Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa
ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan
sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai
pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health
Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa
peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,
mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan
mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif
mandiri.
Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25
tahun, di mana usia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umummnya,
yaitu ketika secara biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25
tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya, secara sosial dan psikologis
mampu mandiri. Berdasarkan uraian di atas ada dua hal penting menyangkut,
batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan
psikologi.
Mengakhiri pada abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ditandai oleh
fenomena transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur
penduduk,terutama struktur penduduk menurut umur.Apabila sebelumnya
penduduk yang terbesar adalah anak- anak maka dalam masa transisi ini proporsi
penduduk usia remaja semakin besar.Terdapat 36.600.000 (21% dari total
penduduk) remaja di indonesia dan diperkirakan jumlahnya mencapai
43.650.000.Pada awal abd ke-21.
Jumlah remaja yang tidak sedikit merupakan potensi yang sangat berarti
dalam melanjutkan pembangunan di indonesia.Seperti yang tercantum dalam
garis-garis besar pembangunan indonesia bahwa pembinaan anak dan remaja
dilaksanakan melalui peningkatan gizi,pembinaan perilaku kehidupan beragama
dan budi pekerti luhur,penumbuhan minat belajar,peningkatan daya cipta dan
daya nalar serta kreatifitas,penumbuhan idealisme dan patriotisme.Akan tetapi
adanya ketidakseimbangan upaya pembangunan yang di lakukan terutama
terhadap remaja,akhirnya menimbulkan masalah bagi pembangunan itu sendiri.
Salah satu dampak ketidakseimbangan pembangunan itu adalah terjadinya
perubahan mendasar yang menyangkut sikap dan prilaku seksual pranikah
dikalangan remaja.Di amerika latin anak muda berusia 15-24 tahun melakukan
intercourse (hubungan seksual) rata-rata pada usia 15 tahun bagi laki-laki dan usia
17 tahun bagi perempuan,Sedangkan di indonesia satu dari lima anak pertama
yang dilahirkan pada wanita menikah pada usia 20-24 tahun merupakan anak hasil
hubungan seksual sebelum menikah.Tidak tepat dan tidak benarnya informasi
mengenai seksual dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat runyam
masalah perilaku seksual remaja pranikah.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan pendidikan kesehatan demi tercapianya derajat kesehata
pada semua remaja baik laki-laki maupun perempuan.
2. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas pembuatan makalah mata ajar epidemiologi kespro.
b. Mengidentifikasi konsep kespro serta faktor yang mempengaruhi kesehatan anak
remaja.
c. Mendiskusikan latar belakang tentang kesehatan reproduksi remaja
BAB II
PEMBAHASAN
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan
kesehatan reproduksi adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi
,pihak perempuan –atau tepatnya korban- utama dalam masalah ini. Kodrat untuk
hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi terpojok
yang sangat delimatis. Dalam pandangan masyarakat ,remaja putri yang hamil
merupakan aib keluarga,yang secara telak mencoreng nama baik keluarga dan ia
adalah si pendosa yang melangar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman
sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri
tersebut. Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja
setelah mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis
terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri
sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara
fisik ,sosial dan mental yang berhubungan dengan sistem ,fungsi,dan proses
reproduksi remaja tidak terpenuhi.
Namun ada hal yang perlu pula untuk diketahui bahwa dampak yang terjadi
pada remaja bukan hanya pada saat pranikah,namun dapat pula memberikan
dampak negatif saat menikah dan hamil muda.Hal-hal yang mungkin terjadi saat
menikah dan hamil di usia sangat muda (dibawah 20 tahun).
Tetap perlu diingat bahwa perempuan yang belum mencapai usia 20 tahun
sedang berada di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik. Karena
tubuhnya belum berkembang secara maksimal, maka perlu dipertimbangkan
hambatan/ kerugian antara lain :
1. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehailannya termasuk control
kehamilan. Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
2. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kejang yang berakibat
pada kematian.
3. Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (di bawah 20tahun)
sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitannya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
4. Dari sisi pertimbangan psikologis, remaja masih merupakan kepanjangan dari
masa kanak-kanak. Kebutuhan untuk bermain dengan teman sebaya, kebutuhan
untuk diperhatikan, disayang dan diberi dorongan, masih begitu besar sebelum ia
benar-benar siap untuk mandiri.
5. Wawasan berpikirnya belum luas dan cukup matang untuk bisa menghadapi
kesulitan, pertengkaran yang ditimbulkan oleh pasangan hidup dan lingkungan
rumah tangganya.
2.6 Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja
a. Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks di masa lalu berfokus pada anatomi fisiologi
reproduksi dan penyuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga Amerika kelas
menengah. Baru – baru ini pendidikan seks mulai membahas masalah seksualitas
manusia yang dihadapi remaja. Misalnya, program – program yang sekarang
berfokus pada upaya remaja untuk “mengatakan tidak”. Pihak oponen program
pendidikan seks di sekolah percaya bahwa diskusi eksplisit tentang seksualitas
meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan peran orang tua.
Pihak pendukung mengatakan, tidak adanya diskusi semacam itu dari orang tua
dan kegagalan mereka untuk member anak – anak mereka informasi yang
diperlukan secara nyata untuk menghambat upaya mencegah kehamilan pada
remaja. Peran keluarga, masjid, gereja, sekolah kompleks dan kontraversial
tentang pendidikan seks. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks
anak – anaknya karena beberapa alasan, seperti :
Orang tua tidak memiliki informasi yang tidak adekuat.
Orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks.
Para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
Beberapa orang tua mendapat kesulitan untuk mengakui “anaknya” adalah
individu seksual yang memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang
tua untuk membahas perilaku seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan
putrinya merahasiakan aktivitas seksnya dan dapat menghambat upaya untuk
mendapat bantuan.
b. Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri
yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan
kesehatan.
Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak
kesehatan dan kesejahteraan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase
dewasa (lowdermik dan jensen,2004).Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri
dari : menerima citra tubuh,menerima identitas seksual, mengembangkan sistem
nilai personal,membuat persiapan untuk hidup mandiri,menjadi mandiri /bebas
dari orang tua,mengembangkan keterampilan,mengambil keputusan dan
mengembangkan identitas seorang yang dewasa.Identitas status kesehatan anak
remaja terdiri dari :identitas seksual,identitas kelompok,identitas
pekerjaan,identitas moral,dan identitasa kesehatan.Masa remaja ada dua aspek
perubahan yaitu perubahan fisik dan perubahan psikologis. Keluarga, sekolah,
dan tetangga merupakan aspek yang secara langsung mempengaruhi kehidupan
remaja. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada
intercourse (senggama) yang pertama kali atau mereka merasa bahwa dirinya
tidak akan pernah terinfeksi HIV / AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
3.2 Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku
sehat kepada para remaja.
2. Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan keperawatan komunitas
tentang kesehatan reproduksi remaja.
3. Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan
secara lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Soekidjo, Notoatmodjo.(2007).Kesehatan masyarakat,edisi ke 11.Jakarta : Rineka
Cipta.
Bobak,Lowdermik, jensen.(2004).”Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi
4.EGC.Jakarta
Potter& perry.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4.EGC.Jakarta
http://www.anekatips.info/2009/07/bahaya-seks-bebas-di-kalangan
remaja.html#ixzz0jdIQOsYc
www.kapanlagi.com
www.halalsehat.com
www.en.wikipedia.com
KONSEP POLA ASUH ANAK
Definisi
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu
bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan
anak,termasuk cara penerapan aturan,mengajarkan nilai /
norma,memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap
dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya
(Theresia,2009)
Pola Asuh menurut agama adalah cara memperlakukan anak sesuai dengan
ajaran agama berartimemehami anak dari berbagai aspek,dan memahami
anak dengan memberikan ola asuh yang baik ,menjaga anak dan harta
anak yatim, menerima, mamberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan
dan kasih sayang sebaik – baiknya (QS Al Baqoroh:220)
Dari beberapa pengertian maka yang dimaksud pola asuh dalam penelitian ini
adalah cara orang tua bertndak sebagai suatu aktivitas kompleks yang melibatkan
banyak perilaku spesifik secara individu atau bersama – sama sebagai serangkaian
usaha aktif untuk mengarahkan anaknya.
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun
dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah
perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun
psikis pada anak-anaknya.
Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak – anak menurut
Baumrind, (dikutip oleh Ira, 2006) adalah:
Sosial ekonomi
Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan
yang dibentuk oleh orang tua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya.
Anak yang sosial ekonaminya rendah cenderung tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah
mengenal bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status
ekonomi.
Pendidikan: Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orang tua dapat
mempengaruhi pola pikir orang tua baik formal maupun non formal
kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orang tua kepada
anaknya.
Nilai-nilai agama yang dianut orang tua: Nilai – nilai agama juga menjadi
salah satu hal yang penting yang ditanamkan orang tua pada anak dalam
pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut
berperan didalamnya.
Kepribadian: Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu
mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan
membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak (Riyanto, 2002).
Pendapat tersebut merujuk pada teori Humanistik yang menitikberatkan
pendidikan bertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat
perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Apabila anak telah
menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak
menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini dibiarkan
terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Jumlah anak: Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi
pola asuh yang diterapkan orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam
keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua tidak begitu
menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian
dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya,
(Okta Sofia, 2009).
Mau bekerjasama
Bersahabat
Loyal
Emosinya stabil
Ceria dan bersikap optimis
Mau menerima tanggung jawab
Jujur
Dapat dipercaya
Memiliki perencanaan baik di masa depan
Bersikap realistic (memahami kelebihan dan kekurangan secara obyektif)
Perilaku Orangtua
Mendominasi Anak
Perilaku Orangtua
Impulsif
Tidak dapat mengambil keputusan
Nakal
Sikap bermusuhan atau gresif
Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja
Dari ketujuh sikap atau perlakuan orangtua itu, tampak bahwa sikap . acceptance
merupakan yang paling baik untuk dimiliki atau dikembangkan oleh orang tua
(Syamsu, 2009)
Dari penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind mengemukakan dua hasil
penelitian yaitu : (1) ada 4 gaya perlakuan orang tua yaitu: Authoritarian,
permissive, authoritative, dan negalectfull. (2) dampak gaya perlakuan orang tua
terhadap perilaku anak
Mudah tersinggung
Penakut
Pemurung, tidak bahagia
Mudah terpengaruh
Mudah stres
Tidak mempunyai arah masa depan
Tidak bersahabat
Bersikap bersahabat
Memiliki rasa percaya diri
Mampu mengendalikan diri
Bersikap sopan
Mau bekerjasama
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
Mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas
Berorientasi terhadap prestasi
Sumber: dari Syamsu Yusuf. 2009 dalam Psikologi Perkembangan Anak Dan
Remaja
Anak Prasekolah
Definisi Anak Prasekolah
Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun (Biechler
dan Snowman,)
Anak yang terkategori para sekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun,
(Elizabeth B. Hurlock )mengatakan bahwa kurun usia pra sekolah disebut
sebagai masa keemasan (the golden age).
Ciri – ciri masa kanak – kanak awal dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Preschool Age”. Masa ini
adalah masa anak sebelum anak masuk pendidikan formal (SD).
Masa kanak – kanak awal merupakan masa “ Pregang Age”
Masa ini anak belajar dasar – dasar dari tingkah laku untuk
mempersiapkan dirinya bagi kehidupan bersama.
Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Hunter Age”
Masa ini anak senang menyalidiki dan ingin tahu apa yang ada
disekitarnya.
Masa kanak – kanak awal merupakan masa “Problem Age”
Anak menunjukkan banyak problem tingkah laku yang harus diperhatikan
oleh orang tua.
Kesabaran dan ketulusan hati. Sikap sabar dan ketulusan hati orangtua
dapat mengantarkan kesuksesan anak. Begitu pula memupuk kesabaran
anak sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan pengendalian diri.
Kesabaran menjadi hal yang penting dalam hidup manusia sebab bila
kesabaran tertanam dalam diri seseorang dengan baik maka seseorang
akan mampu mengendalikan diri dan berbuat yang terbaik untuk
kehidupannya.
Secara psikologis dapat ditelusuri bahwa bila anak dilatih untuk memiliki
sifat sabar dengan bekal agama yang dimiliki akan berimplikasi positif
bagi kehidupan anak secara pribadi dan bagi orang lain/masyarakat secara
luas, diantaranya:
Mewujudkan keselehan sosial dan kesalehan individu yaitu dengan
terwujudnya kualitas keimanan pada individu dan masyarakat yang
bertaqwa, beriman dan beramal saleh. Seseorang yang memiliki kesalehan
sosial yang tinggi memiliki empati, sosialisasi diri, kesetiakawanan,
keramahan, mengendalikan amarah, kemandirian, sikap ketenangan dan
teratur berfikir serta cermat bertindak. Sikap yang ditunjukkan akibat
kesabaran diri akan membuat individu mudah bergaul, dengan rasa aman
dan damai, tanpa kekerasan. Sikap tersebut akan mampu memupuk konsep
diri seseorang.
Dapat membina hubungan yang baik antar individu dan punya semangat
persaudaraan.
Saat seseorang dalam kesabaran akan bertumpu pada nilai ketaqwaan dan
ketaatan pada Allah SWT. Seseorang yang berada dalam keimanan dan
ketaqwaan sebagaimana janji Tuhan akan memiliki jiwa yang tenang.
Dalam jiwa seorang yang tenang akan menstabilkan tekanan pada
amygdale (system saraf emosi), sehingga emosi stabil. Dalam keadaan
emosi yang stabil, seorang mudah mengedalikan diri dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hubungan Antara Komunikasi Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Kesehatan Reproduksi Remaja Di Madiun
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak dan penuh dengan pengenalan dan
petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan
lawan jenis. Di usia muda proses menjadi manusia dewasa berlangsung.Daya tarik
persahabatan antar kelompok, rasa ingin tahu dianggap sebagai manusia
dewasa,kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang
lebih tua (dalam hal ini orang tua) berkembangnya naluri seks akibat matangnya
alat alat kelamin sekunder, kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah atau
lembaga formal serta berbagai informasi seks dan media massa yang tidak sesuai
dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil
mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks (Mira,2006).
Terkait dengan itu, jumlah penduduk Indonesia yang saat berjumlah 237 juta, 26,8
% diataranya atau 63 juta adalah remaja,sebagian dari jumlah remaja usia 10 –24
tahun berprilaku tidak sehat. Berbagai data menunjukkan bahwa remaja yang
melakukan hubungan seksual sebelum usia 19 tahun .Pada awal tahun 2006
sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian Synovate terhadap
perilaku seks bebas di kalangan remaja Indonesia menunjukkan hasil yang
mengejutkan, yaitu telah terjadi revolusi seks bebas yang sedemikian akut
melanda kalangan remaja Indonesia.Remaja usia 14 tahun sampai 24 tahun yang
bertempat tinggal di empat kota besar (Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya). tidak
kurang 60% di antara mereka mengaku telah melakukan hubungan seksual, 16%
dari mereka mengaku berhubungan seks saat berusia 13 tahun sampai 15 tahun,
sedangkan 44% mengaku berhubungan seks saat berusia 16 tahun sampai 18
tahun Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangatlah
memprihatinkan. Dan presentase remaja yang mendapat informasi tentang
penjelasan berbagai masalah kesehatan reproduksi oleh keluarga (orang tua atau
anggota keluarga lain) relatif sedikit; disebutkan pula bahwa sebanyak 42,2%
remaja menerima informasi tentang haid, dan hanya 15,5% remaja menerima
informasi hubungan suami istri, yang mendapat penjelasan tentang penyakit
menuar seksual (PMS) ada 16,9 %.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitan
Kesimpulan