Anda di halaman 1dari 124

MAKALAH ANALISIS TERAPAN

PERANAN KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Disusun Oleh
kelompok 1

Natalia Lintang A 251 18 004


Ade Putri Milania A 251 18 016
Nurlaila Triutari A 251 18 009
Saskia Chairunnisa A 251 18 013
Ika Restanti A 251 18 021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TADULAKO
2021
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kimia


Ilmu kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
sifat-sifat, struktur, komposisi, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai
perubahan materi. Ilmu kimia sangant erat kaitannya dengan kehidupan manusia
sehari-hari. Hal-hal yang terkait dengan makanan, pakaian, bahan bakar, obat-
obatan, bahan konstruksi bangunan, bahan industri elektronik, dan bahan produk
dapat melibatkan ilmu kimia. Oleh karena itu, peranan ilmu kimia sangat
dirasakan dalam kehidupan dan diberbagai bidang kajian keilmuan.
Kimia sering disebut sebagai “ilmu pusat” karena menghubungkan berbagai
ilmu lain, seperti fisika, ilmu bahan, nanoteknologi, biologi, farmasi, kedokteran,
bioinformatika dan geologi. Koneksi ini timbul melalui berbagai subdisiplin yang
memanfaatkan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu.

B. Peranan Ilmu Kimia Dalam Kehidupan Sehari – hari


Bahan kimia bisa kita jumpai dimanapun dan tidak terlepas dari kehidupan
kita. Bahan kimia yang terdapat di sekitar kita, banyak yang berasal dari alam dan
banyak pula yang dihasilkan oleh makhluk hidup.
Dalam kehidupan sehari- hari banyak produk yang telah kita pergunakan
seperti sabun, deterjen, pasta gigi, dan kosmetik. Kebutuhan makanan juga
menjadi bagian yang banyak dikembangkan dari kemasan, makanan olahan
sampai dengan pengawetan.

 Peranan Ilmu Kimia Di Berbagai Bidang


a. Bidang Pertanian
1. Produksi Pupuk Organik
Pupuk merupakan salah satu produk yang memanfaatkan Peranan ilmu
kimia dalam bidang pertanian untuk menjaga kesuburan tanah dan
menghasilkan buah dan sayuran organik. Biasanya pupuk yang digunakan
mengandung Nitrogen seperti Urea yang bertujuan untuk meningkatkan kadar
nitrogen pada tanah tersebut,sehingga tanah tersebut subur.
2. Produksi Pestisida
Produksi pestisida ini dapat membasmi dan mencegah serangan hama dan
serangga di lahan pertanian. Famili senyawa kimia pestisida yang terkenal
yaitu organoklorin, organofosfat, dan karbamat. Famili hidrokarbon
organoklorin dapat dibagi menjadi diklorodifeniletana (DDT), senyawa
siklodiena, dan lainnya. Organoklorin bekerja dengan mengganggu
keseimbangan ion kalium-natrium di dalam jaringan saraf.
3. Produksi Herbisida
Herbisida atau penyiang gulma adalah senyawa atau material yang
disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas gulma
pengganggu tanaman utama yang menyebabkan penurunan hasil pertanian.
Pada umumnya, herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme
senyawa penting seperti pati, asam lemak, atau asam amino melalui kompetisi
dengan senyawa yang normal dalam proses tersebut. Herbisida menjadi
kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang
dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan
mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan
tumbuhan.
Contoh:
 Glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik
karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat.
 Fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi
substrat dari enzim glutamin sintase.
b. Bidang Kedokteran/Kesehatan
1. Obat-obatan
Peranan ilmu kimia sangat memberi manfaat terhadap bidang ini. Terutama
dalam produksi obat-obatan.Pembuatan obat ini dilakukan berdasarkan hasil
riset atas proses dan reaksi kimia. Obat-obatan yang diunakan memiliki banyak
sifat kimia seperti asam, basa, larut dalam minyak, polaritas, dll. Obat tersebut
termasuk ke dalam kelas NSAID yang artinya non-polar dan juga bersifat
asam. Pengetahuan kimia membantu dokter menebak obat akan bertindak.
Sebagai contoh, obat asam akan lebih baik diserap di perut sedangkan obat
alkali diserap dengan baik di usus. Seorang dokter bisa mempunyai gagasan
tentang obat bisa bekerja di tubuh sifat kimianya. Dalam hal ada dosis
berlebihan dan toksisitas, ia dapat pergi untuk menghilangkan bagian asam dari
obat dalam tubuh. Pengetahuan(obat) kimia membantu apoteker memprediksi
dapat membuat interaksi obat.Contoh,kasus tukak lambung,dokter dapat
meresapkan antasida seperti antibiotik seperti tetrasiklin juga kalsium
hidroksida.
2. Secara sederhana, vaksin adalah suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam
tubuh entah disuntikkan atau diteteskan akan merangsang sistem kekebalan
tubuh secara spesifik terhadap satu penyakit.Contohnya vaksin mati atau
disebut juga vaksin tidak aktif adalah jenis vaksin yang mengandung virus atau
bakteri yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, dan bahan
kimia,contohnya Fenol (asam karbolat) pertama kali digukan oleh Joseph
Lister 1865.
Mekanisme kerja :
• Mendenaturasi protein
• merusak membran sel mikroba.
Fenol digunakan :
• 0.5% dalam bentuk asam karbolat, Lisol 3%, domestos 1%. Proses ini
membuat virus atau kuman tetap utuh, namun tidak dapat berkembang biak dan
menyebabkan penyakit di dalam tubuh.
3. Sampai sekarang ALKOHOL masih digunakan sebagai cairan antiseptik
(membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme) untuk
membersihkan luka dan pembersih alat-alat medis.
c. Bidang Kriminologi/Forensik
1. Pemeriksaan bukti kriminalitas oleh tim forensik menggunakan ilmu kimia di
dalamnya. Bagian tubuh manusia seperti rambut dan darah dapat diperiksa
struktur DNA-nya. Struktur DNA setiap individu akan berbeda sehingga dapat
digunakan untuk identifikasi seseorang. Hal ini berguna untuk membuktikan
tindak kejahatan seseorang. Dengan begitu dibutuhkan sample hasil tes DNA,
yang menggunakan ilmu kimia.
2. Untuk mengidentifikasi sidik jari seseorang,para ahli biasanya menggunakan
zat kimia ,seperti lem (sianoaklirat) , iodin, peraklorida dan nihidrin ,
penggunaan perak nitrat (AgNO3) untuk mengidentifkasi sidik jari didasarkan
pada konsep kelarutan dan pengendapan.
d. Bidang Industri
1. Pembuatan Bahan Peledak seperti TNT
TNT atau lebih khusus 2,4,6-trinitrotoluena , adalah senyawa kimia dengan
rumus kimia C7H5N3O6. Padatan kuning ini kadang-kadang digunakan
sebagai reagen dalam sintesis kimia, tetapi paling dikenal sebagai bahan
peledakdengan properti penanganan yang nyaman. Hasil ledakan TNT
dianggap sebagai konvensi perbandingan standar dari bom dan merusak dari
bahan peledak . Dalam kimia, TNT digunakan untuk menghasilkan garam
transfer muatan .
2. Di bidang tekstil, ekstrak tumbuh-tumbuhan digunakan untuk mewarnai
pakaian. Misalnya temulawak memiliki zat pewarna kurkumin yang dapat
digunakan sebagai pewarna kain rayon viskosa. Contohnya adalah asam
Klorida (HCl). HCl adalah cairan kekuning-kuningan dengan aroma kuat
yang menusuk, yang bersifat sangat korosif. Penggunaan dalam industri
tekstil :
a) Sebagai unsur saponifikasi bagi zat warna Indigosol;
b) Sebagai zat penghilang kanji pada jenis kanji alam, dll.
3. Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam
produk seperti makanan, minuman, obat-obatan, cat, sampel biologis,
kosmetik, kayu, dan produk lainnya untuk mencegah terjadinya dekomposisi
yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikrob atau oleh perubahan
kimiawi. Pengawetan kimiawi melibatkan penambahan senyawa kimia ke
dalam produk. Contoh, asam benzoat/natrium benzoat digunakan dalam
makanan asam seperti selai,saus salad,jus,acar,minuman berkarbonasi.
e. Bidang IPTEK
Produksi Microchip sebagai perangkat penyimpan data pada komputer
menggunakan bahan silikon, serta adanya PLTN yaitu sumber energi yang
menngunakan teori pemecahan maupun penggabungan atom.
f. Bidang Fotografi
Dalam bidang fotografi, ilmu kimia berperan dalam menghasilkan senyawa
perak yang digunakan untuk membuat film foto atau dikenal dengan klise dan
kertas foto. Senyawa perak berperan untuk menghitamkan film. Selain itu pada
perkembangan selanjutnya penelitian dalam ilmu kimia telah menghasilkan zat
warna yang peka terhadap cahaya yang telah menciptkan foto berwarna.
g. Bidang Teknik Sipil
Riset dan proses kimia dilakukan pada pembuatan atau penyusunan bahan-
bahan dibidang ini seperti semen, cat, kayu, paku, paralon (pipa PVC), lem dan
lain sebagainya.
h. Bidang Mesin
Dalam bidang ini, ilmu kimia di manfaatkan memberikan wawasan mengenai
komposisi-komposisi logam dalam pembuatan mesin, bahan bakar, dan pelumas
mesin untuk memberikan hasil yang baik.
i. Bidang Arkeologi
Ilmu kimia dalam bidang arkeologi sangat identik dengan penelitian-
penelitian lapangan terhadap pencarian fosil-fosil yang akan di teliti usianya.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknologi kimia seperti
Radioisotop Karbon -14.

j. Bidang Geologi
Dalam bidang ini, dilakukan penelitian batuan-batuan (mineral),
pertambangan gas dan minyak bumi. Dimana proses penentuan unsur-unsur yang
menyusun mineral dilakukan dengan menggunakan dasar-dasar ilmu kimia.
Sehingga ilmu kimia membantu untuk memahami penemuan mengenai bebatuan
dan benda-benda alam lainnya.
k. Bidang Biologi
Ilmu kimia pada Bidang biologi digunakan untuk mempelajari kandungan -
kandungan senyawa pada korbohidrat, protein, lemak, enzim, zat - zat dan unsur
- unsur yang terdapat pada makhluk hidup. Sehingga untuk mengetahui
kandungan , skruktur tersbut dibutuhkan peranann ilmu kimia di dalamnya.
l. Bidang Fisika
Ilmu kimia pada bidang fisika digunakan untuk melakukan penemuan material
- material keterbaharuan dalam bidang kelistrikan (semikonduktor), penentuan
perubahan - perubahan energi kimia secara fisik, menemukan unsur - unsur
logam yang baik digunakan sebagai konduktor yang baik, menentukan perubahan
energi dan materi yang berhuungan eret dengan hukum termodinamika dan lain -
lainnya. Secara khusus peran kimia pada bidang fisika dipelajari lebih lanjut pada
bidang Kimia Fisik.
m. Bidang Kecantikan
Kosmetik dan berbagai produk kecantikan serta perawatan tubuh merupakan
hasil dari penelitian yang berlangsung dengan menggunakan zat-zat kimia.
Contohnya Paraben,paraben adalah sekelompok senyawa organik yang
digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk, seperti sampo dan
kondisioner, kosmetik, pelembap, dan produk cukur. Kandungan ini selalu
dicurigai memberikan dampak buruk pada kesehatan reproduksi dan kanker
payudara. Dalam produk kecantikan, paraben digunakan untuk mencegah
kontaminasi bakteri atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit atau infeksi.
Paraben merupakan bahan pengawet yang aman.
TUGAS ANALISIS
TERAPAN

“sampling untuk keperluan analisis "

Disusun Oleh :
● Lavenia ratih A25118034
● Tiara maharani A25118038
● Betrix Putosi A25118040
● Yuma ardian A25118047
● Theresia Sumbaluwu A25118041
● Eyby mayu A25118057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILM
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO PALU
2021
ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan yang Maha
Esa, karena atas izinnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Sampling
Untuk Keperluan Analisis” yang diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata
kuliah kimia analisis terapan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ini. Kritik dan saran pembaca akan sangat berguna bagi
perbaikan karya tulis ini kedepannya. Akhirnya, kami memohon maaf atas segala
kekungan. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bari pembaca dan kepada seluruh masyarakat pada umumnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palu, 03 Maret 2021

Kelompok 2
10

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI iv
ABSTRAK vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
1.4 Manfaat 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1Pengertian sampling lingkungan 7
2.2Tujuan dan manfaat sampling lingkungan 8
2.3 Pengambilan sampel 11
BAB V. PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu penelitian survei, tidak perlu untuk meneliti semua individu dalam
suatu populasi, sebab di samping memakan biaya yang banyak, juga membutuhkan
waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan hasil yang
diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat
mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi
syarat-syarat tertentu.Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap
satuan unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan
besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu, pengambilan
sampel secara acak (random) harus menggunakan teknik yang tepat sesuai dengan ciri-
ciri populasi dan tujuan penelitian.
Menurut Teken (1965) suatu teknik pengambilan sampel yang ideal mempunyai
sifat-sifat (1) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
yang diteliti, (2) dapat menentukan presisi (presicion) dari hasil penelitian dengan
menentukan simpangan baku (standard deviation) dari taksiran yang diperoleh, (3)
sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan (4)
Teknik sampling adalah bagian penting dalam melakukan kontrol lingkungan.
Mungkin, banyak yang membayangkan satelit bisa memindai permukaan bumi dan
memberikan analisis lengkap dari setiap bagian lingkungan. Hal tersebut tentu saja
hanya berada dalam fiksi ilmiah. Sebagai gantinya, para petugas kontrol lingkungan
dan peneliti harus mengumpulkan sampel representatif dari sebagian kecil dari
lingkungan, dan menganalisisnya untuk memberikan informasi tentang komposisi area
tersebut. Misalnya, jelas tidak mungkin untuk menganalisis semua air di danau,
sehingga sebagian air harus dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan konsentrasi
bahan yang terkandung di dalam danau. Kemudian, juga tidak mungkin untuk
12

mengambil seluruh udara untuk mengetahui tingkat polusi udara. Demikian pula, untuk
mempelajari kontaminasi di sekitar tanah dekat dengan tangki minyak yang bocor,
banyak sampel tanah diperlukan untuk memetakan tingkat polusi (Utami, Nurwita
2020).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas sehingga rumusan masalah yang diambil yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan sampling lingkungan?
2. Apa saja tujuan dan manfaat sampling lingkungan?
3. Apa saja syarat pengambilan sampel?
4. Bagaimana pendekatan pengambilan sampel?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian sampling
2. Mengetahui jenis-jenis sampling?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan terkait sampling lingkungan

2. Menambah pengetahuan terkait cara atau tehnik sampling udara, air, dan tanah.
13

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampling Lingkungan


Sampling lingkungan atau pengambilan sampel lingkungan adalah
kegiatan atau proses yang dilakukan untuk mengumpulkan bahan dari
lingkungan yang akan dijadikan sampel penelitian. Sampel adalah
sumber informasi tentang lingkungan. Jika tidak dikumpulkan dengan
benar dan tidak mewakili sistem yang dianalisis, maka semua pekerjaan
laboratorium akan sia-sia, tidak ada gunanya. Kehati-hatian harus
dilakukan untuk menghindari bias atau kesalahan. Pengambilan sampel
dilakukan untuk tujuan pemantauan, serta untuk penelitian. Data dapat
dikumpulkan untuk memantau limbah udara dan air atau untuk
mengarakterisasi tingkat polutan di media lingkungan (udara, air, tanah,
biota).
Teknik sampling adalah bagian penting dalam melakukan kontrol
lingkungan. Mungkin, banyak yang membayangkan satelit bisa
memindai permukaan bumi dan memberikan analisis lengkap dari setiap
bagian lingkungan. Hal tersebut tentu saja hanya berada dalam fiksi
ilmiah. Sebagai gantinya, para petugas kontrol lingkungan dan peneliti
harus mengumpulkan sampel representatif dari sebagian kecil dari
lingkungan, dan menganalisisnya untuk memberikan informasi tentang
komposisi area tersebut. Misalnya, jelas tidak mungkin untuk
menganalisis semua air di danau, sehingga sebagian air harus
dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan konsentrasi bahan yang
terkandung di dalam danau. Kemudian, juga tidak mungkin untuk
mengambil seluruh udara untuk mengetahui tingkat polusi udara.
Demikian pula, untuk mempelajari kontaminasi di sekitar tanah dekat
dengan tangki minyak yang bocor, banyak sampel tanah diperlukan
untuk memetakan tingkat polusi.

13
14

Aspek pengelolaan lingkungan hidup akan berjalan efektif dan


efisien apabila didukung dengan laboratorium yang mampu
menghasilkan data yang abash tidak terbantahkan serta dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun secara hokum. Hal ini
dikarenakan data kualitas lingkungan yang dihasilkan oleh laboratorium
yang andal dapat dipakai sebagai indikasi adanya pencemaran
lingkungan serta sebagai alat bukti dalam penegakan hokum lingkungan.
Selain itu, data kualitas lingkungan merupakan dasar perencanaan,
evaluasi, maupun pengawasan yang sangat berguna bagi para pengambil
keputusan, perencana, penyusun program, baik di tingkat pusat maupun
di tingkat daerah dalam menentukan kebijakan lingkungan hidup.

2.2 Satuan Sampling


Sebelum memahas tentang beberapa teknik pengambilan sampel, terlebih
dahulu perlu dipahami beberapa konsep sebagai berikut.
1. Populasi
Populasi (universe) ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang
ciricirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan antara populasi
sampling dengan populasi sasaran. Sebagai contoh, jika seorang peneliti
mengambil rumahtangga sebagai sampel; sedangkan yang diteliti hanya
anggota rumahtangga (misalnya ayah atau suami), maka seluruh
rumahtangga dalam wilayah penelitian disebut sebagai populasi
sampling; sedangkan seluruh suami atau ayah dalam wilayah penelitian
itu dinamakan populasi sasaran (target population). Dalam setiap
penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang
akan diteliti. Sebagai contoh, (1) untuk penelitian tentang tenaga kerja,
mestinya populasi yang dipilih adalah penduduk usia kerja, (2) untuk
penelitian tentang pemilihan umum, mestinya populasi yang dipilih
adalah penduduk yang memiliki hak pilih, (3) untuk penelitian tentang
fertilitas, populasi yang dipilih adalah penduduk perempuan usia 15-49
tahun yang pernah kawin.

14
15

2. Unit sampling
Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel, disebut unsur sampling, dan ini
merupakan unit-unit yang akan dianalisis selanjutnya. Unsur sampling
diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame).
3. Kerangka sampling
Kerangka sampling merupakan daftar dari semua unsur sampling dalam
populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai
jumlah penduduk, jumlah bangunan, dan mungkin berupa peta yang
unit-unitnya
tergambar secara jelas. Sebuah kerangka sampling yang baik harus
memenuhi syarat-syarat (1) meliputi seluruh unsur sampel, (2) tidak ada
unsur sampel yang dihitung dua kali, (3) up to date, (4) batas-batasnya
jelas, misalnya batas wilayah, rumahtangga; dan (5) dapat dilacak di
lapangan.

2.3 Tujuan dan Manfaat Sampling Lingkungan


Penetapan tujuan pengambilan sampel merupakan hal yang
sangat penting ketika menyusun perencanaan pengambilan sampel
lingkungan. Tujuan yang ditetapkan merupakan suatu pernyataan yang
jelas, ringkas dan harus tertuang dalam suatu dokumen perencanaan.
Secara umum, tujuan pengambilan sampel lingkungan adalah untuk :
1) Pengumpulan data rona awal lingkungan (exploratory)
Pengambilan sampel lingkungan dengan tujuan pengumpulan
data rona awal lingkungan pada dasarnya untuk mengetahui
informasi awal kualitas lingkungan pada daerah dan waktu tertentu.
Pengambilan sampel ini dilakukan karena belum pernah dilakukan
pengambilan sampel sebelumnya ataupun tidak adanya data
sekunder pada daerah tersebut. Data yang diperoleh dari kegiatan
pengambilan sampel ini dapat membantu memberikan gambaran
tentang kualitas lingkungan pada situasi dan kondisi tertentu.
Apabila diperlukan, data rona awal lingkungan tersebut dapat

15
16

digunakan sebagai bahan pembanding atau evaluasi kualitas


lingkungan seiring dengan adanya perubahan yang diakibatkan oleh
adanya dampak kegiatan di sekitar daerah tersebut.
Seringkali pengambilan sampel pendahuluan (preliminary
sampling/screening) diperlukan pada pengumpulan data rona awal
lingkungan. Tujuan pengambilan sampel pendahuluan adalah untuk
membantu memberikan informasi awal tentang keberadaan suatu
bahan pencemar atau polutan dengan nilai kadarnya. Pada saat
melaksanakan pengambilan sampel pendahuluan, hal yang perlu
dipertimbangkan adalah bahwa seluruh tahapan proses pengambilan
sampel dan pengukuran parameter lapangan dilakukan sebagaimana
mestinya dan merupakan bagian dari perencanaan pengambilan
sampel yang telah ditetapkan. Jika tidak, maka pengambilan sampel
pendahuluan menghasilkan data yang tidak valid dan sia-sia belaka.

