Revisi SOP Pengolahan Feb 2010-Latest
Revisi SOP Pengolahan Feb 2010-Latest
(Revisi ke-4)
1. Definisi :
DAERAH TIBA
BERAT BRUTO
PENERIMAAN
LORI
KE STASIUN REBUSAN
3. Masterplan Stasiun
100% TBS
STASIUN PENERIMAAN
100% KE
REBUSAN
Catatan:
Grading TBS dilaksanakan di areal khusus (bagi pabrik yang sudah memiliki) yang
dipersiapkan di stasiun penerimaan. Dan bagi pabrik yang belum memiliki areal
khusus, pelaksanaan grading harus tetap dilaksanakan sesuai SOP grading , disalah
satu sudut pada stasiun penerimaan atau di areal yang memungkinkan bisa
dilaksanakan grading (bila lokasi penerimaan buah penuh pada saat panen puncak).
Pada masa panen puncak bila lokasi loading ramp penuh buah restan (tidak ada
lokasi grading lagi) Factory Manager meminta persetujuan CEO untuk
pengurangan persentase grading atau tidak melakukan grading.
II. Pola TBS yang masuk ke PKS harus dimonitor dan dicatat. Pola ini berbeda
setiap bulan tergantung pada ton TBS.
Namun tinggi, sedang & rendahnya pola tonase dapat ditentukan (berdasarkan
rata-rata) dengan menggunakan format berikut ini :
Jam 6 7 8 9- 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Total
Tgl 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29.
30.
31.
TTL
RA
TA2
Lembar Kerja di atas harus dibuat setiap bulan untuk memastikan pola khusus TBS
masuk setiap bulan (tinggi, sedang & rendah).
a. Sebelum Operasi
Pastikan permukaan platform bersih.
Kolong jembatan timbang pastikan tidak berisi air.
Untuk printer elektronik, pastikan telah menunjukkan angka 0.
b. Selama Operasi
SATPAM harus mengendalikan dan mencatat :
a. Waktu tiba, waktu masuk dan waktu keluar truk TBS.
b. Pastikan posisi truk di jembatan timbang telah sesuai ( beri tanda )
c. Pastikan supir meninggalkan truk.
c. Stop Operasi
Petugas jembatan timbang harus memprint semua data (summary)
penerimaan pada komputer dan memberikan paraf/tanda tangan .
Pastikan semua sistem elektrikal telah di matikan.
4.3. Penerimaan
a. Sebelum Operasi
Pastikan hydraulic oil level pada box nya ada dan cukup (standar)
Periksa kebocoran pipa/hose pada masing masing pintu penerimaan.
Pastikan lori beroperasi cukup, yaitu dengan jumlah minimal
b. Selama Operasi
c. Pengisian Lori
Pengisian Lori harus berdasarkan First In First Out.
Pengisian Lori harus dimulai dari pintu penerimaan No.1.
Lori harus diisi sebanyak mungkin (sesuai kapasitas lori)
Setelah pengisian, pastikan TBS diisi merata dan berondolan dari lantai
harus dikembalikan (dinaikan) ke Lori.
Lori harus dikirimkan ke bagian belakang rebusan sesegera mungkin.
Penyediaan lori buah yang cukup harus dipastikan dalam operasi di
penerimaan.
a. Waktu Truk
Perhitungan:
Rata-rata untuk 1 truck = total waktu Antrian atau Pembongkaran dibagi
Total truck
Tanggal ………..
Jam Supply Lori Kosong ke Supply Lori buah dari L.Ramp
L.Ramp Ke.St.Rebusan
Line A Line B Total No 1 No 2 No 3 No 4 Total
07.00-08.00
d
s
t
n
y
a
06.00-07.00
Rerata/jam
Bulan …………
Tanggal SUPPLY LORI/JAM ( Unit ) TARGET LORI Di periksa
Dari Rail Track Dari L.Ramp Ke (KAPASITAS Askep /
Ke L.Ramp Rebusan MILL) FM
1
2
d
s
t
30
31
RERATA
1. Definisi;
TBS
Rebusan
3. Masterplan Stasiun
Pendahuluan
Perlu juga diperhatikan waktu dan interval rebusan atas keperluan throughput
demikian juga efisiensi perebusan.
Mass Balance
TBS 100%
Kehilangan STERILISER
Moisture 12%
TBS Rebus
88%
Siklus Rebusan
a) Keterangan :
Siklus penguapan maksimum : A menit
Throughput Pabrik terpasang : B ton/Jam
Jumlah Rebusan terpasang : C unit
Jumlah lori/unit Rebusan terpasang : D unit
Kapasitas 1 unit lori : E ton/lori
Pintu terbuka sampai pintu tertutup : G menit
Maka :
C xDxE
* Siklus waktu perebusan maksimum dalam menit (F) =--------------x 60
B
Dan,
Siklus penguapan maksimum (A) =F-G
DxE
b) Interval Waktu dalam menit (H) = ---------- x 60
B
Keterangan :
1. Pengaturan waktu step 1 s/d 16 dilakukan pada masing-masing PKS.
2. Pengukuran rata-rata berat janjangan dan kematangan .
Keterangan :
No Kode Keterangan Perkiraan Tekanan
Waktu kg/cm2
Menit
1. A Pemanasan kembali TBS restan hari sebelumnya yang 26 1 – 1.5
telah masak
2. B Buka/tutup pintu 20 -
3. C Puncak tekanan pertama 10 1.3 – 1.5
4. D Puncak tekanan kedua 10 2.2 – 2.5
5. E Rerata Puncak tekanan ketiga 64 2.7 – 3.0
6. X Interval Waktu antar siklus …………….. -
(sesuai jumlah Rebusan tersedia di PKS)
Siklus 5 dengan rebusan No. 1 dan siklus 6 dengan rebusan No. 2, dsb.
Catatan :
TBS restan dalam Rebusan telah melalui 4 perlakuan (Kode BCDE) yang sempurna.
TBS ini harus dipanaskan kembali max. 26 menit/unit dalam sequence.
B. Operasi Rebusan :
a) Membuka pintu rebusan:
Tekanan pada gauge-nya sebesar 0 (nol).
Pastikan di dalam rebusan tidak ada lagi steam (periksa hand steam
valve )
Arus listrik ke program “OFF”.
b) Menutup pintu rebusan :
Tekan kunci pengikat (tuas pengunci) ke bawah, maka ring pengunci
pintu akan berputar dan akan terhenti bila ring pengunci sudah sejajar
(berhimpit) dengan ring pintu.
Pada waktu yang bersamaan, Safety device turun ke bawah menahan
ring pengunci supaya tidak bergerak.
Gerakkan tuas pengunci ke samping dinding rebusan, melintang di
bawah “Thrust Plate” sehingga safety device dalam keadaan bebas.
Tutup safety bleeding valve sehingga ring pengunci tidak dapat
digerakkan lagi.
Periksa kembali apakah posisi pintu telah terkunci dengan baik.
c) Setelah kedua pintu tertutup dengan rapat, tempatkan program ke mode
“Automatic” atau “Semi Automatic”.
d) Operasional perebusan pada peak 1 dan 2, saat pembuangan uap
(exhaust , pada step ke 4 dan ke 8) dengan memastikan tekanan sampai
mencapai 0(nol) pressure gauge.
e) Saat buka pintu rebusan, periksa jumlah kondensate keluar, sebagai
indikasi pembuangan kondensate tidak sempurna.
