Anda di halaman 1dari 15

BAB I (Halaman 3-28)

I. Kebutuhan akan kebijakan yang berbasis bukti


Banyak pencapaian penting dlm penelitian dan praktik kesmasy di Amerika
Serikat selama abad ke-20 yang sebagian besar dikaitkan dengan penyediaan air
dan makanan yang aman, pengolahan dan pembuangan limbah, pencegahan dan
penghentian penggunaan tembakau, pencegahan cedera, pengendalian penyakit
menular melalui imunisasi dan cara lainnya, serta intervensi berbasis populasi
lainnya. Peningkatan fokus pada kesehatan masy berbasis bukti (EBPH) memiliki
banyak manfaat langsung dan tidak langsung, termasuk akses terhadap informasi
yang lebih berkualitas lebih dan lebih berkuaitas mengenai apa yang telah terbukti
memperbaiki derajat kesehatan masyarakat, apa yang membuat program lebih
sukses, produktivitas tenaga kerja lebih besar, serta penggunaan sumber daya
publik dan swasta yang lebih efisien. Idealnya, praktisi kesehatan masyarakat
harus selalu memasukkan bukti ilmiah dalam memilih dan melaksanakan
program, mengembangkan kebijakan, dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan
kebijakan. Dalam praktiknya, suatu keputusan intervensi sering didasarkan pada
adanya peluang jangka pendek, kurangnya perencanaan sistematis dan kurangnya
tinjauan terhadap best evidence mengenai pendekatan yang efektif. Hambatan
untuk mengimplementasikan EBPH mencakup lingkungan politik, sistem
informasi, sumber daya, kepemimpinan, dan kompetensi yang relevan dan tepat
waktu. Beberapa konsep yang merupakan dasar dalam pencapaian pendekatan
berbasis bukti dalam praktik kesmasy:
1. Informasi ilmiah yang efektif dlm mempromosikan kesehatan
2. Menggali informasi mengenai intervensi berbasis bukti dari literatur dan
lingkungan yang sepsifik
3. Diseminasi intervensi2 yang telah terbukti secara lebih konsisten.

LATAR BELAKANG

Sekitar satu dekade yang lalu, beberapa penulis telah mencoba mendefinisikan
EBPH. Pada tahun 1997, Jenicek mendefinisikan EBPH sebagai "meneliti, secara
eksplisit, dan bijaksana terhadap bukti terbaik dalam membuat keputusan tentang
perawatan masyarakat dalam domain perlindungan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promosi kesehatan)” . Pada
tahun 1999, para ilmuwan dan praktisi di Australia dan Amerika Serikat
menguraikan lebih jauh konsep EBPH. Glasziou dan rekan mengajukan
serangkaian pertanyaan untuk meningkatkan pengambilan EBPH (contohnya
"Apakah intervensi ini membantu meringankan masalah ini?") Dan
mengidentifikasi sumber bukti yang mempunyai validitas tinggi. Brownson dan
rekan menggambarkan proses enam tahap dimana praktisi dapat mengambil
pendekatan berbasis bukti untuk pengambilan keputusan. Kohatsu dan rekan-
rekannya memperluas definisi EBPH untuk memasukkan perspektif masyarakat
shg mendorong pendekatan yang lebih berpusat pada populasi. Pada tahun 2004,
Rychetnik dan rekan merangkum banyak konsep kunci dalam glosarium untuk
EBPH. Tampaknya ada konsensus bahwa kombinasi antara bukti ilmiah,
karakteristik masyarakat termasuk nilai yang terkandung dalam masayarkat, dan
sumber daya, harus masuk ke dalam pengambilan keputusan (Gambar 1 -1).
Definisi singkat muncul dari Kohatsu yang menyatakan bahwa "EBPH adalah
proses mengintegrasikan intervensi berbasis sains dengan preferensi masyarakat
untuk memperbaiki kesehatan masyarakat"

MENETAPKAN BUKTI

Pada tingkat yang paling dasar, bukti dpt diartikan sebagai "fakta atau informasi
yang ada yang menunjukkan apakah suatu keyakinan atau proposisi itu benar atau
benar." Bagi profesional kesehatan masyarakat, bukti adalah beberapa bentuk data
- termasuk data epidemiologis (kuantitatif), hasil evaluasi program atau kebijakan,
dan data kualitatif - untuk digunakan dalam membuat keputusan atau keputusan
36 (Gambar 1-2). Bukti kesehatan masyarakat biasanya merupakan hasil dari
siklus observasi, teori, dan eksperimen yang kompleks. Namun, nilai bukti ada di
mata yang melihatnya (mis., Kegunaan bukti mungkin berbeda menurut jenis
pemangku kepentingan). Bukti medis tidak hanya mencakup penelitian tetapi juga
karakteristik pasien, kesiapan pasien untuk menjalani terapi, dan nilai-nilai
masyarakat. Pembuat kebijakan mencari konsekuensi distribusi (yaitu, siapa yang
harus membayar, berapa banyak, dan apa yang bermanfaat). Bukti biasanya tidak
sempurna seperti dicatat oleh Muir Gray, "Tidak adanya bukti yang bagus tidak
membuat pengambilan keputusan berbasis bukti menjadi tidak mungkin; Yang
dibutuhkan adalah bukti terbaik yang tersedia bukan bukti terbaik yang
diharapkan.
Terdapat beberapa jenis bukti ilmiah untuk praktik kesehatan masyarakat (Tabel 1-1). Bukti
tipe 1 menunjukkan penyebab penyakit dan besarnya, tingkat keparahan, dan pencegahan
faktor risiko dan penyakit. Ini menunjukkan bahwa "Sesuatu harus dilakukan" tentang
penyakit tertentu atau faktor risiko. Bukti tipe 2 menggambarkan dampak relatif dari
intervensi spesifik "Secara khusus, ini harus dilakukan." Bukti tipe 3 menunjukkan
bagaimana, dan di bawah intervensi kondisi kontekstual apa yang diterapkan dan bagaimana
penerimaannya, sehingga menginformasikan "bagaimana sesuatu harus dilakukan”. Akan
tetapi konteks untuk bukti Tipe 3 memiliki lima domain yang saling tumpang tindih (Tabel 1-
2).

