Disusun Oleh
kelompok 1
j. Bidang Geologi
Dalam bidang ini, dilakukan penelitian batuan-batuan (mineral),
pertambangan gas dan minyak bumi. Dimana proses penentuan unsur-unsur yang
menyusun mineral dilakukan dengan menggunakan dasar-dasar ilmu kimia.
Sehingga ilmu kimia membantu untuk memahami penemuan mengenai bebatuan
dan benda-benda alam lainnya.
k. Bidang Biologi
Ilmu kimia pada Bidang biologi digunakan untuk mempelajari kandungan -
kandungan senyawa pada korbohidrat, protein, lemak, enzim, zat - zat dan unsur
- unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Sehingga untuk mengetahui
kandungan , skruktur tersbut dibutuhkan peranann ilmu kimia di dalamnya.
l. Bidang Fisika
Ilmu kimia pada bidang fisika digunakan untuk melakukan penemuan material
- material keterbaharuan dalam bidang kelistrikan (semikonduktor), penentuan
perubahan - perubahan energi kimia secara fisik, menemukan unsur - unsur
logam yang baik digunakan sebagai konduktor yang baik, menentukan perubahan
energi dan materi yang berhuungan eret dengan hukum termodinamika dan lain -
lainnya. Secara khusus peran kimia pada bidang fisika dipelajari lebih lanjut pada
bidang Kimia Fisik.
m. Bidang Kecantikan
Kosmetik dan berbagai produk kecantikan serta perawatan tubuh merupakan
hasil dari penelitian yang berlangsung dengan menggunakan zat-zat kimia.
Contohnya Paraben,paraben adalah sekelompok senyawa organik yang
digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk, seperti sampo dan
kondisioner, kosmetik, pelembap, dan produk cukur. Kandungan ini selalu
dicurigai memberikan dampak buruk pada kesehatan reproduksi dan kanker
payudara. Dalam produk kecantikan, paraben digunakan untuk mencegah
kontaminasi bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit atau infeksi.
Paraben merupakan bahan pengawet yang aman.
TUGAS ANALISIS
TERAPAN
Disusun Oleh :
● Lavenia ratih A25118034
● Tiara maharani A25118038
● Betrix Putosi A25118040
● Yuma ardian A25118047
● Theresia Sumbaluwu A25118041
● Eyby mayu A25118057
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan yang Maha
Esa, karena atas izinnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Sampling
Untuk Keperluan Analisis” yang diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah kimia analisis terapan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ini. Kritik dan saran pembaca akan sangat berguna bagi
perbaikan karya tulis ini kedepannya. Akhirnya, kami memohon maaf atas segala
kekungan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bari pembaca dan kepada seluruh masyarakat pada umumnya. Terima kasih.
Kelompok 2
10
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI iv
ABSTRAK vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
1.4 Manfaat 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian sampling lingkungan 7
2.2Tujuan dan manfaat sampling lingkungan 8
2.3 Pengambilan sampel 11
BAB V. PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
11
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam suatu penelitian survei, tidak perlu untuk meneliti semua individu dalam
suatu populasi, sebab di samping memakan biaya yang banyak, juga membutuhkan
waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan hasil yang
diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat
mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap
satuan unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan
besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu, pengambilan
sampel secara acak (random) harus menggunakan teknik yang tepat sesuai dengan ciri-
ciri populasi dan tujuan penelitian.
Menurut Teken (1965) suatu teknik pengambilan sampel yang ideal mempunyai
sifat-sifat (1) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
yang diteliti, (2) dapat menentukan presisi (presicion) dari hasil penelitian dengan
menentukan simpangan baku (standard deviation) dari taksiran yang diperoleh, (3)
sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan (4)
Teknik sampling adalah bagian penting dalam melakukan kontrol lingkungan.
Mungkin, banyak yang membayangkan satelit bisa memindai permukaan bumi dan
memberikan analisis lengkap dari setiap bagian lingkungan. Hal tersebut tentu saja
hanya berada dalam fiksi ilmiah. Sebagai gantinya, para petugas kontrol lingkungan
dan peneliti harus mengumpulkan sampel representatif dari sebagian kecil dari
lingkungan, dan menganalisisnya untuk memberikan informasi tentang komposisi area
tersebut. Misalnya, jelas tidak mungkin untuk menganalisis semua air di danau,
sehingga sebagian air harus dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan konsentrasi
bahan yang terkandung di dalam danau. Kemudian, juga tidak mungkin untuk
12
mengambil seluruh udara untuk mengetahui tingkat polusi udara. Demikian pula, untuk
mempelajari kontaminasi di sekitar tanah dekat dengan tangki minyak yang bocor,
banyak sampel tanah diperlukan untuk memetakan tingkat polusi (Utami, Nurwita
2020).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian sampling
2. Mengetahui jenis-jenis sampling?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan terkait sampling lingkungan
2. Menambah pengetahuan terkait cara atau tehnik sampling udara, air, dan tanah.
13
BAB II
PEMBAHASAN
13
14
14
15
2. Unit sampling
Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel, disebut unsur sampling, dan ini
merupakan unit-unit yang akan dianalisis selanjutnya. Unsur sampling
diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame).