Catatan :
Selama pelaksanaan proses pembukaan dan penutupan pintu rebusan,
operator harus melaksanakan pengutipan berondolan & janjangan yang
jatuh ke lantai. Kebersihan areal stasiun terjaga.
5. Monitoring
Pengawasan rutin operasi rebusan yang harus dilaksanakan :
Diperiksa; Diketahui
Asst.Proses Askep
F.Manager
Siklus Waktu & Interval Waktu (ringkasan bulanan dari rata-rata harian)
1. Definisi ;
“Proses pemisahan TBS yang telah direbus menjadi berondolan dan janjang
kosong dengan sistim diputar dan dibanting “
TBS Rebus
(dari Stasiun Rebusan)
Ke Rebusan
Thresher Pertama
Janjang Kosong
2. Tujuan Stasiun
Pendahuluan
Dalam master plan untuk proses threshing dan kelancaran supply TBS pada
stasiun ini, tergantung pada stasiun di depannya. Throughput (SUPPLY LORI /JAM)
dan efisiensi setiap proses merupakan yang bagian penting.
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#1/2010 17/85
Pertama, ditetapkan mass balance. Kemudian ditentukan siklus waktu hoist crane
atau Tippler .yang memberikan perincian frekuensi angkat dan supply TBS ke
thresher untuk mempertahankan throughput.
Mass Balance
THRESHING PERTAMA
USB Max 5%
SORTASI atau
Recycle USB
SSBC
THRESHING KEDUA
Berondolan rebusan
67%
Janjangan kosong
ke Estate 21%
Siklus Angkat atau Tuang
Siklus Angkat atau Tuang per line merupakan waktu rata-rata antara pengangkatan
atau penuangan lori buah menuju ke thresher untuk mempertahankan line throughput
maksimal
Siklus Hoisting / Pouring = A menit
Line throughput = B TPH
Kapasitas lori Ton TBS/Lori = C ton
Lori harus diangkat /dituang setiap A menit untuk mendapatkan throughput B TPH.
Keterangan:
KODE PKS : xxxx
B Line atau Throughput TPH PKS ………… ton/jam
C Ton TBS/Lori ………… ton/lori
A Siklus Hoist /Pouring ………… menit
xxxx Formulir di atas harus diisi setiap PKS sesuai dengan operasional yang
dipergunkan.
4. Prosedur Operasi
a) Sebelum Operasi
Periksa kondisi:
- Wire rope dan drumnya
- Oil level pada gearbox
- Kebocoran-kebocoran pelumas.
- Baut-baut yang longgar dan tidak normal .
- Panel control limit switch berfungsi dengan baik
yaitu pengangkat/penurun dan limit switch penggerak maju/mundur.
- Pastikan Hoist crane berfungsi dengan baik.
- Distribusi gulungan wire rope pada drum tersusun
rapi dan benar.
b) Selama Operasional:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam operasi Hoist Crane:
- Pastikan rantai dipasangkan / diletakan pada ring lori dengan benar
- Mengangkat lori dari rel dengan kecepatan lambat.
- Mengangkat lori ke atas dengan kecepatan penuh.
- Bergerak horizontal ke hopper.
- Menurunkan lori tepat di pinggiran hopper.
c) Setelah Operasional :
Setelah operasional Hoist crane, wire rope harus tergulung rapi pada hoist
crane.
4.2. TIPPLER
a) Sebelum Operasi
Periksa kondisi:
- Rel dan drumnya
- Oil level dan rantai transmisi pada gearbox
- Baut-baut yang longgar dan tidak normal
- Chain dan scraper plat pada bunch conveyor
- Scraper plat atau bucket bunch elevator.
b) Selama Operasional:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam operasi Tippler:
- Lori berada diatas rel tippler dengan posisi normal dan benar.
- Kunci ( Lock ) lori di atas tippler , agar lori tidak goyang/bergerak.
- Menuang lori ke bunch conveyor dengan kecepatan lambat /ber
ulang ulang sampai lori kosong pada satu arah putar yang sama.
c) Setelah Operasional :
Setelah stop operasional tippler , bunch conveyor dan bunch elevator
agar dikosongkan dari sisa buah atau berondolan.
4.3 . Thresher
A. Sebelum Operasi:
a. Periksa peralatan Auto Feeder berikut :
Oil level pada gear box dan kebocoran-kebocoran.
Baut rantai Gearbox Coupling.
B. Operasional :
a. Thresher harus dioperasikan bersamaan dengan peralatan stasiun
fruit conveyor berikut :
Jalankan inclined dan horizontal empty bunch conveyor.
Jalankan top fruit conveyor, fruit elevator, bottom fruit conveyor
dan conveyor under thresher.
Jalankan thresher drum.
Mulai pengisian lori TBS ke Hopper dan jalankan Auto-feeder.
C. Setelah Operasional :
1. Untuk menghentikan stasiun threshing, lakukan prosedur start
operasi secara berlawanan.
2. Hopper harus selalu kosong sebelum dimatikan & thresher drum
harus dalam keadaan kosong.
3. Matikan semua instalasi listrik dan lakukan pembersihan stasiun &
sekitarnya.
4. Lakukan pembersihan celah-celah drum dan pemeriksaan spider.
5. Periksa kembali bahwa semua instalasi listrik telah dimatikan.
1. Definisi :
Digester
Press cake
Undiluted Crude Screw Press
Oil
2. Fungsi/Tujuan :
a) Mengkondisikan berondolan di digester sebelum di-press.
b) Meng-ekstraksi minyak semaksimal mungkin dari daging buah dengan Nut
pecah seminimum mungkin.
c) Menghantar press cake dan Nut ke cake breaker conveyor untuk dipisahkan
antara Nut dan Fibre di Depericarper.
d) Menyeimbangkan pencapaian kapasitas / jam, dengan operasional press yang
normal (disesuaikan kapasitas unit press terpasang)
A. Digester
Melepaskan sel minyak dari pericarp
Memisahkan pericarp dan Nut
Meng-homogen-kan massa brondolan
Mempertahankan temperatur 90oC – 95oC
Ampere kerja digester disesuaikan dengan kapasitas digester.
Berbentuk tabung silinder bagian dalam liner plate stainless steel dan bottom
plate (9 – 12 mm), bagian luar diisolasikan
Mempunyai stirring arm sebanyak 4 – 6 set (tergantung kapasitas digester)
plus 1 set expeller dipasang melintang dan berselang-seling
Pengisian digester minimal ¾ dari kapasitas nya
Putaran poros digester sebesar 25 rpm
Bagian bawah poros ditumpu oleh bearing/bushing pada stuffing bor.
Pastikan Baffle siku 150x150 mm pada dinding digester dengan panjang tidak
kurang dari 6”.
4. Prosedur Operasional
A Digester
Sebelum Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan oil level gear box
b. Periksa kondisi baut-baut pada coupling shaft digester
c. Lakukan pemeriksaan visual keadaan digester:
ca. Sisa-sisa berondolan
cb. Kondisi pisau-pisau pencabik
cc. Pisau pelempar
cd .Plat penahan (siku 150x150 mm, panjang 6”)
Operasional :
a. Lakukan pengisian digester secara berurutan dan tutup terlebih dahulu
chute pressan
b. Pastikan volume masing-masing unit digester tetap penuh (minimal
¾ dari volumenya) dan bila kurang dari ¾ volume, operasional
press di stop.
c. Panaskan berondolan dalam digester 90 – 95oC
d. Bersihkan drainage pada bottom plate digester dengan steam
e. Jalankan arm digester dan perhatikan suara-suara yang tidak normal
selama 20 menit, buka chute pressan
f. Pengeluaran minyak dari drainage bottom plate harus lancar.