Pertama, ada karakteristik populasi sasaran untuk intervensi, seperti tingkat pendidikan dan
riwayat kesehatan. Selanjutnya, variabel interpersonal memberikan konteks yang penting.
Misalnya, seseorang dengan riwayat kanker keluarga mungkin lebih cenderung menjalani
skrining kanker. Ketiga, variabel organisasi harus dipertimbangkan. Misalnya, apakah sebuah
institusi berhasil dalam melaksanakan program yang diindikasikan akan dipengaruhi oleh
kapasitasnya. Keempat, norma dan budaya sosial diketahui membentuk banyak perilaku
kesehatan seseorang. Dan yang kelima kekuatan politik dan ekonomi akan mempengaruhi
konteks. Misalnya, kejadian penyakit tertentu dapat mempengaruhi pandangan politik suatu
negara untuk mengatasi masalah tersebut secara bermakna dan sistematis.

Tantangan terkait bukti kesehatan masyarakat. “Bukti” untuk kesehatan masyarakat


digambarkan “jarang, tersebar, dan berbeda-beda”. Jarang maksudnya sedikit sekail evaluasi
yang dilakukan dengan baik tentang “bagaimana dampak intervensi kesehatan masyarakat”
(bukti Tipe 2) diterapkan di berbagai kelompok masyarakat (bukti Tipe 3). Tersebar
maksudnya bukti dampak kesehatan lingkungan dapat ditemukan di jurnal transportasi atau
perencanaan. Akhirnya, bukti kesehatan masyarakat menjadi berbeda-beda karena sebagian
besar intervensi berasal dari "eksperimen alami" yang pada umumnya berbentuk studi
observasional dimana peneliti tidak dapat mengendalikan atau menahan alokasi sebuah
intervensi terhadap area atau komunitas tertentu.

Triangulasi bukti dilakukan dengan melibatkan pengumpulan bukti dari berbagai sumber
untuk mendapatkan masukan tentang topik tertentu. Triangulasi bukti dilakukan dengan
menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif. Meskipun data kuantitatif memberikan
kesempatan bagus untuk menentukan bagaimana variabel terkait namun data ini memberikan
sedikit pemahaman mengapa hubungan tersebut terjadi. Disisi lain, data kualitatif membantu
memberikan informasi untuk menjelaskan temuan kuantitatif

Perbedaan budaya dan geografis. Pendekatan konseptual muncul dari dasar epistemologis
positivisme logis, yang menemukan makna melalui pengamatan dan pengukuran yang teliti.
Cavill dan rekannya membandingkan intervensi berbasis bukti di seluruh negara di Eropa,
dan menunjukkan bahwa sebagian besar basis bukti di beberapa wilayah terbatas pada
pengamatan empiris. Bahkan di negara-negara yang lebih maju (termasuk Amerika Serikat),
informasi yang dipublikasikan di jurnal peer-review atau data yang tersedia melalui situs web
dan organisasi resmi mungkin tidak mewakili semua populasi yang diminati secara memadai.

Pengguna EBPH

Di sini ada empat kelompok pengguna seperti yang didefinisikan oleh Fielding di Brownson
dkk. Yang pertama mencakup praktisi kesehatan masyarakat dengan tanggung jawab
eksekutif dan manajerial dimana dalam praktiknya, praktisi kesehatan masyarakat sering
memiliki pilihan yang relatif sempit. Yang kedua terdiri dari pembuat kebijakan di tingkat
lokal, regional, negara bagian, nasional, dan internasional. Mereka dihadapkan pada
keputusan tingkat makro tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya publik untuk
pelaksanaan pelayanan. Kelompok ini memiliki tanggung jawab tambahan untuk membuat
kebijakan mengenai isu publik yang kontroversial. Yang ketiga terdiri dari pemangku
kepentingan yang akan terpengaruh oleh intervensi apapun. Ini termasuk publik, terutama
mereka yang memilih, dan juga kelompok kepentingan yang dibentuk untuk mendukung atau
menentang kebijakan tertentu. Yang keempat terdiri dari peneliti mengenai asalah kesehatan
penduduk. Mereka mengembangkan dan menggunakan bukti untuk menjawab pertanyaan
penelitian.