3. Kerangka sampling
Kerangka sampling merupakan daftar dari semua unsur sampling dalam
populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai
jumlah penduduk, jumlah bangunan, dan mungkin berupa peta yang
unit-unitnya
tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik harus
memenuhi syarat-syarat (1) meliputi seluruh unsur sampel, (2) tidak ada
unsur sampel yang dihitung dua kali, (3) up to date, (4) batas-batasnya
jelas, misalnya batas wilayah, rumahtangga; dan (5) dapat dilacak di
lapangan.
15
16
16
17
17
18
18
19
1. Sampling sistematis
Pengukuran dilakukan di lokasi dan/ atau waktu sesuai dengan pola yang
telah ditentukan. Misalnya, area yang akan dianalisis dapat dibagi
dengan kisi, dan sampel diambil pada setiap titik kisi. Untuk studi polusi
udara, sampel udara dapat diambil pada interval waktu yang tetap,
katakan setiap tiga jam. Pendekatan ini tidak memerlukan pengetahuan
sebelumnya tentang distribusi polutan, mudah diimplementasikan, dan
harus menghasilkan sampel yang tidak bias. Namun, pengambilan
sampel sistematis mungkin memerlukan lebih banyak sampel untuk
diambil daripada beberapa metode lainnya.look
2. Pengambilan Sampel acak
Dasar pengambilan sampel acak adalah bahwa setiap unit populasi
memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih. Metode acak baik jika
populasi tidak memiliki tren atau pola yang jelas. Jika suatu sistem
19
20
20
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampling lingkungan atau pengambilan sampel lingkungan adalah
kegiatan atau proses yang dilakukan untuk mengumpulkan bahan dari
lingkungan yang akan dijadikan sampel penelitian. Sampel adalah
sumber informasi tentang lingkungan.
21
22
“DESTRUKSI SAMPLE”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
22
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur patutlah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat rahmat, dan anugerah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun Makalah ini
dengan judul “Destruksi Sample”yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
analisis terapan.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini.
Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril
maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1
1.1 LatarBelakang...........................................................................................................1
1.2 RumusanMasalah......................................................................................................1
1.3 TujuanPenulisan.......................................................................................................2
BAB II Pembahasan........................................................................................................3
3.1 Pengertian Metode Destruksi.....................................................................................3
3.2 Destruksi Basah.........................................................................................................3
3.3 Destruksi Kering........................................................................................................3
3.4 Efek Bekerja Dengan Bahan Kimia Yang Relatif Dan Mudah Meledak....................5
BAB IIIPenutup...............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan................................................................................................................7
Daftar Pustaka
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
3
4
4
5
BAB II
PEMBAHASAN
5
6
sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan
suhu pengabuan dengan system ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan
dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka
perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn
oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3,FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida
logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan.Oksida-oksida ini
kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran,
setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan. Contoh yang telah
didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis kandungan logamnya.
Metode yang digunakaan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu metode
Spektrofotometer Serapan Atom (Raimon, 1993). Metode ini digunakan secara
luas untuk penentuan kadar unsur logam dalam jumlah kecil atau trace level
(Kealey, D. dan Haines, P.J. 2002).
Menurut Raimon (1993) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam hal menggunakan metode destruksi terhadap sampel, apakah dengan
destruksi basah ataukah kering, antara lain:
a. Sifat matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnya.
b. Jenis logam yang akan dianalisis.
c. Metode yang akan digunakan untuk penentuan kadarnya
Selain hal-hal di atas, untuk memilih prosedur yang tepat perlu
diperhatikan beberapa faktorantara lain: waktu yang diperlukan untuk analisis,
biaya yang diperlukan, ketersediaan bahan kimia, dan sensitivitas metode yang
digunakan.
Menurut Sumardi (1981: 507), metode destruksi basah lebih baik daripada
cara kering karenatidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang
sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih
sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah
biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan
waktu yang lama. Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering
digunakan antara lain:
6
7
2.4 Efek Bekerja dengan Bahan Kimia yang Sangat Reaktif atau Mudah
Meledak
Pada proses destruksi sampel sering digunakan bahan kimia yang sangat
reaktif atau mudahmeledak. Bahan sangat reaktif dan mudah meledak yang
digunakan di laboratorium memerlukan prosedur yang tepat. Langkah berikut
untuk menghindari kecelakaan serius saat bahan yang sangat reaktif digunakan:
a. Gunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah minimal dengan perlindungan
dan pelindung diri memadai.
b. Siapkan peralatan darurat.
7
8
c. Rakit semua peranti sedemikian rupa sehingga jika reaksi mulai berjalan di luar
kendali, pelepasan sumber panas, pendinginan bejana reaksi, penghentian
penambahan reagen, dan penutupan pintu geser tudung kimia laboratorium dapat
dilakukan dengan segera. Pelindung ledakan plastik transparan yang tebal harus
digunakan untuk memberi perlindungan ekstra selain jendela tudung kimia.
d. Jika reaksi berjalan di luar rencana, batasi akses ke area hingga reaksi dapat
dikendalikan. Pertimbangkan kendali pengoperasian jarak jauh.
e. Beri pendinginan dan permukaan cukup untuk pertukaran panas sehingga
memungkinkan pengendalian reaksi. Bahan kimia yang sangat reaktif memicu
reaksi dengan kecepatan yang meningkat sangat cepat seiring meningkatnya suhu.