B. Screw Press
Sebelum Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan oil level gear box.
b. Lakukan pemeriksaan baut-baut coupling electromotor.
c. Lakukan pemeriksaan oil level hydraulic pada tank.
d. Lakukan pemeriksaan kebocoran pada pipa hydraulic.
e. Perhatikan beban motor (ampere-meter) pada saat screw press
jalan kosong, suara dan getaran yang tidak normal saat dioperasikan
Operasional :
a. Jalankan screw press sebelum chute dibuka dan posisi cone tertutup
(maksimal) di lubang press cake liner.
b. Pastikan secara visual kondisi dari press cake, apakah berminyak
atau broken Nut tinggi.
c. Pastikan tekanan hydraulic 30 – 50 barg.
d. Laksanakan juga monitor terhadap amper kerja press disesuaikan
dengan type press.
e. Selama operasi, operator harus menjaga kebersihan lingkungan
stasiun press.
f. Perhatikan kondisi water dilution agar komposisi oil in crude oil
antara 35% - 39% dan temperatur 90 – 95oC
Operasional :
Pada waktu operasi, perhatikan suara-suara yang tidak normal serta
getaran yang tidak normal.
Operasional :
a. Pertahankan temperatur sand trap tank 90oC - 95oC.
b. Perhatikan water dilution
5. Monitor
d
s
t
30
31
Tolak ukur hasil yang dicapai:
%Oil Loss in Fiber Maksimum 8,00%O/DM
%Oil Loss in Nut Maksimum 1,00%O/DM
V. STASIUN KLARIFIKASI
1. Definisi
Perlakuan proses penjernihan crude oil dari estraksi stasiun press, yang masih
mengandung sejumlah kadar air, sludge dan lumpur, melalui tahapan-tahapan
klarifikasi yang merupakan faktor yang sangat menentukan terhadap produksi CPO
untuk kuantitas dan kualitas.
Crude Oil ex press
Vibrating screen
Tailing to press
Oil Sludge
Solid to
Purifier drain Suldge Tank
Moisture ≤ 0.150%
Dirt ≤ 0.015%
FFA ≤ 3.00%
Heavy phase Light phase
DOBI ≥ 3.00
Storage Tank
To effluent Treatment
DESPATCH
a. Penyaringan (filtrasi)
aa. Definisi :
Pemisahan crude oil dari fibre-fibre, cagkang-cangkang halus dan partikel-
partikel lainnya dengan menggunakan filtrasi ukuran 20/40 mesh.
b. Pengendapan
ba. Definisi :
Pengambilan minyak berdasarkan viskositas (density) antara minyak dan
partikel-partikel lainnya.
c. Centrifugasi
ca. Definisi :
Proses pemisahan minyak pada tahap akhir, dengan metode centrifugal.
d. Pemurnian
da. Definisi :
Proses pemurnian minyak yang masih mengandung kadar air dan kotoran-
kotoran yang sangat ringan.
a. Oil Loss
Pada sludge centrifuge. Maksimum 13,00 %O/DM
Pada Final Effluent Maksimum 17,00 %O/DM
Pada solid decanter Maksimum 14,00%O/DM
Pada heavy phase decanter Maksimum 11,50%O/DM
b. Kualitas Produksi :
FFA < 3.00 %
Moisture < 0.150 %
Dirt < 0.015 %
DOBI > 3.00
Oil recovery tank merupakan bagian stasiun klarifikasi dan umpan dipompakan
berasal dari fat-fit. Fat-fit merupakan bak penampungan cairan berasal dari
kondensat rebusan dan sludge drain stasiun klarifikasi. Sludge drain merupakan
saluran untuk mengalirkan air cucian lantai, air pembilas purifier, sludge dari tangki-
tangki yang di “drain” secara rutin. Cairan terdapat fat-fit masih mengandung
minyak dan masih dapat dikutip pada oil recovery tank. Selanjutnya kandungan
minyak sludge underflow dari oil recovery tank lebih rendah dari cairan di fat-fit.
Suldge underflow dari oil recovery tank dialirkan ke sludge fit dan selanjutnya
dipompa ke final effluent bersamaan dengan sludge eks sludge centrifuge atau heavy
phase decanter.
Sludge Underflow
Final Effluent ke
Heavy phase Sludge fit kolam limbah
decanter atau sludge
eks centrifuge
2. Tujuan
a. Menekan kandungan minyak di sludge underflow eks Recovery tank di bawah
25% O/DM.
b. Mencegah air kondensat dikembalikan ke proses klarifikasi.
a) Sebelum Pengolahan
1. Lakukan pengukuran tebal minyak dengan menggunakan slang pada
permukaan recovery tank. Jika ketebalan minyak mencapai 10 cm maka
dilakukan pengutipan minyak dengan menurunkan skimmer oil
2. Setelah ketebalan minyak tinggal 3 cm kemudian naikkan kembali skimmer
oil.
3. Lakukan drain recovery tank dan amati kekentalan sludge keluar dari pipa
drain. Bila hasil cairan keluar dari pipa drain sudah tidak kental, lakukan
penutupan pipa drain.
4. Pastikan operator yang melakukan drain, sudah dilatih terhadap proses drain.
b) Saat Pengolahan
1. Pastikan skimmer oil diatas permukaan cairan recovery tank.
2. Buka valve steam injection secara perlahan sampai bukaan valve terbuka
penuh. Setelah temperatur di recovery tank mencapai 88- 90oC kemudian
valve steam injection ditutup kembali. Perhatikan waktu pembukaan steam
injection terhadap gejolak di permukaan. Bila terjadi gejolak yang kuat
menunjukkan telah membesarnya lubang keluar steam pada steam injection
atau support penahan steam injection terlepas. Jika demikian, maka
dilakukan perbaikan pada waktu yang tepat.
3. Buka valve by pass steam trap kemudian buka valve steam inlet untuk
membuang semua air sehingga steam keluar dan tutup kembali valve bypass
(Perlakuan pembukan valve steam inlet dapat bersamaan dengan
pembukaan valve steam injection). Kemudian buka valve steam trap. Jika
terlihat sludge keluar saat pembuangan air menunjukkan steam coil sudah
bocor dan dilakukan perbaikan pada waktu yang tepat.
4. Amati ketebalan minyak dari sight glass bila tersedia untuk memonitoring
ketebalan minyak.
5. Lakukan pengutipan minyak dengan menurunkan skimmer oil jika ketebalan
minyak telah mencapai 10 cm dan stop pengutipan bila ketebalan minyak 3
cm dengan tujuan memproteksi air masuk ke proses klarifikasi.
6. Naikkan kembali skimmer oil diatas permukaan cairan setelah selesai
pengutipan minyak
Setiap 3 (tiga) bulan sekali, lakukan perbersihan recovery tank dan sekaligus
melakukan pemeriksaan kondisi steam coil dan steam injection beserta supportnya.
Lakukan koordinasi dengan operator limbah saat dilakukan pengosongan recovery
tank untuk memastikan effluent tidak diumpan hanya pada satu kolam limbah.
6. Monitoring
- Temperatur operasi rata-rata 88-90 oC.
