Anda di halaman 1dari 16

PROMOSI KESEHATAN LANJUT

RESEARCH FOR PUBLIC HEALTH AND HEALTH PROMOTION

MAKALAH

Kelompok 3

Amy Amanda Chitra Pahlawani 1806253702


Fadllil Kaafi 1806254030
Khairun Nisa’il Hulwah 1806168203
Kiki Ratna Gumilar F 1806168216
Rizky Anggraita Damayanti 1806168720
Zainal Abidin 1606857356

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2018
INTRODUCTION

 Pergeseran dari sebuah kesibukan ke profesi, yang telah terjadi pada ahli dan multidisiplin
kesehatan masyarakat, ditandai dengan peningkatan fokus pada penelitian sebagai dasar bagi
ahli pengetahuan dan praktisi.
 Ada tekanan yang cukup besar bagi semua praktisi ahli kesehatan maupun sosial dalam
memahami penelitian seperti apa yang relevan, serta memilih landasan utama seperti apa
sebagai temuan penelitian yang sesuai.
 Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan para praktisi tidak mengetahui jurnal penelitian yang
relevan, atau tidak dapat mengakses jurnal dan konferensi penelitian, atau tidak memiliki
kesempatan, keterampilan, dan waktu untuk terus mengetahui informasi terbaru tentang
penelitian. Atau para praktisi mungkin tidak bisa menyaring banyaknya informasi yang berguna
dan relevan untuk keperluan penelitiannya, atau mungkin karena mereka tidak memiliki
keterampilan dalam penilaian kririkal dan kepercayaan diri untuk menilai kualitas dan relevansi
dari studi yang telah diterbitkan, dan atau mereka mungkin juga ragu-ragu karena sulit untuk
melakukan perubahan dalam praktik sehari-hari dan organisasi mereka.
 Namun, para praktisi sering memiliki pertanyaan yang berkaitan dengan praktik sehari-hari
mereka, yang dapat dijawab melalui studi penelitian yang sesuai.
 Sebagai contoh: Perawat di Macmillan yang ingin tahu mengapa wanita memilih untuk tidak
datang saat skrining mamografi, seorang spesialis promosi kesehatan yang ingin tahu apakah
program pendidikan keselamatan pada remaja dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan, dan
masih banyak lagi.
 Jika kita sadar bahwa penelitian sebagai penyedia informasi untuk pedoman perencanaan dan
pelaksanaan intervensi, maka penelitian tersebut bisa menjadi pedoman dari praktik sehari-hari.
 Pada bagian ini bertujuan membantu kita dalam menggambarkan apa yang membedakan
penelitian antara kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan
Buku ini bukan merupakan alat bantu untuk menjadikan kitaa menjadi peneliti yang lebih
baik, namun ada beberapa bacaan yang sangat direkomendasikan pada akhir bab buku ini yang
dapat memberikan panduan suatu metode peneltian dan penggunaan metode tertentu yang sesuai.
WHAT IS RESEARCH?

Promosi kesehatan didasarkan pada teori tentang apa yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat dan apa intervennsi atau strategi yang efektif untuk meningkatkan kesehatan. Teori
semacam itu didasarkan pada penelitian. Istilah penelitian mengacu pada aktifitas pengumpulan
informasi yang sistematis yang digunakan untuk mendeskripsikan, menjelaskan atau
mengeksplorasi suatu masalah untuk menghasilkan pengetahuan baru.

Penelitian adalah :

 Investigasi dunia nyata


 Penelitian diinformasikan oleh nilai-nilai tentang masalah yang sedang diselidiki
 Penelitian mengikuti praktik yang disetujui dan sesuai dengan pedoman etis
 Didasarkan pada teori dan asumsi tentang hubungan fenomena yang berbeda
 Mengandung pertanyaan yang berarti/ bermakna
 Sistematis dan teliti
 Transparan

Ada beberapa cara dimana penelitian menginformasikan kesehatan masyarakat dan


promosi kesehatan dan mampu berkontribusi untuk perkembangannya. Misalnya menentukan
prioritas tindakan yang harus dilakukan. Penelitian epidemiologis dapat membantu menentukan
prioritas masalah mana yang harus diatasi terlebih dahulu. Penelitian evaluative dapan menentukan
efektivitas atau penyelesaian intervensi tertentu. Audit penelitian dapat memeriksa sumber daya
dan system yang ada untuk tujuan meningkatkan kinerja organisasi atau proyek tertentu. Penelitian
juga dapat mendukung, menantang atau menghasilkan teori baru. Penelitian yang dikutip oleh
praktisi dalam contoh diatas menggambarkan bagaimana penelitian berkontribusi pada
pengetahuan yang menginformasikan kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan.

