Anda di halaman 1dari 44

Rangkuman Metodologi Penelitian Manajemen

A. Basic Research
Basic research atau penelitian murni, merupakan sumber dari kebanyakan ide ilmiah
dan cara berpikir tentang kejadian sosial. Para Peneliti menggunakan basic research untuk
mendukung atau menyangkal teori tentang bagaimana cara dunia sosial bekerja, berubah, dan
apa yang membuatnya terjadi.
Beberapa orang beranggapan basic research hanya membuang waktu dan uang karena
mereka tidak bisa langsung mendapatkan kegunaan untuk memecahkan suatu masalah yang
sedang terjadi. Memang kebanyakan basic research kurang aplikatif dalam jangka waktu
yang pendek, namun hal ini akan membentuk dasar pengetahuan dan nantinya akan
berdampak pada semua area masalah. Karena itu hampir kebanyakan terobosan dan kemajuan
ilmu pengetahuan yang signifikan bersumber atau mengacu pada basic research.
Seringkali aplikasi praktis yang kita ketahui merupakan gabungan dari basic research
yang terkumpul dalam waktu yang lama. Seperti Alec Jeffreys yang menemukan cara
membuat DNA fingerprint atau menandai DNA yang sekarang dipergunakan dalam
investigasi kriminal, hal tersebut berawal dari basic research terkait evolusi gene yang ia
geluti.
Pertanyaan seperti “mengapa perilaku penyimpangan terjadi” merupakan pertanyaan
yang memicu cara berfikir yang baru, yang akan menghasilkan jawaban yang mungkin akan
merubah segala sesuatu yang sedang terjadi kedepannya. Applied research juga fungsinya
untuk membuat pengetahuan baru. Meskipun demikian, basic research sangat penting dalam
memperluas wawasan dan pengetahuan.

B. Applied Research
Applied Research adalah salah satu penelitian yang bertujuan untuk memberikan
solusi atas permasalahan tertentu secara praktis. Penelitian ini menangani permasalahan
khusus. Penelitian ini dirancang untuk menawarkan solusi praktis untuk masalah konkret atau
menangani kebutuhan segera dan khusus dari dokter atau praktisi. Sebagian besar studi
penelitian terapan bersifat jangka pendek dan skala kecil. Penelitian ini menawarkan hasil
praktis yang dapat  digunakan dalam satu tahun atau kurang. Bisnis, kantor pemerintah,
fasilitas perawatan kesehatan, badan layanan sosial, organisasi politik, dan lembaga
pendidikan melakukan studi terapan dan membuat keputusan berdasarkan temuan. Praktisi
aktif (misalnya, guru, dokter dan perawat, perwakilan penjualan, konselor dan pekerja kasus,
hakim, manajer, supervisor, dan manajer kota) adalah audiens dalam penelitian ini. 
Banyak di antara audiens yang sangat beragam ini tidak memiliki latar belakang
penelitian atau perspektif ilmiah yang kuat. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi.
Misalnya, proses persidangan memperoleh hasil dari studi penelitian seperti survei. Namun,
non-ilmuwan (hakim, juri, pengacara) mengevaluasi metodologi dan temuan survei pada
basis non-ilmiah. Akibatnya, mereka dapat salah menafsirkan hasil dan menggunakan standar
evaluasi yang berbeda dari komunitas ilmiah. Peneliti terapan harus menerjemahkan temuan
ilmiah teknis ke dalam bahasa awam yang dapat dimengerti. 

1. Evaluation Research
Penelitian evaluasi adalah penilaian sistematis atas nilai atau manfaat waktu, uang,
tenaga, dan sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai tujuan. Penelitian terapan di
mana seseorang mencoba untuk menentukan seberapa baik program atau kebijakan
bekerja atau mencapai tujuan dan tujuannya. Merupakan jenis penelitian terapan yang
paling banyak digunakan. 
Dalam studi penelitian evaluasi, kita mengukur efektivitas suatu program, kebijakan,
atau cara melakukan sesuatu. Dalam penelitian evaluasi, kita dapat menggunakan
beberapa teknik (misalnya penelitian lapangan survei dan etnografi), tetapi jika
eksperimen dapat digunakan, hasilnya paling efektif.
Terlepas dari nilainya, studi penelitian evaluasi memiliki keterbatasan. Beberapa
melalui proses peer review yang ketat, dan data mentah mereka jarang tersedia untuk
umum untuk pemeriksaan atau replikasi. Selain itu, pembuat kebijakan dapat secara
selektif menggunakan atau mengabaikan laporan evaluasi.
Terdapat dua jenis evaluation research yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif memiliki pemantauan bawaan atau umpan balik berkelanjutan pada
program yang digunakan untuk manajemen program. Evaluasi sumatif meninjau hasil
akhir program. Keduanya biasanya diperlukan.
Evaluator membagi program menjadi beberapa komponen dan menganalisis setiap
komponen yang berkaitan dengan biaya dan pencapaiannya relatif terhadap tujuan
program eksplisit.

2. Action Research
Action research merupakan salah satu bentuk penelitian yang memiliki tujuan utama
untuk memfasilitasi perubahan pada bidang sosial atau mewujudkan tujuan pada bidang
sosio-politik. Pada penelitian action research menghindari adanya kontrol, status, dan
otoritas atas orang yang diteliti, tetapi sebaliknya, dimana mendorong kesetaraan dan
keterlibatan langsung dari para peserta penelitian. Antara partisipan penelitian dan
peneliti memiliki kedudukan yang sama.
Participatory action research merupakan subtipe dari action research. Partisipan
penelitian berperan aktif dalam merumuskan, merancang, dan melaksanakan penelitian.
Partisipan penelitian dan peneliti nantinya akan menggabungkan temuan dalam proses
kolaboratif. Peneliti lebih bertindak sebagai konsultan atau kolaborator yang membantu
dan memberikan keahlian dalam menentukan desain studi, pengumpulan data, dan
analisis/ interpretasi data.
Karakteristik action research:
- Orang-orang yang diteliti merupakan partisipan aktif dalam proses penelitian tersebut
- Penelitian ini menggabungkan pengetahuan populer dan perhatian orang-orang biasa.
a. Penelitian ini meneliti hubungan kekuasaan dan mendokumentasikan
ketidaksetaraan atau ketidakadilan sosial.
b. Temuan penelitian dibagikan untuk meningkatkan kesadaran dan memberdayakan
masyarakat biasa.
c. Penelitian terkait langsung dengan tindakan sosial-politik dan pencapaian tujuan
sosial.
Contoh Action Research: Williams dan rekan (2007) melakukan penelitian mengenai
kualitas hidup di Saskatoon, Kanada, di tiga wilayah kota sesuai dengan tingkat
penghasilan. Peneliti mengembangkan organisasi penelitian “Hybrid” yang berbasis
universitas dan komunitas. Dalam penelitian ini menggabungkan empat strategi:
melibatkan media lokal, forum komunitas, komite pengarah kualitas hidup Saskatoon
dengan beberapa organisasi komunitas, dan peneliti tindakan yang menjadi pembuat
kebijakan. Beberapa metode untuk mengkomunikasikan hasil: menerbitkan makalah
pengarahan singkat, membuat poster, dan mendistribusikan ringkasan penelitian di forum
komunitas untuk diskusi. 