2) Pemantauan lingkungan (monitoring)


Pemantauan lingkungan adalah pengulangan pengujian
parameter lingkungan pada lokasi dan titik pengambilan sampel
yang telah ditetapkan pada periode waktu tertentu. Hal ini berarti
bahwa, data pemantauan lingkungan akan dapat dibandingkan ketika
sampel lingkungan yang diambil dapat mewakili kondisi yang ada
pada lokasi dan titik pengambilan sampel serta parameter yang sama
untuk periode waktu tertentu.
Pemantauan lingkungan mempunyai berbagai tujuan, misalnya :
a. Penentuan status kualitas lingkungan
Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk menentukan
status kualitas lingkungan pada daerah dan waktu tertentu khususnya
udara ambien, air sungai maupun danau.
b. Pengelolaan sumber daya alam
Pemantauan lingkungan khususnya berkaitan dengan sumber daya
alam bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan potensi sumber

16
17

daya alam. Data hasil pemantauan yang diperoleh dapat digunakan


untuk menentukan kebijakan penggunaan sumber daya alam agar
lebih bermanfaat bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan
datang.
c. Penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan
Data hasil pemantauan yang diperoleh dapat digunakan sebagai
dasar pertimbangan, penyusunan, dan evaluasi kebijakan
pengelolaan lingkungan khususnya penerapan nilai baku mutu
lingkungan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup baik di tingkat pusat maupun daerah. Penetapan
nilai baku mutu lingkungan tingkat pusat dilakukan berdasarkan
kondisi status kualitas lingkungan nasional serta teknologi
pengendalian lingkungan yang tersedia. Sedangkan penetapan di
daerah didasarkan kepada nilai baku mutu lingkungan tingkat pusat
dengan mempertimbangkan kearifan lokal, situasi dan kondisi
daerah setempat serta sumber daya yang ada termasuk teknologi
pengendalian lingkungan yang dapat diterapkan di daerah tersebut.
d. Menghadapi masalah lingkungan global
Suatu hal yang nyata bahwa masalah lingkungan tidak dapat
diselesaikan secara lokal maupun tingkat nasional. Hal ini
disebabkan karena bahan pencemar atau polutan dapat bermigrasi
melalui atmosfer, sungai besar, maupun perdagangan limbah
berbahaya antar negara melalui kapal laut. Dampak dari masalah
lingkungan global adalah adanya hujan asam, kabut asap akibat
kebakaran hutan, atau tumpahan minyak lepas pantai, dan lain-lain.

Untuk menghadapi masalah lingkungan global, maka diperlukan


pemantauan kualitas lingkungan pada lokasi dan titik pengambilan
sampel yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antar
daerah, propinsi, maupun negara. Sedangkan paramater lingkungan
yang dianalisis berdasarkan kepada masalah yang dihadapi.

17
18

3) Penegakan hukum lingkungan


Dalam rangka pengawasan penerapan peraturan perundang-
undangan dibidang lingkungan hidup atau untuk membuktikan
adanya indikasi pencemaran lingkungan, maka diperlukan
pengambilan sampel dimana penentuan lokasi dan titik pengambilan
sampel didasarkan kepada situasi dan kondisi yang ada atau
dokumen legal yang tersedia.

4) Penelitian dibidang lingkungan


Pengambilan sampel untuk keperluan pengkajian atau penelitian
dibidang lingkungan hidup sangat tergantung kepada ruang lingkup
penelitian. Penetapan lokasi dan titik pengambilan sampel serta
frekuensi dan parameter yang dianalisis akan berbeda pada
identifikasi sumber pencemar, identifikasi dampak terhadap
kesehatan masyarakat atau ekosistem, penentuan sumber serta
penyebaran polutan, dan lain sebagainya. Selain itu, data hasil
penelitian dibidang lingkungan hidup dapat digunakan sebagai bahan
kajian penerapan pengelolaan lingkungan. Bila kajian dilakukan
terhadap nilai ambang batas parameter kualitas lingkungan terhadap
dampaknya ke ekosistem, maka hasil kajian dapat digunakan untuk
penentuan baku mutu lingkungan baik tingkat pusat, provinsi
maupun kabupaten/kota.

2.4 Manfaat Pengambilan sampel


● Dari segi biaya akan menjadi lebih murah
● Dari segi waktu akan lebih cepat, sehingga hasilnya up to date
● Dari segi tenaga akan lebih hemat
● Variabel yang diteliti dapat lebih banyak dan mendalam, sehingga
kedalaman serta ketepatan informasi akan lebih baik, Walaupun

18
19

hanya menggunakan sebagian saja dari subjek atau objek penelitian,


tetapi hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara jelas.
2.5 Syarat Pengambilan Sampel
(1)dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh
populasi yang diteliti,
(2) dapat menentukan presisi (presicion) dari hasil penelitian dengan
menentukan simpangan baku (standard deviation) dari taksiran yang
diperoleh,
(3) sederhana, sehingga mudah dilaksanakan, dan
(4) dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin, dengan biaya yang
serendahrendahnya.
2.6 Pendekatan Pengambilan Sampel
Ada beberapa pendekatan pengambilan sampel: sistematis, acak,
judmental (non-statistik), stratified (bertingkat), dan haphazard
(sembarang). Lebih dari satu dapat diterapkan pada saat yang
bersamaan.

1. Sampling sistematis
Pengukuran dilakukan di lokasi dan/ atau waktu sesuai dengan pola yang
telah ditentukan. Misalnya, area yang akan dianalisis dapat dibagi
dengan kisi, dan sampel diambil pada setiap titik kisi. Untuk studi polusi
udara, sampel udara dapat diambil pada interval waktu yang tetap,
katakan setiap tiga jam. Pendekatan ini tidak memerlukan pengetahuan
sebelumnya tentang distribusi polutan, mudah diimplementasikan, dan
harus menghasilkan sampel yang tidak bias. Namun, pengambilan
sampel sistematis mungkin memerlukan lebih banyak sampel untuk
diambil daripada beberapa metode lainnya.look
2. Pengambilan Sampel acak
Dasar pengambilan sampel acak adalah bahwa setiap unit populasi
memiliki probabilitas yang sama untuk dipilih. Metode acak baik jika
populasi tidak memiliki tren atau pola yang jelas. Jika suatu sistem

19
20

bervariasi dengan waktu, seperti aliran, kita harus sampling pada


berbagai waktu, sehingga setiap waktu memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih. Jika sistem bervariasi dengan lokasi di dalamnya, seperti
tempat pembuangan sampah, kita harus mengambil sampel di
permukaan dan turun ke dalamnya, sehingga setiap titik dalam ruang
tiga dimensi dari tempat pembuangan sampah memiliki peluang yang
sama untuk dipilih.
3. Sampling Judgmental
Pengetahuan sebelumnya tentang variasi spasial dan temporal dari
polutan digunakan untuk menentukan lokasi atau waktu pengambilan
sampel. Dalam contoh danau, sampel dapat dikumpulkan hanya di
sekitar titik pembuangan. Jenis pengambilan sampel penilaian ini
memberikan tingkat bias tertentu ke dalam pengukuran. Sebagai contoh,
akan salah untuk menyimpulkan bahwa konsentrasi rata-rata pada titik-
titik pengambilan sampel berkerumun ini adalah ukuran konsentrasi
seluruh danau. Namun, itu adalah titik yang paling mencirikan konten
aliran limbah. Dalam banyak kasus, ini mungkin metode pilihan,
terutama ketika tujuan analisis adalah hanya untuk mengidentifikasi
polutan yang ada.
4. Pengambilan Sampel Stratifikasi
Ketika suatu sistem mengandung beberapa area yang berbeda, kita dapat
melakukan sampling secara terpisah, dalam skema pengambilan sampel
bertingkat. Populasi target dibagi menjadi beberapa wilayah atau strata
yang berbeda. Strata dipilih sehingga tidak saling tumpang tindih.
Pengambilan sampel acak dilakukan dalam setiap strata. Misalnya, di
kolam atau laguna di mana limbah berminyak mengapung di atas air dan
endapan mengendap ke bawah, strata dapat dipilih sebagai fungsi
kedalaman, dan pengambilan sampel acak dapat dilakukan dalam setiap
strata.
5. Pengambilan sampel sembarangan (haphazard)
Lokasi pengambilan sampel atau waktu pengambilan sampel dipilih

20
21

secara sewenang-wenang. Jenis pengambilan sampel ini masuk akal


untuk sistem yang homogen. Karena sebagian besar sistem lingkungan
memiliki variabilitas spasial atau temporal yang signifikan, pengambilan
sampel sembarangan sering mengarah pada hasil yang bias. Namun,
pendekatan ini dapat digunakan sebagai teknik penyaringan awal untuk
mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi sebelum pengambilan
sampel skala penuh dilakukan.
Pendekatan ideal untuk beberapa pengukuran lingkungan adalah
pemasangan instrumentasi untuk memonitor tingkat polutan secara terus
menerus. Pengukuran waktu nyata ini menyediakan informasi paling
rinci tentang variabilitas temporal. Jika pembuangan air limbah industri
dipantau secara terus-menerus, pembuangan yang tidak disengaja akan
segera diidentifikasi dan tindakan korektif dapat diterapkan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sampling lingkungan atau pengambilan sampel lingkungan adalah
kegiatan atau proses yang dilakukan untuk mengumpulkan bahan dari
lingkungan yang akan dijadikan sampel penelitian. Sampel adalah
sumber informasi tentang lingkungan.

21
22

MAKALAH ANALISIS TERAPAN

“DESTRUKSI SAMPLE”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III

NUR ALFINA A25118063


FAHRUL RISKI A25118068
ULFA A25118084
IQBAL A25118099
DWIKA OCTYANI A25118111
KURNIAWAN A25115093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2021

22
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur patutlah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan berkat rahmat, dan anugerah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun Makalah ini
dengan judul “Destruksi Sample”yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
analisis terapan.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini.
Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril
maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami
membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang.

Palu, 11 Maret 2021

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1
1.1  LatarBelakang...........................................................................................................1
1.2  RumusanMasalah......................................................................................................1
1.3  TujuanPenulisan.......................................................................................................2
BAB II Pembahasan........................................................................................................3
3.1 Pengertian Metode Destruksi.....................................................................................3
3.2 Destruksi Basah.........................................................................................................3
3.3 Destruksi Kering........................................................................................................3
3.4 Efek Bekerja Dengan Bahan Kimia Yang Relatif Dan Mudah Meledak....................5
BAB IIIPenutup...............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan................................................................................................................7
Daftar Pustaka

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


sangat pesat, sehingga diperlukan peningkatan dan pengembangan bidang IPTEK.
Kemajuan IPTEK dilandasi denganpenemuan-penemuan baru dari berbagai hasil
penelitian oleh para ahli. Berbagai hasil penelitiantersebut berasal dari berbagai
bidang, misalnya bidang kimia analitik, farmasi, kimia organik, kimiaanorganik,
kimia fisika, kedokteran, pertanian, biologi, fisika, dan lain-lain. Di bidang kimia
sendiribanyak hasil-hasil penelitian yang belum diaplikasikan. Dalam suatu
analisis sampel diperlukan suatumetode analisis yang dapat memberikan
informasi untuk pengambilan suatu keputusan dan penetapankebijakan. Jika
prosedur analisis baik, dilaksanakan dengan baik pula, maka hasil analisis
akanmenjadi lebih akurat dan dapat dipercaya. Berbagai proses destruksi sampel
baik bahan organikmaupun anorganik dilakukan untuk melarutkan komponen-
komponen sampel yang diinginkan.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia, maka pencemaran
terhadap lingkungan juga meningkat. Salah satu pencemaran yang terjadi adalah
pencemaran udara yang disebabkan oleh asapkendaraan bermotor (KOMPAS.
Com. Minggu, 21 September 2008).
Oleh karena itu perlu untuk dilakukan pembahasan mengenai berbagai
proses destruksi sampel dan efeknya terhadap hasil analisis. Tujuan dari penulisan
ini adalah untuk mengetahui berbagaiproses destruksi sampel dan efeknya
terhadap hasil analisis, sehingga dapat diketahui kondisi destruksiyang sesuai
untuk suatu bahan tertentu. Pada akhirnya nanti dapat diperoleh hasil analisis
yangoptimal seperti yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan metode destruksi ?
2. Apa yang dimaksud dengan metode destruksi basah ?

3
4

3. Apa yang dimaksud dengan metode destruksi kering ?


4. Bagaimana efek bekerja dengan bahan kimia yang sangat relatif atau mudah
meledak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui metode destruksi
2. Untuk mengetahui metode destruksi basah
3. Untuk mengetahui metode destruksi kering
4. Untuk mengetahui efek bekerja dengan bahan kimia yang sangat relatif atau
mudah meledak

4
5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Destruksi


Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-
unsurnya sehingga dapat dianalisis. Istilah destruksi ini disebut juga perombakan,
yaitu dari bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik. Pada
dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia yaitu destruksi
basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua destruksi ini
memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian yang
berbeda.

2.2 Metode Destruksi Basah


Destruksi basah adalah perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik
tunggal maupuncampuran, kemudian dioksidasi dengan menggunakan zat
oksidator. Pelarut-pelarut yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain
asam nitrat, asam sulfat, asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut
tersebut dapat digunakan baik tunggal maupun campuran. Kesempurnaan
destruksi ditandai dengan diperolehnya larutan jernih pada larutan destruksi, yang
menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut sempurna atau
perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Senyawa-
senyawa garam yang terbentuk setelah destruksi merupakan senyawa garam yang
stabil dan disimpan selama beberapa hari. Pada umumnya pelaksanaan kerja
destruksi basah dilakukan secara metode Kjeldhal. Dalam usaha pengembangan
metode telah dilakukan modifikasi dari peralatan yang digunakan (Raimon, 1993).

2.3 Metode Destruksi Kering


Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam sampel
menjadi logamlogam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam muffle
furnace dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam
destruksi kering ini dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini

5
6

sangat tergantung pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan
suhu pengabuan dengan system ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan
dianalisis. Bila oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka
perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn
oksidanya yang terbentuk adalah Fe2O3,FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida
logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan.Oksida-oksida ini
kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran,
setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan. Contoh yang telah
didestruksi, baik destruksi basah maupun kering dianalisis kandungan logamnya.
Metode yang digunakaan untuk penentuan logam-logam tersebut yaitu metode
Spektrofotometer Serapan Atom (Raimon, 1993). Metode ini digunakan secara
luas untuk penentuan kadar unsur logam dalam jumlah kecil atau trace level
(Kealey, D. dan Haines, P.J. 2002).
Menurut Raimon (1993) ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam hal menggunakan metode destruksi terhadap sampel, apakah dengan
destruksi basah ataukah kering, antara lain:
a. Sifat matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnya.
b. Jenis logam yang akan dianalisis.
c. Metode yang akan digunakan untuk penentuan kadarnya
Selain hal-hal di atas, untuk memilih prosedur yang tepat perlu
diperhatikan beberapa faktorantara lain: waktu yang diperlukan untuk analisis,
biaya yang diperlukan, ketersediaan bahan kimia, dan sensitivitas metode yang
digunakan.
Menurut Sumardi (1981: 507), metode destruksi basah lebih baik daripada
cara kering karenatidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang
sangat tinggi. Hal ini merupakan salah satu faktor mengapa cara basah lebih
sering digunakan oleh para peneliti. Di samping itu destruksi dengan cara basah
biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan
waktu yang lama. Sifat dan karakteristik asam pendestruksi yang sering
digunakan antara lain:

6
7

1) Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk mempercepat


terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat.
Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk mendestruksi masih cukup
lama.
2) Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat dipergunakan
untuk mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan menaikkan
titik didih asam sulfat pekat sehingga dapat mempertinggi suhu destruksi sehingga
proses destruksi lebih cepat.
3) Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan untuk
mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat.
Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu
pada suhu 350◦C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau
terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti
penentuan kadar abu lebih baik.
4) Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami
oksidasi, karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat.
Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat mudah meledak (explosive) sehingga
cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati.
5) Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat dengan
perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas
dan platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 pekat.

2.4 Efek Bekerja dengan Bahan Kimia yang Sangat Reaktif atau Mudah
Meledak
Pada proses destruksi sampel sering digunakan bahan kimia yang sangat
reaktif atau mudahmeledak. Bahan sangat reaktif dan mudah meledak yang
digunakan di laboratorium memerlukan prosedur yang tepat. Langkah berikut
untuk menghindari kecelakaan serius saat bahan yang sangat reaktif digunakan:
a. Gunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah minimal dengan perlindungan
dan pelindung diri memadai.
b. Siapkan peralatan darurat.

7
8

c. Rakit semua peranti sedemikian rupa sehingga jika reaksi mulai berjalan di luar
kendali, pelepasan sumber panas, pendinginan bejana reaksi, penghentian
penambahan reagen, dan penutupan pintu geser tudung kimia laboratorium dapat
dilakukan dengan segera. Pelindung ledakan plastik transparan yang tebal harus
digunakan untuk memberi perlindungan ekstra selain jendela tudung kimia.
d. Jika reaksi berjalan di luar rencana, batasi akses ke area hingga reaksi dapat
dikendalikan. Pertimbangkan kendali pengoperasian jarak jauh.
e. Beri pendinginan dan permukaan cukup untuk pertukaran panas sehingga
memungkinkan pengendalian reaksi. Bahan kimia yang sangat reaktif memicu
reaksi dengan kecepatan yang meningkat sangat cepat seiring meningkatnya suhu.
Jika panas yang dihasilkan tidak dihilangkan, kecepatan reaksi meningkat hingga
terjadi ledakan. Hal ini sangat menjadi masalah saat meningkatkan skala
eksperimen.
f. Hindari konsentrasi larutan berlebih, terutama saat reaksi dicoba atau dinaikkan
Skalanya untuk pertama kali. Beri perhatian secara khusus pada tingkat
penambahan reagen terhadap tingkat konsumsinya, terutama jika reaksi
dipengaruhi periode induksi.
g. Ikuti prosedur penyimpanan, penanganan, dan pembuangan khusus untuk reaksi
skala besar dengan reagen organometalik dan reaksi yang menghasilkan bahan
mudah terbakaratau dilakukan dalam pelarut yang mudah terbakar. Jika terdapat
logam aktif, gunakan pemadam api dengan bahan pemadam khusus seperti bubuk
berbahan dasar grafit dengan dicampur pemlastis atau bubuk berbahan dasar
natrium klorida.
h. Hindari penguraian lambat pada skala besar jika pemindahan panas tidak
memadai atau jika panas dan gas yang berkembang dibatasi. Penguraian beberapa
zat yang diawali dengan panas, seperti peroksida tertentu, hampir terjadi secara
instan. Khususnya, reaksi yang terpengaruh periode induksi dapat berbahaya
karena tidak ada indikasi awal risiko. Kendati demikian, proses hebat dapat terjadi
setelah induksi.
i. Lakukan penentuan suhu eksotermik mula-mula dengan kalorimeter skala besar
dan lakukan uji berat untuk reaksi yang skalanya dinaikkan dan eksotermik pada

8
9

suhu rendah atau mengembangkan panas dalam jumlah besar yang dapat
menimbulkan bahaya. Dalam situasi dimana evaluasi bahaya operasional formal
atau data andal dari sumber apa pun lainnya menunjukkan bahaya, lakukan review
kelompok berpengalaman atau ubah kondisi yang skalanya dinaikkan untuk
menghindari kemungkinan bahwa seseorang mungkin melewatkan bahaya atau
perubahan prosedur yang paling sesuai.
j. Hindari menyebabkan ledakan fisik dari tindakan seperti menyebabkan cairan
panas mengalami kontak mendadak dengan cairan dengan titik didih lebih rendah
atau menambahkan air ke cairan panas pada rendaman pemanas.

9
10

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses destruksi kering ternyata lebih aman dan sederhana, serta pada
umumnya tidak memerlukan pereaksi. Prosedurnya paling umum digunakan
untuk menentukan total mineral dalam suatu sampel/bahan. Kekurangan dalam
destruksi kering yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, penggunaan muffle
furnace memakan banyak biaya karena harus dinyalakan terus menerus. Pada
proses destruksi basah, suhu yang digunakan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan destruksi kering sehingga hilangnya unsur-unsur sangat kecil. Di samping
itu peralatannya lebih sederhana, proses oksidasi lebih cepat, dan waktu yang
dibutuhkan relatif lebih cepat dari destruksi kering.

10
11

ANALISIS TERAPAN
“ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PANGAN
(MACRO)”

Disusun oleh :
Inang Astuti A 251 18 006
Aditya Kurniawan Ahyar A 251 18 023
Frelyana Tiro A 251 18 045
Nurul Zakinah A 251 18 066
Dita Juniarti A 251 18 104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

11
12

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting semakin
maju suatu bangsa tuntunan dan perhatian terhadap kualitas pangan yang akan
dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan dan minuman
bukan lagi sekedar mengatasi rasa lapar tetapi semakin kompleks. Konsumen
semakin sadar bahwa pangan merupakan sumber utama pemenuhan kebutuhan
zat-zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan meniral untuk
menjaga kesehatan tubuh.