Penelitian telah mencapai hal yang jauh lebih penting dalam organisasi kesehatan dalam
beberapa tahun terakhir. Kebijakan, penyediaan layanan dan praktik professional diharapkan
didasarkan pada bukti yang berasal dari penelitian yang ketat. Misalnya, pada tahun 2009 NICE
(National Institute for Health and Clinical Excellence) meluncurkan NHS (National Health
Service) sebuah layanan berbasis web yang menyebarluaskan penelitian berbasis praktik terbaik
(www.nice.org.uk). Sejumlah penelitian untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan
berasal dari kedokteran kesehatan masyarakat dan epidemiologi. Epidemiologi menganalisis pola
penyakit dan factor resiko dalam populasi, dan berusaha untuk mengidentifikasi dan mengukur
pengaruh berbagai factor penyebab (genetic, gaya hidup, lingkungan) pada kesehatan.

Contoh :

Metode yang digunakan oleh ahli epidemiologi

 Study cross sectional untuk menentukan prevalensi, atau pola kondisi, atau perilaku dalam
populasi, atau grup pada rentang waktu tertentu- misalnya sejak tahun 1991, telah ada
survey kesehatan tahunan di negara Inggris (National Centre for Social Research). Selain
itu, tema spesifik diambil dan diidentifikasi lebih lanjut. Misalnya pada tahun 2009
temanya adalah kejahatan dan keamanan.
 Studi case-control untuk menyelidiki penyebab suatu kondisi kelompok dengan
membandingkan kelompok lainnya. Contoh penelitian tentang efek paparan radon di
rumah pada tingkat kanker paru di Eropa (Derby et al 2005).
 Penelitian cohort atau penelitian longitudinal untuk mengamati kelompok dari waktu ke
waktu untuk melihat apakah ada hubungan antara perilaku tertentu dan pola penyakit.
Sebagai contohnya Frangmingham studi jantung dimulai pada tahun 1948 dan sekerang
mempelajari generasi participant ke 3. Banyak factor resiko penyakit jantung yang terkait
dengan diet dan olahraga yang teridentifikasi dalam penelitian ini. Baru-baru ini, data dari
penelitian ini telah digunakan untuk mempelajari hubungan antara jejaring social,
kebahagiaan dan kesehatan. (Fowler and Christakis 2008).

Secara umum, epidemiologi diakui sebagai metode ilmiah yang mendukung kesehatan
masyarakat. Sebagai contoh, studi Whitehall yang ditelusuri melacak kelompok besar dari 18.000
pria yang bekerja di Dinas Sipil sejak tahun 1967, dan telah berpengaruh dalam membangun
hubungan antara status social dan kesehatan (Marmont et al 1984).

Penelitian Whitehall II menindaklanjuti study Kohort 10.308 pegawai sipil laki-laki dan
perempuan sejak tahun 1985. Penelitian Whitehall II tidak menemukan pengurangan dalam
hubungan antara status social dan kesehatan (Marmont et al 1991), dan sekarang memeriksa
ketidaksetaraan dalam kesehatan pada populasi yang menua (Adler et al 2008; Britton et al 2008).

Contoh

Penggunaan Epidemiologi

 Untuk mengamati efek faktor sosial pada kesehatan misalnya menghubungkan kenaikan
jumlah mobil di jalan dengan insiden asma
 Untuk memberikan gambaran distribusi dan ukuran masalah kesehatan dalam populasi
misalnya tingkat kematian bayi didistribusikan secara tidak merata di antara kelas-kelas
sosial.

Epidemiologi memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan masyarakat dan promosi


kesehatan. Namun, epidemiologi bukan satu-satunya cara untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan. Seperti halnya dengan penelitian yang lain, temuan- temuan epidemiologi perlu
ditafsirkan dalam kerangka teoritis spesifik dimana epidemiologi didasarkan. Epidemiologi
mencerminkan dominasi dari paradigm ilmu kedokteran. Pendekatan ini berusaha untuk
mengidentifikasi faktor resiko penyakit dan diinformasikan dengan keyakinan bahwa penelitian
harus obyektif dan ilmiah,

PARADIGMA POSITIVIST AND INTERPRETIVIST

Pengetahuan disusun oleh konteks dimana pertanyaan dirumuskan dan metode digunakan
untuk mendapatkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data. Topik yang sama dapat
menimbulkan pertanyaan yang berbeda dan dapat ditelusuri dari banyak sudut berbeda. Tradisi
dominan penelitian dalam kesehatan dan pelayanan sosial didapat dari pendekatan positivist yang
menggunakan metode dan prinsip ilmu pengetahuan alam. Positivist didasarkan pada premis
objektif fenomena asli atau fakta yang bisa dipelajari dalam cara ilmiah. Namun, klaim netral
objektif telah dipertanyakan dan ditegaskan bahwa seluruh produksi pengetahuan dipengaruhi oleh
nilai, ideology dan agenda pemberi dana.