Persamaan antara EBPH dan EBM

Evidence Based Medicine / EBM) diperkenalkan secara resmi pada tahun 1992. Asal-usulnya
dapat ditelusuri kembali ke karya manuskrip Cochrane, yang mencatat bahwa banyak
perawatan medis tidak memiliki keefektifan ilmiah. Prinsip dasar EBM adalah untuk
menghilangkan pengalaman klinis yang tidak sistematis dan memberi penekanan lebih besar
pada bukti dari penelitian klinis. Ada perbedaan penting antara pendekatan berbasis bukti
dalam kedokteran dan kesehatan masyarakat. Diantaranya, tipe dan volume buktinya berbeda.
Studi medis tentang obat-obatan dan prosedur sering bergantung pada percobaan terkontrol
acak pada individu. Sebaliknya, intervensi kesehatan masyarakat biasanya bergantung pada
penelitian cross-sectional, desain kuasi eksperimental, dan analisis deret waktu. Studi ini
terkadang tidak memiliki kelompok pembanding dan memerlukan lebih banyak usaha dalam
interpretasi hasil. Studi berbasis populasi umumnya memerlukan periode waktu yang lebih
lama antara intervensi dan outcome. Tidak seperti kedokteran, kesehatan masyarakat
bergantung pada berbagai disiplin ilmu dan tidak ada satu kredensial akademis yang
"memberi sertifikasi" praktisi kesehatan masyarakat, walaupun upaya untuk membangun
kepercayaan (melalui pemeriksaan) sedang dilakukan. Tingkat heterogenitas yang lebih tinggi
ini berarti bahwa banyak perspektif terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang lebih
rumit.

KARAKTERISTIK KUNCI EBPH

Karakteristik kunci dari berbagai atribut EBPH ini meliputi:

 Membuat keputusan berdasarkan bukti peer-review terbaik yang tersedia (baik


penelitian kuantitatif maupun kualitatif)
 Menggunakan sistem data dan informasi secara sistematis
 Menerapkan kerangka kerja perencanaan program
 Melibatkan masyarakat dalam penilaian dan keputusan
 Melakukan evaluasi yang baik
 Menyebarluaskan apa yang dipelajari kepada pemangku kepentingan utama dan
pengambil keputusan

Penggunaan Sistem Data dan Informasi

Data terkait kesehatan masyarakat dan populasi biasanya tidak tersedia dan tidak terekam.
Beberapa upaya awal sedang dilakukan untuk mengembangkan sistem pengawasan kebijakan
kesehatan masyarakat.

Penggunaan Pendekatan Perencanaan Programatis

Ketika sebuah pendekatan diputuskan, berbagai kerangka kerja perencanaan dan teori dapat
diterapkan. Sebagai contoh, model ekologi atau system. Model ini menunjukkan pentingnya
mengatasi masalah pada berbagai tingkat dan menekankan interaksi dan integrasi faktor-
faktor di dalam dan di semua tingkatan - baik individu, interpersonal, masyarakat, organisasi,
dan pemerintah. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat,
serta menyediakan informasi dukungan kesehatan dan dukungan sosial untuk memungkinkan
orang menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Adapun intervensi yang efektif paling sering
didasarkan pada teori perilaku kesehatan.

Terjadinya Keterlibatan Masyarakat

Pendekatan berbasis masyarakat melibatkan anggota masyarakat dalam penelitian dan


intervensi serta menunjukkan kemajuan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan
mengatasi kesenjangan kesehatan. Praktisi, akademisi, dan anggota masyarakat secara
kolaboratif mendefinisikan isu-isu yang menjadi perhatian, mengembangkan strategi untuk
intervensi, dan mengevaluasi hasilnya. Pendekatan ini dibangun berdasarkan sumber daya
yang ada, memfasilitasi kolaborasi antara semua pihak, dan mengintegrasikan pengetahuan
dan tindakan yang berusaha menghasilkan distribusi manfaat yang adil dari intervensi bagi
semua mitra.

Diikutinya Prinsip Evaluasi Sistematis

Seringkali dalam kesehatan masyarakat, program dan kebijakan diimplementasikan tanpa


banyak memperhatikan evaluasi sistematis. Selain itu, meski program tidak efektif, terkadang
juga berlanjut karena pertimbangan historis atau politis. Rencana evaluasi harus dilakukan
pada awal pengembangan program dan harus mencakup evaluasi formatif dan hasil. Evaluasi
program ini juga menggambarkan penggunaan data kualitatif dan kuantitatif dalam menyusun
evaluasi.

Hasil didiseminasikan kepada pihak lain yang harus mengetahui hasil tersebut

Jika sebuah program atau kebijakan telah dilaksanakan dan hasil akhirnya diketahui, maka
orang lain dapat menggunakan hasil tersebut sebagai bukti dalam pengambilan keputusan.
Diseminasi dapat dilakuakn melalui literatur ilmiah, melalui media, melalui pertemuan
pribadi, dan melalui kursus pelatihan. Intervensi berupa diseminasi yang efektif diperlukan
dalam berbagai pengaturan, termasuk sekolah, tempat kerja, pengaturan perawatan kesehatan,
dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.

PENDEKATAN DAN ALAT ANALITIK UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN EBPH

Alat dan perencanaan analitis yang selalu ada, dapat membantu praktisi dalam menjawab
pertanyaan seperti:

 Apa ukuran masalah kesehatan masyarakat?


 Apakah ada intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah ini?
 Informasi apa yang membantu dalam situasi yang dihadapi?
 Apakah program tertentu layak dilakukan, dan apakah ini akan memberi hasil
investasi yang memuaskan, diukur dalam persyaratan moneter atau dampak
kesehatan?

Surveilans Kesehatan Masyarakat

Surveilans kesehatan masyarakat merupakan alat penting bagi mereka yang menggunakan
EBPH. Ini melibatkan pengumpulan, analisis, dan interpretasi sistematis terhadap data
kesehatan yang spesifik, yang terintegrasi secara ketat dengan penyebaran data secara tepat
waktu kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mencegah dan mengendalikan penyakit
atau cedera. Sistem surveilans kesehatan masyarakat harus memiliki kapasitas untuk
mengumpulkan dan menganalisis data, menyebarkan data ke program kesehatan masyarakat,
dan secara teratur mengevaluasi keefektifan penggunaan data yang disebarluaskan.

