Anda di halaman 1dari 15

Rumput Tetangga Lebih Hijau : Maraknya Perilaku Perbandingan Sosial Pada

Remaja Saat Ini

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metedologi Penelitian
Kualitatif
Yang Diampu Oleh:
Gemala Nurendah, S.Pd., M.A.
Muhammad Ariez Musthofa, M.Si.

Oleh:
Kharisma Oktania 1801155

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 2

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................... 2

B. Rumusan Masalah Penelitian .......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian ........................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5

A. Kajian Tentang Perbandingan Sosial .............................................................. 5

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 9

A. Desain Penelitian ............................................................................................ 9

B. Partisipan dan Tempat Penelitian .................................................................... 9

C. Pengumpulan Data ....................................................................................... 10

D. Analisis Data ................................................................................................ 11

E. Isu Etik......................................................................................................... 12

1
BAB I

PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini mencakup latar belakang dari teori dan permasalahan yang
sedang dikaji oleh peneliti, pertanyaan penelitian, tujuan serta manfaat yang dapat
membantu pembaca memahami isi dari penelitian ini.

A. Latar Belakang Penelitian

Perbandingan sosial adalah ketika seseorang melakukan evaluasi


terhadap aspek-aspek kehidupan mereka dan membandingkan dengan orang
lain di sekitarnya mereka (Weinstein, 2017). Festinger's (1950,h. 272) teori
asli perbandingan sosial, menyatakan bahwa opini, keyakinan, dan sikap
adalah benar, valid, dan pantas tergantung bagaimana dalam sebuah kelompok
memiliki keyakinan, pendapat, dan sikap yang sama. Festinger (1954)
berpendapat bahwa keinginan orang untuk menjaga stabilitas dan pandangan
diri yang akurat memotivasi mereka untuk mencari umpan balik informatif
tentang karakteristik dan kemampuan mereka. Namun, karena umpan balik
semacam itu tidak selalu tersedia, diperlukan pemahaman diri dengan
membandingkan atribut, keterampilan, dan perilaku orang lain di sosial
lingkungan Hidup.
Perbandingan ini bisa ke atas yang berarti membandingkan diri dengan
orang yang dianggap lebih superior atau membandingkan diri ke bawah
dengan membandingkan diri kepada orang-orang yang dianggap lebih rendah.
Dengan perbandingan diri seseorang belajar tentang norma kelompok juga
cara memperoleh status sosial yang diinginkan. Remaja mempelajari perilaku
yang dapat diterima di kelompok sebaya mereka. Terlibat dalam perbandingan
sosial dapat mengarah pada gejala depresi jika itu mengarahkan seseorang
untuk memandang dirinya secara negatif, tapi bisa juga mendorong presentasi
diri yang autentik jika remaja yakin akan diri mereka (Fiacco A, 2020).
Namun menurut Valkenburg et al., 2017, hal. 36 “Remaja cenderung melebih-

2
3

lebihkan sejauh mana orang lain menonton dan mengevaluasi mereka, dan
bisa sangat sibuk dengan bagaimana mereka terlihat di mata orang lain”
Salah satu hal yang dapat dilakukan saat melakukan perbandingan
sosial adalah dengan mengikuti orang-orang yang memiliki pandangan yang
sama dengan kita dan setuju dengan kelompok yang sama dengan kita, atau
bisa dengan tetap mengikuti orang-orang dengan pandangan yang berbeda
tetapi kita dapat secara terbuka mengetahui orang-orang memiliki pandangan
berbeda dan kita cukup tidak perlu terpengaruh (Noon E.J. 2019)
Walaupun sudah ada penelitian dengan tema perbandingan sosial ini
tetapi terdapat gap dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian selanjutnya
diharapkan memakai subjek laki-laki karena adanya identifikasi bahwa
perbedaan gender juga dapat berbeda dalam perbandingan sosial (Noon E.J.
2019) dan masih sedikit penelitian kualitatif dengan tema ini terutama di
Indonesia.
Dengan demikian untuk mengisi gap penelitian ini maka peneliti
merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan tema perbandingan sosial
pada remaja.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari pemaparan sebelumnya dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini


1. Bagaimana perbandingan sosial di Indonesia?
2. Bagaimana perbandingan sosial pada remaja laki-laki?
3. Bagaimana perbandingan sosial pada remaja perempuan?
4. Bagaimana dampak perbandingan sosial bagi remaja di Indonesia?
5. Apa saja yang memengaruhi perbandingan sosial pada remaja?
4

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah maka dapat dilihat penelitian ini bertujuan sebegai
berikut:
1. Mengetahui perbandingan sosial di Indonesia.
2. Mengetahui perbandingan sosial pada remaja laki-laki.
3. Mengetahuin perbandingan sosial pada remaja perempuan.
4. Mengetahui dampak perbandingan sosial bagi remaja di Indonesia.
5. Mengetahui hal-hal yang memengaruhi perbandingan sosial pada remaja.