1. PENGERTIAN KARBOHIDRAT

Karbohidrat atau hidrat karbon secara empiris dapat dirumuskan sebagai


Cn(H2O)n, nilai n berkisar tiga sampai beberapa ratus. Karbohidrat
merupakan senyawa organik yang banyak terdapat dalam semua hasil
pertanian, dihasilkan dari fotosintesa CO2 dan H2O. Karbohidrat yang
tersimpan dalam tumbuh-tumbuhan atau hewan dalam kondisi tertentu dapat
diubah menjadi senyawa lain dan teroksidasi hingga menghasilkan tenaga
atau energi. Secara kimia karbohidrat dapat didefinisikan sebagai suatu
senyawa polihidroksi alifatis yang juga mengandung gugus-gugus karbonil
(COH) atau karboksil (COOH) dan turunan-turunannya.
Jika diuraikan, ternyata karbohidrat hanya terdiri dari 3 unsur, yaitu
karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O). Senyawa yang termasuk
karbohidrat sangat banyak mulai dari senyawa sederhana hingga senyawa
dengan berat molekul 500.000 atau lebih.

2. JENIS-JENIS KARBOHIDRAT

Senyawa-senyawa tersebut dapat digolongkan menurut jumlah


senyawa penyusunnya yaitu monosakarida, oligosakarida,  disakarida dan
polisakarida.

A. Monosakarida

Monosakarida adalah senyawa karbohidrat dalam bentuk gula


yang paling sederhana. Gugus fungsi yang menyusun monosakarida
adalah satu unit aldehid atau keton. Dalam bentuk stereoisomer,
monosakarida memiliki sedikitnya satu atom karbon asimetrik. Ada
tiga jenis monosakarida yang mempunyai arti gizi yaitu :
1) Glukosa

12
13

Glukosa dinamakan juga sebagai gula anggur, terdapat


luas di alam dalam jumlah sedikit yaitu dlama sayur, buah, sirup
jagung, sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu.
Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi.
Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses
metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang
beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber
energi.

2) Fruktosa
Fruktosa dinamakan sebagai gula buah yang merupakan
gula paling manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu
bersama glukosa dalam buah, nektar bunga dan juga di dalam
sayur.

3) Galaktosa
Galaktosa terdapat di dalam tubuhsebagai hasil
pencernaan laktosa.

B. Disakarida
Disakarida merupakan senyawa karbohidrat yang terbentuk
ketika dua monosakarida mengalami reaksi kondensasi yang
melibatkan terlepasnya suatu molekul kecil seperti air, dari bagian
gugus fungsi saja. Ada tiga jenis disakarida yang mempunyai arti gizi
yaitu :
1) Sukrosa
Sukrosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Gula pasir
terdiri atas 99 % sukrosa dibuat dai kedua macam bahan
makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi.
Gula merah dibuat dari kelapa, tebu atau enau melalui proses
penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga banyak terdapat di
dalam buah, sayuran dan madu. Bila dihidrolisis atau
dicernakan, sukrosa pecah menjadi satu unit glukosa dan
fruktosa.

2) Maltosa
Maltosa tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk
pada setiap pemecahan pati. Bila dicernakan atau dihidrolisis,
maltosa pecah menjadi dua unit glukosa.

13
14

3) Laktosa
Laktosa hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu
unit glukosa dan satu unit galaktosa. Banyak orang, terutama
yang berkulit berwarna (termasuk orang Indonesia) tidak tahan
tehadap susu sapi, karena kekurangan enzim laktase yang
dibentuk di dalam dinding usu dan diperlukan untuk pemecahan
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Kekurangan laktase ini
menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang
tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran
pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorganisme yang
tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut dan
diare. Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada
orangtua.

C. Oligosakarida.

Oligosakarida merupakan gabungan dari molekul-molekul


monosakarida yang jumlahnya antara 2 sampai 8 molekul
monosakarida. Sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida,
trisakarida dan lainnya.

D. Polisakarida

Polisakarida adalah polimer yang tersusun dari ratusan hingga


ribuan satuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Polisakarida adalah karbohidra, sehingga tersusun hanya
dari atom karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O). Ada 4 jenis
polisakarida yang mempunyai arti gizi yaitu :
1) Pati
Pati merupakan karbohidrat utama yang dimakan manusia
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama terdapat
dalam padi-padian, biji-bijian dan umbi-umbian. Beras, jagung
dan gandum mengandung 70-80 % pati, kacang-kacang kering
sepeti kacang kedelai, kacang merah dan kacang hijau
mengandung 30-60% pati, sedangkan ubi, talas, kentang dan
singkong mengandung 20-30% pati. Proses pemasakan pati
disamping menyebabkan pembentukan gel juga akan
melunakkan dan memcah sel, sehingga memudahkan
pencernaannya. Dalam proses pencernaan semua bentuk pati
dihidrolisis menjadi glukosa. Pada tahap petengahan akan
dihasilkan dekstin dan maltosa.

14
15

2) Dekstrin
Dekstrin merupakan produk antara pada pencernaan pati
atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati.
3) Glikogen
Glikogen dinamakan juga pati hewan karena merupakan
bentuk simpanan karbohidat di dalam tubuh manusia dan hewan,
yang terutama terdapat di dalam hati dan otot. Dua pertiga
bagian dari glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya
dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk
keperluan energi di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen
dalam hati dapat digunakan sebagai sumber energi untuk
keperluan semua sel tubuh.

4) Polisakarida nonpati/ Serat


Serat mendapat perhatian kaena peranannya dalam
mencegah bebagai penyakit.

3. FUNGSI KARBOHIDRAT

Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah


1) Sumber energi. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kkalori.
Karbohidrat di dalam tubuh sebagian berada dalam sirkulasi darah
sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, dan sebagian lagi
disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot, dan sebagian diubah
menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi
dalam jaringan lemak. Sistem saraf sentral dan otak sama sekali
tergantung pada glukosa untuk keperluan energinya.
2) Pemberi rasa manis pada makanan. Karbohidrat memberi rasa manis
pada makanan, khususnya monosakarida dan disakarida. Gula tidak
mempunyai rasa manis yang sama. Fruktosa adalah gula paling manis.
3) Penghemat protein. Protein akan digunakan sebagai sumber energi, jika
kebutuhan karbohidrat tidak terpenuhi, dan akhirnya fungsi protein
sebagai zat pembangun akan terkalahkan.
4) Pengatur metabolisme lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi
lemak yang tidak sempurna.

15
16

5) Membantu pengeluaran feses. Karbohidrat membantu pengeluaran feses


dengan cara mengatur peristaltik usus dan memberi bentuk pada feses.
Selulosa dan serat makanan mengatur peristaltik usus, sedangkan
hemiselulosa dan pektin mampu menyerap banyak air dalam usus besar
sehingga member bentuk pada sisa makanan yang akan dikeluarkan.
Serat makanan mencegah kegemukan, konstipasi, hemoroid, penyakit-
penyakit divertikulosis, kanker usus besar, penyakit diabetes mellitus
dan jantung koroner yang berkaitan dengan kadar kolesterol.

4. SUMBER KARBOHIDRAT

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian,


kacang-kacang kering dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah bihun,
mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan lainnya. Sumber karbohidrat
yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras,
jagung, ubi, singkong, talas dan sagu.

5. ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT


A. Uji Molisch

Uji Molisch adalah uji yang digunakan untuk mengetahui ada


tidaknya karbohidrat secara umum. Uji ini pada dasarnya merupakan
reaksi antara furfural dan turunannya dengan a-naftol menghasilkan
senyawa kompleks berwarna ungu. Furfural dan turunannya tersebut
merupakan hasil dehidrasi monosakarida oleh asam sulfat pekat.

B. Uji Iodin
Uji Iodin adalah uji yang digunakan untuk mengetahui adanya
polisakarida. Polisakarida yang ada dalam sampel akan membentuk
kompleks adsorpsi berwarna spesifik dengan penambahan iodium.
Polisakarida jenis amilum akan memberikan warna biru. Dekstrin
akan memberikan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan pati
mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat.

C. Uji Fehling

16
17

Uji Fehling adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan


adanya karbohidrat pereduksi. Monosakarida dan disakarida
merupakan karbohidrat pereduksi hal ini di ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan merah bata.

D. Uji Benedict

Uji Benedict adalah uji yang digunakan untuk mengetahui


adanya gula pereduksi dalam larutan sampel. Prinsip dari uji ini
adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang
terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam
suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Suasana
alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen
Benedict.

Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang


menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang
terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung
pada konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka
gula reduksinya semakin banyak.

Contoh : Kandungan Sakarida Dalam Pati Umbi Ganyong


1) Pembuatan Tepung
Proses pembuatan tepung umbi ganyong yaitu ganyong
yang sudah terkumpul dikupas dan dicuci dengan alir mengalir.
Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan kotoran seperti
tanah, cacing dan kotoran lain yang menempel. Umbi ganyong
yang telah dicuci kemudian dikupas untuk menghilangkan kulit
arinya, kemudian ditimbang dan diiris tipis-tipis untuk
mempercepat dalam pengeringan. Irisan gayong dipanaskan
dengan oven pada suhu 60°C (2 hari) hingga irisan ganyong
mudah dipatahkan. Irisan diserbuk, lalu diayak tepung yang
dihasilkan dengan ayakan ukuran 80/100 mesh. Kemudian
dihitung rendemennya.

Rendemen dihitung dengan cara menimbang hasil serbuk


yang sudah diayak (g) dibagi dengan jumlah jumlah simplisia
basah yang sudah dihilangkan kotoran dan kulit arinya dikalikan
100%. Pada penelitian ini umbi ganyong yang digunakan untuk
membuat tepung 5,0 kg menghasilkan tepung sebesar 875,50
gram sehingga rendemen yang diperoleh sebesar 17,51%.

17
18

2) Pembuatan Pati

Pembuatan pati terdiri dari proses pengupasan, pencucian,


pemarutan, peremasan, pengendapan dan pengeringan. Proses
pengupasan dan pencucian bertujuan untuk membersihkan kulit
dan kotoran yang menempel pada kulit luarnya, sedangkan
proses pemarutan bertujuan untuk merusak jaringan umbi dan
selsel umbi rusak dan agar pati dapat keluar. Dalam Hal ini
dilakukan peremasan adalah untuk menyempurnakan
kerusakaan jaringan dan dengan adanya tekanan dan
penambahan air pada hasil parutan maka pati akan keluar.

Rendemen dihitung dengan cara menimbang hasil pati


kering yang diperoleh (g) dibagi dengan jumlah jumlah
simplisia basah yang sudah bersih dan dibuang kulit arinya
dikalikan 100%. Pada penelitian ini umbi ganyong yang
digunakan untuk membuat pati sebanyak 5,0 kg menghasilkan
pati sebesar 270,80 gram sehingga rendemen yang diperoleh
sebesar 5,41%.

3) Hasil Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan untuk mengambil senyawa
sakarida yang akan diteliti. Pelarut yang digunakan adalah air
panas. Pemberian air panas ini bertujuan untuk melarutkan
kandungan gula dalam sampel karena sifat gula yang polar larut
dalam air.

4) Uji Kualitatif
Sebanyak 1 ml larutan sampel hasil ekstraksi dimasukan
dalam tabung reaksi kemudian tambahkan reagen Benedict,
gojog, kemudian didihkan dengan api kecil selanjutnya
didinginkan. Hasil akhir yaitu terbentuk endapan warna merah
bata jika sampel mengandung gula pereduksi.

E. Uji Barfoed

Uji Barfoed adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi


karbohidrat yang tergolong monosakarida. Endapan berwarna merah
orange menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Ion Cu2+
dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat
oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan

18
19

menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Hal inilah


yang mendasari uji Barfoed. Pada uji Barfoed, yang terdeteksi
monosakarida membentuk endapan merah bata karena terbentuk hasil
Cu2O.

F. Uji Seliwanoff

Pada uji Seliwanoff, jika gula tersebut mempunyai gugus keton


disebut ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia
adalah aldosa. Prinsip dari uji ini adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl
pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dengan penambahan
resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk kompleks
berwarna merah oranye.

Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa


lebih cepat terdehidrasi daripada aldosa. Fruktosa dan sukrosa
merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa
menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari
fruktosa dan glukosa. Hasil menunjukan positif mengandung gula
pereduksi dengan adanya endapan merah pada larutan.

6. ANALISIS KUANTITATIF KARBOHIDRAT

A. Uji Anthrone

Uji anthrone adalah uji yang paling umum digunakan dalam


menganalisis karbohidrat dengan menggunakan instrument
spektrofotometer UV-Visible. Metode ini memiliki banyak
keunggulan antara lain kesederhanaan ujinya, spektrumnya yang luas
dan sensitifitasnya yang cukup.

Contoh : Penentuan Kadar Karbohidrat Pada Ubi Secara


Kuantitatif
1) Timbang 5 gram sampel ubi yang sudah diparut
2) Larutkan dengan 100 ml H2O
3) Saring sample dengan kertas saring dalam labu Erlenmeyer
4) Pipet 5 ml sample
5) Masukkan dalam tabung reaksi
6) Tambahkan HCl 3 mL

19
20

7) Tambahkan larutan Athrone 3 mL, kocok hingga homogen


8) Panaskan dalam penangas air mendidih selama 10 menit
9) Dinginkan dan homogenkan lagi
10) Baca intensitas warna yang terbentuk pada spetrofotomete
dengan panjang gelombang 620 nm

B. Uji Lane-Eynon

Metode Lane-eynon adalah metode titrasi (volumetri) untuk


penentuan gula pereduksi. Penentuan gula reduksi dengan metode ini
didasarkan atas pengukuran standar yang dibutuhkan untuk mereduksi
preaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan hilangnya warna indikator metilen biru. Titik
akhir titrasi merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi
semua tembaga.

Titrasi lane eynon digunakan untuk menghitung kadar gula


tereduksi. Melalui metode ini dapat diketahui sisa gula reduksi yang
terdapat dalam larutan, sehingga dapat dihitung berapa konversi yang
diperoleh.

Titrasi ini menggunakan indikator metilen biru. Perubahan


warna yang terjadi adalah dari biru hingga semua warna biru hilang
berganti menjadi kemerahan yang menandakan adanya endapan
tembaga oksida. Warna dapat kembali menjadi biru karena teroksidasi
oleh udara. Untuk mencegah hal tersebut, titrasi dilangsungkan
dengan mendidihkan larutan yang dititrasi sehingga uap dapat
mencegah kontak dengan udara dan mencegah terjadinya oksidasi
kembali.

C. Uji Total Pati, Amilosa Dan Amilopektin

Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan secara


voluetri/titrimetri ataunkalorimeter. Penentuan total pati adalah
dengan cara menghidrolisis pati secara sempurna menjadi glukosa.

20
21

1. PENGERTIAN PROTEIN

Protein adalah salah satu kelompok bahan makronutrien.


Dibandingkan dengan bahan makronutrien lain (lemak dan karbohidrat)
protein berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada
perannya sebagai sumber energi. Keistimewaan lain dari protein adalah
strukturnya mengandung N, di samping C,H,O, dan S. Protein merupakan
makromolekul terbanyak dalam sel (hampir setengah berat keringnya).
Protein juga merupakan polimer asam amino yang terikat satu sama lain
dengan ikatan peptida berbobot molekul tinggi.

2. JENIS-JENIS PROTEIN

Berdasarkan komponen penyusunannya protein dibagi menjadi dua


yaitu protein sederhana dan protein kompleks.

A. Protein Sederhana

Protein sederhana adalah protein yang apabila dihidrolisa hanya


akan menghasilkan asamasam amino atau derivatnya saja.
Bredasarkan bentuk dan kelarutannya maka protein sederhana
dikelompokkan menjadi dua yaitu protein globular dan protein
fibrosa.

1) Protein Fibrosa (Scleroproteins)

21
22

Protein fibrosa adalah protein yang mempunyai rasio aksial


(perbandingan panjang terhadap lebar) yang mempunyai nilai
lebih besar dari 10. Protein fibrosa mempunyai ciri-ciri antara
lain berbentuk benang atau fibriler, derajat kristalisasinya tinggi
atau hampir tidak membentuk kristal dan tidak larut dalam
pelarut netral atau larutan garam. Disamping itu juga tahan
terhadap sebagian besar ensim. Contoh kolagen pada jaringan
pengikat dan epidermis, serta keratin pada rambut.

2) Protein Globular (Spheroproteins)

Protein globular adalah protein yang mempunyai rasio


aksial kurang dari 10 dan umumnya lebih dari 3-4. Protein ini
berbentuk bola dan ditandai oleh rantai polipeptida yang penuh
lipatan-lipatan dan berbelit. Berdasarkan kelarutannya masih
dikelompokkan lebih lanjut menjadi :

a) Albumin

Albumin bersifat larut dalam air dan larutan garam.


Albumin terkoagulasi oleh panas dan terendapkan oleh
amonium sulfat. Contoh ovalbumin dalam putih telur,
laktalbumin dalam susu, albumin dalam serum darah,
legumetin dalam kacang-kacangan, dan leucosin dalam
gandum.

b) Globulin

Globulin sedikit larut dalam air dan larut dalam


larutan garam (dari asam kuat atau basa kuat). Globulin
terkoagulasi oleh panas. Contoh myosin dalam otot,
laktoglobulin dalam susu, glysin dalam kedele, arachin
dan conarachin dalam kacang tanah, plasma globulin
dalam darah, ovoglobulin dalam kuning telur, dan
legumetin dalam kacang-kacangan.

c) Glutelin

22
23

Glutelin tidak larut dalam pelarut netral tetapi larut


dalam larutan asam atau basa. Contoh glutelin dalam
gandum, dan oryzenin dalam jagung.

d) Prolamin

Prolamin bersifat larut dalam etanol (50-80)%.


Contoh gliadin dalam gandum, zein dalam jagung, dan
hordein dalam barley.

e) Histone

Histone larut dalam air, asam/basa encer, dan larutan


garam, tetapi tidak larut dalam larutan amonia encer.
Contoh histone dalam ikan paus, pankreas, dan globin
dalam darah.

f) Protamin

Protamin larut dalam etanol (70-80)%, tetapi tidak


larut dalam air dan etanol absolut. Protamin bersifat basa
kuat, dengan asam akan membentuk garam kuat. Contoh
salmin dalam salmon, klupein dalam herring, dan cyprinin
dalam karper.

B. Protein Kompleks

Protein kompleks adalah protein apabila dihidrolisa selain


menghasilkan asam-asam amino juga senyawa-senyawa bukan asam
amino. Senyawa bukan asam amino sebagai gugus prostetis, misalnya
lipida, karbohidrat, asam nukleat, dan lain-lain. Pemberian nama
protein sesuai dengan gugus prostetis yang ada dalam protein,
misalnya fosfoprotein, glikoprotein, lipoprotein, dan n ukleoprotein.

Fosfoprotein mempunyai gugus prostetis berupa asam fosfat


yang terkait dengan gugus hidroksil pada serine dan threonine melalui
ikatan ester, misalnya kasein dan vitelin dalam kuning telur.
Glikoprotein dan protein polisakarida mempunyai gugus prostetis
berupa karbohidrat. Glikoprotein mempunyai gugus prostetis berupa
karbohidrat. Glikoprotein mempunyai gugus prostetis oligosakarida,
sedang protein polisakarida mempunyai gugus prostetis rantai

23
24

karbohidrat yang mengandung ratusan residu glikosil. Keduanya


sebagai komponen struktural utama pada hewan, misalnya dalam
jaringan pengikat tendomucin pada tendon, mucin (muco protein)
pada kelenjar mukosa atau kelenjar air liur. Lipoprotein mengandung
gugus prostetis berupa lipida terutama lesitin dan kolesterol, misalnya
lipoprotein dalam serum darah, kuning telur, susu dan sebagainya.
Kromoprotein mengandung gugus prostetis berupa metaloporfirin
seperti klorofil atau hemin dalam hemoglobin, termasuk juga ensim-
ensim peroksidase, katalase, sitikrom dan myoglobin pada otot
daging. Nukleoprotein dengan gugus prostetis asam nukleat yang
berikatan dalam bentuk garam dengan protein.

3. FUNGSI PROTEIN

Protein mempunyai beberapa fungsi yaitu :


1) Membentuk jaringan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
tubuh.
2) Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan
yang rusak atau mati.
3) Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim
pencernaan dan metabolism serta antibody yang diperlukan.
4) Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam tiga komponen yaitu
intraseluler, ekstraseluler/intraseluler dan intravaskuler.

4. SUMBER PROTEIN

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam


jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang.
Sumber protein nabati adalah kacang kedelai seperti tempe dan tahu, serta
kacang-kacangan lain. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati
yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi.

5. ANALISIS KUALITATIF PROTEIN

A. Uji Millon

24
25

Uji milon umumnya digunakan untuk menunjukan adanya asam


amino tirosin pada suatu sampel. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan yang berwarna merah.

B. Uji Biuret

Uji biuret dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida


dari protein. Uji biuret ini positif ditandai dengan ternetuknya
senyawa kompleks yang berwarna ungu (violet) akibat dari reaksi ion
Cu2+ dalam suasana basa dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida
penyusun protein.

Contoh : Penentuan Kadar Protein Pada Susu

1) Ekstraksi Kasein pada Susu


Susu sebanyak 100 mL dimasukkan dalam gelas beker dan
dipanaskan hingga suhunya 40°C. Kemudian, susu hangat
ditambahkan 1 mL asam asetat glasial tetes demi tetes (hingga
pH 4,6) sambil diaduk. Campuran dibiarkan mendingin pada
suhu kamar. Saring endapan yang terbentuk menggunakan
kertas saring. Endapan dicuci dengan 20 mL etanol 95% dan
didekantasi. Endapan dicuci kembali dengan 50 mL campuran
etanol-petroleum eter (1:1) dan didekantasi. Endapan hasil
dekatansi ditambah 50 mL eter dan dekantasi kembali. Endapan
dipindahkan ke gelas arloji dan dikeringkan dalam oven.
Endapan yang terbentuk merupakan kasein.