Tinjauan Sistematik dan Pedoman “Berbasis Bukti”

Tinjauan sistematis adalah sintesis kumpulan informasi komprehensif mengenai topik


tertentu. Penggunaan metode eksplisit dan sistematis membatasi bias dan mengurangi efek
kebetulan, sehingga memberikan hasil yang dapat diandalkan untuk mengambil keputusan.
Salah satu rangkaian ulasan yang paling berguna untuk intervensi kesehatan masyarakat
adalah Panduan untuk Layanan Pencegahan Masyarakat (Community Guide), yang
memberikan gambaran umum literatur ilmiah saat ini melalui metode yang terdefinisi dengan
baik dimana studi dapat dilakukan sendiri. Communitty Guide mencari jawaban tentang:

(1) Intervensi apa yang telah dievaluasi dan apa dampaknya?


(2) Aspek intervensi apa yang dapat membantu pengguna memilih diantara seperangkat
intervensi yangn dinilai efektif?
(3) Berapa biaya intervensi ini, dan bagaimana biaya ini dibandingkan dengan dampak
kesehatan yang mungkin terjadi?

Tinjauan sistematis yang baik harus memungkinkan praktisi memahami kondisi kontekstual
lokal yang diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan.

Evaluasi Ekonomi

Merupakan komponen penting dalam evidence based, CEA dapat menyarankan intervensi
alternative dan menjadi hal yang penting dalam bagi peneliti, praktisi dan pembuat
kebijakan.Investasi ekonomi dalam kaitannya dengan sebuah intervensi dbandingkan dengan
dampak dari kesehatan.

Health Impact Assesment (Penilaian Dampak Kesehatan)

Metode yang cukup baru untuk melihat kemungkinan dampak kebijakan atau intervensi di
sektor non kesehatan. Memastikan keterlibatan pemangku kepentingan terkait, HIA juga
digunakan untuk menilai potensi dampak dari banyak kebijakan dan program kesehatan

Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif yang secara aktif melibatkan anggota masyarakat dalam penelitian
dan proyek intervensi menunjukkan janji dalam melibatkan masyarakat di EBPH. Praktisi,
akademisi, dan anggota masyarakat secara kolaboratif mendefinisikan isu-isu dari concern,
mengembangkan strategi untuk intervensi, dan mengevaluasi hasilnya. Pendekatan ini
menggantungkan pada masukan "pemangku kepentingan", membangun pada sumber daya
yang ada, memfasilitasi kolaborasi antara semua pihak, dan mengintegrasikan pengetahuan
dan tindakan yang, diharapkan, akan menghasilkan distribusi yang adil dari manfaat
intervensi atau proyek untuk semua pihak. Pemangku kepentingan, atau pemain kunci, adalah
individu atau agensi yang memilikinya suatu kepentingan dalam masalah yang ada. Dalam
pengembangan kebijakan kesehatan, untuk Misalnya, pembuat kebijakan adalah pemangku
kepentingan yang sangat penting. Pemangku kepentingan seharusnya termasuk mereka yang
berpotensi menerima, menggunakan, dan mengambil manfaat dari program atau kebijakan
sedang dipertimbangkan. Seperti dijelaskan pada Bab 5, tiga kelompok pemangku
kepentingan: orang yang mengembangkan program, orang-orang yang terkena dampak
intervensi, dan orang yang menggunakan hasil evaluasi program Pendekatan partisipatif
mungkin juga memperlihatkan tantangan dalam mengikuti prinsip EBPH, terutama dalam
mencapai kesepakatan di mana pendekatan yang paling tepat untuk menangani kesehatan
tertentu
masalah.

PENDEKATAN UNTUK MENINGKATKAN PENGGUNAAN BUKTI DALAM


PRAKTIK KESEHATAN MASYARAKAT

Memperkuat kompetensi EBPH perlu mempertimbangkan beragam latar belakang pendidikan


dan latar belakang pelatihan dari tenaga kerja. Penekanan pada prinsip - prinsip
EBPH tidak diajarkan secara seragam di semua disiplin ilmu yang terwakili dalam tenaga
kerja kesehatan masyarakat. Misalnya, perawat kesehatan masyarakat mungkin memiliki
kurang pelatihan dalam bagaimana melokasikan bukti terbaru dan menafsirkan alternatif
daripada seorang ahli epidemiologi. Seorang pendidik kesehatan yang baru lulus dengan gelar
master kesehatan masyarakat lebih mungkin mendapatkan pemahaman tentang pentingnya
EBPH daripada seorang spesialis kesehatan lingkungan yang memiliki gelar sarjana.
Mungkin kurang dari setengah petugas kesehatan masyarakat memiliki pelatihan formal di
disiplin kesehatan masyarakat seperti epidemiologi atau pendidikan kesehatan. Bahkan lebih
kecil lagi persentase dari para profesional ini yang telah memiliki pelatihan formal dari
sekolah kesehatan masyarakat atau program kesehatan masyarakat lainnya. Saat ini,
nampaknya sedikit departemen kesehatan masyarakat telah melanjutkan pendidikan tentang
EBPH wajib.

Sementara konsep formal EBPH relatif baru, keterampilan dasarnya tidak baru. Misalnya,
mengkaji literatur ilmiah untuk bukti dan evaluasi sebuah intervensi program adalah
keterampilan yang sering diajarkan dalam program pascasarjana dalam kesehatan masyarakat
atau disiplin akademis lainnya, dan itu adalah blok bangunan dari praktek kesehatan
masyarakat. Kerangka kerja terapan yang paling sering digunakan dalam EBPH adalah
mungkin dari Brownson dan rekannya (Gambar 1-4), yang menggunakan proses tujuh tahap.
Proses tersebut yang digunakan dalam menerapkan kerangka kerja ini bersifat nonlinier dan
memerlukan banyak pengulangan.
Kompetensi untuk praktik kesehatan masyarakat yang lebih efektif menjadi lebih jelas.
Misalnya, untuk melaksanakan proses EBPH, keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan berbasis bukti memerlukan seperangkat kompetensi spesifik (Tabel 1-3).

Untuk membahas kompetensi ini dan yang serupa, program pelatihan EBPH telah berjalan
dikembangkan di Amerika Serikat untuk profesional kesehatan masyarakat di badan
kesehatan negara bagian, departemen kesehatan setempat, dan organisasi berbasis
masyarakat, dan program serupa telah dikembangkan di negara lain. Beberapa program
menunjukkan bukti efektivitas. Format yang paling umum menggunakan didaktik sesi, lab
komputer, dan latihan berbasis skenario, yang diajarkan oleh tim pengajar dengan keahlian
dalam EBPH. Jangkauan program pelatihan ini dapat ditingkatkan dengan menekankan
pendekatan train-the-trainer. Format lain telah digunakan, termasuk Pembelajaran mandiri
berbasis internet, CD-ROM, jaringan pembelajaran jarak jauh dan terdistribusi, dan bantuan
teknis yang ditargetkan. Program pelatihan mungkin memiliki dampak lebih besar ketika
disampaikan oleh "agen perubahan" yang dianggap sebagai pakar namun membagikan
karakteristik umum dan tujuan dengan peserta pelatihan. Sebuah komitmen dari
kepemimpinan dan staf untuk pembelajaran seumur hidup juga merupakan unsur penting
untuk sukses dalam latihan.

Implementasi dari pelatihan untuk memenuhi kompetensi EBPH seharusnya memperhatikan


prinsip dari pembelajaran orang dewasa. Isu-isu ini baru-baru ini diartikulasikan oleh Bryan
dan rekannya, yang menyoroti kebutuhan untuk (1) tahu mengapa audience belajar; (2)
memanfaatkan motivasi yang mendasar untuk belajar dari kebutuhan untuk memecahkannya
masalah; (3) menghormati dan membangun pengalaman sebelumnya; (4) mendesain
pembelajaran

1. Penilaian 2.Mengembangkan sebuah


Masyarakat pernyataan awal dari isu

7. Evaluasi Program 3. Mengkuantifikasi isu


atau kebijakan

6. Mengembangkan sebuah 4. Menentukan apa yang


rencana aksi dan diketahui melalui literatur
menerapkan interpensi ilmiah

5. Mengembangkan Dan
memprioritaskan opsi
program dan kebijakan

Gambar 1.4. Pendekatan Pelatihan Untuk EBPH

Table 1-3; Kompetensi dalam Kesehatan Masyarakat didasari Evidence

No Domain Kompetensi

1 Input komunitas Memahami pentingnya memperoleh input


komunitas sebelum perencanaan dan
pengimplementasian intervensi didasari bukti
2 Pengetahuan etiologis Memahami hubungan antara faktor risiko dan
penyakit
3 Penilaian komunitas Memahami bagaimana mendefinisikan isu
kesehatan menurut kebutuhan dan aset dari
populasi/komunitas interest
4 Kemitraat pada berbagai level Memahami pentingnya mengindentifikasi dan
membangun kemitraan untuk menangani isu
dengan stratedi didasari evidence pada berbagai
level
5 Mengembangkan sebuah penyataan Memahami pentingnya membangung pernyataan
tepat dari masalah yang tepat dari isu untuk membangun dukungan
terhadapnya
6 Berikan kebutuhan penulisan Mengenali pentingnya kemampuan penulisan
grant termasuk langkah-langkah yang terkait
dalam proses aplikasi
7 Pencarian literatur Memahami proses untuk pencarian literatur ilmiah
dan mengikhtisarkan informasi yang diambil dari
pencarian pada isu kesehatan
8 Kepemimpinan dan Bukti Mengenali pentingnya kepemimpinan yang kuat
dari profesional kesehatan masyarakat mengenai
kebutuhan dan pentingnya intervensi kesehatan
masyarakat berbasis bukti
9 Peran dari teori ilmiah prilaku Memahami peran teori ilmiah prilaku dalam
mendesain, mengimplementasi dan mengevaluasi
intervensi
10 Kepemimpinan pada semua level Memahami pentingnya komitmen dari semua level
kepemimpinan kesehatan masyarakan untuk
meningkatkan penggunaan intervensi didasari
bukti
11 Evaluasi dalam “plain english” Mengenali pentingnya penerjemahan dampak dari
program atau kebijakan yang dapat dipahami oleh
komunitas, sektor praktis dan pembuat kebijakan
12 Kepemimpinan dan perubahan Mengenali pentingnya kepemimpinan efektif dari
profesional kesehatan masyarakan ketika membuat
keputusan dalam lingkungan perubahahan
13 Menerjemahkan intervensi didasari Memahami pentingnya penerjemahan intervensi
bukti didasari evidense untuk setting dunia nyata yang
unik
14 Mengkuantifikasi isu Memahami pentingnya epidemologi deskriptif
(konsep orang, tempat, waktu) dalam
mengkuantifikasi isu kesehatan publik.
15 Mengembangkan rencana aksi untuk Memahami pentingnya mengembangkan rencana
program dan kebijakan aksi yang menggambarkan bagaimana tujuan dan
sasaran akan dicapai, sumber yang diperlukan, dan
tanggung jawab dalam mencapai tujuan yang
ditugaskan