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian

Terdapat beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu:


1. Manfaat/signifikasi dari segi teori, dapat menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya yang mengusung tema yang sama yaitu perbandingan sosial.
2. Manfaat/signifikasi dari segi praktik, memberikan gambaran bahwa hasil
penelitian dapat memberikan sudut pandang alternatif tentang
perbandingan sosial.
3. Manfaat/signifikasi dari segi aksi sosial, hasil penelitian dapat menjadi
gambaran atau pencerahan pengalaman hidup untuk lebih bijak melakukan
perbandingan sosial.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini memberikan konteks yang jelas terhadap topic atau permasalahan yang
diangkat dalam penelitian, berisi tentang konsep tentang bidang yang dikaji,
penelitian terdahulu yang relevan dengan tema dan posisi teoritis peneliti sesuai
dengan tema yang dikaji.

A. Kajian Tentang Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial menunjukkan proses "menghubungkan diri sendiri


dengan fitur yang dimiliki orang lain ”(Buunk dan Mussweiler 2001, hal. 467).
Secara khusus, teori menyatakan bahwa ketika mengevaluasi, individu lebih suka
membuatnya akurat dengan menggunakan standar objektif atau informasi. Namun
jika kriteria objektif seperti itu tidak tersedia, orang mengevaluasi pikiran dan
perilaku mereka dengan mengafiliasikan orang lain (yaitu, target perbandingan) yang
berada pada level yang sama seperti hal karakteristik atau latar belakang (Festinger,
1954). Berasal dari teori Festinger, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa
perbandingan sosial tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehari-hari dan terjadi
dalam berbagai kesempatan (Collins, 1996) “melalui kompetisi, kerjasama, diskusi,
atau hanya mengamati orang lain ”(Swallow & Kuiper, 1988, hal. 59). Memang,
banyak penelitian menunjukkan bahwa orang membandingkan diri mereka sendiri
dengan orang lain dalam berbagai dimensi seperti kepribadian, kekayaan, gaya hidup
(Wheeler & Miyake, 1992) serta daya tarik fisik (Cattarin, Thompson, Thomas, &
Williams, 2000; Tiggemann & McGill, 2004).

Orang dengan keinginan kuat untuk mempelajari diri melalui perbandingan


dengan yang lain (Gibbons dan Buunk 1999) dan di situasi negatif di mana informasi
objektif tidak tersedia (Festinger 1954) lebih cenderung menerapkan proses seperti
itu. Literatur membedakan perbandingan sosial berdasarkan arah: ke atas (yaitu,
perbandingan dengan individu yang lebih tinggi) dan ke bawah (yaitu, perbandingan

5
6

dengan individu yang lebih rendah). Perbandingan sosial memiliki konsekuensi untuk
pengaruh negatif dan positif (Dijkstra, Gibbons, & Buunk, 2010). Pengaruh negatif
adalah sejauh mana seorang individu mengalami emosi permusuhan seperti
permusuhan atau ketakutan (Watson, Clark, & Tellegen, 1988). Pengaruh positif, di
sisi lain, adalah derajatnya yang mana seseorang merasa antusias, aktif, dan waspada
(Watson et al., 1988). Ketika individu terlibat dalam perbandingan sosial, mereka
memutuskan apakah mereka melakukannya lebih buruk atau lebih baik dari target
perbandingan (Dijkstra et al., 2010; Festinger, 1954). Ketika individu menyimpulkan
bahwa mereka lebih buruk daripada yang lain, ini dapat memicu frustrasi dan
kebencian, oleh karena itu meningkatkan pengaruh negatif (Dijkstra et al., 2010).
Sebaliknya, merasa bahwa lebih baik dari yang lain dapat menghasilkan perasaan
lega dan bangga dan, dengan demikian, meningkatkan pengaruh positif (Dijkstra et
al., 2010)