Tradisi interpretivist bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan arti fenomena


sebagaimana pengalaman dan persepsi seseorang. Tradisi ini didapat dari perhatian terhadap ilmu
sosial untuk memahami arti subjektif dari pengalaman manusia yang pada gilirannya premis
bahwa realitas adalah konstruksi sosial yang selalu dimediasi oleh arti subjektif dan konteks.
Hasilnya pengetahuan selalu kontekstual dan tidak pernah absolut.

Positivist diasosiakan dengan metode penelitian kuantitatif – pengumpulan data yang bisa
dikuantifikasi dalam beberapa cara. Penelitian kuantitatif mencoba untuk mengukur aspek-aspek
sebuah fenomena dan menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam beberapa variabel antar kelompok
atau waktu. Penelitian kuantitatif mengetes sebuah hipotesis yang mana merupakan penjelasan
sugesti kenapa perbedaan terjadi. Eksperimen adalah metode utama. Dalam studi eksperimental,
satu aspek dalam dua kelompok berimbang, terlihat bervariasi jika menimbulkan perbedaan
terhadap hasil. Perbedaan tersebut dapat dihubungkan ke variable-variabel. Uji coba terkontrol
secara random, dimana partisipan dialokasikan secara random ke dalam kelompok kontrol atau
eksperimen, yang digunakan untuk menilai efektivitas intervensi. Dalam penelitian yang
melibatkan orang dan kehidupannya, tidak mungkin dikontrol untuk semua factor yang mungkin
mempengaruhi outcome. Ada perhatian terhadap etika tentang menahan intervensi potensial
bermanfaat dari suatu kelompok participant atau sebaliknya melanjutkan intervensi yang memicu
bahaya.

Interpretivist diasosiasikan dengan metode penelitian kualitatif yang berfokus pada


pemahaman cara suatu isu dipersepsikan oleh orang yang terkena pengaruh. Pemikiran, perasaan
dan makna dilihat sebagai fenomena nyata yang bisa dipelajari oleh peneliti. Menggunakan metode
seperti wawancara, observasi dan studi kasus peneliti dapat memahami perspektif participant.
Berbeda dengan tradisi positivist, tidak ada asumsi tentang fenomena penting yang diukur.
Interpretivisme mengumpulkan data yang “kaya” dan menurunkan teori yang masuk akal dan
penjelasan dari data yang dianalisis.

Contoh penggunaan penelitian dalam kesehatan reproduksi. Kebanyakan penelitian dalam


penyebaran HIV/AIDS fokus pada menemukan insidens, prevalens dan distribusi HIV dalam
populasi dari waktu ke waktu. Dengan membandingkan proporsi orang terinfeksi dengan aktivitas
beresiko yang berbeda, usaha yang dilakukan adalah membuat korelasi antara risiko infeksi dan
kebiasaan. Pengetahuan ini dapat digunakan untuk menargetkan dan menyusun pesan pendidikan
kesehatan. Epidemiologis juga dapat mengevaluasi efektivitas promosi kesehatan dengan
membuat grafik laju infeksi HIV terhadap intervensi.
Gary Dowsett, orang yang menyusun program riset untuk WHO Global Programme on
AIDS, mengomentari perlunya riset yang lebih focus pada konteks dan situasi social sehingga
orang membuat keputusan seksual.

“Pemanfaatan sumber daya riset yang berharga untuk memaksimalkan pengukuran infeksi HIV
dan AIDS pada negara tidak akan banyak meningkatkan prevensi dan respon pendukung. Data
yang sedikit namun tepat dan ide umum prevalensi/insidensi HIV/AIDS bisa, ketika sepasang
orang dengan pemahaman teori yang baik tentang budaya/konteks seksual dan penggunaan obat,
menawarkan permulaan yang lebih berguna untuk aksi daripada seluruh data surveilans di
dunia.” (Dowsett, 1995)

Penelitian Kuantitatif dan kualitatif diturunkan dari perspektif epistemology yang berbeda
tentang sifat dasar pengetahuan dan sering ditampilkan berlawanan.