2) Uji Kualitatif Protein

Kasein sebanyak 1 gram dimasukkan dalam tabung reaksi


dan ditambah 5 mL etanol kemudian diaduk menggunakan
vortex. Setelah itu, ditambah 1 mL NaOH 40% dan diaduk
kembali. Campuran tersebut ditambah 2 tetes CuSO4 0,5% dan
kocok. Amati perubahan yang terjadi.

C. Uji Ninhidrin

Uji Ninhidrin beraksi dengan asam amino bebas dan protein


membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan
melepaskan molekul NH3 dan CO2. Reaksi ini termasuk yang paling
umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil

25
26

hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin


untuk mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya
pelepasan protein oleh cairan tubuh. Nihindrin yang telah bereaksi
akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan.

D. Uji Belerang

Uji ini dapat dilakukan dengan penambahan timbale asetat dan


basa. Reaksi Pb-asetat dengan asam-asam amino tersebut akan
membentuk endapan berwarna kelabu, yaitu garam PbS. Penambahan
NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga
ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat
membentuk PbS. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa
kasein dan sistein mengandung unsur S dalam molekulnya. Hal ini
ditunjukkan oleh perubahan warna pada sistein yang menjadi hitam
bening dan terbentuk endapan hitam serta pada kasein yang berwarna
putih keruh kehitaman yang mengindikasikan adanya timbale sulfida
yang berwarna hitam.

E. Uji Xantoprotein

Uji xantoprotein dilakukan untuk membuktikan adanya inti


benzena dalam protein. Uji ini positif jika membentuk endapan putih
ketika ditambahkan asam nitrat pekat dan berubah menjadi kuning
sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasan basa
akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga.

F. Uji Hopkins Cole


Uji hopkins cole merupakn uji kimia yang digunakan untuk
menunjukkan adanya asam amino triptofan yang ditandai dengan
terbnetuknya cincin berwarna ungu pada sampel.

Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan


dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.
Pereaksi ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam
air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat
dituangkan perlahanlahan sehingga membentuk lapisan di bawah
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada
batas antara kedua lapisan tersebut.

26
27

6. ANALISIS KUANTITATIF PROTEIN

A. Metode Kjedahl

Prinsip dasar dari metode ini yaitu mengukur kadar protein


secara kasar melalui perhitungan banyaknya kandungan N (nitrogen)
yang ada pada produk pangan dan menghitung jumlah Nitrogen bebas
pada bahan pangan kemudian dikonversi menjadi kadar protein
melalui perhitungan Faktor Konversi (FK).

Tahapan dalam metode Kjedahl yaitu :


1) Destruksi
- Protein yang terdapat dalam bahan pangan didestruksi atau
dipecah dengan bantuan asam sulfat dan katalis untuk
menghasilkan Nitrogen bebas
- Penambahan potassium permanganat akan terbentuk reaksi
oksidasi yang sempurna. Pada tahap ini semua total Nitrogen
bebas akan tertangkap dan terkonversi membentuk
Amonium Sulfat

2) Destilasi
Merupakan tahap netralisasi
- Produk hasil destruksi kemudian dibasakan dengan
penambahan larutan basa yaitu NaOH. Pada tahap ini terjadi
perubahan amonium sulfat menjadi gas amonium yang
kemudian ditangkap oleh asam borat berlebih (4%),
membentuk ion amonium dan ion borat
3) Titrasi
- Ion amonium borat yang tidak stabil kemudian dititrasi
dengan menggunakan larutan asam hidroklorida (HCl)
standar. Banyaknya ion amonium borat yang berikatan
dengan asam diasumsikan sebagai kandungan N pada
bahan makanan. Kadar ion hidrogen (dalam mol) yang

27
28

dibutuhkan untuk mencapai titik akhir titrasi setara dengan


kadar nitrogen dalam sampel makanan
- Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan
kadar nitrogen dalam mg sampel menggunakan larutan
HCl dengan normalitas tertentu untuk titrasi.

B. Metode Biuret

Prinsip dasar dari metode ini yaitu mengukur banyaknya ikatan


peptida yang berikatan dengan Cu yang didasarkan pembentukan
warna ungu. Intensitas warna (absorbansi) sebanding dengan
kandungan protein pada bahan makanan.

Prinsip kerja pada percobaan ini yaitu :


1) Sampel Padat
- Diawali dengan penghancuran dan disaring (penambahan
air)
- Disentrifuse
- Endapan (sebagai sampel)

2) Sampel Cair
- Keruh dan jernih
- Sampel keruh harus disaring/ disentrifuse dulu untuk
menghasilkan sampel jernih (tanpa endapan)

C. Metode Lowry

Prinsip dasar dari metode ini yaitu menggabungkan metode


biuret (mereaksikan ion Cu dengan ikatan peptida) dengan reagen

28
29

Folin-Ciacalteu yang kemudian bereaksi dengan residu tyrosin dan


tryptofan yang terkandung dalam protein produk pangan membentuk
warna biru. Metode Lowry tidak umum digunkan dalam analisa
protein pada produk pangan, tetapi digunkana pada reaksi biokimia
protein (protein yang telah dipurifikasi/ isolasi).

1. PENGERTIAN LIPIDA

Lipida atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak


ditemukan dalam sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut
non polar seperti (eter, kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar
atau hidrofolik. Penyusun utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester
gliserol dengan tiga asam lemak yang bisa beragam jenisnya.

Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR’-CH2-COOR‖


dimana R, R’ dan R‖ masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang
panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH dan R‖COOH. Panjang
rantai asam lemak pada trigliserida yang terdapat secara alami dapat
bervariasi, namun panjang yang paling umum adalah 16,18, atau 20 atom
karbon. Penyusun lipida lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam
lemak bebass, lilin (wax), dan juga kelompok lipida sederhana yang
mengandung komponen asam lemak) seperti derivate senyawa
terpenoid/isoprenoid serta derivate steroida. Lipida sering berupa senyawa
kompleks dengan protein (Lipoprotein) atau karbohidrat (Glikolipida). Lipid
merupakan komponen membran plasma, hormon, dan vitamin.

2. JENIS-JENIS LIPIDA

Berdasarkan cara isolasi dan asal mula biogenetik secara garis besar
lipida dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu lipida sederhana,
lipida campuran, dan derivat lipida.

A. Lipida Sederhana

29
30

Lipida sederhana merupakan ester asam lemak dengan berbagai


alkohol, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu lemak atau minyak
dan lilin atau waxes.

1) Lemak Dan Minyak

Lemak dan minyak adalah ester antara asam lemak rantai


panjang (asam mono karboksilat) dengan gliserol. Lemak adalah
lipidan berbentuk padat pada suhu kamar, sedangkan minyak
berbentuk cair pada suhu kamar.

2) Waxes (Lilin Lipida)

Waxes adalah ester antara alkohol monohidrat rantai


panjang atau yang mempunyai berat molekul besar sebagai
pengganti gliserol dengan asam lemak rantai panjang. Waxes
mempunyai titik lebur tinggi. Waxes atau lilin disini berbeda
dengan lilin parafin yang dihasilkan dari minyak bumi.

B. Lipida Campuran

Lipida campuran adalah ester asam lemak dengan asam lemak


yang mengandung gugus tambahan selain alkohol atau lipida
sederhana yang mengikat molekul-molekul bukan lipida.

1) Fosfolipida

Fosfolipida adalah ester asam lemak dan alkohol yang


mengandung asam fosfat sebagai pengganti satu molekul asam
lemak, disamping itu juga mengandung basa nitrogen. Misalnya
asam fosfatidat merupakan gliserida yang disusun oleh satu
mole asam fosfor dan dua mole asam lemak. Contoh lainnya
lesitin atau fosfatidil kholin dan sefalin atau fosfatidil etanol
amin atau fosfatidil etanol serin.

2) Glikolipida

Glikosida merupakan campuran antara asam lemak dengan


karbohidrat. Glikolipida mengandung nitrogen tetapi tidak
mengandung asam fosfat.

30
31

3) Lipoprotein

Lipoprotein merupakan senyawa kompleks dari berbagai


senyawa lipida dengan senyawa protein. Termasuk pula dalam
lipoprotein adalah aminolipida.

3. FUNGSI LIPIDA

1) Sebagai penyusun struktur membran sel.


Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur
aliran material-material.
2) Sebagai cadangan energi, penyimpan makanan, dan transport.
Lipid disimpan sebagai jaringan adipose.
3) Sebagai hormon dan vitamin.
Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin
membantu regulasi proses-proses biologis.
4) Kulit pelindung komponen dinding sel.

4. SUMBER LIPIDA
Lipida di dapatkan dari dua sumber, yaitu sumber nabati dan sumber
hewani. Sumber nabati adalah sumberdari tumbuhan. Sumber hewani
berasal dari hewan.

A. Nabati
1) Buah alpukat
2) Jenis Kacang-kacangan
3) Tumbuhan Laut
4) Mentega
5) Minyak Kelapa

B. Hewani
1) Minyak Ikan
2) Ikan Laut
3) Susu
4) Daging

31
32

5) Telur

5. ANALISIS KUALITATIF LIPIDA

A. Uji Kelarutan Lipida

Untuk menguji kelarutan lipid, langkah yang dilakukan adalah :


1) Siapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
2) Tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1 ml minyak
goreng, kemudian campurkan dengan bahan bahan :
Tabung I : ditambah 1 ml air
Tabung II : ditambah 1 ml bensin
Tabung III : ditambah 1 ml alkohol 96%
Tabung IV : ditambah 1 ml eter
Tabung V : ditambah 1 ml NaOH 1N
3) Aduk bahan-bahan sampai homogen
4) Diamkan beberapa menit, amati serta catat perubahan yang
terjadi

6. ANALISIS KUANTITATIF LIPIDA

A. Angka Asam

Angka asam didefinisikan sebagai jumlah mg KOH yang


diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam
1 g lemak/minyak.

Dasar reaksi dari analisis ini yaitu mengukur asam lemak bebas
hasil hidrolisis gliserida, yang dipengaruhi oleh adanya air, suhu,
enzim lipolitik/proses pengolahan yang kurang baik.

Manfaatnya unutk mengetahui kualitas lemak minyak, dimana


besar angka asam berarti kualitasnya jelek.

Prosedur dari analisis ini yaitu :


1) Timbang 5 g sampel lalu tambahkan 50 mL alcohol netral 95%
2) Refluk selama 10 menit sambil diaduk lalu dinginkan dan
tambahkan PP

32
33

3) Titrasi dengan KOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah jambu


4) Lalu hitung angka asam dan kadar asam lemak bebas dengan
persamaan :

B. Angka Penyabunan

Angka penyabunan adalah banyaknya mg KOH yang diperlukan


untuk penyabunan sempurna 1 g lemak/ minyak. Besarnya bilangan
penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut. Makin
kecil berat molekul, makin besar bilangan penyabunan.

C. Angka Iod

Angka Iod adalah banyaknya gram Iod yg diabsorbsi oleh 100 g


lipid. Manfaat dari analisis ini yaitu untuk mengetahui derajat
ketidakjenuhan asam lemak. Semakin banyak ikatan rangkap, semakin
besar bilangan Iodium.

Dasar reaksi dari analisis ini yaitu reaksi adisi (pemutusan ikatan
rangkap menjadi ikatan kovalen tunggal) , Iod mengadisi ikatan
rangkap dari asam lemak.

33
34

MAKALAH
ANALISIS TERAPAN
ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PANGAN (MIKRO)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK V

TRI WANA A 251 18 007


PUTRI MELENIA KRISTI ROMON A 251 18 027
NUR AMALIA A 251 18 049
SAIFUL A 251 18 098

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

34
35

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“Analisis Bahan Kimia Dalam Bahan Pangan (Mikro)”. Penulisan makalah ini
merupakan suatu usaha untuk memenuhi tugas dari mata kuliah analisis terapan.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palu, 9 April 2021

Tim Penyusun
Kelompok V

35
36

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 LatarBelakang.................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3 Tujuan.............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 6
2.1 Metode Analisis Vitamin................................................................. 6
2.2 Metode Analisis Mineral..................................................................
........................................................................................................11
2.3 Metode Analisis Enzim.................................................................... 14

BAB III PENUTUP...............................................................................................17


3.1 Kesimpulan......................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

36
37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer dari manusia
selainsandang dan papan. Pangan memegang peranan penting dalam
kehidupanmanusia, oleh karena itu dibutuhkan suatu jaminan bahwa pangan
yangdikonsumsi sehari-hari oleh manusia memiliki tingkat keamanan yang
tinggi,sehingga manusia dapat bebas dari serangan penyakit atau bahaya yang
berasaldari makanan. Pemerintah menyadari pentingnya keamanan pangan
yangdikonsumsi oleh manusia sehingga menetapkan Undang-Undang Nomor 18
tahun2012 yang mengatur pangan di Indonesia. Disamping itu terdapat
PeraturanPemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi
pangan,memberikan wewenang kepada Badan POM untuk melakukan
pengawasankeamanan, mutu dan gizi pangan yang beredar.
Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan
tambahan pangan, rekatasa genetika dan iridiasi pangan, kemasan pangan,
jaminan mutu dan pemeriksaan laboratorium, dan pangan tercemar. Selain hal
tersebut, didalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa setiap orang
dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, yang
dapat merugikan atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia. Kasus
keamanan yang banyak dijumpai adalah keracunan pangan, dimana salah satu
sumber pangan yang menyebabkan keracunan adalah makanan jajanan.
Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry
telah semakin maju, hal ini dapat dilihat dengan semakin beragamnya makanan
jajanan yang ditawarkan disetiap sekolah oleh para pedagang makanan jajanan.

37
38

Semakin beragamnya makanan jajanan tersebut, mendorong timbulnya kebiasaan


mengkonsumsi makanan jajanan pada anak sekolah, terutama pada jeda jam
istirahat sekolah. Namun kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan sehat masih
belum banyak dimiliki oleh anak sekolah.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana metode analisis dari vitamin?


2. Bagaimana metode analisis dari mineral?
3. Bagaimana metode analisis dari enzim?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah diatas, didapat tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui metode analisis dari vitamin


2. Mengetahui metode analisis dari mineral
3. Mengetahui metode analisis dari enzim

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode analisis vitamin

Vitamin dapat dibedakan antara yang larut dalam air dan larut dalam
lemak. Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C sedangkan
vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E dan K. Vitamin C atau asam
askorbat adalah vitamin yang mudah larut dalam air dengan rumus molekul
C6H8O6 dengan titik cair 190-192oC, bersifat mudah teroksidasi, tidak tahan
panas dan stabil dalam kondisi asam. Vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-
askorbat dan asam L-dehidroaskorbat; keduanya mempunyai keaktifan sebagai
vitamin C.

38
39

Sumber vitamin C adalah buah-buahan seperti jeruk, jambu biji, mangga,


dan lain-lain. Selain itu juga terdapat pada sayuran terutama yang berdaun hijau.
Pada buah yang segar (tidak di masak) kandungan vitamin C lebih tinggi
dibandingkan dengan buah yang dimasak. Untuk mengetahui kandungan vitamin
C pada bahan pangan dapat dilakukan dengan metode penentuan vitamin C
dengan 2,6 D (Na-dikhlorofenol) dan titrasi iodin.

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk


pertumbuhan normal dan mempertahankan hidup manusia, yang secara alami
tidak mampu mensintesis senyawa – senyawa tersebut. Vitamin ada 2 macam
yaitu larut dalam lemak (A,D,E dan K) serta vitamin yang larut dalam air (B
kompleks dan C) yang masing-masing memiliki peranan penting.

Saat ini banyak sekali produk vitamin yang beredar di pasaran


diantaranya adalah vitamin B1, B2 dan B6. Vitamin B1 mengandung seyawa
thiamin atau dalam bentuk murninya adalah thiamin hidroklorida. Vitamin
tersebut dapat mencegah penyakit beri-beri dan berperan sebagai koenzim.
Vitamin B2 dan B6 pada dasarnya memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda, yakni
berperan penting dalam metabolisme pembentukan energi yang diperlukan sel-sel
otak.

Kesadaran masyarakat akan kebutuhan vitamin semakin meningkat,


sehingga alternative yang digunakan oleh masyarakat selain mengkonsumsi buah
dan sayur, yaitu dengan mengkonsumsi sediaan vitamin, sehingga mengakibatkan
banyaknya produsen farmasi mengembangkan produk-produk yang berhubungan
dengan vitamin, baik dalam bentuk obat-obatan, makanan, maupun minuman
bervitamin. Oleh karena itu, pengawasan merupakan salah satu bentuk upaya
untuk melindungi masyarakat atau konsumen dari informasi label yang tidak
benar, sehingga perlu dikakukannya analisis untuk mengidentifikasi kemurnian
dan stabilitas senyawa dalam suatu formulasi.

39
40

Perkembangan zaman telah menuntut untuk semakin cepat dalam hal


kecepatan analisis. Seiring berjalannya waktu setiap orang, perusahaan, atau
badan penelitian selalu mencari metode yang lebih cepat, tepat, dan efisien untuk
suatu pemeriksaan.

Kromatografi pada awalnya hanya digunakan untuk pemeriksaan


kualitatif, tetapi saat ini kromatografi telah berkembang digunakan untuk analisis
kuantitatif. Seperti analisis menggunakan kromatografi laspis tipis (KLT) yang
pada awalnya hanya untuk kualitatif, Kromatografi memiliki kelebihan yaitu
waktu analisis singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi, dapat menggunakan
kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi,
sedangkan kekurangannya adalah untuk teknik pemisahan secara kromatografi gas
terbatas untuk zat yang mudah menguap.

Pengembangan metode kromatografi dalam menganalisis vitamin B1, B2


dan B6 sudah banyak dilakukan. Pengembangan metode yang sudah pernah
dilakukan yaitu Novi Yantih (2009) melakukan analisis pemisahkan delapan
vitamin larut air secara kromatografi pasangan ion; Ahmet Hasimoglu, dkk,
(2018) melakukan analisis KCKT fase terbalik untuk menentukan vitamin B1, B2,
B3, B6 dan C dalam sedeiaan bubuk oral yang dikonsumsi hewan; Ni Luh Kasih
Ariani , dkk, (2015) melakukan analisis dengan membandingkan analisis KCKT
eluasi gradien dengan isokratik dalam menentukan vitamin B1, B2 dan B6 pada
sediaan sirup multivitamin secara simultan; Syeda Kiran Shahzadi, dkk, (2018)
melakukan analisis vitamin B1, B2, B6 dan asam folat dalam sediaan
multivitamin secara KCKT fase terbalik; dan Devi Velmurugan, dkk, (2018)
melakukan analisis mengembangkan metode KLTKT yang sederhana untuk
estimasi simultan formulasi vitamin larut air B1, B2 dan B6 dalam bentuk sediaan
tablet kombinasi dan memvalidasi metode sesuai pedoman ICH.
Suatu pengembangan metode perlu dilakukan uji validasi, metode baru
yang dihasilkan bisa digunakan jika hasil uji validasi yang dilakukan memenuhi
persyaratan. Parameter yang perlu dilakukan meliputi uji linieritas, uji presisi, uji
akurasi, LOD dan LOQ.

40
41

A. Analisis kualitatif
 KLTKT (kromatografi lapis tipis kinerja tinggi)

Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (KLTKT) merupakan suatu


istrumen pengukur densitas bercak hasil pemisahan yang dilengkapi dengan suatu
perangkat optik, sumber cahaya dan detektor seperti halnya dengan
spektrofotometer (Hayun et al, 2007). Metode Kromatografi Lapis Tipis Kinerja
Tinggi (KLTKT) ini dipilih karena memiliki kemampuan reability,
reproducibility, simplisity, kecepatannya, sangat ekonomis karena hanya
membutuhkan bahan dan pelarut dalam jumlah minim serta waktu analisis yang
cukup cepat. Hal ini melatarbelakangi peneliti tertarik untuk menentukan evaluasi
penggunaan KLTKT densitometri silika gel 60 F254 pada penentuan kadar
vitamin C yang terdapat pada daging buah naga ungu.

Analisis Kualitatif dengan KLTKT terlebih dahulu chamber dijenuhkan


dengan larutan pengelusi dengan cara masukkan kertas saring dengan tinggi dan
lebarnya yang sama dengan bejana kromatografi. Tutup kedap dan biarkan hingga
kertas saring basah seluruhnya. Larutan pengelusi yang digunakan adalah etanol :
asam asetat (9,5 : 0,5). Plat KLTKT yang digunakan plat KLTKT Silika gel 60
F254 (Gandjar & Rohman, 2008).

Larutan vitamin C murni dan larutan ekstrak sampel, (1:1) ditotolkan


dengan pipet mikro 2 µL bersama-sama pada lempeng KLTKT dengan jarak 1,5
sampai 2 cm dari tepi bawah lempeng KLTKT dan jarak rambat, beri tanda pada
jarak rambat. Setelah kering lempeng KLTKT dimasukkan ke dalam chamber
yang berisi cairan pengelusi etanol : asam asetat (9,5 : 0,5). Larutan fase gerak
dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penyerap, totolan jangan sampai
terendam. Tutup bejana diletakkan pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase
gerak merambat sampai batas jarak rambat. Lempeng dikeluarkan dan
dikeringkan di udara, dan bercak diamati dengan lampu UV 254 nm. Diukur dan
dicatat tiap-tiap bercak dari titik penotolan. Tentukan harga Retardation factor
(Rf) dan harga Retardation relative (Rr) (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).

