Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STATISTIKA ELEMENTER
DISUSUN

OLEH:
KELOMPOK 12
- SAMUEL MARCELLO
- ELISKA MARENNA
- JENNY SIANTURI

DOSEN PENGAMPU :
NOOR ELL GOLDAMEIR,S.S.,M.Si
DAFTAR ISI

BAB 1 Pengujian Hipotesis


I. Pendahuluan .............................................................................................1

II. Asas Praduga Tak Bersalah : H0 dan H1………………………………...2

III. Menguji Kesamaan Rata-Rata …………………………………………..7

 MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA : UJI SATU PIHAK ….7


 MENGUJI KESAMAAN RATA-RATA : UJI DUA PIHAK…………..8
BAB I
PENGUJIAN HIPOTESIS

I. Pendahuluan
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi
atau dugaan itu dikhusus kan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai
parameter populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik. Kecuali dinyatakan lain,
di sini dengan hipotesis dimaksudkan hipotesis statistik. Hipotesis adalah pernyataan
tentatif mengenai parameter peubah acak.

Kata hipotesis berasal dari gabungan dua kata, yaitu (1) hipo yang berarti
tersembunyi, dan (2) theses yang berarti pernyataan. Hipotesis menurut asal katanya
berarti pernyataan mengenai sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tidak diketahui
kebenarannya secara pasti.

Demikianlah misalnya, yang berikut dapat dianggap sebagai hipotesis:

a) peluang lahirnya bayi berjenis laki-laki - 0,5


b) 30% masyarakat termasuk golongan A
c) rata-rata pendapatan keluarga di suatu daerah Rp 35.000,00 tiap bulan.

Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian
sebelum hipotesis itu diterima atau di- tolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan
apakah meneri ma atau menolak hipotesis dinamakan pengujian hipotesis.

1
II. AZAS PRADUGA TAK BERSALAH: H0 DAN H1
Ada 2 macam kekeliruan dalam pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan
sampel acak, nilai-nilai statistic yang perlu dihitung kemudian dibandingkan
menggunakan kriteria tertentu menggunakan hipotesis. Hasil yang didapat dalam
pengertian peluang jauh berbeda dari hasil yang diharapkan terjadi berdasarkan hipotesis,
maka hipotesis ditolak. Jika terjadi sebaliknya, maka hipotesis diterima.

Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang dapat
terjadi, dikenal dengan nama-nama:

a) Kekeliruan tipe I: ialah menolak hipotesis yang seharusnya diterima


b) Kekeliruan tipe II: ialah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak

Untuk mengingat hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan tipe kekeliruan, tipe
kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis, seperti ini :

KESIMPULAN HIPOTESIS BENAR HIPOTESIS SALAH

TERIMA HIPOTESIS BENAR KELIRU (tipe II)

TOLAK HIPOTESIS KELIRU (tipe I) BENAR

Ketika merencanakan suatu penelitian dalam rangka pengujian hipotesis, jelas


kiranya bahwa kedua tipe kekeliruan itu harus dibuat sekecil mungkin. Agar penelitian
dapat dilakukan maka kedua tipe kekeliruan itu dinyatakan dalam peluang. Peluang
membuat kekeliruan tipe I biasa dinyatakan dengan α (alfa) dan peluang membuat
kekeliruan tipe II dinyatakan dengan β (beta).

Dalam penggunaannya, a disebut pula taraf signifikan atau taraf arti atau sering
disebut pula taraf nyata. Besar kecilnya a dan 8 yang dapat diterima dalam pengambilan
kesimpulan ber- gantung pada akibat-akibat atas diperbuatnya kekeliruan-kekeliru- an itu.
Selain daripada itu perlu pula dikemukakan bahwa kedua kekeliruan itu saling berkaitan.
Jika a diperkecil, maka ẞ menjadi besar dan demikian sebaliknya.

2
Pada dasarnya, harus dicapai hasil pengujian hipotesis yang baik, ialah pengujian yang
bersifat bahwa di antara semua pengujian yang dapat dilakukan dengan harga a yang
sama besar, ambillah sebuah yang mempunyai kekeliruan 8 paling kecil.

Prinsip demikian memerlukan pemecahan matematik yang sudah keluar dari


tujuan buku ini. Karenanya, untuk keperluan praktis, kecuali dinyatakan lain, a akan
diambil lebih dahulu de- ngan harga yang biasa digunakan, yaitu a = 0,01 atau a = 0,05.
Dengan α = 0,05 misalnya, atau sering pula disebut taraf nyata 5%, berarti kira-kira 5
dari tiap 100 kesimpulan bahwa kita akan menolak hipotesis yang seharusnya diterima.
Dengan kata lain kira-kira 95% yakin bahwa kita telah membuat kesimpulan yang benar.
Dalam hal demikian dikatakan bahwa hipotesis telah di- tolak pada taraf nyata 0,05 yang
berarti kita mungkin salah dengan peluang 0,05.

Untuk setiap pengujian dengan a yang ditentukan, besar 8 dapat dihitung. Harga
(13) dinamakan kuasa uji. Ternyata bahwa nilai ẞ berbeda untuk harga parameter yang
berlainan, jadi ẞ bergantung pada parameter, katakanlah, sehingga didapat (0) sebuah
fungsi yang bergantung pada 6. Bentuk (0) dinamakan fungsi ciri operasi, disingkat C.O.,
dan 1-3(0) disebut fungsi kuasa.

Langkah – langkah pengujian hipotesis terdapat dua pilihan. Untuk melakukan


penentuan salah satu di antara dua pilihan itu lebih terperinci dan lebih mudah dilakukan,
maka akan digunakan perumusan – perumusan seperlunya. Hipotesis disingkat H, supaya
dirumuskan dengan padat dan jelas. Agar nampak adanya dua pilihan, hipotesis H perlu
didampingi oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan atau disebut alternatif,
dinyatakan dengan A.Pasangan H dan A atau tepatnya H melawan A,lebih jauh juga
menentukan kriteria pengujian yang terdiri dari daerah penerimaan dan daerah penolakan
hipotesis. Daerah penolakan hipotesis sering pula dikenal dengan nama daerah krisis.

Kalau yang sedang diuji itu parameter θ (dalam penggunaan nya nanti θ bisa rata-
rata µ ,proporsi,simpangan baku,dan lain-lain),dari itu semua akan didapat hal-hal:

a) Hipotesis mengandung pengertian yang sama.


1. H : θ = θ0 3. H : θ = θ0
A : θ = θ1 A : θ > θ0
2. H : θ = θ0 4. H : θ = θ0
A : θ ≠ θ0 A : θ < θ0

3
Dengan θ0, θ1 dua harga berlainan yang diketahui. Pasangan 1) dinamakan pengujian
sederhana lawan sederhana sedangkan yang lainnya merupakan pengujian sederhana
lawan komposit.

b) Hipotesis mengandung pengertian maksimum.


Inlet del untuk H dan A berbentuk:
H : θ ≤ θ0
A : θ > θ0
Yang biasa dinamakan pengujian komposit lawan komposit.

c) Hipotesis mengandung pengertian minimum.


Perumusan H dan A berbentuk :
H : θ ≥ θ0
A : θ < θ0
Ini juga pengujian komposi lawan komposit.

Materi ini akan mempelajari pengajian terhadap hipotesis yang perumusannya


mengandung pengertian sama atau tidak memiliki perbedaan, disebut hipotesis nol
dengan lambang H0 melawan hipotesis tandingannya dengan lambang H1 yang
mengandung pengertian tidak sama, lebih besar atau lebih kecil. H ini harus dipilih atau
ditentukan peneliti sesuai dengan persoalan yang dihadapi.

Pasangan Ho dan H, yang telah dirumuskan, untuk kita disini akan dituliskan
dalam bentuk:

 H0 : θ = θ0
 H1 : θ ≠ θ0

Atau

 H0 : θ = θ0
 H1 : θ > θ0

Atau

 H0 : θ = θ0
 H1 : θ < θ0

4
Langkah berikutnya, kita pilih bentuk statistik mana yang harus digunakan,
apakah z, t, x², F atau lainnya. Harga statistik yang dipilih, besarnya dihitung dari data
sampel yang dianalisis.

Kemudian, berdasarkan pilihan taraf nyata a atau disebut juga ukuran daerah
kritis, kriteria pengujian kita tentukan. Peran hipotesis tandingan H, dalam penentuan
daerah kritis adalah sebagai berikut:

1) Jika tandingan H, mempunyai perumusan tidak sama, maka dalam distribusi


statistik yang digunakan, normal untuk angka z, Student untuk t, dan seterusnya,
didapat dua daerah kritis masing-masing pada ujung-ujung distribusi. Luas daerah
kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah 40. Karena adanya dua daerah
penolakan ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji dua pihak.

Gambar di atas memperlihatkan sketsa distribusi yang digunakan disertai daerah-daerah


penerimaan dan penolakan hipotesis. Kedua daerah ini dibatasi oleh d, dan d₂ yang
harganya didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan menggunakan peluang
yang ditentukan oleh α . Kriteria yang didapat adalah: terima hipotesis H0, jika harga
statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh antara d, dan d₂, dalam hal
lainnya Ho ditolak.

2) Untuk tandingan H, yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam


distribusi yang digunakan didapat sebuah daerah kritis yang letaknya di ujung
sebelah kanan. Luas daerah kritis atau daerah penolakan ini sama dengan α.

5
Harga d, didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan peluang yang
ditentukan oleh α, menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan H0.
Kriteria yang dipakai adalah: tolak H0 jika statistik yang dihitung berdasarkan
sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H0. Pengujian ini
dinamakan uji satu pihak, tepatnya pihak kanan.

3) Akhirnya, jika tandingan H, mengandung pernyataan lebih kecil, maka daerah


kritis ada di ujung kiri dari distribusi yang digunakan. Luas daerah ini = α yang
menjadi batas daerah penerimaan H0 oleh bilangan d yang didapat dari daftar
distribusi yang bersangkutan. Peluang untuk mendapatkan d ditentukan oleh taraf
nyata α.

Kriteria yang digunakan adalah: terima H0, jika statistik yang dihitung
berdasarkan penelitian lebih besar dari d sedangkan dalam hal lainnya H, kita
tolak. Dengan demikian, dalam hal ini kita mempunyai uji satu pihak, ialah pihak
kiri.

Atas dasar hasil pengujian yang dilakukan, akhirnya kesimpulan dapat


dirumuskan.

6
III. MENGUJI KESAMAAN RATA-RATA

 MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA : UJI SATU PIHAK


Untuk uji satu pihak pun dimisalkan bahwa kedua populasi berdistribusi normal dengan
rata-rata µ1 dan µ2 dan simpangan baku σ1 dan σ2. Karena umumnya σ1 dan σ2 tidak
diketahui, maka σ1 = σ2 atau σ1 ≠ σ2.

Yang diuji adalah H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 > µ2

Apabila pengujian hipotesis “tolak hipotesis H0”, maka:

t’ ≥ w1 t1 + w2 t2

------------------

w1 + w2

“terima hipotesis H0”, maka:

w1 = s1^2 w2 = s2^2

------ ------

n1 n2

t1 = t(1- α)(n1-1) dan t2 = t(1-a)(n2-1)

Peluang untuk menggunakan distribusi t ialah (1- α) sedangkan dk-nya masing-masing


(n1-1) (n2-1).

7
 MENGUJI KESAMAAN RATA-RATA : UJI DUA PIHAK
Pengujian ini mempunyai 2 populasi normal masing-masing dengan µ1 dan µ2,
sedangkan simpang baku σ1 dan σ2.

Pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji adalah:

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Hal-hal yang membedakannya adalah:

Hal A) σ1 = σ2 = σ

Statistik yang digunakan jika H0 benar, adalah:

z= 1- 2

--------------

σ akar 1 per n1 + 1 per n2

Hal B) σ1 + σ2 = σ tetapi σ tidak diketahui

Jarang sekali σ1 dan σ2 diketahui besarnya. Jika H0 benar dan σ1 = σ2 = σ sedangkan σ


tidak diketahui harganya, statistic yang digunakan adalah

T= 1- 2

--------------------------------

s akar 1 per n1 + 1 per n2

s^2 = (n1-1) s1^2 + (n2-1) s^2

-------------------------------

n1+n2-2

8
Hal C) σ1 ≠ σ2 dan keduanya tidak diketahui

Pendekatan yang cukup untuk menggunakan statistic t’ sebagai berikut :

t’= 1- 2

--------------------------------------------

Akar (s1^2 per n1) + (s2^2 per n2)

Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis H0

-w1t1 + w2t2 w1t1 + w2t2

------------------ < t’ < -----------------

w1+w2 w1+w1

Hal D) Observasi berpasangan

Dalam mengobservasi, kita menggunakan µB = µ1 - µ2. Hipotesis nol dan tandingannya


adalah :

H0 : µB = 0

H1 : µB ≠ 0

Jika B1 = x1 – y1, B2 = x2 – y2,….., Bn = xn – yn, maka data B1,B2,…..,Bn


menghasilkan rata-rata B dan simpangan baku. Untuk pengujian hipotesis, kita
menggunakan statistic :

T = B^_

----------

SB akar n

H0 jika –t1- 1per2 α < t < t1 – 1per2 α dimana t1- 1per2 α didapat dari daftar distribusi t
dengan peluang (1-1per2 α) dan dk = (n-1). Dalam artinya H0 ditolak.

Anda mungkin juga menyukai