Individu berbeda dalam sejauh mana mereka membandingkan diri mereka


sendiri dengan orang lain di media sosial (Lee, 2014) dan sejauh mana mereka
merasa seperti itu lebih buruk daripada yang lain di media sosial (de Vries & Kühne,
2015; Lee, 2014; Lup dkk., 2015). Beberapa orang lebih cenderung membandingkan
diri mereka sendiri orang lain dan lebih memperhatikan informasi yang dapat
digunakan untuk perbandingan sosial secara umum (Buunk & Gibbons, 2007).
Orang-orang ini diberi label memiliki tingkat orientasi perbandingan sosial yang
tinggi (Buunk & Gibbons, 2007). Individu dengan tingkat orientasi perbandingan
sosial yang tinggi juga lebih dipengaruhi oleh perbandingan sosial dan secara khusus
dipengaruhi oleh perbandingan sosial dengan cara negatif (untuk review lihat: Buunk
& Gibbons, 2007). Mengikuti itu teori social comparison orientation (SCO) didirikan
berdasarkan Teori Festinger tentang perbandingan sosial, Menurut teori SCO individu
memiliki kecenderungan berbeda-beda dalam membuat perbandingan dengan orang
lain. Mereka yang punya orientasi yang kuat untuk perbandingan sosial memiliki tiga
karakteristik. Pertama, mereka memiliki aktivasi kronis yang tinggi dari self, artinya
mereka memiliki level publik yang tinggi dan kesadaran diri pribadi. Kedua, mereka
7

berorientasi sosial, tercermin dari minat, empati, dan kepekaan terhadap kebutuhan
dan perasaan orang lain. Ketiga, mereka cenderung memiliki efektifitas negatif dan
ketidakpastian diri dan dengan demikian sering terjadi memiliki harga diri rendah dan
neurotisme tinggi (Yang, Chia-chen, 2016)

Penelitian terdahulu mengatakan konsisten dengan teori perbandingan sosial,


individu dengan social comparison orientation tinggi mengandalkan informasi
perbandingan sosial dalam sebuah upaya untuk meminimalkan ketidakpastian
(Gibbons dan Buunk 1999). efektivitas downward social comparisons, yang berfokus
pada diri sendiri juga sejalan dengan penelitian temuan dari psikologi menunjukkan
bahwa perbandingan sosial meningkatkan peningkatan diri ketika target perbandingan
yang sesuai diidentifikasi (Aspinall dan Taylor 1993; Gibbons dan McCoy 1991;
Wills 1981). Dengan menghina diri sendiri, Frontline Service Employees
meningkatkan atau kesesuaiannya sebagai target perbandingan. Studi terbaru lainnya
memeriksa perbandingan yang berfokus pada penampilan pada wanita usia kuliah di
seluruh media sosial, media tradisional, dan konteks perorangan, menemukan
perbandingan penampilan ke atas (yaitu, perbandingan dengan yang satu itu
pandangan sebagai superior dari diri sendiri), adalah tipe yang paling umum yang
dibuat perbandingan (Fardouly et al., 2017). Selanjutnya perbandingan ke atas yang
dilakukan melalui media sosial sangat terkait untuk hasil negatif, seperti citra tubuh
yang lebih buruk (Fardouly et al., 2017). Dengan demikian, media sosial menawarkan
banyak peluang untuk perbandingan berbasis penampilan dan keterpaparan yang
cukup besar terhadap konten yang kurus. Meskipun penelitian ini masih muda,
penelitian menunjukkan dampak sosial media mungkin lebih berbahaya daripada
media tradisional (mis., Fardouly, Diedrichs, Vartanian, & Halliwell, 2015; Holland
& Tiggemann, 2016; Tiggemann & Miller, 2010; Tiggemann & Slater, 2013).

Pada penelitian ini peneliti memilih topic ini untuk meneliti penelitian dengan
tema perbandingan sosial dengan meneliti subjek laki-laki dan perempuan karena
adanya identifikasi bahwa perbedaan gender juga dapat berbeda dalam perbandingan
8

sosial (Noon E.J. 2019) dan menambah literasi tentang perbandingan sosial karena
masih sedikit penelitian kualitatif dengan tema ini terutama di Indonesia.
BAB III

METODE PENELITIAN

Bagian ini menjelaskan tentang desain penelitian yang dipakai oleh peneliti,
partisipan dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan isu etik
yang ada pada penelitian ini