3. Social Impact Research


Dampak Sosial (Social Impact)
Penelitian pada penilaian dampak sosial memperkirakan konsekuensi social mungkin
terjadi sebelum perubahan yang direncanakan. Penilaian dampak sosial merupakan
penelitian terapan  yang mendokumentasikan konsekuensi yang mungkin terjadi untuk
berbagai kehidupan bidang sosial.
Environmental Impact Social (EIS) diperlukan untuk mencari dan membangun
sekolah, rumah sakit, penjara, pusat perbelanjaan, tempat pembuangan sampah, jalan
raya, lapangan terbang, taman, dan kawasan rekreasi. Apabila SIA adalah bagian dari
EIS, SIA mengevaluasi konsekuensi dari tindakan tersebut termasuk ketersediaan dan
kualitas perumahan, karakteristik populasi (seperti struktur usia, keragaman ras-etnis,
tingkat pendapatan dan pendidikan). Bagian SIA dari EIS dapat mempertimbangkan
dampak pada sumber daya masyarakat seperti kesehatan, polisi, pemadam kebakaran, dan
layanan sanitasi, lapangan kerja, kesempatan sekolah dan rekreasi, dan vitalitas organisasi
nirlaba. SIA juga mempertimbangkan dampaknya terhadap kelangsungan hidup atau
keberlangsungan  komunitas masyarakat yang berbeda yang telah membangun akar
sejarah dan budaya lokal.
Setelah beberapa decade,  berkembang alat dan efektivitas penelitian penilaian
dampak sosial menjadi mapa. Akan tetapi, jenis penelitian terapan ini sangat kurang
dimanfaatkan. Terdapat beberapa faktor:
- Pertama, kebanyakan EIS tidak membutuhkan SIA. Legislator, pejabat kebijakan,
atau pembuat keputusan jarang meminta SIA sebelum mereka menyetujui proyek
besar. Kecuali untuk program skala besar yang sangat sedikit, sebagian besar
pengambil keputusan memilih untuk mengubah peraturan zonasi, mengembangkan
kawasan bisnis baru, membuat pembangunan perumahan, mengubah jalur
transportasi, dan sebagainya tanpa mempertimbangkan secara sistematis dampak
sosialnya. Masalah-masalah tersebut diputuskan berdasarkan kepentingan politik dan
ekonomi.
- Kedua, studi penilaian dampak sosial membutuhkan waktu dan uang. Pejabat menolak
adanya pengeluaran dana dan keberatan memperlambat proses pengambilan
keputusan. Dikarenakan mereka bekerja dalam jangka waktu yang singkat dan tidak
memerlukan studi.
- Ketiga, di banyak tempat, iklim politik-budaya waspada terhadap perencanaan dan
ketidakpercayaan terhadap nasihat "ahli". Ketidakpercayaan seperti itu bergabung
dengan pengetahuan terbatas tentang penelitian ilmu sosial. Akibatnya, orang
berpegang teguh pada metode pengambilan keputusan tradisional. Mereka
menggunakan tebakan daripada pengetahuan berbasis penelitian tentang dampak
sosial dari keputusan.
- Keempat, promotor atau investor dalam proyek baru seringkali menentang
pelaksanaan studi penilaian dampak sosial. Mereka takut bahwa temuannya akan
membuat penundaan atau menggagalkan rencana mereka dengan mengidentifikasi
masalah sosial.
- Kelima, dalam kasus studi dampak sosial, pejabat sering mengabaikan hasil mereka
karena mengesampingkan masalah politik dan pengaruh kepentingan politik-ekonomi
yang mengakar.
Dua Alat dalam Riset Terapan. Banyak peneliti terapan menggunakan dua alat
sebagai bagian dari studi penelitian mereka: penilaian kebutuhan dan analisis biaya-
manfaat. Penilaian kebutuhan melibatkan pengumpulan data untuk menentukan
kebutuhan sosial utama dan tingkat keparahannya. Penilaian kebutuhan sering kali
menjadi rumit dalam hubungan masyarakat yang kompleks, dan ketika
melakukannya, kita mungkin menghadapi beberapa masalah. Masalah pertama adalah
memprioritaskan kebutuhan atau masalah serius. Mungkin suatu komunitas memiliki
banyak masalah, seperti wanita yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga,
praremaja yang menyalahgunakan narkoba, orang-orang tunawisma yang tidur di
taman, pekerja kehilangan uang dalam jumlah besar bertaruh di arena pacuan kuda,
atau eksekutif yang minum terlalu banyak di klub. Masalah mana yang menerima
penilaian kebutuhan? Kebutuhan yang paling terlihat mungkin bukan yang paling
serius atau yang memobilisasi protes publik yang besar. Masalah kedua adalah
mengidentifikasi sumber informasi untuk penilaian kebutuhan. Misalnya, ketika
memutuskan untuk melakukan asesmen kebutuhan suatu program untuk membantu
para tunawisma, siapa yang paling tepat untuk memberikan informasi? Haruskah kita
berbicara tentang kebutuhan orang-orang yang tunawisma dengan pemilik bisnis yang
mengeluh tentang tunawisma yang tinggal di jalanan? Haruskah kita bertanya kepada
penyedia layanan saat ini untuk populasi tunawisma (misalnya, pekerja sosial, pusat
perawatan kesehatan, sekolah, tempat penampungan tunawisma, dapur umum, dan
dapur umum)? Haruskah kita mengandalkan penegakan hukum (misalnya, polisi, sipir
penjara, petugas pengadilan)? Haruskah kita bertanya kepada teman, anggota
keluarga, dan pendukung nonprofesional yang tinggal di jalan? Haruskah kita
bertanya kepada orang-orang itu sendiri? Idealnya adalah menyertakan semua sumber,
tetapi mengidentifikasi cakupan lengkap mungkin tidak mudah atau memakan banyak
waktu.
Masalah ketiga adalah bahwa kebutuhan mendesak yang eksplisit mungkin
tidak mencakup berbagai masalah yang kurang terlihat atau menghubungkannya
dengan solusi jangka panjang. Misalnya, kami mengetahui bahwa orang-orang
tunawisma mengatakan bahwa mereka membutuhkan tempat tinggal. Namun, setelah
memeriksa situasinya, kami memutuskan bahwa perumahan akan tersedia jika orang-
orang ini memiliki pekerjaan. Masalah perumahan disebabkan oleh kebutuhan akan
pekerjaan, yang pada gilirannya dapat disebabkan oleh kebutuhan akan keterampilan,
“upah layak”, dan jenis usaha tertentu. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan
perumahan, jenis usaha tertentu perlu ditarik, penetapan upah minimum yang baru,
dan pelatihan kerja. Seringkali kebutuhan yang tampak di permukaan berakar pada
kondisi yang lebih dalam dan penyebab yang tidak disadari oleh banyak orang.
Misalnya, minum air yang tercemar, pola makan yang buruk, dan kurang olahraga
dapat meningkatkan kebutuhan akan perawatan kesehatan. Apakah ini menunjukkan
perlunya lebih banyak perawatan kesehatan atau pengolahan air yang lebih baik dan
program pendidikan kesehatan masyarakat?
Masalah keempat adalah bahwa penilaian kebutuhan dapat menimbulkan
kontroversi politik. Ini mungkin menyarankan solusi di luar kendali lokal atau tanpa
peluang implementasi yang realistis. Kelompok yang kuat mungkin tidak ingin
beberapa kebutuhan sosial didokumentasikan atau dipublikasikan. Kita mungkin
belajar bahwa kota memiliki banyak kejahatan yang tidak dilaporkan; akan tetapi,
mempublikasikan situasi tersebut dapat merusak citra kota yang aman dan dikelola
dengan baik yang dipromosikan oleh Kamar Dagang dan pemerintah kota.
Para ekonom mengembangkan alat kedua, analisis manfaat biaya. Hal ini
melibatkan estimasi biaya dan manfaat masa depan dari tindakan yang diusulkan dan
menetapkan nilai moneter. Mulai dengan mengidentifikasi semua konsekuensi
termasuk yang berwujud, seperti penciptaan lapangan kerja, pembentukan bisnis, atau
tingkat kelulusan dan tidak berwujud, seperti udara bersih, kebebasan politik,
keindahan pemandangan, atau tingkat stres rendah dari suatu program atau tindakan.
Selanjutnya, menetapkan setiap konsekuensi nilai moneter; beberapa biaya mungkin
negatif, beberapa manfaat mungkin positif, dan beberapa netral. Kemudian
menghitung probabilitas atau kemungkinan untuk setiap konsekuensi. Terakhir,
membandingkan semua biaya dengan manfaat dan memutuskan apakah semuanya
seimbang.
Analisis biaya-manfaat merupakan strategi pengambilan keputusan nonpolitik,
rasional, dan teknis. Akan tetapi seringkali kontroversial. Mengenai penilaian
kebutuhan, orang tidak setuju tentang kegiatan yang dianggap relevan atau penting.
Jadi, beberapa orang akan mengatakan bahwa perhatian utama adalah stabilitas dan
profitabilitas bisnis, pajak yang lebih rendah, dan penciptaan lapangan kerja baru.
Kemudian ada yang mengatakan bahwa prioritas utama adalah lingkungan yang sehat
dan bersih, ruang terbuka hijau, dan peningkatan ekspresi artistik serta kebebasan
berbicara. Orang mungkin tidak setuju apakah konsekuensi yang diberikan itu positif
atau negatif. Misalnya, saya melihat pelebaran jalan sebagai keuntungan. Hal ini akan
memungkinkan saya melakukan perjalanan untuk bekerja jauh lebih cepat dan
mengurangi kemacetan. Namun, pemilik rumah yang tinggal di sepanjang jalan
menganggapnya sebagai biaya. Membangun jalan membutuhkan pemindahan
sebagian halaman depan rumahnya, meningkatkan kebisingan dan polusi, dan
menurunkan nilai pasar rumah.
Analisis biaya-manfaat bertumpu pada asumsi bahwa kita dapat melampirkan
nilai uang pada berbagai hal seperti pembelajaran anak, kesehatan, cinta, kebahagiaan,
martabat manusia, kesucian. Analisis biaya-manfaat juga dapat menimbulkan masalah
moral dan politik. Orang-orang yang membayar biaya mungkin bukanlah orang yang
mendapatkan keuntungan. Selain itu, perhitungan biaya-manfaat cenderung lebih
mengutamakan orang kaya dan berpenghasilan tinggi daripada orang miskin
berpenghasilan rendah.
Melampaui Dikotomi Dasar-Terapan. Dikotomi dasar versus penelitian
terapan terlalu sederhana. Tiga masalah terkait menguraikan perbedaan ini untuk
membangun jenis penelitian tambahan di luar dikotomi:
1. Bentuk pengetahuan yang diciptakan sebuah penelitian
2. Rentang khalayak yang dapat menggunakan temuan penelitian
3. Siapa yang memulai, merancang, dan mengontrol penelitian— sebuah peneliti
independen.
Bentuk Pengetahuan lain. Peneliti sosial menghasilkan dua bentuk
pengetahuan, instrumental dan refleksif. Meskipun tumpang tindih, bentuknya
mencerminkan perbedaan antara tindakan yang netral, tidak memihak, dan
berorientasi tugas, serta perilaku yang berprinsip, dan berbasis nilai. Sebagian
besar studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan studi terapan oleh praktisi
membangun dan memperluas pengetahuan instrumental. Hal ini adalah
pengetahuan yang berorientasi pada sarana-tujuan atau tugas. Pengetahuan
instrumental memajukan batas-batas pemahaman. Sebaliknya, pengetahuan
refleksif adalah pengetahuan yang sadar diri dan berorientasi pada nilai.
Audiens untuk Temuan Penelitian. Seperti disebutkan sebelumnya, audiens
utama penelitian dasar adalah peneliti profesional dalam komunitas ilmiah.
Praktisi non peneliti adalah audiens utama untuk penelitian terapan. Kita dapat
memperluas khalayak praktisi menjadi empat jenis: publik, aktivis, dokter umum,
dan praktisi sempit. Masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda. Sebagian
besar masyarakat hanya memiliki kepentingan umum. Mereka belajar tentang
hasil penelitian di sekolah atau dari media massa. Aktivis, pendukung komunitas,
dan peserta penelitian dalam penelitian tindakan memiliki kepentingan langsung
dan segera pada hasil yang sangat relevan dengan perhatian langsung mereka.
Dokter umum, pembuat keputusan tingkat tinggi atau spesialis kebijakan di
pemerintahan atau organisasi besar (misalnya, bisnis, rumah sakit, departemen
kepolisian), ingin mengintegrasikan berbagai pengetahuan praktis untuk
digunakan untuk menginformasikan banyak keputusan saat ini dan di masa depan.
Sebaliknya, praktisi sempit menginginkan temuan yang ditargetkan yang akan
mengatasi masalah mendesak yang spesifik.
Otonomi Peneliti dan Penelitian Sosial yang Ditugaskan. Dalam citra ideal
dari penelitian, ada kebebasan penuh untuk mengejar pengetahuan tanpa batasan.
Peneliti yang ideal adalah peneliti yang mandiri, memiliki dana yang cukup, dan
memiliki kendali penuh atas cara melakukan penelitian. Kebalikan dari gambar ini
adalah penelitian dengan banyak batasan. Ini menjelaskan peneliti-karyawan atau
penelitian yang ditugaskan. Sebagian besar studi yang ditugaskan membatasi
otonomi peneliti. Orang lain memberikan dana, dan menentukan ruang lingkup
pertanyaan penelitian dan penyebaran temuan. "String" lainnya mungkin termasuk
batasan untuk memeriksa masalah tertentu tetapi tidak yang lain. Peneliti mungkin
menghadapi batasan waktu yang ketat untuk menyelesaikan penelitian. Sebagai
alternatif, mereka mungkin diberi tahu teknik penelitian mana yang akan
digunakan atau orang mana yang harus dihubungi dalam penelitian
Kumpulan Jenis Penelitian Dasar dan Terapan yang Diperluas. Kita sekarang
dapat menggabungkan bentuk pengetahuan, audiens, dan penelitian yang
ditugaskan versus penelitian otonom untuk membuat serangkaian penelitian dasar
dan terapan serta peran peneliti yang diperluas. Riset dasar untuk komunitas
ilmiah dapat menghasilkan pengetahuan refleksif atau instrumental — riset kritis
dan profesional. Sebuah yayasan swasta besar atau lembaga pemerintah mungkin
menugaskan seorang peneliti untuk melakukan riset dasar. Hal ini adalah
penelitian kontrak dasar. Terkadang, peneliti mengambil peran intelektual publik
dan menghasilkan pengetahuan refleksif untuk memajukan diskusi umum dan
debat publik. Di lain waktu, mereka menghasilkan pengetahuan instrumental,
terkadang dari studi yang ditugaskan atau otonom.
Seorang peneliti yang merancang penelitian refleksif untuk partisipan berada
dalam peran pendidik publik. Jika ilmu tersebut bersifat instrumental, peneliti
dapat bertindak sebagai konsultan bagi partisipan atau menjadi peneliti partisipatif
yang sederajat dengan partisipan. Pada beberapa kesempatan, praktisi generalis
dan sasaran membuat dan menerapkan pengetahuan refleksif dalam debat dan
pertimbangan tentang masalah atau pilihan keputusan. Lebih sering praktisi fokus
pada pengetahuan instrumental. Terkadang seorang praktisi generalis menciptakan
dan menggunakan pengetahuan sebagai kontributor untuk keputusan terbuka dan
demokratis. Di lain waktu, seorang praktisi secara sempit berfokus pada masalah
sasaran tertentu yang memiliki sedikit penerapan atau distribusi temuan.
Kelompok atau pemberi kerja di luar dapat meminta penelitian, atau peneliti dapat
membuatnya secara mandiri.

C. Purpose of Research 
Dalam penelitian terdapat berbagai macam alasan mengapa seseorang melakukan
penelitian tersebut. Secara umum, kita dapat membagi beberapa alasan tersebut menjadi 3
kelompok, yaitu untuk menjelajahi (explore) suatu topik, untuk menggambarkan
(describe) suatu fenomena sosial, atau untuk menjelaskan (explain) kenapa sesuatu itu
terjadi. Dalam suatu penelitian dapat memiliki beberapa alasan, contohnya untuk explore
dan describe suatu fenomena sosial, tetapi biasanya hanya satu alasan yang lebih
dominan.

D. Exploration
Kita menggunakan exploratory research ketika suatu subjek adalah sesuatu yang
sangat baru, kita hanya mengetahui sedikit atau tidak mengetahui apa-apa tentang
fenomena tersebut, dan tidak ada yang pernah menjelajahinya. Tujuan dari exploratory
research adalah untuk memformulasikan/ mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang tepat
sehingga kita dapat melakukan penelitian di masa mendatang dengan lebih sistematik dan
lebih luas. Exploratory research biasanya tidak menghasilkan suatu jawaban yang pasti.
Kita hanya mengarahkannya ke pertanyaan “apa” : Apa kegiatan sosial ini sebenarnya ?
Penelitian ini sulit kita adakan karena hanya memiliki sedikit pedoman, semuanya
berpotensi penting, langkah-langkahnya belum terdefinisikan dengan baik, dan arah
penyelidikan sering berubah-ubah.
Peneliti yang melakukan exploratory research harus kreatif, berpikiran terbuka, dan
fleksibel; memiliki sifat investigasi; dan menjelajahi semua sumber informasi. Mereka
menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang kreatif dan memanfaatkan suatu kebetulan yang
tidak terbayangkan sebelumnya atau suatu faktor peluang yang memiliki implikasi yang
besar. Contohnya, awalnya dalam suatu penelitian kita berpikir bahwa dampak dari
imigrasi ke negara lain akan lebih berdampak negatif pada anak-anak kecil dibandingkan
orang tua, tetapi setelah dilakukan penelitian ternyata hasil yang didapatkan tidak seperti
yang kita bayangkan sebelumnya. Ternyata, anak-anak usia 6 dan 7 tahun adalah imigran
yang paling rentan terhadap gangguannya, dibandingkan anak yang lebih kecil atau orang
yang lebih tua. 

