Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN SKALA KEPATUTAN SOSIAL

BERDASARKAN MARLOWE-CROWNE SOCIAL


DESIRABILITY SCALE (MCSDS) VERSI 33 ITEM

Susilo Wibisono
Prodi Psikologi, Universitas Islam Indonesia
wibisonosusilo@yahoo.com

Abstrak:
One way to reduction social desirability bias on quantitative research
was done by using social desirability as control variable. Identification of
social desirability on research’s participants was assessed by using Marlowe-
Crowne Social desirability Scale (MCSDS) since decade 1960. This research
aims to construct equivalent items with MCSDS and analyze to prove it.
Research’s participants was 300 undergraduate students. The result of analysis
shows that items constructed doesn’t fulfill yet the criterias of equivalency.
Result of factor analysis on version 1 questionnaire shows some items in
attribution and denial factor doesn’t have significant correlation with its
loading factor, so they must be eliminated.

Kata Kunci : sosial desirability,


MCSDS Pendahuluan penelitiannya ketika menemukan
kondisi yang berbeda antara asumsi
Penelitian kuantitatif dalam yang dibangun dengan distribusi data
bidang psikologi seringkali mengala- yang diperolehnya. Salah satu faktor
mi kendala dalam mengungkap yang menjadi kendala dalam proses
kenyataan. Hal ini mengacu pada ini adalah kecenderungan kepatutan
karakteristik pengukuran psikologis sosial pada individu.
yang dilakukan dengan menggunakan Pengalaman kehidupan membe-
alat ukur berupa kuisioner, angket, rikan kemampuan bagi individu untuk
atau skala psikologis. Pengukuran memahami nilai yang berlaku di
berbagai konstrak psikologis yang tengah masyarakatnya. Hal ini kemu-
dilakukan dalam penelitian memiliki dian berimplikasi pada terjadinya
ketergantungan mutlak pada kese- kepatutan sosial dalam memberikan
diaan responden penelitian untuk respon terhadap item, khususnya item
menyajikan realitas terkait dengan untuk mengukur konstrak psikologis
dirinya secara jujur. Peneliti sering dengan dimensi moral yang kuat. Item
kali merasa tidak yakin dengan hasil ini memiliki kelemahan yang men-