Table 2.1 Menyimpulkan 2 Posisi Berbeda Secara Filosofis


No Kuantitatif Kualitatif
1 Paradigma Positivism Interpretative/ naturalistic
2 Dasar Ilmu pengetahuan Ilmu sosial
epistemology Pengetahuan adalah bagian dari Pengetahuan berdasarkan
realitas objektif terpisah dari bagaimana individu melihat
individual pengalaman melalui “lensa
individual”
3 Peran peneliti Obejektivitas dan detachment Subjektivitas dan engagement
4 Tujuan Untuk perkembangan Untuk mengerti banyak realitas
kebenaran dan verifikasi
pengetahuan
5 Fungsi Untuk memahami kausalitas Untuk menginterpretasi dan
mengungkap realitas
6 Metodologi Mengisolasi dan mempelajari Memahami isu dalam konteks,
variable diskrit, cth: studi cth: etnografi, fenomenologi
eksperimental
7 Metode Informasi tidak detail Informasi detail
Sampel besar, cth: kuesioner Sampel kecil
Mengukur ukuran efek Mengukur penyebab suatu efek
Menggunakan instrument terjadi
pengukuran standar Menggunakan beragam metode,
cth: FGD untuk realitas, konsep
dan pengertian peserta
8 Nilai Validitas, reabilitas Validitas, kepercayaan,
kredibilitas, kemampun
mengkonfirmasi, transparansi
9 Presentasi Analisis angka dan kuantifikasi Analisis kata dan pengertiannya,
dan analisis yang sistematis cth: analisis konten tematis,
analisis percakapan
10 Kontribusi Falsifikasi (membuktikan Membangun teori, cth: grounded
terhadap teori hipotesis) dan tes teori teori muncul dari data
Deduktif Induktif
Generalisasi Memahami kompleksitas

Watterson dan Watterson menunjukkan bahwa metode kesehatan masyarakat pada


dasarnya adalah eklektik (penggabungan teori-teori dengan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan pada masing-masing teori).

Penggunaan metode kuantitatif sering disarankan untuk memberikan informasi pada


penelitian kualitatif eksploratif. Dalam survey untuk melihat validitas data atau teori dapat
digunakan metode triangulasi. Metode triangulasi digunakan untuk mendapatkan informasi dari
berbagai metode yang berbeda untuk mendapatkan kesimpulan terbaik dan dilakukan apabila
melakukan survey ditempat yang berbeda . hal ini dinyatakan pula oleh Denzim (1998) bahwa
metode ini mungkin dapat dilakukan dalam penelitian sosial dengan menggunakan berbagai
metode, peneliti dan teori.

Metode kulaitatif sering dipandang subjektif, hal ini dikarenakan peneliti dalam melakukan
penelitian merupakan instrument yang terlibat langsung dalam penelitianya. Metode penelitian
kulaitatif yaitu dengan cara observasi dan wawancara dan hal ini bergantung pada diri peneliti
sebagai instrumen (pengalaman, pengetahuan, nilai, dan riwayat hidup). Bias dapat diminimalisir
dengan cara:

1. Mengakui perspektif peneliti


2. Terbuka tentang semua aspek dalam proses penelitian (transparasi)
3. Refleksi dan kontibrusi terhadap hasil penelitian (refleksivitas).

Penelitian kualitatif tidak dapat digeneralisir karena sampel kecil dan tidak representative
secara statistik. Keterampilan khusus Penelitian kualitatif yaitu:

1. Reflektifitas
2. Bersikap netral dan empati
3. Teliti

Contoh penelitian

Kasus : mengapa proporsi wanita berhenti menyusui dalam waktu 2 minggu tinggi?

Penelitian 1:

Studi kohort membandingkan tingkat menyusui pada ibu antara 2 dan 4 bulan pasca melahirkan.
Pada wanita yang menyusui 48 jam setelah melahirkan dan 72 jam setelah melahirkan. Secara
statistik ini digunakan untuk membandingkan lamanya waktu di bangsal bersalin dengan lamanya
waktu menyusui.

Penelitian 2:

Sebuah studi etnografi menggunakan observasi partisipan, dimana interaksi bidan dan ibu
menyusui diamati dan pecakapan diantara mereka mengenai menyusui kemudian dicatat dalam
catatan lapangan. Pandangan ibu tentang menyusui dan persepsi mereka terhadap dukungan yang
diterima dari bidan kemudian dikumpulkan dengan cara wawancara semi terstruktur.