E. Descriptive
Descriptive research mempresentasikan sebuah gambaran detail spesifik situasi,
sosial, atau suatu hubungan. Banyak social research yang ditemukan pada jurnal atau
yang digunakan untuk membuat kebijakan publik yaitu descriptive research.
Descriptive research diawali dengan studi masalah atau pertanyaan penelitian yang
terdefinisikan dengan baik dan mencoba mendeskripsikannya dengan akurat. Hasil
penelitian berupa suatu gambaran permasalahan yang detail atau menjawab pertanyaan
penelitian.
Descriptive study mempresentasikan sebuah gambaran tipe orang atau aktivitas sosial
dan berfokus pada pertanyaan "bagaimana" dan "siapa". Social research dengan deal
terbaik adalah descriptive research. Descriptive research menggunakan paling banyak
teknik penggabungan data: survei, bidang penelitian, analisis konten, dan penelitian
komparatif-historis.

F. Explanation
Explanatory research merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan
mengapa suatu peristiwa terjadi, mendukung atau menyangkal suatu prediksi,
menghubungan suatu masalah atau topik dengan prinsip umum, serta untuk membangun,
memperluas, menguraikan, atau menguji suatu teori. Saat kita menghadapi suatu masalah
atau deskripsi suatu hal, mungkin kita bertanya “mengapa” hal tersebut bisa terjadi, oleh
karena itu dapat dilakukan explanatory research untuk mengidentifikasi penyebab
maupun alasan terjadinya suatu hal. Contohnya, pada penelitian deskriptif akan
memaparkan jumlah orang tua pemabuk berat yang menyiksa anak mereka, sedangkan
pada explanatory research akan mempelajari mengapa orang tua menyiksa anak-anak
mereka, penelitian akan berfokus untuk mencari mengapa pemabuk berat berkontribusi
terhadap perilaku kekerasan pada anak.
Terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam explanatory reseach, seperti
mengembangkan penjelasan baru dan kemudian memberikan bukti empiris untuk
mendukung atau membantah penjelasan tersebut. Strategi lain adalah dengan cara
menguraikan dua atau lebih penjelasan sebagai perbandingan dan kemudian menunjukkan
bukti masing-masing untuk melihat mana yang lebih kuat. Terakhir, penelitian ini dapat
pula dilakukan dengan memulai dari penjelasan yang sudah ada baik dari penelitian
terdahulu maupun teori sosial, kemudian mengembangkannya sesuai dengan konteks
penelitian saat ini, baik berupa modifikasi ataupun pembatasan.
G. Case Study Research
Kebanyakan penelitian studi kasus bersifat kualitatif, tetapi tidak harus demikian.
Sebaliknya, hampir semua penelitian lintas kasus (atau penelitian non-kasus) bersifat
kuantitatif. Hampir semua penelitian kualitatif berupaya membangun representasi
berdasarkan pengetahuan yang mendalam mengenai kasus-kasus. Penelitian studi kasus
secara intensif menyelidiki satu atau sekumpulan kasus kecil, dengan fokus pada banyak
detail dalam setiap kasus dan konteksnya. Studi kasus memungkinkan kita untuk
menghubungkan level mikro atau tindakan individu ke level makro atau struktur dan
proses skala besar (Vaughan, 1992). Penelitian studi kasus memiliki banyak kekuatan
yang memungkinkan kita untuk menghubungkan ide-ide abstrak dengan cara tertentu
dengan kasus spesifik konkret yang kita amati secara rinci. 
Studi kasus cenderung menghasilkan teori terbaik. Hal ini didasarkan pada tiga
alasan. Pertama, kita menjadi sangat akrab dengan detail mendalam tentang kasus
tertentu, kita dapat membuat atau membangun teori baru serta membentuk kembali teori
saat ini menjadi kasus yang kompleks. Kedua, ketika kita memeriksa kasus-kasus tertentu
dengan detail rumit dari proses sosial dan hubungan sebab-akibat menjadi lebih terlihat
sehingga memungkinkan kita mengembangkan penjelasan yang lebih komprehensif yang
dapat menangkap kompleksitas kehidupan sosial. Selain itu, studi kasus memberikan
bukti yang lebih efektif dalam menggambarkan suatu peristiwa / situasi dan proses yang
kompleks serta multi-faktor yang terjadi sepanjang waktu dan ruang. Penelitian studi
kasus juga dapat menggabungkan seluruh situasi dan berbagai perspektif di dalamnya.
Penelitian studi kasus memiliki enam kekuatan antara lain:
1. Validitas konseptual. 
Studi kasus membantu untuk "membilas" dan mengidentifikasi konsep / variabel yang
paling menarik dan bergerak menuju inti atau makna esensial dalam teori abstrak.
2. Dampak heuristik. 
Studi kasus sangat heuristik yaitu, memberikan pembelajaran lebih lanjut, penemuan,
atau pemecahan masalah). Mereka membantu membangun teori baru, mengembangkan
atau memperluas konsep, dan mengeksplorasi batas-batas di antara konsep terkait.
3. Identifikasi mekanisme kausal. 
Studi kasus memiliki kemampuan untuk memperlihatkan detail proses dan
mekanisme sosial yang mana satu faktor mempengaruhi faktor lainnya.
4. Kemampuan untuk menangkap kompleksitas dan melacak proses. 
Studi kasus dapat secara efektif menggambarkan peristiwa / situasi multi-faktor yang
sangat kompleks dan melacak proses dari waktu ke waktu dan ruang.
5. Kalibrasi. 
Studi kasus memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan ukuran konsep abstrak
dengan pengalaman hidup dan standar yang dapat diandalkan.
6. Elaborasi holistik. 
Studi kasus dapat menguraikan keseluruhan situasi atau proses secara holistik dan
memungkinkan penggabungan berbagai perspektif atau sudut pandang.

H. Across Case Research


Tipe penelitian ini biasanya diterapkan pada penelitian kuantitatif. Tipe research ini
mengambil banyak kasus, dan dari banyak kasus tersebut yang diperhatikan hanya
beberapa karakteristiknya saja.
Contoh:  Penelitian tentang bagaimana seseorang memilih residensi. Case-study:
mempelajari secara dalam bagaimana cara mereka milihnya, misal dengan mewawancarai
masing- masing dan melihat pertimbangan mereka. Across-case: Mencari tau faktor-
faktor pada tiap orang, misal usia, tabungan, dan apakah sudah berkeluarga atau belum.
Dari tiga faktor tersebut dilihat bagaimana mereka memilih residensi.

I. Cross Sectional
Pendekatan Crosssectional dapat bersifat eksploratif, deskriptif, eksplanatif. Tetapi
paling banyak beraifat deskriptif. Pendekatan crosssectional ini merupakan alternatif yang
paling sederhana dan murah tetapi tidak dapat melihat perubahan sosial atau sosial
process.
Memutuskan suatu penilitan bersifat crossectional atau longitudinal tidaklah mudah.
Seperti penelitian yang dilakukan Lowery dkk (2007) memiliki “efek jangka panjang” (4
hari) dalam judulnya bersifat longitudinal. Tetapi dalam studi survei Edgell dan Tranby
(2007) dan studi statistik oleh McVeigh dan Sobolewski (2007) dilakukan selama
beberapa hari dan beberapa bulan tetapi menggunakan pendekatan crosssectional.
Eksperimen bersifat longitudinal bukan karena lamanya waktu tertentu, melainkan
karena desain studi tersebut menggabungkan waktu. Peneliti mengumpulkan data dalam
dua titik waktu yang berbeda dan membandingkan data ini dalam analisis data. Dalam
survei dan studi statistik yang ada, peneliti tidak bisa mengumpulkan data sekaligus. 
J. Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal bisa digunakan pada penilitian yang bertujuan eksploratory,
deskriptif dan eksplonatory. Biasanya penelitian nya lebih rumit dan membutuhkan biaya
lebih jika dibandingkan dengan penelitian yang bersifat cross sectional dan penelitian
longitudinal jauh lebih kuat. Sebagai contoh dalam sebuah penelitian tentang gerakan hak
juri yang di tulis oleh McCamon dan kawan kawan pada tahun 2008 merupakan
penelitian longitudinal. Dalam penelitian ini berfokus terhadap kecepatan dan pola
perubahan yang terjadi dalam beberapa dekade. Penulis mengambil data dari beberapa
waktu dan membandingkan data dengan yang dimilikinya. Dalam penelitian longitudinal
ada 3 tipe yaitu: time series, panel dan cohort.
1. Time series
Rangkaian data Time Series (runtut waktu) terdiri dari pengamatan pada suatu
variabel atau beberapa variabel dari waktu ke waktu. Dengan kata lain data time series
adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu secara berurutan pada satu atau lebih
obyek yang sama pada setiap periode waktu. Contoh data deret waktu termasuk harga
saham, jumlah uang beredar, indeks harga konsumen, PDB, jumlah lulusan siswa
tahunan, dan lainnya.
2. Panel
Penelitian panel merupakan salah satu bagian penelitian longitudinal dimana peneliti
mengamati atau menganalisis suatu sampel yang sama atau identik secara berkala pada
periode interval tertentu. Penelitian ini membutuhkan biaya yang banyak dan tenaga lebih
karena cukup sulit untuk selalu mengikuti sampel yang sama dalam periode waktu yang
cukup lama karena bisa saja sampel atau orang tersebut dikeluarkan dari penelitian karena
meninggal dunia atau memenuhi kriteria eksklusi selama penelitian berlangsung. 
3. Cohort
Penelitian Cohort merupakan salah satu bagian dari longitudinal research yang
mencari informasi mengenai suatu kategori kasus atau orang yang memiliki pengalaman
yang  sama pada satu periode waktu di periode waktu berikutnya. Penelitian Cohort ini
sedikit berbeda dengan penelitian Panel. Pada panetian Panel, peneliti mengamati
kelompok orang yang sama sehingga harus menemukan subjek yang persis sama, namun
pada penelitian Cohort subjek yang dicari  lebih luas karena hanya mencari kategori
orang yang memiliki pengalaman hidup / kejadian yang sama  dalam periode tertentu. 
Kelompok umum yang sering digunakan sebagai subjek dalam penelitian Cohort
mencakup semua orang yang lahir di tahun yang sama (birth cohorts), semua orang yang
dipekerjakan pada waktu yang sama, semua orang yang pensiun dalam periode 1 atau 2
tahun, dan semua orang yang lulus pada tahun tertentu. Salah satu contoh penelitian
Cohort adalah membandingkan 3 kelompok perkawinan -- semua orang yang menikah
dalam 3 tahun (1970, 1990, dan 2010) untuk melihat perbedaan upacara perkawinan,
waktu menikah, dan waktu hamil. 

4. Case Study 
Penelitian studi kasus meneliti banyak fitur dalam beberapa kasus. Kasusnya bisa
individu, kelompok, organisasi, gerakan, peristiwa, atau geografis unit. Data kasus
tersebut dirinci, bervariasi, dan luas. Kebanyakan penelitian studi kasus bersifat kualitatif,
tetapi tidak harus demikian. Sebaliknya, hampir semua penelitian lintas kasus (atau
penelitian nonkasus) bersifat kuantitatif. Penelitian kualitatif dan studi kasus tidak identik,
tetapi hampir semua penelitian kualitatif berusaha membangun representasi berdasarkan
kedalaman, detail pengetahuan tentang kasus tersebut. Studi kasus memungkinkan kita
sebagai peneliti untuk menghubungkan level mikro, atau tindakan individu, ke tingkat
makro, atau struktur dan proses berskala besar. Seperti yang dikatakan Walton (1992b:
122) “Logika dari studi kasus adalah untuk mendemonstrasikan sebuah kausal argumen
tentang bagaimana kekuatan sosial umum membentuk dan menghasilkan hasil dalam
pengaturan tertentu”.
Penelitian studi kasus enjelaskan pemikiran kita dan memungkinkan kita untuk
menghubungkan abstrakide dengan cara tertentu dengan spesifikasi konkret kasus yang
kita amati secara rinci. Ini terjadi karena tiga alasan. Pertama, seperti kita menjadi sangat
tidak asing dengan detail mendalam dari kasus-kasus tertentu, kita dapat membuat /
membangun teori baru sebagai serta membentuk kembali teori saat ini menjadi kasus
yang kompleks atau situasi baru. Kedua, ketika kita meneliti secara spesifik kasus, detail
rumit dari proses sosial dan hubungan sebab-akibat menjadi lebih terlihat.Selain itu, studi
kasus memberikan bukti yang menggambarkan secara lebih efektif peristiwa / situasi dan
proses yang kompleks dan multi faktor yang terjadi sepanjang waktu dan ruang. Studi
kasus penelitian juga dapat mencakup seluruh situasi dan berbagai perspektif di
dalamnya.
Penelitian studi kasus memiliki enam kelebihan: 
a. Validitas konseptual. Studi kasus membantu dan mengidentifikasi konsep / variabel
yang ada langsung kepada makna intinya dari sebuah abstrak.
b. Dampak heuristik. Memberikan pembelajaran lebih lanjut, penemuan, atau
pemecahan masalah. Studi kasus membantu membangun teori baru, mengembangkan
atau memperluas konsep, dan menjelajahi kekurangan pada konsep tersebut. 
c. Identifikasi mekanisme kausal. Studi kasus memiliki kemampuan untuk menampilkan
detailnya  proses dan mekanisme sosial.
d. Kemampuan untuk menangkap kompleksitas dan melacak proses. Studi kasus dapat
menggambarkan secara efektif peristiwa / situasi yang kompleks.
e. Kalibrasi. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk menyesuaikan penelitian dengan
standar yang konkret
f. Elaborasi holistik. Studi kasus dapat menguraikan keseluruhan situasi atau proses
secara holistik dan penggabungan beberapa perspektif atau sudut pandang.