41
42

 KCKT( Kromatografi cair kinerja tinggi)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan teknik pemisahan yang
luas digunakan untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel baik di bidang farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri
makanan (Gandjar, 2012). KCKT adalah suatu teknik pemisahan dengan
menggunakan padatan sebagai fase diam (stationary phase) dan cairan sebagai
fase gerak (mobile phase)

(USP XXX).

KCKT umumnya digunakan untuk pemisahan sejumlah senyawa organik,


anorganik, maupun senyawa biologis; analisis ketidakmurnian (impurities);
analisis senyawa tidak menguap (non-volatil); penentuan molekul netral, ionik,
maupun zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa dengan
struktur hampir sama; pemisahan senyawa dalam jumlah sekelumit (trace
elements), dalam jumlah banyak, dan dalam skala industri. Metode KCKT tidak
bersifat destruktif sehingga cocok untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif
(Gandjar, 2012).

Contoh penggunaan KCKT yaitu Penetapan Kadar INH dan Vit B6 dalam
Sediaan Sirup. Sampel sirup dipipet 1 mL setara dengan 20 mg INH dan 2 mg vit
B6. Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, dilarutkan dengan fase gerak
sampai tanda. Kemudian larutan disonikasi selama 10 menit. Larutan sampel INH
dan vit B6 disaring dengan nylon 0,45µm dengan bantuan pompa vakum
kemudian diinjeksikan sebanyak 20 µL ke sistem KCKT dan di deteksi pada
panjang gelombang 280 nm dengan laju alir 1,2 mL/menit kemudian dihitung
kadarnya. Larutan dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda. Larutan disonikasi selama 2
menit dan disaring dengan membrannylon, kemudian diinjeksikan sebanyak 20
µL ke sistem KCKT dan dideteksi pada panjang gelombang 280 nm dengan laju
alir 1,2 mL/menit. Kemudian dihitung kadarnya. Kadar INH dan vit B6 dalam

42
43

sampel dapat dihitung degan mensubtitusikan luas area sampel pada Y dari
persamaan regresi : Y=bx+a. Penetapan kadar dilakukan replikasi 6 kali.
Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sampel B

 KPI (kromatografi pasangan ion)

Vitamin larut air memiliki karakteristik beragam, yaitu ada yang bersifat
asam, basa, dan netral, sehingga dalam larutan akan terdapat dalam bentuk
molekul yang netral atau ionik. Asam askorbat bersifat asam dan dalam larutan
basa akan terionisasi, sementara itu tiamin hidroklorida, nikotinamida,
sianokobalamin, dan piridoksin hidroklorida terionisasi dalam asam dengan
karakteristik yang berbeda. Pada sistem, senyawa ionik akan membentuk
pasangan ion dengan pereaksi pasangan ion dan akan terpartisi di antara fase
gerak dan fase diam sebagai spesi netral. Bila tidak ada pereaksi pasangan ion,
senyawa ionik tidak diretensi oleh kolom fase balik dan akan ter-elusi secara
spontan atau kromatogramnya akan membentuk ekor.
Pemisahan dalam KPI sangat dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi
pereaksi pasangan ion yang digunakan. Pasangan ion golongan asam
alkilsulfonat (−SO3(CH2)nCH3) dengan n antara 4−7 dapat membentukpasangan
ion dengan basa kuat dan lemah Larutan natrium heksansulfonat dipilih sebagai
pereaksi pasangan ion karena selain dapat membentuk pasangan ion dengan
kation kuarterner tiamin, nikotinamida, dan piridoksin dalam larutan asam juga
diharapkan memberikan waktu retensi yang tidak terlalu besar(4,5). Tujuh vitamin
larut air (asam askorbat, tiamin hidroklorida, riboflavin, nikotinamida, piridoksin
hidroklorida, asam folat, dan menadion natrium bisulfit) telah berhasil dipisahkan
menggunakan kolom fase balik C8dengan fase gerak metanol-air (24,5:75,5)

B. Analisis Kuantitatif
Beberapa metode yang cocok digunakan untuk analisa kuantitatif vitamin A
adalah dengan menggunakan metode spektrofotometri UV- Vis, metode
kolorimetri dan metode Kromatografi. Untuk penelitian ini peneliti menggunakan
metode Spektrofotometri UV- Vis. Vitamin A dapat di analisa kuantitatif dengan

43
44

metode spektrofotometri UV-Vis karena mempunyai absorbansi maksimal pada


panjang gelombang antara 325 nm sampai 328 nm dalam berbagi pelarut. Cara
penetapan harus dilakukan secepat mungkin dan terlindung dari cahaya (Sudjadi
dan Rohman, 2008).
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian kali ini adalah Vitamin A yang
beredar di wilayah kabupaten kendal, kloroform dan bahan atau cairan lain yang
diperlukan. Alat- alat yang digunakan adalah Peralatan yang digunakan dalam
penelitian kali ini adalah Spektrofotometer ultraviolet visibel (Cary 60),
Komputer, cuvet (quartz cell), labu takar 50 ml dan 100 ml (Pyrex), pipet volum,
5, 10, 25 ml (Pyrex), pipet mikro, timbangan elektrik (Pioneer), beaker glass 100,
250, 500 ml (Pyrex), mortir, stamper dan peralatan lain yang digunakan. Jenis
penelitian yang digunakan untuk penyusunan dan penulisan Karya Tulisi Ilmiah
ini adalah analisa kuantitatif tablet retinol (vitamin A) yang beredar di wilayah
kabupaten Kendal secara spektrofotometri UV-Vis.
Uji kuantitatif vitamin C dilakukan dengan penetapan kadar secara
spektorofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 570 nm dengan
menggunakan ammonium molibdat sebagai senyawa yang mampu memberikan
warna pada vitamin C sehingga absorbannya dapat terukur di daerah visible. Pada
uji ini, digunakan vitamin C baku sebagai pembanding dan ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera Lam.) sebagai sampel uji, dimana untuk pembanding dibuat 7
seri konsentrasi (20, 30, 40, 50, 60, 70 dan 80 ppm). Masing-masing konsentrasi
ditambahkan 4 mL asam sulfat 5%. Penambahan asam sulfat bertujuan untuk
memberikan suasana asam pada saat reaksi pembentukan warna, lalu dicukupkan
volumenya dengan ammonium molibdat 5% sampai batas tanda. Kemudian
diinkubasi selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar selama masa inkubasi, terjadi
reaksi yang sempurna antara vitamin C dan ammonium molibdat. Setelah itu
dilakukan pengukuran dengan spektofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
570 nm diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,0949x + 0,1621 dengan
nilai koefisien determinasi 0,9905.
Uji kuantitatif β-karoten dilakukan dengan penetapan kadar secara
spektorofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 450 nm. Pada uji ini,

44
45

digunakan β-karoten baku sebagai pembanding dan ekstrak daun kelor (Moringa
oleifera Lam.) sebagai sampel uji, dimana untuk pembanding dibuat 5 seri
konsentrasi (25, 30, 35, 40, 45 dan 50 ppm). Masing-masing konsentrasi
dilakukan pengukuran dengan spektofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
450 nm. Diperoleh persamaan regresi linier yaitu y = 0,0901x + 0,1908 dengan
nilai koefisien determinasi 0,9939.

Setelah itu dilakukan pengukuran β-karoten, ditimbang 10,0 mg ekstrak


daun kelor (Moringa oleifera Lam.), kemudian dilarutkan dengan eter dalam labu
ukur 10 mL (1000 ppm). Dari konsentrasi 1000 ppm, diencerkan sampai 100 ppm
dengan cara dipipet 1 ml, lalu dimasukkan dalam labu ukur 10 mL, lalu
dicukupkan volumenya sampai batas tanda dengan eter (dilakukan replikasi 3
kali).Diukur serapannya pada panjang gelombang 450 nm dan diperoleh kadar
rata-rata β-karoten yaitu 3,31mg/g.

2.2 Metode analisis Mineral

Mineral dalam tubuh manusia mempunyai peranan penting guna pemeliharaan


fungsi tubuh secara keseluruhan, baik tingkat sel, jaringan, maupun organ
(Almatsier, 2004). Salah satu makromineral yang memiliki peran penting dalam
pertumbuhan tubuh manusia adalah kalsium yaitu untuk memperkuat gigi dan
menjaga pertumbuhan tulang guna mencegah resiko osteoporosis (Sciarappa,
2004). Selain kalsium, magnesium juga merupakan mineral yang bermanfaat bagi
tubuh karena terlibat dalam lebih 300 reaksi metabolik esensial yang diperlukan
untuk metabolisme energi, sintesis protein, penggunaan glukosa, kontraksi otot,
sintesis dan pemecahan asam lemak, terlibat dalam hampir seluruh reaksi
hormonal, serta menjaga keseimbangan ionik seluler (Gums, 2004). Oleh karena
itu, kebutuhan kalsium dan magnesium dalam tubuh harus dijaga
keseimbangannya agar tidak menimbulkan beberapa permasalahan kesehatan.
Kekurangan kalsium (hipokalsemia) saat masa pertumbuhan
dapatmenimbulkan gangguan pertumbuhan seperti tulang rapuh, kurang kuat,
danmudah bengkok, sedangkan kelebihan kalsium dalam tubuh
(hiperkalsemia)dapat menyebabkan gangguan ginjal atau batu ginjal, konstipasi

45
46

atau susahbuang air besar, dan sering menyebabkan gejala kelainan fungsi otak
sepertigangguan emosi, kebingungan, halusinasi, dan delirium
(penurunankesadaran) (Almatsier, 2004). Selain itu, defisiensi magnesium dapat
mengakibatkan terjadinya kontraktilitas dan berkurangnya relaksas pembuluh
darah sebagai respon terhadap unsur neurohormonal (prostaglandin dan amina
beta adrenergik). Jika kadar magnesium ekstraseluler rendah maka akan
meningkatkan influks kalsium dan terjadi peningkatan kontraktilitas pada otot
polos (Lestari, 2010).
Sumber kalsium dan magnesium dalam bahan pangan yang umum dikonsumsi
oleh masyarakat salah satunya adalah kacang kedelai (Suhaeni, 2007). Kedelai
(Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu jenis kacangkacangan yang
dimanfaatkan sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.
Tanaman kedelai mudah dibudidayakan baik di lahan sawah, lahan kering,
maupun ladang. Mineral yang terkandung dalam kacang kedelai diantaranya
fosfor, besi, kalsium, dan magnesium (Suprapti, 2003). Kandungan gizi kalsium
dalam kacang kedelai cukup tinggi yaitu sebesar 227 mg/100 g bahan (Suprapti,
2003), sedangkan kandungan magnesium dalam kacang kedelai menurut Aparicio
et al. (2008) yaitu sebesar 280 mg/100 g bahan. Oleh karena itu, diperlukan
metode penetapan kadar kalsium dan
magnesium pada kacang kedelai agar asupan kedua mineral tersebut dapat
terpenuhi sesuai kebutuhan.
A. Analisis Kualitatif
Beberapa metode analisis telah dikembangkan untuk menetapkan kadar
kalsium dan magnesium pada sampel yang bervariasi. Metode yang dapat
digunakan untuk analisis kalsium dan magnesium dalam kacang kedelai antara
lain dengan titrasi kompleksometri, gravimetri, dan spektroskopi serapan atom.
Titrasi kompleksometri yaitu metode titrasi berdasarkan pembentukan kompleks
antara kation dan zat pembentuk kompleks. Untuk kalsium dapat menggunakan
indikator Na-EDTA dan kalkon, sedangkan untuk magnesium dapat
menggunakan indikator EBT (Erichrome Black-T). Metode titrasi tersebut kurang
efektif karena membutuhkan waktu yang lama, kurang sensitif, dan kurang

46
47

spesifik dalam pelaksanaannya (Mirna, 2009; Miefthawati dan Gusrina, 2013;


Toledo, 2009). Metode lain yang digunakan adalah metode spektroskopi serapan
atom menggunakan ICP-AES (Inductively Coupled Plasma-Atomic Emmision
Spectroscopy) (Bakken,
2010). Peralatan tersebut relatif mahal dan sedikit dimiliki oleh laboratorium
pengujian di Indonesia, sehingga tidak bisa diaplikasikan bila harus melakukan
analisis yang rutin dan berulang.
Untuk mengatasi kekurangan di atas, maka diperlukan penelitian tentang
pengembangan metode analisis penetapan kadar kalsium dan magnesium secara
simultan dalam kacang kedelai (Glycine max (L.) Merill). Metode yang dapat
digunakan adalah metode spektrofotometri UV-Vis derivatif karena mempunyai
beberapa keuntungan, yaitu relatif lebih sederhana, alat dan biaya operasional
yang lebih murah, dan waktu analisisnya lebih cepat. Serta dapat memberikan
hasil dengan akurasi dan presisi yang baik (Hayun et al., 2006). Kelebihan utama
dari metode
spektrofotometri derivatif yaitu kemampuannya dalam meningkatkan pemisahan
pita serapan dari spektrum yang tumpang tindih, mendeteksi dan menentukan
panjang gelombang yang dapat memisahkan senyawa sasaran dari spektrum yang
kompleks, dan mengurangi gangguan yang disebabkan penghamburan dan
serapan senyawa lain (Popovic et al., 2000). Oleh karena itu, diperlukan
penelitian mengenai validasi metode spektrofotometri UV-Vis derivatif sebagai
metode penetapan kadar kalsium dan magnesium secara simultan dalam kacang
kedelai. Dengan parameter validasi yakni selektif, linear, akurat, presisi, dan
sensitif.

B. Analisis kuantitatif
Uji kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri serapan atom. Metode
spektrofotometri serapan atom memiliki beberapa keuntungan antara lain
pelaksanaannya relatif cepat, kecepatan analisisnya tidak memerlukan pemisahan
pendahuluan dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang sangat
rendah (Khopkar, 2003, Rohman, 2007, Christian, 1996).

47
48

a. Pembuatan Linieritas Kurva Kalibrasi


Larutan standard kalium (1000 mcg/ml), larutan standard natrium
(1000 mcg/ml), larutan standard kalsium (1000 mcg/ml), larutan
standard magnesium (1000 mcg/ml) dipipet masing-masing sebanyak 10
ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga
garis tanda dengan akuabides diperoleh konsentrasi 100 mcg/ml.
Masing- masing larutan baku (100 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian dicukupkan sampai
garis tanda dengan akuabides diperoleh konsentrasi 10 mcg/ml.
Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 5;
10; 20; 30 dan 40 ml dari larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis
tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan
4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 769,9 nm dengan tipe
nyala udara-asetilen.
Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet 2; 4;
6; 12 dan 14 ml dari larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis
tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,2; 0,4; 0,6; 1,2 dan
1,4 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 589,6 nm dengan tipe
nyala udara-asetilen.
Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet 5;
10; 20; 30 dan 40 ml larutan baku 10 mcg/ml, masing-masing
dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis
tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan
4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe
nyala udara-asetilen. Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat
dengan memipet 5; 10; 20; 30 dan 40 ml larutan baku 10 mcg/ml,
masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan

48
49

dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini


mengandung 0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0 mcg/ml) dan diukur pada panjang
gelombang 202,6 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.
b. Analisis logam dalam sampel
Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam K, yang
telah dilarutkan dipipet sebanyak 1 ml lalu di encerkan dengan
akuabides sampai 500 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang
769,9 nm
Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Na, yang
telah dilarutkan dipipet sebanyak 10 ml lalu di encerkan dengan
akuabides sampai 100 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang
589,6 nm.
Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Ca, yang
telah dilarutkan dipipet sebanyak 1 ml lalu di encerkan dengan
akuabides sampai 250 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang
422,7 nm.
Larutan sampel hasil destruksi yang mengandung logam Mg, yang
telah dilarutan dipipet sebanyak 2 ml lalu diencerkan dengan akuabides
sampai 100 ml. Kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 202,6 nm.
Analisis data secara statistik Kadar kalium, natrium, kalsium, besi dan
magnesium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel
dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus (Sudjana, 2005):
(Xi−X ) 2
SD =√
n−1
Keterangan : Xi = Kadar sampel
X = Kadar rata-rata sampel
n = jumlah perulangan

49
50

SD = Standar Deviasi
Untuk mencari thitung digunakan rumus:
x−x
thitung =
SD / √ n
dan untuk menentukan kadar logam di dalam sampel dengan interval kepercayaan
95%,
α = 0.05, dk = n-1, dapat digunakan rumus:
Kadar Logam : µ = X ± (t(α/2, dk) x SD / √n )

2.3 Metode analisis Enzim


Penggunaan enzim dalam industri pangan dilakukan karena enzim merupakan
alat ideal untuk memanipulasi bahan-bahan biologis. Beberapa keuntungan
penggunaan enzim dalam pengolahan pangan adalah aman terhadap kesehatan
karena bahan alami, mengkatalisis reaksi yang sangat spesifik tanpa efek samping,
aktif pada konsentrasi yang rendah, dapat diinaktivasi, dan dapat digunakan
sebagai indikator kesesuaian proses pengolahan. Walaupun demikian,dari ribuan
enzim yang ditemukan ahli biokimia, hanya sebagian kecil enzimdapat
dimanfaatkan dalam industri pangan. Hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian
kondisi reaksi enzim, ketidakstabilan enzim selama pengolahan,atau karena biaya
yang terlalu mahal untuk menggunakan enzim dalam pengolahan pangan.
Salah satu pertimbangan enzim dalam industri pangan, adalah pemanfaatan
enzim tersebut dapat memberikan keuntungan secara komersial. Enzim
bermanfaat pada konversi bahan baku menjadi bahan yang lebih mudahdiolah.
Selain untuk pengolahan yang lebih efisien dan aman, enzim dalam industri
pangan dapat dimanfaatkan untuk mendesain produk pangan yang lebih mudah
dicerna saat dikonsumsi. Degradasi makromolekul menjadi senyawa yang lebih
sederhana dan mudah diserap di dalam saluran pencernaan sangat diperlukan oleh
orang yang bermasalah dengan produksi enzim-enzim pencernaan.
Keterlibatan enzim dalam pengolahan pangan tidak semua menguntungkan.
Enzim yang merugikan dapat menyebabkan kerusakan pangan seperti
pembusukan, perubahan flavor, warna, tekstur dan kandungan gizi pangan. Dalam

50
51

pengolahan pangan, inaktivasi enzim yang tidak menguntungkan tersebut perlu


dilakukan. Namun beberapa enzim alami pada makanan apabila dikonsumsi segar
dapat membantu kerja pencernaan dan kerja pankreas. Bahan pangan yang melalui
pemasakan (pemanasan) akan menginaktifkan enzim-enzim alami pada makanan
segar. Konsumsi makanan yang dimasak dalam waktu lama, akan menyebabkan
kekurangan enzim secara kronis (chronic enzyme deficiency) yang memberi
kecenderungan pada penyakit kanker.

Tes enzim adalah metode laboratorium untuk mengukur aktivitas enzimatik .


Mereka sangat penting untuk mempelajari kinetika enzim dan penghambatan
enzim .

Semua pengujian enzim mengukur konsumsi substrat atau produksi produk dari
waktu ke waktu. Ada banyak metode berbeda untuk mengukur konsentrasi
substrat dan produk, dan banyak enzim dapat diuji dengan beberapa cara berbeda.
Ahli biokimia biasanya mempelajari reaksi yang dikatalisis oleh enzim
menggunakan empat jenis eksperimen:

A. Analisis kualitatif
 Eksperimen tingkat awal .

Ketika enzim bercampur dengan substrat yang berlebihan, perantara


enzim-substrat menumpuk dalam transien awal yang cepat. Kemudian
reaksi mencapai kinetika kondisi-mapan di mana zat antara substrat
enzim tetap kira-kira konstan dari waktu ke waktu dan laju reaksi
berubah relatif lambat. Tarif diukur untuk waktu yang singkat setelah
pencapaian kondisi kuasi-mapan, biasanya dengan memantau
akumulasi produk dengan waktu. Karena pengukuran dilakukan untuk
waktu yang sangat singkat dan karena kelebihan substrat yang besar,
perkiraan bahwa jumlah substrat bebas kira-kira sama dengan jumlah
substrat awal yang dapat dibuat. Percobaan laju awal adalah yang
paling sederhana untuk dilakukan dan dianalisis, karena relatif bebas

51
52

dari komplikasi seperti reaksi balik dan degradasi enzim. Oleh karena
itu sejauh ini merupakan jenis percobaan yang paling umum digunakan
dalam kinetika enzim.

 Eksperimen kurva kemajuan

Dalam percobaan ini, parameter kinetik ditentukan dari ekspresi


konsentrasi spesies sebagai fungsi waktu. Konsentrasi substrat atau produk
dicatat dalam waktu setelah transien cepat awal dan untuk periode yang
cukup lama untuk memungkinkan reaksi mendekati kesetimbangan.
Percobaan kurva kemajuan banyak digunakan pada periode awal kinetika
enzim, tetapi sekarang kurang umum.

 Eksperimen kinetika transien

Dalam eksperimen ini, perilaku reaksi dilacak selama transien cepat awal
saat perantara mencapai periode kinetika kondisi-mapan. Eksperimen ini
lebih sulit dilakukan daripada salah satu dari dua kelas di atas karena
eksperimen tersebut memerlukan teknik khusus (seperti fotolisis flash
senyawa sangkar) atau pencampuran cepat (seperti aliran terhenti , aliran
yang dipadamkan, atau aliran kontinu).