Meskipun ini adalah contoh yang sangat sederhana, Anda mungkin dapat menyimpulkan
bahwa studi pertama akan lebih mungkin mendapatkan pendanaan dan dipublikasikan. Peneliti
kesehatan masyarakat sering menemukan bahwa ada hierarki status metodologis dimana penelitian
kualitatif dianggap kurang legitimasi daripada penelitian biomedis atau epidemiologi kuantitatif
(Green dan Thorogood 2004).

Ketika ingin dipublikasikan maka akan membutuhkan banyak jurnal dari hypothesis atau
pertanyaan, metode, hasil dan diskusi yang akan mencerminkan hasil penelitian yang kemudian
dianggap dapat diterima.

Kesehatan masyarakat berusaha untuk memanfaatkan dan mengintgrasikan wawasan dan


pengetahuan dalam hasil penelitian. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif mencakup
paradigma kedokteran dan biomedis serta sosial. Dari penelitain diatas dapat diketahui mengapa
ada resistensi menyusui dan pengaruh dampak lingkungan yang mendukung pada tingkat
menyusui.
Menurut WHO 1998 merekomendasikan 10% sumber daya keuangan dialokasikan untuk
proses evaluasi. Metode evaluasi mencakup pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi adalah
pemeriksaan sistematis dan penilaian fitur program atau intervensi lain untuk menghasilkan
pengetahuan yang dapat digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan untuk berbagai tujuan
'(Rootman et al 2001, hlm. 26). Evaluasi pada dasarnya adalah nilai dorong, karena itu menilai
intervensi dalam hal kriteria yang telah ditentukan (Douglas et al 2007).

Definisi masalah yang akan diteliti, desain penelitian, metode yang digunakan untuk
melakukan penelitian, interpretasi hasil dan penyebaran temuan semua mencerminkan cara
peningkatan kesehatan. Jadi ketika kita berpikir tentang penelitian untuk peningkatan kesehatan
kita perlu memikirkan tentang jenis informasi apa yang kita butuhkan dan paradigma apa yang kita
kerjakan.

PENELITIAN UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT DAN PROMOSI

Kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan menjangkau banyak disiplin ilmu. Disiplin
ilmu yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan adalah:

1. Biomedik
2. Epidemiologi
3. Ilmu sosial

Ketiga ilmu tersebut dipandang mempunyai metodologi yang berbeda dan metode ini mempunyai
tingkat kehormatan.

Penelitian kuantitatif dianggap sebagai landasan yang kuat karena dapat menjawab
pertanyaan apa dan kapan? dari sebuah kasus. Sebagai contoh kasus imunisasi, metode kuantitatif
dapat memberikan informasi bagaimana penyakit menular menyebar dan seberapa efektif program
imunisasi. Metodologi kualitatif sebaliknya dianggap kurang bermanfaat dan wawasannya sering
diabaikan dan sangat spesifik dan tidak dapat digeneralisasikan ke kelompok dan populasi lain.
Namun penelitian kualitatif dapat menjawab pertanyaan bagamiana dan mengapa?. Misalnya,
pengetahuan tentang kelompok yang tidak diimunisasi dalam masyarakat, dan apakah ini
merupakan pilihan yang disengaja atau tidak, dapat diperoleh dari penelitian kualitatif, dan
kemudian digunakan untuk menyediakan kampanye imunisasi yang efektif. Oleh karena itu
metode penelitian kulaitatif dan kuantitatif saling berkontribusi untuk basis penelitian kesehatan
masyarakat dan promosi kesehatan.

Metode kualitatif dan kuantitaif mencakup berbagai metode dan idelogis yang dapat
dikategorikan dengan cara yang berbeda,mencakup orientasi filosofi, afiliasi ideologis, atau
metode praktek. Park (1993) mengidentifikasi tiga cara yang berbeda untuk mengetahui isu sosial:

1. Instrumental (ilmu tradisional)


2. Interaktif (pengalaman hidup).
3. Kritis (reflektif tentang sosio-ekonomi dan kekuatan politik dan dampaknya)

Bryant (2002) berpendapat bahwa ketiga jenis pengetahuan tersebut bermakna dan harus
memberi kontribusi ke dalam proses kebijakan promosi kesehatan masyarakat dan kesehatan.

The Lived Experience (Pengalaman Hidup)

• Biomedik dan epidemiologi hanya fokus pada statistik dan fakta pola penyakit dalam populasi,
ini menjadi landasan pengobatan saat ini
• Perlu dilakukan eksplorasi konsep baru untuk masyarakat yang multidisiplin, melalui
kesesuaian dengan pengalaman hidup mereka
• Contoh kasus pasien hidup diabetes
Penelitian oleh Campbell et al (2003) menemukan enam konsep tentang pengalaman pasien
yang awam dengan diabetes, diantaranya:

1) waktu dan pengalaman


2) percaya pada diri sendiri
3) pendekatan yang kurang tunduk pada penyedia layanan
4) ketidakpatuhan strategis pada obat-obatan
5) dukungan efektif dari penyedia layanan
6) pengakuan bahwa diabetes itu serius.
Artinya, konsep ini akan menggeser pola bahwa “dokter serba tahu” dan sikap egaliter kepada
pengalaman pasien sendiri dalam menggunakan obat-obatan. Karena, bagi pasien yang penting
dia merasa lebih sehat (well-being).
• Hal tersebut dianggap objektif bagi pasien, meskipun tidak ada bukti statistik sesuai
pengetahuan ilmiah. Itu merupakan keyakinan para awam berdasarkan ide mereka. Dan hal
tersebut menjadi wacana baru bagi lingkungan ilmiah.
• Penelitian Allotey dkk (2003) pada penderita paraplegia di Australia dan Kamerun. Penggunaan
DALY (Dissability Adjusted Life Year) tidak mencerminkan besarnya beban hidup pada negara
berkembang, bahkan beban hidup mereka lebih dirasakan dari aspek sosial ekonomi pada
tingkat keparahan penyakit.
• Terdapat komentar dari seorang praktisi: “Saya ingat selama pelatihan kami berdiri di samping
tempat tidur seorang wanita tua dengan diabetes, dan seorang perawat mengatakan kepada
kami "Pasien ini tahu lebih banyak tentang penyakitnya daripada saya." Pada saat itu, saya
bertanya-tanya apa gunanya mengatakan itu kepada kami, karena itu kedengarannya bukan
pelatihan yang berharga untuk menjadi perawat. Sekarang saya menghargai kebijaksanaan
dari ucapan itu.”
• Penelitian Hwang et al (2004) terhadap wanita Korea yang hidup dengan rheumatoid arthritis
mengidentifikasi delapan tema utama: nyeri hebat, harga diri, perasaan negatif, merefleksikan
kehidupan lampau, berkonsentrasi pada pemulihan dari penyakit, pikiran yang nyaman dalam
kesakitan, dukungan keluarga dan orang lain, dan kehidupan baru. Tema tersebut menjelaskan
kompleksitas dari suatu penyakit kronis, terdapat dampak fungsional dan psikososial terhadap
pasien.

Participatory Research (Penelitian Partisipatif)

• Menurut WHO, 1986 : promosi kesehatan memiliki prinsip bahwa orang memiliki hak dan
kewajiban untuk berpartisipasi dalam perencanaan perawatan kesehatan mereka.
• Sehingga setiap orang juga memiliki hak untuk menjadi partisipan yang aktif dan setara dalam
proses penelitian dan setiap tahapannya, baik mulai dari mengidentifikasi bidang-bidang yang
akan diteliti, hingga pilihan metode yang tepat, serta interpretasi dan penerapan hasil. Itulah
penelitian partisipatif.
• Berbeda dengan penelitian yang tradisional, dimana peneliti sebagai ahli dan peserta sebagai
subyek yang pasif. Sehingga penelitian partisipatif akan dapat menjadi sarana menghasilkan
pengetahuan yang baru.
• Penelitian ini dikenal Community Based Participatory Research (CBPR) atau penelitian
partisipatif berbasis masyarakat. Saat ini CBPR semakin populer di kalangan praktisi promosi
kesehatan dengan fakta yang bersifat etis dan efektif serta relevan dengan isu-isu kehidupan
nyata masyarakat saat ini.
• Contoh CBPR : penelitian Horn et al (2008) tentang pengembangan program berhenti merokok
untuk remaja Indian Amerika. Horn et al (2008) mengaitkan keberhasilan intervensi ini dengan
penggunaan prinsip berbasis nilai dan berbasis komunitas, termasuk mengintegrasikan
pengetahuan budaya masyarakat dan membangun kapasitas dalam masyarakat.
• Kekurangan CBPR adalah membutuhkan komitmen besar dalam hal waktu dan sumber daya
untuk mengakses pandangan masyarakat dan untuk memfasilitasi kemitraan yang bekerja di
seluruh masyarakat.
• Namun, secara evaluasi penelitian ini sangatlah positif karena dapat mengungkap faktor-faktor
sosial seperti rasisme, homofobia, dst. Sehingga penelitian ini dianggap sebagai blueprint
penelitian baru yang etis, praktis, dan to the point ke tindakan yang efektif.