A. Desain Penelitian

Metode penelitian kualitatif berasumsi bahwa dunia terdiri dari banyak


realitas yang dibangun secara sosial oleh pandangan individu yang berbeda
dari situasi yang sama. Penelitian kualitatif juga lebih mementingkan
pemahaman situasi dan peristiwa dari sudut pandang partisipan. Oleh karena
itu partisipan cenderung terlibat langsung dalam proses penelitian itu sendiri
(Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen, 2009)
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah studi
fenomenologi. Studi fenomenologi menyelidiki berbagai reaksi atau persepsi,
fenomena tertentu (Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen, 2009). Peneliti
berharap mendapatkan wawasan tentang dunia partisipannya dan untuk
menggambarkan persepsi dan reaksi mereka terhadap tema perbandingan
sosial pada remaja.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

a. Partisipan
Peneliti yang terlibat dalam beberapa bentuk penelitian kualitatif
cenderung memilih sampel dengan cara purposive sampling (Fraenkel,
Jack R. And Norman E. Wallen, 2009). Dengan begitu peneliti memilih
partisipan yang memiliki umur 17-18 tahun yang merupakan remaja akhir.
Populasi dari partisipan sebanyak 10.142 mahasiswa dan mengambil
sampel sebanyak 10 orang mahasiswa.

9
10

b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia hal ini
disebabkan karena peneliti merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan
Indonesia dan mengambil tema ini dengan pertimbangan orang-orang
disekitarnya yang banyak melakukan perbandingan sosial.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam studi penelitian kualitatif sedang


berlangsung. Peneliti terus mengamati orang, peristiwa, dan kejadian-kejadian
disekitar partisipan dan juga dilengkapi dengan wawancara mendalam
terhadap partisipan terpilih dan pemeriksaan berbagai dokumen dan rekaman
yang relevan dengan fenomena yang sedang dikaji.
a. Observasi
Observasi dalam kualitatif adalah ketika peneliti melakukan observasi
kelapangan, mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi
penelitian (Creswell, 2016, hlm. 254). Observasi bermanfaat untuk
memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan di teliti (Yin,
2014, hlm. 113). Peneliti dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam
mulai dari sebagai non informan hingga informan utuh (Creswell, 2016,
hlm. 254).
b. Wawancara
Wawancara terjadi ketika peneliti menanyakan berbagai pertanyaan
terbuka kepada informan, mencatat jawaban informan, mentranskripkan
dan mengetikkan data melalui komputer dan selanjutnya melakukan
analisis (Creswell, 2015, hlm. 429). Wawancara dapat memberikan
informasi tentang sikap orang, nilai-nilai mereka, dan apa mereka pikir
begitu (Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen, 2009).
c. Instrumen Observasi dan wawancara
11

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah The Iowa-


Netherlands Comparison Orientation Measure (INCOM) yang
dikembangkan oleh Gibbons dan Buunk (1999) Sesuai dengan Festinger
(1954). Beberapa teori mencoba untuk menjelaskan fenomena kompleks ini
dengan mengeksplorasi kebutuhan situasional, frekuensi, dan prinsip-
prinsip proses perbandingan sosial (lihat Blau, 1964; Festinger, 1954;
Homans, 1961; Merton, 1968; Pettigrew, 1967; Thibaut dan Kelley, 1959;
lihat juga Goethals, 1986; Kruglanski dan Mayseles, 1990; Messick dan
Sentis, 1983; Suls, 1991; Suls dan Wheeler, 2000).
Instrumen inti skala INCOM (Gibbons and Buunk, 1999) berisi 11
item. Di item ini, orang diberi pernyataan tentang perbandingan diri mereka
dengan orang lain, untuk itu mereka dapat menanggapi dalam skala lima
poin mulai dari A, sangat tidak setuju, hingga E, dengan kuat setuju. Tetapi
karena dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan wawancara
peneliti akan mengadaptasi kuisioner ini menjadi pernyataan dan
pertanyaan yang sesuai, juga menambah beberapa item yang masih relevan
dengan tema penelitian.

D. Analisis Data

Menganalisis data secara kualitatif pada dasarnya melibatkan analisis


dan sintesis informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber (misalnya,
observasi, wawancara, dokumen) menjadi deskripsi yang koheren tentang apa
yang dia telah diamati atau ditemukan. Hipotesis biasanya tidak diuji dengan
menggunakan prosedur statistik inferensial, seperti halnya eksperimental atau
penelitian asosiasi, meskipun beberapa statistik, seperti persentase, dapat
dihitung jika dapat menjelaskan detail spesifik tentang fenomena yang sedang
diselidiki. Analisis data dalam penelitian kualitatif sangat bergantung pada
deskripsi; bahkan ketika statistik tertentu dihitung, mereka cenderung
12

digunakan secara deskriptif daripada pengertian inferensial (Fraenkel, Jack R.