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 283
dasar yakni kecenderungan untuk gunakan Bahasa Inggris, disisipi
memunculkan bias kepatutan sosial dengan alat ukur MCSDS ini sebagai
atau social desirability bias (SDB) upaya untuk mereduksi bias kepatutan
(Beretvas, Meyers, Leite, 2002). sosial dalam data penelitian. Mengacu
Bias kepatutan sosial dalam pada kenyataan bahwa alat ukur
kajian psikologi mulai diteliti pada tersebut dikembangkan di negara
dekade 1950an. Definisi yang Barat, dan masa pengembangan alat
dikembangkan terkait dengan bias ini ukur yang telah lama, maka peneliti
adalah the inclination to respond in a merasa perlu melakukan upaya
way that will make the respondent kontekstualisasi melalui bentuk ekui-
look good (Paulhus, 1984), yakni valen yang akan dikembangkan.
kecenderungan untuk merespon item
dalam pengukuran psikologis yang Konstrak Kepatutan Sosial
berorientasi pada tujuan agar dan MCSDS
responden terlihat baik, dalam Uziel (2010) mengidentikkan
kacamata moral sosial tertentu. kepatutan sosial (social desirability)
Kondisi yang demikian tentu saja dengan manajemen kesan yang
merupakan selubung realitas yang cenderung dilakukan oleh individu.
menjadi kendala dalam penelitian Hal ini dapat berarti bahwa social
psikologi, khususnya penelitian yang desirability adalah kecenderungan
menggunakan pendekatan kuantitatif. untuk menampilkan kesan diri yang
Upaya reduksi bias kepatutan sosial positif dalam memberikan informasi
dalam penelitian kuantitatif dilakukan terkait dengan diri. Social desirability
antara lain dengan identifikasi juga dideskripsikan sebagai keinginan
kecenderungan kepatutan sosial pada untuk mendapatkan persetujuan dan
responden. Hal ini biasanya dilakukan penerimaan sosial (social approval)
dengan menyertakan alat ukur yang dapat dicapai dengan cara
kepatutan sosial dalam sebuah proses melakukan sesuatu yang diterima oleh
pengukuran psikologis. Dengan komunitas tertentu. Social desirability
menggunakan pendekatan ini, validi- juga dimaknai sebagai perilaku yang
tas pengukuran dalam sebuah pene- memiliki tujuan (purposeful beha-
litian lebih memiliki jaminan vior) dan memiliki konformitas yang
(Beretvas, dkk, 2002). tinggi terhadap stereotip yang berlaku
Salah satu upaya identifikasi di komunitas (Widhiarso, 2010).
tingkat kepatutan sosial dalam pe- Konstrak social desirability ini
nelitian dilakukan dengan meng- telah banyak diteliti oleh kalagan ahli
gunakan Marlowe-Crowne Social psikologi. Hal ini disebabkan oleh
Desirability Scale (MCSDS) yang kenyataan bahwa dalam penelitian
dikembangkan pada decade 1960-an. sosial kuantitatif, salah satu dorongan
Berbagai penelitian yang dilakukan di paling besar dari responden dalam
Barat atau negara-negara yang meng- memberikan informasi adalah social
284 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
desirability. Kondisi yang demikian pada tahun 1960-an sehingga meng-
secara otomatis berimplikasi pada hasilkan Marlowe-Crowne Soci-al
ketepatan proses pengukuran yang Desirability Scale (MCSDS) yang
dikembangkan oleh peneliti dalam banyak digunakan dalam berbagai
mengungkap validitas hasil peneli- penelitian kuantitatif. Kepatutan
tian. Penelitian yang dikembangkan sosial yang dapat digali dengan meng-
Sjostrom dan Holst (Widhiarso, 2010) gunakan MCSDS ini dijadikan
melaporkan bahwa social desirability sebagai variabel control dalam
mempengaruhi kesalahan interpretasi penelitian yang menggunakan pende-
terhadap kesalahan respon maupun katan pengukuran self report. Paulhus
kesalahan non respon. Mathiowetz (1984) mendeskripsikan dua faktor
(Widhiarso,2010) juga menyataka kepatutan sosial, yaitu self deceptive
bahwa motivasi responden dalam enhancement dan impression manage-
memberikan respon pada suatu proses ment. Self deceptive enhancement
pengukuran juga mempengaruhi tang- adalah tendensi untuk memposisikan
gapan perilaku (response behavior). diri dalam posisi yang positif,
Responden yang memiliki motivasi sedangkan impression management
positif terhadap jalannya penelitian adalah tendensi untuk mengesankan
akan memberikan informasi yang diri berdasarkan pola nilai sosial yang
tepat (exact reports) yang kemudian dipahami.
dibuktikan dengan perilaku aktual.
Ramanaiah (Collazo, 2005) Verardi,dkk (2010) menyatakan
menyatakan bahwa social desirability bahwa pengontrolan kepatutan sosial
dibangun oleh dua tendensi, yaitu dalam penelitian merupakan hal yang
attribution (atribusi) dan denial penting dilakukan dalam tinjauan
(penolakan). Attribution adalah ten- psikologi lintas budaya. Akan tetapi,
densi seseorang untuk mengesankan hal ini meninggalkan satu catatan
dirinya berdasarkan statemen-state- bahwa pengukuran kepatutan sosial
men yang diterima secara sosial, yang dilakukan harus tepat. Kajian
meskipun pada kenyataannya muatan tentang kepatutan sosial dan kebuda-
statemen tersebut tidak ada dalam yaan yang disampaikan Lalwani,
dirinya. Denial adalah tendensi Shavitt dan Johnson (2006) menya-
seseorang untuk menolak/menging- takan bahwa individu yang hidup
kari statemen yang tidak diharapkan dalam kultur masyarakat kolektif
secara sosial meskipun kadang lebih memiliki kecenderungan untuk
muatan statemen tersebut sesuai memberikan respon yang bias
dengan dirinya. kepatutan sosial daripada individu
Pengembangan alat ukur untuk dalam masyarakat individualis.
mengevaluasi kepatutan sosial yang Meskipun alat ukur kepatutan sosial
ada dalam diri individu antara lain banyak dikembangkan, namun yang
dilakukan oleh Marlowe & Crowne paling banyak diteliti adalah MCSDS