Jika panas yang dihasilkan tidak dihilangkan, kecepatan reaksi meningkat hingga
terjadi ledakan. Hal ini sangat menjadi masalah saat meningkatkan skala
eksperimen.
f. Hindari konsentrasi larutan berlebih, terutama saat reaksi dicoba atau dinaikkan
Skalanya untuk pertama kali. Beri perhatian secara khusus pada tingkat
penambahan reagen terhadap tingkat konsumsinya, terutama jika reaksi
dipengaruhi periode induksi.
g. Ikuti prosedur penyimpanan, penanganan, dan pembuangan khusus untuk reaksi
skala besar dengan reagen organometalik dan reaksi yang menghasilkan bahan
mudah terbakaratau dilakukan dalam pelarut yang mudah terbakar. Jika terdapat
logam aktif, gunakan pemadam api dengan bahan pemadam khusus seperti bubuk
berbahan dasar grafit dengan dicampur pemlastis atau bubuk berbahan dasar
natrium klorida.
h. Hindari penguraian lambat pada skala besar jika pemindahan panas tidak
memadai atau jika panas dan gas yang berkembang dibatasi. Penguraian beberapa
zat yang diawali dengan panas, seperti peroksida tertentu, hampir terjadi secara
instan. Khususnya, reaksi yang terpengaruh periode induksi dapat berbahaya
karena tidak ada indikasi awal risiko. Kendati demikian, proses hebat dapat terjadi
setelah induksi.
i. Lakukan penentuan suhu eksotermik mula-mula dengan kalorimeter skala besar
dan lakukan uji berat untuk reaksi yang skalanya dinaikkan dan eksotermik pada
8
9
suhu rendah atau mengembangkan panas dalam jumlah besar yang dapat
menimbulkan bahaya. Dalam situasi dimana evaluasi bahaya operasional formal
atau data andal dari sumber apa pun lainnya menunjukkan bahaya, lakukan review
kelompok berpengalaman atau ubah kondisi yang skalanya dinaikkan untuk
menghindari kemungkinan bahwa seseorang mungkin melewatkan bahaya atau
perubahan prosedur yang paling sesuai.
j. Hindari menyebabkan ledakan fisik dari tindakan seperti menyebabkan cairan
panas mengalami kontak mendadak dengan cairan dengan titik didih lebih rendah
atau menambahkan air ke cairan panas pada rendaman pemanas.
9
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses destruksi kering ternyata lebih aman dan sederhana, serta pada
umumnya tidak memerlukan pereaksi. Prosedurnya paling umum digunakan
untuk menentukan total mineral dalam suatu sampel/bahan. Kekurangan dalam
destruksi kering yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, penggunaan muffle
furnace memakan banyak biaya karena harus dinyalakan terus menerus. Pada
proses destruksi basah, suhu yang digunakan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan destruksi kering sehingga hilangnya unsur-unsur sangat kecil. Di samping
itu peralatannya lebih sederhana, proses oksidasi lebih cepat, dan waktu yang
dibutuhkan relatif lebih cepat dari destruksi kering.
10
11
ANALISIS TERAPAN
“ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PANGAN
(MACRO)”
Disusun oleh :
Inang Astuti A 251 18 006
Aditya Kurniawan Ahyar A 251 18 023
Frelyana Tiro A 251 18 045
Nurul Zakinah A 251 18 066
Dita Juniarti A 251 18 104
11
12
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting semakin
maju suatu bangsa tuntunan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan
dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan dan minuman
bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks. Konsumen
semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan
zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan meniral untuk
menjaga kesehatan tubuh.
1. PENGERTIAN KARBOHIDRAT
2. JENIS-JENIS KARBOHIDRAT
A. Monosakarida
12
13
2) Fruktosa
Fruktosa dinamakan sebagai gula buah yang merupakan
gula paling manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu
bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di dalam
sayur.
3) Galaktosa
Galaktosa terdapat di dalam tubuhsebagai hasil
pencernaan laktosa.
B. Disakarida
Disakarida merupakan senyawa karbohidrat yang terbentuk
ketika dua monosakarida mengalami reaksi kondensasi yang
melibatkan terlepasnya suatu molekul kecil seperti air, dari bagian
gugus fungsi saja. Ada tiga jenis disakarida yang mempunyai arti gizi
yaitu :
1) Sukrosa
Sukrosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir
terdiri atas 99 % sukrosa dibuat dai kedua macam bahan
makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi.
Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau enau melalui proses
penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga banyak terdapat di
dalam buah, sayuran dan madu. Bila dihidrolisis atau
dicernakan, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan
fruktosa.
2) Maltosa
Maltosa tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk
pada setiap pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis,
maltosa pecah menjadi dua unit glukosa.
13
14
3) Laktosa
Laktosa hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu
unit glukosa dan satu unit galaktosa. Banyak orang, terutama
yang berkulit berwarna (termasuk orang Indonesia) tidak tahan
tehadap susu sapi, karena kekurangan enzim laktase yang
dibentuk di dalam dinding usu dan diperlukan untuk pemecahan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Kekurangan laktase ini
menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang
tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran
pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang
tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut dan
diare. Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada
orangtua.
C. Oligosakarida.
D. Polisakarida
14
15
2) Dekstrin
Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati
atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati.