K. Quantitative (Experimental)
Penelitian kuantitatif eksperimental prinsipnya menggunakan logika yang ditemukan
dalam penelitian ilmu alam. Penelitian ini dapat digunakan di laboratorium atau di
kehidupan nyata dan biasanya melibatkan paling sedikit (30-100 orang) yang nantinya
akan menjawab pertanyaan. Kuantitatif eksperimen sangat efektif untuk penelitian yang
membutuhkan penjelasan.
Dalam sebagian besar penelitian eksperimen, peneliti membutuhkan sekitar tujuh
puluh orang dalam penelitian yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok atau lebih.
Kemudian peneliti memperlakukan kedua kelompok tersebut secara identik, kecuali
apabila peneliti akan melakukan suatu kondisi khusus seperti satu kelompok diberikan
suatu “perlakuan” sedangkan kelompok yang lainnya tidak karena akan dijadikan sebuah
kontrol. Peneliti tersebut kemudian mengukur reaksi antara kedua kelompok tersebut,
kemudian membandingkan apakah terdapat perbedaan reaksi yang disebabkan oleh
perbedaan perlakuan itu sendiri.

L. Quantitative (Survey)
Dalam penelitian eksperimental, kami membagi sejumlah kecil orang ke dalam
kelompok yang setara, menguji hipotesis, memanipulasi kondisi dan mengontrol untuk
mengurangi ancaman. Di akhir eksperimen, kami memiliki data kuantitatif dan
membandingkan respons peserta. Penelitian survei mengikuti logika yang berbeda.
Kami biasanya mengambil sampel banyak responden dan menanyakan semua
pertanyaan yang sama. Kami mengukur banyak variabel dengan pertanyaan dan menguji
beberapa hipotesis secara bersamaan. Kami menyimpulkan dari pertanyaan tentang
perilaku, pengalaman, atau karakteristik masa lalu.  Survei terkadang disebut korelasional
karena peneliti tidak mengontrol dan memanipulasi kondisi seperti dalam percobaan.
Dalam penelitian survei, kami menggunakan variabel kontrol untuk secara statistik
mendekati kontrol fisik pelaku eksperimen.

Langkah-langkah dalam Melakukan Survei

Untuk melakukan survei, peneliti memulai dengan masalah penelitian teoritis atau
terapan.

- Langkah 1: Kembangkan hipotesis, tentukan jenis survei (surat, wawancara, telepon),


tulis pertanyaan survey, tentukan kategori tanggapan, desain tata letak.
- Langkah 2: Rencanakan cara merekam data, instrumen survei uji coba.
- Langkah 3: Tentukan populasi sasaran, dapatkan kerangka sampling, tentukan ukuran
sampel, pilih sampel.
- Langkah 4: Temukan responden, lakukan wawancara, catat data dengan cermat.
- Langkah 5: Masukkan data ke dalam computer, periksa kembali semua data, lakukan
analisis statistik pada data.
- Langkah 6: Jelaskan metode dan temuan dalam laporan penelitian, mempresentasikan
temuan kepada orang lain untuk kritik dan evaluasi.

Setelah tahap perencanaan, selanjutnya dilakukan pengumpulan data. Anda harus


menemukan sampel responden secara langsung, melalui telepon, surat, atau melalui
Internet.  Anda memberikan instruksi kepada responden untuk mengisi kuesioner atau
wawancara. Kemudian dilakukan pencatatan mengenai jawaban dan tanggapan responden
Setelah semua responden melengkapi kuesioner, Anda mengucapkan terima kasih pada
responden. Selanjutnya, data kuantitatif siap disusun untuk dilanjutkan analisis statistic

1. Penelitian survei berlangsung secara deduktif. Pertama, kami membuat konsep


variabel dan kemudian mengintepretasikan setiap variabel sebagai pertanyaan survei.

2. Saat Anda menyiapkan kuesioner untuk survey, pikirkan dulu bagaimana Anda akan
mencatat dan mengatur data.

3. Anda juga harus melakukan uji coba kuesioner dengan sekelompok kecil responden
yang serupa dengan yang ada di survei akhir.

4. Jika Anda menggunakan pewawancara, Anda harus melatih mereka dengan


kuesioner.

5. Dalam uji coba dan pelatihan pewawancara, Anda bertanya kepada responden dan
pewawancara apakah pertanyaannya jelas, dan Anda perlu mengeksplorasi
interpretasi mereka untuk melihat apakah maksud yang Anda maksudkan sudah jelas.

Setelah mengumpulkan semua data, Anda akan meninjau tanggapan atas kuesioner
individu, menyimpan kuesioner asli, dan mentransfer informasi dari kuesioner ke format
yang dapat dibaca komputer untuk analisis statistik. Pembukuan dan pelabelan yang
cermat sangat penting. Jika Anda ceroboh, Anda dapat kehilangan data atau berakhir
dengan data yang tidak berharga dan tidak akurat.

Ada banyak cara untuk membuat kesalahan atau kesalahan dalam penelitian survei.
Kesalahan dapat terjadi dalam pengambilan sampel dan pemilihan responden, dalam
pembuatan kuesioner atau wawancara, dan dalam penanganan atau pengolahan data.
Selanjutnya kita melihat kemungkinan kesalahan yang harus dihindari ketika Anda
menulis pertanyaan untuk kuesioner penelitian survei.

M. Quantitative (non reactive)


Penelitian yang secara aktif melibatkan orang-orang, dengan memciptakan kondisi
eskperimental atau secara langsung menanyakan pertanyaan, ini disebut penelitian
kualitatif reaktif, sedangkan penelitian kualitatif non-reaktif adalah penelitian dimana
peserta studi tidak menyadari bahwa informasi tentang mereka merupakan bagian dari
penelitian. Penelitian kualitattif non-reaktif ini memiliki 4 macam yaitu:

1. Unobtrusive research
2. Existing statistical information
3. Content analysis
4. Secondary data analysis
Dua penelitian kualitatif yang sering dilakukan adalah penelitian content analysis dan
secondary data analysis.

Content analysis
Content analysis adalah suatu Teknik untuk memeriksa konten atau informasi dan
simbol yang terdapat dalam dokumen tertulis atau lainnya media komunikasi (misalnya,
foto, film, lirik lagu, iklan). Untuk melakukan konten analisis, kami mengidentifikasi
tubuh materi untuk dianalisis (misalnya, buku teks sekolah, program televisi, koran
artikel) dan kemudian membuat sistem untuk merekam aspek tertentu dari isinya. Sistem
mungkin termasuk menghitung seberapa sering kata atau tema tertentu muncul.

Existing Statistics Research


Existing statistics research adalah penelitian yang datanya diambil dari sumber
informasi sebelumnya, seringkali dalam bentuk laporan pemerintah. Kemudian mengatur
ulang informasi menjadi baru cara untuk menjawab pertanyaan penelitian. Menemukan
sumber dan memverifikasi kualitasnya dapat memakan waktu. Seringkali, tidak tahu
apakah file informasi yang dibutuhkan tersedia saat kita memulai penelitian atau tidak.
Kita dapat menggunakan penelitian statistik yang ada untuk eksplorasi, tujuan deskriptif,
atau penjelasan tetapi paling sering untuk penelitian deskriptif.

N. Qualitative ( Field )
Data kualitatif dapat disederhanakan menjadi 2 kategori utama yaitu field research
dan historical-comparative research. Field research atau penelitian lapangan adalah
merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara
langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati budaya setempat untuk waktu
yang lama.  Keuntungan dalam penelitian lapangan ini adalah peneliti terlibat langsung
dalam kebiasaan beberapa kelompok orang yang memiliki daya tarik khas dan adanya
interaksi sosial atau tatap muka langsung dengan “orang-orang yang nyata” dalam suatu
lingkungan tertentu. 
Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu berbicara dan mengamati secara
langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui interaksi selama beberapa bulan
atau tahun mempelajari tentang mereka, sejarah hidup mereka, kebiasaan mereka,
harapan, ketakutan, dan mimpi mereka. Peneliti bertemu dengan orang atau komunitas
baru, mengembangkan persahabatan, dan menemukan dunia sosial baru, hal ini sering
dianggap menyenangkan. Akan tetapi, penelitian lapangan juga memakan waktu,
menguras emosional, dan kadang-kadang secara fisik berbahaya.
Penggunaan penelitian lapangan dilakukan ketika pertanyaan penelitian mencakup
belajar tentang, memahami, atau menggambarkan interaksi sekelompok orang. Hal ini
biasanya dilakukan jika pertanyaannya adalah : Bagaimana orang Y di dunia sosial? atau
seperti Apakah dunia sosial dari X? Hal ini dapat digunakan ketika metode lain
(misalnya, survei, eksperimen) dianggap tidak praktis. Sebagian dari apa yang peneliti
sosial benar-benar ingin belajar, dapat dipelajari hanya melalui keterlibatan langsung
seorang peneliti di lapangan.
O. Historical-Comparative Research
Beberapa studi mengamati aspek kehidupan sosia di era lampau disuatu lingkungan
atau dibeberapa lingkungan. Studi lain menguji bermacam-macam budaya atau
membandingkan dua atau lebih budaya.  dimana penelitian itu tuh berfokus sama
beberapa kejadian yang dulu terjadi, trs kejadian itu karena apa, lalu dibandingkan secara
budayanya yang berdasarkan bukti termasuk data statistik, dokumen (seperti buku,koran,
diari, peta, foto), observasi dan wawancara.
Penelitian ini dapat bersifat eksploratori, deskriptif atau eksplanatori, tapi seringnya
deskriptif. Dimana penilaian penelitian ini ga hanya bersifat kualitatif, melainkan bisa
kuantitatif juga. Jadi kalo beberapa studi lain ada yang menjelaskan mengenai kejadian
sejarah saja, ada yang menjelaskan perbandingan kebudayaan, nah sementara kalo
historical comparative research ini seperti gabungan antara keterjadian sejarah lampau
dan dibandingkan dengan perkembangan kebudayaannya.
Mahoni (2003) Neliti tentang negara kolini spanyol ( jajahan ) di amerika selatan,
Lebih tepatnya ada 15 neegara. Di teliti  dari perkembangan negara- negara koloni ini,
dari yang perkembangannya buruk sampe yang paling baik pada tahun 1900. Trs dia
menemukan negara yang berkembang paling buruk di tahun 1900 masih tetep yang paling
buruk di tahun 2000  Jadi intinya dari tahun 1900 sampai tahun 2000 negara yang
terbelakang tetep terbelakang dan yang maju tetep maju (stabil).
Menurut mahoney, pada abad ke 17 negara terkaya  pada periode itu menjadi negara
termiskin sementara negara termiskin, terpencil menjadi negara terkaya pada abad akhir
abad ke 19.Sehingga mahoney, memecahkan teka-teki tersebut menggunakan dua alat
analisis data kualitatif ( path dependency/ jalur ketergantungan dan analisis komparatif
kualitatif). Datanya termasuk peta, statistik ekonomi, populasi dan studi sejarah lain.
Akhirnya dia menemukan, Bahwa pada abad 17 - ke 18 ini muncul para elit yang
menganut paham liberal, dimana mereka menerima ide2 baru. Sehingga mereka
mengembangkan kembali sistem perekonomian mereka. Sehingga disini terjadi
peningkatan ekonomi pada negara terpuruk di abad ke 17. Sementara negara maju diabad
17 sistem liberalnya kurang berkembang sehingga sistem ekonominya kurang dapat
beradab tasi, sehingga mereka terpuruk saat masuk ke abad 19