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 285
(Verardi, dkk, 2010; Beretvas, dkk, dilakukan oleh Marlowe & Crowne,
2002; Holtgraves, 2004). yakni terdiri atas dimensi attribution
MCSDS dikembangkan dengan dan dimensi denial. Dimensi
menggunakan 33 item dan memiliki attribution mengacu pada indikator-
indeks konsistensi internal sebesar  indikator yang favorabel terhadap
= 0,88. Studi lain yang dilakukan kepatutan sosial sebagaimana
untuk menguji ulang MCSDS pada digunakan oleh Marlowe & Crowne
berbagai sampel yang berbeda dalam MCSDS dan dimensi denial
menunjukkan indeks konsistensi adalah indikator-indikator unfavorabel
internal yang tak jauh berbeda, yakni terhadap ke-patutan sosial
bergerak antara 0,73 – 0,96 (Verardi, sebagaimana diguna-kan oleh
dkk, 2010). MCSDS terdiri atas dua Marlowe & Crowne dalam MCSDS.
dimensi, yaitu attribution dan denial.
Dimensi attribution mengandung Subjek Penelitian
item-item yang favorable terhadap Penelitian ini dilakukan
kepatutan sosial, sementara dimensi dengan menggunaka sejumlah 300
denial mengandung item-item yang subjek penelitian yang berasal dari
unfavorable terhadap kepatutan sosial subjek pada usia antara remaja akhir
(Verardi, 2010). sampai dewasa awal. Hal ini mengacu
pada perkembangan kognitif yang
Metode Penelitian telah mencapai kematangan.
Definisi Operasional Metode Pengambilan Data
Kepatutan sosial adalah Pengambilan data dilakukan
kebutuhan individu untuk
dengan menggunakan alat ukur
memperoleh kesan sosial yang positif
kepatutan sosial yang dikonstruksi
melalui respon yang sesuai dengan
berdasarkan MCSDS. Alat ukur ini
nilai sosial yang ada di sekitarnya.
dibangun berdasarkan dua dimensi
Dalam penelitian ini, kepatutan sosial sebagai berikut:
dikonstruksi sebagaimana yang telah

Tabel 1.
Blue print alat ukur kepatutan sosial
Dimensi Item Skoring
1 poin jika
1,2,4,7,8,13,16,17,18,20,21,24,25,26,27,29,31,33 menjawab
"Ya"
1 poin jika
3,5,6,9,10,11,12,14,15,19,22,23,28,30,32 menjawab "tidak"
286 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Pengambilan data dilakukan dilakukan dengan beberapa ta-
secara klasikal dengan menggunakan hapan, yaitu:
sampel yang diambil secara pur- a) Uji kesetaraan mean score dan
posive. Pengambilan data untuk varians pada dua distribusi data
penelitian ini dilakukan dengan (MCSDS dan bentuk ekuiva-
menggunakan dua alat ukur yang lennya) yang diperoleh dengan
dikonstruksi secara ekuivalen. Dua menggunakan paired sample t-
alat ukur ini memiliki blueprint yang test;
sama. Asumsi yang dikembangkan b) Uji korelasi dua distribusi data
bagi alat ukur ini adalah bahwa setiap (MCSDS dan bentuk ekuivalen-
item dalam alat ukur yang pertama nya) dengan menggunakan uji
memiliki pasangan ekuivalennya korelasi bivariate dari Pearson.
dalam alat ukur yang kedua. Pengujian ini dilakukan pada
level item yang berpasangan
Metode Analisis Data maupun pada alat ukur secara
Analisis data dilakukan melalui keseluruhan.
beberapa tahapan, yaitu: 3. Analisis Faktor, dilakukan untuk
mengidentifikasi item berdasa-
1. Uji normalitas, digunakan untuk rkan kemiripannya yang ditun-
menguji apakah distribusi sampel jukkan dengan nilai korelasi yang
yang diambil telah mampu tinggi. Item-item yang memiliki
mewakili distribusi populasi/ korelasi yang tinggi akan mem-
teoritik. Pengujian ini dilakukan bentuk satu kerumunan faktor.
pada dua alar ukur yang disusun, Dalam kasus ini, analisis faktor
yaitu MCSDS dan bentuk yang digunakan adalah confi-
ekuivalennya. Uji normalitas di- rmatory factor analysis untuk
lakukan dengan menggunakan memastikan apakah dua dimensi
teknik analisis One sample yang dibangun (attri-bution dan
Kolmogorov-Smirnov; denial) telah relevan.
2. Uji Ekuivalensi, dilakukan
melalui dua tahapan, yaitu Hasil
pengujian koefisien ekuivalensi
menggunakan pendekatan yang Penelitian Uji Normalitas
disampaikan Pearson (crocker & Uji normalitas dilakukan untuk
Algina, 1986) dan pembandingan mengetahui apakah sampel yang
varians antara dua distribusi data. diambil dalam penelitian ini telah
Apabila dua kriteria uji ini merepresentasikan populasi atau
berhasil dilewati, maka bentuk tidak. Indikator yang digunakan
ekuivalen yang dikonstruksi telah adalah apakah data yang diperoleh
memenuhi syarat yang dibeban- memiliki distribusi yang membentuk
kan. Secara teknis pendekatan ini kurva normal atau tidak. Hal ini