 Eksperimen relaksasi

Dalam percobaan ini, keseimbangan campuran enzim, substrat dan produk


terganggu, misalnya oleh suhu , tekanan atau lompatan pH, dan
kembalinya kesetimbangan dimonitor. Analisis eksperimen ini
membutuhkan pertimbangan reaksi yang sepenuhnya dapat dibalik. Selain
itu, eksperimen relaksasi relatif tidak sensitif terhadap detail mekanistik
dan oleh karena itu biasanya tidak digunakan untuk identifikasi
mekanisme, meskipun eksperimen tersebut dapat dilakukan dalam kondisi
yang sesuai.

Pengujian enzim dapat dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan metode
pengambilan sampelnya: pengujian kontinu , di mana pengujian tersebut

52
53

memberikan pembacaan aktivitas secara terus menerus, dan pengujian terputus –


putus , di mana sampel diambil, reaksi dihentikan dan kemudian konsentrasi
substrat / produk ditentukan.

B. Analisis kuantitatif

Protease adalah enzim yang dapat menghidrolisis protein menjadi senyawa-


senyawa yang lebih sederhana seperti peptida kecil dan asam amino. Enzim
protease merupakan enzim penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena
aplikasi-nya yangsangat luas. Contoh industri pengguna enzim protease antara
lain industri deterjen, kulit, tekstil, makanan, pengolahan susu, farmasi, bir dan
limbah (Chu, 2006). Dimana metode yang digunakan pada analisis kuantitatif
enzim yaitu Spektrofotometer UV-Mini.

a. Uji kuantitatif aktivitas proteolitik


Produksi protease dilakukan dengan metode Cappucino dan
Sherman (1983) yang dimodifikasi dengan menginokulasikan isolat
bakteri PrTK 02 sebanyak 1 ose ke dalam 30 ml media produksi (2% susu
skim dan 0.5% pepton) dengan pH 7 dan diinkubasi pada suhu 37°C
selama 2 hari di atas pengocok (shaker) inkubator dengan kecepatan 120
rpm. Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 10.160 xg pada suhu 4°C
selama 5 menit. Supernatan yang dihasilkan dianggap sebagai ekstrak
kasar enzim protease.
Pengujian aktivitas proteolitik secara kuantitatif dilakukan dengan
metode yang dijelaskan oleh Leewit dan Pornsuksawang (1988) dengan
modifikasi. Sebanyak 1 ml ekstrak kasar enzim protease dicampur 2 ml
larutan kasein 0.5% dengan 0.5 ml larutan buffer fosfat pH 7 lalu
didiamkan selama 10 menit pada suhu 37°C. Reaksi dihentikan dengan
menambahkan 2.5 ml TCA 5% lalu diinkubasi selama 30 menit pada suhu
ruang. Larutan disentrifugasi 4000 rpm selama 20 menit. Diambil 1 ml
filtrat dan diencerkan sampai 5 ml. Hasil pengenceran diukur
absorbansinya dengan UV pada panjang gelombang 275 nm.
b. Penentuan waktu optimum produksi protease

53
54

Bakteri PrTK 02 diinokulasi sebanyak 1 ose pada media Nutrient Broth


(NB). Prekultur dilakukan pada suhu 37°C selama 48 jam dengan
kecepatan agitasi 120 rpm. Media NB diambil 10% dari jumlah media
kemudian ditambah pada media Skim Milk Broth (SMB) dengan
komposisi susu skim 2% dan pepton 0.5% sebagai untuk memproduksi
protease 82 (Soeka dan Sulistiani, 2014). Ekstraksi enzim protease
dilakukan dengan cara sentrifugasi media pertumbuhan bakteri dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit pada suhu 4°C. Sel akan mengendap
oleh adanya gaya gravitasi sedangkan enzim tetap terdapat di dalam
supernatan. Supernatan sebagai sampel diuji aktivitas protease dan kadar
proteinnya (Baehaki at al., 2011).
c. Pengujian aktivitas protease
Pengukuran aktivitas protease dilakukan menggunakan metode Enggel et
al (2004). Sebanyak 0.1 ml larutan ekstrak kasar enzim protease
ditambahkan dengan 0.1 ml larutan 0.05 M buffer fosfat pH 7,
dipreinkubasi selama 5 menit pada suhu 37°C. Selanjutnya ditambahkan
0.1 ml substrat (2% kasein dalam 0.05 M buffer fosfat pH 7), diinkubasi
selama 10 menit pada suhu 37°C. Reaksi dihentikan dengan menambahkan
0.2 ml asam trikloroasetat (TCA) 0.4 M dan disentrifus. Sebanyak 0.2 ml
filtrat hasil sentrifus ditambahkan dengan 1 ml natrium karbonat 0,5 M,
dipreinkubasi selama 10 menit dan kemudian ditambahkan 1 ml reagen
ninhidrin dan didiamkan selama 30 menit. Absorbansi diukur
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 578 nm.
Aktivitas proteolitik enzim dihitung dengan rumus :
[ tirosin ] × V
Aktivitas protease =
( p × q ) × FP
Keterangan : [tirosin] : konsentrasi tirosin yang terbentuk
V : volume total sampel pada tiap tabung (ml)
p : jumlah enzim (ml)
q : waktu inkubasi (menit)
Fp : faktor pengenceran

54
55

d. Pengukuran kadar protein


Kadar protein ditentukan dengan metode biuret yang dimodifikasi.
Pengukuran kadar protein menggunakan Bovine Serum Albumine (BSA)
sebagai standar protein. konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan
standar protein yaitu 0-1000 mg/L. Selanjutnya memipet larutan sampel
dalam tiap tabung sebanyak 0.1 ml dan diencerkan kedalam 10 ml
akuades. Hasil pengenceran diambil 1 ml dan ditambahkan 1 ml reagen
biuret serta dihomogenkan. Diamkan selama 10 menit dan sampel diukur
pada panjang gelombang 480 nm. konsentrasi protein ditentukan dengan
menggunakan kurva standar (Yuliani, 2018).
e. Penentuan aktivitas spesifik protease
Aktivitas spesifik enzim diperoleh menggunakan rumus :
aktifitas protase U /ml
Aktivitas spesifik ((Unit/mg protein) (Ramadhani at
kadar protein gr /ml
al., 2015)

55
56

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer dari manusia selain sandang
dan papan. Pangan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, oleh
karena itu dibutuhkan suatu jaminan bahwa pangan yang dikonsumsi sehari-hari
oleh manusia memiliki tingkat keamanan yang tinggi, sehingga manusia dapat
bebas dari serangan penyakit atau bahaya yang berasal dari makanan.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang dibuat ini, penulis berharap agar makalah ini dapat
dijadikan acuan dalam belajar dan penulis selaku penyusun menyadari bahwa
makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
agar pembuatan makalah berikutnya yang hampir sama dengan ini diharapkan
lebih baik.

MAKALAHANALISIS TERAPAM
“ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM BAHAN PERTANIAN
KHUSUSNYA PESTISIDA”

56
57

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

ENDANG SRI RAHAYU A 251 18 051

EVI REZKI AMELIA A 251 18 011

FINA ALFIONITA A 251 18 077

AINUN A 251 18 030

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

57
58

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

RANGKUMAN MATERI.................................................................................... 1
1.1 Pengertian Pestisida ....................................................................................... 1
2.1 Jenis-jenis Pestisida ....................................................................................... 2
3.1 Kandungan atau Senyawa Kimia yang Terkandung dalam Pestisida............ 4
4.1 Manfaat Penggunaan Pestisida ...................................................................... 6
5.1 Kerugian Penggunaan Pestisida..................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA …....................................................................................... 9

58
59

RANGKUMAN MATERI

1.1 Pengertian Pestisida


Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest
berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud dengan hama bagi
petani sangat luas yaitu: tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,nematoda (cacing
yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan.
Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 Pengertian pestisida
adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagia-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
5. Memberantas dan mencegah hama-hama air.
6. Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas
atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada
tanaman, tanah dan air.
Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering
disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk
membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain.
mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada
tanaman, tanah dan air.

59
60

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan,


pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan
pembuangan/pemusnahan pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi,
pestisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam
pengendalian pestisida sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat
fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme pengganggu tanaman.

2.1 Jenis-jenis Pestisida


Pestisida oleh para ahli dikelompokan untuk mempermudah
pengenalanya. Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran,
bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa,
dan asal bahan aktifnya.
2.1.1 Ditinjau dari Jenis Sasaran
Ditinjau dari jenis organisme  yang menjadi sasaran penggunaan
pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa
mematikan semua jenis serangga atau pestisida yang digunakan
untuk memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak, kutu busuk,
rayap, semut, belalang, wereng, ulat, dan sebagainya. Contoh
insektisida antara lain diazinon, tiodan, basmion, basudin, propoksur,
diklorovinil dimetil fosfat, timbel arsenat, dan magnesium
fluorosilikat.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah
fungsi/cendawan atau pestisida yang digunakan untuk memberantas
jamur (fungi). Contoh fungisida adalah timbel (I) oksida,
carbendazim, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat.
3. Bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun
yang bisa membunuh bakteri.
4. Nematisida adalah pestisida untuk memberantas hama cacing.
Nematisida digunakan untuk mengendalikan nematoda. Hama ini

60
61

sering merusak akar atau umbi tanaman. Contoh nematisida adalah


oksamil dan natrium metam.
5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa
kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-
laba.
6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang
pengerat atau pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang
pengerat, misalnya tikus. Contoh rodentisida adalah warangan
(senyawa arsen) dan thalium sulfat.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu:
siput,bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.
8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma atau pestisida
yang digunakan untuk mencegah dan mematikan gulma atau
tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan
alang-alang. Alang-alang dapat dikatakan sebagai hama tanaman
karena alang-alang menyerap semua zat makanan yang ada dalam
tanah. Contoh herbisida antara lain gramoxone, totacol, pentakloro
fenol, dan amonium sulfonat.
9. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk
merusak telur. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti
kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
2.1.2 Ditinjau dari Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida
1. Racun Kontak, Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam
tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan
ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.
2. Racun Pernafasan (Fumigan), Pestisida jenis ini dapat membunuh
serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.
3. Racun Lambung, Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran
jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya

61
62

4. Racun Sistemik, Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh


insektisida, fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah
disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke
dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat
membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti
jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati
setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah
disemprot.
5. Racun Metabolisme, Pestisida ini membunuh serangga dengan
mengintervensi proses metabolismenya.
6. Racun Protoplasma, Ini akan mengganggu fungsi sel karena
protoplasma sel menjadi rusak.
2.1.3 Ditinjau dari Bentuk Fisiknya Pestisida
1. Cair.
2. Padat
3. Aerosol
2.1.4 Ditinjau dari Asal Bahan Aktif
1. Sintetik Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida,
tembaga sulfat dan garam merkuri
2. Organik Organo khlorin: DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
3. Heterosiklik: Kepone, mirexOrganofosfat: klorpirifos, prefonofos,
dll.
4. Karbamat: karbofuran, SPMC, dll. Dinitrofenol: Dinex, dll.

3.1 Kandungan atau Senyawa Kimia yang Terkandung dalam Pestisida


3.1.1 Organifosfat
Organofosfat adalah zat kimia sintesis yang terkandung pada
pestisida untuk membunuh hama (serangga, jamur atau gulma).
Organofosfat juga digunakan dalam produk rumah tangga seperti
pembasmi nyamuk, kecoa, dan hewan penggangu lainnya. Organofosfat
berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan organofosfat

62
63

merupakan golongan insektisida yang cukup besar, menggantikan


kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:
a. Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap chorinatet
hydrocarbon
b. Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka
waktu yang lama
c. Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme
d. Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika
dibandingkan dengan organoklorine
e. Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym cholinesterase.
3.1.2 Karbamat
Karbamat merupakan senyawa organik, turunan dari asam
karbamat (NH2COOH). Grup karbamat terdiri atas ester karbamat
(seperti etil karbamat) dan asam karbamat sebagai grup fungsional yang
menghubungkan antara struktur yang berhubungan. Penggunaan
karbamat dalan insektisida lebih tidak beracun dibandingkan dengan
penggunaan organofosfat. Karbamat umumnya digunakan untuk
mengendalikan hama padi seperti penggerek batang, wereng batang
coklat, wereng batang hijau dan hama lundi pada padi gogo.
3.1.3 Beta Siflutrin
Beta siflutrin adalah salah satu jenis insektisida piretroid sintetik
yang merupakan satu sterieoisomer dari siflutrin. Beta siflutrin dan
siflutrin mempunyai sifat toksik yang sama, perbedaanya hanyalah
keakutan toksiknya, dimana beta siflutrin lebih akut 2 sampai 5 kali
siflutrin. Beta siflutrin berupa bubuk kristal tidak berwarna yang
kelarutannya dalam air sangat rendah tetapi relatif mudah larut dalam
beberapa jenis pelarut organik.
Beta siflutrin adalah insektisida piretroid sintetik yang baik untuk
racun kontak (mempunyai daya bunuh setelah tubuh hama terkena) dan
racun lambung (mempunyai daya bunuh setelah hama memakan
tanaman yang terkena pestisida). Beta siflutrin sangat toksik terhadap

63
64

organisme perairan dan berbahaya bagi lebah tapu toksitasnya rendah


terhadap burung, mamalia, cacing tanah.

4.1 Manfaat Penggunaan Pestisida


Pestisida adalah salah satu jenis bahan cair yang diberikan pada
tanaman untuk mendukung pertumbuhannya. Berbagai masalah seringkali
dialami oleh banyak orang saat berkebun seperti munculnya hama yang tentu
saja dapat mengganggu.Terdapat banyak hama di sekitar tanaman yang
seringkali mengintai yakni berupa ulat, kutu, serangga, hingga burung. Nah,
untuk mengatasi hal tersebut biasanya digunakanlah pestisida.
Pestisida digunakan untuk mengendalikan keberadaan hama yang
diyakini membahayakan. Misal nyamuk yang dapat membawa berbagai
penyakit mematikan seperti virus Nil Barat, demam kuning, dan malaria.
Pestisida juga ditujukan kepada hewan yang mampu menyebabkan alergi
seperti lebah, tawon, semut, dan sebagainya. Insektisida pun digunakan
di peternakan dalam mencegah kehadiran serangga yang mampu menularkan
penyakit dan menjadi parasit. Pestisida pun digunakan dalam pengawetan
makanan, seperti mencegah tumbuhnya jamur pada bahan pertanian dan
mencegah serta membunuh tikus yang biasa memakan hasil pertanian yang
disimpan. Herbisida juga digunakan dalam transportasi seperti membunuh
gulma di pinggir jalan dan trotoar. Pestisida dapat menyelamatkan usaha
pertanian dengan mencegah hilangnya hasil pertanian akibat serangga dan
hama lainnya.

5.1 Kerugian Penggunaan Pestisida


5.1.1 Bahaya bagi kesehatan
Pestisida dapat menyebabkan efek akut dan jangka panjang bagi
pekerja pertanian yang terpapar. Paparan pestisida dapat menyebabkan
efek yang bervariasi, mulai dari iritasi pada kulit dan mata hingga efek
yang lebih mematikan yang mempengaruhi kerja saraf, mengganggu
sistem hormon reproduksi, dan menyebabkan kanker. Sebuah studi

64
65

pada tahun 2007 pada limfoma non-Hodgkin dan leukemia menunjukan


hubungan positif dengan paparan pestisida. Bukti yang kuat juga
menunjukan bahwa dampak negatif dari paparan pestisida mencakup
kerusakan saraf, kelainan bawaan, kematian janin, dan gangguan
perkembangan sistem saraf.
Dalam penerapannya, tidak semua pestisida sampai ke sasaran.
Kurang dari 20% pestisida sampai ke tumbuhan. Selebihnya lepas
begitu saja. Akumulasi dari pestisida dapat mencemari lahan
pertanian dan apabila masuk dalam rantai makanan, dapat menimbulkan
macam-macam penyakit, misalnya kanker, mutasi, bayi lahir cacat,
dan CAIDS. Pestisida yang paling merusak adalah pestisida sintesis,
yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang dihasulkan lebih
tinggi ketimbang senyawa lain, mengingat jenis ini peka akan sinar
matahari dan tidak mudah terurai.
5.1.2 Efek bagi lingkungan
Penggunaan pestisida meningkatkan jumlah permasalahan pada
lingkungan. Lebih dari 90% insektisida dan 95% herbisida yang
disemprotkan menuju ke tempat yang bukan merupakan target. Arus
pestisida terjadi ketika pestisida yang tersuspensi di udara sebagai
partikel terbawa oleh angin ke wilayah lain, sehingga berpotensi
menimbulkan pencemaran. Pestisida merupakan masalah utama polusi
air dan beberapa pestisida merupakan polutan organik persisten yang
menyebabkan kontaminasi tanah.
Pestisida juga mengurangi keanekaragaman hayati pertanian di
tanah sehingga mengurangi laju pengikatan nitrogen. hilangnya
polinator, menghancurkan habitat (terutama habitat burung), dan
membahayakan satwa terancam. Seiring waktu, spesies hama dapat
mengembangkan ketahanan terhadap pestisida sehingga dibutuhkan
penelitian untuk mengembangkan pestisida jenis baru.
Pestisida yang diaplikasikan ke tanaman dapat menguap dan
ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem di luar kawasan

65
66

pertanian. Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga


menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya
fluida yang mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh
kondisi cuaca. Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi
mempermudah penguapan. Pestisida yang menguap ini dapat terhirup
oleh manusia dan hewan di sekitar. Selain itu, tetesan pestisida yang
tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak
sebagai debu sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan
kualitas presipitasi.
Penyemprotan pestisida dekat dengan tanah memiliki risiko
persebaran lebih rendah dibandingkan penyemprotan dari udara. Petani
dapat menggunakan zona penyangga di sekitar tanaman pertanian yang
terdiri dari lahan yang kosong atau ditumbuhi tanaman non-pertanian
seprti pohon yang berfungsi sebagai pemecah angin yang menyerap
pestisida dan mencegah persebaran ke area lain.

66
67

ANALISIS TERAPAN

ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM OBAT-OBATAN

Disusun oleh :

NI MADE SRIANIGSIH (A251 18

DINA LUDIN H. (A25118064)

AYU OVALIA LANDA (A 251 18 014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

67
68

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah  “ANALISIS TERAPAN”. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
“ANALISIS TERAPAN” yang telah membantu saya dalam penyusunan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari


kesempurnaan, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran perbaikan
dari semua pihak yang terkait. Sehingga kekurangan yang ada dapat diperbaiki
dan disempurnakan.

68
69

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 4

Bab II Pembahasan.........................................................................................

2.1 Pengertian Obat.................................................................................. 5


2.2 Analisis Bahan Kimia Dalam Obat-obatan...................................... 5

Bab III Penutup..............................................................................................

3.1. Kesimpulan........................................................................................ 8
3.2. Saran.................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9

69
70

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada proses metabolisme obat terjadi perubahan struktur kimia obat


di dalam tubuh dan proses dikatalisis enzim. Jadi metabolisme tersebut
dapat menghasilkan metabolisme yang tidak aktif (bioinaktivasi) atau
metabolit yang mempunyai efek terapeutik (bioaktivasi), bahkaan dapat
membentuk metabolit yang bersifat toksin atau beracun.

Menguraikan tentang teknik analisis obat secara kualitatif


(identifikasi obat) menggunakan pereaksi-pereaksi kimia, dengan
memperhatikan reaksi warna yang terjadi dari hasil-hasil uji tersebut. Oleh
karena ilmu farmasi merupakan bidang yang terkait dengan kajian berbagai
aspek obat, sehingga kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis
senyawa obat sangat penting dimiliki oleh seorang ahli farmasi
(pharmacyst).

Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat,


meliputi semua pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal.
Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan,
baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimianya. Teknik analisis obat secara
kualitatif didasarkan pada golongan obat menurut jenis senyawanya secara
kimia, dan bukan berdasarkan efek farmakologinya. Hal ini disebabkan
karena kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama,
mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan analisis bahan kimia dalam obat-obatan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis bahan kimia dalam obat-obatan

70
71

BAB II
KAJIAN MAKALAH

2.1. Pengertian Obat

Obat adalah zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam
dosis layak dapat meringankan, mencegah, dan menyembuhkan, penyakit atau
gejala-gejalanya. Berdasarkan sumbernya obat yang ada dewasa ini
digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Obat Alamiah yaitu obat yang terdapat dialam, contoh: kuinin pada
tanaman, minyak ikan pada hewan serta mineral-mineral;
2) Obat semisintetik yaitu obat hasil sintesis yang bahan dasarnya berasal
dari bahan obat yang terdapat dialam, contoh: morfin menjadi kodein;
3) Obat sintesis murni yaitu sintesis obat dari bahan dasar yang tidak
berkhasiat didapatkan senyawa obat dengan khasiat farmakologis, contoh:
obat-obat golongan antihistamin dan diuretika, dll.

Obat yang masuk kedalam tubuh melalui berbagai cara pemberian


pada umumnya mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai
ditempat kerja dan menimbulkan efek, dengan atau tanpa
metabolisme/biotransformasi, terutama di hati berupa tranformasi enzimatik,
kemudian obat tersebut diekskresikan dari dalam tubuh.