- Rata-rata ketebalan minyak pada permukaan recovery tank lebih kurang 10 cm.
- Kandungan minyak di underflow recovery tank tidak lebih dari 25 % O/DM.
2. Alur Proses
Dirt atau moisture yang mengendap di Tangki Storage di recycling dan
dialirkan ke tangki penampung di stasiun Klarifikasi sesuai instalasi pipa
yang terpasang di masing-masing pabrik. Minyak recycling selanjutnya
diproses di Stasiun Klarifikasi.
Recycling
Tangki Stasiun Klarifikasi
Storage
Dispatch CPO
Final Effluent
3. Parameter
3.1. %Moisture minyak dispatch terkontrol sesuai target (0,12 – 0,15%).
3.2. %Dirt CPO terkontrol sesuai target (<0,015%).
4. Pelaksana
5.1. Operator dispatch dan dibantu operator klarifikasi.
5. Fasilitas Peralatan
5.2. Valve recycling minyak Tangki Storage dilengkapi kunci pengaman (kunci
gembok).
5.3. Pompa recycling atau pompa dispatch difungsikan sebagai pompa recycling
minyak.
7.1.1. Pastikan isi tangki penampung minyak recycling di stasiun Klarifikasi tidak
penuh dan pompa dalam kondisi standby untuk mencegah minyak
tumpah saat dilakukan recycling dari Tangki Storage.
Recycling minyak
Dispatch CPO
Gambar pipa dispatch dan recycling pada Tangki Storage (Catatan:
susunan pipa tergantung pada masing-masing pabrik)
1 3 5
2 4
6
Keterangan gambar
1 dan 3 2 dan 4 5 6 7 8 9
Dispatch Drain inlet valve Dispatch Check Outlet valve Outlet valve
Valve Valve pada pump Valve pada dispatch pada dispatch
dispatch pump untuk pump untuk
pump dispatch CPO recycling
7.1.2. Tutup dispatch valve tangki yang akan di-dispatch dan outlet valve pada
dispatch pump untuk dispatch CPO.
7.1.3. Buka drain valve tangki yang akan di-dispatch. Buka inlet valve dan
outlet valve untuk recycling minyak pada dispatch pump.
7.1.4. Operasikan dispatch pump yang difungsikan sebagai pompa recycling
minyak Tangki Storage.
7.1.5. Lakukan pengamatan visual pada minyak yang keluar dari pipa recycling
ke tangki penampung di stasiun klarifikasi.
7.1.6. Segera matikan dispatch pump jika minyak yang keluar dari pipa recycling
sudah berwarna merah atau minyak sudah terlihat murni.
Note :
Bila recycling minyak dilakukan dengan metode gravitasi (tanpa pompa),
agar posisi buka-tutup valve disesuaikan aliran recycling.
Setelah di recycling, sounding kembali Tangki Storage yang akan di-
dispatch (untuk keperluan rekonsiliasi antara hasil timbangan dengan
sounding dari CPO dispatch).
Lakukan pengukuran temperature CPO untuk keperluan perhitungan
stock CPO pada Tangki Storage dengan cara:
(i) Lakukan pengukuran temperatur CPO pada bagian bawah, tengah
dan atas pada tangki storage.
(ii) Celupkan thermometer pada bagian yang akan diukur dan biarkan
thermometer sampai menunjukkan temperature tidak naik lagi.
(iii) Catat temperatur terbaca pada thermometer.
(iv) Ambil rata-rata hasil pengukuran temperatur untuk perhitungan
stock CPO.
7.2. Tangki yang tidak di-dispatch (bila hasil analisa moisture atau dirt pada CPO di
Tangki Storage melebihi target)
7.2.1. Lakukan prosedur recycling seperti pada point 7.1.1 sampai 7.1.7 untuk
tangki storage yang tidak dispatch. (Catatan: Bila pipa recycling
berhubungan dengan pipa dispatch CPO, maka recycling minyak
pada tangki storage yang tidak dispatch, dilakukan saat tidak
ada dispatch CPO).
7.2.3. Setelah selesai recycling, tutup dan kunci kembali drain valve Tangki
Storage untuk keamanan.
Catatan: Bila komposisi hasil drain dari tangki storage yang dicuci,
kebanyakan sludge, maka sebaiknya hasil drain dikembalikan ke recovery
tank (via tangki pemanpung minyak recycling di stasiun klarifikasi).
1. Definisi :
Stasiun yang melakukan proses pencapaian efisiensi recovery kernel yang
maksimal dengan kualitas produksi yang optimal dan losses yang minimal.
Press cake
Depericarper Fibre
Polishing Drum
Nut=+/- 12%
Nut hopper
Ripple Mill
Eff. Pemecahan ≥ 96%
Broken Kernel ≤ 15%
Bulk Silo/Bisley
Despatch produksi
Moisture 6-7%
Dirt 5-6%
%Broken kernel ≤15%
%FFA ≤ 2%
a. Kualitas noten harus baik – pada bentuk lancip noten maksimal hanya terdapat
serabut yang pendek dan jumlahnya sedikit.
b. Volume noten hopper – tetap balance (volume maksimal noten hopper setengah
{50%} dari kapasitasnya).
c. Operasional ripple mill – sesuai dengan kapasitasnya.
d. Mass balance craxmix ex ripple mill, agar dicapai pada :
Kernel dry separation = + 50%
Broken kernel ex craxmix pada LTDS = + 30%
Broken kernel ex craxmix pada Claybath maksimal 20%
e. Operasional pada claybath, larutan medianya (larutan CaCO3) pencapaian
terbaik untuk specific gravity sebesar 1,12 s/d 1,14 .
f. Volume kernel silo harus tetap penuh kapasitasnya.
g. Pengukuran volume pada batching tank harus benar sesuai kalibrasi yang telah
ditetapkan masing-masing PKS.
4. Operasi (Proses)
a. Sebelum Proses
Periksa kondisi seluruh unit mesin yang bergerak, dalam keadaan baik.
Periksa kondisi volume noten hopper dan kernel silo
Periksa spesific gravity (SG) larutan Calcium Carbonat (CaCO3) masih baik
atau tidak.
b. Operasional (Start)
Periksa sebelum proses dimulai, kondisi seluruh unit mesin yang bergerak
dalam keadaan bersih dan kosong.
ON – Fibre dan shell conveyor
ON – Fan LTDS dan fibre cyclone (dari stasiun press)
ON – Cracked moisture conveyor dan wet kernel conveyor
ON – Feed distribusi claybath conveyor dan pompa claybath dan fan-fannya
ON – Air lock feeder dan Nut conveyor
c. Stop Operasional
OFF –Fibre cyclone dan polishing drum dan Nut transport fan
OFF – Nut silo – Nut conveyor dan Nut elevator
OFF – Ripple mill – air lock feeder dan cracked mixture conveyor
OFF – Claybath – Pompa sirkulasi dan fan transport shell dan fan transport
broken kernel.
OFF – LTDS – Fannya serta fibre dan shell conveyor
OFF – Kernel silo – distribusi wet kerrnel conveyor/dry kernel conveyor/dry
kernel elevator dan kernel transport fan serta fan heaternya.
Tutup valve steam dan drainage steam trapnya.