P. Theory and Research


Persentase orang yang secara rutin merokok di Amerika Serikat telah menurun. Kami
menduga penurunan tersebut dikarenakan kampanye masyarakat yang memperingatkan
mengenai bahaya rokok bagi kesehatan. Kami menemukan bahwa orang yang
berpendidikan dan berpenghasilan lebih tinggi cenderung jarang merokok daripada orang
yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Sebuah teori mengenai sumber daya
sosial menyatakan bahwa hal ini terjadi karena orang yang berpendidikan dan
berpenghasilan tinggi lebih banyak membaca, memiliki wawasan yang luas, dan memiliki
lebih banyak sumber untuk melakukan penyesuaian gaya hidup dibandingkan dengan
orang yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Bagaimanapun, merokok lebih dari
sekedar masalah kesehatan. Hal ini dapat menjadi pernyataan simbolik dan permasalahan
gaya hidup dari budaya. Demikian pula, pendidikan dan tingkat penghasilan
menunjukkan lebih dari sekedar pengetahuan dan sumber daya namun juga menunjukkan
keanggotaan dalam budaya kelas yang berbeda (yaitu, cara orang-orang dari kelas sosial
yang berbeda membedakan diri mereka dari segi budaya). Sebuah teori budaya
menyatakan bahwa orang yang mengadopsi gaya hidup kelas menengah ke atas tidak
akan merokok karena secara budaya kurang elegan untuk kelas mereka. Sebaliknya,
orang yang mengadopsi gaya hidup kelas pekerja akan lebih cenderung merokok sebagian
karena itu adalah ciri budaya kelas mereka. Aspek budaya kelas lainnya termasuk selera
musik. Orang yang berpendidikan dan berpenghasilan tinggi cenderung lebih menyukai
musik klasik sedangkan orang yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah lebih
menyukai musik bluegrass dan heavy metal. Secara logika, teori selera budaya
menyiratkan bahwa selera musik terkait dengan merokok karena gaya hidup kelas yang
berbeda. Hal inilah yang ditemukan oleh Pampel (2006) yang sedang terjadi. Namun
hasilnya bahkan lebih menarik. Baik orang yang berpendidikandan berpenghasilan tinggi
maupun orang yang berpendidikan dan berpenghasilan rendah cenderung menikmati
musik jazz. Subkultur jazz telah lama memasukkan rokok. Selaras dengan teori selera
budaya, Pampel menemukan bahwa pecinta jazz lebih cenderung merokok daripada
pecinta nonjazz dari kelas sosial yang sama.
Hubungan antara selera musik seseorang dan perilaku merokoknya yang diuraikan
pada bahasan sebelumnya mungkin mengejutkan, tetapi hal ini menggambarkan kekuatan
teori dan pengaruhnya terhadap penelitian. Teori membantu kita memahami kompleksitas
kehidupan sosial. Hal ini tidak hanya menjelaskan mengapa orang melakukan apa yang
mereka lakukan tetapi juga memberi kita wawasan dan menyarankan arahan untuk
penyelidikan lebih lanjut. Seperti yang gambarkan oleh teori selera budaya yang
mengarahkan Pampel untuk mengajukan pertanyaan baru dan memeriksa kembali
perilaku merokok, sebuah teori dapat memberikan konsep yang dengannya kita dapat
menjelajahi dan memikirkan dunia sosial dengan cara yang baru. Hal ini juga
menunjukkan bagaimana teori yang berbeda memberikan cara bersaing untuk
menjelaskan peristiwa.
Teori tidak hanya bermanfaat tetapi juga penting untuk memahami dunia sosial di
sekitar Anda. Teori melakukan banyak hal: Menjelaskan pemikiran, memperluas
pemahaman, memperdalam diskusi, dan memperkaya analisis. Hal ini memiliki peran
penting dalam memajukan pengetahuan dan mengatur cara kami melakukan penelitian.
Bab ini merupakan pengantar dasar teori sosial.
Salah satu sumber kebingungan dari teori sosial adalah hanya sedikit yang memahami
apa yang sebenarnya terlibat dalam teori sosial. Hal tersebut tidak berarti teori memiliki
banyak arti dan mengambil beberapa bentuk. Bahkan para profesional memperdebatkan
arti teori dan memberikan beberapa pengertian.
- Teori adalah sekumpulan proposisi umum yang terhubung secara logis yang
membangun hubungan antara dua variabel atau lebih.
- Teori adalah penjelasan tentang fenomena sosial tertentu yang mengidentifikasi
sekumpulan faktor atau kondisi yang relevan secara kausal.
- Teori memberikan wawasan tentang makna sebenarnya dari fenomena sosial dengan
memberikan gambaran interpretasi/penafsiran dan dengan memberi tahu kita "tentang
apa itu semua".
- Teori adalah apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pemikir sosial yang terkenal.
- Teori adalah pandangan dunia keseluruhan, atau cara untuk melihat, menafsirkan, dan
memahami peristiwa di dunia.
- Teori adalah kritik yang didasarkan pada sudut pandang moral politik; menyajikan
dan mewakili seperangkat nilai-keyakinan yang darinya ia mengkritik posisi dan
argumen lawan.
- Teori adalah komentar filosofis atas pertanyaan utama mengenai ini dari masalah
tentang bagaimana kita mengembangkan pengetahuan dunia sosial (misalnya,
bagaimana kita benar-benar membangun rasa realitas sosial).
Sumber kebingungan mengenai teori adalah bahwa kebanyakan dari kita menemukan
dan menggunakan penjelasan yang tampak serupa nsmun bukan teori dalam kehidupan
sehari-hari. Teori merupakan penjelasan namun bukan satu-satunya sumber penjelasan.
Penjelasan menawarkan ide untuk memahami berbagai hal dan memberi tahu hal yang
penting, mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan, dan bagaimana peristiwa
di dunia selaras satu sama lain. Kita dapat mendengar penjelasan dalam percakapan
dengan teman, di acara televisi, dari politisi dan pemimpin bisnis, dalam laporan surat
kabar, dan bahkan melalui film. Itu semua adalah penjelasan tetapi bukan yang
dimaksudkan oleh teori sosial.
Banyak orang menjadi cemas saat menghadapi ide-ide abstrak yang tidak familiar.
Kita semua menyadari bahwa dunia memiliki peristiwa konkret dan objek fisik yang
dapat kita sentuh dan lihat (misalnya, memegang buku ini) serta ide-ide abstrak yang ada
dalam pikiran kita (misalnya, makna kebebasan dan keadilan). Ketika kita menjumpai
banyak ide abstrak yang tidak dikenal dan ide-idenya tidak didefinisikan dengan baik,
disengaja atau tidak, dengan cepat kita mengalami kecemasan dan frustrasi. Teori sosial
terdiri dari ide-ide abstrak yang saling berhubungan. Beberapa gagasan hanya terkait
secara bebas dengan dunia yang dapat diamati atau gagasan yang sudah dikenal. Hingga
kita mempelajari ide-ide teori dan melihat hubungannya, tidak mengherankan jika
mendiskusikan ide-ide abstrak dapat membuat kita merasa tidak nyaman.
Sumber kebingungan terakhir berhubungan langsung dengan melakukan penelitian.
Beberapa dari kita sebagai peneliti gagal membuat teori menjadi eksplisit dan mudah
dilihat. Meskipun membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya, ketika teori sebuah studi
jelas dan terlihat, kita dapat dengan lebih mudah mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
penelitian.

Q. What is Theory?
Social theory merupakan suatu sistem ide yang saling berhubungan yang akan
membentuk suatu pengetahuan tentang dunia sosial. Ide-ide yang inovatif dan kreatif dari
para ahli teori yang saling berhubungan ini dapat mengubah cara pandang dan
pemahaman seseorang terhadap dunia sosial disekitar kita. Teori yang dikembangkan
para ahli teori tersebut juga menjadi dasar bagi generasi selanjutnya. Oleh karena itu,
social theory dapat juga dianggap sebagai “cerita” sistematis yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa aspek dunia sosial bekerja.
Social theory tidak bersifat statis, teori lama dapat dimodifikasi dan teori baru masih
bisa dikembangkan. Hal ini dikarenakan dari social theory itu sendiri yang dituntut untuk
selalu menyesuaikan keadaan dunia sosial. Sifat tersebut juga sesuai dengan tujuan social
theory karena digunakan untuk mengatur dan mensistematiskan suatu pemikiran serta
untuk memperluas dan memperdalam pemahaman. Selain itu, social theory juga
mengatur suatu pengetahuan sehingga bisa menjadi salah satu cara berkomunikasi yang
efektif satu sama lain. 
Sebagian besar social theory dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, meskipun hanya
sedikit yang bersifat eksplisit. Misal pada artikel di surat kabar atau berita di televisi yang
mengandalkan teori sosial yang implisit. Teori-teori tersebut mungkin dangkal dan tidak
lengkap, namun mengandung suatu asumsi, konsep yang saling terkait, dan penjelasan.
Namun, media bukan satu-satunya sumber teori di kehidupan sehari-hari. 
Prinsip teori yang baik adalah parsimony, sederhana sehingga dapat sangat mebantu.
Maka, lebih sederhana suatu teori akan lebih baik. Social theory yang baik memiliki
kompleksitas yang minimal sehingga akan mudah dipahami oleh orang-orang. Jika
dibandingkan dengan social science research, social theory adalah teori yang implisit,
beberapa kurang sistematis, tidak dirumuskan secara tajam, dan lebih sulit untuk
mengevaluasinya dengan bukti empiris.

R. Social theory vs Ideology


Teori ilmiah sosial baik ideologi sosiopolitik atau doktrin moral-agama sering
membingungkan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita menghadapi banyak doktrin dan
ideologi yang membagikan  hal dengan teori sosial.
Doktrin moral-agama adalah sistem kepercayaan yang didasarkan pada keyakinan.
Mereka mengandalkan ajaran atau tulisan suci dan orang percaya serta menerima sebagai
kebenaran yang mutlak dan sebagian besar tidak mempertanyakan. Doktrin-doktrin ini
adalah sejenis ideologi, atau sistem kepercayaan non ilmiah. Perdebatan dalam banyak
masalah publik melibatkan ideologi, baik moral-agama, sosial-politik, atau keduanya.
Ideologi adalah teori kuasi non ilmiah, sering kali didasarkan tentang nilai politik atau
keyakinan dengan asumsi, konsep, hubungan antar konsep dan penjelasan. Ideologi
merupakan sistem tertutup yang menolak perubahan, tidak bisa langsung dipalsukan
dengan data empiris dan dijadikan klaim normatif.
Ideologi dan teori dapat dibagi menjadi 7 hal yaitu :
1. Kepastian jawaban
Hal ini sangat berkebalikan dimana, ideologi memberikan kebenaran yang absolut dan
jawaban pasti sedangkan teori ilmiah sosial memberikan jawaban yang tentatif dan
mengakui ketidakpastian. Orang lebih menyukai kepastian dan lebih merasa aman
dibanding ketidakpastian. Orang akan lebih gelisah jika menghadapi ketidakpastian. Teori
ilmu sosial mengharuskan kita untuk memiliki toleransi yang tinggi untuk ambiguitas,
bertanya terus menerus, dan hidup dengan keraguan terus menerus.

2. Jenis sistem pengetahuan


Ideologi menawarkan pengetahuan dengan sistem tertutup yang sedikit berubah.
Ideologi mengklaim bahwa memiliki semua jawaban dan tidak membutuhkan
pengembangan. Berkebalikan dengan itu ilmiah merupakan sistem pengetahuan terbuka
yang selalu berkembang dan bertumbuh. Jawabannya tidak sempurna dan diperbaharui
ketika mendapat bukti atau pengetahuan baru. Teori berevolusi secara berkelanjutan,
bertumbuh atau berkembang menuju level lebih tinggi. Dapat pelan, cepat secara
langsung atau setelah pengalihan sementara.
3. Jenis asumsi
Ideologi ataupun teori ilmiah sosial memiliki asumsi. Asumsi di ideologi cenderung
tetap, tidak fleksibel dan tidak dipertanyakan. Sumber asumsi ideologi berasal dari 3
sumber yaitu, kepercayaan agama, posisi berbasis nilai, atau sudut pandang posisi sosial
tertentu. Ketika mereka berasal dari lokasi sosial tertentu maka ideologi akan melindungi
dan memajukan satu sektor masyarakat. Berkebalikan dengan hal tersebut asumsi teori
asumsi ilmiah berasal dari debat terbuka dan diskusi dalam komunitas ilmiah dan mereka
berkembang seiring berjalannya waktu.
4. Pernyataan Normatif berbeda
Ideologi mengandung banyak asumsi normatif, pernyataan, dan ide. Mereka
mengedepankan sikap normatif atau posisi. Pernyataan normatif adalah pernyataan yang
berisi "apa yang seharusnya". Sehingga posisi normatif-moral, terlepas atau dipisahkan
dari deskriptif pernyataan dan penjelasan, sementara dalam ideologi, posisi normatif
merupakan bagian integral dan melekat dalam pernyataan dan penjelasan deskriptif.
Sehingga tidak mungkin menghapus posisi normatif dalam ideologi
5. Penggunaan bukti empiris yang berbeda
Pendukung ideologi akan secara selektif menyajikan dan menafsirkan bukti dengan
cara melindungi keyakinan ideologis. Dari pandangan dunia ideologis, orang percaya
akan secara elektif menafsirkan ulang, memperlakukan sebagai pengecualian, atau
menyatakan bukti negatif sebagai tidak relevan dengan klaim ideologi. Sedangkan teori
sosial adalah sistem kepercayaan dan penjelasan terbuka; mereka menerima semua bukti.
6. Permintaan untuk konsistensi logis berbeda.
Ideologi sering mengandung kontradiksi logis, dan banyak ideologi mengandalkan
penalaran melingkar. Maka jika kita menemukan kesalahan atau kontradiksi, kami
merevisi teori atau ganti dengan yang lain yang tidak mengandung kekeliruan atau
kontradiksi.
7. Transparansi yang berbeda-beda
Perbedaan antara ideologi dan teori berimplikasi pada cara kita melakukan studi
penelitian. Dalam ilmu sosial penelitian, kami menyadari asumsi teori, konsep, dan
hubungan dan membuatnya eksplisit. Sebaliknya, ideologi sering kali mengandung ciri-
ciri yang tidak jelas atau sulit ditentukan. 