And Norman E. Wallen, 2009).

E. Isu Etik

Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen, 2009 menyebutkan dalam


penelitian ini terdapat isu etik yang harus di jalankan seperti, Pertama,
meminta persetujuan partisipan dan identitas semua yang berpartisipasi dalam
studi kualitatif harus selalu terlindung; kerahasiaan harus dilakukan untuk
memastikan bahwa tidak ada informasi yang dikumpulkan akan
mempermalukan atau merugikan mereka. Jika kerahasiaan tidak dapat
dipertahankan, partisipan harus diinformasikan dan diberi kesempatan untuk
mundur dari penelitian.
Kedua, partisipan harus selalu diperlakukan dengan hormat. Ini sangat
penting dalam studi kualitatif untuk mencari kerja sama dari semua partisipan
yang bekerjasama. Memberitahu partisipan tentang minat peneliti dan harus
diberi izin memproses. Peneliti tidak boleh berbohong kepada partisipan atau
rekam percakapan apa pun menggunakan tape recorder tersembunyi atau
peralatan mekanik lainnya.
Ketiga, peneliti harus melakukan yang terbaik untuk memastikannya
tidak ada bahaya fisik atau psikologis yang akan menimpa siapa pun yang
berpartisipasi dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Antonetti, P., Crisafulli, B., & Maklan, S. (2018). Too Good to Be True? Boundary
Conditions to the Use of Downward Social Comparisons in Service Recovery.
Journal of Service Research, 21(4), 438–455.
https://doi.org/10.1177/1094670518793534

Burnette, C. B., Kwitowski, M. A., & Mazzeo, S. E. (2017). “I don’t need people to
tell me I’m pretty on social media:” A qualitative study of social media and body
image in early adolescent girls. Body Image, 23(2017), 114–125.
https://doi.org/10.1016/j.bodyim.2017.09.001

Constantine Sedikides, & Michael J. Strube. (1997). Self-Evaluation: To Thine Own


Self Be Good, To Thine Own Self Be Sure, To Thine Own Self Be True, and To
Thine Own Self be Better. Advances in Experimental Social Psychology, 29,
209–269.

Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Creswell, Jhon W. 2016. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

de Vries, D. A., Möller, A. M., Wieringa, M. S., Eigenraam, A. W., & Hamelink, K.
(2018). Social Comparison as the Thief of Joy: Emotional Consequences of
Viewing Strangers’ Instagram Posts. Media Psychology, 21(2), 222–245.
https://doi.org/10.1080/15213269.2016.1267647

Festinger, L. (1954). Festinger1954.pdf. In Human Relations (Vol. 7, Issue 2, pp.


117–140).

Fiacco, A., Pasquale, G., Shepley, J., & Pignatiello, V. (2020). ADOLESCENT
PERSPECTIVES ON MEDIA USE : April Fiacco Dissertation Committee
Chairperson : Kathi A . Borden , PhD Dissertation Committee members :
Department of Clinical Psychology Chairperson.

Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen. (2009). How to Design and Evaluate
Research in Education. New York. McGraw-Hill Companies

Jang, K., Park, N., & Song, H. (2016). Social comparison on Facebook: Its
antecedents and psychological outcomes. Computers in Human Behavior, 62,
147–154. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.03.082

Noon, E. J., & Noon, E. J. (1950). adolescent identity development.

Schneider, S., & Schupp, J. (2011). The comparison orientation scale. The German
Socio-Economic Panel Study, January, 1–31.

Yang, C. C. (2016). Instagram Use, Loneliness, and Social Comparison Orientation:


Interact and Browse on Social Media, but Don’t Compare. Cyberpsychology,
Behavior, and Social Networking, 19(12), 703–708.
https://doi.org/10.1089/cyber.2016.0201

Yin, Robert K, Studi Kasus Desain & Metode, Rajawali Pers, Jakarta, 2014.

Zeigler-hill, V., & Shackelford, T. K. (2020). Encyclopedia of Personality and


Individual Differences. In Encyclopedia of Personality and Individual
Differences. https://doi.org/10.1007/978-3-319-24612-3

Anda mungkin juga menyukai