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 287
mengacu pada asumsi dasar bahwa desirability yang ekuivalen dengan
setiap populasi pasti memiliki MCSDS.
distribusi nilai yang normal. Hasil
analisis dengan menggunakan skala Analisis Faktor
MCSDS menghasilkan nilai Z = 1,041 Analisis faktor dilakukan untuk
degan p = 0,229 (p>0,05), sedangkan mengidentifikasi item berdasarkan
hasil uji normalitas dengan meng- kemiripannya yang ditunjukkan
gunakan data skala social desirability dengan nilai korelasi yang tinggi.
bentuk ekuivalen meng-hasilkan nilai Item-item yang memiliki korelasi
Z = 1,201 dengan nilai p = 0,112 yang tinggi akan membentuk satu
(p>0,05). Kedua indikasi ini kelompok faktor. Dalam kasus ini,
menunjukkan bahwa sampel yang analisis faktor yang digunakan adalah
diambil dapat dijadikan sebagai confirmatory factor analysis untuk
representasi dari populasinya. memastikan apakah dua dimensi yang
dibangun (attribution dan denial)
Uji Ekuivalensi telah relevan. Analisis faktor ini juga
Uji ekuivalensi secara keseluru- dapat digunakan untuk melakukan
han, berdasarkan nilai total masing- seleksi item, yaitu item-item yang
masing skala menghasilkan nilai R = tidak memiliki korelasi tinggi dengan
0,557 dengan p = 0,000 (p<0.05) dan kelompoknya akan dieliminasi.
nilai t = -6,907 dengan p = 0,000 Analisis faktor dilakukan sebanyak
(p<0,05). Berdasarkan uji korelasi dua kali, yaitu terhadap kelompok
yang dilakukan, asumsi pertama item dalam MCSDS terjemahan dan
terkait dengan korelasi antara kelompok item dalam skala bentuk
distribusi total skala yang pertama dan ekuivalensi.
distribusi total skala ekuivalennya Hasil analisis faktor konfirmatori
telah terpenuhi, yakni bahwa kedua untuk kelompok item dalam skala
distribusi memiliki korelasi yang MCSDS terjemahan dengan jumlah
tinggi. Namun demikian, asumsi faktor sebanyak dua (attribution dan
kedua terkait dengan perbedaan tidak denial) menghasilkan output sebagai
terpenuhi. Berdasarkan hasil uji beda berikut sebagaimana dalam Tabel 2.
yang dilakukan antara dua distribusi di bawah ini:
data tersebut, dapat ditarik kesim-
pulan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara distribusi data skala
MCSDS dengan distribusi skala
bentuk ekuivalensinya. Hal ini meng-
indikasikan bahwa skala yang disusun
tersebut (dalam lampiran, item 34-66)
belum memenuhi kriteria untuk
dijadikan sebagai skala social
288 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Tabel 2.
Output analisis faktor konfirmatori pada skala MCSDS terjemahan
Component
item Keterangan
faktor 1 faktor 2
ATT1 (item 1) 0.102 0.179 Eliminasi
ATT2 (item 2) 0.056 0.213 Eliminasi
ATT3 (item 4) 0.195 -0.062 eliminasi
ATT4 (item 7) 0.174 0.577 Faktor 2
ATT5 (item 8) 0.236 0.426 Faktor 2
ATT6 (item 13) 0.392 0.227 Faktor 1
ATT7 (item 16) 0.395 0.373 Faktor 2
ATT8 (item 17) 0.139 0.097 Eliminasi
ATT9 (item 18) 0.006 -0.219 Eliminasi
ATT10 (item 20) 0.216 -0.130 Eliminasi
ATT11 (item 21) 0.416 -0.165 Faktor 1
ATT12 (item 24) 0.054 0.316 Faktor 2
ATT13 (item 25) 0.287 -0.203 Eliminasi
ATT14 (item 26) 0.496 -0.057 Faktor 1
ATT15 (item 27) 0.150 -0.099 Eliminasi
ATT16 (item29) 0.037 0.368 Faktor 2
ATT17 (item 31) 0.132 0.035 Eliminasi
ATT18 (item 33) 0.384 0.041 Faktor 1
DEN1 (item 3) 0.223 -0.268 Eliminasi
DEN2 (item 5) 0.457 0.036 Faktor 1
DEN3 (item 6) 0.387 -0.360 Faktor 1
DEN4 (item 9) 0.301 0.417 Faktor 1
DEN5 (item 10) 0.482 -0.153 Faktor 1
DEN6 (item 11) 0.164 -0.315 Eliminasi
DEN7 (item 12) 0.328 -0.122 Faktor 1
DEN8 (item 14) 0.378 -0.035 Faktor 1
DEN9 (item 15) 0.410 0.214 Faktor 1
DEN10 (item 19) 0.402 -0.035 Faktor 1
DEN11 (item 22) 0.257 -0.224 Eliminasi
DEN12 (item 23) 0.326 -0.132 Faktor 1
DEN13 (item 28) 0.366 -0.152 Faktor 1
DEN14 (item 30) 0.354 0.116 Faktor 1
DEN15 (item 32) 0.210 -0.204 Eliminasi