S. Part of Social Theory


- Assumptions
Asumsi adalah titik awal atau keyakinan yang belum teruji pada teori yang
diperlukan untuk membangun penjelasan teoritis.
Jenis asumsi:
1. Background assumption: Asumsi yang harus ada agar kita dapat melanjutkan
penelitian. Contoh: Orang-orang dari suatu masyarakat mengenali perbedaan pada
ras; mereka melihat perbedaan di antara individu berdasarkan keanggotaan orang
tersebut dalam kelompok ras; yang dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakteristik.
2. Tractable assumption: berasumsi bahwa orang-orang memiliki tingkatan yang
berbeda-beda, dan beberapa orang mungkin tidak memilikinya sama sekali.
Menganggap adanya racial prejudice terhadap ras yang berbeda dengan kita, tetapi
tidak berlaku untuk rasnya sendiri.

- Concepts
Konsep adalah building blocks of theory. Konsep teoritis adalah ide yang dapat
kita ungkapkan sebagai simbol atau kata-kata, yang biasa digunakan dalam ilmu alam
dan matematika dalam bentuk simbolik, seperti huruf Yunani atau sebagai rumus
(misalnya; kecepatan=s, jarak=d, waktu=t). Ilmuwan sosial mengungkapkan konsep
mereka dengan kata-kata. Dalam arti tertentu, bahasa adalah kesepakatan untuk
merepresentasikan gagasan dengan suara atau karakter tertulis yang dipelajari orang
pada suatu saat dalam kehidupan mereka.
Konsep memiliki dua bagian: simbol (kata, istilah, atau karakter tertulis) dan
definisi. Kita mempelajari definisi dengan banyak cara. Mempelajari banyak konsep
saat belajar berbicara dan belajar bersosialisasi dengan budaya, melalui proses
informal yang tersebar (nonverbal). Agar bernilai, orang harus berbagi simbol/istilah
untuk konsep dan definisi dengan orang lain.
Konsep ilmu sosial banyak yang dimulai sebagai ide dari kehidupan sehari-
hari, pengalaman pribadi, pemikiran kreatif, atau pengamatan sehari-hari. Konsep
ilmu sosial digunakan untuk membahas, memeriksa, dan menganalisis dunia sosial di
sekitar kita.
Dokter, pengacara, artis, akuntan, dan mekanik mobil semuanya memiliki
bahasa khusus. Mereka menggunakannya untuk merujuk pada ide dan objek yang
mereka tangani secara teratur. Dan cara ini dapat membantu komunikasi menjadi
lebih cepat, efektif, dan efisien. Begitu kita mempelajari konsep-konsep ilmu sosial
dan mulai menggunakannya di antara orang-orang lain yang mengetahui maknanya,
maka itu akan menjadi efisien, ringkas, dan tepat untuk mendiskusikan ide dan isu.

- Level of Abstraction
Konsep bervariasi berdasarkan dari level of abstraction. Beberapa konsep
menjelaskan secara gamblang dan menunjukkan kepada objek yang dapat kita lihat dan
sentuh (tangible), dan beberapa lainnya bersifat abstrak (aspek yang jarang kita temui dan
sulit untuk diekspresikan) seperti konsep patriotisme, emotional pain, panik, ketakutan
dll.

- Single Vs. Concept Clusters


Peneliti jarang menggunakan 1 konsep untuk menjelaskan suatu hal karena konsep
merupakan ide-ide yang saling terhubung dan melengkapi (concept clusters). Sebuah teori
memiliki beberapa konsep terkait yang melengkapi. Kita dapat menyederhanakan konsep
dalam social theory dalam 2 tipe, yang pertama memiliki kuantitas, jumlah dan nilai yang
terukur seperti jumlah pemasukan, temperatur, kepadatan penduduk, tingkat kekerasan dll
yang biasa disbebut dengan variable (variable concepts). Tipe lainnya menjelaskan
kategori tidak dalam bentuk variable (keluarga, tingkat pendidikan, dll)

- Simple versus Complex Concepts.


Konsep dapat bersifat konkrit hingga abstrak, bertipe variable atau nonvariable, dan
dikategorikan simple atau kompleks. Kategori simple memiliki satu dimensi dan dapat
beragam dalam satu kontinum/rangkaian, sedangkan kategori kompeks mempunyai
banyak dimensi/ mengandung banyak subbagian/ banyak konsep simple. Konsep
kompleks lebih abstrak dan konsep simple lebih konkrit, namun hal ini tidak selalu benar.
Contohnya, demokrasi memiliki tiga dimensi: (1) pemilihan umum yang teratur dan
bebas dengan hak pilih universal; (2) badan legislatif yang terpilih akan mengontrol
pemerintahan; dan (3) kebebasan berekspresi dan berserikat. Setiap dimensi memiliki
tingkatannya yang berbeda-beda (pemilihan umum yang sangat teratur dan terbuka atau
bebas dimana setiap orang memberikan suara versus pemilihan terbatas yang tidak teratur
dengan hanya minoritas yang diizinkan untuk memilih). Rueschemeyer et al.
menggabungkan tiga konsep atau dimensi menjadi lebih sederhana dengan menciptakan
gagasan berbagai jenis rezim politik, yaitu totaliter (dianggap sangat rendah dalam ketiga
dimensi), demokrasi (tinggi dalam ketiga dimensi), dan oligarki otoriter atau liberal
(campuran). Setiap jenis rezim memiliki konsep yang lebih kompleks daripada ketiga
konsep dimensinya,
Tipe ideal adalah tipe konsep kompleks lainnya yang lebih luas dan abstrak, yang
mengatur serangkaian konsep lebih konkrit. Ini adalah model abstrak murni yang
menjelaskan inti dari suatu peristiwa, proses, dan ide. Tipe ini dapat membangun teori
yang utuh, namun bukanlah penjelasan, karena tidak dapat menjelaskan mengapa atau
bagaimana sesuatu terjadi. Tipe ideal digunakan oleh peneliti kualitatif untuk
membandingkan fenomena yang diamati dengan model idealnya. Contohnya, tipe ideal
konsep birokrasi yang dikenalkan oleh Max Weber yang membandingkan birokrasi
dengan organisasi lain. Nyatanya tidak ada organisasi yang sama dengan tipe ideal,
namun model ini dapat membantu untuk mempelajari birokrasi.
 

Klasifikasi konsep berada di tengah antara konsep simple dan teori lengkap yang
digunakan untuk mengatur konsep yang abstrak dan kompleks. Penggabungan konsep
simple secara logis akan menghasilkan jenis konsep kompleks yang disebut klasifikasi.
Jenis klasifikasi yang utama adalah tipologi/taksonomi, dimana penggabungan dua/lebih
konsep simple berpotongan dan unidimensi, sehingga konsep baru akan menunjukan
keterkaitan atau overlap dari konsep simplenya.

Teori penyimpangan Merton (1938) adalah tipologi sederhana dan elegan yang
banyak digunakan untuk untuk memahami ketidaksesuaian dan penyimpangan
menggunakan dua konsep sederhana: (a) tujuan yang didefinisikan oleh masyarakat
sebagai sesuatu yang layak dikejar dan (b) cara yang digunakan orang untuk mencapai
tujuan. Tipologi tersebut bertolak ukur pada: (1)  apakah orang menerima atau menolak
tujuan masyarakat dan (2) apakah orang menggunakan cara yang disetujui secara
sosial/sah untuk mencapai tujuan. Kesesuaian/ketidaksesuaian terjadi ketika orang
menerima tujuan sosial (misalnya, memperoleh penghasilan tinggi) dan menggunakan
cara yang sah secara sosial untuk mencapainya (misalnya, mendapatkan pekerjaan yang
baik dan bekerja keras), sedangkan bentuk penyimpangan sebaliknya. Klasifikasi Merton
menjelaskan tentang bagaimana individu beradaptasi dengan tujuan dan sarana untuk
mencapainya dengan meringkas konsep dan memberi label pada setiap subbagian.
Misalnya, retretisme menggambarkan seseorang yang menolak tujuan sosial dan cara
yang sah secara sosial untuk mencapainya — seperti pengguna alkohol kronis atau
bertapa. Jenis penyimpangan ini menolak tujuan masyarakat untuk tampil terhormat dan
memperoleh harta benda (misalnya, rumah, mobil) dan cara yang sah untuk mencapai
tujuan (misalnya, jujur, bekerja di suatu pekerjaan).

Klasifikasi konsep Wright (1978) yang memperbarui teori Marx tentang kelas sosial
dalam kapitalisme dan menguji pembaruan teoretisnya dengan data empiris dari
masyarakat AS kontemporer. Teori Marx menjelaskan ketidaksetaraan dan eksploitasi
didasarkan pada ketiga jenis sumber daya: (1) investasi (yaitu, properti atau modal yang
menghasilkan laba), (2) organisasi produksi, dan (3) tenaga kerja (yaitu, pekerjaan orang
lain). Kelas masyarakat memberikan posisi atau tempat kekuasaan (mengarahkan
pekerjaan orang lain) dan kendali atas tiga jenis sumber daya. Orang yang paling
berkuasa dan dominan adalah orang yang dapat mengontrol ketiga sumber daya, dalam
pasar ekonomi adalah kelas kapitalis (investor utama, pemilik, dan presiden bank atau
perusahaan). Kapitalis dapat membuat keputusan investasi (misalnya, apakah dan di
mana membangun pabrik baru), menentukan cara mengatur produksi (misalnya,
menggunakan robot atau pekerja berupah rendah), dan memberi perintah kepada orang
lain. Kelas yang mendekati paling bawah adalah pekerja dimana mereka tidak memiliki
hak suara atas investasi atau bagaimana mengatur produksi, otoritas atas orang lain, dan
harus mengikuti perintah dari orang lain untuk mempertahankan pekerjaan mereka.
Manajer dan supervisor berada diantara dua kelas utama yang membantu para kapitalis
untuk mengontrol beberapa sumber daya tetapi tidak semua. Borjuasi kecil merupakan
pemilik atau petani wiraswasta skala kecil yang memiliki dan menjalankan bisnis mereka
sendiri serta tidak mempekerjakan siapa pun kecuali anggota keluarga. Wright
menggabungkan konsep-konsep sederhana (yaitu, jenis sumber daya yang dimiliki atau
tidak dimiliki) untuk menghasilkan klasifikasi kompleks yang secara teoritis kuat (yaitu,
struktur kelas sosial dalam masyarakat kapitalis).

Klasifikasi konsep Walder (2003) ingin memahami transisi dari rezim komunis
dengan ekonomi komando ke rezim pasca-komunis dengan ekonomi pasar yang
menggunakan dua faktor: (1) batasan dalam merebut aset swasta dan (2) jumlah
perubahan politik yang terjadi, untuk membuat klasifikasi empat jenis rezim pasca-
komunis. Kedua faktor disilangkan yang menghasilkan tipologi konseptual. Tipologi ini
digunakan dengan ide-ide lain untuk menjelaskan kelancaran transisi dari komunisme
dan mengidentifikasi kelompok sosial-politik mana yang memperoleh kekuasaan di
berbagai masyarakat pasca-komunis. Klasifikasi konsep tidak dengan sendirinya menjadi
penjelasan teoritis lengkap, tetapi perlu menambahkan ide teoritis lain untuk menjelaskan
mengapa hasil terjadi.
- Scope

Konsep untuk ruang lingkup bervariasi dari sempit hingga luas. Konsep sempit hanya
berlaku untuk pengaturan/ aktivitas sosial tertentu dalam waktu atau tempat yang dibatasi,
serta tidak dapat menggunakannya dengan mudah di luar pengaturan, sedangkan konsep
luas berlaku untuk banyak pengaturan/ aktivitas yang beragam di bentangan waktu dan
ruang yang luas. Konsep luas cenderung lebih abstrak daripada konsep sempit.

