasi, tata udara, dan energi.
Vol. 1, No. 1,2007: 9-14
Abstract:
Additing the lubricant with a kind of oil treatment Abstrak: -
often occur at mechanical workshop for
automotive. Mechanics assume this idea to spare
the requiring fuel. To test the idea, we arrange an
experiment which using a car Jimmi CJ 80 which PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP
the fuel tank of the car had modified. This tank VISKOSITAS MINYAK PELUMAS
can show volume of bensin which had used by the Daniel Parenden
car. The experiment have two kind of idea. The Jurnal ilmiah Mustek Anim Ha. Vol. 1, No. 3, 2012:
first, the car use mesran super SAE 20 W 50. And 42-48
the second, the car use the mixing of oil treatment
and mesran super SAE 20 W 50 lubricant. This Abstrak: -
experiment arrange in 24 sample for the first idea
and also 24 sample for the second idea. Resume of
this research are the first experiment has 2440,75
second average of operation time and the other
244,75 second, which mean the experiment had
only 0,04 second difference of operation time.
Acording to the experiment, we can say there
is no influence of the mixing lubricant and oil
treatment in fuel saving.
DAFTAR ISI

PENGELOLAAN LIMBAH MINYAK tidak mencemari lingkungan dan sifat minyak


PELUMAS BENGKEL KENDARAAN pelumas menjadi lebih tidak berbahaya.Selain itu,
pengelolaan limbah minyak pelumas bertujuan
BERMOTOR KONSEP KESADARAN DIRI
untuk menciptakan lingkungan yangsehat dan
Arif Susanto
nyaman bagi masyarakat. Apabila penanganan
Autotech - Pendidikan Teknik Otomotif. Vol .5, No 1,
minyak pelumas dilakukan dengan baik,maka
2015: 33-47
akan bisa memberikan keuntungan bagi pengelola
limbah minyak pelumas dan jugapengurangan
Abstrak:
biaya produksi bagi industri yang memanfaatkan
Seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan
kembali limbah minyak pelumassebagai pelumas
bermotor dan mesin-mesin bermotor, makavolume
berbagai peralatan, karena limbah minyak
minyak pelumas terus meningkat. Didaerah desa
pelumas masih bisa dimanfaatkanuntuk pelumas
sekalipun, sudah bisa kita temukanbengkel-
lagi dengan cara pemakaian yang berbeda dari
bengkel kecil, yang salah satu limbahnya adalah
sebelumnya.
minyak pelumas. Dengan kata lain,penyebaran
minyak pelumas sudah sangat luas dari kota besar
sampai ke wilayah pedesaan diseluruh Indonesia.
Walaupun peraturan pemerintah tentang
pengelolaan daur ulang minyakpelumas sudah ada,
akan tetapi peraturan tersebut hanya diterapkan
di sektor industri dan pabrik,padahal pencemaran
limbah minyak pelumas tidak hanya di pabrik saja,
akan tetapi dapat kitatemui di bengkel-bengkel
kendaraan bermotor. Limbah pada dasarnya
memerlukan perhatianyang khusus, terutama
limbah minyak pelumas yang mengandung bahan
berbahaya dan beracunatau yang lebih dikenal
dengan limbah B3. Limbah minyak pelumas
termasuk dalam limbah B3yang mudah terbakar
dan meledak sehingga apabila tidak ditangani
pengelolaannya makaakan membahayakan
manusia dan lingkungan. Maka harus ada peranan
penting dalam melakukanpengelolaan limbah
dengan adanya peranan pihak dari pemerintah,
masyarakat, dan para pemilikbengkel kendaraan
bermotor.Metode penelitian yang dilakukan
adalah penelitian survai dengan menyebarkan
kuesioner yangdimaksudkan untuk memprediksi
sikap para pemilik usaha bengkel kendaraan
bermotor dalampengelolaan limbah minyak
pelumas, sedangkan sifat penelitiannya adalah
deskriptif kuantitatif.Subjek dalam penelitian
ini dipilih secara incidental yang merupakan
para pemilik bengkelkendaraan bermotor baik
bengkel mobil maupun sepeda motor yang ada
di wilayah KabupatenPurworejo.Pengelolaan
limbah minyak pelumas dengan baik bertujuan
agar limbah minyak pelumas yangdihasilkan
DAFTAR ISI

PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS PENINGKATKAN STABILITAS


BEKAS MENGGUNAKAN METODE ACID VISKOSITAS PELUMAS DARI
CLAY TREATMENT KOPOLIMER LATEKS KARET ALAM
Pratiwi, Yuzana STIRENA
Jurnal Teknik Sipil . Vol. 13, No. 1 , 2013: 1-11 A.R. Syahputra; M. Suhartini
Bionatura : jurnal ilmu-ilmu hayati dan fisik. Vol.
Abstrak: 15. No. 1, 2013: 60-64
Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
yangsemakin meningkat dikhawatirkan Abstrak: -
menimbulkan dampak yang lebih luas
terhadapkesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan hidup. Salah satu limbah B3 yang PERAN LABORATORIUM
perlu mendapatkanpenanganan khusus
karena dihasilkan dalam jumlah yang tinggi di
PENGENDALIAN MUTU DALAM
masyarakatadalah minyak pelumas bekas. Oleh MENJAMIN KUALITAS PRODUK
karena itu, diperlukansuatu metode pengolahan PELUMAS
yang dapat mereduksi zat pencemar yang Ratu Ulfiati
ditimbulkan olehminyak pelumas bekas, salah Lembaran publikasi Lemigas. Vol. 44, No. 2, 2010:
satunya adalah metode Acid Clay Treatment. 198-203
Pengolahan yangdilakukan bertujuan untuk
menentukan kondisi terbaik dalam penurunan Abstrak: -
logamberat timbal (Pb) pada pengolahan
minyak pelumas bekas dengan metode Acid Clay
Treatment dan untuk mengkajipenurunan kadar RANCANGAN TEKNOLOGI PENGOLAH
Pb yang terkandung pada minyak pelumas bekas. PELUMAS DARI ASAM LEMAK (FATTY
Adsorben yangdigunakan adalah kaolin yang telah ACID)
diaktivasi dengan asam sulfat. Pengolahanminyak Endro Wahju Tjahjono
pelumas bekas ini menggunakan tiga variasi, yaitu Majalah ilmiah pengkajian industri. Vol. Vol., No. 2,
variasi konsentrasiadsorben, variasi waktu kontak, 2009: 140-148
dan variasi tingkat keasaman (pH). Hasilpengujian
pengolahan minyak pelumas bekas menunjukan Abstract :
bahwa kondisi terbaikpenurunan kadar Pb pada Synthetic oil is a lubricant consisting of chemical
150 ml minyak pelumas bekas terdapat pada compounds which are artificially made
konsentrasiadsorben 10 gram, waktu kontak 60 (synthesized) from compounds other than
menit, dan pH 4,4. Efisiensi penurunan kadarPb crude oil (petroleum). Synthetic oil is used as a
yang didapat dengan menggunakan metode substitute for lubricant refined from petroleum,
AcidClay Treatment dari kondisi terbaik adalah because it generally provides superior mechanical
sebesar 56,71 %.Kata-kata kunci: limbahB3, acid and chemical properties than those found in
clay treatment, kaolin, timbal traditional mineral oils. Process design to make of
synthetic oil with fatty acid raw material is heating
and mixing with time cycle or reflux process and
evaporation process. Basic design and detail
design create based on the above process and
design capacity. The output is PFD and detail
drawing of Reflux and evaporation process.
DAFTAR ISI

STUDI PERBANDINGAN UNJUK KERJA TEKNOLOGI PELUMAS


PELUMAS MINYAK JARAK DENGAN Anton L. Wartawan
MINYAK PELUMAS MINERAL SAE Lembaran publikasi Lemigas. Vol. 20, No. 2, 1985:
3-10
50 UNTUK MESIN STASIONER DAN
BERGERAK. Abstrak:
Moedjiana Sajidi Teknologi pelumas merupakan bidang yang sangat
Academia ISTA : jurnal teknologi. Vol 1, No. 2, penting dalam menunjang pembangunan saat ini
1998: 65-78 terutama untuk pembangunan sarana fisiko Untuk
itu diuraikan dalam kertas kerja ini perihal system
Abstract : pelumasan, fungsi pelumas dan pelumas sintetis
After use, it shows that specific and API gravity, agar dapat dipahami betapa pentingnya peranan
kinematic viscosity, flash and fire point contradson pelumas tersebut dalam melayani mesin.
carbon residue, and the ash content of castor oil
are better or as the same as lubricant standard of
SAE 50 on its properties. The physical properties
of castor oil are more unstable after continously
used for 1, 2, 4, and 6 hours stationary machine
and after 100, 200, 400 and 600 kilometers also
for mobile machine. After treatment the chemial
properties still on the limit standard also. The
physical properties of castor oil at all significantly
different on 5 percent for standard lubricant of
SAE 50 on mobile engine and on 2.5 percent for
stationary machine. Low oxydation stability of
castor oil can be increase by antioxydant additive,
even for carter the viscosity is too high for it
needs dispersant as additive on hydrodynamic
lubricating and extreme pressure additive on limit
lubricant.

STUDI PERILAKU KONSUMEN


TERHADAP PEMAKAIAN MINYAK
PELUMAS DENGAN METODE MARKOV
CHAIN
Farida Pulansari; Nila Febriana P.
Rekayasa : jurnal ilmu-ilmu eksakta dan teknologi.
Vol. 2, No. 2, 2009: 188-195

Abstrak: -
Jurnal MEKINTEK
Volume 1 No. 2 Juli - Desember 2010

DESAIN PENGECORAN POROS POMPA MINYAK PELUMAS


DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BESI COR KELABU
PADA KONDARAAN RODA 4

Budi Barto*, Yudi Lukito**


*) Dosen Tetap Jurusan Teknik Mesin STT-Sinar Husni
.. ) Mahasiswa STT-Sinar Husni

Abstrak

Teknik pengecoran adalah teknik yang paling banyak digunakan dalam dunia industri otomotif, salah satunya adalah
peng�n dengan menggunakan bahan besi cor kelabu. Bahan baku yang dipergunakan dalam perencanaan ini
cor kelabu (Gray Cast Iron), dengan keunggulan pada
diperoleh dari peleburan besi-besi bekas. Objek yang akan direncanakan ialah poros pompa minyak pelumas yang
adalah besi ��aan yang banyak dipasaran yang

terdapat pada kendaraanroda 4. Proses pengecoran dikerjakan muJai dari pembuatan kokas sebagai bahan bakar
pengecoran sampai proses pengecoran untuk memperoleh basil besi cor kelabu yang akan digunakan. Proses
pengujian yang dilakukan adalah pengujian analisa kimia, �ngujian strulctur mikro, serta pengujian kek�.
Hasilnya diperoleh desain perencanaan penuangan yang terdiri dari berat coran yang dibutuhkan, lamany waktu
tuaog, dan spesifikasi sistim saluran.

Kata Kuoci : Desain Corao, Besi Cor Kelabu, Teknik Peogecorao

1. Peodabuluao ini banyak dipergunakan untuk benda-benda


coran.
Besi cor kelas tinggi mengandung lebih
sedildt karbon dan silicon, lagi pula untuk grafit
Teknik pengecoran adalah teknik yang
paling banyak diguoak:an dalam dunia industri
otomotif, salah satunya adatah pengecoran bebasnya agak kecil dibanding dengan besi cor
kelabu, sehingga kekuatan titiknya lebih tinggi
yaitu kira-kira 30 - 50
dengan menggunakan bahan besi cor kelabu.
Besi cor adalah besi hasil pengecoran yang kg/mm2• Dalam proses
mengandung paduan karbon, silium, mangan, pembuatan besi cor kelabu tinggi ada yang
fosfor dan belerang. Masalah yang dijumpai gampang ada juga yang agak sulit ditempa
dalam proses pengecoran iaJah terdapat pori-pori dibanding dengan besi cor kelabu yang biasa
pada basil pengecorannya dan tentu saja haJ ini Besi cor kelabu banyak digunakan daJam dunia
akan mempengaruhi produk yang dihasilkan. industri, antara lain digunakan untuk bagian­
Maka komposisi bahan dalam proses bagian mobil (blok silinder, tutup silinder,
pengecoran harus disesuikan apa yang rumah engkol, tromol rem, dan lain-lain).
dibutuhkan. Beberapa macam dapur peleburan dapat
Bahan baku yang digunak:an dalam dipergunakan untuk pekerjaan peleburan besi
perencanaan ini adaJah besi cor kelabu (Gray cor. Jenis dapur peleburan yang umum
Cast digunakan iaJah jenis dapur kupola atau tanur
rendah. Tanur-tanur jenis
Iron), dengan keunggulan pada
ketersediaan yang banyak dipasaran yang induksi ini dapat
memberikan logam cair yang baik dan dan
sangat ekonomis untuk proses produksi secara
diperoleh dari peleburan besi-besi bekas. Stuktur
mikro dari besi cor terdiri dari ferit atau perlit
dan serpih karbon bebas. Karbon dan siHum komersiaJ. Konstruksi dapur kupola sederhana
temyata mempengaruhi struktur miJcro. ukuran diperlihatkan pada Gbr. 1.
serta. bentuk dari karbon bebas. Keadaan struktur Waktu tuang sangat tergantung pada
dasar juga berubah sesuai dengan mutu dan logam yang akan di tuang dan jenis penuangan
yang akan dilakukan. Besar waktu tuang yang
akan dibutuhkan tergantung dari berat logam
kwantitasnya. Selain itu ketebalan dan laju
struktur mikro.
yang akan dituang kedalam � dimana
pendinginan mempengaruhi
Kekuatan tarik dari besi cor kelabu kira-kira 1 0
- 30 kg/cm2, sifatnya agak getas, titik caimya berat logam yang akan dituang dapat ditentukan
kira-kira l200°C, mempunyai mampu cor sangat dengan persamaan [3]:
baik, dan relatif murah. Atas dasar inilah bahan W =Vp.p (l)

88
Jurnal MEKINTEK
Volume 1 No. 2 Juli - Desember 2010
B�ya volume tuang persatuan waktu maka perlu dijaga agar pendinginan di dalam
ditentukan berdasarkan persamaan : cetakan.
Setelah proses pengecoran selesai
dengan basil coran yang sudah dingin, maka
Q= (�)
Txp
(2)

Besar kecepatan rata-rata logam yang memasuki


coran dilalcukan dari cetakan dengan membuka
bagian-bagian yang terpisah. Pelepasan cetakan
rongga cetakan ditentukan dengan menggunakan dilakukan dengan bati-bati jangan sampai terjadi
persamaan: cacat.
Proses permesinan dilakukan sebagai
pekerjaan akhir dari basil pengecoran yang
(3)
bertujuan untuk meratakan ataupun
menghaluskan permukaan yang dihasilkan
Tujuan perancangan ini ialah untuk
mendapatkanberat dan volume coran yang harus
disediakan, waktu tuang yang dibutuhkan, dan
sehingga dapat memperbaiki penampilan basil

spesifikasi sistim saluran yang dipergunakan.


coran, membersihkan saluran-saluran turun,
saluran penambahan dan saluran masuk. Dalam
hal ini mesin-mesin yang digunakan untuk
proses permesinan adalah mesin skruf, mesin
gerinda dan mesin bor.
Pemeriksaan dan pengujian tru

dimaksudkan terutama untuk mengetahui cacat


yang terjadi pada produk coran yang
kebanyakan terjadi pada basil coran yang dapat
diteliti setelah pengecoran selesai. Pemeriksaan
coran ini bertujuan untuk meodapat kuaJitas dan
baiknya basil coran. Pemeriksaao hasil dapat
berupa: ketidak teraturan, inkulasi, ukuran yang
terdapat pada permukaan. Pemeriksaan cacat
dapat terdiri dari: pemeriksaan � rongga
udara, rongga peoyusutan, inkulasi dan retakan.
Selain itu pemeriksaan dapat juga dibagi
atas dua jenis, yaitu: pemeriksaan merusak dan
pemeriksaantak merusak.. Pemeriksaan merusak
dilakukan dengan mematahkan atau memotong
produk untuk memastikan keadaan dan kualitas
produk. Pemeriksaan bahan : dalam hal ini
diadakan pemeriksaan ketidak teraturan bahan
teliti, struktur mikro dan sifat-sifat mekanis
diperiksa sesuai dengan bahan pengujian yang
telah ditetapkan. Pengujian bahan ini ditetapkan
2. Metodologi
terhadap produk coran tergantung sifat mekanlk
yang dibutuhkan pada produk pengecoran
Proses pengecoran dilakukan mulai tersebut, seperti pengujlan kekuatao tarik.
dari pembuatan kokas sebagai bahan bakar Pengujian kekerasan yang digunakan antara lain:
pengecoran sampai proses pengecoran untuk kekerasan brinel, kekerasan rock well, kekerasan
memperoleb basil besi cor kelabu yang akan vikers dan juga pemeriksaan komposisi
digunakan untuk subyek uji da)am penelitian. kandungao kimia yang terdapat pada produk
Proses pengujian yang dilakukan adalah coran.
pengujian analisa kimia, pengujian struktur
milcro, serta pengujian kekerasan.
3. Basil & Pembabasao
Cetakan yang telah dituangkan logam
cair selanjutnya didinginkan pada udara terbuka Bentuk poros yang direncanakan
Dibarapkan agar basil coran tidak mengalami
cacat akibat pendinginan yang cepat bi!a
diperlihatkan pada Gbr. 2. Volume total untuk
poros pompa oli adalah 723,4 cm3 dengan berat
menggunakan media pendinginan selain udara 4,991 ik:g.
Supaya roenghasilkan benda coran yang baik

89
Jumal MEKINTEK
Volume 1 No. 2 Juli - Desember 2010

5,035 kg. Waktu tuang T ialah 47,994 detik


dengan volume tuang per satuan detik Q
ialah7,2l3 cm3/s. Sistem Saluran yang
direocanakan terdiri dari diameter saluran turun,
Gbr.2. Sketsa poros yang akan dicor d sebesar 0,81 em, luas penampang saluran
turu:n bawah AB ialah 2584,7 mm2, luas
Sebelum logam cair dituang ke dalam penarnpang saluran turon atas AT ialah 2146,4
cetakan terlebib dahulu dimasukkan tambahan mrn2, diameter saluran turun bagian atas DT
untuk penyusutan dan pengerjaan mesin. Jenis ialah 52,29 mm, diameter saluran turun bagian
logam yang akan dituang adalah besi cor bawah DB ialah 56,98 mm, luas penampang
dengan besarnya tambahan untuk jenis tm pengalir A1 ialah 1,27 cm2 dan diameter saluran
adalah 9/1000. Dengan demikian berat logam pengalir Dp sebesar 0,8 em.
cair yang akan dituang menjadi 5,035 kg.
Waktu tuang didapat dari diagram Iaju
penuangan berdasarkan pada berat coran [3].
Besamya waktu tuang dihitung berdasarkan Referensi
berat logam cair yang akan dituang dan Laju
aliran penuangan logam rata-rata. Untuk berat [ 1 ]. Colins, C, Mecanica/ engeneerings Hand
logam cairan 5035 g dengan Iaju aliran Book, Printed in Singapore, 1950
penuangan 1,48 VW, dimana W adalah berat
logam cairan, maka waktu tuang tidak boleh [2]. Sularso, dan Yugo, Kiyokatsu, Dasar­
lebih dari 48 detik. dasar Perencanaan dan Pemilihan
Saluran turun yang dipergunakan adalah Elemen Mesin, Jakarta: PT. Pradya
saluran langsung yang terbuka pada bagian atas Paramitha, 1987

Surdia, Tata dan Chijiiwa, Kenji, Teknik


rongga. Besamya diameter saluran turun dalam
perancangan ini ialah 0,9 em. [3].
Saluran masuk direncanakan Pengecoran Logam, Jakarta: PT.
menyesuaikan dengan diameter saluran turun Pradya Paramitha, 1980.
bagian bawah. Bentuk dari saluran masuk
berupa lingkaran yang membesar kearah [4]. W. 0 Callister, Material Science And
ujungnya dari saluran yang mengecil ditengah. Engineering, An Introduction, Salt
Paling bawah dari saluran masuk diberikan Lake City, Utah, 1985.
radius kemiringan untuk mengurangi cacat
aliran logam cair. [5]. Dieter, G. E., Mechanical Metallurgy,
Saluran pengaliran dan saluran London: McGraw-Hill Book
penambahan pada sistem saluran tidak Company, 1 988.
dipergunakan. Dengan demikian dalam
perencanan ini saluran pengaliran difungsikan
sebagai saluran pengaliran gas-gas yang
terperangkap didalam cetakan disaat penuangan
logam cair.
Produk yang dihasilkan selanjutnya
dikerjakan lanjut dengan menggunakan mesin
bubut untuk mendapatlcan diameter poros yang
diinginkan, dan dihaluskan dengan
menggunakan mesin gerinda.

4. Kesimpulan

Berat Coran yang dibutuhkan pada


perancangan ini ialah Volume benda coran Vtot
ialah 723,4 cm3, berat Jogam cair W ialah 4,991
kg, dan berat logam cair yang dituang ialab

90
Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban

KINERJA MESIN BENSIN BERDASARKAN


PERBANDINGAN PELUMAS MENERAL DAN SINTETIS
___________________________________________________________________________

Mawardi Silaban
Balai Besar Teknologi Energi (B2TE), BPPT
Kawasan PUSPIPTEK, Setu, Tangerang Selatan,15314.
*email : silaban90210@yahoo.com

ABSTRAK
Uji kinerja mesin bensin berdasarkan perbandingan pemakaian pelumas mineral dan sintetis disajikan
dalam tulisan ini. Pengujian dilakukan pada mesin dengan menggunakan pelumas mineral pada
putaran 1200, 1600 dan 2000 rpm selanjutnya dihitung kebutuhan pemakaian bahan bakar spesifik,
daya poros dan efisiensi thermalnya. Kemudian dengan menggunakan mesin yang sama pengujian
dilakukan dengan menggunakan pelumas sintetis pada variasi putaran yang sama seperti tersebut
diatas, dan selanjutnya dianalisis serta dibandingkan hasil yang diberikan. Dari hasil pengujian yang
dilakukan bahwa mesin dengan menggunakan pelumas mineral mengkonsumsi bahan bakar spesifik
0,524 – 1,043 kg/kW-jam, dan dengan menggunakan pelumas sintetis 0,457 – 0,604 kg/kW-jam. Daya
poros yang dihasilkan dengan menggunakan pelumas mineral 1,985 – 3,465 kW, dan dengan
menggunakan pelumas sintetis 2,038 – 3,519 kW. Efisiensi thermal dengan menggunakan pelumas
mineral 8,04 – 15,99 %, dan dengan menggunakan pelumas sintetis 15,21 – 17,56 %.

Kata kunci : pelumas, kekentalan, bahan bakar spesifik, daya poros, efisiensi thermal

ABSTRACT
Performance test of lubricants mineral and synthetic lubricants in gasoline engines is presented in this
paper. Performed tests on the machine by using mineral oil on round 1200, 1600 and 2000 rpm was
calculated as the needs of specific fuel consumption, power shaft and thermal efficiency. Then by
using the same engine tests carried out using synthetic lubricants at the same rotation variation as
mentioned above, and then compared the results given. From the results of tests performed that the
engine using mineral lubricant specific fuel consumption from 0.524 to 1.043 kg / kW-hour, and by
using synthetic lubricants from 0.457 to 0.604 kg / kW-hour. Shaft power generated by using mineral
oil 1.985-3, 465 kW, and by using synthetic lubricants from 2.038 to 3.519 kW. Thermal efficiency
with the use of mineral lubricants from 8.04 to 15.99%, and by using synthetic lubricants from 15.21 to
17.56%.

Keywords : lubricants, viscosity, specific fuel consumption, power shaft, thermal efficiency

1. PENDAHULUAN

Pelumas adalah bahan penting bagi kendaraan bermotor. Memilih dan menggunakan
pelumas yang baik dan benar untuk kendaraan bermotor merupakan langkah tepat untuk
merawat mesin dan peralatan kendaraan agar tidak cepat rusak dan mencegah pemborosan.
Dari perkembangan teknologi otomotif yang sangat pesat saat ini, menuntut banyak orang
untuk berusaha meningkatkan kemampuan mesin (daya mesin), model serta dengan
pemakaian bahan bakar seekonomis mungkin. Dalam hal peningkatan daya mesin berbagai

33
JITE Vol. 1 No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

hal telah dilakukan mulai dari memodifikasi mesin, menambahkan suatu komponen
tertentu, tetapi hal itu memerlukan pengorbanan biaya dan waktu yang cukup besar,
sehingga dirasakan kurang efektif untuk dilaksanakan. Salah satu bentuk untuk
meningkatkan kinerja dan juga daya tahan mesin maka dilakukan pemilihan pelumas yang
tepat yang ada di pasaran.Umur mesin sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya
sistem perawatan yang dilakukan. Perawatan yang tidak tepat pada mesin akan dapat
mempercepat keausan dari komponen-komponen terutama pada bagian yang bergerak
seperti torak dan silinder, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kerusakan total pada
mesin. Pemilihan jenis maupun periode penggantian pelumas juga memegang peranan
penting bagi daya kerja dan umur sebuah mesin.

Dengan mengetahui betapa pentingnya faktor pemilihan pelumas pada mesin, serta dampak
yang diakibatkan terhadap unjuk kerja dan konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan maka
tulisan ini akan memberikan pemahaman tentang perbandingan pemakaian jenis pelumas
sintetis atau pelumas mineral pada mesin bensin berdasarkan pengujian yang dilakukan di
laboratorium. Penelitian ini akan memberikan penjelasan ilmiah kepada masyarakat umum
akan perbedaan kinerja mesin bensin bila menggunakan pelumas mineral atau pelumas
sintetis.

1.1. Pelumas Pada Mesin

Secara umum perbedaan antara pelumas mesin dan pelumas lainnya adalah, pelumas mesin
menjadi kotor dengan adanya karbon, asam dan zat kotoran lainnya yang dihasilkan dari
pembakaran. Sebagai contoh, sulfur acid dan hydrochloric acid dibentuk dari hasil
pembakaran bahan bakar yang harus dinetralisir. Bahan bakar yang tidak terbakar, kotoran
dan karbon juga harus dilarutkan atau dibawa oleh mesin sehingga tidak mengumpul dalam
mesin itu sendiri. Atau dengan kata lain fungsi utama pelumas adalah melumasi metal yang
bersinggungan, sebagai pendingin, sebagai perapat, sebagai pembersih, dan sebagai
penyerap tegangan.

Untuk memenuhi fungsi tersebut maka pelumas harus memiliki syarat-syarat yang
ditetapkan seperti: harus memiliki kekentalan yang tepat, memiliki kestabilan pada
perubahan temperatur, tidak merusak atau anti karat terhadap komponen, dan tidak
menimbulkan busa.

Semua fungsi tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan, sebagai
pelumas, oli akan membuat gesekan antar komponen di dalam mesin yang bergerak
menjadi lebih halus, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.
Selain itu pelumas juga bertindak sebagai fluida yang memindahkan panas dari ruang bakar
ke bagian lain pada mesin yang lebih dingin.

34
Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban

1.2. Kekentalan (viscosity)

Kekentalan merupakan sifat terpenting dari minyak pelumas, yang merupakan ukuran yang
menunjukkan tahanan minyak terhadap suatu aliran. Pelumas dengan viskositas tinggi
adalah kental, berat dan memiliki kemampu aliran yang rendah. Ia mempunyai tahanan
yang tinggi terhadap geraknya sendiri serta lebih banyak gesekan di dalam dari molekul-
molekul pelumas yang saling meluncur satu diatas yang lain. Jika digunakan pada bagian-
bagian mesin yang bergerak, pelumas dengan kekekantalan tinggi kurang efisien karena
tahanannya terhadap gerakan. Sedangkan keuntungannya adalah dihasilkan lapisan
pelumas yang tebal selama penggunaan. Pelumas dengan kekentalan rendah mempunyai
gesekan didalam dan tahanan yang kecil terhadap aliran. Suatu pelumas dengan kekentalan
rendah mengalir lebih tipis. Pelumas ini dipergunakan pada bagian peralatan yang
mempunyai kecepatan tinggi dimana permukaannya perlu saling berdekatan seperti pada
bantalan turbin.

Kekentalan dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan
antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah
mengalir, dapat dikatakan memiliki kekentalan yang rendah, dan sebaliknya bahan– bahan
yang sulit mengalir dikatakan memiliki kekentalan yang tinggi.

Kekentalan juga menunjukkan ketebalan atau kemampuan untuk menahan aliran suatu
cairan. Pelumas cenderung menjadi encer dan mudah mengalir ketika panas dan cenderung
menjadi kental dan tidak mudah mengalir ketika dingin. Tapi masing-masing
kecenderungan tersebut tidak sama untuk semua pelumas. Ada tingkatan permulaan kental
dan ada yang dibuat encer (tingkat kekentalannya rendah).

Suatu badan internasional SAE (Society of Automotive Engineers) yang khusus


membidangi pelumas dalam menyatakan standar kekentalan dengan awalan SAE di depan
indek kekentalan . Umumnya menentukan temperatur yang sesuai dimana pelumas tersebut
dapat digunakan. Selanjutnya angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat
kekentalan pelumas tersebut. Sebagai contoh untuk pelumas SAE 40 atau SAE 15W-50,
semakin besar angka yang mengikuti kode pelumas menandakan semakin kentalnya
pelumas tersebut. Sedangkan huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan
singkatan dari Winter. SAE 15W-50, berarti pelumas tersebut memiliki tingkat kekentalan
SAE 15 untuk kondisi suhu dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas. Dengan kondisi
seperti ini, pelumas akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi
ekstrim sekalipun. Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya pelumas akan
bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-50 menurut standar SAE. Tapi memilih jenis
pelumas harus hati-hati, tidak hanya sesuai dengan temperatur setempat tapi juga kondisi
kerja mesin perlu diperhatikan.

Mutu dari pelumas sendiri ditunjukkan oleh kode API (American Petroleum
Institute) dengan diikuti oleh tingkatan huruf dibelakangnya. API: SL, kode S(Spark)

35
JITE Vol. 1 No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

menandakan pelumas mesin untuk bensin. Kode huruf kedua mununjukkan nilai mutu
pelumas, semakin mendekati huruf Z mutu pelumas semakin baik dalam melapisi
komponen dengan lapisan film dan semakin sesuai dengan kebutuhan mesin modern.

Semua jenis pelumas baik mineral maupun sintetis sama-sama ada standar APInya.
Pelumas mineral biasanya dibuat dari hasil penyulingan sedangkan pelumas sintetis dari
hasil campuran kimia. Bahan pelumas sintetis biasanya PAO (Poly Alpha Olefin). Jadi
pelumas Mineral API SL kualitasnya tidak sama dengan pelumas Sintetis API SL.

Kenaikan temperatur minyak pelumas sangat mempengaruhi performace dari sistem


pelumasan. Kenaikan temperatur yang berada diluar temperatur kerjanya sangat merugikan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya viskositas merupakan parameter penting dari
pelumasan. Viskositas pelumas ini sangat tergantung pada kerjanya. Besaran viskositas
berbanding terbalik dengan perubahan temperatur. Kenaikan temperatur akan melemahkan
ikatan antar molekul suatu jenis cairan sehingga akan menurunkan nilai viskositasnya.
Sehingga karakteristik viskositas minyak pelumas yang sangat bergantung pada temperatur
lingkungannya (indeks viskositas).

1.3. Pelumas Sintetis

Pelumas sintetis telah lama digunakan untuk peralatan militer, komersil dan untuk
keperluan umum. Istilah sintetis berarti suatu produk yang dihasilkan tidak dengan proses
permurnian secara alami sehingga menjadi unsur, seperti unsur pelumas mineral yang
diproses dari pemurnian minyak mentah. Pelumas sintetis diproses dari beberapa bahan
dasar yang berbeda dan dengan menggunakan beberapa cara yang berbeda pula. Beberapa
campuran kimia yang biasanya digunakan untuk pelumas sintetis meliputi :
1. Synthetic hydrocarbons (pada umumnya polyalphalefins)
2. Organic esters (dibuat dengan mencampur alkohol dan asam)
3. Polyglycols

Keuntungan utama menggunakan pelumas sintetis adalah kemampuan untuk


mempertahankan karakteristik pelumas pada temperatur sangat rendah. Karakteristik dari
pelumas sintetis ini membuat pelumas sintetis menjadi populer di iklim yang lebih dingin,
jika pengoperasian mesin dingin adalah penting. Kerugian utama adalah harga. Harga dari
pelumas sintetis bisa mencapai empat atau lima kali harga dari pelumas mineral. Pelumas
sintetis biasanya disarankan untuk mesin-mesin berteknologi terbaru (turbo, supercharger,
dohc, dsbnya) juga yang membutuhkan pelumasan yang lebih baik (racing) dimana celah
antar part/logam lebih kecil/sempit/presisi dimana hanya pelumas sintetis yang bisa
melapisi dan dapat mengalir dengan sempurna. Pelumas sintetis tidak disarankan untuk
mesin yang berteknologi lama dimana celah antar komponen biasanya sangat
besar/renggang sehingga bila menggunakan pelumas sintetis biasanya menjadi lebih boros
karena pelumas ikut masuk ke ruang pembakaran dan ikut terbakar sehingga pelumas cepat

36
Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban

habis dan gas asap yang dihasilkan keluar dari knalpot lebih hitam. Beberapa keuntungan
pelumas sintetis diantaranya adalah:
1. Dapat membuat mesin mudah dihidupkan pada saat cuaca sangat dingin.
2. Penggunaan pelumas sintetis dapat menghemat pemakaian bahan bakar seekonomis
mungkin karena dapat mengurangi gesekan secara maksimal pada mesin
3. Penggunaan pelumas sintetis menghasilkan mesin yang cenderung lebih dingin
pada saat beroperasi karena gesekan yang minim pada mesin.
4. Memiliki ketahanan panas yang lebih tinggi sehingga tidak mudah rusak dan tahan
lama terhadap oksidasi.

1.4. Pelumas Mineral

Pelumas mineral digunakan hampir diseluruh mesin otomotif karena pelumas mineral
mempunyai lebih banyak pilihan kualitas yang diinginkan, lebih murah dan lebih banyak
dibandingkan jenis lain. Pelumas mineral bebas dari asam ketika pemurnian, oleh karena
itu tidak merusak logam dikarenakan reaksi kimia. Pelumas berbahan dasar mineral
diperoleh sebagai bagian dari proses pemurnian minyak bumi , ciri fisik dan kimia pelumas
tergantung pada jenis minyak bumi yang dihasilkan.

1.5. Parameter Yang Mempengaruhi Kemampuan Mesin

Yang dimaksud dengan kemampuan mesin adalah prestasi dari suatu mesin yang erat
hubungannya dengan daya mesin yang dihasilkan serta daya guna dari mesin tersebut. Ada
beberapa parameter yang mempengaruhi kemampuan mesin yang dapat diperinci sebagai
berikut :
• Volume langkah torak, (VL) : volume langkah torak dari seluruh silinder pada
suatu mesin diukur dari TMA (Titik Mati Atas) sampai TMB (Titik Mati
Bawah). Volume langkah ini selanjutnya akan mempengaruhi volume gas yang
masuk keruang silinder, sedangkan gas yang masuk nantinya akan
menghasilkan energi pembakaran setelah gas tersebut dibakar. Apabila gas
yang masuk jumlahnya besar maka hasil energi pembakarannya juga akan
besar. Apabila volume langkah kecil, maka gas yang masuk sedikit dan energi
hasil pembakarannya juga akan kecil.
• Perbandingan kompresi : perbandingan kompresi menunjukkan berapa jauh
campuran udara – bahan bakar yang dihisap selama langkah hisap
dikompresikan dalam silinder selama langkah kompresi. Dengan kata lain
adalah perbandingan dari silinder dan volume ruang bakar dengan torak pada
posisi TMB (V 2 ) dengan volume ruang bakar dengan torak TMA (V 1 ).
• Pemakaian bahan bakar spesifik, (Be) : pemakaian bahan bakar spesifik
merupakan parameter yang berhubungan erat dengan efisiensi thermal motor.
Pemakaian bahan bakar spesifik ini didefinisikan sebagai banyaknya bahan
bakar yang terpakai setiap jam untuk menghasilkan setiap kW dari daya motor.
Parameter ini biasanya dipakai sebagai ukuran ekonomis-tidaknya pemakaian

37
JITE Vol. 1 No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

bahan bakar karena Be menyatakan banyaknya bahan bakar yang terpakai pada
setiap jam untuk setiap daya yang dihasilkan. Harga Be yang lebih rendah
merupakan efisiensi yang lebih tinggi. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa untuk mendapatkan energi panas diperlukan campuran gas
yang terdiri dari campuran bahan bakar dengan udara.
• Daya poros efektif, (Ne): daya poros diperoleh dari hasil pengukuran torsi pada
dynamometer dan tachometer.
• Tekanan efektif rata-rata, (Pe) : tekanan efektif rata-rata didefinisikan sebagai
tekanan efektif dari fluida kerja terhadap torak sepanjang langkahnya untuk
menghasilkan kerja persiklus.
• Laju aliran massa udara, (Ma) : daya yang dapat dihasilkan motor dibatasi oleh
jumlah udara yang dihisap kedalam silinder. Tekanan udara diukur dengan
manometer, dimana yang diukur adalah beda tekanan pada orifis dalam
mmH 2 O.
• Perbandingan bahan bakar dan udara, (AFR) : yaitu perbandingan jumlah bahan
bakar dan udara yang digunakan pada ruang bakar.
• Efisiensi thermal ( ηt ) : efisiensi thermal adalah perbandingan antara daya yang
dihasilkan terhadap jumlah energi bahan bakar yang diperlukan untuk jangka
waktu tertentu.

2. METODE PENGUJIAN

Pengujian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan pelumas


mineral dibandingkan dengan pelumas sintetis terhadap unjuk kerja mesin bensin empat
langkah. Adapun mesin yang di uji memiliki volume silinder 970 cc dan pencatatan data
dilakukan pada kondisi pembebanan yang tetap dan putaran mesin yang berbeda yakni:
1200 rpm, 1600 rpm, dan 2000 rpm. Pengujian mesin ini dilakukan selama 180 menit untuk
setiap putaran mesin. Penelitian ini menggunakan bahan bakar premium yang dikeluarkan
oleh Pertamina.
Beberapa alat ukur yang digunakan diantaranya :
1. Tachometer, berfungsi untuk mengukur kecepatan putaran mesin yang dinyatakan
dalam rotasi per menit (rpm).
2. Dinamometer, berguna untuk mengukur beban yang diterima mesin. Batas
pengukuran dinamometer yang digunakan adalah 0-25 kg.
3. Manometer, berguna untuk mengukur perbedaan tekanan orifis laju aliran udara
yang masuk ke dalam mesin pengujian.
4. Gelas ukur pemakaian bahan bakar, berguna untuk mengukur volume pemakaian
bahan bakar yang digunakan oleh mesin dengan daerah pengukuran 0-1000 cc.
5. Thermometer yang digunakan terdiri dari berbagai macam :
• Thermometer air raksa, berguna untuk mengukur temperatur ruang, dengan
daerah pengukuran 0-50oC.
38
Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban

Thermometer bimetal, berguna untuk mengukur temperatur gas buang dengan



daerah pengukuran 0-1200oC
6. Barometer, berguna untuk mengetahui tekanan ruang pada saat pengujian.
7. Stop Watch digital.

3. HASIL DAN ANALISA

Grafik-grafik berikut ini memperlihatkan hasil pengujian dengan menggunakan pelumas


mineral dan mesin menggunakan pelumas sintetis terhadap waktu. Parameter yang akan
dibedakan adalah :
1. Pemakaian bahan bakar spesifik
2. Daya poros
3. Efisiensi thermal

3.1. Pemakaian Bahan Bakar Spesifik


Berikut ini disajikan grafik pemakaian bahan bakar spesifik pada putaran 1200, 1600 dan
2000 rpm.

Pemakaian bahan bakar spesifik vs Waktu


1200 rpm Pemakaian bahan bakar spesifik vs Waktu
1600 rpm
1.200
Pemakaian bahan bakar

0.750
Pemakaian bahan bakar

0.700
spesifik (kg/kW jam)

1.000
0.650
(kg/kW jam)

0.800 0.600
Mineral 0.550 Mineral
0.600
Sintetis 0.500 Sintetis
0.400 0.450
0.400
0.200 0.350
0.000 0.300
0 3 6 9 12 15 18 21
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu ( x 10 Menit )
Waktu ( x 10 menit )

Gbr. 1. Konsumsi bahan bakar spesifik Gbr. 2. Konsumsi bahan bakar spesifik
pada putaran 1200 rpm pada putaran 1600 rpm

Pemakaian bahan bakar spesifik vs waktu


2000 rpm
Pemakaian bahan

0.600
bakar spesifik
(kg/kW jam)

0.550
0.500
0.450
Mineral
0.400
0.350 Sintetis
0.300
0.250
0.200
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu ( x 10 Menit )

Gbr. 3. Konsumsi bahan bakar spesifik


pada putaran 2000 rpm

39
JITE Vol. 1 No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

Dari ketiga grafik tersebut diatas menunjukkan bahwa pemakaian bahan bakar spesifik
untuk mesin menggunakan pelumas mineral lebih tinggi dibandingkan dengan mesin
menggunakan pelumas sintetis untuk masing-masing putaran yang berbeda.
Kecenderungan pemakaian bahan bakar terlihat lebih boros terjadi pada putaran rendah,
dan pada putaran yang semakin meningkat pemakaian bahan bakarnya semakin menurun.

Dari Gbr. 1, menunjukkan bahwa pemakaian bahan bakar spesifik dengan menggunakan
pelumas mineral rata-rata 0,927 kg/kW-jam, dan pemakaian bahan bakar spesifik dengan
menggunakan pelumas sintetis rata-rata 0,592 kg/kW-jam, atau pemakaian bahan bakar
spesifik pada penggunaan pelumas mineral lebih tinggi 37,3 % dibandingkan dengan
pelumas sintetis. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kekentalan pelumas mineral lebih
tinggi (pada suhu 400C adalah 134,69 cSt) dibandingkan pelumas sintetis (pada suhu 400C
adalah 77,83 cSt), sehingga kemampu aliran pelumas mineral lebih rendah dari pelumas
sintetis serta gesekan yang ditimbulkan juga semakin tinggi, dan hal tersebut selanjutnya
akan berdampak terhadap bahan bakar yang dibutuhkan per satuan daya yang dihasilkan
untuk setiap satuan waktu.

Pada selang waktu dari nol hingga 60 menit pertama, pemakaian bahan bakar spesifik
untuk kedua jenis pelumas memiliki kencenderungan yang sama yaitu semakin menurun,
tetapi pada selang waktu berikutnya keduanya menunjukkan kecenderungan yang semakin
konstan. Dari data hasil pengujian pada putaran mesin 1200 rpm menunjukkan penggunaan
pelumas mineral pada selang waktu 10 - 30 menit terjadi penurunan pemakaian bahan
bakar spesifik sekitar 5,08 % yaitu dari 1,043 kg/kW jam – 0,990 kg/kW jam dan pada
selang waktu 30 - 60 menit sekitar 4,37 % yaitu dari 0,983 kg/kW jam – 0,940 kg/kW jam.
Sementara pemakaian bahan bakar pada selang waktu 10 - 30 menit menurun sebesar 4,6 %
yaitu dari 2,126 kg/jam hingga 2,028 kg/jam dan pada selang waktu 30 - 60 menit sebesar
4,3 % yaitu dari 2,012 kg/jam hingga 1,938 kg/jam, sedangkan daya poros yang dihasilkan
tetap sama yaitu sebesar 2,048 kW.

Dari ketiga grafik tersebut diatas memperlihatkan bahwa pada putaran mesin yang semakin
meningkat kebutuhan bahan bakar spesifiknya akan semakin menurun, khususnya pada saat
menit-menit awal hingga menit ke 60, namun setelah itu kecenderungan pemakaian bahan
bakar memperlihatkan semakin konstan.

Pada putaran mesin yang semakin meningkat yaitu 1600 rpm dan 2000 rpm, pemakaian
bahan bakar spesifik semakin menurun seperti ditunjukkan pada Gbr. 2 dan Gbr. 3.
Kecenderungan tersebut masing-masing terjadi pada pemakaian pelumas sintetis dan
mineral, namun pada selang waktu berikutnya dimana suhu semakin meningkat, pemakaian
pelumas sintetis lebih stabil dibandingkan pelumas mineral. Gambaran ini juga
menjelaskan bahwa tahanan yang diakibatkan gesekan pada pemakaian pelumas mineral
lebih besar dibandingkan dengan pemakaian pelumas sintetis, sehingga daya yang
dihasilkan perjumlah bahan bakar yang dikonsumsi untuk pelumas mineral lebih kecil dari
pada pelumas sintetis. Atau dengan kata lain, menggunakan pelumas mineral lebih boros
dari pada mesin menggunakan pelumas sintetis.
40
Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban

3.2. Daya Poros


Berikut ini disajikan grafik daya poros yang dihasilkan pada putaran 1200, 1600 dan 2000
rpm.

Daya poros vs Waktu Daya poros vs Waktu


1200 rpm 1600 rpm

2.100 2.820
2.080
2.800

Daya poros
Daya poros

2.060
2.780 mineral

(kW)
2.040 mineral
(kW)

2.020 Sintetis 2.760 sintetis


2.000
2.740
1.980
1.960 2.720
0 3 6 9 12 15 18 21 0 3 6 9 12 15 18 21

Waktu ( x 10 Menit) Waktu ( x 10 menit)

Gbr. 4. Daya poros yang dihasilkan pada Gbr. 5. Daya poros yang dihasilkan
putaran 1200 rpm pada putaran 1600 rpm
Daya poros vs Waktu
2000 rpm

3.550
3.500
Daya poros

3.450
mineral
(kW)

3.400
sintetis
3.350
3.300
3.250
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu ( x 10 menit)

Gbr. 6. Daya poros yang dihasilkan pada


putaran 2000 rpm

Daya poros yang dihasilkan berdasarkan pemakaian jenis pelumas dapat dilihat pada Gbr.
4, 5 dan 6 yaitu grafik hubungan daya poros vs waktu pada putaran mesin 1200, 1600 dan
2000 rpm. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada putaran mesin yang semakin
meningkat maka daya poros yang dihasilkan akan semakin meningkat pula, walaupun bila
dibandingkan dari pemakaian kedua jenis pelumas memberikan daya poros yang berbeda-
beda pada saat awal operasi. Pada pemakaian pelumas mineral, daya poros yang dihasilkan
memiliki karakteristik yang bebeda-beda untuk ketiga variasi putaran diatas, dimana pada
putaran 1200 dan 1600 rpm, terjadi penurunan daya poros yang dihasilkan setelah
pengoperasian mesin pada 100 hingga 120 menit pertama, dan selanjutnya pada menit-
menit berikutnya kecenderungannya konstan.
Hal yang berbeda terjadi pada putaran 2000 rpm, dimana penurunan daya poros yang
dihasilkan pada selang waktu pengujian pada 80 menit hingga 150 menit dan selanjutnya
menuju kepada kecenderungan yang konstan. Pada pemakaian pelumas sintetis, daya poros
yang dihasilkan lebih besar dari pada pemakaian pelumas mineral, dan daya yang

41
JITE Vol. 1 No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

dihasilkan sejak awal pengujian lebih stabil hingga akhir pengujian dibandingkan dengan
menggunakan pelumas mineral.

Rata-rata daya poros yang dihasilkan dengan menggunakan pelumas mineral pada variasi
putaran tersebut diatas masing-masing adalah 2,02 kW; 2,42 kW dan 3,39 kW. Sedangkan
daya poros rata-rata yang dihasilkan dengan menggunakan pelumas sintetis pada variasi
putaran tersebut masing-masing adalah 2,06 kW, 2,79 dan 3,52 kW atau lebih besar dari
daya poros yang dihasilkan dengan menggunakan pelumas mineral. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan aliran untuk melumasi bagian mesin dengan menggunakan pelumas
sintetis lebih baik dari pada pelumas mineral, atau tahanan yang diakibatkan oleh pelumas
mineral lebih besar dari pelumas sintetis, sehingga mengakibatkan rugi-rugi daya yang
terserap disepanjang jalur aliran pelumas tersebut.

3.3. Efisiensi Thermal

Berikut ini disajikan grafik efisiensi thermal yang dihasilkan pada pemakaian pelumas
mineral dan sintetis pada putara mesin 1200, 1600 dan 2000 rpm.

Effisiensi thermal vs Waktu Efisiensi thermal vs Waktu


1200 rpm 1600 rpm

18.000
16.00
Effisiensi thermal (%)

16.000
14.00
Efisiensi thermal

14.000
12.00 12.000
10.00 mineral 10.000 Mineral
(%)

8.00 8.000 Sintetis


6.00 sintetis 6.000
4.00 4.000
2.00 2.000
0.000
0.00
0 3 6 9 12 15 18 21
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu ( x 10 Menit )
Waktu ( x 10 menit)

Gbr. 7. Efisiensi thermal pada putaran Gbr. 8. Efisiensi thermal pada


1200 rpm putaran pada 1600 rpm

Efisiensi thermal vs Waktu


2000 rpm
20.000
Efisiensi thermal

15.000
(%)

10.000 Mineral
Sintetis
5.000

0.000
0 3 6 9 12 15 18 21
Waktu ( x 10 Menit )

Gbr. 9. Efisiensi thermal pada


putaran 2000 rpm

42
Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Perbandingan Pelumas Mineral dan Sintetis, Mawardi Silaban

Efisiensi thermal adalah menyatakan perbandingan antara daya yang dihasilkan terhadap
jumlah energi bahan bakar yang diperlukan untuk jangka waktu tertentu. Dari Gbr. 7, 8 dan
9 tersebut diatas menunjukkan bahwa pada putaran mesin 1200 rpm, pada pemakaian jenis
pelumas mineral menghasilkan efisiensi thermal rata-rata 8,98 % dan pada pemakaian
pelumas sintetis menghasilkan efisiensi termal rata-rata 14,86 %, atau memiliki perbedaan
sekitar 40 %. Sedangkan untuk putaran mesin 1600 rpm, pada pemakaian pelumas mineral
efisiensi termal yang dihasilkan rata-rata 14, 06 %, dan untuk pemakaian pelumas sintetis
efisiensi thermal yang dihasilkan rata-rata 15,22 %. Demikian juga halnya untuk putaran
mesin 2000 rpm, pada pemakaian pelumas mineral efisiensi thermal yang dihasilkan rata-
rata 15,74 % dan untuk pemakaian pelumas sintetis efisiensi thermal yang dihasilkan rata-
rata 17,48 %. Pada variasi putaran yang semakin meningkat yaitu dari 1200, 1600 dan
2000 rpm, efisiensi thermal yang dihasilkan oleh mesin semakin meningkat pula untuk
masing-masing jenis pelumas tersebut.

Dalam hal pelumasan, kenaikan temperatur yang berlebihan jelas menurunkan nilai indeks
viskositas pelumasnya, sehingga tidak dapat memberikan pelumasan atau tingkat kinerja
yang diperlukan, sehingga kenaikan temperatur akan terjadi pada komponen dan
menyebabkan rusaknya geometri pada komponen (poros,bearing). Semakin kecil harga
viskositas indeks sebagai akibat dari naiknya temperatur pelumas maka lapisan film
pelumas akan semakin berkurang. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan rugi gesek
yang semakin meningkat sehingga berakibat pada naiknya torsi pembebanan pada mesin.

4. KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan dan analisa pada pengujian terhadap mesin bensin 970 cc dengan
menggunakan pelumas mineral dan pelumas sintetis dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pada pemakaian bahan bakar spesifik untuk ketiga variasi putaran
mesin tersebut diatas, maka dengan pelumas sintetis lebih irit dibandingkan dengan
pelumas mineral, khususnya pada putaran 1200 rpm. Atau dengan kata lain daya
yang dihasilkan per sejumlah bahan bakar yang dikonsumsi dengan pelumas sintetis
lebih besar dari yang dihasilkan dengan pelumas mineral.
2. Berdasarkan daya poros yang dihasilkan pada variasi putaran 1200, 1600 dan 2000
rpm, penggunaan pelumas sintetis menghasilkan daya poros yang lebih besar
dibandingkan pelumas mineral yaitu berkisar antara 1,93 % - 3,46 %, hal tersebut
terjadi disebabkan kemampu aliran pelumas sintetis lebih baik dari pelumas
mineral, sehingga rugi-rugi daya disepanjang jalur aliran pelumas mineral lebih
besar dari pelumas sintetis.
3. Berdasarkan perhitungan efisiensi thermal yang dihasilkan pada seluruh putaran
1200, 1600 dan 2000 rpm, maka penggunaan pelumas sintetis menghasilkan
efisiensi thermal yang lebih besar dibandingkan pelumas mineral yaitu berkisar
antara 8,06 % - 33,7 %.

43
JITE Vol. 1 No. 12 Edisi Februari 2011 : 33- 44

DAFTAR PUSTAKA

_______, “Panduan Pengawasan Produksi Pelumas”, Ditjen Industri Kimia, Agro dan
Hasil Hutan, Depperindag, Oktober 2003.
ASM Handbook. "Friction, Lubrication and Wear Technology".
D. J. Smolenski, S. E. Schwartz, “Automotive Engine-Oil? Condition Monitoring”,
Handbook of Lubrication & Tribology, VOL. III, 1994, pg. 17-32.
E.Ellinger, Herbert, D.Halderman, James. "Automotive Engine Theory And Servicing".
Third Edition. Prentice Hall, New Jersey Colombos, Ohio.
G. C. Ofunne, A. U. Maduako, C. M. Ojinnaka, “Studies on the Ageing Characteristics of
Automotive Crankcase Oils, Tribology International, VOL. 22 No. 6, 1989, pg.
401-404.
Marks’. "Standard Handbook For Mechanical Enginee"r. Eight edition, Mc Graw Hill
Book Company, 1978.
Mortier, O. (Ed)., “Chemistry and Technolgy of Lubricants”, Chapman & Hall, 1997.
Panduan Praktikum Pengujian Prestasi Mesin. Institut Teknologi Indonesia, 2001.
Rizqon Fajar, Siti Yubaidah,” Penentuan Kualitas Pelumasan Mesin” , Balai
Termodinamika Motor dan Sistem Propulsi BPPT, MESIN Volume 9, Nomor 1,,
Januari 2007.
Sanusi W, “Base Oil dan Formulasi Pelumas”, Bulletin MASPI, Ed.I, Januari 2006.
Srinivasan, S. "Automotive Engine", Tata McGraw-Hill, New Delhi, 2001.
Streeter, Victor L, Wyhe, E.Benjamin, Prijono, Arko. "Mekanika Fluida". Jilid 1. Jakarta,
1986

44
Mengenal Pelumas Pada Mesin (Darmanto)

MENGENAL PELUMAS PADA MESIN


Darmanto
Kontak mekanik adalah hal yang tidak bisa dihindari pada permesinan,
meminimalkan keusan akibat kontak adalah dengan cara memberi pelumas
Jurusan Teknik Mesin pada sistem tersebut. Cara memilih pelumas pada mesin harus
Fakultas Teknik,
mempertimbangkan tiga hal pokok, yaitu putaran mesin, tekanan kontak atau
Universitas Wahid Hasyim
Semarang beban dan temperatur kerja. Indek Viskositas pelumas menunjukkan kerja
Jl. Menoreh Tengah X/22 pelumas yang sangat dipengaruhi oleh temperatur kerja. Kekentalan atau
Semarang viskositas pelumas mempengaruhi koefisien gesek permukaan kontak, sehingga
mempengaruhi regim pelumasan.
E-mail :
darmanto_uwh@yahoo.co.id Kata Kunci : kontak mekanik, pelumas mesin

Pendahuluan aromatik dan senyawa lain dengan prosentase


Pada permesinan tidak bisa lepas adanya kontak yang kecil (7). Produksi mineral oil terlihat pada
mekanik antara elemen satu dengan yang lain. gambar 1. Sekarang ini telah dikembangkan jenis
Kontak mekanik tersebut mengakibatkan pelumas tiruan (pelumas sintetik) dengan
terjadinya wear (keausan)(9), keausan ada yang memanfaatkan gas ethylene dari minyak mentah
memang diperlukan dan ada yang harus dicampur dengan gas hidrogen seperti pada
dihindari. Keausan yang diperlukan misalnya gambar 2. Pelumas sintetik mempunyai
proses grinding, cutting, pembubutan dan lain – keunggulan dengan umur pakai yang lebih
lain, sedangkan keausan yang harus dihindari panjang, akan tetapi harganya lebih mahal jika
adalah kontak mekanik pada elemen mesin yang dibandingkan dengan mineral oil.
digunakan untuk mentransmisikan daya, Menurut bentuknya pelumas dikelompokan
misalnya motor bakar, mesin produksi, mesin menjadi tiga, Yaitu : 1). Liquid (pelumas cair),
konvensional dan lain-lain. misalnya pelumas motor bakar, pelumas hidrolis,
Pada paper ini akan dibahas mengenai pelumas 2). Semi Liquid , misalnya grease, 3). Solid
dalam yang digunakan pada mesin secara umum. (pelumas padat), pelumas jenis dikarenakan sifat
Secara umum fungsi pelumas antuk mencegah dari material kontak itu sendiri yang sudah
atau mengurangi keausan dan gesekan, licin,biasanya digunakan pada mesin di industri
sedangkan fungsi yang lain sebagai pendingin, makanan.
peredam getaran dan mengangkut kotoran pada Menurut temperatur lingkungan minyak pelumas
motor bakar. Pelumas juga berfungsi sebagai seal dibagi menjadi dua, yaitu :1). Minyak pelumas
(mencegah kebocoran) pada sistem kompresi dingin (kode W/winter), 2). Minyak pelumas
(1),(10). panas (kode S/summer). Di daerah panas/tropis
Minyak pelumas alam (mineral oil) diperoleh seperti Indonesia dianjurkan menggunakan
dari bahan tambang minyak mentah (crude oil) pelumas dingin (W), sedangkan didaerah
yang komposisinya terdiri dari alkana subtropis/dingin dianjurkan untuk menggunakan
(Hidrokarbon Jenuh) atau sering disebut Parafin, pelumas panas(S).
Hidrokarbon tak jenuh (alkena), Hidrokarbon
1 2  Gas
i.e..
Ethylen Minyak
e pelumas
Crud
He
e  mentah
Produks a Solvent bayak
i Fraksioni
t s kandun
minyak sasi gan
3 men RefinemePetrol, i.e. Lilin
tah
“PemisahDistillat
Minyak nt
an”e Base
pelumas Stock
(pembers

4 menta
h Aditif
Kerose
ihan)
Minyak
Pelum
ne
Base  as
Misalnya Oli
Stock Lubrica
Mesin,
Minyak ting Oil
Gambar 1. 
Pelum Produksi mineral oil(4) Oli
Hidrolik,
as Asphalt etc
 Fuel
Oil 5
Momentum, Vol. 7, No. 1, April 2011 : 5- 10

 Gas i.e..
Ethylene
 Solvents Gas Ethylen
 Petrol, Distillate Berat molekul paling
 Kerosene rendah, anggota famili olefin
 Lubricating Oil (Hidrokarbon tak stabil)
 Asphalt
 Fuel Oil
Crude

Panas
Produksi Fraksionisasi
minyak mentah “Pemisahan”

3 Ethylene Hydrogen
Gas Gas
Synthetic Base Stock

4
Aditif
Synthetic
Base Stock Misalnya. Oli mesin,
Oli Hidrolik, dll

Gambar 2. Produksi syntetic oil(4)

Cara memilih pelumas


Kalau kita dihadapkan pada sebuah mesin yang jenis liquid, sedangkan untuk putaran yang
tidak ada petunjuk pemakaian pelumasnya, maka rendah menggunakan jenis solid atau semiliquid.
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : Langkah berikutnya dipertimbagkan temperatur
Beban kerja atau tekanan kontak dan putaran kerja, hal ini sangat berpengaruh terhadap umur
mesin. Dari dua parameter ini kita bisa memilih pemakaian. Gambar 4. dan 5.menunjukkan
jenis pelumas liquid, semiliquid atau solid, hal ini hubungan antara temperatur kerja dengan umur
dijelaskan dalam gambar 3. pakai beberapa jenis pelumas cair dan grease.
Dari gambar 3. terlihat bahwa semakin tinggi
putaran mesin pelumas yang digunakan adalah

Gambar 3. grafik kecepatan dan tekanan


kontak terhadap bentuk fisik pelumas (8)

6
Mengenal Pelumas Pada Mesin (Darmanto)

Gambar 4. Grafik temperatur dan umur


pakai terhadap jenis-jenis oli mineral (8)

Gambar 5. Grafik temperatur dan umur


pakai terhadap jenis-jenis oli sintetik (8)

Gambar 6. Grafik temperatur dan umur


pakai terhadap jenis-jenis grease (8)

7
Momentum, Vol. 7, No. 1, April 2011 : 5- 10

Bahan Aditif pada pelumas


Aditif adalah bahan kimia yang ditambahkan ke Viskositas
dalam oli untuk meningkatkan kemampuan kerja viskositas adalah tegangan geser pada bidang
dan memperpanjang umur oli. Jenis – jenis bahan fluida perunit perubahan kecepatan terhadap
aditif antara lain ditunjukan oleh table 1. bidang normal. Viskositas memiliki satuan mm/s2
Untuk pelumas mesin pada kendaraan bermotor atau centistoke(cSt), semakin tinggi nilai
sekarang ini telah dilengkapi dengan berbagai viskositas pelumas akan semakin kental.
macam aditif, sehingga sudah tidak memerlukan Standarisasi viskositas bermacam – macam
tambahan aditif lagi. Oli dengan dengan bahan antara lain SAE, API, ASTM, ISO dan lain-lain.
aditif yang komplit harganya lebih mahal, Pelumas di Indonesia biasanya menggunakan
sehingga diharapkan dapat bekerja pada berbagai lebih dari satu standar, dan yang paling sering
kondisi. Masing – masing produsen oli digunakan adalah SAE. Tabel 2 menunjukan nilai
mempunyai rahasia sendiri terhadap produknya. viskositas dari SAE.

Jenis Aditif Fungsi


Anti Wear dan EP Agen Mengurangi gesekan dan keausan (cylinder
liner, cam followers
Viscosity Index Improvers Menjaga kekentalan pada saat temperature
tinggi
Detergent Menjaga permukaan agar bebas dari deposit
Dispersant Menjaga agar kotoran tidak larut dalam dan
tetap melayang di dalam opelumas

Tabel 1. Jenis-jenis aditif (4),(8)

du / dy  u / h
   (du / dy)
F   .A

Gambar 7. gambar hubungan antara vikositas, kecepatan dan jarak (6)

8
Mengenal Pelumas Pada Mesin (Darmanto)

Viscosity cSt
Max Viscosity pada 100 ˚C Index Viskositas
SAE Index viskositas merupakan hubungan antara
(cP pada ˚C)
Min Max viskositas/kekentalan pelumas terhadap
0W 3250 pada -30 3.8 - perubahan temperatur. Temperatur kerja yang
semakin tinggi akan menurunkan viskositas
5W 3500 pada -25 3.8 - pelumas, demikan juga sebaliknya semakin
10 W 3500 pada -20 4.1 - rendah temperatur kerja kekentalan pelumas akan
naik.
15 W 3500 pada -15 5.6 - Terhadap index viskositas ini pelumas dibedakan
20 W 4500 pada -10 5.6 - menjadi dua jenis, yatu: 1). Pelumas Monograde,
yaitu pelumas yang hanya mampu bekerja pada
25 W 6000 pada -5 9.3 - viskositas tertentu saja. 2).Pelumas Multigrade,
20 - 5.6 9.3 yaitu pelumas yang mampu bekerja pada
berbagai kondisi viskositas. Hal tersebut
30 - 9.3 12.5 dijelaskan pada gambar 8.
40 - 12.5 16.3 Pelumas dengan SAE 15W dan SAE 40W hanya
bekeja pada satu kondisi viskositas, pelumas jenis
50 - 16.3 21.9 ini biasanya digunakan pada mesin dengan
60 - 21.9 26.1 temperatur kerja yang tidak tinggi. Sedangkan
pelumas dengan SAE 15W/40 mampu bekerja
pada rentang viskositas diantara dua jenis di atas,
pelumas jenis ini biasanya digunakan pada mesin
Tabel 2. Nilai viskositas pada SAE (4) yang bekerja pada temperatur panas seperti mesin
pada sepeda motor atau mobil

20W
15W
10W SAE 15W/40
SAE 40W
5W

50
SAE 15W 40
Kenaikan 30
Viscosity 20

-15C Kenaikan Temperatur 100C

Gambar 8. index viskositas berbagai pelumas (4)


Kerja Pelumas

Kerja pelumas adalah memberi sparasi antar


elemen mesin, sehingga tidak tejadi kontak,
ketebalan lapisan film pada daerah kontak antara
0,1 – 1,0 µm (9). Dengan demikian tidak akan
terjadi keausan pada masing-masing elemen.
Secara matematis umur sebuah elemen mesin Gambar 9. kontak mekanik tanpa dan dengan
bisa sampai tak terhingga jika pelumasannya pelumas (2)
berlangsung sempurna. Daerah pelumasan atau Daerah pelumasan hidrodinamik merupakan yang
lubrication regim dijelaskan pada gambar 9. paling sempurna, hal ini memerlukan kekasaran

9
Momentum, Vol. 7, No. 1, April 2011 : 5- 10

permukaan yang kecil dan viskositas pelumasnya


rendah, sehingga koefisien geseknya akan Kesimpulan
menurun. Pada Mixed regim koefisien gesek Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai
sangat dipengaruhi oleh viskositas pelumas, berikut :
tekanan dan putaran mesin. Pada Boundary regim 1. Pemakaian jenis pelumas secara umum
dimana terjadi kontak antar permukaan secara dipengaruhi oleh putaran mesin, tekanan
penuh, sehingga viskositas pelumas, tekanan dan kontak dan temperatur kerja
putaran mesin tidak mempengaruhi koefisien 2. Koefisein gesek permukaan kontak
gesek, sehingga tetap tinggi. Fenomena diatas dipengaruhi oleh viskositas pelumas,
dijelaskan pada streeveback curve gambar 10 di kekasaran permukaan, putaran mesin dan
bawah ini. tekanan kontak.

Daftar Pustaka :

1. ASM Metals Handbook, Vol 18, Friction,


a Lubrication, Wear Technology
2. B.Bhushan, 2001, Modern Tribology
Handbook, Principles of Tribology, CRC
Press
b 3. B.J.Hamrock, 1994, Fundamentals of Fluid
Film Lubrication, McGraw Hill
4. Exon Mobile
5. I.M.Hutchings, 1995, Tribology: Friction
c and Wear of engineering materials, Arnold,
London
Gambar 10. Daerah pelumasan 6. G. W. Stachowiak, A. W. Batchelor,
a). hydrodynamic b) Mixed c) Engineering Tribology
Boundary (3) 7. Mahfudz, 2011, Makalah Presentasi
Klasifikasi dan komposisi Minyak Pelumas.
8. M J Neale, 2001, Lubrication and Reliability
Handbook, Butterworth Heinemann
9. T.A.Stolarski, 2000, Tribology in Machine
Design, Butterworth-Heinemann
10. www. Otomotif.kompas.com

Gambar. 11 Streeveback curve (3)

10
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ISSN : 1858-3709

PENGARUH PENCAMPURAN OLI TREATMENT DENGAN


MINYAK PELUMAS MESIN TERHADAP KONSUMSI
BAHAN BAKAR PADA MOTOR BENSIN
Oleh :
Ir. Maimuzar, MT.
Oong Hanwar, ST.
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Unand

ABSTRACT
Additing the lubricant with a kind of oil treatment often occur at mechanical workshop for automotive. Mechanics
assume this idea to spare the requiring fuel.
To test the idea, we arrange an experiment which using a car Jimmi CJ 80 which the fuel tank of the car had
modified. This tank can show volume of bensin which had used by the car.
The experiment have two kind of idea. The first, the car use mesran super SAE 20 W 50. And the second, the car
use the mixing of oil treatment and mesran super SAE 20 W 50 lubricant.
This experiment arrange in 24 sample for the first idea and also 24 sample for the second idea. Resume of this
research are the first experiment has 2440,75 second average of operation time and the other 244,75 second,
which mean the experiment had only 0,04 second difference of operation time. Acording to the experiment, we
can say there is no influence of the mixing lubricant and oil treatment in fuel saving.

I. PENDAHULUAN dimaksud diantaranya F/Mach 500, STP oil


I.1 Latar Belakang Treatment, Top Freen, Jumbo Oil Treatment,
Melicinkan, melumasi, bukan masalah dan lain-lain.
gampang, namun amat vital, di dunia otomotif Agar penggunaan minyak pelumas
dan industri. Dalam industri modren seperti tidak menimbulkan kerugian atau pemborosan
sekarang ini, baan pelumas tidaklagi hanya bagi pemakai, maka pemilihan formulasi
berasal dari minyak nabati atau lemak hewan, minyak pelumas harus cocok dengan mesin
tetapi berkat perkembangan Iptek kimia serta kondisi kerjanya. Adanya banyak
pelumas, orang makin gencar meraih prestasi formulasi minyak pelumas serta aditif yang
pembuatan minyak pelumas yang memenuhi dipasarkan sekarang ini, kadang kala membuat
syarat bagi aneka mesin-mesin otomotif para pemakai gundah dan bingung. Semangkin
maupun mesin-mesin industri. Dengan kompleks lagi permasalahannya karena pada
demikian mesin dan minyak pelumas dapat umumnya. Aditif yang dipasarkan tersebut
diibaratkan dua sijoli yang tak dapat dipisakan, banyak mengkaitkan manfaatnya terhadap
saling mendukung untuk mencapai tujuan demi pemakaian bahan bakar (fuel consumption).
keawetan mesin. Dalam hal penggunaan Dari hasil pengamatan sepintas peneliti
minyak pelumas sering kali pemilik mobil dibengkel-bengkel pemeliharaan mobil, juga
mencampurnya lagi dengan aditif atau minyak perbincangan sesama pemilik mobil
dipasang sering disebut minyak pelicin “(oil ditemukan adanya pendapat yang prokontra
treatment)” oil treatment ini terdiri dari beberapa terhadap manfaat pencampuran oil treatment
jenis merek dan banyak diperdagangkan dengan minyak pelumas, sehingga sering
dipasaran terutama pada bengkel-bengkel sekali menimbulkan perdebatan kecil yang
pemeliharaan mobil. Jenis merek-merek yang

19
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ISSN : 1858-3709

pada akhirnya tidak mendapat pemecaan yang 1. Mengurangi keausan dan kerugian daya
ilmiah. gesek.
2. Sebagai perapat antara dua benda yang
I.2 Rumusan Masalah bergesekan.
Bertitik tolak dariuraian latar belakang 3. meredam kejutan-kejutan antara dua
seperti diutarakan diatas, peneliti merumuskan bidang yang bergesekan.
masalah sebagai berikut : “Apakah benar 4. Membantu sistem pendinginan mesin
pencampuran oil triatment dengan minyak karena pelumas juga menyerap panas.
pelumas mesin akan dapat menghemat atau 5. Membantu membersihkan bidang-bidang
mengurangi fuel consumption pada petrol lumas dengan cara menghanyutkan
engine?”. kotoran atau serpihan akibat gesekan
Dengan demikian masalah penelitian kedalam ruang penampung pelumas
hanya difokuskan pada fenomena ada tidaknya (karter).
pengaruh pencampuran minyak pelumas Selanjutnya disebutkan agar minyak
denganoil treatment terhadap penghematan pelumas dapat memenuhi fungsi tersebut
bahan bakar. Baan bakar yang dimaksud disini diatas diperlukan syarat-syarat yaitu :
adalah bahan bakar mesin yaitu “premium” 1. Mempunyai viskositas (kekentalan) yang
yang banyak dipasarkan oleh pertamina melalui cocok.
SPBU. 2. Mempunyai daya sekat; yaitu minyak
pelumas harus dapat melekat pada bidang
II. TINJAUAN PUSTAKA yang dilumasi.
II.1 Fungsi dan syarat-syarat Minyak 3. Dapat membentuk lapisan tipis (oil film)
Pelumas. agar sentuhan langsung antar logam dapat
Komponen mesin yang bergerak perlu dihindari.
dilumasiuntuk mengurangi kerugian akibat 4. Dapat mencegah timbulnya karat pada
gesekan. Bahan pelumas tersebut berperan logam yang dilumasi.
sebagaipengganti permukaan bidang 5. Titik alirnya rendah; yaitu agar minyak
gesek,karena dua bidang yang saling membuat pelumas tetap dapat mengalir walaupun
gerak relatif sesamanya akan menimbulkan suhu kerjanya rendah.
gesekan. Hal ini banyak sekali terdapat pada 6. Titik nyalanya tinggi; yaitu agar minyak
suatu motor bensin misalnya antara piston pelumas tidak mudah terbakar karena suhu
dengan dinding silindernya, antara poros kerja mesin.
engkol dengan bearing antara cam shaft 7. Tahan terhadap pembentukan endapan
dengan tappet antara penapiston dengan partikel tertentu dalam air, udara, bahan
bushingnya, dan sebagainya. dan gas-gas hasil pembakaran.
Berkaitan dengan minyak pelumas ini, 8. Mempunyai kemampuan untuk atau
PT. Toyota dalam bukunya “Toyota, Materi menghanyutkan partikel-partikel kecil tanpa
Pelajaran Engine Group” menyatakan bahwa menimbulkan pengendapan.
fungsi minyak pelumas dalam operasi mesin 9. Tidak berbuih (tidak berbusa) dan tidak
(motor) adalah : beracun.

20
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ISSN : 1858-3709

semangkin majunya pemikiran manusia


Khusus mengenai viskositas
sehingga proses pelumasan dapat semangkin
(kekentalan), ukurannya dinyatakan dengan
baik, efisien terandalkan, dan tidak
SAE (Society of Automotive Engineer), yaitu
meninggalkan endapan atau kerak apalagi tidak
semakin kental minyak pelumas semakin
menimbulkan kerusakan pada mesinyang
tinggilah SAEnya. Sebagai contoh, minyak
menggunakannya.
pelumas dengan SAE 40 adalah lebih kental
dari minyak pelumas SAE 30. Untuk daerah
II.3 Cara Kerja Pelumasan
dingin kekentalan minyak pelumas dinyatakan
Pelumasan tahan uji liat. Diberbagai
dengan SAE dan huruf W(-witer) dibelakang
komponen mesin ia dipukul, digoncang digeser,
angkanya, sebagai contoh SAE40 W, SAE 20
dibanding, disemprotkan, dicengkram, dikotori,
W 50 dan lain-lain.
sementara itu juga dipanasi dan terkena bahan
kimia yang tidak ramah. Padahal tugasnya
beraneka ragam seperti telah diuraikan
II.2 Minyak Dasar dan Aditif
sebelumnya. Tugas utama pelumas ialah
Mesin-mesin kendaraan dan mesin-
mencegah agar komponen-komponen yang
mesin industri memerlukan dan menggunakan
bergerak di dalam mesin tidak saling berkontak
pelumas. Pelumas, dalam arti yang bahannya
atau bergesek. Cara pertama adalah
berasaldari minyak bumi. Karena
membentuk film tebal, ini mencegah keausan
kandunganminyak bumi Indonesia belum
yang dapat merusak. Dengan demikian mesin
memenuhi syarat sebagai bahan dasar
tetap jalan dan aman. Film tebal tersebut
pelumas, walaupun sedang diusahakan
sebenarnya diproses sekali yakni sekitar 0,64
penelitian perbaikannya oleh pakar pelumas
mikron atau seperlimapuluh diameter rambut
minyak bumi, maka saat ini kita masih
manusia; Sifat pelumas yang menetukantebal
mengadalkan impor untuk sebahagian besar
jenis film ini ialah viskositas atau kekentalan.
bahan pembuat minyak, minyak pelumas
Viskositas ialah ukuran tahanan yang dialami
tersebut. Dengan demikian jelaslah bahwa
manakala satu lapisan cairan bergerak relatif
yang dimaksud dengan minyak pelumas
terhadap lapisan berikutnya, contohnya ialah
tersebut bukanlah hanya berasal dari minyak
caieran yang bergerak dalam pipa, yang
bumi tetapi minyak pelumas adalah merupakan
kecepatannya nol tepat.
bagian berat komponen minyak bumi yang
Pada dinding serta maksimum pada
dipisahkan destilasi dan kemudian ditambah
pusatnya. Gerak lain ialah gerak gesek pada
zat-zat kimia tertentu yang disebut aditif.
film cair antara dua permukaan yang bergerak
Bahan dasar pelumas disebut “base-
satu sama lain, misalnya seputar sirip dan gigi.
stock”. Dulu minyak pelumas tidak memakai
Cara kedua dengan menambahkan aditif yang
aditif. Kelemahannya, hanya bisa digunakan
bersifat zat anti aus sehingga tebal filmnya bisa
untuk jarak tempuh 1500 kilometer saja dan
semakin tipis. Zat itu berinteraksi dengan
setelah itu harus diganti minyak pelumasnya.
permukaan logam membentuk film tipis
Untuk memperbaiki kondisi buruk tersebut,
anorganik yang bertitik leleh tinggi. Bahkan film
maka disempurnakanlah bahan penambah
yang disebut aditif. Hal ini tercipta karena

21
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ISSN : 1858-3709

perisai itu misalnya dari kelompok thiofosfat Gbb = berat bahan bakar (kg/menit)
yang dilarutkan dalam pelumas. Ni = daya indicated (hP)
Nthi = efisiensi termis indicated (%)
II.4 Minyak Pelumas Multigrade Db = daya bakar bahan bakar
Bagaimanakah seharusnya minyak J = angka equivalen = 427 kgm/kkal
pelumas ideal itu ? Pelumas berviskostas tetap, Formula yang sama tetapi menggunakan
artinya cukup memadai agar tidak terlalu encer satuan yang berbeda yakni :
pada suhu tinggi, namun juga tidak terlampau Bi = K (lb/hP.hr)
kental pada suhu rendah. Pada kenyataannya
nth.ind x LHV
tidak ada minyak pelumas yang ideal seperti dimana :
itu. Akan tetapi, minyak pelumas “multigrade” bi = berat bahan bakar (lb/hP.hr)
yang belakangan ditemukan nampaknya sudah K = konstanta eqivalen=2545 btu/hP.hr)
mengarah ke sifat ideal tersebut. Dipasaran, Nthi = efisiensi termis indicated (%)
contoh minyak pelumas multigrade ini ditandai LHV = low heating value = daya bakar
denganuruf W dibelakanga SAE-nya misalnya bahan=19030btu/lb(untuk premium)
SAE 30W, SAE 20W – 50 dan lain-lainnya.
II. METODE PENELITIAN
II.5 Pemakaian Bahan Bakar Untuk mendapatkan hasil yang sesuai
Untuk mesin kendaraan roda empat dengan tujuan penelitian, dilakukan hal-hal
(mobil), ada dua jenis acuan yang dipakai untuk sebagai berikut :
memberikan informasi tentang pemakaian 1. Pengaruh oil treatmet tersebut terhadap
bahan bakar, yang pertama acuannya dikaitkan penghematan bahan bakar mesin.
dengan “jarak tempuh” kendaraan, yaitu berapa 2. Pengukuran waktu yang dapat ditampilkan
kilommeter jarak yang dapat ditempuh mobil oleh mesinuntuk kosumsi setiap liter bahan
dengan mengkonsumsi sejumlah bahan bakar, bakar.
misalnya pemakaian bahan bakar suatu mobil 3. Penelitian merancang 48 kali pengukuran
12 kilometer untuk setiap liter bahan bakar. dalam dua eksperimen.
Yang kedua acuannya dikaitkan dengan 4. Teknik Analisa Data
“waktu”, yaitu berapa kilogram atau berapa liter Teknik yang digunakan dalam analisis data
bahan bakar akan dihabiskan mesin untuk penelitian ini adalah teknik statistik (analisis
setiap satuan waktu, misalnya suatu mesin comparative), yaitu dengan
akan mengkonsumsi dalam liter bahan bakar membandingkan hasil pengukuran waktu
untuk setiap jam. rata-rata dari eksperimen pertama terhadap
Dalam buku Thermal Engineering eksperimen II. Untuk uji hipotesis
(Shvets, 1970), pemakaian bahan bakar yang digunakan test rata-rata dengan rumus
acuannya dikaitkan dengan waktu dirumuskan statistik.
sebagai berikut : Agar desain penelitian ini dapat lebih jelas
dipahami, perhatikan gambar sketsa berikut
... (kg / menit )
Ni x 60 x 75
GBB =
nthi x Db x J :

dimana :
4–A

4
22
Petrol
Engine 3 2
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ISSN : 1858-3709

Dengan memperhatikan uraian diatas,


maka hasil-hasil penelitian dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Waktu operasi rata-rata untuk eksperimen I
adalah sebesar 2440,75 detik,
Gambar. Sketsa Sistem Mesin Bensin untuk sedangkanuntuk eksperimen II adalah
Eksperimen sebesar 2440,70 detik. Selisih waktu
operasi rata-rata 0,40 detik yang berarti I =
Keterangan Gambar : II.
1 = Tangki bahan bakar yang juga berfungsi 2. Data pengukuran waktu operasi terkecil
sebagai penunjuk volume bahan bakar untuk eksperimen I sebesar 2431 detik
yang dikonsumsi mesin dengan frekwensi pengukuran 2 kali, untuk
2 = Saringan bahan bakar eksperimen II sebesar 2430 detik dengan
3 = Pompa bahan bakar frekwensi pengukuran 1 kali.
4 = Karburator 3. Data pengukuran waktu operasi tertinggi
4 – A = Saringan udara untuk eksperimen I adalah 2451 detik
dengan frekwensi pengukuran 1 kali, untuk
III. HASIL DAN PEMBAHASAN eksperimen II sebesar 2452 altik frekwensi I
III.1 Data Hasil Eksperimen kali.
Dari hasil pelaksanaan Eksperimen I 4. Rentang waktu operasi hasil pengukuran
dan Eksperimen II diperoleh data. eksperimen I sebesar 21 juga. Hal ini
No
Waktu
No
Waktu
operasi eksperimen I adalah sama dengan
Pengukura Pengukura
(Detik) (Detik) eksperimen II.
n n
1 2434 1 2433 5. Rata-rata simpangan data pengukuran
2 2437 2 2432
3 2439 3 2447 waktu operasi eksperimen I sebesar 1,88.
4 2439 4 2436
5 2450 5 2442 Selisih simpangan yang sangat kecil
6 2430 6 2444 tersebut, mengindikasikan bahwa
7 2434 7 2432
8 2437 8 2433 pelaksanaan pengukuran waktu operasi
9 2439 9 2447
10 2445 10 2436 eksperimen 1 mempunyai kesamaan
11 2445 11 2442 dengan eksperimen II.
12 2448 12 2442
13 2437 13 2444 6. Dari hasil test hipotesis, ternyata rumusan
14 2439 14 2444
15 2445 15 2436 hipotesis penelitian diterima pada taraf
16 2448 16 2447 signifikan 5%. Hal ini jelas menyatakan
17 2434 17 2436
18 2439 18 2442 bahwa sebenarnya waktu operasi untuk
19 2445 19 2444
20 2445 20 2442 eksperimen I adalah sama dengan
21 2439 21 2453 eksperimen II.
22 2448 22 2442
23 2439 23 2433
24 2437 24 2436
III.3 Pembahasan
Dari uraian hasil-hasil penelitian diatas,
III.2 Hasil-hasil Penelitian
terlihat bahwa hasil pengukuran waktu operasi

23
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ISSN : 1858-3709

eksperimen I adalah sama dengan eksperimen


II. Dengan demikian adanya anggapan bahwa
oil treatment yang dicampur dengan minyak
pelumas mesin bensin akan dapat menghemat
pemakaian bahan bakar ternyata tidak
mengandung kebenaran.
Jadi adanya informasi belakangan ini
bahwa mesin bensin yang baru semakin hemat
dalam hal pemakaian bahan bakar bukanlah
semata-mata akibat pencampuran oil tretment
ke dalam minyak pelumasnya, karena pada
dasarnya minyak pelumas produksi pertamina
yaitu Mesran Super 20W-50 tersebut telah
mengandung bahan aditif atau minyak pelicin
(oil treatment) yang mutunya memenuhi
Standar API Service.
Dari hasil analisis statistik, sekalipun
waktu operasi rata-rata eksperimen I dan
eksperimen II terlihat mempunyai selisish 0,04
detik bukanlah mengindikasikan bahwa
keduanya telah mempunyai perbedaan berarti,
karena dari hasil test hioptesis ternyata
keduanya jelas mempunyai kesamaan yang di
test pada taraf signifikan 5%.

DAFTAR PUSTAKA
Aris Munandar, Wiranto. 1989. Pengaruh Mula
Motor Bakar Torak. Bandung: Penerbit
ITB.
Anwir, B.S. 1970. Pengetahuan Tentang
Pesawat-pesawat Kalori. Djakarta :
Pradnya Paramita.
Daryanto, Drs. 1993. TeknikServis Mobil.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Maleev, V.L. 1975. Internal Combustion
Engine.Tokyo : MC. Graw Hill Book
Company Inc.
PT Toyota-Astra. 1980. Toyota Materi Pelajaran
Engine Group. Jakarta : PT Toyota-
Astra Motor.
Shvets, I. 1970. Thermal Engineering Moscow
Publisher.

24
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP VISKOSITAS MINYAK PELUMAS

Daniel Parenden
dparenden@yahoo.com
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Musamus

ABSTRAK
Pelumas merupakan sarana pokok dari mesin untuk dapat bekerja secara optimal, dan
memberikan pelumas yang salah dapat mengakibatkan mesin mengalami kerusakan.
Sedangkan Viskositas (Viscosity), adalah suatu angka yang menyatakan besarnya
perlawanan/hambatan dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan
geser dar ibahan cair.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap nilai
viscositas dari masing-masing pelumas (meditran, castrol dan penzoil).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai viscositas dari masing – masing minyak
pelumas selalu menurun apabila temperatur dinaikkan. Viscositas minyak pelumas akan
menurun apabila temperatur dinaikkan. Minyak pelumas merk Penzoil pada temperatur 280C
(6,513 dyne.s/cm3) ke temperatur 1000C (1,065 dyne.s/cm3) terjadi penurunan sebesar
83.11%, untuk merk Meditran pada temperatur 280C (6,173 dyne.s/cm3) ke temperatur 1000C
(1,039 dyne.s/cm3), penurunan sebesar 83.17 % dan untuk merk Castrol pada temperatur
280C (5,475 dyne.s/cm3) ke temperatur 1000C (1,034 dyne.s/cm3), penurunan sebesar
81.11%. Jadi hasil pengujian menunjukkan bahwa minyak pelumas merk Castrol lebih baik
dari ketiga merk yang digunakan.

Kata kunci: Temperatur, Viscositas, Minyak Pelumas

PENDAHULUAN Salah satu hal yang perlu diperhatikan


a. Latar Belakang tentang pelumasa dalah viskositasnya
Efisiensi dan efektifitas kinerja mesin (kekentalan), sifat ini dimiliki oleh setiap zat
kendaraan bermotor, dalam industri cair.Viskositas dari pelumas bervariasi
otomotif, sangat dipengaruhi oleh kondisi dengan adanya perubahan temperatur, dalam
minyak pelumas yang digunakan.Salah satu kenyataannya suatu fluida umumnya akan
parameter penting yang digunakan untuk mengalami penurunan nilai viskositas
mengetahui kualitas minyak pelumas adalah dengan adanya kenaikan temperatur. Setelah
viskositas. temperatur kembali seperti semula atau

44 44
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

dingin ,Viskositas tidak kembali naik seperti Kekentalan (viscositas) minyak


semula, tetapi turun sedikit demi sedikit, pelumas selalu berubah menurut perubahan
sehingga pada akhirnyaViskositasnya tidak temperatur, sehingga minyak pelumas yang
memenuhi syarat lagi. baik adalah minyak pelumas yang tidak
Perubahan nilai viskositas terhadap terlalu peka terhadap perubahan temperatur.
kenaikan suhu merupakan suatu hal yang Minyak pelumas harus mempunyai
penting untuk dipertimbangkan di dalam sifat melumasi yang cukup baik yakni
berbagai jenis penerapan minyak pelumas dengan membasahi permukaan logam, hal ini
(oli). Oli yang ideal adalah oli yang nilai berarti dalam segala keadaan akan selalu
viskositasnya cukup untuk menghidupkan terdapat lapisan minyak pelumas pada
mesin secara mudah serta memiliki nilai permukaan bagian mesin yang bersentuhan .
yang tidak banyak berubah pada saat suhu
operasi mesin naik. b. Tinjauan Pustaka
Dalam kaitannya dengan perubahan 1. Viskositas
nilai viskositas karena pengaruh suhu atau Viskositas dapat dianggap sebagai
temperatur pada minyak pelumas, dikenal gerakan di bagian dalam (internal) suatu
dengan istilah index viskositasya itu untuk fluida.Viskositas terdapat pada zat cair
mengetahui apakah minyak pelumas tersebut maupun gas, dan pada intinya merupakan
mudah atau tidak dipengaruhi oleh gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang
temperatur. Untuk mengetahui harga index bersisian pada fluida saat lapisan-lapisan
viskositas minyak pelumas haruslah dicari tersebut bergerak satu melewati yang
terlebih dahulu viskositas dari minyak lainnya. Pada zat cair, viskositas terutama
pelumas itu sendiri. disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul.
Sifat dari minyak pelumas yang perlu Pada gas, viskositas muncul dari tumbukan
kita perhatikan adalah kekentalan (viscositas) antar molekul.
. Biasanya kekentalan minyak pelumas diuji Fluida yang berbeda memiliki besar
0 viskositas yang berbeda, dan zat cair pada
pada temperatur 210 F dan dinyatakan
dalam bilangan SAE (society of automobile umumnya jauh lebih kentaldari gas.
engineer), misalnya SAE 30, SAE 40 dan 2. Minyak Pelumas (Oli)

seterusnya. Dan untuk pengujian yang Oli merupakan media pendingin yang

dilakukan pada 0 0
F, menggunakan kode digunakan berdasarkan angka

SAE 20 W dan seterusnya.

45
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

viscositasnya (μ). Minyak pelumas sangat Atau dengan perhitungan sederhana


berkaitan erat dengan bahan yang akan dengan membagi angka viscositas pada
dilumasi. 400C dengan angka viscositas pada
1000C dan apabila hasilnya 6 sampai 8
3. Karakteristik Minyak Pelumas
maka VI-nya dapat dikategorikan baik.
- Viscositas dan index viscositas.
- Berat jenis (spesifik gravity)
Viscositas atau kekentalan dapat
Berat jenis (ϒ) adalah berat benda tiap
dianggap sebagai gesekan dibagian
satuan volume pada temperatur dan
dalam suatu fluida. Dalam pemilihan
tekanan tertentu
viscositas minyak pelumas untuk mesin
- Flash point (titik nyala) dan pour point
harus disesuaikan, untuk mencapai
(titik beku)
sirkulasi pelumas yang lancar dari kedua
Flash point adalah suatu angka yang
permukaan yang dilumasi dapat bergerak
menyatakan temperatur terendah dari
dengan bebas.
bahan bakar minyak dimana akan timbul
Index viscositas (VI) adalah angka yang
penyalaan api sesaat, apabila pada
menunjukkan kemampuan minyka
permukaan tersebut didekatkan pada
pelumas untuk bertahan atau
nyala api. Sedangkan pour pint adalah
mempertahankan kekentalannya terhadap
suatu angka yang menyatakan temperatur
perubahan temperatur, dimana makin
terendah dari minyak pelumas sehingga
tinggi angka VI suatu minyak pelumas
minyak tersebut masih dapat mengalir
maka makin stabil tingkat kekentalannya
karena gaya gravitasi.
terhadap perubahan temperatur.
- Total base number (TBN)
TBN merupakan angka kadar basa atau

= × 100% ukuran kemampuan minyak pelumas

menetralisir asam kuat (sulfat) yang
dimana : terjadi dari proses pembakaran dalam
 L = viscositas pelumas standart silinder.
 U = Viscositas dari pelumas yang - Total acid number (TAN)
diukur TAN menunjukkan tingkat keasaman
 VI-nya dengan pemanasan sampai organik yang dimiliki minyak pelumas ,
100 0C atau ukuran tingkat oksidasi dari minyak
0
 H = Viscositas pada 40 C pelumas

46 46
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

- Detergancy dan dispersan banding pada gas, sehingga kohesi moleculer


Detergancy merupakan kemampuan disitu kuat sekali. Peningkatan temperature
minyak pelumas untuk membersihkan mengurangi kohesi molekuler dan ini
dinding atau permukaan dari kotoran diwujudkan berupa berkurangnya viskositas
yang timbul dari hasil pembakaran, fluida (Olson, 1993: 21).
sedangkan dispersan merupakan
METODE PENELITIAN
kemampuan minyak pelumas untuk
Dalam penelitian inipengukuran
mengurai atau memisahkan kotoran dari
viskositas menggunakan metode viskometer
hasil pembakaran.
bola jatuh yang peralatannya cukup
4. ViskositasMinyak Pelumas (Oli) sederhana.
Salah satu faktor terpenting yang harus Penelitian ini di laksanakan pada
dimiliki oleh minyak pelumas adalah Laboratorium Jurusan Teknik Mesin
vikositasnya.Jika viskositas minyak pelumas Fakultas Teknik Universitas Musamus.
rendah maka minyak pelumas tersebut akan a. Alat dan Bahan :
mudah terlepas akibat besarnya tekanan dan Alat :
kecepatan dari bagian-bagian yang bergerak 1. Gelas ukur
dan saling bergesekan tersebut. Dan jika 2. Electronik balance
minyak pelumas menjadi terlepas karenanya, 3. Stop Watch
maka akan menimbulkan gesekan antara 4. Jangka Sorong
logam dengan logam secara langsung yang 5. Mistar Baja
berarti memperbesar gesekan dan 6. Thermometer
mempercepat keausan dari bagian bagian 7. Bola Baja.
yang bergerak tersebut (Hidayat, 2008).
Bahan :
1. Minyak pelumas merk Mediteran SAE 40
5. Pengaruh Suhu terhadapViskositas
2. Minyak pelumas merk Penzoil SAE 40
Sifat yang disebut viskositas fluidaini
3. Minyak pelumas merk Castrol SAE 40
merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida
terhadap deformasi atau perubahan
bentuk.Viskositas suatu gas bertambah
dengan naiknya temperatur, karena makin
besarnya aktivitas molekul erketika
temperatur meningkat. Sedangkan pada zat
cair, jarak antar molekul jauh lebih kecil di

47
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

– tabel berikut :
Bola Baja

Tabel 1. Waktu tempuh bola baja


Gelas Ukur
penyangga
Temp Waktu (t) (dtk)
Minyak No.
Pelumas (oC) Penzoil Meditran Castrol
1. 28 0.95 0.90 0.80
2. 40 0.70 0.75 0.60
Kompor
3. 60 0.50 0.44 0.45
4. 80 0.31 0.30 0.35
5. 100 0.15 0.15 0.15
Gambar 1. Skema Peralatan Pengujian

HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menghitung Berat Jenis minyak

Dari hasil pengujian dan perhitungan pelumas pada temperatur tertentu :

diperoleh bahwa nilai viscostas dari ketiga = − 0,00063 ( − 0)

merk minyak pelumas yang diuji


Gaya apung (B):
menunjukkan perubahan sering dengan
4
bertambahnya temperatur. = ( . . ).
3
Kecepatan bola :
Data Awal :
=
a. Massa bola : 2.0 gr
b. Percepatan Gravitasi : 981 cm/det2 Viscositas :

c. Temperatur Ruangan : 280C = .
6. . .
d. Diameter Bola : 0.89 cm
e. Volume Bola : 0.369 cm3
Tabel 2. Hasil perhitungan untuk minyak
f. Berat jenis Bola :7.78708 gr/cm 2
pelumas merk Penzoil SAE 40.
g. Tinggi Tabung : 34.8 cm Berat Gaya Kecepatan Viscositas
T
No Jenis (y) Apung (B) Bola (V) (µ)
(oC)
h. Berat jenis pelumas pada To : (gr/cm3) (dyne) (cm/det) (dyne.s/cm2)

1. Penzoil : 0.8795 gr/cm3 1. 28 0.8795 318.312 36.63 6.513

2. meditran : 0.8752 gr/cm3 2. 40 0.8714 315.381 49.71 4.805

3
3. Castrol : 0.8909 gr/cm 3. 60 0.8587 310.784 69.6 3.438

i. Berat bola : 2819.76 dyne


4. 80 0.8450 307.09 112.25 2.134

Hasil pengamatan dan hasil perhitungan dari 5. 100 0.6315 228.55 232 1.065

masing – masing merk minyak pelumas yang


diujikan, seperti yang disajikan dalam tabel-

48 48
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

Tabel 3 . Hasil perhitungan untuk minyak Berdasarkan tabel perhitungan dan


pelumas merk Meditran SAE 40. grafik diatas terlihat bahwa nilai viskositas
dari masing – masing merk minyak pelumas
Berat Gaya Kecepatan Viscositas
T
No
(oC)
Jenis (y) Apung (B) Bola (V) (µ) mengalami penurunan sering dengan
(gr/cm3) (dyne) (cm/det) (dyne.s/cm2)

1. 28 0.8752 316.756 36.67 6.173 peningkatan temperatur, atau dengan kata


lain viskositas berbanding terbalik dengan
2. 40 0.8674 313.933 46.6 5.128

temperatur.
3. 60 0.8547 309.336 79.09 3.027
Hal ini disebabkan oleh semakin
4. 80 0.8415 304.559 116 2.068
merenggangnya molekul – molekul dalam
5. 100 0.8286 299.890 323 1.039
minyak pelumas yang mengakibatkan ikatan
antara molekul semakin kecil yang
Tabel 4. Hasil perhitungan untuk minyak membuat viscositanya menurun (semakin
pelumas merk Castrol SAE 40. encer).
Berat Gaya Kecepatan Viscositas
No
T
Jenis (y) Apung (B) Bola (V) (µ) Dengan viscositas yang semakin
(oC)
(gr/cm3) (dyne) (cm/det) (dyne.s/cm2)
menurun menyebabkan kecepatan bola baja
1. 28 0.8909 322.438 43.5 5.475
turun ke dasar gelas ukur semakin cepat atau
2. 40 0.88334 319.723 58 4.11
kecepatan bola baja yang dijatuhkan kedalam
3. 60 0.87074 315.141 77.33 3.089
minyak pelumas akan berbanding lurus
4. 80 0.85814 310.581 99.42 2.406
dengan peningkatan temperatur.
5. 100 0.84554 306.021 232 1.034 Dan untuk berat jenis minyak
pelumas juga mengalami penurunan seiring
dengan kenaikan temperatur. Sedangkan
untuk gaya apa dari masing masing merk
minyak pelumas yang di uji juga mengalami
penurunan seiring peningkatan temperatur
atau berat jenis dan gaya apung berbandig
terbalik dengan temperatur.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan
Grafik 1. Hubungan antara Viskositas
pembahasan dari hasil perhitungan maka
dengan temperatur
penulis dapat menyimpulkan bahwa:

49
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 3, Desember 2012
ISSN 2089-6697

1. Viscositas minyak pelumas akan menurun DAFTAR PUSTAKA


apabila temperatur dinaikkan. Minyak 1. Brujin . 1979, Motor Bakar. Bhratara Karya
pelumas merk Penzoil pada temperatur Aksara, Jakarta
280C (6,513 dyne.s/cm3) ke temperatur 2. Hidayat, B. 2008. Teknik Perawatan,
0 3
100 C (1,065 dyne.s/cm ) terjadi Pemeliharaan dan Reparasi Sepeda
penurunan sebesar 83.11%, untuk merk Motor. Yogyakarta
0
Meditran pada temperatur 28 C (6,173 3. L. Maleev, 1991, Operasi dan
3 0
dyne.s/cm ) ke temperatur 100 C (1,039 Pemeliharaan Motor Diesel, Erlangga
3
dyne.s/cm ), penurunan sebesar 83.17 % 4. Olson,R. 1993. Dasar-Dasar Mekanika
dan untuk merk Castrol pada temperatur Fluida Teknik; edisi Kelima. PT.
0 3
28 C (5,475 dyne.s/cm ) ke temperatur Gramedia Pustaka Utama Jakarta:
0 3
100 C (1,034 dyne.s/cm ), penurunan 5. Searz Zemansky, 1994 : Fisika Untuk
sebesar 81.11%. Universitas I, Bina Cipta,Jakarta.
2. Dari hasil pengujian terlihat bahwa 6. Streeter Victor, 1999 : Mekanika Fluida.
minyak pelumas merk Castrol paling baik Erlangga ,Jakarta.
karena penurunan viscositasnya paling 7. Wiranto Aris Munandar. 1994, Motor
rendah. Bakar Penggerak Mula. 1991 : Lekuk –
liuk – liku Pelumas. Andi Offest.
Yogyakarta.

50 50
ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

PENGELOLAAN LIMBAH MINYAK PELUMAS BENGKEL KENDARAAN


BERMOTOR KONSEP KESADARAN DIRI
Oleh: Arif susanto
Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Muhhamadiyah Purworejo
Jalan K.H.A Dahlan No 03 Purworejo
e-mail: arif_susanto360@yahoo.com

Abstrak
Seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin bermotor, maka
volume minyak pelumas terus meningkat. Didaerah desa sekalipun, sudah bisa kita temukan
bengkel-bengkel kecil, yang salah satu limbahnya adalah minyak pelumas. Dengan kata lain,
penyebaran minyak pelumas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di
seluruh Indonesia. Walaupun peraturan pemerintah tentang pengelolaan daur ulang minyak
pelumas sudah ada, akan tetapi peraturan tersebut hanya diterapkan di sektor industri dan pabrik,
padahal pencemaran limbah minyak pelumas tidak hanya di pabrik saja, akan tetapi dapat kita
temui di bengkel-bengkel kendaraan bermotor. Limbah pada dasarnya memerlukan perhatian
yang khusus, terutama limbah minyak pelumas yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
atau yang lebih dikenal dengan limbah B3. Limbah minyak pelumas termasuk dalam limbah B3
yang mudah terbakar dan meledak sehingga apabila tidak ditangani pengelolaannya maka
akan membahayakan manusia dan lingkungan. Maka harus ada peranan penting dalam melakukan
pengelolaan limbah dengan adanya peranan pihak dari pemerintah, masyarakat, dan para pemilik
bengkel kendaraan bermotor.
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian survai dengan menyebarkan kuesioner yang
dimaksudkan untuk memprediksi sikap para pemilik usaha bengkel kendaraan bermotor dalam
pengelolaan limbah minyak pelumas, sedangkan sifat penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif.
Subjek dalam penelitian ini dipilih secara incidental yang merupakan para pemilik bengkel
kendaraan bermotor baik bengkel mobil maupun sepeda motor yang ada di wilayah Kabupaten
Purworejo.
Pengelolaan limbah minyak pelumas dengan baik bertujuan agar limbah minyak pelumas yang
dihasilkan tidak mencemari lingkungan dan sifat minyak pelumas menjadi lebih tidak berbahaya.
Selain itu, pengelolaan limbah minyak pelumas bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang
sehat dan nyaman bagi masyarakat. Apabila penanganan minyak pelumas dilakukan dengan baik,
maka akan bisa memberikan keuntungan bagi pengelola limbah minyak pelumas dan juga
pengurangan biaya produksi bagi industri yang memanfaatkan kembali limbah minyak pelumas
sebagai pelumas berbagai peralatan, karena limbah minyak pelumas masih bisa dimanfaatkan
untuk pelumas lagi dengan cara pemakaian yang berbeda dari sebelumnya.

Kata kunci: limbah, minyak pelumas, bengkel kendaraan

PENDAHULUAN
Data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa pada tahun 2009 jumlah
kendaraan bermotor jenis sepeda motor mencapai 52.433.132 buah, jumlah mobil
penumpang mencapai 10.364.125 buah, dan jumlah kendaraan jenis bus mencapai
2.729.572 buah. Dari banyaknya kendaraan sebagaimana disebutkan diatas, tentunya

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 33


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

akan berdampak pada banyaknya limbah minyak pelumas yang akan terbuang
membebani lingkungan yang akhirnya mengakibatkan pencemaran. Pemanfaatan dan
pengolahan limbah pelumas oli merupakan salah satu alternatif dalam rangka efisiensi
konsumsi minyak bumi yang semakin menyusut dari tahun ke tahun.
Sejalan dengan perkembangan kota dan daerah, volume minyak pelumas terus
meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin
bermotor. Di daerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel kecil,
yang salah satu limbahnya adalah minyak pelumas. Dengan kata lain, penyebaran limbah
minyak pelumas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh
Indonesia. Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang tata cara dan
persyaratan penyimpanan dan pengumpulan limbah minyak pelumas pasal 1,
menyebutkan bahwa minyak pelumas bekas adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau
proses produksi. Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup, limbah minyak pelumas termasuk kategori limbah B3 yaitu Bahan
Berbahaya Beracun. Meski limbah minyak pelumas masih bisa dimanfaatkan, tetapi
apabila tidak dikelola dengan baik, hal tersebut bisa membahayakan lingkungan.
Persoalannya adalah bagaimana nantinya limbah minyak pelumas tersebut akan
diolah setelah pemakaiannya, dimana limbah minyak pelumas termasuk dalam limbah
bahan berbahaya beracun, karena karakteristik dari limbah tersebut yang berbahaya bagi
lingkungan maupun makhluk hidup maka diperlukan pengelolaan yang baik (Peraturan
Pemerintah No 19 Tahun 1999). Limbah minyak pelumas mengandung komponen logam
berat, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs),
komponen-komponen tersebut mengandung sifat beracun tinggi saat terlepas ke
lingkungan, terutama pada perairan dikarenakan dapat menyebabkan terhalangnya sinar
matahari dan oksigen dari atmosfer ke air, proses ini dapat mengakibatkan efek yang
berbahaya bagi makhluk hidup di air (Kankkantapong, 2009).
Limbah dari kegiatan bengkel kendaraan bermotor hingga saat ini belum ada
peraturan khusus yang mengaturnya, terutama dalam tingkat daerah, padahal dalam
Peraturan Menteri LH No. 30 Tahun 2009 sudah dijelaskan bahwa Tata Laksana Perizinan
dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat

34 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo


ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

Pencemaran Limbah oleh Pemerintah Daerah. Bengkel yang beraktifitas dalam wilayah
Kota seharusnya merupakan tanggung jawab Pemerintah daerah dalam hal pengelolaan
limbah bengkel. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, sebagian tugas Pemerintah
Pusat diberikan kepada Pemerintah Daerah, hal tersebut tercantum dalam Undang-
Undang No. 32 tahun 2004. Kewenangan dari pemerintah daerah dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007.
Namun dalam Peraturan Pemerintah tersebut untuk kasus limbah minyak pelumas
masih ditangani oleh pemerintah pusat, sedangkan pemerintah provinsi, kabupaten/kota
hanya diberi tugas sebagai pelapor jika terjadi kasus mengenai limbah minyak pelumas
(Silaban, 2008). Sehingga dari kebijakan tersebut bengkel-bengkel baik itu yang besar
maupun yang kecil yang menghasilkan limbah minyak pelumas harus memiliki ijin dari
Kementerian Lingkungan Hidup. Selain itu untuk peraturan tentang limbah minyak
pelumas tersebut masih belum begitu terinci terutama untuk masalah pengelolaan di
sumber, pengangkutan maupun rute pengangkutan. Peraturan yang ada hanyalah
peraturan mengenai pengelolaan limbah minyak pelumas yang ada pada PP 18 tahun
1999 yang bersifat umum. Sehingga dari permasalahan tersebut perlu dilakukan
penelitian terhadap pengelolaan yang ada di sumber hingga ke sistem pengangkutan dari
limbah bengkel tersebut. Berdasarkan penelitian ini juga akan dihitung jumlah timbulan
dan komposisi yang dihasilkan dari setiap bengkel sehingga dapat diketahui pengelolaan
dari limbah bengkel tersebut. Pengelolaan limbah minyak pelumas bengkel kendaraan
yang sesuai akan menghasilkan nilai ekonomis dari limbah minyak pelumas bengkel
kendaraan yang didapat tetapi juga dapat mengurangi biaya pengolahan limbah minyak
pelumas, serta menghindari pencemaran lingkungan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


A. Limbah Bengkel Kendaraan
Pada umumnya usaha perbengkelan di Indonesia dilakukan dalam skala usaha
kecil dan menengah, sehingga limbah yang dihasilkan relatif dalam jumlah yang sedikit.
Untuk mengelola limbah dalam jumlah yang sedikit tersebut, jika dilakukan oleh penghasil
secara individu maka kurang efisien baik dalam investasi peralatan pengolah limbah

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 35


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

maupun dalam membiayai operasional dari unit pengolahan limbah tersebut. Untuk
mengatasi hal itu, maka diperlukan kerjasama antar bengkel maupun dengan para
pengumpul, pengguna barang bekas, pemanfaat barang bekas maupun dengan para
pengolah limbah. Setiap jenis limbah juga memerlukan penanganan atau pengelolaan
yang berlainan, disesuaikan dengan jenis dan sifat dari limbah tersebut.
Limbah yang dihasilkan dari usaha perbengkelan juga dapat menyebabkan
pencemaran terhadap air, tanah maupun udara disekitar apabila tidak dikelola dengan
benar (Muliartha, 2004). Jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha bengkel antara lain
limbah padat dan limbah cair. Limbah B3 padat meliputi limbah logam yang dihasikan dari
kegiatan usaha perbengkelan seperti skrup, potongan logam, lap kain yang
terkontaminasi oleh limbah minyak pelumas maupun pelarut bekas. Sedangkan limbah
cair meliputi minyak pelumas, pelarut atau pembersih, H2SO4 dari aki bekas. Jumlah
timbulan limbah minyak pelumas dan botol bekas oli sebanding dengan kategori bengkel,
dimana semakin ramai bengkel tersebut maka jumlah timbulan yang dihasilkan juga akan
semakin besar, berbeda dengan limbah aki bekas dan onderdil terkontaminasi pelumas
yang pemakaiannya sangat jarang dan untuk penggantiannya membutuhkan waktu yang
cukup lama.
Limbah minyak pelumas mengandung sejumlah zat yang bisa mengotori udara,
tanah, dan air. Limbah minyak pelumas kemungkinan mengandung logam, larutan klorin,
dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter limbah minyak pelumas dapat merusak jutaan
liter air segar dari sumber air dalam tanah. Apabila limbah minyak pelumas tumpah di
tanah akan mempengaruhi air tanah dan akan berbahaya bagi lingkungan. Hal ini
dikarenakan limbah minyak pelumas dapat menyebabkan tanah kurus dan kehilangan
unsur hara. Sedangkan sifatnya yang tidak dapat larut dalam air juga dapat
membahayakan habitat air, selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan
karakteristik dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
B. Karakteristik Minyak Pelumas
Pelumas (lubricant) atau yang serin disebut oli adalah suatu bahan (biasany
berbentuk cairan) yang berfungsi untuk mereduksi keausan antara dua permukaan benda
bergerak yang saling bergesekan. Suatu bahan cairan dapat dikategorikan sebagai

36 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo


ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

pelumas jika mengandung bahan dasar (bisa berupa oil based atau water/glycol
based) dan paket aditi (Anonim, 2007). Minyak Pelumas memiliki tinggi nilai abu,
residu karbon, bahan asphaltenic, logam, air, dan bahan kotor lainnya yang dihasilkan
selama jalannya pelumasan dalam mesin (Nabil, 2010).
Prinsip kerja dari pelumasan adalah pada berbagai jenis mesin dan peralatan yang
sedang bergerak, akan terjadi peristiwa pergesekan antara logam. Oleh karena itu akan
terjadi peristiwa pelepasan partikel partikel dari pergesekan tersebut. Keadaan dimana
logam melepaskan partikel disebut aus atau keausan. Untuk mencegah atau mengurangi
keausan yang lebih parah yaitu memperlancar kerja mesin dan memperpanjang usia dari
mesin dan peralatan itu sendiri, maka bagian bagian logam dan peralatan yang
mengalami gesekan tersebut diberi perlindungan ekstra. Pelumas mempunyai tugas
pokok untuk mencegah atau mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak langsung
antara dua permukaan logam yang saling bergesekan sehingga keausan dapat dikurangi,
besar tenaga yang diperlukan akibat gesekan dapat dikurangi dan panas yang ditimbulkan
oleh gesekan pun akan berkurang.
Berdasarkan bahan bakunya, minyak pelumas di alam dapat dibedakan menurut
bahan dasar yang digunakan yaitu:
1. Minyak pelumas dari tumbuhan/binatang
Gemuk (lemak binatang) telah dikenal sejak zaman dahulu untuk melumasi roda
pedati. Jenis pelumas ini kurang cocok untuk industri karena jumlahnya terbatas,
mudah teroksidasi, tidak stabil, dan harganya relatif mahal.
2. Minyak pelumas sintetis (bahan kimia)
Jenis minyak ini dipakai sebagai pengganti minyak petroleum karena keterbatasan
sifat minyak pelumas petroleum, antara lain karena akan teroksidasi pada suhu
antara 100°C - 125°C. Minyak pelumas sintesis digunakan pada peralatan khusus
yang memerlukan pelumasan dengan daya sangga lebih kuat atau pelumasan pada
suhu tinggi. Minyak pelumas juga mempunyai beberapa kelebihan dibanding
dengan minyak pelumas petroleum yaitu mempunyai kekentalan terhadap suhu
rendah, lebih mudah larut dan tahan api.

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 37


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

3. Minyak pelumas dari minyak bumi (Petroleum)


Minyak bumi terbentuk sebagai hasil akhir dari penguraian bahan-bahan organik
(sel-sel jaringan hewan/tumbuhan laut) yang tertimbun selama berjuta tahun di
dalam tanah, baik di daerah daratan ataupun di daerah lepas pantai. Dengan
adanya aksi kapiler minyak bumi bergerak perlahan-lahan ke atas, jika gerakan ini
terhalang oleh batuan yang tidak berpori terjadilah penumpukan (akumulasi)
minyak dalam batuan tersebut. Minyak mentah (Crude Oil) sebagian besar
tersusun dari senyawa-senyawa Hidrokarbon jenuh (Alkana), adapun Hidrokarbon
tak jenuh (alkana, alkuna, dan alkadiena) sangat sedikit dikandung oleh minyak
bumi, sebab mudah mengalami adisi menjadi alkana (Koesoemadinata, 1980).

Hasil kemajuan yang dicapai di bidang pelumas ini, pada dasarnya adalah hasil
kerjasama antara pabrik pembuat mesin, pembuat pelumas, dan pembuat bahan bahan
tambahan (additif ). Walaupun terdapat beragam pelumas berkualitas tinggi, namun pada
intinya yang menentukan mutu dan daya guna suatu pelumas terdiri dari 3 faktor, yaitru
1) Bahan dasar (based oil), 2) Teknik dan pengolahan bahan dasar dalam pembuatan
pelumas, dan 3) Bahan bahan additif yang digunakan atau dicampurkan kedalam bahan
dasar untuk mengembangkan sifat tertentu guna tujuan tertentu. Sebenarnya base oil
mempunyai segala kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa
aditifpun, sebenarnya minyak dasar sudah mampu menjalankan tugas-tugas pelumasan.
Namun unjuk kerjanya belum begitu sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu
lama.
Kekentalan merupakan sifat terpenting dari minyak pelumas, yang merupakan
ukuran yang menunjukan tahanan minyal terhadap suatu aliran. Minyak pelumas dengan
viskositas tinggi adalah kental, berat dan mengalir lambat. Ia mempunyai tahanan yang
tinggi terhadap geraknya sendiri serta lebih banyak gesekan di dalam dari molekul-
molekul minyak yang saling meluncur satu diatas yang lain. Jika digunakan pada bagian-
bagian mesin yang bergerak, minyak dengan kekekantalan tinggi kurang efisien karena
tahanannya terhadap gerakan. Sedangkan keuntungannya adalah dihasilkan lapisan
minyak yang tebal selama penggunaan.

38 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo


ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

C. Pengolahan Limbah Minyak Pelumas


Selama bertahun-tahun, minyak pelumas didaur ulang untuk digunakan kembali
juga untuk melindungi serta menjaga lingkungan dari limbah minyak tersebut.
Diperkirakan satu galon pelumas atau minyak pelumas potensial sekali untuk
mengkotaminasi 1 juta galon air minum. Jika minyak pelumas tersebut ditangani dengan
serius, dapat menghemat menggunaan oli tiap harinya. Daur ulang minyak pelumas dapat
dilakukan di industri pengolahan limbah minyak pelumas, yaitu industri yang kegiatannya
memproses limbah dengan menggunakan teknologi tertentu untuk menghasilkan
pelumas dasar. Minyak pelumas dasar merupakan salah satu bahan utama yang
digunakan untuk bahan baku proses/pabrikasi pelumas (blending) dalam pembuatan
pelumas. Pelumas dasar ini dicampur dengan baham tambahan (aditif) sesuai formula
tertentu untuk menghasilkan minyak pelumas baru.
Refining adalah proses membersihkan atau mengeluarkan kotoran, dari suatu
zat, material, atau bentuk, contohnya dari minyak atau logam, gula, dan lain-lain. Refining
dapat pula diartikan sebagai pemurnian kembali limbah minyak, contohnya minyak
pelumas bekas, yang telah dikenakan pengolahan fisik dan kimia yang bertujuan
memulihkan sifat minyak dasar atau dengan aditif pada proses akhirnya. Penyimpanan
jenis limbah B3 tersebut harus dilakukan jika limbah tersebut belum dapat diolah dengan
segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya
limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan
dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan
penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman
karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang
tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.
Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas pasal 1yaitu : (1),
limbah minyak pelumas adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi.
Berdasarkan kriteria limbah yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup,
limbah minyak pelumas termasuk kategori limbah B3. Meski minyak pelumas bekas masih
bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan.

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 39


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

Sedangkan menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, ukuran tempat penyimpanan minyak pelumas bekas berukuran 2m x 2m.
Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan logam (teflon,
baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan
tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. Kemasan (drum, tong, atau
bak kontainer) yang digunakan harus memenuhi kriteria : 1) dalam kondisi baik, tidak
bocor, berkarat, atau rusak, 2) terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah
b3 yang akan disimpan, 3) mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya, dan
4) memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan.
Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan
persyaratan bagi penyimpanan limbah B3. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya
selama penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah,
pembentukan gas, atau terjadinya kenaikan tekanan. Terhadap drum/tong atau bak
kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di tempat penyimpanan harus
dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-kurangnya satu minggu satu kali.
Pemeriksaan tersebut meliputi : 1) apabila ada kemasan yang mengalami kerusakan
(karat atau bocor), maka isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam
drum/tong yang baru, sesuai dengan ketentuan, dan 2) apabila terdapat ceceran atau
bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut harus segera diangkat dan dibersihkan,
kemudian disimpan dalam kemasan limbah B3 terpisah. Untuk mencegah terlepasnya
limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi dengan penampungan sekunder.
Penampungan sekunder dapat berupa satu atau lebih dari ketentuan berikut : pelapisan
(di bagian luar tangki); tanggul (vault;berm) dan atau tangki berdinding ganda.
Limbah yang disimpan tidak melebihi waktu 90 hari dan wajib diupayakan
langsung diangkut/dibawa oleh perusahaan pengumpul dan atau ke fasilitas pengolahan,
diupayakan 3R, dimanfaatkan oleh pihak lain yang telah mempunyai izin pemanfaatan

40 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo


ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

dari KLH-RI. Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang tata
cara dan persyaratan penyimpanan dan pengumpulan limbah minyak pelumas, tatacara
penyimpanan limbah minyak pelumas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Karakteristik pelumas bekas yang disimpan;
2) Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum
atau tangki;
3) Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan
apabila terjadi kecelakaan dapat segera ditangani;
4) Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan
untuk lalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift);
5) Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan.
Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan
tiap lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau
kemasan terbuat dan plastik, maka harus dipergunakan rak;
6) Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul di sekelilingnya dan dilengkapi
dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air. Bak
penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau
tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangki harus diatur sedemikian
sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain;
7) Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang
kedap air.

Berdasarkan PP 38/2007, kewenangan untuk perijinan dan pengendalian limbah


minyak pelumas, mulai dari pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan,
sepenuhnya berada pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Ketentuan ini jelas
tidak rasional, kegiatan yang justru sudah sangat banyak di daerah, tetapi kewenangan
pengaturannya di Pemerintah Pusat. Akibat dari ketentuan PP 38/2007 untuk limbah
minyak pelumas tersebut, sudah dapat diduga semakin banyak kegiatan pengumpulan,
penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan minyak pelumas bekas yang tidak bisa

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

dikontrol. Adalah tidak masuk akal jika KLH mampu melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap minyak pelumas bekas di seluruh Indonesia. KLH tidak
mempunyai perangkat dan instrumen untuk melakukan pengawasan sampai keseluruh
daerah.

METODE PENELITIAN
Penelitian kali ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dimana
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2008:8). Sedangkan metode yang digunakan adalah dengan menggunakan
metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok.
Subjek dipilih secara incidental yang merupakan para pemilik usaha bengkel
kendaraan bermotor baik jenis bengkel mobil maupun sepeda motor yang berada di
wilayah Kabupaten Purworejo dengan jumlah 20 bengkel. Teknik pengumpulan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yaitu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan terbuka atau tertutup
kepada responden untuk dijawabnya. Data juga didukung dengan observasi yang
diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Agar kuesioner atau instrumen penelitian dapat difungsikan dengan baik dan
dapat dipertanggungjawabkan maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terlebih dahulu diujicobakan sebelum dipakai sebagai alat untuk menjaring data
penelitian. Ujicoba instrumen ini dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang
memiliki validitas dan reliabilitas yang sesuai dengan ketentuan. Instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan tepat. Sedangkan
instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama dengan hasil yang konsisten (Sugiono, 2001: 97).

42 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo


ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan


komputasi program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Dalam menganalisis
data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara analisis deskriptif
prosentase. Apabila dalam sebuah penelitian ditemukan data yang berbentuk kualitatif
maka skor dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor kemudian dapat diperoleh
prosentasinya (Suharsimi Arikunto, 1993: 209). Rumus yang digunakan dalam metode ini
adalah sebagai berikut :

Keterangan :
% = Tingkat keberhasilan yang dicapai
n = Jumlah nilai yang diperoleh
N = Jumlah nilai ideal (jumlah responden x jumlah soal x skor tertinggi )

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan pada bengkel kendaraan mobil dan sepeda motor yang ada di
wilayah Kabupeten Purwrejo dengan jumlah 20 bengkel kendaraan. Indikatoir dalam
peneleitian ini mencakup lima aspek yakni penyimpanan, tempat penyimpanan,
pemantauan, pengelolaan, dan pelaporan pengelolaan limbah minyak pelumas. Terkait
dengan indikator penyimpanan hasilnya adalah sebagai berikut; 1) semua bengkel mobil
melakukan penyimpanan yang sesuai dengan bentuk dan karakteristik limbah minyak
pelumas sedangkan untuk bengkel sepeda motor yang melakukan sebanyak 93,33%, rata-
rata persentasenya sebanyak 95%, 2) Kelengkapan simbol label limbah minyak pelumas
dalam kemasan penyimpanan, menunjukkan bahwa bengkel mobil 80% ada
kelengkapannya, sedangkan untuk bengkel sepeda motor sebanyak 53,33%, rata-rata
persentasenya sebanyak 60%, 3) Penempatan kemasan sesuai jenis bentuk dan
karakteristik limbah minyak pelumas, menunjukkan bahwa semua bengkel mobil
melakukan hal ini, sedangkan untuk bengkel sepeda motor sebanyak 93,33% , rata-rata
persentasenya sebanyak 95%, 4) Kondisi kemasan penyimpanan bebas karat, bengkel
mobil 80% sesuai kondisinya, sedangkan untuk bengkel sepeda motor sebanyak 93,33%,
rata-rata persentasenya sebanyak 90%, 5) Kondisi kemasan penyimpanan tidak bocor,

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

menunjukkan semua bahwa bengkel mobil sesuai kondisinya, sedangkan untuk bengkel
sepeda motor sebanyak 93,33%, rata-rata persentasenya sebanyak 95%, 6) Kondisi
kemasan penyimpanan tidak meluber menunjukkan bahwa semua bengkel mobil 100%
sesuai kondisinya, sedangkan untuk bengkel sepeda motor 93,33%, rata-rata
persentasenya sebanyak 95%.
Data bengkel kendaraan bermotor dalam pengelolaan limbah minyak pelumas
terkait dengan tempat penyimpanan, hasilnya adalah sebagai berikut; 1) semua bengkel
kendaraan baik mobil maupun bengkel sepeda motor menyediakan tempat penyimpanan
limbah minyak pelumas yang terlindung dari hujan dan sinar matahari, bahwa semua
bengkel, 2) 80% bengkel mobil tempat penyimpanan limbah minyak pelumasnya
mempunyai sistem ventilasi, sedangkan untuk bengkel sepeda motor sebanyak 66,67%,
rata-rata persentasenya sebanyak 70%, 3), bengkel mobil 60% tempat penyimpanan
limbah minyak pelumasnya memiliki saluran dan bak penampung tumpahan sedangkan
untuk bengkel sepeda motor sebanyak 66,67%, rata-rata persentasenya sebanyak 65%, 4)
bengkel mobil 20% tempat penyimpanan limbah minyak pelumasnya dalam sistem blok
/sel, sedangkan untuk bengkel sepeda motor sebanyak 53,33%, rata-rata persentasenya
sebanyak 45%, 5) bengkel mobil 40% tempat penyimpanan limbah minyak pelumanyas
limbah diberi alas /pallet sedangkan untuk bengkel sepeda motor sebanyak 60%, rata-
rata persentasenya sebanyak 55%, 6) bengkel mobil 80% melaksanakan sedangkan untuk
bengkel sepeda motor 60% tempat penyimpanan limbah minyak pelumasnya disimpan
sesuai dengan masa penyimpanan, rata-rata persentasenya sebanyak 65%.
Data bengkel kendaraan bermotor dalam pengelolaan limbah minyak pelumas
terkait dengan pemantauan, hasilnya adalah sebagai berikut; 1) bengkel mobil 40%
memiliki logbook/catatan keluar masuk limbah minyak pelumas, sedangkan bengkel
sepeda motor sebanyak 33.33%, dengan rata-rata persentase sebanyak 35%, dan 2)
bengkel mobil 40% jumlah dan jenis limbah minyak pelumas sesuai dengan
logbook/catatan, sedangkan bengkel sepeda motor sebanyak 26.67%, dengan rata-rata
persentase sebanyak 30%.
Data bengkel kendaraan bermotor dalam pengelolaan limbah minyak pelumas,
hasilnya adalah sebagai berikut; 1)bengkel mobil 80% pengelolaan limbah minyak

44 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo


ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

pelumas dengan metode refining (dapat dipakai kembali), sedangkan bengkel sepeda
motor sebanyak 46.67% mengolah limbah minyak pelumas dengan metode tersebut,
dengan rata-rata persentase sebanyak 55%, dan 2) semua bengkel mobil pengumpulan
sisa limbah minyak pelumas dan mengirimnya ke tempat pengolahan limbah, sedangkan
bengkel sepeda motor sebanyak 73.33% yang melakukan hal tersebut, dengan rata-rata
persentase sebanyak 80%.
Data bengkel kendaraan bermotor dalam pengelolaan limbah minyak pelumas
terkait dengan pelaporan, hasilnya adalah sebagai berikut; 1)bengkel mobil 20%, terdapat
perijinan dalam penanganan limbah minyak pelumas sedangkan bengkel sepeda motor
sebanyak 33.33% memiliki perijinan, dengan rata-rata persentase sebanyak 30%, 2)
semua bengkel mobil tidak ada pelaporan ke Gubernur/tingkat propinsi, sedangkan
bengkel sepeda motor sebanyak 13.33% ada pelaporannya, dengan rata-rata persentase
sebanyak 10%, 3) semua bengkel mobil tidak ada pelaporan ke Bupati/tingkat kabupaten,
sedangkan bengkel sepeda motor sebanyak 20% ada pelaporannya, dengan rata-rata
persentase sebanyak 15%, dan 4), sebanyak 80% bengkel mobil ada pelaporan ke
lingkungan masyarakat sekitar, sedangkan bengkel sepeda motor 60% ada pelaporannya,
dengan rata-rata persentase sebanyak 65%.
Berdasarkan data tersebut, terkait dengan bentuk pengelolaan limbah minyak
pelumas yang semua bengkel mobil laksanakan adalah penyimpanan dilakukan sesuai
dengan bentuk dan karakteristik limbah minyak pelumas, Penempatan kemasan sesuai
jenis bentuk dan karakteristik limbah minyak pelumas, Kondisi kemasan penyimpanan
tidak bocor, Kondisi kemasan penyimpanan tidak meluber, Tempat penyimpanan limbah
minyak pelumas terlindung dari hujan dan sinar matahari, dan Mengumpulkan sisa limbah
minyak pelumas dan mengirimnya ke tempat pengolahan limbah. Sedangkan untuk
bengkel sepeda motor adalah tempat penyimpanan limbah minyak pelumas terlindung
dari hujan dan sinar matahari. Bentuk pengelolaan limbah minyak pelumas yang semua
bengkel mobil laksanakan adalah tidak adanya pelaporan ke Gubernur/tingkat propinsi
dan pelaporan ke Bupati/tingkat kabupaten. Sedangkan untuk bengkel sepeda motor
adalah semua dilaksanakan.

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45


Vol.05/No.01/Januari 2015 ISSN: 2303-3738

Perhitungan analisis data dari kelima indikator tersebut diperoleh hasil mean atau
jumlah rata-rata sebesar 12,75 dengan standar deviasi 3,492. Hasil perhitungan tesebut
adalah seperti yang berada pada tabel histogram berikut;

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah


minyak pelumas bengkel kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Purworejo termasuk
dalam kategori sangat baik dan yang paling tinggi kesadaran diri para pemilik bengkel dari
kelima indikator pengelolaan limbah minyak pelumas tersebut adalah aspek
penyimpanan. Hal ini menjadi modal dasar bagi pihak pengambil kebijakan bahwasanya
diwilayah Kabupaten Purworejo mendapatkan dukungan yang cukup baik dalam hal
pengelolaan limbah minyak pelumas kendaran bermotor di dalam menanggulangi bahaya
pencemaran lingkungan, masyarakat cenderung berusaha terlebih dahulu untuk
menanggulanginya (recovery) sebelum melapor ke pihak-pihak yang berwenang. Hal ini
menunjukkan, bahwa masyarakat memiliki kedasaran diri di dalam mengurangi maupun
menanggulangi bahaya pencemaran lingkungan.

SIMPULAN
Perhitungan analisis data dari kelima indikator yakni penyimpanan, tempat
penyimpanan, pemantauan, pengelolaan, dan pelaporan pengelolaan limbah minyak
pelumas diperoleh hasil mean atau jumlah rata-rata sebesar 12,75 dengan standar deviasi
3,492. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah
minyak pelumas bengkel kendaraan bermotor di wilayah Kabupaten Purworejo termasuk
dalam kategori sangat baik. Dalam uapaya mendukung program penangulangan dampak
pencemaran lingkungan diwilayah Kabupeten Purworejo diperlukan adanya peran serta
46 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo
ISSN: 2303-3738 Vol.05/No.01/Januari 2015

dan kesadaran dari masyarakat secara luas serta melalui lembaga pemerintah, lembaga
pendidikan maupun lembaga masyarakat yang terkait senantiasa dapat memberikan
kegiatan workshop atau penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA
----------.2007. Pengertian Pelumas. http://www.lumasmultisarana.com. Diakses tanggal
13 Januari 2012.
----------.2011. Dampak dan Bahaya Pengolahan Tidak Tepat pada Minyak Pelumas.
Diambil 20 November 2013 dari http://www.laskar-suzuki.com/2011/04/dampak-
dan-bahaya-pengelolaan-tidak.html
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka
Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor. Diakses di
www.bps.go.id. Pada tanggal 8 November 2013.
Nabil M. 2010. "Waste Lubricating Oil Treatment by Adsorption Process Using Different
Adsorbents". Journal World Academy of Science, Engineering and Technology. 62.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Rangminang. 2009. Adsorpsion. http://www.newworldencyclopedia.org. Diakses
tanggal 31 November 2013.
Setiono. 2002. Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia. Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL), Deputi Bidang TIEML, BPP Teknologi.
Sugiyono. 2008. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
TIM KSS, 1998. Mengelola Bengkel Mobil. Puspa Swara.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Limbah+B3+dari+Bengkel+Oli+Bek
as&dn=2009504003213

Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47


PENGOLAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS MENGGUNAKAN
METODE ACID CLAY TREATMENT

Yuzana Pratiwi1)

Abstrak
Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang semakin meningkat dikhawatirkan menimbulkan
dampak yang lebih luas terhadap kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan hidup. Salah satu
limbah B3 yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena dihasilkan dalam jumlah yang
tinggi di masyarakat adalah minyak pelumas bekas. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
pengolahan yang dapat mereduksi zat pencemar yang ditimbulkan oleh minyak pelumas bekas,
salah satunya adalah metode Acid Clay Treatment. Pengolahan yang dilakukan bertujuan untuk
menentukan kondisi terbaik dalam penurunan logam berat timbal (Pb) pada pengolahan minyak
pelumas bekas dengan metode Acid Clay Treatment dan untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang
terkandung pada minyak pelumas bekas. Adsorben yang digunakan adalah kaolin yang telah
diaktivasi dengan asam sulfat. Pengolahan minyak pelumas bekas ini menggunakan tiga variasi,
yaitu variasi konsentrasi adsorben, variasi waktu kontak, dan variasi tingkat keasaman (pH). Hasil
pengujian pengolahan minyak pelumas bekas menunjukan bahwa kondisi terbaik penurunan kadar
Pb pada 150 ml minyak pelumas bekas terdapat pada konsentrasi adsorben 10 gram, waktu kontak
60 menit, dan pH 4,4. Efisiensi penurunan kadar Pb yang didapat dengan menggunakan metode
Acid Clay Treatment dari kondisi terbaik adalah sebesar 56,71 %.
Kata-kata kunci: limbah B3, acid clay treatment, kaolin, timbal

1. PENDAHULUAN Limbah pada dasarnya memerlukan


perhatian yang khusus, terutama limbah
Seiring perkembangan zaman, teknologi yang mengandung bahan berbahaya dan
yang digunakan oleh manusia akan beracun atau yang lebih dikenal dengan
semakin berkembang pula. Kemajuan limbah B3. Di Indonesia, masalah limbah
teknologi belakangan ini memberikan B3 mulai diangkat sebagai masalah dari
masalah yang kompleks terhadap dampak kemajuan teknologi dan industri
lingkungan, baik terhadap lingkungan yang berkembang (Azhari, 1998).
hayati maupun lingkungan nonhayati.
Setiap proses produksi selalu Limbah B3 yang semakin meningkat
menghasilkan sisa-sisa produksi atau dikhawatirkan menimbulkan dampak
limbah. yang lebih luas terhadap kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan
Limbah yang dihasilkan oleh suatu hidup. Limbah B3 merupakan ancaman
kegiatan baik industri maupun bagi kesehatan dan lingkungan, sehingga
nonindustri seringkali kurang mendapat memerlukan penanganan khusus untuk
perhatian dalam masalah penanganannya. mengurangi atau menghilangkan bahaya.
1) Alumnus Prodi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

1
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

Salah satu limbah B3 yang perlu Penelitian ini dilakukan agar dapat
mendapatkan penanganan khusus karena diaplikasikan untuk mengolah limbah
dihasilkan dalam jumlah yang tinggi pada minyak pelumas bekas yang saat ini
masyarakat adalah minyak pelumas jumlahnya semakin meningkat, sehingga
bekas. Minyak pelumas bekas dihasilkan diharapkan dapat menurunkan kadar zat-
dari berbagai aktivitas manusia seperti zat pencemar yang terdapat di dalamnya
perindustrian, pertambangan, dan agar pencemaran lingkungan yang
perbengkelan. Minyak pelumas bekas merugikan dapat dicegah. Tujuan
termasuk dalam limbah B3 yang mudah penelitian ini adalah menentukan kondisi
terbakar dan meledak sehingga apabila terbaik dalam penurunan Pb pada
tidak ditangani pengelolaan dan pengolahan minyak pelumas bekas
pembuangannya maka akan dengan metode acid clay treatment dan
membahayakan manusia dan lingkungan untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang
(P3KNLH, 2008a). terkandung pada minyak pelumas bekas.

Minyak pelumas bekas mengandung


2. TINJAUAN PUSTAKA
beberapa logam berat, salah satunya yaitu
Pb (timbal). Kontaminasi logam berat
2.1 B3 dan Limbah B3
terutama Pb menjadi permasalahan di
lingkungan saat ini. Hal ini terjadi karena B3 adalah bahan yang karena sifat dan
keberadaannya di alam, akumulasi dari atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
Pb yang sampai pada rantai makanan, baik secara langsung maupun tidak
serta menyebabkan pencemaran pada langsung dapat mencemarkan dan atau
tanah, air, dan udara (P3KNLH, 2008b). merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup
Dengan memperhatikan permasalahan di manusia serta makhluk hidup lainnya.
atas maka diperlukan suatu teknologi
lingkungan yang dapat mereduksi zat Definisi limbah B3 berdasarkan Pasal 1
pencemar yang ditimbulkan oleh minyak Ayat (2) Peraturan Pemerintah no.
pelumas bekas. Salah satu teknologi 18/1999 adalah sisa suatu usaha dan/atau
lingkungan yang dapat digunakan untuk kegiatan yang mengandung bahan
mengolah minyak pelumas bekas yaitu berbahaya dan/atau beracun yang karena
refining. Refining memiliki beberapa sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
metode pengolahan, salah satunya yaitu jumlahnya, baik secara langsung maupun
acid clay treatment. Acid clay treatment tidak langsung dapat mencemarkan
adalah suatu metode pengolahan yang dan/atau merusak lingkungan hidup,
digunakan pada minyak pelumas bekas dan/atau dapat membahayakan ling-
dengan menggunakan penambahan asam kungan hidup, kesehatan, kelangsungan
dan lempung di dalam prosesnya hidup manusia serta makhluk hidup lain.
(Francois, 2006).

2
Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid Clay Treatment
(Yuzana Pratiwi)

2.1.1 Jenis dan Sumber Limbah B3 (140°F) akan menyala apabila


terjadi kontak dengan api,
Jenis limbah B3 menurut sumbernya percikan api, atau sumber nyala
meliputi : yang lain pada tekanan udara 760
mmHg;
a) Limbah B3 dari sumber yang tidak
spesifik, yaitu limbah B3 yang bukan (2) limbah yang bukan merupakan
cairan yang pada temperatur dan
berasal dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharaan tekanan standar (25°C dan 760
alat, pencucian, pencegahan korosi mmHg) dapat mudah
(inhibitor korosi), pelarutan kerak, menyebabkan kebakaran melalui
pengemasan, dan lain-lain. gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan
b) Limbah B3 dari sumber spesifik, dan apabila terbakar dapat
yaitu sisa proses suatu industri atau menyebabkan kebakaran yang
kegiatan yang secara spesifik dapat terus menerus dalam 10 detik;
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
(3) merupakan limbah yang berte-
c) Limbah B3 dari bahan kimia kanan dan mudah terbakar;
kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan, buangan produk yang (4) merupakan limbah pengoksidasi.
tidak memenuhi spesifikasi. c) Bersifat reaktif, adalah limbah yang
mempunyai salah satu sifat berikut:
2.1.2 Karakteristik Limbah B3
(1) limbah yang pada keadaan
Karakterisik limbah B3 adalah normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa
a) Mudah meledak, yaitu limbah yang peledakan;
apabila pada suhu dan tekanan (2) limbah yang dapat bereaksi hebat
standar (25°C, 760 mmHg) dapat dengan air;
meledak atau melalui reaksi kimia
dan atau fisika dapat menghasilkan (3) limbah yang apabila bercampur
gas dengan suhu dan tekanan tinggi dengan air berpotensi menimbul-
yang dengan cepat dapat merusak kan ledakan, menghasilkan gas,
lingkungan sekitarnya. uap atau asap beracun dalam
jumlah yang membahayakan
b) Mudah terbakar, adalah limbah yang untuk kesehatan manusia dan
mempunyai salah satu sifat yaitu : lingkungan.
(1) limbah yang berupa cairan yang d) Beracun, yaitu limbah yang
mengandung alkohol kurang dari mengandung pencemar yang bersifat
24% volume dan atau pada titik racun untuk manusia maupun
nyala tidak lebih dari 60°C lingkungan yang dapat menyebabkan

3
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

kematian atau sakit yang serius 2.2.1 Jenis Pelumas


apabila masuk ke tubuh melalui
pernafasan, kulit, atau mulut. Pelumas dapat dibedakan jenisnya
berdasarkan bahan dasar (base oil),
e) Menyebabkan infeksi, adalah limbah
bentuk fisik, dan tujuan penggunaan
yang berasal dari bagian tubuh
(Anonim, 2007).
manusia yang diamputasi dan cairan
dari tubuh manusia yang terkena
2.2.2 Kontaminan Pelumas
infeksi, limbah dari laboratorium
atau limbah lainnya yang terinfeksi Minyak pelumas bekas memiliki tinggi
kuman penyakit yang dapat menular. nilai abu, residu karbon, bahan
f) Bersifat korosif, yaitu limbah yang asphaltenic, logam, air, dan bahan kotor
mempunyai salah satu sifat sebagai lainnya yang dihasilkan selama jalannya
berikut: pelumasan dalam mesin (Nabil, 2010).
(1) menyebabkan iritasi (terbakar) 2.3 Refining
pada kulit;
(2) menyebabkan proses pengkaratan Refining adalah proses membersihkan
pada lempeng baja (SAE 1020) atau mengeluarkan kotoran, dari suatu
dengan laju korosi lebih besar zat, material, atau bentuk, contohnya dari
dari 6,35 mm/tahun dengan minyak atau logam, gula, dan lain-lain.
temperatur pengujian 55°C; Refining dapat pula diartikan sebagai
pemurnian kembali limbah minyak,
(3) mempunyai pH ≤ 2 untuk limbah contohnya minyak pelumas bekas, yang
bersifat asam dan ≥ 12,5 untuk telah dikenakan pengolahan fisik dan
yang bersifat basa. kimia yang bertujuan memulihkan sifat
minyak dasar atau dengan aditif pada
2.2 Pelumas proses akhirnya.
Pelumas (lubricant) atau yang sering
2.4 Acid Clay Treatment
disebut oli adalah suatu bahan (biasanya
berbentuk cairan) yang berfungsi untuk Acid Clay Treatment adalah salah satu
mereduksi keausan antara dua permukaan metode pengolahan dalam teknologi
benda bergerak yang saling bergesekan. refining yang digunakan pada minyak
Suatu bahan cairan dapat dikategorikan pelumas bekas dengan menggunakan
sebagai pelumas jika mengandung bahan penambahan asam kuat dan lempung di
dasar (bisa berupa oil based atau dalam proses pengolahannya. Asam kuat
water/glycol based) dan paket aditif yang biasa digunakan pada metode ini
(Anonim, 2007). adalah Asam Sulfat (H2SO4).

4
Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid Clay Treatment
(Yuzana Pratiwi)

2.5 Kaolin dan 0,2M; BaCl2 0,5M; NaOH, Akuades,


dan kertas saring Whatman No.41.
Kaolin merupakan lempung dengan
kandungan besi yang rendah dan 3.2 Prosedur Penelitian
umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi 3.2.1 Preparasi Kaolin
Hidrous Alumunium Silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai Preparasi yang dilakukan sebagai berikut:
beberapa mineral penyerta.  Kaolin dioven hingga kering.
Sifat-sifat fisik kaolin, yaitu:  Kaolin lalu digerus dan diayak
 kekerasan 2 – 2,5; menggunakan ayakan 120 mesh.
 berat jenis 2,6 – 2,63;  Kaolin yang telah lolos ayakan
 plastis; tersebut kemudian sebanyak 25 gram
 mempunyai daya hantar panas dan dimasukkan ke 400 mL akuades, lalu
listrik yang rendah; dan diaduk selama 24 jam dengan
 pH bervariasi. pengaduk magnet.
3. METODE PENELITIAN  Setelah diaduk 24 jam dengan
pengaduk magnet, sampel kemudian
Penelitian ini berupa percobaan yang disentrifuse dengan kecepatan 3000
dilakukan di Laboratorium Mekanika rpm selama 15 menit.
Tanah Fakultas Teknik Universitas  Sedimen yang terbentuk dipisahkan
Tanjungpura, Laboratorium Kimia dari suspensinya, kemudian
Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, dikeringkan di dalam oven pada
dan Laboratorium Teknik Lingkungan temperatur 110°C selama 6 jam.
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
 Sampel yang telah kering digerus dan
3.1 Alat dan Bahan Penelitian diayak dengan ayakan 120 mesh.

Alat yang digunakan pada penelitian ini 3.2.2 Aktivasi Kaolin


yaitu beaker glass, corong glass, gelas
ukur, pipet ukur, neraca Ohaus, pengaduk Akivasi kaolin dilakukan sebagai berikut:
magnet (magnetic steerer) dan hot plate,  Sebanyak 25 gram kaolin
centrifuge, oven, jar test, ayakan 120 didispersikan ke dalam 100 mL
mesh, dan pH meter. larutan H2SO4 0,2 M sambil diaduk
dengan pengaduk magnet.
Bahan yang digunakan pada penelitian
ini yaitu minyak pelumas bekas bengkel,  Aktivasi dilakukan selama 24 jam,
kaolin cap kala, asam sulfat (H2SO4) 2M kemudian disaring dan dicuci

5
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

menggunakan akuades yang telah dengan jar test dengan kecepatan 100
dipanaskan. rpm selama 15 menit.
 Pencucian dilakukan berulang kali  Untuk variasi waktu kontak, 10 gram
hingga kaolin terbebas dari ion Sulfat. adsorben yang telah dimasukkan ke
tiga sampel diaduk dengan jar test
 Pencucian dihentikan jika filtrat
dengan kecepatan 100 rpm, pada
ditetesi dengan larutan BaCl2 tidak
waktu masing-masing 15 menit untuk
terbentuk endapan putih dari BaSO4.
sampel pertama (W1), 30 menit untuk
 Kaolin yang telah dicuci lalu sampel kedua (W2), dan 60 menit
dikeringkan dalam oven pada suhu untuk sampel ketiga (W3).
100-110°C.
 Untuk variasi tingkat keasaman (pH),
 Lempung yang telah kering kemudian sebelum dimasukkan adsorben,
digerus dan diayak menggunakan ditambahkan NaOH sebanyak 1 mL
ayakan 120 mesh. Padatan pada sampel kedua (P2) dan 2 mL
selanjutnya dipanaskan pada suhu pada sampel ketiga (P3). Sedangkan
200°C selama 5 jam. untuk sampel pertama (P1) tidak
dilakukan penambahan NaOH.
3.2.3 Pengolahan Minyak Pelumas Kemudian dimasukkan masing-
Bekas masing 10 gram adsorben, lalu diaduk
dengan jar test dengan kecepatan 100
Pengolahan minyak pelumas dilakukan rpm selama 15 menit.
sebagai berikut:
 Masing-masing sampel yang telah
 Sebanyak 10 mL H2SO4 2M dilakukan pengolahan, kemudian
dimasukkan ke 200 mL minyak diambil filtratnya sebanyak 100 mL
pelumas bekas, kemudian diaduk untuk diuji kadar Pb-nya.
menggunakan jar test dengan
kecepatan 150 rpm selama 5 menit. 3.2.4 Penentuan Efisiensi Penurunan
Kadar Pb
 Sampel yang telah diaduk diambil
filtratnya sebanyak 150 mL.
Untuk mengetahui efisiensi penurunan
 Kemudian dimasukkan adsorben konsentrasi zat pencemar Pb pada
berupa kaolin yang telah diaktivasi, minyak pelumas bekas, dalam penelitian
lalu diaduk dengan jar test. ini digunakan rumus sebagai berikut :
 Untuk variasi adsorben, dimasukkan
sebanyak 2,5 gram pada sampel C0  C1
E  100% (1)
pertama (A1), 5 gram pada sampel C0
kedua (A2), dan 10 gram pada sampel
ketiga (A3). Kemudian sampel diaduk di mana

6
Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid Clay Treatment
(Yuzana Pratiwi)

Tabel 1. Penurunan kadar Pb dengan variasi konsentrasi adsorben pada pengolahan


minyak pelumas bekas dan pengulangannya
Kadar Pb (ppm)
Nama sampel Konsentrasi adsorben
Ulangan I Ulangan II Rata-rata
A1 2,5 gram 4,7981 4,7820 4,7901
A2 5 gram 4,7844 4,7710 4,7777
A3 10 gram 4,7747 4,7641 4,7694

E : efisiensi Kemampuan penyerapan Pb oleh


C0 : konsentrasi awal adsorben terus bertambah seiring
C1 : konsentrasi akhir. meningkatnya konsentrasi adsorben. Hal
ini disebabkan semakin besar massa
4. ANALISIS HASIL PENELITIAN adsorben maka luas permukaan
kontaknya semakin besar, sehingga
4.1 Variasi Konsentrasi Adsorben
semakin banyak adsorbat yang terserap
4.1.1 Penentuan Kondisi Terbaik (Fatha, 2007). Semakin tinggi dosis
adsorben menyebabkan semakin tinggi
Pada Tabel 1 dan Gambar 1 dapat dilihat tingkat penyisihan logam terlarut
trend rata-rata kadar Pb yang dibentuk (Suprihatin dan Indasti, 2010).
dari ulangan I dan ulangan II.
4.1.2 Efisiensi Penurunan Kadar Pb

Dari Tabel 2 dan Gambar 2 dapat dilihat


4,80 peningkatan nilai E (efisiensi) terhadap
variasi konsentrasi adsorben pada pengo-
Kadar Pb (ppm)

4,79 lahan minyak pelumas bekas yang telah


dilakukan. Hal ini disebabkan konsentrasi
4,78 adsorben mempengaruhi proses adsorpsi.

4,77
Tabel 2. Efisiensi penurunan kadar Pb
4,76 berdasarkan variasi konsentrasi adsorben
0 2,5 5 7,5 10 Konsentrasi
Nama E
Konsentrasi adsorben (gram) adsorben
sampel (gram) (%)
Gambar 1. Grafik penurunan kadar Pb
terhadap variasi konsentrasi adsorben A1 2,5 gram 55,24
pada pengolahan minyak pelumas bekas A2 5 gram 55,35
dan pengulangannya A3 10 gram 55,43
7
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

55,5 dan proses adsorpsi akan semakin efektif


(Oscik, 1992). Semakin lama logam
dikontakkan dengan adsorben maka akan
E (%)

55,4 semakin banyak penyerapan yang terjadi


(Ramadhan dan Handajani, 2010).

55,3 4.2.2 Efisiensi Penurunan Kadar Pb

Dari Tabel 4 dan Gambar 4 dapat dilihat


55,2 peningkatan E terhadap variasi waktu
0 2,5 5 7,5 10 kontak pada pengolahan minyak pelumas
Konsentrasi adsorben (gram) bekas yang telah dilakukan. Hal ini
Gambar 2. Grafik E terhadap variasi
konsentrasi adsorben
4,81
Kadar Pb (ppm)

4,80
4.2 Variasi Waktu Kontak
4,79
4.2.1 Penentuan Kondisi Terbaik
4,78
Pada Tabel 3 dan Gambar 3 dapat dilihat
trend rata-rata kadar Pb yang dibentuk
dari ulangan I dan ulangan II. 4,77
Kemampuan penyerapan Pb oleh 0 15 30 45 60
adsorben terus bertambah seiring Waktu kontak (menit)
meningkatnya waktu kontak. Hal ini Gambar 3. Grafik penurunan kadar Pb
disebabkan semakin lama waktu terhadap variasi waktu kontak pada
reaksinya maka adsorbat yang diadsorpsi pengolahan minyak pelumas bekas dan
atau yang terikat akan semakin banyak pengulangannya

Tabel 3. Penurunan kadar Pb dengan variasi waktu kontak pada pengolahan minyak
pelumas bekas dan pengulangannya
Kadar Pb (ppm)
Nama sampel Waktu kontak
Ulangan I Ulangan II Rata-rata
W1 15 menit 4,8049 4,8011 4,8030
W2 30 menit 4,7951 4,7944 4,7948
W3 60 menit 4,7732 4,7718 4,7725

8
Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid Clay Treatment
(Yuzana Pratiwi)

disebabkan waktu kontak mempengaruhi 4.3 Variasi pH


proses adsorpsi.
4.3.1 Penentuan Kondisi Terbaik

Pada Tabel 5 dan Gambar 5 dapat dilihat


trend rata-rata kadar Pb yang dibentuk
Tabel 4. Efisiensi penurunan kadar Pb
berdasarkan variasi waktu kontak dari ulangan I dan ulangan II.
Kemampuan penyerapan Pb oleh
Nama Waktu kontak E adsorben mengalami penurunan seiring
sampel (menit) (%) meningkatnya pH. Hal ini disebabkan
W1 15 55,12 tingkat pH mempengaruhi kelarutan ion
W2 30 55,19 logam (Rangminang, 2009).
W3 60 55,40

4,83
Kadar Pb (ppm)

55,4 4,82

55,3
4,81
E (%)

55,2

55,1 4,80
4 5 6 7
55,0
pH
0 15 30 45 60
Gambar 5. Grafik penurunan kadar Pb
Waktu kontak (menit) terhadap variasi pH pada pengolahan
Gambar 4. Grafik E terhadap variasi minyak pelumas bekas dan pengulang-
waktu kontak annya

Tabel 5. Penurunan kadar Pb dengan variasi pH pada pengolahan minyak pelumas


bekas dan pengulangannya
Kadar Pb (ppm)
Nama sampel pH
Ulangan I Ulangan II Rata-rata
P1 4,4 4,8071 4,8014 4,8043
P2 5,5 4,8101 4,8171 4,8136
P3 6,6 4,8200 4,8290 4,8245
9
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

4.3.2 Efisiensi Penurunan Kadar Pb dapat dikemukakan beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
Dari Tabel 6 dan Gambar 6 dapat dilihat
a) Pada pengolahan minyak pelumas
penurunan kadar Pb terhadap variasi pH
bekas sebanyak 150 ml
pada pengolahan minyak pelumas bekas
menggunakan metode Acid Clay
yang telah dilakukan. Hal ini disebabkan
Treatment, didapatkan kondisi
tingkat pH larutan mempengaruhi proses
terbaik pada konsentrasi adsorben 10
adsorpsi.
gram, waktu kontak 60 menit, dan
tingkat keasaman pH 4,4.
b) Efisiensi penurunan kadar Pb yang
Tabel 6. Efisiensi penurunan kadar Pb didapat dengan menggunakan
berdasarkan variasi pH metode Acid Clay Treatment adalah
Nama sampel pH E (%) sebesar 56,71%.
P1 4,4 55,11
P2 5,5 55,02
P3 6,6 54,92 Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Pengertian Pelumas.
http://www.lumasmultisarana.com.
Diakses tanggal 13 Januari 2012.
55,2
Azhari, Titien S. R. 1998. "Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan
E (%)

55,1 Beracun (B3)". AKSIAL, Jurnal


Teknologi, sains, Humaniora, dan
55,0 Pengajarannya. Nomor 4 Tahun I
Edisi Oktober 1998.
54,9
Fatha, A. 2007. Pemanfaatan Zeolit Aktif
untuk Menurunkan BOD dan COD
54,8
Limbah Tahu. Semarang:
4 5 6 7
Universitas Negeri Semarang.
pH
Nabil M., dkk. 2010. "Waste Lubricating
Gambar 6. Grafik E terhadap variasi pH Oil Treatment by Adsorption
Process Using Different
Adsorbents". Journal World
Academy of Science, Engineering
5. KESIMPULAN and Technology. 62.
Berdasarkan percobaan yang telah Oscik, J. 1992. Adsorpsion. England:
dilakukan dalam penelitian ini maka Ellis Horwood Itd.

10
Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid Clay Treatment
(Yuzana Pratiwi)

P3KNLH (Pusat Pendidikan dan


Pelatihan Kementerian Negara
Lingkungan Hidup). 2008a. Modul
Diklat Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, Dampak
Umum Limbah Bahan Berbahaya
Beracun Terhadap Lingkungan
dan Kesehatan Manusia. Jakarta:
Kementerian Lingkungan Hidup.
P3KNLH. 2008b. Modul Diklat
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun,
Identifikasi Jenis dan Karakteristik
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Jakarta: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
Ramadhan, Bayu dan Handajani, Marisa.
2010. Biosorpsi Logam Berat Cr
(VI) dengan Menggunakan
Biomassa Saccharomyces
cerevisiae. Bandung: ITB.
Rangminang. 2009. Adsorpsion.
http://www.newworldencyclopedia
.org. Diakses tanggal 31 Januari
2012.
Suprihatin dan Indasti, Nastiti Siswi.
2010. "Penyisihan Logam Berat
dari Limbah Cair Laboratorium
dengan Metode Presipitasi dan
Adsorpsi". MAKARA, Sains, Vol.
14, No.1 :44-50.

11
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 – JUNI 2013

12

Anda mungkin juga menyukai