Mengacu pada hasil analisis di atas, maka konstruksi baru yang dapat
dikembangkan dari alat ukur MCSDS adalah sebagai berikut:

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 289
Tabel 3.
Konstruksi baru hasil analisis faktor skala MCSDS terjemahan
Component
Faktor item faktor faktor Bunyi Item
1 2
Saya selalu berhati-hati dengan cara saya
ATT4 (item 7)
0.577 berpakaian
Tata cara makan saya dirumah sebaik ketika
ATT5 (item 8)
0.426 saya makan di restoran
Saya selalu bersedia mengaku ketika saya
Pertama ATT7 (item 16)
0.373 membuat suatu kesalahan
Saya tidak akan membiarkan orang lain
ATT12 (item 24)
0.316 dihukum akibat kesalahanku
Saya tidak pernah merasa perlu untuk
ATT16 (item29)
0.368 mengatakan keburukan seseorang
Saya tidak pernah jengkel ketika orang
mengungkapkan ide yang sangat
ATT14 (item 26)
bertentangan
0.496 dengan ideku
Saya selalu bersikap sopan, bahkan kepada
ATT11 (item 21)
0.416 orang yang sama sekali tidak menyenangkan
Saya tidak pernah secara sengaja
ATT18 (item 33) mengatakan sesuatu yang menyakiti
0.384 perasaan seseorang
Terkadang, saya memiliki keraguan terhadap
DEN2 (item 5) kemampuan saya untuk sukses dalam
0.457 kehidupan
Terkadang, saya merasa marah ketika saya
DEN3 (item 6) tidak dapat melakukan sesuatu yang saya
0.387 inginkan
Jika saya dapat masuk ke gedung bioskop
DEN4 (item 9) tanpa membayar dan yakin tidak ketahuan,
Kedua 0.301 saya akan melakukannya
Terkadang, saya menyerah melakukan
DEN5 (item 10)
0.482 sesuatu karena kemampuan yang terbatas
Saya pernah merasa seperti memberontak
DEN7 (item 12) terhadap orang yang berkuasa meskipun-
0.328 saya tahu mereka benar
Saya pernah melakukan trik pura-pura sakit
DEN8 (item 14)
0.378 untuk menghindar dari sesuatu
Saya pernah mengambil keuntungan yang
DEN9 (item 15)
0.410 merugikan orang lain
Terkadang saya mencoba untuk membalas
DEN10 (item 19)
0.402 daripada memaafkan dan melupakan
Terkadang, saya merasa seperti telah
DEN12 (item 23)
0.326 menghancurkan sesuatu
Terkadang, saya merasa agak cemburu
DEN13 (item 28)
0.366 dengan keberuntungan orang lain
Terkadang saya terganggu dengan orang
DEN14 (item 30)
0.354 yang minta tolong kepada saya

290 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Sedangkan hasil analisis faktor untuk skala ekuivalensi adalah
sebagaimana tabel 4. di bawah ini:

Tabel 4.
Hasil analisis faktor konfirmatori untuk skala bentuk ekuivalen
Component
item keterangan
faktor 1 faktor 2
ATT1_EK (item 34) 0.405 -0.141 Faktor 1
ATT2_EK (item 35) 0.252 0.234 eliminasi
ATT3_EK (item 37) 0.173 0.204 eliminasi
ATT4_EK (item 40) 0.464 -0.212 Faktor 1
ATT5_EK (item 41) 0.358 -0.078 Faktor 1
ATT6_EK (item 46) 0.506 -0.198 Faktor 1
ATT7_EK (item 49 0.461 0.070 Faktor 1
ATT8_EK (item 50) 0.709 -0.223 Faktor 1
ATT9_EK (item 51) 0.530 -0.272 Faktor 1
ATT10_EK (item 53) 0.538 -0.052 Faktor 1
ATT11_EK (item 54) 0.491 -0.159 Faktor 1
ATT12_EK (item 57) 0.332 -0.053 Faktor 1
ATT13_EK (item 58) 0.534 -0.162 Faktor 1
ATT14_EK (item 59) -0.311 -0.227 eliminasi
ATT15_EK (item 60) 0.324 -0.007 Faktor 1
ATT16_EK (item 62) 0.274 0.118 eliminasi
ATT17_EK (item64) -0.181 0.214 eliminasi
ATT18_EK (item 66) 0.473 0.125 Faktor 1
DEN1_EK (item 36) 0.023 0.377 Faktor 2
DEN2_EK (item 38) 0.119 0.401 Faktor 2
DEN3_EK (item 39) 0.126 0.582 Faktor 2
DEN4_EK (item 42) 0.071 0.410 Faktor 2
DEN5_EK (item 43) 0.095 0.431 Faktor 2
DEN6_EK (item 44) 0.363 0.197 faktor 1
DEN7_EK (item 45) -0.049 0.256 eliminasi
DEN8_EK (item 47) -0.008 0.523 Faktor 2
DEN9_EK (item 48) 0.326 0.323 Faktor 2
DEN10_EK (item 52) 0.218 0.474 Faktor 2
DEN11_EK (item 55) -0.041 0.298 eliminasi
DEN12_EK (item 56) -0.103 0.256 eliminasi
DEN13_EK (item 61) 0.045 0.591 Faktor 2
DEN14_EK (item 63) 0.317 0.312 Faktor 2
DEN15_EK (item 65) -0.009 0.219 eliminasi
Mengacu pada hasil analisis faktor konfirmatori di atas, maka konstruksi
baru yang dapat dikembangkan untuk skala kedua hasil ekuivalensi ini adalah
sebagaimana dalam Tabel 5. di bawah ini:

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 291
Tabel 5.
Konstruksi baru hasil analisis faktor skala bentuk ekuivalen
Component
Faktor item Bunyi Item
faktor 1 faktor 2
Saya memilih sesuatu yang akan saya
ATT1_EK (item 34) 0.405
konsumsi dengan rasional
Saya sangat memperhatikan penampilan saya
ATT4_EK (item 40) 0.464
ketika bertemu oranglain
ATT5_EK (item 41) 0.358 Saya melaksanakan etika makan yang baik
Orang senang menceritakan sesuatu kepada
ATT6_EK (item 46) 0.506
saya karena mereka merasa diperhatikan
Saya tidak takut dengan hukuman jika memang
ATT7_EK (item 49) 0.461
bersalah
Saya berusaha menepati apa yang telah saya
ATT8_EK (item 50) 0.709
katakan
Tidak masalah bergaul dengan orang-orang
ATT9_EK (item 51) 0.530 yang berperilaku buruk, selama kita yakin
mampu menjaga diri kita
Ketika berkumpul dan membicarakan suatu hal
bersama teman-teman, saya tidak malu
Pertama ATT10_EK (item 53) 0.538
mengakui ketidaktahuan saya jika tema yang
dibicarakan memang tidak saya pahami
Kepada orang-orang yang saya kenal, saya
ATT11_EK (item 54) 0.491
bertindak berdasarkan norma kesopanan
Saya tidak akan membiarkan orang lain
ATT12_EK (item 57) 0.332 mengklaim kesalahan yang saya lakukan demi
melindungi saya
Ketika menawarkan bantuan kepada orang
ATT13_EK (item 58) 0.534 lain, dan bantuan tersebut ditolak, bagi saya
tidak jadi masalah
Sebelum berkendara, saya selalu mengecek
ATT15_EK (item 60) 0.324
kondisi kendaraan
Menyakiti perasaan orang lain adalah
ATT18_EK (item 66) 0.473
pantangan yang paling saya hindari
Saya tidak merasa berdosa hanya karena
DEN6_EK (item 44) 0.363
menceritakan keburukan seseorang
Saya mampu menyelesaikan pekerjaan saya
DEN1_EK (item 36) 0.377
ketika sedang bersemangat saja
Kadang, saya merasa tidak yakin dengan
DEN2_EK (item 38) 0.401 kemampuan saya untuk berhasil dalam
pekerjaan
Saya muak dengan diri saya sendiri ketika
DEN3_EK (item 39) 0.582
gagal dalam suatu hal
Jika ada kesempatan mencontek dalam ujian,
DEN4_EK (item 42) 0.410
saya akan melakukannya demi nilai saya
Saya menghindari aktivitas di luar kemampuan
DEN5_EK (item 43) 0.431
saya
kedua Saya pernah berbohong untuk menghindar dari
DEN8_EK (item 47) 0.523
suatu tugas
Bagi saya tidak masalah ketika kita mengambil
DEN9_EK (item 48) 0.323 keuntungan dari kesialan yang menimpa orang
lain
Kadang saya tidak mampu mengendalikan
DEN10_EK (item 52) 0.474 keinginan membalas dendam terhadap orang
yang pernah menyakiti saya
Terkadang saya iri dengan keberhasilan teman
DEN13_EK (item 61) 0.591
saya atas suatu hal
Terkadang saya merasa tidak nyaman dengan
DEN14_EK (item 63) 0.312
permintaan bantuan dari teman saya

