Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rahmawati adeningsih

NIM : 044533876

Mata Kuliah : Statistika Ekonomi ESPA-4123

Soal :

Bagimana angkah-langkah  pengujian hipotesis ?

Jawab :

Assalamualaikum Wr.Wb berikut ini tanggapan saya dan beberapa refrensi yang saya dapatkan untuk
menjawab pertanyaan pada diskusi 7 ini :

Prosedur pengujian hipotesis merupakan langkah-langkah yang diterapkan untuk menentukan apakah
menerima atau menolak suatu hipotesis mengenai parameter populasi. Dalam menguji suatu hipotesis
statistik setidaknya dibutuhkan lima langkah, yaitu sebagai berikut:

1. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1)

2. Menetapkan tingkat signifikansi (α) yang digunakan

3. Menentukan statistik uji yang tepat dan menghitung nilai statistik hitung

4. Pengambilan keputusan

5. Penarikan kesimpulan

- Langkah #1. Merumuskan Hipotesis Nol (H0)dan Hipotesis Alternatif (H1)


Hipotesis nol selalu menyatakan “sama” tau “tidak berbeda”. Misalkan sebuah perusahaan otomotif
mengklaim bahwa rata-rata mobil mewah yang berhasil terjual per bulannya mencapai 25 unit. Untuk
membuktikan pernyataan perusahaan tersebut dilakukan penelitian. Dengan demikian, hipotesis nol
yang kita ajukan adalah

H0:μ=25H0:μ=25
Kemudian ada tiga kemungkinan hipotesis alternatif yang dapat kita rumuskan, yaitu

H1:μ≠25H1:μ≠25
H1:μ>25H1:μ>25
H1:μ<25H1:μ<25
Rumusan hipotesis alternatif tergantung dari pernyataan terhadap karakteristik populasi. Jika kita
ingin melakukan pengujian suatu hipotesis di mana rata-rata penjualan mobil mewah adalah 25 unit,
maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H0:μ=25H0:μ=25
H1:μ≠25H1:μ≠25
Jika pengujian dilakukan terhadap pernyataan bahwa rata-rata penjualan mobil mewah lebih dari 25
unit, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H0:μ≤25H0:μ≤25
H1:μ>25H1:μ>25
Jika pengujian dilakukan terhadap pernyataan bahwa rata-rata penjualan mobil mewah kurang dari 25
unit, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H0:μ≥25H0:μ≥25
H1:μ<25
- Langkah #2. Menetapkan Tingkat Signifikansi (α)
Tingkat signifikansi menunjukkan peluang kesalahan yang mungkin terjadi saat pengambilan
keputusan. Tingkat signifikansi yang umum dipakai adalah 1%, 5%, dan 10%. Tidak ada standar
khusus dalam pemilihan tingkat signifikansi, hal tersebut tergantung keinginan masing-masing
peneliti.

Pada prinsipnya, semakin besar tingkat signifikansi yang digunakan, maka semakin besar pula
peluang menolak H0 padahal H0 benar. Dengan kata lain, semakin besar tingkat signifikansi yang
digunakan semakin besar pula peluang melakukan kesalahan jenis I.
Tingkat signifikansi dan besarnya sampel yang digunakan akan menentukan luasan wilayah
penolakan dan penerimaan H0 di bawah kurva distribusi normal yang umumnya digunakan pada
analisis data. Pada tahap ini akan diperoleh nilai kritis yang menjadi pembatas wilayah penolakan dan
penerimaan H0.
Besarnya nilai kritis juga tergantung dari banyaknya sampel yang digunakan. Nilai kritis yang
diperoleh tergantung dari jenis uji yang digunakan. Nilai kritis yang sering digunakan dapat diperoleh
dari Tabel Distribusi Normal (Tabel Z), Tabel Distribusi t-Student, Tabel Distribusi F, atau Tabel
Distribusi Chi-Square.