Mixed Method Research

• Metode penelitian campuran merupakan solusi terhadap apakah memilih metode kuantitatif
atau kualitatif untuk meneliti masalah kesehatan masyarakat. Metode ini semakin populer
terhadap dilema tersebut (Tashakkori dan Teddlie 2003).
• Metode ini telah berevolusi sebagai sarana triangulasi ; penggunaan perspektif atau data yang
berbeda untuk memberikan wawasan tentang suatu fenomena.
• Tantangan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif memerlukan keahlian yang berbeda.
Menggunakan pendekatan metode campuran berarti mengenali dan menilai kedua metode
secara sama.
• Manfaat menggunakan pendekatan metode ini semakin diakui dan dipromosikan.
• Metode ini telah digembar-gemborkan sebagai paradigma penelitian ketiga, darisepanjang
paradigma kualitatif dan kuantitatif (Johnson et al 2007),
• Ditandai dengan peluncuran jurnal baru pada 2007 – The Journal of Mixed Method Research.
• Contoh :
Sebuah studi tentang insiden merokok di kalangan anak muda menggunakan metode campuran
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
- Berapa banyak anak muda yang merokok? (metode kuantitatif - survei)
- Apa itu gender, sosio-ekonomi, dan profil etnis perokok dan bukan perokok? (metode
kuantitatif - survei)
- Mengapa anak muda merokok? (Metode kualitatif - wawancara)
- Apa yang mungkin membujuk orang muda untuk berhenti merokok? (Metode kualitatif -
wawancara)

Dengan menggunakan metode campuran, penelitian ini mampu mengidentifikasi profil


demografis anak-anak muda yang paling berisiko (perokok) serta faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan mereka untuk merokok atau berhenti merokok. Informasi ini digunakan
untuk merancang intervensi penghentian merokok yang ditargetkan.

Penggunaan Penelitian Dalam Praktek Kesehatan Masyarakat Dan Promosi Kesehatan

Dalam menyediakan penelitian yang dapat disetujui oleh setiap orang adalah langkah penting untuk
mengekfektifkan penggunaan penelitian dalam praktiknya. Namun, terdapat banyak hambatan dalam
penggunaan peneltian dalam praktik kesehatan masyarakat dan promosis kesehatan.

Dalam penggunaan penelitian didasarkan pada penyebaran yang efektif. Para praktisi mempunyai
akses yang besar dalam penelitian, bukti, dan pedoman melalui database elektronik, sistensis bukti, dan
juga jurnal. Terkecuali pada rekomendasi yang timbul dari studi yang dimasukkan dalam praktik, inisiatif
penelitian tersebut menajadi terbuang sia sia. Para praktisi diharuskan menjadi konsumen penelitian yang
kritis, memahami penelitian di area mereka dan mampu memberikan evaluasi dengan percaya diri. Untuk
mengetahui hasil penelitian ini jarang, tapi bagaimanapun cukup untuk merupkan prakteknya. Penyebaran
dan adopsi dari inovasi ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, bukan berbulan bulan melainkan
tahunan.

Seringkali, penelitian membutuhkan praktisi yang dapat mengubah pola lama dari perilaku dan hal
tersebut merupakan poin pembenaran dari perubahan penelitian yang masih diperdebatkan.

Sebagai contoh adalah bidan dan praktik kunjungan kesehatan merubah tanggapan pada temuan
penelitian yang mungkin dapat termasuk dalam merubah nasihat kepada para orang tua tentang posisi bayi
yang tidak boleh diletakkan di hadapan mereka; atau bisa juga dalam pertanyaan rutin saat melakukan
antenatal care (kunjungan antenatal). Kedua contoh pergeseran diatas disebabkan karena adanya pencarian
penelitian yang mana dapat membawa ke tingkat yang lebih tinggi dari masalah yang ada dan pedoman
profesional yang baru

Penelitian dapat menjadi tantangan terhadap asumsi dan karena hal tersebut akan menjadi
penelitian yang berfikir, dan hal tersebut menjadi bagian penting dalam refleksi praktek penelitian. Tetapi,
ada yang lain yang penting juga, yaitu adalah bersikap kritis : bagaimana seseorang memutuskan memilih
bukti yang tepat untuk pengaruh dalam praktik yang dia jalankan, karena sulit, karena pengetahuan tersebut
tidak pernah diberikan, tetapi selalu berubah dan mengabaikan temuan yang baru. Disana, juga mungkin
terdapat penundaan dalam penyebaran dan adopsi intervensi karena hal tersebut tidak banyak dikenali.
Publikasi dari keefektifan ulasan dan meta analisis dapat membantu untuk pengetahuan, tetapi diperlukan
juga peneliti yang lebih ramah dan lebih luas mengadopsi kriteria daripada kelompok kontrol acak sebagai
standar emas jika mereka akan membantu praktisi secara langsung.