Contoh konsep dengan cakupan sempit adalah "hooliganisme sepak bola", mengacu
pada tindakan kekerasan oleh Inggris dan penggemar sepak bola Eropa lainnya meningkat
sejak akhir 1960-an. Konsepnya dibatasi waktu dan lokasi. Contoh lainnya adalah
fenomena karoshi di Jepang/ kematian karena banyaknya bekerja, dimana orang yang
telah meninggal karena kerja berlebihan sepanjang sejarah dan lintas budaya diartikan
secara sempit laki-laki yang bekerja di pekerjaan kerah putih yang berada di bawah
tekanan sosial dengan waktu kerja berjam-jam (misalnya 16-18 jam per hari) tanpa
istirahat selama jangka waktu satu tahun atau lebih. Konsep tersebut dikaitkan dengan
budaya kerja perusahaan Jepang pada tahun 1970an-1990an. Sebaliknya, konsep serupa
dengan cakupan yang lebih luas, seperti kerja fisik atau pekerjaan administras yang
diterapkan secara luas di seluruh waktu sejarah dan dalam pengaturan budaya yang
beragam.

Konsep dengan ruang lingkup sempit mudah dikenali dan berada secara konkrit di
kehidupan sehari-hari. Konsep ini dapat ditambahkan dengan fitur kontekstual dan
lingkungan sosial, namun hal ini dapat menjadikan sulit untuk digeneralisasi. Konsep
sempit dapat dengan mudah untuk membuat pemahaman teoritis umum tentang
kehidupan social. Konsep dengan ruang lingkup luas (misalnya, partisipasi sosial,
kehangatan emosional) memiliki kelebihan dan kekurangan yang berlawanan dengan
konsep sempit. Konsep ini menjembatani beragam pengaturan dan waktu, serta
memfasilitasi pemahaman umum. Namun, diabaikannya detail kontekstual dalam latar
sosial dan kondisi historis tertentu.

T. Part Of Social Theory


1. Relationships 
Teori hubungan sosial bukan hanya membahas mengenai asumsi dan konsep, teori
tersebut juga menentukan hubungan antar konsep. Apakah konsep tersebut terhubung
satu sama lain atau tidak, jika iya bagaimana caranya. Teori hubungan sosial
memberikan gambaran lengkap tentang mengapa hubungan tersebut ada atau tidak
ada. 

2. Kinds of Relationships
Selain memberi tahu kita apakah konsep terkait atau tidak, teori dapat memberi
tahu kita apakah suatu hubungan itu kuat atau lemah, langsung atau tidak langsung,
positif atau negatif.  Ini mungkin memberi tahu kita bahwa mengambil atau
menghilangkan konsep yang lain bisa kita nilai bahwa dampaknya langsung atau
tertunda.  Teori-teori yang baik menunjukkan apakah konsep tersebut benar benar
diperlukan yang diperlukan untuk konsep lain atau hanya cukup yaitu, konsep itu
ditanamkan tetapi tidak harus ada.  Kadang-kadang sebuah teori menyatakan bahwa
satu konsep berhubungan dengan yang lain tetapi hanya dalam kondisi tertentu (ini
disebut hubungan kontingen dan dibahas nanti dalam buku ini).  Atheory juga
menentukan bentuk kaplanasi (misalnya fisik, struktural, dan sebagainya) di mana
suatu hubungan beroperasi.

3. Propositions and Hypotheses 


Teori sosial mengandung proposisi tentang hubungan antar konsep.  Proposisi
adalah pernyataan teoritis bahwa dua atau lebih banyak faktor atau konsep memiliki
hubungan yang terkait atau tidak.  Tujuan utama melakukan penelitian adalah untuk
mengetahui apakah proposisi teori sesuai dengan bukti atau data empiris.  Beberapa
proposisi teoritis berbentuk asumsi yang lain dapat diuji dengan data empiris.  Sebuah
hipotesis adalah versi proposisi yang dapat diuji secara empiris.  Setelah evaluasi
empiris berulang atas hipotesis dalam banyak situasi, maka akan menghasilkan hasil
yang akurat.  

4. Units of Analysis 
Dunia sosial terdiri dari banyak unit, seperti individu, kelompok, organisasi,
gerakan, institusi, negara, dan lain sebagainya.  Peneliti menyesuaikan konsep teoritis
untuk diterapkan ke satu atau lebih dari unit analisis ini.  Misalnya, konsep agresi
dapat diterapkan pada beberapa unit: individu, kelompok, organisasi, atau negara.  Ini
diilustrasikan oleh pernyataan-pernyataan ini bahwa Jamie adalah anak yang sangat
baik;  tim bola basket sangat agresif tadi malam, XYZ Corporation secara agresif
pindah ke pasar baru;  dan PBB menuntut negara X karena tindakan agresi terhadap
tetangganya.  Agresi oleh seorang anak menampar anak berusia empat tahun lainnya
dan menendang gurunya tampaknya berbeda dengan agresi yang dilakukan oleh tim
olahraga yang melakukan kontak fisik, Saat kita melakukan penelitian, kita harus
menyesuaikan konsep dengan jenis unit tertentu yang ingin kita analisis. Ini berarti
melengkapi konsep dengan unit saat kita merancang konsep studi dan pengukuran. 
Jika kita mempertimbangkan konsep abstrak, seperti agresi, yang dapat diterapkan di
berbagai unit analisis, kita harus memutuskan unit yang akan difokuskan dan
menyesuaikan cara kita mendefinisikan konsep ke unit tersebut sebelum melanjutkan
penelitian. 

U. Aspect of Theory
Teori sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan
1. Arah berteori. Baik deduktif atau induktif
2. Tingkat analisis. Baik mikro, makro, atau meso
3. Fokus teoretis. Teori substantif atau formal
4. Bentuk penjelasan. Baik kausal, struktural, atau interpretative
5. Rentang teori. Entah generalisasi empiris, teori kisaran menengah, atau kerangka
kerja
 
1. Arah berteori
Teori dapat dimulai dari 2 arah, yaitu (1) dimulai dengan pemikiran abstrak lalu
kemudian secara logis menghubungkan ide-ide dalam teori ke bukti konkret atau (2)
dimulai dengan pengamatan spesifik dari bukti empiris kemudian digeneralisasikan dari
bukti tersebut untuk membuat ide-ide abstrak. Dalam praktiknya, sebagian besar peneliti
cenderung fleksibel menggunakan kedua arah.
Unit analisis 
Unit, kasus, atau bagian sosial kehidupan yang menjadi sebuah momok. Mereka
adalah kunci untuk mengembangkan konsep, mengukur atau mengamati konsep secara
empiris, dan menggunakan analisis data. 
Arah Deduktif 
Arah deduktif merupakan sebuah pendekatan untuk mengembangkan atau
mengkonfirmasi sebuah teori yang berasal dari konsep abstrak dan hubungan teoritis, dan
menuju penyimpulan yang lebih konkrit berdasarkan bukti empiris. Peneliti mengubah
sebuah persoalan menjadi hipotesis yang dapat diuji. 
Penelitian deduktif sangat berbeda dari penelitian induktif karena menggunakan
pendekatan top-down yang bertentangan dengan penelitian induktif. Penelitian deduktif
dapat dipahami sebagai kategori penelitian yang mencakup proses pengujian hipotesis
untuk memverifikasi suatu teori. Tidak seperti penelitian induktif yang menghasilkan
pengetahuan baru melalui penciptaan teori, penelitian deduktif bertujuan menguji suatu
teori. Arah deduktif tidak berusaha untuk menemukan pola dalam data tetapi
menggunakan observasi dengan maksud memvalidasi pola. Ini digunakan oleh para
peneliti terutama untuk memalsukan teori. Pendekatan deduktif sebagian besar datang
dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti berusaha untuk mengeluarkan kausalitas dan
menyajikan analisis statistik. Ini menyoroti bahwa penelitian induktif dan deduktif sangat
berbeda dan dapat digunakan tergantung pada tujuan peneliti.
Arah Induktif
Arah induktif bertujuan untuk menciptakan pengetahuan baru. Ini biasanya dimulai
dengan bidang yang diminati oleh peneliti. Peneliti menciptakan masalah penelitian dari
bidang yang dipilih ini dan mengembangkan pertanyaan penelitian. Dia kemudian
berusaha mencari data melalui pengamatannya. Seorang peneliti dapat mengandalkan
berbagai metode penelitian untuk mengumpulkan data untuk pertanyaan penelitiannya.
Ini bisa berupa metode wawancara atau metode observasi, atau yang lainnya. Pada tahap
analitis, peneliti mencoba mencari pola dari data. Pada tahap akhir dari penelitian
induktif, peneliti membangun teori menggunakan data dan pola yang diidentifikasi. Ini
menyoroti bahwa dalam penelitian induktif suatu pendekatan bottom-up sedang
digunakan.
Teori dasar oleh Glaser dan Strauss dapat dianggap sebagai contoh yang baik dari
pendekatan induktif dalam penelitian. Ini terutama karena, dalam teori Beralas, fokusnya
adalah pada penciptaan pengetahuan baru melalui proses siklik. Seorang peneliti yang
melangkah ke lapangan memiliki pikiran terbuka, tidak memihak, dan tanpa ide-ide yang
terbentuk sebelumnya. Dia mendapatkan masalah penelitian sebagian besar dari
pengaturan itu sendiri, dan data menuntunnya ke arah penciptaan teori baru.
Apa perbedaan antara Penelitian Induktif dan Deduktif?
Pendekatan:
Proses penelitian induktif dan deduktif harus dipandang sebagai pembalikan.

- Penelitian induktif menggunakan pendekatan bottom-up.


- Penelitian deduktif menggunakan pendekatan top-down.

Tujuan:

- Penelitian induktif bertujuan menghasilkan pengetahuan baru atau menciptakan


teori-teori baru.
- Penelitian deduktif bertujuan memverifikasi teori.

Pertanyaan Penelitian vs Hipotesis:

- Dalam penelitian induktif, peneliti terutama berfokus pada menemukan jawaban


untuk pertanyaan penelitian.
- Dalam penelitian deduktif, hipotesis diuji.

Penggunaan:
- Pendekatan induktif sebagian besar digunakan dalam penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk menemukan data deskriptif yang kaya.
- Pendekatan deduktif sebagian besar digunakan dalam penelitian kuantitatif yang
sebagian besar berkaitan dengan angka.

Penggunaan Observasi:

- Dalam penelitian induktif, peneliti berusaha menemukan pola melalui observasi.


- Dalam penelitian deduktif, peneliti menggunakan observasi dengan tujuan
memvalidasi pola

2. Tingkat Analisis
Kehidupan sosial terdiri dari berbagai tingkatan, mikro hingga makro. 
1. Tingkat mikro 
Mencakup interaksi tatap muka jangka pendek dari beberapa individu dalam skala
kecil (pelanggan wanita di restoran cepat saji mengobrol sebentar dengan karyawan
dan pelanggan pria di belakang dia). Pada tingkat mikro kehidupan sosial terdapat
kontak pribadi secara langsung biasanya terdapat dalam lingkungan fisik yang dekat.
Teori sosial tingkat mikro berfokus pada kehidupan sosial yang terjadi dalam durasi
pendek (misalnya interaksi tatap muka dan pertemuan antara individu atau kelompok
kecil).
2. Tingkat makro 
Merupakan kebalikan dari tingkat mikro, mencakup peristiwa sosial berskala
besar dan seluruh institusi sosial. Teori tingkat makro menjelaskan peristiwa, proses,
pola, dan struktur yang beroperasi di antara unit sosial berskala besar, biasanya
selama beberapa decade atau lebih dan sering mencakup ruang geografis yang luas.
Teori sosial tingkat makro berfokus pada kehidupan sosial (misalnya, lembaga sosial,
sektor utama masyarakat, seluruh masyarakat, atau wilayah dunia) dan proses yang
terjadi dalam jangka waktu yang lama (bertahun-tahun, beberapa dekade, atau satu
abad atau lebih lama).
3. Tingkat meso
Antara tingkat mikro dan makro terdapat tingkat menengah yaitu tingkat meso.
Teori tingkat meso berfokus pada level organisasi, gerakan sosial, atau komunitas.
Teori sosial tingkat meso berfokus pada hubungan, proses, dan struktur di tingkat
menengah kehidupan sosial (misalnya, organisasi, gerakan, dan komunitas) dan
peristiwa yang beroperasi selama durasi sedang (berbulan-bulan, beberapa tahun, atau
dasawarsa).