3) Glikogen
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan
bentuk simpanan karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan,
yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga
bagian dari glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya
dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk
keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen
dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk
keperluan semua sel tubuh.
3. FUNGSI KARBOHIDRAT
15
16
4. SUMBER KARBOHIDRAT
B. Uji Iodin
Uji Iodin adalah uji yang digunakan untuk mengetahui adanya
polisakarida. Polisakarida yang ada dalam sampel akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna spesifik dengan penambahan iodium.
Polisakarida jenis amilum akan memberikan warna biru. Dekstrin
akan memberikan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan pati
mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat.
C. Uji Fehling
16
17
D. Uji Benedict
17
18
2) Pembuatan Pati
3) Hasil Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan untuk mengambil senyawa
sakarida yang akan diteliti. Pelarut yang digunakan adalah air
panas. Pemberian air panas ini bertujuan untuk melarutkan
kandungan gula dalam sampel karena sifat gula yang polar larut
dalam air.
4) Uji Kualitatif
Sebanyak 1 ml larutan sampel hasil ekstraksi dimasukan
dalam tabung reaksi kemudian tambahkan reagen Benedict,
gojog, kemudian didihkan dengan api kecil selanjutnya
didinginkan. Hasil akhir yaitu terbentuk endapan warna merah
bata jika sampel mengandung gula pereduksi.
E. Uji Barfoed
18
19
F. Uji Seliwanoff
A. Uji Anthrone
19
20
B. Uji Lane-Eynon
20
21
1. PENGERTIAN PROTEIN
2. JENIS-JENIS PROTEIN
A. Protein Sederhana
21
22
a) Albumin
b) Globulin
c) Glutelin
22
23
d) Prolamin
e) Histone
f) Protamin
B. Protein Kompleks
23
24
3. FUNGSI PROTEIN
4. SUMBER PROTEIN
A. Uji Millon
24
25
B. Uji Biuret
C. Uji Ninhidrin
25
26
D. Uji Belerang
E. Uji Xantoprotein
26
27
A. Metode Kjedahl
2) Destilasi
Merupakan tahap netralisasi
- Produk hasil destruksi kemudian dibasakan dengan
penambahan larutan basa yaitu NaOH. Pada tahap ini terjadi
perubahan amonium sulfat menjadi gas amonium yang
kemudian ditangkap oleh asam borat berlebih (4%),
membentuk ion amonium dan ion borat
3) Titrasi
- Ion amonium borat yang tidak stabil kemudian dititrasi
dengan menggunakan larutan asam hidroklorida (HCl)
standar. Banyaknya ion amonium borat yang berikatan
dengan asam diasumsikan sebagai kandungan N pada
bahan makanan. Kadar ion hidrogen (dalam mol) yang
27
28
B. Metode Biuret
2) Sampel Cair
- Keruh dan jernih
- Sampel keruh harus disaring/ disentrifuse dulu untuk
menghasilkan sampel jernih (tanpa endapan)
C. Metode Lowry
28
29
1. PENGERTIAN LIPIDA
2. JENIS-JENIS LIPIDA
Berdasarkan cara isolasi dan asal mula biogenetik secara garis besar
lipida dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu lipida sederhana,
lipida campuran, dan derivat lipida.
A. Lipida Sederhana
29
30
B. Lipida Campuran
1) Fosfolipida
2) Glikolipida
30
31
3) Lipoprotein
3. FUNGSI LIPIDA
4. SUMBER LIPIDA
Lipida di dapatkan dari dua sumber, yaitu sumber nabati dan sumber
hewani. Sumber nabati adalah sumberdari tumbuhan. Sumber hewani
berasal dari hewan.
A. Nabati
1) Buah alpukat
2) Jenis Kacang-kacangan
3) Tumbuhan Laut
4) Mentega
5) Minyak Kelapa
B. Hewani
1) Minyak Ikan
2) Ikan Laut
3) Susu
4) Daging
31
32
5) Telur
A. Angka Asam
Dasar reaksi dari analisis ini yaitu mengukur asam lemak bebas
hasil hidrolisis gliserida, yang dipengaruhi oleh adanya air, suhu,
enzim lipolitik/proses pengolahan yang kurang baik.
32
33
B. Angka Penyabunan
C. Angka Iod
Dasar reaksi dari analisis ini yaitu reaksi adisi (pemutusan ikatan
rangkap menjadi ikatan kovalen tunggal) , Iod mengadisi ikatan
rangkap dari asam lemak.
33
34
MAKALAH
ANALISIS TERAPAN
ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PANGAN (MIKRO)
DISUSUN OLEH
KELOMPOK V
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
34
35
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Analisis Bahan Kimia Dalam Bahan Pangan (Mikro)”. Penulisan makalah ini
merupakan suatu usaha untuk memenuhi tugas dari mata kuliah analisis terapan.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Tim Penyusun
Kelompok V
35
36
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 LatarBelakang.................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3 Tujuan.............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6
2.1 Metode Analisis Vitamin................................................................. 6
2.2 Metode Analisis Mineral..................................................................
........................................................................................................11
2.3 Metode Analisis Enzim.................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
36
37
BAB I
PENDAHULUAN
37
38
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Vitamin dapat dibedakan antara yang larut dalam air dan larut dalam
lemak. Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C sedangkan
vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E dan K. Vitamin C atau asam
askorbat adalah vitamin yang mudah larut dalam air dengan rumus molekul
C6H8O6 dengan titik cair 190-192oC, bersifat mudah teroksidasi, tidak tahan
panas dan stabil dalam kondisi asam. Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-
askorbat dan asam L-dehidroaskorbat; keduanya mempunyai keaktifan sebagai
vitamin C.
38
39
39
40
40
41
A. Analisis kualitatif
KLTKT (kromatografi lapis tipis kinerja tinggi)
41
42
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan teknik pemisahan yang
luas digunakan untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel baik di bidang farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri
makanan (Gandjar, 2012). KCKT adalah suatu teknik pemisahan dengan
menggunakan padatan sebagai fase diam (stationary phase) dan cairan sebagai
fase gerak (mobile phase)
(USP XXX).
Contoh penggunaan KCKT yaitu Penetapan Kadar INH dan Vit B6 dalam
Sediaan Sirup. Sampel sirup dipipet 1 mL setara dengan 20 mg INH dan 2 mg vit
B6. Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, dilarutkan dengan fase gerak
sampai tanda. Kemudian larutan disonikasi selama 10 menit. Larutan sampel INH
dan vit B6 disaring dengan nylon 0,45µm dengan bantuan pompa vakum
kemudian diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT dan di deteksi pada
panjang gelombang 280 nm dengan laju alir 1,2 mL/menit kemudian dihitung
kadarnya. Larutan dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda. Larutan disonikasi selama 2
menit dan disaring dengan membrannylon, kemudian diinjeksikan sebanyak 20
µL ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 280 nm dengan laju
alir 1,2 mL/menit. Kemudian dihitung kadarnya. Kadar INH dan vit B6 dalam
42
43
sampel dapat dihitung degan mensubtitusikan luas area sampel pada Y dari
persamaan regresi : Y=bx+a. Penetapan kadar dilakukan replikasi 6 kali.
Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sampel B
Vitamin larut air memiliki karakteristik beragam, yaitu ada yang bersifat
asam, basa, dan netral, sehingga dalam larutan akan terdapat dalam bentuk
molekul yang netral atau ionik. Asam askorbat bersifat asam dan dalam larutan
basa akan terionisasi, sementara itu tiamin hidroklorida, nikotinamida,
sianokobalamin, dan piridoksin hidroklorida terionisasi dalam asam dengan
karakteristik yang berbeda. Pada sistem, senyawa ionik akan membentuk
pasangan ion dengan pereaksi pasangan ion dan akan terpartisi di antara fase
gerak dan fase diam sebagai spesi netral. Bila tidak ada pereaksi pasangan ion,
senyawa ionik tidak diretensi oleh kolom fase balik dan akan ter-elusi secara
spontan atau kromatogramnya akan membentuk ekor.
Pemisahan dalam KPI sangat dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi
pereaksi pasangan ion yang digunakan. Pasangan ion golongan asam
alkilsulfonat (−SO3(CH2)nCH3) dengan n antara 4−7 dapat membentukpasangan
ion dengan basa kuat dan lemah Larutan natrium heksansulfonat dipilih sebagai
pereaksi pasangan ion karena selain dapat membentuk pasangan ion dengan
kation kuarterner tiamin, nikotinamida, dan piridoksin dalam larutan asam juga
diharapkan memberikan waktu retensi yang tidak terlalu besar(4,5). Tujuh vitamin
larut air (asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin
hidroklorida, asam folat, dan menadion natrium bisulfit) telah berhasil dipisahkan
menggunakan kolom fase balik C8dengan fase gerak metanol-air (24,5:75,5)
B. Analisis Kuantitatif
Beberapa metode yang cocok digunakan untuk analisa kuantitatif vitamin A
adalah dengan menggunakan metode spektrofotometri UV- Vis, metode
kolorimetri dan metode Kromatografi. Untuk penelitian ini peneliti menggunakan
metode Spektrofotometri UV- Vis. Vitamin A dapat di analisa kuantitatif dengan
43
44
44
45
digunakan β-karoten baku sebagai pembanding dan ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) sebagai sampel uji, dimana untuk pembanding dibuat 5 seri
konsentrasi (25, 30, 35, 40, 45 dan 50 ppm). Masing-masing konsentrasi
dilakukan pengukuran dengan spektofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
450 nm. Diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,0901x + 0,1908 dengan
nilai koefisien determinasi 0,9939.
45
46
atau susahbuang air besar, dan sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak
sepertigangguan emosi, kebingungan, halusinasi, dan delirium
(penurunankesadaran) (Almatsier, 2004). Selain itu, defisiensi magnesium dapat
mengakibatkan terjadinya kontraktilitas dan berkurangnya relaksas pembuluh
darah sebagai respon terhadap unsur neurohormonal (prostaglandin dan amina
beta adrenergik). Jika kadar magnesium ekstraseluler rendah maka akan
meningkatkan influks kalsium dan terjadi peningkatan kontraktilitas pada otot
polos (Lestari, 2010).
Sumber kalsium dan magnesium dalam bahan pangan yang umum dikonsumsi
oleh masyarakat salah satunya adalah kacang kedelai (Suhaeni, 2007). Kedelai
(Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu jenis kacangkacangan yang
dimanfaatkan sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.
Tanaman kedelai mudah dibudidayakan baik di lahan sawah, lahan kering,
maupun ladang. Mineral yang terkandung dalam kacang kedelai diantaranya
fosfor, besi, kalsium, dan magnesium (Suprapti, 2003). Kandungan gizi kalsium
dalam kacang kedelai cukup tinggi yaitu sebesar 227 mg/100 g bahan (Suprapti,
2003), sedangkan kandungan magnesium dalam kacang kedelai menurut Aparicio
et al. (2008) yaitu sebesar 280 mg/100 g bahan. Oleh karena itu, diperlukan
metode penetapan kadar kalsium dan
magnesium pada kacang kedelai agar asupan kedua mineral tersebut dapat
terpenuhi sesuai kebutuhan.
A. Analisis Kualitatif
Beberapa metode analisis telah dikembangkan untuk menetapkan kadar
kalsium dan magnesium pada sampel yang bervariasi. Metode yang dapat
digunakan untuk analisis kalsium dan magnesium dalam kacang kedelai antara
lain dengan titrasi kompleksometri, gravimetri, dan spektroskopi serapan atom.
Titrasi kompleksometri yaitu metode titrasi berdasarkan pembentukan kompleks
antara kation dan zat pembentuk kompleks. Untuk kalsium dapat menggunakan
indikator Na-EDTA dan kalkon, sedangkan untuk magnesium dapat
menggunakan indikator EBT (Erichrome Black-T). Metode titrasi tersebut kurang
efektif karena membutuhkan waktu yang lama, kurang sensitif, dan kurang
46
47
B. Analisis kuantitatif
Uji kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Metode
spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa keuntungan antara lain
pelaksanaannya relatif cepat, kecepatan analisisnya tidak memerlukan pemisahan
pendahuluan dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang sangat
rendah (Khopkar, 2003, Rohman, 2007, Christian, 1996).
47
48
48
49
49
50
SD = Standar Deviasi
Untuk mencari thitung digunakan rumus:
x−x
thitung =
SD / √ n
dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan
95%,
α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
Kadar Logam : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n )
50
51
Semua pengujian enzim mengukur konsumsi substrat atau produksi produk dari
waktu ke waktu. Ada banyak metode berbeda untuk mengukur konsentrasi
substrat dan produk, dan banyak enzim dapat diuji dengan beberapa cara berbeda.
Ahli biokimia biasanya mempelajari reaksi yang dikatalisis oleh enzim
menggunakan empat jenis eksperimen:
A. Analisis kualitatif
Eksperimen tingkat awal .
51
52
dari komplikasi seperti reaksi balik dan degradasi enzim. Oleh karena
itu sejauh ini merupakan jenis percobaan yang paling umum digunakan
dalam kinetika enzim.
Dalam eksperimen ini, perilaku reaksi dilacak selama transien cepat awal
saat perantara mencapai periode kinetika kondisi-mapan. Eksperimen ini
lebih sulit dilakukan daripada salah satu dari dua kelas di atas karena
eksperimen tersebut memerlukan teknik khusus (seperti fotolisis flash
senyawa sangkar) atau pencampuran cepat (seperti aliran terhenti , aliran
yang dipadamkan, atau aliran kontinu).
Eksperimen relaksasi
Pengujian enzim dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan metode
pengambilan sampelnya: pengujian kontinu , di mana pengujian tersebut
52
53
B. Analisis kuantitatif
53
54
54
55
55
56
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer dari manusia selain sandang
dan papan. Pangan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, oleh
karena itu dibutuhkan suatu jaminan bahwa pangan yang dikonsumsi sehari-hari
oleh manusia memiliki tingkat keamanan yang tinggi, sehingga manusia dapat
bebas dari serangan penyakit atau bahaya yang berasal dari makanan.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang dibuat ini, penulis berharap agar makalah ini dapat
dijadikan acuan dalam belajar dan penulis selaku penyusun menyadari bahwa
makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
agar pembuatan makalah berikutnya yang hampir sama dengan ini diharapkan
lebih baik.
MAKALAHANALISIS TERAPAM
“ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PERTANIAN
KHUSUSNYA PESTISIDA”
56
57
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
DAFTAR ISI
57
58
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
RANGKUMAN MATERI.................................................................................... 1
1.1 Pengertian Pestisida ....................................................................................... 1
2.1 Jenis-jenis Pestisida ....................................................................................... 2
3.1 Kandungan atau Senyawa Kimia yang Terkandung dalam Pestisida............ 4
4.1 Manfaat Penggunaan Pestisida ...................................................................... 6
5.1 Kerugian Penggunaan Pestisida..................................................................... 6
58
59
RANGKUMAN MATERI
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
ANALISIS TERAPAN
Disusun oleh :
67
68
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ANALISIS TERAPAN”. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
“ANALISIS TERAPAN” yang telah membantu saya dalam penyusunan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
68
69
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 4
Bab II Pembahasan.........................................................................................
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 8
3.2. Saran.................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
69
70
BAB I
PENDAHULUAN
70
71
BAB II
KAJIAN MAKALAH
Obat adalah zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam
dosis layak dapat meringankan, mencegah, dan menyembuhkan, penyakit atau
gejala-gejalanya. Berdasarkan sumbernya obat yang ada dewasa ini
digolongkan menjadi tiga yaitu:
1) Obat Alamiah yaitu obat yang terdapat dialam, contoh: kuinin pada
tanaman, minyak ikan pada hewan serta mineral-mineral;
2) Obat semisintetik yaitu obat hasil sintesis yang bahan dasarnya berasal
dari bahan obat yang terdapat dialam, contoh: morfin menjadi kodein;
3) Obat sintesis murni yaitu sintesis obat dari bahan dasar yang tidak
berkhasiat didapatkan senyawa obat dengan khasiat farmakologis, contoh:
obat-obat golongan antihistamin dan diuretika, dll.
71
72
72
73
73
74
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
74
75
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK VIII
UNIVERSITAS TADULAKO
2020/2021
BAB 1
75
76
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian Bahan Galian
Bahan galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan
akhir industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam yang bukan
untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan
juga bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal,
bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin,
zeolit, tras.
Dalam mempelajari Bahan Galian Industri, akan sering ditemukan
berbagai istilah dalam disiplin ilmu geologi (terutama terkait dengan
proses pembentukan dan sifat-sifat BGI) serta pengolahan bahan galian
(terkait prinsip dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan
BGI). Berikut diperkenal beberapa istilah yang nantinya akan sering
ditemui dalam pembahasan selanjutnya.
Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat)
mineral baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi yang
merupakan penyusun utama kerak bumi serta terbentuk sebagai hasil
proses alam. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral. Sebagai
contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya
mengandung satu jenis mineral), misalnya : marmer, yang hanya
mengandung kalsit dalam bentuk granular; kuarsit, yang hanya
mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak
dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang
mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit
kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, feldspar, dan biotit.
Mineral dapat didefinisikan sebagai suatu ikatan kimia padat yang
terbentuk secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi padat
yang menjadi penyusun terkecil dari batuan (Klein & Hurlbut, 1993).
76
77
Menurut peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1980 bahan galian dibagi menjadi 3
golongan yaitu :
77
78
Minyak bumi, bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal,
antrasit, batubara, batubara muda, uranium radium, thorium bahan
galian radioaktif lainnya, nikel, kobalt, timah.
b) Bahan galian vital disebut pula bahan galian golongan B meruapakan
yang dapat digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
Bahan galian ini sifatya penting untuk kepentingan umum. Bahan
galian vital diperlukan oleh orang banyak. Adapun beberapa jenis dari
bahan galian vital atau golongan B antara lain adalah terdiri dari : Besi,
mangan, molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tembaga,
timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismut,
yteium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya, berillium,
korundum, zirkon, kristal kuarsa, kriolit, flouspar, barit, yodium, brom,
khlor, belerang.
c) Bahan galian non strategis dan non vital disebut pula bahan galian
golongan C Bahan galian golongan ini memiliki sifat tidak langsung
memerlukan pasaran yang bersifat internasional, maka dari itulah
masuk kedalam golongan C ini. Beberapa contoh dari bahan tambang
golongan ini antara lain terdiri dari : Nitrat, nitrit, fosfat, garam batu
(halit), asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas, oker,
batu permata, batu setengah permata, pasir kuarsa, kaolin, feldspar,
gipsum, bentonit, tanah diatomea, tanah serap, batu apung, trass,
obsidian, marmer, batu tulis, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit,
basalt, trakhit, tanah liat, pasir, sepanjang tidak mengandung unsur-
unsur mineral golongan A maupun B dalam skala yang berarti dari segi
ekonomi pertambangan.
d) Bijih (ore)
Bahan galian sebagai sumber bahan logam contohnya adalah kasiterit
(Sn), Hematit (Fe), Bauksit (Al), dll.
78
79
e) Bukan bijih
Sebagian bahan bukan logam , contohnya adalah belerang, fosfat,
kaolin, kapur dan lain sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menganalisis bahan kimia dalam galian dan indutri ?
C. TUJUAN
Mengetahui cara menganalisis bahan kimia dalam galian dan indutri.
BAB II
PEMBAHSAN
A. Berdasarkan Mineral Ekonominya
Bahan galian dibedakan menjadi 3 golongan antara lain adalah:
a. Metalic mineral
79
80
c. Fuel mineral
Fuel mineral dibedakan menjadi dua jenis antara lain:
Solid (zat padat), seperti coal, lignite, dan juga oil shale
Liquid (zat cair), seperti minyak bumi.
80
81
81
82
82
83
vi. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit,
marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.
2. Penggolongan bahan galian industry berdasarkan pemanfaatannya
Sebagaimana telah dituliskan pada bagian sebelumnya, bahan galian
industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang digunakan
sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak
ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan,
plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan / bahan
galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum
disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya
rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri
akan bertambah jenisnya.
Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan oleh
para ahli, namun sampai saat ini masih terus didiskusikan. Para ahli
tersebut umumnya, mengelompokkan Bahan Galian Industri
berdasarkan pemanfaatannya, misalnya Noetsaller (1988) “Profile of
Industrial Minerals by End-uses Classes”, dan lain-lain.
Pada tulisan ini, bahan galian industri akan dibahas berdasarkan
penggunaan akhirnya juga, antara lain : semen & Konstruksi; keramik;
pangan & minyak sawit; pupuk / pertanian / perikanan / peternakan,
gelas / kaca dan Cat; baterai, farmasi, kosmetika; dan industri lainnya.