5. Monitoring
a. Kualitas Produksi :
Moisture 6-7%
Dirt 5 – 6%
Broken Kernel <15 %
FFA <2%
b. Effisiensi Ripple Mill ≥ 96 %
c. Volume noten hopper maksimal. 50% dari kapasitasnya
Volume kernel silo harus penuh ( minimal 75 % dari kapasitasnya).
d. Mass Balance Craxmix
Ex LTDS no 1 = 50 % maksimum
Ex LTDS no 2 = 30 % maksimum.
Ex Claybath = 20 % maksimum.
e. Kernel Loss
Penjelasan Umum
Feed Tank
Deaerator
Fiber & Shell
BOILER
Steam
Make-up
Steam Separator
Steam
Steam Turbin
Back Pressure
Main Switch Board Receiver
Feed Tank
1. Level air umpan pada tangki harus dijaga dalam kondisi penuh sepanjang waktu
ketika boiler beroperasi
2. Temperatur air umpan harus terjaga pada kisaran 80 - 90 oC sehingga memudahkan
proses deaeration dan mengurangi pemakaian bahan bakar boiler
3. Bypass valve (tanpa lewat deaerator) harus ditutup dan disegel plastic bernomor dan
dicatat. Valve ini hanya boleh dibuka dalam kondisi darurat oleh operator boiler dan
dibuatkan berita acara dalam logsheet boiler.
Deaerator
1. Tekanan dalam deaerator harus dijaga pada kisaran 0,34 barg.
2. Temperatur air di dalam deaerator harus dijaga sekitar 100-105oC
3. Pastikan exhaust valve pada bagian atas deaerator selalu terbuka sepanjang waktu
sehingga steam (berupa gas) terlihat keluar dari pipa
4. Level air di dalam deaerator harus dijaga sedikit di atas setengah tinggi tangki.
Ruang kosong di atas level air diperlukan untuk melepaskan oksigen
BOILER
Abu
Steriliser Process
Keterangan:
1. SSC untuk turbin dicapai dari pengukuran flowmeter (jika ada)
2. Steam yang keluar dari boiler (B kg/jam) diukur dari steam flowmeter (jika ada)
3. %Fiber/TBS dan %shell/TBS berdasarkan pengujian
4. 3.5 kg steam per kg fuel merupakan acuan dan didasari pada nilai kalor gabungan
bersih 6000 BTU/lb (3333 Kkal) dan efisiensi thermal boiler 57%
Catatan:
Mill: ……………………. Region: …………………….
Boiler
Waktu yang dibutuhkan untuk pemanasan boiler bervariasi di antara jenis/type boiler.
Jika boiler dipadamkan malam sebelumnya, lakukan hal seperti berikut:
1. Masukkan fiber dan sebarkan secara merata di atas fire grate, kemudian nyalakan
api
2. Hidupkan ID fan, FD fan dan secondary fan dengan damper yang setengah terbuka
3. Jika memiliki sistem pendingin pendukung batang ruang bakar, buka water valve
atau jalankan pompa sirkulasi jika ada
4. Panaskan boiler secara perlahan untuk menaikkan steam ke tekanan kerja. Pastikan
bahwa level air di gelas penduga tidak bertambah (terkontrol)
5. Lakukan blowdown pada header dinding samping dan pastikan bahwa level air tetap
terjaga (Jangan lakukan blowdown pada header dinding samping ketika boiler
operasi)
Saat menghubungkan boiler ke main steam pipe , perlu dibiasakan untuk melindungi
boiler, pipa-pipa dan steam turbin dari kerusakan.
1. Buka penuh semua steam trap bypass valve pada jalur main steam pipe dan steam
turbin
2. Buka sedikit boiler main stop valve untuk meratakan pemanasan pada main steam
pipe
3. Saat steam berhembus bebas keluar dari aliran bypass valve, segera tutup bypass
valve
4. Biarkan steam trap valve dalam posisi terbuka dan buka perlahan-lahan boiler ,
main stop valve sampai terbuka penuh
5. Ketika hendak menggabungkan boiler kedua atau ketiga pada main steam pipe,
pastikan bahwa boiler tersebut berada pada tekanan yang seimbang terhadap boiler
yang sebelumnya sudah stabil
6. Bypass valve pada main steam line dan steam turbin dibuka
7. Setelah beberapa menit, buka perlahan-lahan boiler main stop valve dan segera
tutup bypass valve
8. Biarkan semua steam trap valve dalam posisi terbuka
Keamanan
1. Segera bersihkan tumpahan oli pada lantai dan plaform
2. Sebelum mengoperasikan beberapa peralatan, pastikan tak satu pun yang sedang
bekerja
3. Bunyikan sirine sebelum membuka steam ke main steam range
4. Gunakan sarung tangan dan sepatu pada saat membersihkan firte grate (korek abu)
5. Pastikan tekanan ruang bakar negatif ketika korek abu
Keadaan Darurat
1. Second Low Water Level
Jika lampu second low water level pada panel menyala, dan secara bersamaan alarm
low water berbunyi, segera lakukan tindakan berikut ini:
a. Hidupkan pompa cadangan untuk air umpan boiler dan periksa valve isolasi
untuk modulating control valve telah dibuka penuh. Buka bypass valve dari
modulating control valve untuk menaikkan flowrate feed water kedalam boiler
yang sedang mangalami second low water level. Tutup main steam stop valve.
b. Jangan matikan pompa cadangan untuk air umpan boiler sampai level air di
dalam gauge glass mencapai level normal.
c. Dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk memasukkan air ke dalam boiler
dengan 2 pompa air umpan boiler, yang disebabkan oleh berbagai alasan, maka
2. Pipa bocor
(Definisi pipa bocor merujuk pada lampiran 1)
Segera lakukan tindakan sebagai berikut:
a. Operasikan terus pompa air ke boiler dan pertahankan level air paling sedikit
setengah gelas sampai boiler cukup dingin. Dimungkinkan perlu mengoperasikan
pompa cadangan air umpan boiler.
b. Segera stop total boiler sesuai prosedur Stop Total Boiler Dalam Keadaan
Darurat, point 2(c) sampai 2(g) diatas.
c. Konsultasikan dengan PC untuk tindakan lebih lanjut.
3. Pipa Pecah
(Definisi pipa pecah merujuk pada lampiran 2)
Pipa pecah di boiler dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Semburan abu keluar dari dapur boiler dan ash-pit door, dan/atau dari belakang
boiler.
b. Air menetes pada ash-pit dapur boiler atau meresap dari bagian bawah boiler,
tergantung pada bagian mana pipa pecah.
c. Suara bising terpancar dari steam/air yang keluar melalui pipa yang pecah.
Dalam situasi pipa pecah, kemungkinan tidak cukup waktu untuk memeriksa gauge
glass. Segera lakukan stop total boiler sesuai prosedur Stop Total Boiler Dalam
Keadaan Darurat (kondisi low water), dari point 2(a) sampai 2(g) diatas.
4. Pecatatan Pelatihan
a. Buku Catatan
i. Buku catatan harus ada untuk mencatat semua kegiatan pelatihan yang
berhubungan dengan Power House (boiler house dan engine room).
ii. Buku catatan harus disimpan di ruang Manager dan harus tersedia setiap
saat ketika diperlukan untuk pemeriksaan.
b. Pencatatan
Informasi pelatihan harus dicatat sebagai berikut:
i. Tanggal dan tempat pelaksanaan pelatihan
Perawatan boiler
2. Dry Storage
a. Metode dry storage dapat digunakan ketika boiler stop total dan didiamkan
lebih dari satu bulan.
b. Setelah stop total, pendinginan dan pengosongan boiler:
Pengeringan setelah lama dipadamkan (3 minggu atau lebih) atau setelah perbaikan
ruang bakar
Pemadaman dalam waktu yang lama akan menyebabkan dinding batu menyerap air dari
udara dan perlu dikeringkan. Ruang bakar yang telah diperbaiki dengan yang baru juga
membutuhkan pengeringan:
1. Isi boiler dengan air yang telah diolah secara kimiawi dan biarkan air venting valve
dalam posisi terbuka
2. Ikuti langkah proses pengeringan seperti yang telah diberikan untuk ruang bakar
yang baru, dari point 2 sampai 7
3. Naikkan tekanan perlahan-lahan pada hari ke-11, berikan satu hari penuh (24 jam)
untuk mencapai tekanan kerja. Gunakan ID fan seperlunya untuk menjaga besaran
api
4. Tutup air venting valve ketika steam terdengar dan terlihat keluar
Lampiran 1.
Pipa bocor
Dalam kasus pipa bocor sebesar lubang jarum yang disebabkan overheating pada
pipa karena kerak, atau disebabkan localized corrosion (pitting) pada pipa, atau
disebabkan pengikisan bagian luar pipa, tekanan steam boiler akan sulit untuk
dipertahankan. Supply air umpan ke boiler terus menerus dan diatas normal untuk
menjaga level air di dalam steam drum pada level normal.
Dalam hal ini, dimana tekanan steam boiler sulit untuk dipertahankan dan air umpan
disuplai secara terus menerus diatas normal, periksa ash-pit, sisi samping dan
bagian belakang boiler terhadap resapan air. Jika terlihat air menetes pada ash-pit
atau meresap dari bagian bawah boiler, semua indikasi ini menunjukkan adanya
kebocoran pipa. Suara berdesis dapat terdengar.
Lampiran 2:
Pipa Pecah
Istilah pipa pecah, digunakan untuk menggambarkan luas areal yang terbuka lebar
dari pipa metal, dan menggambarkan parahnya pipa pecah dibandingkan pipa bocor.
Korosi eksternal dan/atau erosi akan menyebabkan penipisan bagian luar pipa.
Korosi eksternal bersifat menyeluruh dan dapat menyebar luas. Pipa akan pecah
ketika ketebalan pipa yang tersisa tidak cukup kuat menahan tekanan kerja normal
boiler. Ada kemungkinan bahwa pengerakan yang parah pada area yang luas pada
pipa, dan akibat dari overheating yang tinggi pada area yang luas tersebut, dapat
menyebabkan pipa pecah.
Dalam kejadian pipa pecah, steam dan air di boiler akan dikeluarkan melalui area
yang pecah pada kecepatan sangat tinggi. Boiler akan sangat cepat ke level low
water, kecepatannya sangat tergantung pada ukuran diameter steam drum, ukuran
yang pecah
Kamar Mesin
a) Sebelum operasional
Data Kwh, Voltage, Hz, Amp, tekanan oil, temperatur engine setiap 1 jam operasi
harus dicatat demikian juga Hm
Bila ada gangguan pada engine dan alat-alat instrument yang lainnya, gunakan
emergency stop yang telah tersedia pada MCCB
Buat laporan resmi bila ada masalah pada engine dan alat instrument secara
lisan atau tulisan langsung kepada Manager.
b) Selama operasional
Setelah operasi normal, diesel genset bisa disesuaikan dengan main switch board
Setelah disesuaikan, adjust loading dan pastikan load diseragamkan dengan
semua alternator yang sedang beroperasi
Periksa dan pastikan line voltage dan frekuensi di dalam operating range, adjust
jika perlu
Periksa dan monitor temperatur radiator
Periksa dan monitor pressure lubrication oil
Batere genset tidak boleh dibongkar/dipindahkan waktu operasi genset
2. Air pendingin
Buka air pendingin lubricating oil cooler
Amati dan pastikan air disalurkan pada ujung saluran air
3. Kontrol turbin
Tempatkan semua alat kontrol, trip mekanisasi dalam posisi operasi
Buka/tutup hand nozzle valve sesuai dengan muatan turbin
b) Start turbin
Buka steam trap pada pipa line boiler
Buka steam trap pada steam separator
Buka semua steam trap pada turbin
Buka steam trap pada BVP
Buka valve water cooled turbin
Buka exhaust valve turbine
Buka semua valve BVP ke sterilizer, pressing, nut dan kernel, klarifikasi, dearator,
oil storage tank dll
Periksa level oil/minyak pelumas pada governor turbin
Start oil pump agar oil masuk ke bagian yang diperlukan
Buka inlet valve steam turbin sedikit untuk pemanasan rotor dan governor ± 15
menit
Buka inlet steam turbin hingga rpm 100, 200, 300, 400 dan 500 secara
perlahan-lahan ±10 menit
Pada rpm 500 periksa getaran turbin dan bunyi /suara
Buka full inlet steam valve, sampai 1500 rpm
Setting Hz sampai 50 pada MCCB dan voltage 400
Masukkan/naikan switch netral
On synchronize key
Periksa double Hz, voltage pada synchronize system, harus sama Hz, Voltage
diesel dan steam turbin
On ACB/kunci synchrone off
Pindahkan power genset ke turbin secara perlahan-lahan (bila tekanan
operasional, bila tekanan tidak cukup diesel tetap sinkron sampai tekanan
normal)
Off diesel secara perlahan-lahan
Tutup by pass steam trap
Monitor
Jam Bar In Hg ToC Action Name Action Name Action Name ToC ToC
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
24:00
Tanggal:
Power Eletrik Oil Oil Inlet Steam BVP
Generator Presure Temp Presure Cosumption Presure
Tanggal:
Power Eletrik Oil Oil Air Solar
Generator Presure Temp Pendingin Cosumption
Sasaran
1. Memproduksi air yang bersih dan jernih
2. Mengurangi biaya raw water treatment
3. Mengurangi biaya boiler water treatment dengan hasil air yang bersih dan jernih
4. Memperpanjang umur operasional boiler sehingga dapat mengurangi biaya
perbaikan
Raw Water
Sunga Waduk Tank
i
Koreksi pH, bila diperlukan.
Coagulant
Clarifier
Tank
Floccolant.
Titik Pengambilan
sampel
Titik Pengambilan
sampel
(Dissolved Oxygen)
Mass Balance
Raw Water
SOP-PENGOLAHAN/ Review MCMD#1/2010
Supply – RS (m3/jam) 65/85
Clarifier Tank
1. Bersihkan dan inspeksi clarifier tank satu kali dalam 3 ( tiga ) bulan. Catat tanggal
pelaksanaannya pada buku water treatment.
2. Simpan catatan kapasitas clarifier tank dan waktu retensinya.
3. Pertahankan sludge blanket di dalam clarifier tank untuk menangkap floc. Ketika
lapisan sludge mulai tebal dan floc yang terbentuk mengalami carry over, buka drain
bawah atau samping di lapisan bawah sludge blanket.
4. Drain bagian bawah clarifier tank beberapa menit di pagi hari (Lamanya drain dan
banyaknya per hari tergantung pada kondisi lokal dimana pabrik perlu
menetapkannya sehingga sludge blanket tetap terjaga).