16 Prioritas isu kesehatan memahami bagaimana memilih dan menerapkan


kriteria yang tepat dan proses untuk prioritas
program dan kebijakan

17 Evaluasi kulaitatif Mengenali nilai dari pendekatan evaluasi kualitatif


termasuk langkah langkahada ndalam melakukan
evaluasi kualitatif
18 Kemitraan kolaboraso Memahami pentingnya kemitraan kolaborasi
antara peneliti dan praktisi saat merancang,
menerapkan dan mengevaluasi kebijakan dan
program berbasis bukti
19 Kemitraan non tradisional Memahami pentingnya kemitraan tradisional
seperti yang selama ini dianggap non tradisional
seperti perencana, bagian transportasi dan lainnya
20 Sistematik review Memahami alasan, kegunaan dan fungsi sistematik
review sebagai intervensi dokumen yang efektif
21 Evaluasi kuantitatif Mengenali pentingnya pendekatan evaluasi
kuantitatif termasuk konsep pengukuran validitas
dan reabilitas
22 Ketrampilan menulis hibah Menunjukkan kemampuan untuk menyusun hibah
termasuk garis besar dari langkah-langkah yang
terlibat dalam proses aplikasi
23 Peran evaluasi ekonomi Mengenali pentingnya menggunakan data
ekonomi dan strategi untuk mengevaluasi biaya
dan hasil saat membuat keputusan
24 Membuat policy brief Memahami pentingnya menulis policy brief untuk
mengatasi masalah dengan menggunakan
intervensi berbasis bukti
25 Desain evaluasi Memahami berbagai desain yang berguna dalam
program evaluasi dengan fokus khusus pada
desain quasi eksperimental
26 Meneruskan bukti berbasis penelitian Memahami pentingnya tampil dengan cara yang
kepada pembuat kebijakan kreatif dalam meneruskan apa yang kita tahu
bekerja kepada pembuat kebijakan untuk menarik
minat, dukungan politik dan pendanaan

Pendekatan Pelatihan pada Evidence Based Public Health

1. Community Asessment (penilaian masyarakat)


Biasa dilakukan sebelum sebuah program atau kebijakan dikembangkan, berusaha
memahami masalah kesehatan masyrakat dan prioritas yang diberikan kepada
masyarakat. Melakukan identifikasi terhadap sumber daya yang ada, data dapat
dikumpulkan secara kualitatif dan kuantitatif seperti kuesioner dan wawancara.
2. Developing an Initial Statement of the Issue ( Mengembangkan pernyataan awal
dari masalah)
Membuat pernyataan ringkas yang menggambarkan masalah yang ada termasuk kekuatan
dan kelemahan, kesempatan dan ancaman dari luar dan visi di masa yang akan datang
3. Mengukur masalah
Identifikasi sumber data yang ada, seperti data deskriptif dapat berupa data vital seperti
kelahiran dan kematian, sistem surveilans, survei atau penelitian nasional. Studi deskriptif
terdapat dalam beberapa bentuk. Dalam kesehatan masyarakat, tipe yang paling umum
dalam studi deskriptif melibatkan survei sampel ilmiah yang valid dari populasi yang
diminati. Studi cross sectional ini tidak dimaksudkan untuk mengubah status
kesehatan(seperti intervensi) tetapi berfungsi untuk mengukur prevalensi perilaku,
karakteristik, paparan dan penyakit pada satu periode waktu dalam populasi. Informasi ini
dapat bermanfaat untuk memahami cakupan masalah kesehatan masyarakat. Studi
deskriptif biasanya memberikan informasi tentang pola terjadinya sesuai karakteristik
seperti usia, kelamin, suku, tempat dan waktu. Selain itu dalam keadaan tertentu data
cross sectional dapat memberikan informasi untuk digunakan dalam desain studi
analitik( misalnya data dasar untuk megevaluasi efektivitas intervensi kesehaatn
masyarakat
4. Menentukan apa yang diketahui melalui literature ilmiah
Database yang tersedia untuk studi literature seperti medline, medlars, pubmed, psyinfo,
current contents, healthstar dan cancerlit. Namun perlu diketahui banwa tidak semua studi
dapat ditemukan dalam literature yang diterbitkan
5. Mengembangkan dan memprioritaskan pilihan program
Ada beberapa asumsi atau konteks yang mendasari setiap pengembangan pilihan.
Pertimbangan ini menjadi fokus lima bidang utama: politik / peraturan, ekonomi, nilai
sosial, demografi, dan teknologi. Secara khusus, penting untuk menilai dan memantau
proses politik kapan mengembangkan pilihan kebijakan kesehatan. Untuk melakukannya,
masukan "pemangku kepentingan" mungkin berguna. Pemangku kepentingan untuk
sebuah kebijakan mungkin adalah pembuat kebijakan kesehatan, sedangkan stake-
pemegang koalisi berbasis masyarakat mungkin menjadi komunitas anggota. Dalam kasus
kebijakan kesehatan, pembuat kebijakan yang mendukung seringkali dapat melakukannya
memberikan saran mengenai waktu inisiatif kebijakan, metode untuk membingkai isu,
strategi untuk mengidentifikasi sponsor, dan cara untuk mengembangkan dukungan di
antara masyarakat umum. Dalam kasus intervensi masyarakat, perencanaan tambahan
data mungkin termasuk wawancara informan kunci, kelompok fokus, atau anggota koalisi
survei.
6. Mengembangkan Rencana Aksi dan Melaksanakan Intervensi

Aspek proses ini kembali menangani sebagian besar masalah perencanaan strategis.
Sekali pilihan telah dipilih, satu set tujuan dan sasaran harus dikembangkan. Tujuan
adalah perubahan jangka panjang yang diinginkan dalam status prioritas kebutuhan
kesehatan, dan tujuannya adalah aktivitas jangka pendek, terukur, spesifik yang mengarah
pada pencapaian tujuan. Jalannya tindakan menggambarkan bagaimana tujuan dan
sasaran akan tercapai, sumber daya apa yang dibutuhkan, dan bagaimana tanggung jawab
untuk mencapai tujuan akan ditetapkan.

7. Mengevaluasi Program atau Kebijakan

Secara sederhana, evaluasi adalah penentuan sejauh mana tujuan dan sasaran program
atau kebijakan terpenuhi. Jika mereka mengikuti rancangan penelitian, sebagian besar
program dan kebijakan kesehatan masyarakat sering dievaluasi melalui rancangan "kuasi
eksperimental" (yaitu, tugas acak yang tidak dilakukan terhadap kelompok intervensi dan
pembanding). Secara umum, desain evaluasi terkuat mengakui peran evaluasi kuantitatif
dan kualitatif. Selanjutnya, desain evaluasi harus fleksibel dan cukup sensitif untuk
menilai perubahan antara, bahkan perubahan yang tidak sesuai dengan perilaku.
Perubahan asli terjadi secara bertahap dari waktu ke waktu, dengan cara yang seringkali
tidak terlihat oleh intervensi yang terlalu dekat.

Kerangka tujuh tahap EBPH yang dirangkum dalam bab ini serupa dengan sebuah
pendekatan delapan langkah yang pertama kali dideskripsikan oleh Jenicek. Langkah
logis tambahan berfokus pada pengajaran orang lain bagaimana mempraktikkan EBPH.
Tabel 1-4. Potensi Hambatan dan Solusi untuk Penggunaan Pengambilan Keputusan
Berbasis Bukti dalam Kesehatan Masyarakat

Rintangan Potensi solusi


Kurangnya sumberdaya Komitmen untuk meningkatkan pendanaan
untuk pencegahan dan perbaikan kekurangan
staf
Kurangnya kepemimpinan dan Komitmen dari semua lapisan pimpinan
ketidakstabilan dalam menetapkan agenda kesehatan masyarakat untuk meningkatkan
yang jelas dan terfokus untuk pendekatan pemahaman nilai pendekatan EBPH
berbasis bukti
Kurangnya insentif untuk menggunakan Identifikasi cara baru membentuk budaya
pendekatan berbasis bukti organisasi untuk mendukung EBP
Kurangnya pandangan "cakrawala" jangka Adopsi dan kepatuhan terhadap kerangka
panjang untuk implementasi dan evaluasi kerja kausal dan rencana evaluasi formatif
program
Tekanan eksternal (termasuk politik) Komunikasi dan diseminasi yang sistematis
mendorong proses ini menjauh dari strategi
pendekatan berbasis bukti
Pelatihan yang tidak memadai dalam disiplin Penyebaran program pelatihan baru dan
kesehatan masyarakat utama mapan yang lebih luas, termasuk penggunaan
teknologi pembelajaran jarak jauh
Kurangnya waktu mengumpulkan informasi, Peningkatan keterampilan untuk analisis dan
menganalisa data, dan meninjau literatur tinjauan yang efisien terhadap literatur,
untuk bukti kemampuan mencari komputer, penggunaan
ulasan sistematis
Kurangnya bukti tentang efektivitas Peningkatan pendanaan untuk penelitian
intervensi kesehatan masyarakat tertentu kesehatan masyarakat; Penyebarluasan
untuk populasi khusus temuan lebih baik
Kurangnya informasi tentang pelaksanaan Penekanan yang lebih besar pada
intervensi membangun basis bukti untuk validitas
eksternal

BARRIERS UNTUK PENGGUNAAN BUKTI YANG LEBIH LUAS DALAM BUKTI


PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Ada beberapa hambatan untuk penggunaan data dan proses analitik yang lebih efektif dalam
pengambilan keputusan (Tabel 1-4). Pendekatan yang mungkin untuk mengatasi hambatan ini
telah dibahas oleh orang lain. Kepemimpinan diperlukan dari praktisi kesehatan masyarakat
mengenai kebutuhan dan pentingnya pengambilan keputusan berdasarkan bukti.
Kepemimpinan seperti itu terbukti dalam program pelatihan, seperti jaringan kepemimpinan
regional untuk praktisi kesehatan masyarakat, dan upaya berkelanjutan untuk
mengembangkan dan menyebarkan pedoman berbasis bukti untuk intervensi.
RINGKASAN

