Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wisanggeni Bagus A

Nim : C3A023007

Rangkuman Buku

Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches W. Lawrence Neuman


Seventh Edition

Chapter 1

Untuk mengevaluasi relevansi praktis dari penelitian sosial, mari kita lihat pada
pasangan yang mengasuh anak berusia tiga tahun. Hasil satu penelitian (Wrigley dan Derby,
2005) menyimpulkan bahwa perawatan berbayar untuk anak-anak cenderung aman, namun
terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat kematian tergantung pada jenis perawatan.
Perawatan di pusat lebih aman dibandingkan perawatan di rumah pribadi. Penelitian lain
(Bridges et al., 2007) menemukan bahwa perawatan di pusat secara positif mempengaruhi
kemampuan membaca dan matematika anak, tetapi memiliki dampak negatif pada aspek
sosiobehavioral, seperti kurangnya kerjasama dan peningkatan perilaku agresif. Anak-anak
yang mulai di perawatan pada usia dua hingga tiga tahun mendapatkan manfaat paling besar.
Keterlibatan orang tua secara aktif dapat mengurangi dampak negatif dari perawatan anak.

Penelitian lain (Love et al., 2003) menunjukkan variasi luas dalam kualitas pusat
perawatan anak. Kualitas perawatan terbukti lebih signifikan daripada faktor waktu
perawatan atau apakah perawatan diberikan oleh orang tua atau pusat perawatan. Temuan
lainnya (Sosinsky, Lord, dan Zigler, 2007) menunjukkan bahwa kualitas pusat perawatan
umumnya lebih tinggi di pusat nirlaba dan yang tidak berafiliasi dengan agama dibandingkan
jenis lainnya. Dengan memperhatikan temuan ini, pasangan dapat memutuskan untuk
mencari jenis pusat perawatan anak tertentu, menyisihkan waktu untuk mengevaluasi kualitas
perawatan, dan secara khusus berfokus pada pengembangan keterampilan sosial anak mereka.
Temuan ini tidak hanya bermanfaat bagi orang tua individual tetapi juga memiliki implikasi
untuk kebijakan publik dan penanganan isu perawatan anak dalam masyarakat.

Meskipun penelitian ilmu sosial menyediakan informasi berharga yang memperluas


pemahaman kita, penting untuk diingat bahwa hasilnya tidak selalu mutlak. Tidak ada
jaminan keberhasilan setiap kali, dan penelitian tidak menawarkan "kebenaran mutlak".
Beberapa orang mungkin meragukan pengetahuan berbasis penelitian, namun, dalam
perbandingan dengan alternatif lain, penelitian menawarkan pendekatan yang kuat untuk
memahami dunia dan membuat keputusan.

Oleh karena itu, para profesional, individu terdidik, dan pemimpin yang bertanggung
jawab secara konsisten mengandalkan metode, prinsip, dan temuan dari penelitian sosial
ketika mengambil keputusan penting atau mencari pemahaman lebih lanjut. Tulisan ini
membahas baik metodologi maupun metode penelitian ilmu sosial. Meskipun istilah-istilah
ini mungkin terlihat serupa, metodologi mencakup seluruh proses penelitian, termasuk
konteks sosial-organisasi, asumsi filosofis, prinsip etika, dan dampak politik dari
pengetahuan baru yang dihasilkan dari upaya penelitian. Sementara itu, metode merujuk pada
berbagai teknik yang digunakan dalam studi, mulai dari pemilihan kasus, pengukuran dan
observasi kehidupan sosial, pengumpulan dan penyempurnaan data, analisis data, hingga
pelaporan hasil. Kedua aspek ini saling terkait dan saling memengaruhi.

Menyelami dan melakukan penelitian sosial dapat menjadi pengalaman yang sangat
menarik, di mana kita terlibat dalam proses penemuan yang membawa kita ke pemahaman
yang lebih dalam. Melakukan penelitian ilmu sosial memerlukan ketekunan, integritas
pribadi, toleransi terhadap ketidakpastian, interaksi dengan orang lain, dan kebanggaan dalam
memberikan hasil pekerjaan yang berkualitas tinggi. Proses ini juga membutuhkan pemikiran
logis, kepatuhan pada aturan dengan cermat, dan pengulangan langkah-langkah berulang kali.

Dalam menjalani proses penelitian sosial, seorang peneliti menentukan masalah


penelitiannya, menguraikan alasan relevansinya, meninjau literatur yang ada,
mengembangkan kerangka konseptual, merumuskan hipotesis (jika penelitian bersifat
eksperimental), memilih metode penelitian yang sesuai, merancang sampel studi,
mengumpulkan data, menganalisis data, menginterpretasikan hasil, dan menulis laporan
penelitian. Penelitian sosial memberikan kontribusi dalam menyediakan informasi dasar,
mengidentifikasi masalah sosial, mengembangkan serta mengevaluasi program dan
kebijakan, mendukung proses pengambilan keputusan, memberikan dasar untuk perubahan
sosial, melibatkan masyarakat, membangun pengetahuan bersama, dan mempromosikan
transparansi serta akuntabilitas dalam masyarakat. Penting untuk diingat bahwa temuan
penelitian sosial seringkali kompleks dan kontekstual, sehingga interpretasi yang hati-hati
dan pemahaman konteks adalah kunci untuk mengoptimalkan manfaatnya dalam masyarakat.

Batasan dan tantangan dalam mendapatkan pengetahuan melalui media populer.


Meskipun teknologi dan akses informasi berkembang, banyak orang kurang memiliki literasi
ilmiah dan pengetahuan geografis yang akurat. Peran media, seperti film, televisi, surat kabar,
majalah, dan internet, penting dalam membentuk persepsi publik. Namun, media sering kali
menyajikan informasi tanpa dukungan ilmiah, menciptakan isu sosial, dan mempertahankan
mitos atau sensasionalisme budaya.

Contoh "Road Rage" dan "Holiday Havoc" menunjukkan bagaimana laporan media
dapat menciptakan persepsi yang tidak sesuai dengan realitas sosial. Istilah "road rage,"
meskipun mendapat perhatian media, tidak memiliki definisi yang tepat, dan data kecelakaan
tidak mendukung klaim wabah. Demikian pula, peringatan media tentang kecelakaan liburan
mungkin melebihkan risiko, karena perbandingan hati-hati dengan akhir pekan lain
menunjukkan tingkat kecelakaan yang serupa.

Perlunya mengevaluasi kritis informasi media, memperingatkan agar tidak secara


langsung menerima opini massa atau laporan sensasional. Laporan media dapat menyesatkan,
fokus pada kasus dramatis, dan menggunakan statistik secara selektif untuk memprovokasi
publik. Konsep "problem promoters" menunjukkan bahwa media dapat lebih persuasif
daripada memberikan gambaran keseluruhan yang terdokumentasi.

Selain itu, peringatan agar tidak hanya mengandalkan media untuk pengetahuan
sosial, karena distorsi media dapat menghasilkan pemahaman yang tidak akurat mengenai
kemiskinan, kejahatan, dan isu lainnya. Pesan media sering tidak mencerminkan realitas
sosial secara akurat, sehingga individu perlu berhati-hati dan mencari informasi dari sumber
yang dapat diandalkan.

Bagaimana pengetahuan dapat dikendalikan oleh keyakinan dan nilai ideologis.


Keputusan berdasarkan ideologi dapat menolak penelitian ilmiah, seperti yang terjadi pada
program sosial berbasis kepercayaan meskipun ada keraguan tentang efektivitasnya.

Pengenalan konsep penelitian ilmu sosial sebagai "komunitas berbasis realitas"


menekankan pentingnya mengandalkan sistem komunikasi ilmiah untuk informasi yang
akurat. Ilmu pengetahuan fisik dan biologis dibedakan dari ilmu pengetahuan sosial-budaya,
dengan penekanan pada penerapan pengetahuan ilmu sosial dalam praktik.

Sifat ilmu pengetahuan, sejarahnya, dan kesulitan membedakan antara ilmu


pengetahuan nyata, pseudosains, dan ilmu pengetahuan sampah. Pentingnya memahami
istilah ilmiah seperti teori, data, dan bukti empiris ditekankan, sementara istilah "ilmu
pengetahuan sampah" dijelaskan sebagai strategi untuk merendahkan bukti ilmiah.

Secara ringkas, pentingnya berpikir kritis, skeptis, dan mengandalkan penelitian


ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang akurat, sambil memperingatkan terhadap bahaya
distorsi media dan subordinasi pengetahuan pada bias ideologis.

Komunitas ilmiah merupakan entitas sosial yang dinamis, terdiri dari individu,
organisasi, dan peran yang mematuhi standar pelatihan, etika, nilai, serta jalur karier yang
serupa. Meskipun tidak memiliki batasan geografis tertentu, komunitas ini berfungsi sebagai
kelompok profesional yang bersifat longgar, dengan pemimpin ilmiah yang sangat produktif
berada di inti, sementara praktisi, klinikus, dan teknisi berada di pinggiran luar. Batas
komunitas ini didefinisikan dengan longgar, dan keanggotaannya sering kali dapat
ditunjukkan secara informal dengan memiliki gelar Ph.D.

Operasional komunitas ini bergantung pada lima norma inti, yakni universalisme,
skeptisisme terorganisir, keterbukaan, ketidakberpihakan, dan komunalisme. Norma-norma
ini berperan dalam membedakan ilmuwan dan membimbing perilaku penelitian. Metode
ilmiah bukanlah suatu proses tunggal, melainkan sekumpulan ide, aturan, dan pendekatan
yang diterima oleh komunitas. Selain fokus pada presisi dan logika, orientasi ilmiah juga
mencakup pandangan jangka panjang, fleksibilitas, dan berbagi informasi secara luas.

Publikasi dalam jurnal ilmiah memiliki peran penting dalam komunitas ilmiah.
Temuan penelitian harus melewati proses peer review yang ketat, di mana peninjauan oleh
ahli memastikan kontrol kualitas dan kepatuhan terhadap norma komunitas. Publikasi
menjadi faktor signifikan dalam meraih penghargaan, kemajuan dalam komunitas, serta
mendapatkan pendanaan dan peluang pekerjaan.

Anggota komunitas ilmiah bervariasi, dengan beberapa spesialisasi dalam


pengumpulan data kuantitatif (numerik), sementara yang lain dalam data kualitatif (non-
numerik). Kedua pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasan, dan peneliti
berusaha menghindari kesalahan melalui pengumpulan data yang sistematis, perbandingan
yang cermat, dan pemikiran kritis. Meskipun konsep ideal tentang melakukan studi
multimetode ada, menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif menjadi tantangan
karena keterbatasan waktu dan logika yang berbeda yang memandu setiap pendekatan.
Langkah-langkah dalam Proses Penelitian:

Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Sosial:

1. Pilih topik: Tentukan area studi umum atau isu tertentu.


2. Fokus pertanyaan: Sempitkan topik menjadi pertanyaan penelitian spesifik.
3. Desain penelitian: Rencanakan penelitian, termasuk pemilihan kasus/sampel,
pengukuran, dan teknik penelitian.
4. Kumpulkan data: Rekam dan verifikasi informasi, umumnya dalam bentuk numerik.
5. Analisis data: Manfaatkan perangkat lunak komputer untuk memanipulasi data
numerik dan membuat representasi visual.
6. Interpretasi data: Perhatikan dan pahami hasil, sambil mempertimbangkan interpretasi
alternatif.
7. Informasikan orang lain: Sajikan hasil penelitian dalam laporan.

Contoh:

1. Lowery dkk. (2007): Dampak jangka panjang dari subliminal priming pada kinerja
akademis.
2. Edgell dan Tranby (2007): Pengaruh agama terhadap pemahaman ketidaksetaraan
rasial.
3. McVeigh dan Sobolewski (2007): Hubungan antara kabupaten merah, kabupaten biru,
dan segregasi pekerjaan.

Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Sosial:

1. Akui diri dan konteks: Identifikasi topik dengan mempertimbangkan keyakinan


pribadi dan konteks sosio-historis.
2. Adopsi perspektif: Pilih paradigma teoretis-filosofis atau terlibat dalam diskusi
berkelanjutan dengan peneliti lain. 3-6. Desain studi dan kumpulkan, analisis, dan
interpretasi data: Proses non-linier yang melibatkan pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data secara bersamaan.
3. Informasikan orang lain: Persiapkan laporan, dengan variasi gaya berdasarkan
pendekatan yang digunakan.

Contoh:

1. Sudhir Venkatesh (2008): Etnografi tentang kehidupan sehari-hari di perkotaan dan


geng.
2. McCammon dkk. (2008): Penelitian historis-komparatif tentang kampanye hak juri
wanita di AS.

Catatan: Siklus tujuh langkah bersifat iteratif dan tidak linear. Penelitian adalah proses
interaktif dan berkelanjutan yang berkontribusi pada pengembangan pengetahuan serta
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, membedakan penelitian yang valid dari yang
tidak valid atau pseudosains.

Anda mungkin juga menyukai