2.2. Analisis Bahan kimia Dalam Obat-obatan

Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat,


meliputi semua pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal.
Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik
sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat kimianya. Teknik analisis obat secara
kualitatif didasarkan pada golongan obat menurut jenis senyawanya secara
kimia, dan bukan berdasarkan efek farmakologinya. Hal ini disebabkan karena
kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama, mempunyai efek

71
72

farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda. Misalnya asam hidroksi


benzoat dan turunannya sebagai berikut :

 asam salisilat (asam orto-hidroksi benzoat) digunakan sebagai obat luar


(keratolitikum)
 asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat analgetikum dan
antipiretikum
 nipagin (metil-p-hidroksibenzoat) digunakan sebagai zat pengawet.

Dalam bidang farmasi, analisis kualitatif/identifikasi bahan baku


yang digunakan sebagai bahan obat atau bahan baku pembantu/bahan
tambahan, diperlukan untuk memastikan jenis bahan obat atau bahan
tambahan tersebut. Dalam dunia kedokteran dewasa ini digunakan sekitar
1000 macam senyawa obat. Tidaklah praktis melakukan identifikasi
sedemikian banyak senyawa, karena itu materi analisis kualitatif ini
diarahkan kepada beberapa golongan obat yang khusus saja.

Dalam analisis kualitatif/identifikasi senyawa-senyawa anorganik


dan senyawasenyawa organik, terdapat perbedaan-perbedaan yang
penting. Sebagian besar senyawasenyawa anorganik merupakan senyawa-
senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu dalam
identifikasinya secara konvensional (secara kimiawi). Senyawasenyawa
organik pada umumnya terikat melalui ikatan kovalen, dan belum ada
suatu skema yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasinya secara
konvensional. Mengingat umumnya senyawa obat adalah senyawa
organik, maka hal ini juga menjadi kendala dalam analisis senyawa obat
tersebut.

72
73

Teknik analisis obat secara kuantitatif, dalam beberapa literatur


didasarkan pada golongan obat menurut jenis efek farmakologisnya. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan mahasiswa mempelajari bagaimana
menentukan kadar obat masing-masing yang memiliki efek sama.
Misalnya analisis obat golongan analgetika-antipiretika, yaitu :

1. asetosal dapat ditentukan dengan metode alkalimetri menggunakan


prinsip reaksi netralisasi;
2. parasetamol dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitrimetri
menggunakan prinsip reaksi diazotasi;
3. asam mefenamat dapat ditentukan dengan metode titrasi bebas air
menggunakan prinsip reaksi netralisasi.

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah atau


kadar dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Analisis
kuantitatif dalam kimia farmasi secara spesifik bertujuan untuk
mengetahui kadar suatu senyawa obat dalam sampel, misalnya dalam
sediaan tablet, atau untuk mengetahui tingkat kemurnian suatu bahan obat.

73
74

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pada proses metabolisme obat terjadi perubahan struktur kimia obat


di dalam tubuh dan proses dikatalisis enzim. Jadi metabolisme tersebut
dapat menghasilkan metabolisme yang tidak aktif (bioinaktivasi) atau
metabolit yang mempunyai efek terapeutik (bioaktivasi), bahkaan dapat
membentuk metabolit yang bersifat toksin atau beracun. Jadi dalam Proses
mengenal sifat-sifat kimia fisika bahan obat disebut dengan identifikasi atau
sering juga disebut analisa.

74
75

ANALISIS BAHAN KIMIA DALAM GALIAN DAN INDUSTRI

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK VIII

WAHDA NUR ALISA A 251 18 018

NUR AZIZAH A 251 18 043

DIAN AYU A 251 18 065

WALBURGA EDELTRUDIS GHEJE A 251 18 097

FRISCHILIA FEBBY P A 251 15 068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020/2021

BAB 1

75
76

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian Bahan Galian
 Bahan galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan
akhir industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam yang bukan
untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan
juga bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal,
bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin,
zeolit, tras.
 Dalam mempelajari Bahan Galian Industri, akan sering ditemukan
berbagai istilah dalam disiplin ilmu geologi (terutama terkait dengan
proses pembentukan dan sifat-sifat BGI) serta pengolahan bahan galian
(terkait prinsip dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan
BGI). Berikut diperkenal beberapa istilah yang nantinya akan sering
ditemui dalam pembahasan selanjutnya.
 Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat)
mineral baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi yang
merupakan penyusun utama kerak bumi serta terbentuk sebagai hasil
proses alam. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral. Sebagai
contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya
mengandung satu jenis mineral), misalnya : marmer, yang hanya
mengandung kalsit dalam bentuk granular; kuarsit, yang hanya
mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak
dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang
mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit
kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, feldspar, dan biotit.
 Mineral dapat didefinisikan sebagai suatu ikatan kimia padat yang
terbentuk secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi padat
yang menjadi penyusun terkecil dari batuan (Klein & Hurlbut, 1993).

76
77

Nickel (1995, dalam Hibbard, 2002) mendefinisikan mineral sebagai suatu


unsur atau senyawa kimia yang biasanya berbentuk kristal dan merupakan
hasil dari proses-proses geologi. Pemakaian kata ‘biasanya’ memberikan
fleksibilitas dalam definisi dan mengijinkan klasifikasi beberapa substansi
amorf atau paraamorf sebagai mineral. Meskipun sebagian besar mineral
adalah anorganik, kristal-kristal organik yang terbentuk dari material
organik pada lingkungan geologi juga dapat dikelompokkan sebagai
mineral. Kristal dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai
susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam
permukaan kristal yang berupa bidangbidang datar dan rata yang
mengikuti pola-pola tertentu.
 Bahan galian menurut UU No 11/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan diartikan sebagai : unsur-unsur kimia mineral-mineral,
bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia yang
merupakan endapan-endapan alam. Sedangkan pada kamus pertambangan
dinyatakan bahwa “bahan galian” adalah sinonim dari “mineral”.
 Bahan Galian industri didefinisikan sebagai bahan galian tambang bukan
bijih yang pada umumnya digunakan sebagai bahan baku industri;
penggunaan dalam industri banyak ditentukan oleh sifat fisika seperti
warna, ukuran partikel, kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain-lain,
msl. Batu gamping, bentonit, kaolin, dan zeolit; Bahan Galian Industri juga
dikenal sebagai “Mineral industri”. ƒ Pengolahan Bahan Galian,
pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk
memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan
galian.

Menurut peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1980 bahan galian dibagi menjadi 3
golongan yaitu :

a) Bahan galian strategis disebut pula bahan galian golongan A merupakan


merupakan bahan galian yang penting untuk pertahanan, keamanan
negara atau untuk menjamin perekonomian Negara, yang terdiri dari :

77
78

Minyak bumi, bitumen cair, lilin beku, gas alam, bitumen padat, aspal,
antrasit, batubara, batubara muda, uranium radium, thorium bahan
galian radioaktif lainnya, nikel, kobalt, timah.
b) Bahan galian vital disebut pula bahan galian golongan B meruapakan
yang dapat digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
Bahan galian ini sifatya penting untuk kepentingan umum. Bahan
galian vital diperlukan oleh orang banyak. Adapun beberapa jenis dari
bahan galian vital atau golongan B antara lain adalah terdiri dari : Besi,
mangan, molibden, khrom, wolfram, vanidium, titan, bauksit, tembaga,
timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, arsen, antimon, bismut,
yteium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya, berillium,
korundum, zirkon, kristal kuarsa, kriolit, flouspar, barit, yodium, brom,
khlor, belerang.
c) Bahan galian non strategis dan non vital disebut pula bahan galian
golongan C Bahan galian golongan ini memiliki sifat tidak langsung
memerlukan pasaran yang bersifat internasional, maka dari itulah
masuk kedalam golongan C ini. Beberapa contoh dari bahan tambang
golongan ini antara lain terdiri dari : Nitrat, nitrit, fosfat, garam batu
(halit), asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas, oker,
batu permata, batu setengah permata, pasir kuarsa, kaolin, feldspar,
gipsum, bentonit, tanah diatomea, tanah serap, batu apung, trass,
obsidian, marmer, batu tulis, batu  kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit,
basalt, trakhit, tanah liat, pasir, sepanjang tidak mengandung unsur-
unsur mineral golongan A maupun B dalam skala yang berarti dari segi
ekonomi pertambangan.

2. Menurut kandungan mineralnya, bahan galian dapat dibedakan menjadi 2


jenis antara lain:

d) Bijih (ore)
Bahan galian sebagai sumber bahan logam contohnya adalah kasiterit
(Sn), Hematit (Fe), Bauksit (Al), dll.

78
79

e) Bukan bijih
Sebagian bahan bukan logam , contohnya adalah belerang, fosfat,
kaolin, kapur dan lain sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menganalisis bahan kimia dalam galian dan indutri ?
C. TUJUAN
Mengetahui cara menganalisis bahan kimia dalam galian dan indutri.

BAB II
PEMBAHSAN
A. Berdasarkan Mineral Ekonominya
Bahan galian dibedakan menjadi 3 golongan antara lain adalah:
a. Metalic mineral

79
80

Metalic mineral ini masih dibagi menjadi 4 lagi yaitu:


 Precious metal, seperti tembaga, seng, dan timah.
 Steel industry, seperti besi, nikel, chromium, mangan, tungsten, dan
juga vanadium.
 Electronic industry, seperti cadmium, bismuth, dan germanium.
 Radio active, seperti uranium dan radium.

b. Non- metalic mineral


Non metalic mineral dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
 Isolator, seperti mika dan asbes
 Refractory material, seperti silica, alumina, zircon dan grafit
 General industry mineral seperti fosfat, belerang, batu gamping,
garam, barit, borax, magnesit, gypsum dan juga clay.

c. Fuel mineral
Fuel mineral dibedakan menjadi dua jenis antara lain:
 Solid (zat padat), seperti coal, lignite, dan juga oil shale
 Liquid (zat cair), seperti minyak bumi.

B. Berdasarkan Cara Terbentuknya


Bahan galian dapat dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu:

a. Bahan galian magmatic


Bahan galian magmatik merupakan bahan galian yang terjadi dari
magma dan bertempat di dalam atau berhubungan dan dekat
dengan magma.

b. Bahan galian pematit

80
81

Bahan galian pematit merupakan bahan galian yang terbentuk di


dalam diatrema dan dalam pembentukan instrusi yang disebut gang
atau apofisa.

c. Bahan galian hasil pengendapan


Bahangalian hasil pengendapan meruapakan bahan galian yang
berada di dasar sungai atau genangan air melalui proses pelarutan
pada batuan hasil pelapukan.

d. Bahan galian hasil pengayaan sekunder


Bahan galian hasil pengayaan sekunder yaitu bahan galian yang
terkonsentrasi karena proses pelarutan pada batuan hasil pelapukan

e. Bahan galian hasil metamorfosis kontak


Bahan galian hasil metamorfosis kontak merupakan batuan di
sekitar magma yang berubah menjadi mineral ekonomik.

f. Bahan galian hidrotermal


Bahan galian hidrotermal merupakan resapan magma cair yang
membeku di celah- celah struktur lapisan bumi atau yang berada
pada lapisan yang bersuhu relatif rendah dibawah 500 derajat
Celcius.

a. Penggolongan Bahan Galian dan Industri


b. Penggolongan Bahan Galian
1. Penggolongan bahan galian berdasarkan pemanfaatannya

Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas tiga golongan,


yaitu :

 Bahan galian Logam / Bijih (Ore); merupakan bahan galian yang


bila dioleh dengan teknologi tertentu akan dapat diambil dan

81
82

dimanfaatkan logamnya, seperti timah, besi, tembaga, nikel, emas,


perak, seng, dll
 Bahan galian Energi; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan
untuk energi, misalnya batubara dan minyak bumi.
 Bahan galian Industri; merupakan bahan galian yang dimanfaatkan
untuk industri, seperti asbes, aspal, bentonit, batugamping, dolomit,
diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin, zeolit, tras.
c. Bahan Galian Industri
1. Penggolongan bahan galian industry berdasarkan cara terbentuknya
Penggolongan bahan galian industri berdasarkan atas asosiasi dengan
batuan tempat terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk [1990,
dalam Sukandarumidi, 1999] adalah sebagai berikut :
i. Kelompok I : BGI yang berkaitan dengan Batuan Sedimen, kelompok
ini dapat dibagi menjadi :
 Sub Kelompok A : BGI yang berkaitan dengan batugamping :
Batugamping, dolomit, kalsit, marmer, oniks,Posfat, rijang, dan
gypsum
 Sub Kelompok B : BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya
: bentonit, ballclay dan bondclay, fireclay, zeolit, diatomea, yodium,
mangan, felspar.
ii. Kelompok II, BGI yang berkaitan dengan batuan gunung api :
obsidian, perlit, pumice, tras, belerang, trakhit, kayu terkersikkan, opal,
kalsedon, andesit dan basalt, paris gunung api, dan breksi pumice.
iii. Kelompok III, BGI yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan
asam & ultra basa : granit dan granodiorit, gabro dan peridotit, alkali
felspar, bauksit, mika, dan asbes
iv. Kelompok IV, BGI yang berkaitan dengan batuan endapan residu &
endapan letakan : lempung, pasir kuarsa, intan, kaolin, zirkon,
korundum, kelompok kalsedon, kuarsa kristal, dan sirtu
v. Kelompok V, BGI yang berkaitan dengan proses ubahan hidrotermal :
barit, gipsum, kaolin, talk, magnesit, pirofilit, toseki, oker, dan tawas.

82
83

vi. Kelompok VI, BGI yang berkaitan dengan batuan metamorf : kalsit,
marmer, batusabak, kuarsit, grafit, mika dan wolastonit.
2. Penggolongan bahan galian industry berdasarkan pemanfaatannya
Sebagaimana telah dituliskan pada bagian sebelumnya, bahan galian
industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang digunakan
sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak
ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan,
plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan / bahan
galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum
disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya
rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri
akan bertambah jenisnya.
Berbagai klasifikasi bahan galian industri telah dipublikasikan oleh
para ahli, namun sampai saat ini masih terus didiskusikan. Para ahli
tersebut umumnya, mengelompokkan Bahan Galian Industri
berdasarkan pemanfaatannya, misalnya Noetsaller (1988) “Profile of
Industrial Minerals by End-uses Classes”, dan lain-lain.
Pada tulisan ini, bahan galian industri akan dibahas berdasarkan
penggunaan akhirnya juga, antara lain : semen & Konstruksi; keramik;
pangan & minyak sawit; pupuk / pertanian / perikanan / peternakan,
gelas / kaca dan Cat; baterai, farmasi, kosmetika; dan industri lainnya.
Namun perlu dipahami, bahwa pengelompokan bahasan tersebut hanya
untuk mempermudah peserta kuliah dalam mengasosiasikan berbagai
bahan galian industri yang berkaitan dengan industri tertentu, dan
bukan merupakan klasifikasi baku untuk mengelompokkan bahan
galian industri tersebut.

b. Contoh Bahan Galian Industri


GALIAN BAHAN INDUSTRI (THE INDUSTRIAL MINED MINERAL)

83
84

ZEOLIT(ZEOLIT)
 

Komposisi : SiO2 = 40,61% - 42,65%


Kimia AI2O3 = 15,31% - 15,92%
Fe203 = 3,95% - 4,13%
CaO = 6,07% - 5,67%
MgO = 2,09% - 1,96%
Na20 = 8,66% - 8,81%
K2O = 1,32% - 1,10%
TiO2 = 1,71% - 1,63%

Sifat : Warna hijau kebiruan, putih dan coklat Kristal agak


lunak keras, Endapan berlapis, Berat jenis : 2 2,4

Terdapat di : Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Cadangan : Diperkirakan jutaan ton

Kegunaan : - Sebagai bahan bangunan dan ornamen


- Semen puzzolan, bahan agregrat ringan
- Bahan pengembang dan pengisi pasta gigi
- Bahan penjernih air limbah dan kolam ikan
- Campuran makanan ternak
- Pemurni gas methan, gas alam dan gas bumi
- Penyerap zat / logam beracun

2.BENTONIT(BENTONITE)

84
85

Kompisisi : SiO2, AI2O3, H20, Fe203, CaO, MgO, Na20, K2O


Kimia

Sifat : Warna abu-abu, kuning, merah dan coklat, terbentuk karena proses hidrotermal
terdapat dua macam jenis : Na-Bentonit dan Ca-Bnetonit

Terdapat di : Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Bantur, Pagak

Cadangan : Diperkirakan jutaan ton

Kegunaan : Na- Bentonit


- Untuk bahan Lumpur pemboran (drilling mud)
- Pencegah kebocoran dalam bangunan sipil basah
- Campuran pembuatan cat, lateks dan tinta cetak
- Bahan penyerap, zat perekat dan pellet makanan ternak
Ca-Bentonit
- Untuk Industri minyak goreng (sawit) sebagai bahan pemucat

3. TOSEKI (TOSEKI)

Kompisisi Kimia : SiO2, AI2O3, H20, Fe203, Na20, K2O,TiO2

Sifat : Sebagai hasil ubahan hidrotermal dan batuan tufa, warna putih agak kompak

85
86

Terdapat di : Kecamatan Sumbermanjing Wetan,Tirtoyudo

Cadangan : Diperkirakan jutaan ton

Kegunaan : - Sebagai bahan baku dan campuran keramik


-Refraktori,isolator
- Sebagai bahan karena bentuknya indah dan alami

4. BATU KAPUR / GAMPING (LIME STONE)

Kompisisi : CaO, SiO2, AI2O3, H20, Fe203, Na20, MgO


Kimia

Sifat : Warna putih-putih kotor, keras dan berongga kecil

Terdapat di : Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Donomulyo, Gedangan, Batur,


Kalipare dan Pagak

Cadangan : Diperkirakan jutaan ton

86
87

Kegunaan : -Bahan mentah semen, karbid


-Bahan pemutih dalam pembuatan soda abu
-Penetral keasaman tanah
- Bahan pupuk, industri keramik dan bahan bangunan

5. FELDSPAR (FELDSPAR

Kompisisi : CaO, SiO2, AI2O3, H2O2, Fe203, Na20, MgO,K2O


Kimia

Sifat : Warna putih keabu-abuan, hijau muda, kuning kotor hasil sedimentasi
dan pelapukan batu tufa, berat jenis 2,4 - 2,8 titik lebur 1100-1500
derajat Celcius

Terdapat di : Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Dampit

Cadangan : Diperkirakan jutaan ton

Kegunaan : - Terutama sebagai flux dalam industri keramik, gelas dan kaca
- Bahan pembuatan barang-barang tahan panas dengan persentase
komposisi diperlukan sebesar 18,8 - 25,8%

C. Analisis bahan kimia dalam galian

Analisis Kuantitatif

87
88

a. Pada logam

Analisis kandungan logam dalam galian menggunakan Spektrofotometri


Serapan atom (SSA). Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu
alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur
logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh
atom bebas. Spektrofotometri merupakan teknik analisis kuantitatif dari unsur-
unsur yang pemakaiannya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitifitasnya tinggi, waktu
analisisnya cepat dan mudah dilaksanakan.

Prinsip kerja SSA adalah penyerapan sinar dari sumbernya oleh atom-atom
yang di bebaskan oleh nyala dengan panjang gelombang tertentu. Sampel analisis
berupa liquid dihembuskan ke dalam nyala api burner dengan bantuan gas bakar,
digabungkan bersama oksidan (bertujuan untuk menaikkan temperatur)
sehingga dihasilkan kabut halus. Atom-atom keadaan dasar yang berbentuk dalam
kabut dilewatkan pada sinar dan panjang gelombang yang khas. Sinar
sebagian diserap, yang disebut absorbansi dan sinar yang diteruskan emisi.
Penyerapan yang terjadi berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar
yang berada dalam nyala. Pada kurva absorpsi, terukur besarnya sinar yang
diserap, sedangkan kurva emisi, terukur intensitas sinar yang dipancarkan.

1. Pada Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au dan
nomor atom 79. Sebuah logam transisi yang lembek, mengkilap, kuning, berat,
"malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tetapi
terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia.

Untuk mengetahui kandungan emas yang terdapat dalam suatu sampel dibutuhkan
langkah-langkah analisis yang tepat agar hasil yang diperoleh dapat dipercaya.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

88
89

1. penggerusan dan penggilingan; yaitu memperkecil ukuran sampel sesuai


dengan ukuran yang diinginkan,
2. pengayakan; untuk menunjukkan ukuran tertentu
3. Setelah itu, sampel siap untuk didestruksi
Destruksi merupakan suatu cara untuk menghilangkan matriks
pengganggu agar diperoleh hasil yang siap utuk dianalisis. Destruksi dapat
dibedakan atas dua cara, yaitu destruksi kering yang dilakukan dengan
jalan memanaskan suatu campuran di atas tungku pembakar pada suhu
tinggi, berkisar 400-8000C. Kedua adalah destruksi basah, yaitu
perombakan sampel dengan asam-asam kuat baik tunggal maupun
campuran. Kesempurnaan destruksi ditandai dengan dihasilkannya larutan
jernih yang menunjukkan bahwa semua konstituen yang ada telah larut
sempurna.

Metode untuk menganalisis emas yang terdapat dalam batuan adalah secara
Atomic Absorption Spectrophotometry (Spektrofotometri Serapan Aton
/SSA). SSA merupakan suatu metode penentuan konsentrasi dari suatu unsur
dalam cuplikan dengan mengukur absorban dari uap atom yang dihasilkan
pada panjang gelombang tertentu.

Prinsip dasar metode ini adalah penyerapan energi sinar monokromatis oleh
uap atom netral dalam keadaan gas. Menurut hukum Lambert Beer
banyaknya sinar yang diserap sebanding dengan banyaknya atom-atom yang
menyerap. Secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana A adalah absorban, I0 adalah intensitas awal, It adalah intensitas


akhir, a adalah koofesien absorbsi, b panjang medium penyerap, dan c adalah
konsentrasi.

89
90

Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi sebanding dengan


absorban. Jadi dengan mengetahui absorban, konsentrasi dapat ditentukan
dengan acara memplot nilai tersebut terhadap kurva kalibrasi larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya. Metode SSA dewasa ini banyak
digunakan untuk penetapan konsentrasi logam-logam dalam suatu sampel
baik dikalangan industri maupun instansi pemerintah. Pengukuran dengan
metose SSA tersebut memiliki ketelitian sampai tingkat runut, kecepatan
dalam analisis dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan karena tiap
logam mempunyai lampu katoda khusus. Meskipun demikian penetapan
konsentrasi logam dengan SSA masih mempunyai kelemahan yaitu
terjadinya beberapa gangguan. Gangguan merupakan semua peristiwa yang
menyebabkan absorban dari atom yang diukur menjadi lebih besar atau lebih
kecil dari yang sesungguhnya. Pada pengukuran dengan SSA, gangguan yang
terjadi diantaranya berupa gangguan ionisasi, spektral, dan kimia. Gangguan
ionisasi terjadi karena nyala yang dihasilkan cukup untuk melepaskan
elektron terluar dari atom netral sehingga terjadi ionisasi. Atau dengan kata
lain, ionisasi terjadi bila energi nyala lebih tinggi dari potensial ionisasi unsur
yang diteliti. Gangguan spektral merupakan gangguan utama dalam absorbsi
atom, dimana cahaya yang diemisikan tidak hanya berasal dari unsur itu
sendiri tetapi juga oleh unsur lain dalam cuplikan dan nyala. Gangguan kimia
merupakan gangguan yang terjadi karena reaksi antara unsur analit dengan
unsur lain dan membentuk senyawa yang stabil serta sukar diuraikan dalam
nyala sehingga menghalangi terbentuknya atom netral. Peristiwa ini dapat
memperkecil absorban unsur analit. Salah satu cara untuk mengatasi
gangguan kimia adalah dengan menambahkan sejumlah zat pembebas pada
larutan sampel Misalnya dalam penentuan emas bila terdapat asam-asam
mineral kuat dan kompleks sianida dapat menyebabkan berkurangnya
absorbansi dari emas. Gangguan lain dapat berasal dari logam mulia lain, dan
besi yang terdapat bersama emas. Hal ini dapat diatasi dengan metode
penambahan tembaga, sehingga gangguan tersebut menjadi berkurang.

90
91

Cara Menganalisis Emas menggunakan metode Spektrofometri Serapan


Atom
1. Pembuatan Larutan
 Larutan Au+3 1000 ppm: ditimbang 0,5228 g H(AuCl4).4H2O dan
dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml lalu dilarutkan dengan
10 ml HCl 1:1. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml
dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Larutan Au+3
50 ppm dibuat dengan cara mengencerkan 12,5 ml
 larutan Au+3 1000 ppm ke dalam labu ukur 250 ml dan
diencerkan sampai tanda batas. Larutan standar Au+3 Konsentrasi
larutan standar Au+3 yang digunakan adalah 0,2 ppm, 0,4 ppm, 0,6
ppm, 0,8 ppm, dan 1,0 ppm. Dibuat dengan cara mengencerkan
berturut-turut 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml larutan Au +3 50
ppm ke dalam 5 buah labu ukur 250 ml. Kemudian diencerkan
dengan aquades sampai tanda batas.
 Larutan Cu+2 5000 ppm Dibuat dengan cara melarutkan 6,7126 g
CuCl2.2H2O dengan aquades, kemudian dipindahkan ke dalam
labu ukur 500 ml dan diencerkan dengan aquades sampai tanda
batas.

 Aquaregia
Dibuat dengan cara mencampurkan 100 ml asam klorida pekat
dengan 50 ml asam nitrat pekat.

2. Persiapan Sampel
Sampel batuan digerus, kemudian digiling sampai halus. Sampel yang
telah halus diayak dengan ukuran 150 180, 250, dan 355 μm.

3. Penentuan ukuran partikel sampel optimum


Ke dalam 4 buah labu kjedhal 100 ml dimasukkan masing-masing 1 g
sampel dengan ukuran partikel yang bervariasi yaitu 150, 180, 250, dan

91
92

355 μm. Pada masing-masing labu ditambahkan 15 ml aquaregia lalu


didihkan di atas plat pemanas. Pemanasan dilakukan berulang kali sampai
sampel larut dan didapatkan larutan akhir. Larutan didinginkan selama 10
menit dan ditambahkan 25 mL aquades, kemudian diuapkan kembali
sampai terbentuk larutan yang berwarna kuning jernih. Larutan disaring
dengan kertas Whatman no.1. Filtratnya ditampung dengan labu ukur
100ml dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Larutan siap
diukur dengan SSA.

4. Penentuan volume pelarut optimum


Ke dalam 6 buah labu kjedhal dimasukkan masing-masing 1 g sampel
dengan ukuran partikel optimum. Pada masing-masing labu dimasukkan
secara berturut-turut 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ml aquregia dan dididihkan
di atas plat pemanas. Pemanasan dilakukan berulang kali sampai sampel
larut dan didapatkan larutan akhir. Kemudian larutan didinginkan selama
10 menit dan ditambahkan 25 ml aquades. Larutan diuapkan kembali
sampai terbentuk larutan berwaarna kuning jernih. Setelah itu disaring
dengan kertas Whatman no.1. Filtratnya ditampung dengan labu ukur
100ml dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Larutan siap
diukur dengan SSA.

5. Penentuan konsentrasi emas dalam sampel


Larutan standar Au+3 dengan konsentrasi 0,2 ; 0,4; 0,6; 0,8’ dan 1,0 ppm
diukur absorbannya dengan SSA pada panjang gelombang 242,8 nm.
Sedangkan untuk sampel masing-masing 25 ml sampel hasil destruksi
dimasukkan ke dalam wadah dan diukur absorbannya pada panjang
gelombang 242,8 nm.

6. Penentuan gangguan pada penetapan emas dalam sampel


Ke dalam 2 buah labu ukur 100 ml dimasukkan masing-masing 10 ml
larutan hasil destruksi yang memiliki konsentrasi Au tertinggi. Kemudian

92
93

pada labu kedua ditambahkan 4 ml larutan standar Au +3 100 ppm,


selanjutnya kedua larutan dalam tabuntg diencerkan dengan aquades
sampai tanda garis. Setelah itu absorban diukur dengan SSA dan
ditentukan tingkat gangguannya dengan menggunakan rumus :

7. Penambahan zat pembebas pada penetapan emas


Ke dalam 7 buah labu ukur 100 ml dimasukkan masing-masing 10 ml
larutan hasil destruksi yang memiliki konsentrasi Au terbesar. Pada
masing-masing labu titambahkan secara berturut-turut 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan
6 ml Cu+2 5000 ppm lalu diencerkan hingga tanda batas. Absorban
masing-masing larutan diukur dengan SSA pada panjang gelombang
242,8 nm.

8. Penentuan kandungan emas pada kondisi optimum


Ke dalam labu ukur 100 ml dimasukkan 10 ml larutan hasil destruksi
yang berasal dari sampel dengan ukuran partikel sampel batuan 150 μm
dan volume aquaregia 25 ml. Kemudian ditambahkan 2 ml larutan Cu +2
5000 ppm dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Absorban
masing-masing larutan diukur dengan SSA pada panjang gelombang
242,8 nm.

93
94

2. pada perak

cara menganalisis perak menggunakan metode ekstraksi pelarut

1) analisa sampel

cairan ligan

 Asam Klorida ( HCl )


Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen
klorida. Asam klorida adalah asam yang paling sering
digunakan untuk melarutkan sampel geologi ( batuan ),
asam ini akan melarutkan karbonat, fosfat, borat dan sulfat.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri.
Asam klorida harus ditangani dengan sangat hati-hati
karena merupakan cairan yang sangat korosif.
 Asam Nitrat ( HNO3 )
Asam nitrat yang pekat dan panas adalah oksidator yang
kuat. Asam ini biasanya dipakai untuk dekomposisi
sulfidasulfida, selenida, arsenida dan sulfa arsenida melalui
oksidasi degradasi. Asam nitrat paling sering dipakai untuk
melarutkan sampel tanah dan endapan sungai dalam
analisis geokimia.
 Aqua regia ( HCl + HNO3 = 3:1 )
Aqua regia merupakan pengoksida yang kuat dan
merupakan larutan yang mudah menguap. Dibuat dengan
campuran satu bagian HNO3 pekat dan tiga bagian HCl
pekat. Larutan ini bereaksi dengan seluruh logam termasuk
Ag dan Au. Aqua regia memiliki kemampuan melarutkan
yang lebih besar dibanding HNO3. Reaksi pembuatan aqua
regia ditandai dengan terbentuknya Nitrosil Klorida
( NOCL ) yang berwarna merah.

94
95

2) Penentuan pH dan waktu optimum

Penentuan pH dan waktu optimum bertujuan untuk mencari pada pH dan waktu
berapa perak ( Ag ) terserap optimal ke dalam cairan ligan, sehingga diharapkan
hasil analisa ini akan mendekati akurat.

1. Menentukan pH optimum ekstraksi perak ( Ag ) dengan ditizon dalam


pelarut kloroform. Cara kerja : Ambil 10 ml Ag 10 mg/L + 2ml KNa
tartarat + 1/ml Hidroksilamonium Klorida 10%, set pH sebanyak 6 kali
pada pH 1, 3, 5, 7, 9,11 (Pemilihan pH berjarak 2 ini dipilih karena
biaya yang mahal untuk tiap satu kali pengukuran), dengan
penambahan HNO₃ atau NH₄OH seminimal mungkin. Ekstrak dengan
Ditizon 10 ml dalam kloroform 5.10ˉ⁴ M selama 5 menit, pisahkan air
dan organik. Ambil 5 ml fase organik distriping dengan HNO₃ 0,1 M (
10 mL ) selama 5 menit, pisahkan air dan organik dan ukur air dengan
AAS, dapat pH optimum.
2. Menentukan waktu ekstraksi optimum pada ekstraksi perak dengan
ditizon dalam pelarut kloroform. Cara kerja :
 Ambil 10 ml Ag 10 mg/l + 2ml KNa tartarat + 1ml
Hidroksilamonium Klorida 10%, set pH pada pH optimum.
 Ekstrak dengan CHCl₃ selama 5 menit, 10 menit, 15 menit,
20 menit, dan 30 menit dengan sampel yang berbeda.
 Pisahkan air dan organik, pisahkan oganik sebanyak 5 mL
distriping dengan HNO₃ 0,1 M 10 mL selama waktu
ekstraksi 5, 10, 15, 20, 30 menit (ekstrasi waktu berjarak 5
menit dipilih karena biaya yang mahal untuk tiap satu kali
pengukuran).
 Pisahkan air dan organic, ukur air dengan AAS dan di dapat
waktu optimum.
3) Aplikasi sampel
Cara kerja :

95
96

 Ambil 1 gram sampel dekomposisi dengan HCl dan HNO₃ dengan


perbandingan 3 : 1 lalu tutup.
 Selanjutnya liebeg dipanaskan pada plat pemanas dengan media
minyak goreng selama 3 jam. Setelah dingin tambah 100 ml
aquades dan uapkan untuk mengurangi kelebihan asam.
 Encerkan sampai batas, dan di dapat sampel Ag

4) Ekstraksi
Cara kerja
 Ambil 10 mL sampel + 2 mL KNa tertrat 10 % +1 mL Hidrosil
Amonium klorida 10 %, set pada pH optimum, ektrak dengan pH
optimum
 Pisahkan lapisan air dan organik. Ambil 5 mL fase organik dan
distriping dengan HNO₃ 0,1 M 10 mL selama waktu optimum.
 Pisahkan air dan organik, ukur air dengan AAS, didapat kadar Ag.

Analisis Kualitatif

Menganalisis kandungan logam yaitu dengan metode X-Ray


Fluorescence (XRF). Selain itu metode XRF mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya biaya relative murah, multielemental, analisisnya cepat dan hasil
analisisnya bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis dengan menggunakan
XRF dapatdilakukan dengan metode kualitatif maupun kuantitatif.

Analisis unsur secara kualitatif hanyamemberikan informasi kandungan


unsur suatubahan yang dinyatakan dalam intensitas dengansatuan cps (count per
second). Semakin besarintensitas yang muncul, maka semakin banyakkandungan
unsur tersebut dalam suatu bahan.

96
97

Pengukuran X-Ray Fluorescence (XRF).

ebelum dilakukan pengukuran sampel maka terlebih dahulu dilakukan


kalibrasi energi dan kalibrasi pengukuran, selanjutnya dilakukan pengukuran.
Kalibrasi energi bertujuan agar unsur yang terkandung dalam suatu bahan tepat
pada energinya. Bahan yang digunakan untuk kalibrasi energi adalah paduan AI
dengan kode AI2024 dimana dalam bahan tersebut mengandung unsur AI dan Cu
dengan kondisi tegangan 4 kV, arus 100 uA dan kevakuman 300 mTorr.
Sementara itu, kalibrasi pengukuran bertujuan untuk mengetahui penyimpangan
pengukuran dari alat. Bahan yang digunakan untuk kalibrasi pengukuran adalah
logam paduan aluminium dengan variasi konsentrasi yang sudah diketahui
nilainya dalam sertifikat. Paduan aluminium yang akan dianalisis dimasukkan ke
dalam sample chamber dan ditutup, selanjutnya

dilakukan pemvakuman hingga mencapai tekanan 300 mTorr dengan


tegangan yang digunakan untuk pengukuran sebesar 10 keY, sedangkan arus
listrik sebesar 200 /lA. Hasil kalibrasi energi dan kalibrasi pengukuran digunakan
untuk menentukan daerah kerja dalam pengukuran sampel. Setelah dilakukan
kalibrasi energi dan kalibrasi pengukuran selanjutnya dilakukan analisis sample
uji.

i. Teknik analisis emission spectroskopy

Spektroskopi emisi merupakanteknik penentuanunsur-unsur logam dalamsuatu


logam atau paduan logam padat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Prinsip
pengukurannya adalah mengukur intensitas sinar dengan panjang gelombang yang
dipancarkan dalam bentuk sinar olehatom-atom yang mengalami perubahan
tingkat energi elektron (eksitasi maupundeteksitasi). Atomtom yang tereksitasi
dihasilkan dari pemanasansecara lokal pada permukaan bahan. Pemanasan lokal
mengakibatkan molekul-molekul senyawa menguap dan terurai menjadi atom-
atom dari unsurya. Padakeadaan ini, terjadi eksitasi e1ektron dari tingkat ground
state ketingkat energi yang lebih tinggi. Sambil kembali ke keadaan dasar
e1ektron akan mengemisikan energi melalui pancaran sinar. Sinar yang

97
98

dipancarkan memiliki energi tertentu yang merupakan karakteristik dari setiap


unsur.

98
99

BAB III
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Bahan galian Industri Merupakan Semua Mineral dan Batuan kecuali
mineral logam dan energi, yang digali dan diproses untuk penggunaan
akhir industri dan konstruksi termasuk juga mineral logam yang bukan
untuk dilebur seperti bauksit, kromit, ilmenit, bijih, mangan, zircon dan
juga bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti asbes, aspal,
bentonit, batugamping, dolomit, diatomae, gipsum, halit, talk, kaolin,
zeolit, tras.
Bahan galian industri adalah bahan galian tambang bukan bijih yang
digunakan sebagai bahan baku industri; penggunaan dalam industri banyak
ditentukan oleh sifat fisika seperti warna, ukuran partikel, kekerasan,
plastisitas, daya serap, dan lain-lain. Adapun bahan bangunan / bahan
galian kontruksi tidak lain adalah bahan galian industri yang belum
disebtuh rekayasa teknik. Oleh sebab itu, dengan semakin majunya
rekayasa teknik tidak tertutup kemungkinan jenis bahan galian industri
akan bertambah jenisnya.

99
10
0

DAFTAR PUSTAKA

BAHAN GALIAN INDUSTRI (BGI). (n.d.). Retrieved May 7, 2021, from


http://rizkimartarozi.blogspot.com/2011/01/bahan-galian-industri-bgi.html

Nurhakim, T., Kimia, H., Pengantar, B. I., & Pendahuluan, 1. (n.d.). Bahan Galian
Industri.

. J., & Umar, E. P. (2018). IDENTIFIKASI KANDUNGAN UNSUR LOGAM BATUAN


MENGGUNAKAN METODE XRF (X-RAY FLOURESCENCE) (STUDI
KASUS: KABUPATEN BUTON). JURNAL GEOCELEBES, 2(2), 47.
https://doi.org/10.20956/geocelebes.v2i2.4829

Masrukan., Rosika., Anggraini, D., Kisworo, J. (2007). KOMP ARASI ANALISIS


KOMPOSISI PADUAN AIMgSIl DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK XRAY
FLUOROCENCY (XRF) DAN EMISSION SPECTROSCOPY. Pustek Akselerator
dan Proses Bahan – Batan. Yogyakarta. ISSN 0216 – 3128, 120-125.

Hidayat, T., Fadhilah. (2019). Penentuan Kadar Perak (Ag) dalam Batuan
Termineralisasi Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Kelat Ditizon dengan
Variasi pH dan Waktu di Wilayah Tambang Galian Rakyat Bukit Gunjo Jorong
Tanjung Bungo Kec. Bonjol Kab. Pasaman. Teknik Pertambangan. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Padang. Padang.

Safitri, B. R. A. ANALISIS KANDUNGAN MINERAL LOGAM MANGAN (Mn) di


KAWASAN PERTAMBANGAN DESA BANGKANG . Jurnal Ilmiah Mataram. Vol.
6. No.1 ISSN:2355-6358. Mataram.

Roza. M. (2018). Analisis Kandungan Emas pada Batuan Sedimen dari Silago
Kabupaten Dharmasraya dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA).NATURAL SCIENCE JOURNAL, Volume 4, Nomor 1, Page 492-502.
ISSN 2477– 6181. Padang.

100
10
1

DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, A., & Herdiyanti, N. Y. (2018). VALIDASI METODE PENETAPAN


KADAR ISONIAZID DAN VITAMIN B6 MENGGUNAKAN
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA
DALAM SEDIAAN SIRUP OBAT TUBERKULOSIS. CENDEKIA
EKSAKTA, 3(2).
Hidayanto., A., P. (2017). Biokimia. Modul Praktikum, Universitas Esa
Unggul: Jakarta
http://adelyadesi.lecture.ub.ac.id/files/2017/05/4.-Analisa-Lemak.pdf
https://www.slideshare.net/ernaliarosita/uji-millon
ITB. Bandung
Kealey, D. dan Haines, P.J. (2002). Analytical Chemistry. London: BIOS
Scientific Publishers Ltd.
Komite Nomenklatur Persatuan Internasional Biokimia (NC-IUB) (1979). “Unit
Aktivitas Enzim”. Eur. J. Biochem . 97 (2): 319-20. Doi : 10.1111 / j.1432-
1033.1979.tb13116.x
KOMPAS. Com. Minggu, 21 September 2008 (diakses 27 Maret 2012).
Kurniawati., A., D. (2017). Analisis kadar lemak. Diakses di:
Kusbandari., A. (2015). Analisis kualitatif kandungan sakarida dalam
tepung dan pati umbi ganyong (canna edulis ker.). Jurnal Pharmaciana, 5
(1): 35-42
Mamuaja., C., F. (2017). Lipida. Modul, Universitas Sam Ratulangi:
Manado
Moran, L. and Masciangioli, T. (2010). Chemical Laboratory Safety and Security
A Guide to Prudent Chemical Management. Washington DC: The National
Academies Press.
Nuraisya. A., & Fath. S. E. Z. (2012). Penentuan kadarkarbohidrat dengan
metode anthore. Makalah. Diakses di:
https://id.scribd.com/doc/222741649/An-Throne
Passonneau, JV; Lowry, OH (1993). Analisis Enzimatis. Panduan Praktis .
Totowa NJ: HumanaPress. Hlm. 85–110.
Patrick, Graham. (1995). An Introduction To Medicinal Chemistry. New
York: Oxford University Press.

101
10
2

Raimon. (1993). Perbandingan Metoda Destruksi Basah dan Kering Secara


Spektrofotometri Serapan Atom. Lokakarya Nasional.Jaringan Kerjasama
Kimia Analitik Indonesia. Yogyakarta.
Reilly, C. (1980). Metal Contamination of Food. London: Aplied Science
Published Ltd.
Rosaini. H., Rasyid. R., & Hagramida. V. (2015). Penetapan kadar protein
secara kjedahl beberapa makanan olahaan kerang remis (corbiculla
moltkiana prime) dari danau singkarak. Jurnal Farmasi Higea, 7 (2)
Rosita. E. (2015). Uji millon. Laporan Praktikum Biokimi Pangan Protein I.
Diakses di:
Siregar. N. S. (2014). Karbohidrat. Journal Ilmu Keolahragaan, 13 (2): 38-
44
Tan, HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo

Tischer W & Wedekind F. 1999. Immobilized enymes: method and


Wahyuni., S. (2014). Dasar-daras biokimia. Bali: Udayana University Press
Wirahadikusuma M. 1989. Biokimia: protein, enzim dan asam nukleat. Penerbit

102

Anda mungkin juga menyukai