Umumnya, kursus pelatihan untuk praktisi kesehatan dan sosial sekarang termasuk penelitian
termasuk di dalamanya ketrampilan untuk penilaian penelitian dan menjadi pengingat kepada para siswa
tentang cara mana yang termasuk penelitian yang kurang baik. Masalah yang sering dihadapi adalah
termasuk dalam membuat klaim yang tidak didukung oleh data atau meng-klaim jika temuannya dari studi
eksplorasi dapat di berlakukan secara umum, atau penyediaan data yang selektif yang dimaksudkan untuk
mendukung suatu sudut pandang tertentu. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah ketika penelitian sudah
dilakukan secara benar. Pada penelitian kuantitatif, data yang bagus dapat dicapai dengan sampel yang
merepresentatifkan penelitian tersebut adalah data yang dapat digeneralisirkan. Manipulasi statistik dari
data tersebut harus tepat untuk jenis dan kualitas data yang didapatkan. Sedangkan, untuk penelitian
kualitatif yang baik, ketelitian sampel didapatkan dalam metode yang sistematis dan menerapkan refleksi
kritis terhadap proses penelitian.

Didalam bab selanjutnya, kita akan melihat krieria yang ketat yang mana hal tersebut dipergunakan
untuk studi klasifikasi dari keefektifan intervensi kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan. Dan untuk
para praktisi, membaca tentang penelitian adalah kunci dari pengembangan penelitian baik untuk
substansinya ataupun kegiatan praktisnya. Membuat alasan dalam penialaian tentang nilai yang dapat
diambil dari studi penelitian, memerlukan ketrampilan dan praktik, tetapi dalam hal menganalisa kekuatan
dan kelemhan orang lain dapat membantu praktisi lain mendesain penelitian mereka sendiri.

Dalam ulasan yang diterbitakn akan direview oleh editor eksternal di lapangan, tetapi hal ini juga
belum menjamin penelitian dapat dipercaya. Dalam berbagai penelitian penting bagi praktisi untuk
membagikan temuan dan pengalam dengan membawa ke publik melalui laporan, artikel, dan ulasan di
konferensi. Dengan cara ini lah, teori baru tentang kesehatan masyarakat multidisiplin dapat dikembangkan.
Selain menjadi konsumen yang kritis, terdapat penekanan yang lebih pada praktisi yang bertanggung jawab
atas peneltian mereka dan karena itu harus terlibat dalam peninjauan kembali keefektifasannya. Para
praktisi diminta menunjukkan manfaat manfaat kesehatan dari intervensi dan yang mendasari pengambilan
keputusan pada penelitian mereka,

KESIMPULAN

Dalam konteks yang lebih luas tentang kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan didominasi
oleh paradigma penelitan positivist, yang mengkuantifikasi dan merealisasikan keadaan. Upaya dalam
pengintegrasian paradigma penelitian intrepretivist sering dibawah tuduhan terlalu subjektif dan tidak
cukup teliti. Multidisiplin kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan masyarakat menghadapai
tantangan untuk menyatukan kedua tradisi penelitian.

Prinsip penelitian adalah yang dapat dipergunakan oleh semua praktisi dan menyadari dimana suatu
masalah sedang ditentukan, prinsip filosofis yang mendukung pendekatan metodologis, dan kebutuhan
merefleksikan teori serta kemampuan untuk meneliti dan menganalisa informasi yang tersedia.

Selain argumen jika sebuah penelitain merupakan alat untuk praktik, terdapat juga pandangan
bahwa kegiatan penelitian juga harus mempromosikan nilai dan prinsip kesehatan masyarakat dan promosi
kesehatan. Oleh karena itu sebuah panggilan penelitian untuk melampaui paradigma ilmiah dan merangkul
penelitian partisipasif diarahkan pada determinan sosial penelitian kesehatan dan penelitian kualitatif
berusaha memahami pengalaman kesehatan di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai