Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Buku ini ditulis oleh Abbas As-Siisi dibuat saat Mesir sedang terjadi kegaduhan,
diguncang oleh aksi ganas dan kekerasan oleh beberapa kelompok ekstrem. Buku ini
bermaksud membersihkan tindakan tersebut dengan bijak, menunjukan jalan melalui
hati untuk mencapai keridhoan Allah.
“Maka sebab rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras dan berlaku kasar, tentulah mereka menjauhi diri darimu.” (Ali-
Imran:159).
Ibadah menurut sebagian kalangan hanya bentuk lahiriah saja, padahal ibadah
mencangkup misi dan dakwah. Karena melemahnya peranan sosial, maka dia tak akan
memyentuh lapisan masyarakat. Tidak akan bisa mencampurkan dan memberi warna Islam
di tengah-tengah masyarakat. Maka mendesaklah, masyarakat melahirkan seorang da’i
yang memiliki ilmu dan kecakapan di bidang agama. Seorang da’i harus lapang dada
dan memiliki rasa sabar. Mereka menampakan indra ketuhanan dan menarik simpati
masyarakat. Tujuannya untuk kesucian dan merealisasikan.
Wasiat Hasan Al-Banna
Saudaraku,
Jangan engkau berputus asa, karena putus asa bukan akhlak seorang muslim.
Ketahuilah bahwa kenyataan hari ini adalah mimpi hari kemarin dan mimpi hari ini
adalah kenyataan hari esok. Waktu masih panjang dan hasrat terwujudnya kedamaian
masih tertanam dalam jiwa masyarakat kita, meski fenomena-fenomena kerusakan dan
kemaksiatan menghantui mereka. Yang lemah tidak akan lemah sepanjang hidupnya dan
yang kuat tidak akan selamanya kuat.
Putaran waktu selalu memperlihatkan kita mengenai peristiwa-peristiwa yang
mengejutkan dan memberi peluang. Dunia akan melihat, bahwa dakwah kita adalah
hidayah, kemenangan, kedamaian yang dapat menyembuhkan rasa sakit yang tengah
dideritanya.
Untukmu Saudaraku
Teruslah bergerak, jangan pernah berhenti dalam berjihad. Individu adalah penggerak
yang paling pertama sebelum keluarga dan masyarakat. Maka perbaikilah diri terlebih
dahulu sebelum memulai segalanya. Agar terwujud pribadi yang benar dan memiliki
peluang dalam berdakwah. Musuh Islam sangatlah banyak dan kita tidak bisa mengajak
mereka setiap harinya untuk ikut ke dalam Islam, maka buatlah perlahan namun pasti
untuk menuju cahaya-Nya.
Dalam Dakwah, kita harus memiliki program al-akh al-wahid, yaitu satu orang
berjanji untuk mengajak satu orang dalam satu tahun.
Tidak ada yang boleh menunda waktu, karena waktu tidak selalu mengizinkan hari
esok. Urgensi risalah bergantung pada para da’i. Para da’i harus menunjukkan secara
nyata wujud Islam dengan iman yang kuat dan pemahaman universal.
Dakwah harus secara tadaruj (bertahap).
“Dan beritahukan kepada kerabat-kerabat terdekat.” (Asy-Syu’ara: 214).
“Maka sampaikanlah kepadamu secara terang-terangan, segala apa yang diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah kepada orang musyrik.” (Al-Hijr:94).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mencetak generasi dakwah yang diberi
hidayah. Dari situlah beliau menciptakan sistemnya.
Tugas Kita
Ketika kita berdakwah, kita harus ingat bahwa kita adalah da’i, bukan ulama atau
fuqaha. Ketika kita berdakwah, harus diingat bahwa kita akan memberikan hadiah,
maka persiapkanlah hadiah terbaik untuk mereka.
Al-Qur’an adalah pembangkit, sumber tenaga yang justru dicampakan sehingga hati
menjadi gelap gulita. Tugas kita adalah mengalirkan kembali tenaga itu ke dalam
kehidupan yang telah rusak itu.
Rintangan Dakwah
Tiap individu memiliki masalah atau rintangan yang ada pada dirinya sendiri.
Sebagaimana seorang yang hatinya terkunci, sulit menerima dakwah. Kita harus ingat,
bahwa syaitan pun memiliki program untuk membuat manusia menjadi sesat, maka kita
sebagai pendakwah pun harus memiliki program untuk mengahncurkan kesesatan itu.
Seorang da’i harus melihat kebaikan yang ada pada orang lain dan berusaha memupuk
kebaikan-kebaikan tersebut. Sehingga tidak ada celah yang membuat keburukan itu
masuk.
Keteladanan perilaku yang ikhlas mempunyai pengaruh besar dalam berdakwah. Tatapan
iri dan dengki akan menimbulkan kebencian, sedangkan tatapan yang dipenuhi rasa
kasih sayang karena iman akan menimbulkan cinta. Inilah pengaruh indera yang harus
kita syukuri. Sebagaimana seorang yang menganggap inderanya tidak berfungsi, maka
ia tidak akan menimbulkan pengaruh apa-apa, maka seorang muslim harus memperhatikan
inderanya dan mempergunakanya melalui jalan dakwah.
Tiga Karakteristik Manusia
1. Manusia yang berperilaku akhlah Islamiyah adalah dia yang rajin
beribadah, mereka lebih dekat dengan dakwah.
2. Manusia yang berperilaku akhlak asasiyah adalah mereka taat beragama
tetapi tidak mau terang-terangan berbuat maksiat karena tinggi harga dirinya.
3. Manusia yang berperilaku akhlak Jahiliah adalah orang yang sama sekali
tidak peduli dengan dakwah.
Ketika seorang dai menyiratkan wajah takwa, maka banyak orang akan mengajaknya
berkenalan. Terutama orang-orang yang baik perangainya. Seorang pemuda harus
memiliki langkah yang harus diambil. Salah satu di antaranya, orang akan dengan
mudah mengikuti apabila kita cukup dikenal dan disegani, hal itu akan menumbuhkan
kepercayaan. Jika tidak berhasil, jangan khawatir. Teruslah melakukan pendekatan
dengan lembut.
Da’i yang hanya menggunakan waktunya untuk mengajak satu orang saja tidaklah benar.
Jangan terlalu berlebihan. Cari yang lain, bukan berarti meninggalkan. Hanya jangan
terlalu menjadi prioritas.
Hafalkan Nama
Orang akan senang jika kita bisa hafal nama mereka. Maka ketika berkenalan,
hendaknya dengan sifat lembut dan berusahalah untuk menghafal nama mereka. Sapalah
jika bertemunya, hal ini akan mempererat hubungan dengan sesama muslim.
Bagaimana memulai perkenalan?
Tabiat dakwah kita adalah saling mengenal. Jika duduk bersama orang yang tidak
dikenal, kemudian orang memanggil namanya, hafalkanlah. Sapalah dia dengan menyebut
namanya di kemudian hari. Janganlah mudah marah, seorang pendakwah hendaknya
memiliki perangai yang lembut. Apabila terjadi kesalahan, maka ungkapkanlah dengan
cara yang baik dan tenang.
Dakwah Fardiyah
Sebuah prafrase singkat mengenai kisah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam
yang pergi ke negeri Taif sepeninggalan Abu Thalib. Beliau diejek dan diusir,
kemudian berlindung di sebuah kebun dan duduk di bawah pohon kurma. Sementara hati
pemilik kebun berkata pada pembantunya yang biasa disebut Adas untuk memberikan
anggur kepada beliau. Sampai di tempat, Rasulullah mengucap
Bismillahirrahmanirrahim. Memdengar itu, Adas bertanya atas ucapan asing yang
didengarnya. Rasulullah pun balik bertanya mengenai agama dan dari mana Adas
berasal. Dia menjawab beragama Nasrani dan dari negeri Namawi. Mendengar ucapan
Adas, Rasulullah langsung bercerita tantang Nabi Yunus dan beliau juga Nabi. Adas
pun langsung mencium Rasulullah.
Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran. Pertama, Rasulullah mengucapkan basmalah,
kalaulah beliau tak mengucapkannya, tentu Adas tak akan bertanya. Pelajaran yang
bisa diambil, tunjukanlah karakteristikmu sebagai seorang muslim!
Kedua, Rasulullah memanggil ‘Adas’ padahal beliau hanya mengetahui nama itu dari
sang majikan. Beliau pun tak segan bertanya. Bahkan, beliau berkata gelar Nabi
Yunus dengan mulia dan hamba yang shalih menunjukan kelembutan hati Rasulullah.
Beliau selalu menyebut saudaraku, sekali pun orang tersebut baru ditemuinya.
Ditambah parafrasa kisah ketika penulis pergi ke Jerman untuk mengunjungi temannya
yamg sakit di salah satu rumah sakit di sana. Dokter yang ditemuinya mengucapkan
salam. Kemudian beliau mengejar dokter tersebut, saat itulah mereka berkenalan dan
tahu bahwa sang dokter beragama Islam. Kalaulah dokter itu tak mengucap salam,
tentu beliau tak akan tahu agamanya adalah Islam. Teruslah menunjukan jati dirimu
sebagai seorang muslim.
Sarana-sarana Dakwah
Pertama, jika bertemu, berikanlah salam. Ucapan harus sesuai perasaan dan cinta.
Tanyakanlah sesuatu padanya; kedua, jika anda tak menemuinya, maka coba bertanyalah
bagaimana kabarnya; ketiga, jika dia sakit, maka jenguklah; keempat, jika ia
mengundangmu, maka penuhilah; kelima, jika ia bersin ucapkanlah hamdalah dan
Yarhamukallah; keenam, jika ia meninggal dunia, maka antarkan ke pemakamannya.
Langkah yang Harus Ditempuh
Bertasbih, bertakbir, bertahlil; menyingkirkan duri di jalan (berusaha membersihkan
dan mengindahkan lingkungan); menolong orang yang tuli dan buta (menyediakan tempat
khusus bagi mereka); menunjukkan orang yang kebingungan; menolong dengan segera
orang yang melakukan pertolongan; menolong orang yang lemah.
Senyumu di Depan Saudaramu adalah Sedekah
Senyum seseorang harus ikhlas, senyum yang menghadirkan ketenangan jiwa. Ia akan
mencetak Khairu Ummah (umat terbaik). Kalau kita teliti, tentu kita akan memahami
bahwa generasi pertama yang masuk Islam bisa luluh karena senyum yang ikhlas, tulus
dan memberikan keteduhan.
Penampilan Seorang Da’i
Pada hakikatnya, dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola berpikir
yang tercermin dalam akhlak, kepribadian, dan penampilan. Seorang penda’i harus
bisa menarik perhatian, karena manusia cenderung menyukai keindahan.
Mush’ab bin Umair
Hal-hal yang saya dapat dari kutipan kisah Mush’ab bin Umair; berlaku bijaksana dan
adil;tenang; tersenyum.
Pandangan Kasih Sayang
Apa yang Anda sembunyikan dalam hati akan tersingkap dengan tatapan mata. Jika
pandangan seseorang yang dipenuhi rasa dengki saja dapat menghancurkan, maka
pandangan yang penuh cinta dan kasih sayang juga akan berpengaruh dalam
menghantarkan kebenaran yang akhirnya dapat mempererat barisan. Manhaj dakwah
menekankan untuk tidak marah hanya karena urusan pribadi. Hendaknya nasihat kepada
saudaramu berupa sindiran, jangan terang-terangan. Untuk membimbing pada kebenaran,
bukan menyakiti. Memberikan sanksi untuk pendidikan, bukan balas dendam.
Sebarkan Salam di Antaramu
Ucapkan salam pada siapapun, walau Anda tidak kenal. Jawaban salam memberikan
tingkat konsisten seseorang terhadap agamanya.
Dulukan memulai salam sebelum memulai percakapan dan hendaknya Anda menyebut
namanya dengan nama yang paling dia sukai, tentunya dengan sopan santun.
Sediakanlah tempat duduk atau tempat kosong ketika Anda menjumpai seseorang yang
kebingungan mencarinya dan duduklah bersamanya. Berlaku juga ketika datang ke
majelis ilmu.
Ada satu pelajaran lain yang saya dapat dari kutipan kisah orang Badui yang memakai
kalung emas ketika sholat. Orang-orang menoleh dan menghardiknya dengan nada marah,
hal yang harus kita lakukan seharusnya menasihatinya dengan baik dan lemah lembut.
Rasulullah berkata, “Kalian berdakwah untuk mempermudah, bukan mempersulit.
Sesungguhnya kamu punya tugas dakwah dengan bijaksana dan nasihat yang baik.”
Kita harus tahu, bahwa seorang Badui datang dari lingkungan yang kurang baik, maka
nasihati dengan cara-cara yang tepat. Begitu pun dengan cara bergaul dengan mereka.
Ketika Anda menemukan seorang terpeleset dosa, maka memohon kepada Allah untuk
memberikan jalan bagi mereka. Bukan menjadi setan untuk mereka.
Berjabat Tangan
Berjabat tangan bukan tradisi. Inilah mengapa Islam membatasi berjabat tangan
dengan lawan jenis. Berjabat tangan dapat menggugurkan dosa. Keterpautan dua tangan
hanya akan dilakukan oleh orang yang memiliki cinta di hati.
Balaslah Keburukan dengan Kebaikan
Sesungguhnya ada banyak perbuatan akhlak oleh budaya Barat. Maka hendaklah seorang
muslim tidak menyikapi masalah dengan amarah, tetapi dengan sabar dan memaafkan.
Adapun sarana-sarana yang dapat membuka hati sudah tertera dalam sabda Rasulullah
yaitu, bermanfaat bagi orang lain, membuat orang lain gembira karena telah membantu
keluh-kesahnya, berjalan bersamanya untuk membantu menyelesaikan urusannya, menahan
amarah, dan jangan berperilaku buruk terhadap mereka.
Jika seseorang telah memiliki anak, maka mulailah mendidiknya dengan takwa. Karena
tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Penyebaran dakwah terhadap kalangan kita hendaknya diusahakan secara maksimal,
namun juga tidak memaksakan. Tidak ada paksaan dalam beragama.
Dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam berdakwah, seorang da’i harus kembali
pada tujuannya. Bukankah Allah adalah tujuannya? Maka selesaikanlah masalah dengan
cara-cara yang diridhoi Allah. Tingkatkan pengetahuan aqidah agar seorang muslim
dapat menerangi dengan kalimat-kalimat Allah.
Lakukan analisis secara kratikal, guna mengenali secara jelas, tiap orang hendak
dijadikan objek dakwah. Baik dari segi kejiwaan dan politik. Dakwah harus dilakukan
secara produktif dan menghasilkan buah.
Kaidah dakwah di antaranya; dakwah tanpa kata, yaitu dengan menunjukan sikap
keteladanan yang baik; dakwah dengan kata-kata, seorang da’i harus memiliki
pemahaman yang baik sebelum menyampaikan. Akan banyak hambatan yang mereka
dapatkan.
Namun, seorang aktivis harus optimis dan tersenyum. Seberapa pun potensi yang dia
miliki adalah sumber kebaikan. Berdakwahlah sesuai kadar masing-masing, jangan
mempersulit diri sendiri. Seorang dai harus merujuk pada Allah tiap langkahnya.
Seorang dai pasti akan mengalami kegagalan, maka jangan menyerah. Gunakanlah waktu
untuk mengevaluasi diri. Tunjukan penampilan yang berseri-seri di segala kondisi.
Manfaatkanlah kesempatan untuk menghidupkan yang mati. Duduklah untuk mendengarkan
pelajaran tentang Islam dan temukan semangat yang baru.
Allah menciptakan manusia dengan potensi menolak dan penerima. Tunjukanlah mereka
pada dasar-dasar agama dan aqidahnya, komitmen terhadap etika Islam dan hukum-
hukumnya. Jelaskanlah makna ayat dan hadist.
Dua karakter seorang da’i adalah cerdas dan bersih. Yang dimaksud adalah cerdas
akalnya dan bersih hatinya. Pandanglah segala sesuatu dengan proporsional.
Seorang da’i harus benar-benar memahami apa yang akan disampaikannya. Benar-benar
memiliki ilmu dalam berdakwah.
Akan banyak sekali peristiwa yang kita alami. Segala rintangan akan terus datang
dan menghadang. Oleh karena itu, sikapilah dengan baik. Teruslah berusaha kuat dan
bersabar menghadapi segalanya.
Dakwah Fardhiyah adalah menyentuh inti permasalahan dan memberikan kesempatan bebas
untuk berdialog secara tenang. Sehingga bisa tukar pendapat dan beradu argumen.
Dakwah: Riuh dan Perasaan
Perasaan lemah lembut tidak akan menyentuh hanya sekadar memberi peringatan,
sadarilah bahwa yang bisa menyentuh hanya dengan sentuhan-sentuhan lembut itu dan
kerinduan yang hangat terhadap kawan seaqidah.
Hormatilah tokoh-tokoh masyarakat di antara kalian, saling berkasih sayang dan
setialah terhadap sesama.
Perbaikilah akhlak, karena akhlak lebih penting dari keahlian. Bukan berarti
keahliam tidak penting.
Dekatilah tokoh masyarakat yang paling berpengaruh. Ajak mereka duduk-duduk untuk
membicarakan hal-hal mengenai urgensi keislaman. Dalam hal ini, seorang da’i bisa
berdakwah. Melebarkan dakwahnya.
Jadilah seorang dai yabg cerdik dan banyak latihan belajar berpikir. Temukan ide-
ide baru untuk bisa mengelabui musuh.
Belajar dari berhasilnya sepasang suami-istri yang saling memiliki keterbukaan. Di
dalam rumah tangga pasti banyak pertengkarang. Seorang istri hendaknya mereda
amarah dan tetap dia di rumah. Jangan menunjukkan wajah cemberut, maafkanlah.
Adakan acara keluarga untuk memperat hubungan.
Di antara sarana tarbiyah yaitu menggunakan sarana yang menyenangkan hati yang
tentunya tetap tidak melanggar syari’at; Tarbiyatul Aulad pandai-pandailah memilih
kata; saling pengertian dan berkasih sayang dengan interaksi yang baik; memuliakan
sesama manusia, saling menghormati; yang miskin berdampingan dengan yang kaya,
kayng kuat selalu berdampingan dengan yang lemah. Tidak membeda-bedakan mereka;
jika terjadi perselisihan, jangan teruskan diskusi yang memicu perdebatan.
Dakwah Fardiyah adalah Pangkal dari Dakwah Jama’iyah
Umumnya dakwah jama’iyah disampaikan secara singakat, sedangkan Fardhyiah
disampaikan lengkap dengan dalil. Penanya dalam forumnya menanyakan masalah-masalah
syubhat yang sedang mengganggu jiwanya. Dakwah Fardhiyah mencoba untuk menciptakan
suasana tenang, damai, penuh cinta sebelum menjawab pertanyaan.
Permasalahan pemuda biasanya mengacu pada larangan orang tua untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan. Hal ini terjadi karena mereka enggan membantu orang tua. Peranan
dakwah ini adalah tarbiyah. Apabila seorang pemuda menaati perintah orang tua,
berakhlak baik, mereka pasti mengizinkannya. Inilah yang perlu diperhatikan dalam
menunjukan simpati orang tua.
Mencintai karena Allah. Mencintai saudara bukan semata karena perasaannya, tetapi
karena ia mencintai sebab adanya ketaatan dan keimanan kepada Allah.
Jadilah seorang yang hangat. Ketika bertemu dengan teman lama yang sedang bersama
dengannya. Jangan bersikap sangat akrab dengan temanmu, sedang pada orang di
sebelahnya bersikap dingin. Berbuatlah sehangat mungkin kepada mereka. Tunjukkanlah
sikap yang baik.
Ketika kamu sedang diam di masjid, perhatikan orang-orang yang datang dan sambutlah
mereka dengan ramah. Selalu menyempatkan hadir ke masjid untuk shalat berjamaah
atau menghadiri kajian. Berkumpulah dalam majelis ilmu. Berdakwah adalah sumber
rezeki. Teruslah berdakwah, karena dakwah tak memiliki usia

Anda mungkin juga menyukai