3. Theoretical Focus
Terdapat dua jenis teori yaitu teori substantif dan teori formal. Teori substantif
berfokus pada konten atau topik tertentu dalam realitas sosial, seperti hubungan keluarga,
perilaku menyimpang, atau hubungan ras-etnis. Sedangkan teori formal berfokus pada
proses atau struktur umum yang beroperasi di berbagai bidang topik, seperti membentuk
identitas sosial, terlibat dalam konflik, atau menjalankan kekuasaan. Ini lebih bersifat
umum dan abstrak.
Kedua jenis teori itu berpotongan. Teori substantif pada suatu topik sering kali
mengacu dan menggabungkan teori formal, begitupun dengan teori formal yang dapat
diterapkan di beberapa bidang substantif.
Setiap fokus teoritis memiliki kelebihan dan keterbatasan. Teori substantif
memberikan penjelasan yang kuat untuk area topik tertentu. Meskipun demikian,
mungkin sulit untuk menggeneralisasi di seluruh area topik. Dibandingkan dengan teori
formal, konsep dalam teori substantif cenderung berada pada level abstraksi yang lebih
rendah dan cakupannya lebih sempit. Dibandingkan dengan teori formal, kita dapat
melihat relevansi teori substansial untuk peristiwa yang sedang berlangsung dengan lebih
mudah. 
Kelebihan dari teori formal adalah kemampuannya untuk menjembatani berbagai
bidang topik dan memajukan pengetahuan umum. Kelemahannya adalah kurang
mengakarnya pada isu dan tatanan sosial tertentu, kita harus menyesuaikan teorinya untuk
melihat bagaimana kaitannya dengan isu atau topik tertentu. Teori formal membantu kita
mengenali dan menjelaskan fitur serupa di berbagai topik. Mereka lebih abstrak,
membuatnya lebih kompleks dan lebih mudah untuk diekspresikan dalam bentuk yang
murni logis, analitik.

4. Forms of Explanation
Prediksi dan Penjelasan
Tujuan dari sebuah teori adalah untuk menjelaskan. Penjelasan memiliki 2 arti yaitu
theoritical dan ordinary. Penelitian berfokus pada  penjelasan teori dan logika argumen
yang menjelaskan mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi. Hal itu biasanya mengacu
pada aturan atau prinsip umum, lalu dihubungkan dengan argumen teoritis dan banyak
konsep. 
Penjelasan ordinary membuat sesuatu menjadi lebih jelas atau
menjelaskan/menggambarkan sesuatu dengan cara mengilustrasikan agar lebih mudah
dipahami orang lain. Kedua jenis penjelasan tersebut dapat digabungkan agar membuat
argumen yang logis dari sebuah teori lebih mudah dimengerti..
Prediksi adalah pernyataan yang menjelaskan bahwa sesuatu akan terjadi. Sedangkan
penjelasan menghubungkan sesuatu yang terjadi dalam suatu situasi tertentu dengan
prinsip yang lebih abstrak atau mendasar  mengenai “bagaimana sesuatu bekerja”. Lebih
mudah memprediksi dibandingkan menjelaskan, karena penjelasan memiliki kekuatan
yang lebih logis daripada prediksi, dan penjelasan yang baik juga sudah termasuk
prediksi. 
Penjelasan yang spesifik jarang diprediksi lebih dari 1 hasil, tetapi penjelasan yang
competing/bersaing dapat memprediksi hasil yang sama. Meskipun tidak sekuat
penjelasan, banyak orang lebih tertarik dengan visibilitas prediksi yang dramatis.
Penjelasan teoritis terdiri dari 3 bentuk: kausal, struktural, dan interpretatif. Masing-
masing menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengapa peristiwa itu terjadi dan masing-
masing menghubungkan kasus tertentu dengan beberapa jenis prinsip umum.

5. Range of Theory
Pernyataan Teoretis mempunyai rentang mulai dari yang paling sempit hingga yang
paling luas, yaitu :
a. Empirical generalization
b. Middle-range theorizing
c. Theoretical frameworks

a. Empirical generalization
- Pernyataan deskriptif tingkat rendah yang berhubungan dengan konsep konkrit
(tidak terlalu abstrak)
- Mengeneralisir kasus atau pengamatan
- Contoh: orang yang menikah saat usia muda (di bawah 21 tahun) lebih sering
bercerai dibanding orang yang menikah di usia lebih tua (di atas 31 ta tahun)
—> mengeneralisir kondisi yang kemungkinan membuat perceraian
b. Middle-ranged theorizing 
- Teori yang lebih luas dan memiliki konsep yang lebih abstrak dalam teori
substanstif atau formal
- Middle-range theory mencakup pernyataan empirical generalization yang
saling terkait dengan konsep yang lebih abstrak
- Contoh: Perceraian merupakan bagian dari gagasan mengenai ketidakstabilan
pernikahan, usia pernikahan berhubungan dengan tahapan seseorang dalam
siklus hidup dan peran sosial yang dipelajarinya. Mempertahankan hubungan
perkawinan dapat ditempatkan dalam konteks kekuatan sosial seperti ideologi
gender, penolakan atau penerimaan masyarakat, undang-undang yang
memengaruhi perceraian, persahabatan atau kelompok kekerabatan, tuntutan
agama
c. Theoretical framework (theoretical system or paradigms)
- Jangkauan teori yang paling luas, yang berkebalikan dengan empirical
generalization
- Theoretical framework mencakup banyak teori formal dan substantif tertentu
yang memiliki asumsi dasar dan konsep umum yang sama. 
- Contoh: Sosiologi memiliki beberapa major framework (structural
functionalism, exchange theory, symbolic interactionism, conflict theory) yang
memberikan asumsi, konsep, dan bentuk penjelasan. setiap framework
memiliki teorinya sendiri tentang keluarga, kejahatan, atau perubahan sosial.
- Contoh: Kalmijn’s Levels of Theory in “Shifting Boundaries”
d. Theoretical framework:   structural functionalism menyatakan bahwa proses
industrialisasi dan urbanisasi mengubah masyarakat tradisional menjadi modern.
Institusi dan praktik sosial berkembang termasuk lembaga yang memenuhi
kebutuhan dasar sistem sosial, mensosialisasikan masyarakat pada nilai-nilai
budaya, dan mengatur tingkah laku sosial di masyarakat tradisional digantikan oleh
yang lebih modern
e. Middle-range theory: teori intermarriage patterns menyatakan bahwa orang dewasa
muda kini lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dibandingkan dengan
tempat dimana keluarga, agama, dan komunitas mempunyai pengaruh yang kuat.
pada masyarakat modern, pendidikan menjadi berpengaruh terhadap kepercayaan,
nilai moral dan leisure interests sehingga dewasa muda lebih memilih pasangan
dengan dasar tingkat pendidikan yang sama
f. Empirical generalization: orang amerika yang sebelumnya memilih pasangan
dengan kepercayaan yang sama, kini digantikan dengan tingkat pendidikan yang
sama

V. The Dynamic Duo


Para peneliti baru mempercayai bahwa teori tidak relevan untuk melakukan
penelitian, hal ini adalah salah, justru bila tidak menggunakan teori akan membuang
waktu untuk mengumpulkan data yang tidak berguna, kekurangan ide yang tepat, dan
jatuh ke dalam perangkap pemikiran yang kabur dan tidak jelas saat mencoba merancang
sebuah penelitian karena teori membingkai bagaimana cara menyelidiki dan berpikir
tentang suatu topik. 
Teori memberikan konsep, asumsi dasar, mengarahkan ke pertanyaan penting, dan
menyarankan cara untuk memahami data. Teori membantu membuat koneksi dan melihat
signifikansi yang lebih luas dari apa yang ditemukan, analoginya teori membantu kita
melihat hutan, bukan hanya satu pohon. 
Teori memiliki konsep lebih konkret dan tujuannya bukan untuk menciptakan
pengetahuan umum. Namun demikian teori dapat digunakan dalam penelitian deskriptif
untuk menyempurnakan konsep, mengevaluasi asumsi teori, dan secara tidak langsung
menguji hipotesis. Teori bersifat tidak tetap,sementara, dan bisa direvisi. Teori
berkembang menjadi penjelasan yang lebih akurat dan komprehensif tentang susunan dan
pengoperasian social world dalam dua cara. Teori membuat cara berpikir jernih dan logis,
tapi masih memiliki batasan. Teori membuat progres yang signifikan ketika berinteraksi
dengan temuan penelitian.
Komunitas ilmiah mempengaruhi teori dengan bukti empiris. Pendekatan deduktif,
teori memandu mengenai desain studi dan interpretasi hasil yang dapat menyangkal,
memperluas, atau memodifikasi teori. Teori yang menjadi inti dan prinsip sentral lebih
sulit diuji dan disangkal. Pendekatan induktif, teori induktif dimulai dengan beberapa
asumsi dan konsep orientasi yang luas, berkembang dari bawah ke atas bersamaan dengan
pengumpulan dan analisis data. Teori dalam bidang tertentu muncul perlahan, konsep
demi konsep, proposisi demi proposisi, seiring waktu, konsep dan bukti empiris muncul
dan matang. 
Teori menjadi relevan karena memberikan penjelasan. Teori yang berbeda
memberikan penjelasan yang berbeda, dan menjelaskan bahwa dunia bekerja dengan cara
yang berbeda-beda. Studi terkadang membandingkan prediksi dengan dua atau lebih teori.
Contoh kasus: Kreager (2008) membandingkan teori kontrol sosial dan teori
pembelajaran sosial mengenai hubungan antara anak laki-laki di SMP yang terlibat dalam
perilaku antisosial (perkelahian dan kenakalan) dengan anak laki-laki yang berpartisipasi
dalam ekskul olahraga sekolah: Teori kontrol sosial menunjukkan bahwa partisipasi
dalam olahraga sekolah akan menurunkan perilaku antisosial. Ini karena olahraga
menciptakan ikatan sosial di antara remaja laki-laki dan berpengaruh pada perilaku
sehari-hari. Jika perilakunya menyimpang dapat menyebabkan hilangnya status atletik
dan menurunkan status sosial dengan teman sebayanya. Waktu yang dibutuhkan oleh
partisipasi olahraga juga mengurangi waktu untuk melakukan perilaku antisosial. Selain
itu, olahraga di sekolah mengajarkan nilai-nilai prososial, seperti kerja tim dan fair play.
Teori kontrol sosial menyatakan perilaku kekerasan oleh atlet sekolah menengah laki-laki
dapat dikaitkan dengan integritas sosial dan kontrol yang tidak memadai. Sebaliknya,
teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa kita belajar perilaku prososial atau antisosial
dari teman dan keluarga. Teori maskulinitas, menyatakan terdapat olahraga
"hipermaskulin" (seperti bola kaki, rugby, dan hoki es versus renang, lintasan, bisbol, dan
tenis). Olahraga hipermaskulin menekankan keterlibatan dalam kekerasan individu,
seperti penggunaan tubuh sebagai kontak tubuh yang brutal dan lainnya. Olahraga ini
menghubungkan suatu pencapaian di antara teman-teman lainnya dengan "kejantanan"
(jagoan, laki banget). Orang yang jago dalam olahraga tersebut akan terlepas dari julukan
"lemah" atau "banci". Teori sosial dan teori maskulinitas memprediksi bahwa anak laki-
laki yang berpartisipasi dalam olahraga hipermaskulin lebih banyak terlibat dalam
perilaku antisosial, seperti berkelahi, daripada mereka yang berpartisipasi dalam olahraga
lain atau yang tidak terlibat dalam olahraga di SMP. Dua teori tersebut memprediksi: (1)
berpartisipasi dalam olahraga sekolah atau memiliki teman di dalamnya mengurangi
perilaku antisosial, (2) berpartisipasi dalam olahraga tertentu atau memiliki teman dalam
olahraga tersebut meningkatkan perilaku antisosial. 
Kraeger (2008) meneliti data dari sampel nasional 6.397 siswa laki-laki SMP. Dia
menyelidiki laki-laki yang berpartisipasi dalam dua belas olahraga di SMP atau yang
memiliki teman dalam olahraga tersebut untuk mengidentifikasi hubungan dengan siswa
yang terlibat dalam perilaku antisosial (yaitu, berkelahi atau tindakan kenakalan lainnya).
Temuan menunjukkan bahwa anak laki-laki di SMP yang memiliki banyak teman dalam
olahraga hiper-maskulin (seperti sepak bola), terutama yang juga aktif dalam olahraga
tersebut, memiliki kemungkinan tinggi untuk berkelahi. Sebaliknya, anak laki-laki di
SMP yang mengikuti pada olahraga berbasis sekolah lainnya, seperti tenis, memiliki
kecenderungan yang rendah untuk bertanding. Temuan Kraeger menunjukkan lebih
banyak dukungan untuk pembelajaran sosial daripada teori kontrol sosial.

Anda mungkin juga menyukai