- Langkah #3. Menentukan Statistik Uji dan Menghitung Nilai Statistik Hitung
Pada tahap ini peneliti melakukan penghitungan untuk mendapatkan nilai statistik sesuai dengan
kebutuhan atau jenis uji yang ingin dilakukan. Hal ini juga terkait dengan jenis distribusi yang akan
digunakan. Nilai statistik hitung dapat diperoleh dengan cara penghitungan manual atau dengan
bantuan komputer melalui MS Excel atau paket program komputer statistik seperti SPSS, Minitab, R
dan lainnya.

- Langkah #4. Pengambilan Keputusan


Pada tahap ini akan disimpulkan apakah kita akan menolak H0 atau tidak menolak H0. Keputusan ini
dibuat dengan membandingkan besarnya nilai statistik hitung dengan nilai kritis yang kita peroleh dari
tabel kurva distribusi untuk menentukan wilayah penolakan dan penerimaan H0.

Jika kita ingin melakukan pengujian suatu hipotesis di mana rata-rata penjualan mobil mewah adalah
25 unit, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah:

H0:μ=25H0:μ=25
H1:μ≠25H1:μ≠25
Jika pengujian menggunakan sampel besar (n≥30)(n≥30) dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%,
maka nilai kritis berdasarkan Tabel Distribusi Normal Baku (Tabel Z) adalah 1,96. Gambar kurva
distribusi normal untuk daerah penolakan dan tidak tolak H0 adalah sebagai berikut:
Pendekatan seperti yang dijelaskan di atas dinamakan pendekatan daerah penolakan (rejection
region), yang biasanya digunakan jika menghitung statistik secara manual. Selanjutnya, ada
pendekatan lain yang digunakan untuk memutuskan menolak atau tidak menolak H0, yaitu
pendekatan p-value, biasanya digunakan dengan komputer dan software statistik.
P-value dari suatu uji merupakan peluang mengamati suatu statistik uji yang paling ekstrim jika
hipotesis nol benar. Semakin kecil p-value, semakin nyata bukti statistik untuk mendukung hipotesis
alternatif.

Untuk menentukan keputusan tolak Ho atau gagal tolak Ho, bandingkankan p-value dengan tingkat
signifikansi yang dipilih. Jika p-value kurang dari tingkat signifikansi α, kita putuskan menolak
hipotesis nol. Jika p-value lebih dari α, kita tidak menolak hipotesis nol.
- Langkah #5. Penarikan Kesimpulan
Setelah dilakukan pengambilan keputusan maka selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Jika
keputusan yang diambil adalah menolak H0, maka kesimpulan yang diambil adalah berdasarkan apa
yang dinyatakan pada H1.
Sebaliknya, jika keputusannya adalah tidak menolak H0, maka kesimpulan yang diambil adalah
berdasarkan apa yang dituliskan pada H0. Misal dari kasus di atas, jika kita ingin melakukan
pengujian suatu hipotesis di mana rata-rata penjualan mobil mewah per bulan adalah 25 unit, maka
rumusan hipotesis yang digunakan adalah:
H0:μ=25H0:μ=25
H1:μ≠25H1:μ≠25
Jika keputusannya adalah tidak menolak H0, maka kesimpulannya adalah bahwa pernyataan
mengenai rata-rata populasi penjualan mobil mewah per bulan adalah sebesar 25 unit dapat
dibenarkan secara statistik.
Namun sebaliknya, jika keputusannya adalah menolak H0 maka kesimpulannya adalah tidak cukup
bukti untuk menyatakan bahwa rata-rata populasi penjualan mobil mewah per bulan adalah sebesar 25
unit, atau dengan kata lain rata-rata penjualan mobil mewah per bulan secara statistik berbeda dengan
25 unit.

Sumber refrensi :

- BMP Statistika Ekonomi ESPA4123


- https://jagostat.com/

Anda mungkin juga menyukai