292 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
Mengacu pada hasil analisis pasangannya (item 47), item 16 dan
data di atas, untuk alat ukur yang pasangannya (item 49), item 20 dan
pertama (item 1-33), pada asumsi pasangannya (item 53), dan item 23
faktor attribution ada beberapa item dan pasangannya (item 56). Hal ini
yang tidak memiliki korelasi mengindikasikan bahwa item-item
signifikan dengan faktor loadingnya, yang disusun dengan tujuan dijadikan
sehingga harus dieliminasi, yaitu item sebagai bentuk ekuivalen bagi item-
nomor1, 2, 4, 17, 18, 20, 25, 27, dan item terjemahan MCSDS belum
31, sementara itu item yang memiliki memenuhi kriteria statistik yang
korelasi tinggi dengan faktor loading dipersyaratkan. Demikian juga ketika
di luar asumsinya antara lain item 13, analisis dilakukan pada level total 33
21, 26, dan 33. Sedangkan untuk item yang dibuat. Hasil analisis
faktor denial, yang tidak memiliki menunjukkan bahwa skala yang
korelasi signifikan dengan faktor kedua belum memenuhi syarat untuk
loadingnya antara lain item nomoor dijadikan sebagai bentuk parallel atau
3,6, 22, dan 32. ekuivalen bagi skala yang pertama
Alat ukur bentuk ekuivalen (MCSDS).
(item 34-66) menunjukkan hasil Hasil analisis faktor meng-
analisis faktor yang lebih bagus indikasikan bahwa item-item pada
dibandingkan hasil analisis faktor alat ukur bentuk ukuivalen (item 34-
pada alat ukur yang pertama. Untuk 66) telah memiliki relevansi yang
item-item yang diasumsikan akan tinggi untuk mengukur indikator
menjadi faktor attribution hanya perilaku social desirability sebagai-
didapati 5 item yang tereliminasi, mana mengacu pada MCSDS. Hal ini
yaitu item nomor 35, 37, 59, 62, dan didasarkan juga pada content item
64. Sedangkan untuk item yang yang diadaptasi dengan menggunakan
diasumsikan masuk dalam kelompok budaya masyarakat Indonesia. Namun
denial, ada empat item tereliminasi, demikian, item-item dalam alat ukur
yaitu item nomor 45, 55, 56, dan 65, ekuivalen ini masih perlu dikaji lebih
serta satu item yang masuk ke dalam lanjut untuk memperoleh indikator
faktor di luar asumsinya, yaitu item perilaku yang benar-benar relevan
nomor 44. untuk mengukur tingkat social
desirability pada individu.
Pembahasan Adaptasi terhadap MCSDS versi
Uji ekuivalensi yang dilakukan 20 item juga pernah dilakukan oleh
pada level item menunjukkan bahwa Widhiarso (2009) yang meng-hasilkan
dari 33 pasang item yang diuji kesimpulan bahwa dari 20 item yang
ekuivalensi hanya diperoleh lima diadaptasi, terdapat 3 item yang tidak
pasang item yang memenuhi criteria masuk ke dalam dua faktor yang telah
bentuk ekuivalen, yaitu item 5 dan ditentukan, attribution dan denial. Hasil
pasangannya (item 38), item 14 dan selanjutnya menunjukkan bahwa