5. Dosis flocculant ke silinder bagian dalam clarifier tank, di bagian tengah, bertemu
aliran air yang naik (Kedalaman silinder tempat dosis flocculant masuk diperoleh
lewat beberapa percobaan yang menghasilkan floc yang berukuran besar)
6. Turbidity air di clarifier tank ,di bawah 5 NTU.
Treated Water
1. Injeksi soda ash pada air sebelum treated water tank untuk menaikkan pH ke 7.5
2. Bersihkan dan inspeksi treated water tank tiap 6 ( enam ) bulan dan catat tanggal
pelaksanaannya
Sand/Pressure Filter
1. Lakukan backwash setiap 8 ( delapan ) jam secara perlahan-lahan untuk mencegah
keluarnya pasir dari dalam vessel , lihat selisih pressure gauge posisi atas dan
bawah telah mencapai 0.5 bar ( +/- 7.4 psi ).
2. Keluarkan semua pasir dan gravel satu kali setahun dan bersihkan serta inspeksi
vessel. Catat tanggal pelaksananya dalam buku water treatment.
3. Turbidity air selepas sand filter , di bawah 2 NTU.
Larutan Standard
1. Persiapkan larutan standard (untuk coagulant, flocculant dan soda ash) hanya untuk
pemakaian selama satu minggu. Cek larutan standard jika telah lebih dari satu
minggu.
2. Persiapkan larutan standard untuk coagulant (alum atau polimer) dan soda
ash/coustic soda dengan konsentrasi 1% (1 ml pipet sebanding dengan 20 ppm
bahan kimia).
3. Persiapkan larutan standard untuk flocculant dengan konsentrasi 0.1% (1 ml pipet
sebanding dengan 2 ppm bahan kimia).
4. Contoh untuk mempersiapkan larutan alum:
a) Timbang 0.5 gr alum dan larutkan dalam 500 ml air suling (pengukuran
menggunakan measuring cylinder) dan beri label pada botol plastik.
b) Perhitungan:
Konsentrasi = 0.5/500 = 0.001 (0.1%)
ppm = 0.001 x 1000000 = 1000
500 ml larutan mengandung 1000 ppm alum
1 ml larutan= 1000/500 = 2 ppm alum
Jar Test
1. Lakukan jar test setiap hari untuk penentuan dosis coagulant, flocculant dan soda
ash/coustic soda.
2. Kumpulkan sampel raw water dalam jumlah yang cukup dari satu titik sebelum dosis
beberapa bahan kimia.
3. Cek pH raw water di laboraorium untuk menentukan perlunya mengkoreksi pH
4. Tes dilakukan dengan minimal 8 sampel 500 ml air per hari (4 sampel sekali
pengujian, sehingga terdapat 2 set pengujian). Banyaknya air diukur dengan
measuring cylinder 500 ml dan dituangkan ke dalam beaker glass.
5. Atur stirer dengan kecepatan maksimal untuk dosis coagulant selama 5 menit. Catat
ppm coagulant untuk tiap beaker glass.
6. Dosis pada beaker pertama dengan larutan standard coagulant 6 ppm di bawah hasil
tes harian dan naikkan dosis 2 ppm pada beaker berikutnya dan seterusnya
demikian.
Contoh: Hasil tes harian = 20 ppm larutan alum
Mulailah dari 14 sampai 28 ppm
7. Turunkan kecepatan stirer sampai 40 rpm atau lebih rendah lagi dan biarkan
berjalan selama 2 menit. Dosis flocculant yang diinjeksikan hendaknya tidak melebihi
0.4 ppm
8. Hentikan stirer dan pindahkan sampel dari mesin stirer dan biarkan sampel sampai
konstan 15 menit.
9. Pilih sampel dengan air yang paling jernih, tes pH dan tambahkan sampai 7.2. Catat
berapa dosis soda yang diperlukan.
10. Hitung dan catat jumlah bahan kimia yang diinjeksikan per hari:
a) Coagulant (alum atau polimer) ………. kg
Perhitungan:
ppm x flowrate x jam
Jumlah bahan kimia (kg) = -------------------------
1000000
dimana:
ppm = ppm larutan standard yang diinjeksikan
flowrate = pengukuran flowrate dari raw water
jam = jam pengadaan air yang ditreatment ke pabrik
Catatan/Log Sheet
1. Masukkan hasil tes harian ke dalam log sheet.
2. Manager atau asisten terkait harus memeriksa hasil tes harian tersebut.
Softener
Backwash
1. Lakukan backwash satu kali di pagi hari sebelum mulai mengolah.
2. Amati dengan teliti selama backwash dilakukan untuk mencegah hilangnya resin.
3. Hentikan backwash ketika air yang keluar sudah terlihat jernih.
4. Backwash flowrate – 245 liter per menit per m2 daerah permukaan resin
Regenerasi
1. Lakukan regenerasi ketika hardness pada air setelah softener di atas 2 ppm (sebagai
CaCO3).
2. Sebelum regenerasi, backwash softener selama 20 menit atau sampai air yang
terbuang sudah terlihat jernih.
3. Jumlah garam yang dibutuhkan untuk regenerasi didasarkan pada 10 pounds NaCl
untuk meregenerasi 1 cu.ft resin (1 cu.ft = 28.32 liter)
4. Faktor kelarutan untuk larutan garam adalah 20%
total garam
Volume larutan garam = ---------------------
factor kelarutan
5. Regenerasi softener idealnya memakan waktu kurang dari 30 menit , atau sesuai
rekomendasi dari pabrik nya ( manual katalog ).
6. Flowrate regenerant – 0.03 sampai 0.07 liter per menit per liter resin.
Pembilasan
1. Bilas softener sesegera setelah regenerasi untuk mengeluarkan garam.
Operasi/Service
1. Flowrate pada saat operasi – 0.27 sampai 0.55 liter per menit per liter resin
2. Sistem tekanan tidak melebihi tekanan kerja standard softener sebesar 50 pound per
inch2
DEMINT PLANT
Cation Exchanger
Backwash
1. Lakukan backwash satu kali di pagi hari sebelum mulai mengolah.
2. Amati dengan teliti selama backwash dilakukan untuk mencegah hilangnya resin.
3. Hentikan backwash ketika air yang keluar sudah terlihat jernih.
Regenerasi
1. Lakukan regenerasi kation ketika hardness di dalam air sudah di atas 2 ppm.
2. Sebelum diregenerasi, backwash kation selama 20 menit atau sampai air yang
terbuang sudah terlihat jernih.
3. Persiapkan bahan kimia regenerasi dengan konsentrasi yang direkomendasikan oleh
supplier.
Pembilasan
1. Bilas kation segera setelah regenerasi untuk mengeluarkan regenerant.
2. Lakukan slow rinse dan fast rinse sesuai rekomendasi supplier.
Anion Exchanger
Backwash
1. Lakukan backwash satu kali di pagi hari sebelum mulai mengolah
2. Amati dengan teliti selama backwash dilakukan untuk mencegah hilangnya resin.
3. Hentikan backwash ketika air yang keluar sudah terlihat jernih
Regenerasi
1. Lakukan regenerasi anion ketika kandungan silica di dalam air sudah di atas 5 ppm.
2. Sebelum diregenerasi, backwash anion selama 20 menit atau sampai air yang
terbuang sudah terlihat jernih.
3. Persiapkan bahan kimia regenerasi dengan konsentrasi yang direkomendasikan oleh
supplier.
4. Lakukan regenerasi anion sampai bahan kimia regenerasi habis.
Pembilasan
1. Bilas anion setelah regenerasi untuk mengeluarkan regenerant.
2. Lakukan slow rinse dan fast rinse sesuai rekomendasi supplier.
Catatan/Log Sheet
MONITORING
FORMAT PENCUCICAN TANGKI
Mill …….
BULAN R. WATER TANK per CLARIFIER -TANK TREATED WATER FEED TANK
3 BULAN per 3 BULAN TANK per 6 BLN per 3 BLN
JAN
PEB
MAR
APR
MAI
JUN
JUL
AGST
SEPT
OKT
NOP
DES
DIPERIKSA ; DIKETAHUI ;
ASKEP F.MANAGER
1. Definisi
Proses pengendalian limbah cair pabrik kelapa sawit adalah proses perombakan
secara anaerobik yang berlangsung tanpa membutuhkan oksigen, untuk
mendapatkan senyawa-senyawa limbah menjadi energi dan nutrisi yang sesuai
untuk kebutuhan land application.
FINAL EFFLUENT
Kolam Anaerobic
LAND APPLICATION
2. Tujuan stasiun
3. Rencana kerja
Dalam master plan final effluent, perlu diperhatikan level kolam, sistem umpan multi
feeding, dan kondisi nutrisi, serta dilakukan analisa di PPKS atau lembaga
pemerintah yang resmi setiap bulan sekali, setiap kolam selama proses sedimentasi
berlangsung.
Kolam Anaerobic
KE LAND
APPLICATION
b (ton)/jam
Keterangan
Formulir di atas harus diisi setiap PKS sesuai dengan operasional yang
dipergunakan.
4. Prosedur operasi
a. Sebelum operasi
Lakukan pembersihan terhadap bak penampung dua bulan sekali .
b. Selama operasi
Pastikan bahwa laju sludge buangan klarifikasi yang masuk ke bak
penampung ini konstan
c. Setelah operasi
Pastikan bahwa buangan terakhir klarifikasi selesai dipompakan ke bak
sedimentasi
a. Sebelum operasi
Kontrol visual kondisi pompa .
Kontrol power supply dan pastikan semua phase dalam kondisi kerja .
Catat hour meter, awal operasi pompa
b. Selama operasi
Kontrol dan pastikan tidak ada getaran abnormal .
Operasi pompa tidak terjadi over heating
c. Setelah operasi
Tutup terlebih dahulu kerangan outlet pompa .
Matikan power pompa .
Tutup kerangan outlet pompa.
Catat hour meter , akhir operasi pompa
a. Sebelum operasi
Periksa hasil analisa sampel dari tiap kolam yang diambil pada pagi hari dan
bandingkan dengan aktivitas permukaan kolam sesuai pengamatan visual.
Staff Laboratorium membuatkan rencana pengumpan masing-masing kolam
sesuai dengan parameter VFA harian. Rencana dimulai dari prediksi jumlah
olah buah berdasarkan taksasi buah masuk harian. Tentukan lama
pengumpanan masing-masing kolam berdasarkan parameter VFA. Kolam
dengan VFA lebih rendah diumpan lebih lama dan kolam dengan VFA tinggi
(masih dalam batas pengumpanan) diumpan lebih singkat. Sehingga lama
pengumpanan sama dengan total prediksi jam olah. (Bila VFA tidak teranalisa
karena kerusakan alat test, dapat menggunakan pendekatan pH atau
alkalinity sebagai panduan).
Pastikan level permukaan tiap kolam berimbang.
Pastikan umpan hanya pada satu kolam saja secara bergantian.
b. Selama operasi
Sesuaikan lama pengumpanan ke kolam dengan rencana waktu yang
ditetapkan, bila ada perubahan waktu pengumpanan lapor ke staff
bersangkutan.
Pastikan underflow setiap kolam tidak tersumbat.
Pastikan pompa Land Application dapat memompa limbah sesuai jumlah yang
telah ditetapkan.
c. Setelah operasi
Pastikan valve pompa Land Application dalam posisi tertutup.
Pastikan bahwa pengumpanan telah merata ke semua kolam.
a. Sebelum operasi
Pastikan tidak ada outlet yang keluar dari bak sedimentasi ke arah bak
kontrol
Pastikan pompa dapat bekerja dengan baik
b. Selama operasi
Pastikan outlet berasal hanya dari satu bak sedimentasi saja
Outlet dari tiap bak sedimentasi hanya dibuka selama dua jam dan bergiliran
Urutan outlet bak sedimentasi ke bak kontrol berdasarkan hasil analisa
terbaik untuk parameter pH, total alkalinity dan VFA berturut-turut
c. Setelah operasi
Pastikan tidak ada lagi outlet yang keluar dari bak sedimentasi
Pastikan level pada bak kontrol tidak luber
a. Sebelum operasi
Kontrol visual kondisi pompa
Kontrol power supply dan pastikan semua phase dalam kondisi kerja
Catat hour meter , awal dari pompa land application ber operasi.
b. Selama operasi
Kontrol dan pastikan tidak ada getaran abnormal
Operasi pompa tidak terjadi over heating
Sasaran
Memperkirakan aktivitas bakteri an-aerob yang terdapat di dalam kolam limbah
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per hari untuk tiap kolam
6. Metode Pengujian
A. pH
Tuang 50 ml sampel effluent ke dalam beaker glass 100 ml
Celupkan sensor untuk pengukuran pH (pastikan bahwa sensor sudah
bersih dan sudah distandarsisasi dengan larutan standard pH 10.01)
Catat nilai yang muncul pada pH meter
B. Total Alkalinity
Hilangkan zat padatan yang terbawa melalui filtrasi ataupun centrifuge
Tempatkan 100 ml larutan jernih effluent ke dalam conical flask 250 ml
Perhitungan:
Total alkalinity (sebagai mg CaCO3/lt) = v x 50
dimana v adalah volume total H2SO4 yang digunakan dalam titrasi (ml)
Perhitungan:
103
VFA = (S-B) x N x 60 x ----
V
dimana:
S = volume titrasi sampel effluent
B = volume titrasi sampel blanko
N = normalitas NaOH
V = volume sampel yang dititrasi (ml)
7. Monitoring
Catatan:
Bila VFA (volatile fatty acid) keseluruhan kolam diatas >1000 ppm dan
VFA/TA > 0,40, minta persetujuan CEO untuk mengambil tindakan
selanjutnya.
1. Definisi :
AIR + STEAM
3. Master plan
a. Pencucian tanki storage setiap 6 bulan sekali , minta persetujuan CEO bila
storage tank tidak dapat dilakukan pencucian nya , disebabkan stock CPO pada
storage tank penuh.
b. Programkan jadwal pencucian ,dan koordinasikan dengan pihak Marketing
untuk dapat membantu pemasaran stock CPO.
c. Mengosongkan tanki storage sampai batas minimal CPO dalam tanki,
d. Menambahkan air dingin sebatas steam coil dan berikan steam s/d
tempratur +/- 70 o C ( untuk memisahkan minyak dengan solid / blended)
e. Recycle sisa2 CPO di dalam tanki storage ke Stasiun Klarifikasi, sisa solid
(blended) di buang keluar.
f. Mengepel sisa2 air & solid, dengan mempergunakan kain majun.
a. Sebelum pelaksanaan
b. Pelaksanaan ;
c. Setelah pencucian
Periksa kondisi steam coil , pipa inlet , pipa ventilasi udara dll.Laksanakan sesuai
SOP , selesai pekerjaan buat berita acaranya.
Mill , ………………….