Keberhasilan pelaksanaan EBPH dalam praktik kesehatan masyarakat adalah sains dan seni.
Ilmu pengetahuan ini dibangun berdasarkan penelitian epidemiologi, perilaku, dan kebijakan
yang menunjukkan ukuran dan cakupan masalah kesehatan masyarakat dan intervensi mana
yang mungkin efektif dalam menangani masalah ini. Seni pengambilan keputusan sering kali
melibatkan mengetahui informasi apa yang penting bagi pemangku kepentingan tertentu pada
waktu yang tepat. Tidak seperti memecahkan masalah matematika, keputusan penting dalam
kesehatan masyarakat harus menyeimbangkan sains dan seni, karena pengambilan keputusan
berbasis bukti yang rasional seringkali melibatkan pemilihan satu alternatif dari beberapa
pilihan rasional. Dengan menerapkan konsep EBPH yang diuraikan dalam bab ini dan buku,
pengambilan keputusan dan, akhirnya, praktik kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

Poin Utama Bab

1. Untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang berbasis bukti
2. Ada beberapa perbedaan penting antara EBPH dan disiplin klinis, termasuk banyaknya
bukti, desain penelitian yang digunakan untuk menginformasikan penelitian, konteks
dimana intervensi diterapkan dan pelatihan dans ertifikasi professional.
3. Komponen utama EBPH termasuk membuat keputusan berdasarkan pilihan yang terbaik,
menerapkan kerangka perencanaan program dan melibatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan, melakukan evaluasi dan menyebarluaskan apa yang sudah
dipelajari
4. Berbagai alat dan pendekatan analitik yang dapat meningkatkan penggunaan EBPH
termasuk surveilans kesehatan masyarakat, systematic review, evaluasi ekonomi,
penilaian dampak kesehatan dan pendekatan partisipasi.
5. Untuk meningkatkan diseminasi dan implementasi EBPH, perlu dilihat tantangan yang
hasrus dipertimbangkan seperti budaya organisasi, peran kepemimpinan, tantangan
politik, pendanaan, kebutuhan pelatihan tenaga kerja.

Websites yang digunakan

1. American Public Health Association, organisasi professional kesehatan masyarkat tertua


di dunia yang telah banyak mempengaruhi kebijakan dalam kesehatan masyarakat sejak
1872
2. Evidence based behavioral practice,berisi module proses EBPH, sistematik review,
penilaian dan RCT
3. Canadian task force on preventive health care, menyediakan panduan praktis bagi
penyedia layanan kesehatan, perencana
4. Cancer control planet, portal yang menyediakan data terkait program kanker
5. CDC community health resources, memberikan akses bagi perencanaan, implementasi,
evaluasi intervensi kesehatan masyarakat dan program mengatasi penyakit kronis dan isu
disparitas kesehatan.
6. The Guide to Community Preventive services, memberikan panduan dalam memilih
program dan kebijakan berbasis bukti untuk memperbaiki kesehatan dan mencegah
penyakit di tingkat masyarakat. Tugas untuk Layanan Pencegahan Masyarakat, badan
sukarelawan publik dan kesehatan independen independen yang ditunjuk oleh direktur
Centers for Disease Control and Prevention, secara sistematis telah meninjau lebih dari
200 intervensi untuk menghasilkan rekomendasi dan temuan yang ada di situs ini. Topik
yang dibahas dalam Panduan saat ini mencakup kesehatan remaja, alkohol, asma, cacat
lahir, kanker, diabetes, HIV / AIDS, IMS dan kehamilan, kesehatan mental, kendaraan
bermotor, gizi, obesitas, kesehatan mulut, aktivitas fisik, lingkungan sosial, tembakau. ,
vaksin, kekerasan, dan tempat kerja.
7. John Hopkins Center for Global Health, mempertahankan daftar jaringan yang luas untuk
organisasi kesehatan global dan sumber daya. Situs ini berisi data statistik kesehatan
menurut negara, termasuk informasi latar belakang tentang negara dan statistik kesehatan
dasar.
8. National Registry of Evidence based programs and practices, dikembangkan oleh
Penyalahgunaan Zat dan Administrasi Pelayanan Kesehatan Mental, NREPP adalah
database intervensi yang dapat dicari untuk pencegahan dan penanganan gangguan
penggunaan mental dan zat. Intervensi telah ditinjau dan dinilai oleh pengulas
independen.
9. Partnership for Prevention,bekerja untuk menekankan pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan dalam kebijakan dan praktik nasional, Partnership for Prevention adalah
asosiasi keanggotaan bisnis, organisasi nirlaba, dan lembaga pemerintah. Situs ini
mencakup panduan tindakan yang menerjemahkan beberapa rekomendasi Panduan
Komunitas ke dalam panduan penerapan yang mudah diikuti.
10. US Preventive task force melakukan tinjauan standar atas bukti ilmiah untuk efektivitas
berbagai layanan pencegahan klinis, termasuk skrining, konseling, dan pengobatan
pencegahan. Rekomendasinya dianggap sebagai "standar emas" untuk layanan
pencegahan klinis di Amerika Serikat. Tersedia di situs ini adalah rekomendasi klinis
USPSTF berdasarkan topik dan panduan saku untuk Panduan untuk Layanan Pencegahan
Klinik, 2009.
11. UCLA Health Impact Asessment Clearinghouse learning, situs ini berisi ringkasan
penilaian dampak kesehatan (HIA) yang dilakukan di Amerika Serikat, berita terkait HIA,
dan informasi tentang metode dan alat HIA. Manual pelatihan online disediakan.

Organisasi Kesehatan Dunia memberikan panduan dan ujian penilaian kesehatan (HIA)
dari beberapa negara. Banyak link disediakan untuk membantu dalam memahami dan
melakukan HIA.

Anda mungkin juga menyukai