Namun perlu dipahami, bahwa pengelompokan bahasan tersebut hanya
untuk mempermudah peserta kuliah dalam mengasosiasikan berbagai
bahan galian industri yang berkaitan dengan industri tertentu, dan
bukan merupakan klasifikasi baku untuk mengelompokkan bahan
galian industri tersebut.
83
84
ZEOLIT(ZEOLIT)
2.BENTONIT(BENTONITE)
84
85
Sifat : Warna abu-abu, kuning, merah dan coklat, terbentuk karena proses hidrotermal
terdapat dua macam jenis : Na-Bentonit dan Ca-Bnetonit
3. TOSEKI (TOSEKI)
Sifat : Sebagai hasil ubahan hidrotermal dan batuan tufa, warna putih agak kompak
85
86
86
87
5. FELDSPAR (FELDSPAR
Sifat : Warna putih keabu-abuan, hijau muda, kuning kotor hasil sedimentasi
dan pelapukan batu tufa, berat jenis 2,4 - 2,8 titik lebur 1100-1500
derajat Celcius
Kegunaan : - Terutama sebagai flux dalam industri keramik, gelas dan kaca
- Bahan pembuatan barang-barang tahan panas dengan persentase
komposisi diperlukan sebesar 18,8 - 25,8%
Analisis Kuantitatif
87
88
a. Pada logam
Prinsip kerja SSA adalah penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom
yang di bebaskan oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Sampel analisis
berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan bantuan gas bakar,
digabungkan bersama oksidan (bertujuan untuk menaikkan temperatur)
sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam
kabut dilewatkan pada sinar dan panjang gelombang yang khas. Sinar
sebagian diserap, yang disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan emisi.
Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar
yang berada dalam nyala. Pada kurva absorpsi, terukur besarnya sinar yang
diserap, sedangkan kurva emisi, terukur intensitas sinar yang dipancarkan.
1. Pada Emas
Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au dan
nomor atom 79. Sebuah logam transisi yang lembek, mengkilap, kuning, berat,
"malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tetapi
terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia.
Untuk mengetahui kandungan emas yang terdapat dalam suatu sampel dibutuhkan
langkah-langkah analisis yang tepat agar hasil yang diperoleh dapat dipercaya.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :
88
89
Metode untuk menganalisis emas yang terdapat dalam batuan adalah secara
Atomic Absorption Spectrophotometry (Spektrofotometri Serapan Aton
/SSA). SSA merupakan suatu metode penentuan konsentrasi dari suatu unsur
dalam cuplikan dengan mengukur absorban dari uap atom yang dihasilkan
pada panjang gelombang tertentu.
Prinsip dasar metode ini adalah penyerapan energi sinar monokromatis oleh
uap atom netral dalam keadaan gas. Menurut hukum Lambert Beer
banyaknya sinar yang diserap sebanding dengan banyaknya atom-atom yang
menyerap. Secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut:
89
90
90
91
Aquaregia
Dibuat dengan cara mencampurkan 100 ml asam klorida pekat
dengan 50 ml asam nitrat pekat.
2. Persiapan Sampel
Sampel batuan digerus, kemudian digiling sampai halus. Sampel yang
telah halus diayak dengan ukuran 150 180, 250, dan 355 μm.
91
92
92
93
93
94
2. pada perak
1) analisa sampel
cairan ligan
94
95
Penentuan pH dan waktu optimum bertujuan untuk mencari pada pH dan waktu
berapa perak ( Ag ) terserap optimal ke dalam cairan ligan, sehingga diharapkan
hasil analisa ini akan mendekati akurat.
95
96
4) Ekstraksi
Cara kerja
Ambil 10 mL sampel + 2 mL KNa tertrat 10 % +1 mL Hidrosil
Amonium klorida 10 %, set pada pH optimum, ektrak dengan pH
optimum
Pisahkan lapisan air dan organik. Ambil 5 mL fase organik dan
distriping dengan HNO₃ 0,1 M 10 mL selama waktu optimum.
Pisahkan air dan organik, ukur air dengan AAS, didapat kadar Ag.
Analisis Kualitatif
96
97
97
98
98
99
BAB III
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Bahan galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan
akhir industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam yang bukan
untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan
juga bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal,
bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin,
zeolit, tras.
Bahan galian industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang
digunakan sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak
ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan,
plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan / bahan
galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum
disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya
rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri
akan bertambah jenisnya.
99
10
0
DAFTAR PUSTAKA
Nurhakim, T., Kimia, H., Pengantar, B. I., & Pendahuluan, 1. (n.d.). Bahan Galian
Industri.
Hidayat, T., Fadhilah. (2019). Penentuan Kadar Perak (Ag) dalam Batuan
Termineralisasi Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Kelat Ditizon dengan
Variasi pH dan Waktu di Wilayah Tambang Galian Rakyat Bukit Gunjo Jorong
Tanjung Bungo Kec. Bonjol Kab. Pasaman. Teknik Pertambangan. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Padang. Padang.
Roza. M. (2018). Analisis Kandungan Emas pada Batuan Sedimen dari Silago
Kabupaten Dharmasraya dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA).NATURAL SCIENCE JOURNAL, Volume 4, Nomor 1, Page 492-502.
ISSN 2477– 6181. Padang.
100
10
1
DAFTAR PUSTAKA
101
10
2
102