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 293
Estimasi parameter dengan meng- diidentifikasi. Kondisi inilah yang
gunakan model response bergradasi mendukung responden penelitian
pada tiap faktor menunjukkan bahwa untuk memilih apa yang umum di
skala kepatutan sosial memiliki daya masyarakat dibanding apa yang
beda butir dan tingkat kesulitan butir dianggap baik oleh masyarakat
yang bervariasi. Melalui fungsi (Widhiarso, 2010).
informasi pengukuran dapat diketahui Sebagai sebuah respon temporer
bahwa skala kepatutan sosial yang dalam penggalian data terhadap
dikembangkan memiliki presisi ukur responden penelitian, bias social
optimal pada individu yang memiliki desirability dapat disebabkan oleh
tingkat kepatutan sosial sedang beberapa hal (Widhiarso, 2010), yaitu:
hingga rendah. (1) kehadiran sosial yang meng-
Terkait dengan social desir- ganggu privasi dan kenyamanan
ability, McRae & Costa (Widhiarso, responden dalam memberikan ketera-
2010) menyatakan bahwa social ngan terkait dengan dirinya; (2)
desirability dapat dilihat dalam dua Administrasi pengambilan data; (3)
perspektif, yaitu social desirability Jenis pengukuran; (4) Pembagian
sebagai tipe respon temporer yang kelompok penelitian; dan (5)
tergantung pada situasi yang dihadapi Orientasi responden penelitian.
oleh responden dalam sebuah penelitian Namun demikian, secara administratif
dan social desirability sebagai dalam proses pengambilan data
kepribadian (individual dis-position) sebuah penelitian ada teknik yang
yang sifatnya lebih stabil. Frederickson dapat dikembangkan untuk mereduksi
(Wodhiarso, 2010) juga kemungkina terjadinya bias social
mengungkapkan bahwa social desir- desirability, yakni dengan menekan-
ability terkait dengan keinginan untuk kan deindividuasi responden dalam
mendapatkan keamanan (self prote- proses penggalian data.
ction), upaya untuk menghindari kritik
(avoiding critism), konformitas sosial Kesimpulan
(social conformity) dan persetujuan Alat ukur bentuk ekuivalen
sosial (social approval). Social social desirability yang disusun
desirability juga tidak hanya berdasarkan MCSDS belum meme-
berorientasi pada apa yang dipersepsi nuhi kriteria untuk disebut ekuivalen.
baik oleh masyarakat, melainkan juga Hal ini didasarkan pada hasil uji
apa yang biasa terjadi di masyarakat. ekuivalen item yang menunjukkan
Norma adalah aturan yang meng- bahwa dari 33 pasang item yang
kondisikan anggota masyarakat diasumsikan ekuivalen hanya ada 5
berinteraksi satu sama lain ber- item yang memenuhi asumsi tersebut
dasarkan nilai kultural. Namun secara statistic. Selain itu, pengujian
demikian, seringkali norma bersifat pada skor total masing-masing alat
kompleks dan abstrak sehingga sulit ukur juga tidak mendukung asumsi
294 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012
ekuivalensi kedua alat ukur. Hasil Scale. Educational and Psycho-
analisis faktor untuk alat ukur yang logical Measurement 2002 62:
pertama (item 1-33), pada asumsi 570.
faktor attribution ada beberapa item Collazo,A.A, 2005. Translation of the
yang tidak memiliki korelasi Marlowe-Crowne Social Desir-
signifikan dengan faktor loadingnya, ability Scale into an Equivalent
sehingga harus dieliminasi, yaitu item Spanish Version. Educational
nomor1, 2, 4, 17, 18, 20, 25, 27, dan and Psychological Measu-
31, sementara itu item yang memiliki rement 2005 65: 780
korelasi tinggi dengan faktor loading Crocker,L & Algina, J, 1986.
di luar asumsinya antara lain item 13, Introduction to Classical and
21, 26, dan 33. Sedangkan untuk Modern Test Theory: Harcourt
faktor denial, yang tidak memiliki Brace Jovanovich College
korelasi signifikan dengan faktor Publishers.
loadingnya antara lain item nomoor
3,6, 22, dan 32. Alat ukur bentuk Holtgraves,T. 2004. Social Desira-
ekuivalen (item 34-66) menunjukkan bility and Self Reports: Testing
hasil analisis faktor yang lebih bagus Models of Socially Desirable
dibandingkan hasil analisis faktor Responding. Pers Soc Psychol
pada alat ukur yang pertama. Untuk Bull 2004 30: 161
item-item yang diasumsikan akan Paulhus, D. L. (1984). Two-
menjadi faktor attribution hanya component models of socially
didapati 5 item yang tereliminasi, desirable responding. Journal of
yaitu item nomor 35, 37, 59, 62, dan Personality & Social Psycho-
64. Sedangkan untuk item yang logy, 46, 598-609.
diasumsikan masuk dalam kelompok Tatman, A.W, Swogger, M.T,
denial, ada empat item tereliminasi, Love.K, Cook,M.D. 2009.
yaitu item nomor 45, 55, 56, dan 65, Psychometric Properties of the
serta satu item yang masuk ke dalam Marlowe-Crowne Social Desir-
faktor di luar asumsinya, yaitu item ability Scale With Adult Male
nomor 44. Sexual Offenders. Sex Abuse
2009 21: 21
Daftar Pustaka Uziel, L. 2010. Rethinking Social
desirability Scales: from Im-
Azwar, S. 1998. Dasar-dasar Psiko- pression Management to
metri. Yogyakarta: Pustaka Interpersonally Oriented Self
Pelajar. Control. Perspectives on Psych-
Beretvas,S.N, Meyers,J.L, Leite,W.L. ological Science 2010 5: 243.
2002. A Reliability Genera- Verardi, S, dkk. 2010. Psychometric
lization Study of the Marlowe- Properties of The Marlowe-
Crowne Social Desirability Crowne Social Desirability
Scale in Eight African Countries

Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012 295
and Switzerland. Journal of terhadap Skala Psikologi
Cross Cultural Psychology. http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/
2010.41: 19. 2010/07/09/fenomena-kepatu-
Widhiarso, W. 2010. Fenomena tan-sosial-social-desirability-
Kepatutan Sosial (Social pada-respon-terhadap-skala-
Desirability) pada Respon psikologi/

296 Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, Vol I, No 4, Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai