Anda di halaman 1dari 163

Fisika Matematika 4

Mukhtar Effendi
Jamrud Aminuddin
REVIEW:
Pustaka Utama: Mary L Boas, Mathematical Methods in Physical Sciences

• FisMat-1: Deret (Ch 01), Bilangan kompleks (Ch 02), Aljabar linier (Ch 03)
• FisMat-2: Diff. Parsial (Ch 04), Integral lipat (Ch 05), Vektor (Ch 06)
• FisMat-3: Pers. Diff. Biasa (Ch 08), Fungsi Khusus (Ch 11)
• FisMat-4: (Deret) Solusi Pers. Diff. (Ch 12), Pers. Diff. Parsial (Ch 13)
Fisika matematika 4

• Sebelum UTS: Penyelesaian Pers. Diff. s/d Fungsi Bessel


• Sesudah UTS: Fungsi Hermit dst..
Fisika matematika 4

(DERET) SOLUSI
PERSAMAAN DIFERENSIAL
OUTLINE
• PENDAHULUAN
• METODE DERET
• PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
Solusi persamaan diferensial legendre
Polinomial Legendre
Metode Rodrigues
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• memahami penyelesaian PDB dengan metode deret pangkat dan
mengaplikasikannya dalam masalah fisis
• memahami fungsi Legendre dan menghitung penyelesaiannya dikaitkan dengan
bentuk polinomial Legendre serta menggunakannya untuk menyelesaikan
berbagai persoalan.
METODE DERET
Menghitung solusi persamaan diferensial biasa (PDB)
dengan metode deret pangkat

Permasalahan fisika → persamaan diferensial → mencari solusi


Jika persamaan diferensial biasa tidak dapat diselesaikan dengan
metode biasa maka menggunakan solusi deret

Pada perkuliahan kali ini akan dibahas mengenai solusi PDB


menggunakan metode deret pangkat
Penggunaan metode deret dalam menentukan solusi persamaan diferensial biasa dapat
dilihat pada contoh sebagai berikut:
Gunakan metode deret dalam menentukan solusi dari
y '= 2 xy (1)

Jika dimisalkan solusi dari y adalah sebuah deret seperti berikut 


y = a 0 + a1 x + a 2 x 2 + a 3 x 3 + a 4 x 4 + ....... + a n x n + ....... =  a n x n (2)
n =0
Maka turunan dari solusi tersebut (pers (2)) adalah

y' = a1 + 2a2 x + 3a3 x + 4a4 x + .......+ nan x
2 3 n −1
+ ....... =  nan x n−1 (3)
n =0
Substitusi pers (2) dan pers (3) ke dalam pers (1) didapatkan
(
a1 + 2a2 x + 3a3 x 2 + ..... + nan x n−1 + ..... = 2 x a0 + a1 x + a2 x 2 + a3 x 3 + ....... + an x n + ...... . (4) )
a1 + 2a 2 x + 3a3 x 2 + ... + nan x n −1 + ... = 2 xa0 + 2 xa1 x + 2 xa2 x 2 + 2 xa3 x 3 + .... + 2 xan x n + .... (5)
a1 + 2a 2 x + 3a3 x 2 + ... + nan x n −1 + ... = 2 xa0 + 2 xa1 x + 2 xa2 x 2 + 2 xa3 x 3 + .... + 2 xan x n + ....
Pada pers (5), nilai konstanta a didapatkan berdasarkan hubungan nilai variabel x dan a
dimana nilai pada ruas kiri harus sama dengan ruas kanan sebagai berikut
- Tinjau variabel a1 = 2a1 x , agar ruas kiri sama dengan ruas kanan maka a1 = 0
2

- Tinjau nilai pangkat variabel x pada ras kiri dan ruas kanan

2a2 x = 2 xa0 , agar ruas kiri sama dengan ruas kanan maka a2 = a0
2
3a3 x = 2a1 x , agar ruas kiri sama dengan ruas kanan maka a3 = a1 = 0
2 2
3
4a4 x3 = 2a2 x3 , agar ruas kiri sama dengan ruas kanan maka a4 = 2 a2 = 1 a0
4 2
a1 + 2a 2 x + 3a3 x 2 + ... + nan x n −1 + ... = 2 xa0 + 2 xa1 x + 2 xa2 x 2 + 2 xa3 x 3 + .... + 2 xan x n + ....

- Jika perhitungan diteruskan maka akan kita dapatkan hasil berikut


a1 = 0 2 21 1
a8 = a6 = a0 = a0
a2 = a0 8 86 24
2 2 2
a3 = a1 = 0 a9 = a 7 = 0 = 0
3 9 9
2 1 2 2 1 1
a 4 = a 2 = a0 a10 = a8 = a0 = a0
4 2 10 10 24 120
2 22
a5 = a3 = a1 = 0
5 53
2 22 1
a6 = a 4 = a 2 = a0
6 64 6
2 222
a 7 = a5 = a1 = 0
7 753
Secara umum deret pada ruas kiri dan ruas kanan dari pers (5) dapat dinyatakan sebagai
nan = 2an−2 (6)
0 , jika n ganjil
dengan an = 
2
 an−2 , jika n genap
n
Deret pada pers (6) hanya memiliki nilai pada n genap sehingga nilai konstanta a dapat
diketahui berdasarkan persamaan berikut
2
a n = a n−2
n (7)
dengan memisalkan n = 2m, maka pers (7) menjadi
2 1 1 1
a n = a 2m = a 2m−2 = a 2 m − 4 = .... = a 0 (8)
2m m m −1 m!
Pers (8) digunakan untuk menentukan nilai a untuk n genap maka didapatkan

Cek hasil hasil nilai a pada perhitungan sebelumnya


Berdasarkan perhitungan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa solusi dari persamaan
y '= 2 xy adalah pers (2) dengan nilai konstanta dinyatakan a dengan persamaan
0 , jika n ganjil
 (9)
an =  1
 a0 , jika n genap
m
Sehingga solusi berupa pers (2) dapat dituliskan sebagai berikut

y = a 0 + a1 x + a 2 x + a 3 x + a 4 x + ....... + a n x + ....... =  a n x n
2 3 4 n

n =0

1 1
= a 0 + 0  x + a 0 x + 0  x + a 0 x + 0  x + ....... + a 0 x 2 m
2 3 4 5
(10)
2! m!

x 2m
y = a0 
m = 0 m!
Pembuktian

Solusi pada pers (10) dapat di cek dengan mencari solusi y ' = 2 xy menggunakan metode
pemisahan variabel sebagai berikut y ' = 2 xy
dy
= 2 xy
dx
dy
= 2 xdx
y
ln y = x 2 + ln C
y = Ce x2

Jika hasil diatas di uraikan kedalam deret menggunakan pendekatan deret x2 didapatkan
 x4  
x 2n (11)

y = C 1 + x +
2
+ .... = C 

 2!  n = 0 n!
Pers (11) memberikan hasil yang sama dengan pers (10) yang menggunakan metode
deret
Soal Latihan
1.3. y=a1.x.ex; pemisahan variabel
PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
Persamaan diferensial Legendre merupakan solusi persamaan diferensial dalam
sistem koordinat bola.

Persamaan ini merupakan solusi dari banyak masalah mengenai mekanika,


kuantum mekanik, elektromagnetik, thermodinamika dengan simetri bola

Persamaan diferensial Legendre dinyatakan dengan persamaan berikut


(1 − x )y' '−2xy'+l(l + 1)y = 0
2 (12)

y' '− x 2 y' '−2 xy'+l (l + 1)y = 0 (13)


Solusi persamaan 12 yang banyak digunakan adalah solusi dalam bentuk polinomial yang
di dapatkan dari asumsi berikut
(14)
y = a0 + a1 x + a2 x + a3 x + a4 x + .......+ an x + .......
2 3 4 n

y' = a1 + 2a2 x + 3a3 x 2 + 4a4 x 3 + .......+ nan x n−1 + ....... (15)

y' ' = 2a2 + 6a3 x + 12a4 x 2 + 20a5 x 3 + .......+ n(n − 1)an x n−2 + ....... (16)
Substitusi persamaan 14, 15, dan 16 ke dalam persamaan 13 dapat dilihat hasilnya pada
tabel berikut
Hasil persamaan 13 adalah nol sehingga setiap kolom pada tabel diatas harus bernilai nol
saat di jumlahkan seperti pada perhitungan berikut
l (l + 1)
Kolom 2 (konstanta) 2 a 2 + l (l + 1) a 0 = 0 → a 2 = − a0
2
Kolom 3 (x) 6a3 − 2a1 + l (l + 1)a1 = 0 → a3 = −
l (l + 1) − 2
a1 == −
(l − 1)(l + 2)
a1
6 6
2 (l − 2)(l + 3)
Kolom 4 (x ) 12a 4 − 2a1 − 4a 2 + l (l + 1)a 2 = 0 → a4 = − a2
12
l (l + 1) l (l + 1)(l − 2)(l + 3)
Dengan a 2 = − a0 maka 4 a = − a0
2 4!
Kolom 6 ( x ) (n + 2)(n + 1)a n + 2 + (l 2 + −n 2 − n )a n = 0
n

( )
Dimana l 2 + −n 2 − n = (l + n)(l − n) + (l − n) = (l − n)(l + n + 1) maka dapat dituliskan
(n + 2)(n + 1)a n + 2 + (l − n )(l + n + 1)a n = 0

(n + 2)(n + 1)a n + 2 = −(l − n )(l + n + 1)a n


− (l − n )(l + n + 1)
an+2 = an
(n + 2)(n + 1) (17)
Persamaan 17 merupakan persamaan umum untuk mendapatkan hasil deret
persamaan 13 untuk tiap nilai n pada tabel sebelumnya.
Perhatikan hasil pada tabel dimana pada pangkat x ganjil mendapatkan nilai koefisien
a1, sedangkan pada pangkat x genap mendapatkan nilai koefisien a0, sehingga solusi
persamaan 13 berupa nilai dari y dapat dituliskan menjadi
y = a0 + a1 x + a 2 x 2 + a3 x 3 + a 4 x 4 + a5 x 5 + ....... + a n x n + .......
l (l + 1) (l − 1)(l + 2) l (l + 1)(l − 2)(l + 3)
= a0 + a1 x − a0 x −
2
a1 x +
3
a0 x 4
2 6 24
(l − 1)(l + 2)(l − 3)(l + 4)
+ a1 x 5 + ....... + a n x n + .......
5!
Kelompokkan koefisien a1 dan a0 yang sama maka persamaan diatas menjadi
 l (l + 1) 2 l (l + 1)(l − 2)(l + 3) 4 
y = a 0 1 − x + x + .........
 2! 4! 
(18)
 (l − 1)(l + 2) 3 (l − 1)(l + 2)(l − 3)(l + 4) 5 
+ a1  x − x + x + ......
 3! 5! 
Persamaan 18 merupakan solusi deret dari persamaan 13
Hasil uji tes rasio menunjukkan persamaan 18 merupakan deret konvergen jika x 2  1
atau merupakan deret divergen jika x. 2  1
Contoh: Jika x 2 = 1 dan l = 0 , maka
1 1
a. nilai deret a1 menjadi 1 − + − ....... → Deret divergen (deret Harmonik)
3 5
b. nilai deret a0 menjadi a0 → konvergen
POLINOMIAL LEGENDRE
Pada bahasan sebelumnya telah diketahui bahwa persamaan Legendre yang
dinyatakan (persamaan 13) memiliki solusi berupa persamaan 18.
Solusi pada persamaan 18 nilainya bergantung pada konstanta l. Jika l
adalah suatu konstanta sembarang, maka

Secara umum pada setiap nilai l dihasilkan suatu deret pangkat dan polinomial
dimana deret pangkat bersifat divergen pada x 2 = 1
Pemilihan nilai a1 dan a0 pada setiap polinom yang memenuhi syarat y=1 untuk x2=1 akan
menghasilkan polinomial yang disebut polinomial Legendre P(x).
Contoh:
(1 − x )y' '−2xy'+l(l + 1)y = 0
2

y' '− x 2 y' '−2 xy'+l (l + 1)y = 0

 l (l + 1) 2 l (l + 1)(l − 2)(l + 3) 4 
y = a0 1 − x + x + .........
 2! 4! 
 (l − 1)(l + 2) 3 (l − 1)(l + 2)(l − 3)(l + 4) 5 
+ a1  x − x + x + ......
 3! 5! 

y = Pl (x)
Contoh
Nyatakan x − x dalam kombinasi linier polinomial Legendre
3

Penyelesaian
 5 3  2 3
Tinjau P3 ( x) =  x − x  maka x = P3 ( x) + x , sehingga
3 3

2 2  5 5

2 3 
x − x = x −  P3 ( x) + x 
3

5 5 
2 2
= − P3 ( x) + x
5 5
2 2
= − P3 ( x) + P1 ( x)
5 5
x − x = (P1 ( x) − P3 ( x) )
3 2
5
POLINOM LEGENDRE DARI FORMULA RODRIGUES
Selain menggunakan cara yang telah dipelajari sebelumnya. Solusi
pesamaan diferensial Legendre berupa Polinom Legendre dapat juga di tentukan
berdasarkan formula Rodrigues berikut

Pl ( x) = l (
1 dl 2
2 l! dx l
)
x −1
l (20)

Polinom Legendre di tentukan dengan mengganti nilai konstanta seperti pada


perhitungan berikut ini:
TERIMA KASIH
Fisika matematika II

POLINOMIAL LEGENDRE II
OUTLINE
• PENDAHULUAN
• APLIKASI PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
• PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
Fungsi Pembangkit Polinomial Legendre
Hubungan Rekursi Polinomial Legendre
Ortogonalitas Polinomial Legendre
Normalitas Polinomial Legendre
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• memahami fungsi Legendre dan menghitung penyelesaiannya dikaitkan dengan
bentuk polinomial Legendre serta menggunakannya untuk menyelesaikan
berbagai persoalan.
PENDAHULUAN
Permasalahan Fisika

Polinomial Legendre
PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
APLIKASI POLINOMIAL LEGENDRE
FUNGSI PEMBANGKIT POLINOMIAL LEGENDRE
Polinomial Legendre dapat dibangkitkan dari sebuah fungsi yang disebut
fungsi pembangkit polinomial legendre.

 (x, h ) = (1 − 2 xh + h )
1
− (21)
2 2
, h 1
Polinomial Legendre dapat di turunkan dari fungsi pembangkit dengan
memisalkan nilai y = (2 xh + h 2 ) , sehingga persamaan 21 menjadi

 (x, h ) = (1 − y )
1
− (22)
2 , h 1
Persamaan 22 diuraikan menggunakan deret binomial sehingga menjadi
 = (1 − y )
1

2

13
1 (23)
 = 1 + y + 2 2 y 2 + ........
2 2!
Substitusikan nilai pada persamaan 23, maka
13
1
 = 1 + y + 2 2 y 2 + ........
2 2!
13
= 1 + (2 xh − h ) + (2 xh − h ) + ........
1 2 2 2 2 2

2 2!
= 1 + xh − h + (4 x h − 4 xh 3 + h 4 ) + ........
1 2 3 2 2
2 8
2 3 2 1
= 1 + xh + h  x −  + ..........
2 2
= P0 ( x) + hP1 ( x) + h 2 P2 ( x) + ...............
=

 (x, h ) = P0 ( x) + hP1 ( x) + h P2 ( x) + .......... =  h l Pl ( x)
2
(24)
l =0
Persamaan 24 merupakan fungsi pembangkit yang menghasilkan polinomial
Legendre
Pembuktian bahwa hasil fungsi pembangkit merupakan polinomial Legendre dapat
diketahui dengan menyatakan fungsi pembangkit sebagai solusi dari persamaan
diferensial Legendre sehingga persamaan 12 menjadi
  
( )
2
1− x2 − 2 x + l (l + 1) = 0 (25)
x 2 x
Substitusikan persamaan 24 dalam persamaan 25 maka
(1 − x ) h P ( x) − 2 x h P ( x) +  l (l + 1)h P ( x) = 0
  
2 l '' l ' l
l l l
l =0 l =0 l =0


( ) P ( x) − 2 x P ( x) +  l (l + 1)P ( x) = 0
  
h  1 − x2
l
l
''
l
'
l
 l =0 l =0 l =0 
Agar persamaan diatas memberikan hasil nol maka
(1 − x ) P ( x) − 2 x P ( x) +  l (l + 1)P ( x) = 0
  
2 '' ' (26)
l l l
l =0 l =0 l =0

Persamaan 26 memiliki bentuk yang sama dengan persamaan diferensial Legendre


dengan solusi merupakan polinomial Legendre sehingga terbukti fungsi pembangkit
merupakan polinomial Legendre.
HUBUNGAN REKURSI POLINOMIAL LEGENDRE

Fungsi pembangkit polinomial Legendre berguna untuk mencari hubungan-


hubungan rekursif polinomial Legendre sebagai berikut
a) lPl ( x) = (2l − 1)xPl −1 ( x) − (l − 1)Pl − 2 ( x)

b) xPl ' ( x) − Pl '−1 ( x) = lPl ( x)

c) Pl ' ( x) − xPl '−1 ( x) = lPl −1 ( x)

( )
d ) 1 − x 2 Pl ' ( x) = Pl −1 ( x) − lxPl ( x)

e) (2l + 1)Pl ( x) = Pl '+1 ( x) − Pl '−1 ( x)


Pembuktian
Hubungan rekursi lPl ( x) = (2l − 1)xPl −1 ( x) − (l − 1)Pl − 2 ( x) diperoleh berdasarkan hasil
diferensial fungsi pembangkit terhadap h sebagai berikut

( )
3
1
= − 1 − 2 xh + h 2 −2
(− 2 x + 2h )
h 2

( ) ( ) (− 2 x + 2h)
1`
1 − −1
= − 1 − 2 xh + h 2 2 1 − 2 xh + h 2
h 2

h
1
2
( 2 −1
)
= −  1 − 2 xh + h (− 2 x + 2h )


h
(
=  1 − 2 xh + h ) (x − h )
2 −1


( )

1 − 2 xh + h 2 =  (x − h ) → dim ana  =  h l Pl ( x)
h l =0

( )

1 − 2 xh + h =  (x − h )
2
→ dim ana  =  h l Pl ( x)
h l =0

  l
( )

1 − 2 xh + h 2
 h P ( x ) = ( x − h ) h l
Pl ( x)
h l =0
l
l =0

(1 − 2 xh + h ) lh
 
2 l −1
Pl ( x) = (x − h ) h l Pl ( x)
l =0 l =0

lh l −1 Pl ( x) − 2 xhlhl −1 Pl ( x) + h 2lh l −1 Pl ( x) = xhl Pl ( x) − hhl Pl ( x)

lh l −1 Pl ( x) − 2 xlh1 Pl ( x) + lh l +1 Pl ( x) = xhl Pl ( x) − hhl Pl ( x)

lh l −1 Pl ( x) − 2 x(l − 1)h1−1 Pl −1 ( x) + (l − 2)h l −1 Pl − 2 ( x) = xhl −1 Pl −1 ( x) − h l −1 Pl − 2 ( x)

lPl ( x) − 2 x(l − 1) Pl −1 ( x) + (l − 2) Pl − 2 ( x) = xPl −1 ( x) − Pl − 2 ( x)

lPl ( x) = x(2l − 1) Pl −1 ( x) − (l − 1) Pl − 2 ( x)
Contoh

Contoh penggunaan hubungan rekursi untuk menentukan polinomial Legendre


dengan nilai l=2
lPl ( x) = (2l − 1)xPl −1 ( x) − (l − 1)Pl − 2 ( x)
2 P2 ( x) = (2.2 − 1)xP1 ( x) − (2 − 1)P0 ( x)
2 P2 ( x) = (3)xP1 ( x) − (1)P0 ( x)
3 1
P2 ( x) = xP1 ( x) − P0 ( x)
2 2
3 1
P2 ( x) = x.x − .1
2 2
3 2 1
P2 ( x) = x. −
2 2
Tugas mandiri
ORTOGONALITAS POLINOMIAL LEGENDRE
REVIEW BAB VEKTOR
Contoh
3 2 1
Tentukan apakah fungsi P1 ( x) = x dan P2 ( x) = x − merupakan fungsi yang
ortogonal? 2 2
Penyelesaian 1
Syarat → Dua buah fungsi memiliki sifat ortogonal jika  Pl ( x) Pm ( x)dx = 0 kecuali
untuk l=m 1 −1
 2 
1
3 1
−1 1 2
P ( x ) P ( x ) dx = −1  2 2 dx
x  x − 1 1

 1 1 =  dx
2
P ( x ) P ( x ) dx x
−1 −1
3 1 
1
=   x 3 − x dx 1
−1 
2 2  1 
=  x3 
1  3  −1
3 1 
=  x4 − x2  1  1
8 4  −1 = − − 
3  3
3 1 3 1
=  − − −  1
8 4 8 4 2
1
 P1 ( x) P2 ( x)dx =
−1
3
P
−1
1 ( x) P2 ( x)dx = 0
NORMALITAS POLINOMIAL LEGENDRE
REVIEW BAB VEKTOR
Normalisasi polinomial Legendre Pl (x) dilakukan dengan menentukan faktor
normalisasi sedemikian sehingga nilai perkalian antara polinomial Legendre dan faktor
normalisasinya bernilai satu (1). Faktor normalisasi polinomial Legendre ditentukan
berdasarkan hubungan rekursif berikut
xPl ( x) − P ( x) = lPl ( x)
' '
l −1 (33)
Kalikan persamaan 33 dengan Pl (x) menjadi
xPl ( x) Pl ' ( x) − Pl ( x) Pl '−1 ( x) = lPl ( x) Pl ( x)
Integrasikan persamaan diatas untuk selang (-1,1)
1 1 1

 −  −1 ( x ) dx = l  Pl ( x ) Pl ( x ) dx
' '
xPl ( x ) Pl ( x ) dx Pl ( x ) Pl
−1 −1 −1
1 1

 ( x)dx − = l  Pl ( x) Pl ( x)dx
'
xPl ( x ) Pl 0
−1 −1

jika dv = Pl ( x) Pl ( x)dx = Pl ( x)
' d Pl ( x) ( ) ( 1
) (
dx = Pl ( x)d Pl ( x) dan v = Pl ( x) )2

dx 2
maka
1 1

 ( x)dx − = l  Pl ( x) Pl ( x)dx
'
xPl ( x ) Pl 0
−1 −1
1 1 1

 ( x)dx − = l  Pl ( x) Pl ( x)dx  d ( xv) −  vdx = l  Pl ( x) Pl ( x)dx


'
xPl ( x ) Pl 0
−1 −1 −1
1
1
( )
2
( )
1 1 1 1
1
 2 x Pl ( x)  − 2  Pl ( x) dx = l  Pl ( x) Pl ( x)dx
2

 xdv
−1
− 0 = l  Pl ( x) Pl ( x)dx
−1
−1 −1 −1
1

 d ( xv) =  xdv +  vdx 1


( 2
)
 1
1
tinjau d ( xv) = xdv + vdx → x
 2 lP ( x )  = l + 2   Pl ( x) Pl ( x)dx
−1 −1

 d ( xv) −  vdx =  xdv 1


( 1
)  1
(
Pl (1) + Pl (−1) = l +   Pl ( x) Pl ( x)dx
2 2
)
1

2 2  2  −1
maka
 1
1
1 1 1 = l +   Pl ( x) Pl ( x)dx
 2  −1
 xdv
−1
= l  Pl ( x) Pl ( x)dx
−1
1
1
1 1 =  Pl ( x) Pl ( x)dx
 1
 xdv
−1
= l  Pl ( x) Pl ( x)dx
−1
l + 2 
−1

1
1 2
 d ( xv) −  vdx = l  Pl ( x) Pl ( x)dx  Pl ( x) Pl ( x)dx =
−1
2l + 1
−1
2
Berdasarkan persamaan diatas maka normalisasi untuk P (x) adalah N = dengan faktor
2l + 1
normalisasi 1 = 2l + 1
l

N 2
Tugas
3 2 1
Tentukan faktor normalisasi dari fungsi P2 ( x) = x −
2 2
TERIMA KASIH
Fisika matematika II

POLINOMIAL LEGENDRE III


OUTLINE
• PENDAHULUAN
• PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
Mendefinisikan Suatu Fungsi Dalam Deret Legendre
Fungsi Legendre Yang Di Asosiasikan
Ortogonalitas Dan Normalisasi Fungsi Legendre Yang Di Asosiasikan
Metode Frobenius
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• memahami fungsi Legendre dan menghitung penyelesaiannya dikaitkan dengan
bentuk polinomial Legendre serta menggunakannya untuk menyelesaikan
berbagai persoalan.
PERMASALAHAN FISIKA
PENDAHULUAN
PERSAMAAN DIFERENSIAL

PERS DIFERENSIAL METODE


SOLUSI PDB SOLUSI PDB → DERET FROBENIUS
LEGENDRE

PERS DIFERENSIAL FUNGSI LEGENDRE


LEGENDRE YANG DIASOSIASIKAN

Rodrigues Rodrigues

SOLUSI→ POLINOMIAL
LEGENDRE SOLUSI

Hubungan rekursif
Ortogonal
Normalisasi
PERSAMAAN DIFERENSIAL LEGENDRE
Mendefinisikan suatu fungsi dalam deret Legendre

Suatu fungsi f(x) dapat diuraikan dalam bentuk deret Legendre.


Misal fungsi f(x) dinyatakan sebagai
0 ;−1  x  0
f ( x) = 
1 ; 0  x  1
Asumsikan jika diuraikan dalam bentuk deret Legendre fungsi f(x) dinyatakan
sebagai f ( x) =  Cl Pl ( x) dimana nilai Cl di tentukan berdasarkan sifat ortogonalitas
l =0
polinomial Legendre.
Sifat ortogonalitas diketahui dengan mengalikan fungsi f(x) dengan nilai Pm(x) dan
di integrasikan dengan batas (-1,1), seperti berikut ini
1 
( x)dx =  C l  Pl ( x) Pm ( x)dx
1
 f ( x) P
−1
m
l =0
−1

2
= Cm (34)
2m + 1
Sifat ortogonalitas dapat terpenuhi jika l=m karena persamaan 34 bernilai tidak
sama dengan nol, sehingga persamaan 34 menjadi
1 

 f ( x) P ( x)dx =  C l  Pl ( x) Pl ( x)dx
1
l
−1
−1 l =0

( )
0 1 

 f ( x) P ( x)dx +  f ( x) Pl ( x)dx =  C l  Pl ( x) dx
1 2
l
−1
−1 0 l =0

( )
0 1 

 0.P  1P ( x)dx =  C l  Pl ( x) dx
1 2
l ( x)dx + l
−1
−1 0 l =0

( )
1

P ( x)dx = C l  Pl ( x) dx
1 2
l
−1
0
 P ( x)dx = C  (P ( x)) dx
1
1 2
l l l
−1
0
 P ( x)dx = C  (P ( x)) dx
1
1 2
l l l
−1
0

f ( x) =  C l Pl ( x)
l =0

Perhitungan untuk nilai l pada fungsi f(x) dihimpun dalam sebuah deret menjadi fungsi f(x)
yang dinyatakan dalam deret Legendre sebagai berikut
1 3 7 11
f ( x) = P0 ( x) + P1 ( x) − P3 ( x) + P5 ( x) + .............
2 4 16 32 (35)
PDB YANG DI ASOSIASIKAN

Persamaan diferensial biasa (PDB) yang mirip dengan persamaan diferensial


Legendre dapat di tentukan solusinya menggunakan tahapan yang sama dengan
persamaan diferensial Legendre.

PDB yang mirip dengan persamaan diferensial Legendre dinyatakan dalam


persamaan 36
 
(1 − x )y − 2xy + l (l + 1) − 2  y = 0; dengan m 2  l 2
2
2 '' ' m (36)
 1− x 
Persamaan 36 memiliki solusi persamaan yang dinyatakan sebagai

( ) dm (37)
m
y = 1− x 2 2
P ( x)
m l
dx
Solusi pada persamaan 37 disebut sebagai fungsi Legendre yang diasosiasikan yang
dapat dituliskan juga dalam persamaan 38
( )
m m
d
Pl m ( x) = 1 − x 2 2 Pl ( x) (38)
dx m
Formula Rodrigues untuk solusi fungsi Legendre yang diasosiasikan dinyatakan
sebagai l +m
( ) ( )
m
1 d
Pl m ( x) = l 1 − x 2 2 l + m x 2 − 1 (39)
2 l! dx
Pada nilai m negatif maka nilai fungsi Legendre asosiasi dapat ditentukan dengan
formula berikut
m (l − m)! m
P ( x) = (− 1)
−m
P ( x) (40)
(l + m)!
l l

Fungsi Legendre yang di asosiasikan juga dapat ditulis dalam bentuk persamaan 41
1 d  dy   m2  (41)
 sin   + l (l + 1) − 2  y = 0
sin  d  d   sin  
1 d  dy   m2 
 sin   + l (l + 1) − 2  y = 0
sin  d  d   sin  

1 d  dy   m2 
 sin   + l (l + 1) − y=0
sin  d  d   ( )
1− x  2 

1  d sin  dy d dy   m2 
 + sin   + l (l + 1) − y=0
sin   d d d d   ( )
1− x 2 

 1 d sin  dy   1 d dy   m2 
 + sin   + l (l + 1) − y=0
 sin  d d   sin  d d   ( ) 2 
1− x 
 1 d sin  dy dx   1 d dy dx   m2 
 + sin   + l (l + 1) − y = 0
 sin  d d dx   sin  d d dx   ( 1− x2 )

 1 d sin  dx dy   d dx dy   m2 
 +  + l (l + 1) − y=0
 sin  d d dx   d d dx   (
1− x  )
2 

 1 d sin  dx dy    d dx  dy dx  d dy    m2 
  +   +  + l (l + 1) − y=0
  
 sin  d d dx    d d  dx d  d dx    (
2 
1− x  )
 1 d sin  dx dy    d dx  dy dx  d dy dx    m2 
  +   +  + l (l + 1) − y=0
  
 sin  d d dx    d d  dx d  d dx dx   
2 
1− x  ( )
 1 d sin  dx dy     d 2
x  dy  dx d dy   m 2

  +   2  + sin   + l (l + 1) − y=0
 sin  d d dx    d  dx  
 d dx dx    (
2 
1− x  )
 1 d sin  dx dy    d x  dy  dx d 2 y    m2 
2
  +   2  + sin    + l (l + 1) − y=0
 sin  d d dx    d  dx
2 
 d dx    (
1− x 2 
)
 1 d sin  dx '    d x  '  dx ''    m2 
2
 y  +   2  y + sin   y   + l (l + 1) − y=0
 sin  d d    d   d    ( 2 
1− x  )
 1 d sin  d cos  '    d cos   '  d cos  ''    
2
m2
 y +  y + sin   y   + l (l + 1) − y = 0
 sin  d d    d 
2
 d   1− x2 ( )

 
 1
(

 )
2
cos  (− sin  ) y  + − cos  y + sin  sin y + l (l + 1) −
m

' ' ''
y=0
 sin    ( 2 
1− x  )
 m2 
( ) ( ' 2
)
− cos y + − cos  y + sin y + l (l + 1) −
' ''

(
1− x  )
2 
y=0

 
( ) ( ( ) )
2
m
− xy ' + − xy ' + 1 − x 2 y '' + l (l + 1) − y=0
 ( 1− x )
2 

 m2 
( )
1 − x y − 2 xy + l (l + 1) −
2 '' '

(1− x  )
2 
y = 0 → Pers Legendre yang diasosiasikan

FUNGSI LEGENDRE YANG DI ASOSIASIKAN
m
Fungsi l (x) untuk setiap m merupakan himpunan fungsi-fungsi yang ortogonal
P
pada selang (-1,1) sehingga memenuhi
1
(43)
 l n ( x ) dx = 0 ; untuk l  n
m m
P ( x ) P
−1

m
P
Normalisasi fungsi l (x) memenuhi persamaan
2 (l + m)!
1
(44)
−1 Pm ( x) Pl ( x)dx = 2l + 1 (l − m)!
l m
METODE FROBENIUS
Solusi persamaan diferensial dapat berupa deret yang bukan merupakan deret
pangkat   , misalnya
n 
  an x 
 n =0 
a. Deret yang memiliki pangkat negatif, misalnya2
cos x 1 1 x
y= 2 = 2 − + − .............. (45)
x x 2! 4!
b. Deret yang memiliki faktor , misalnya 1
 x 3

2
y = x sin x = x  x − + .......... (46)
 3! 
Deret yang bukan merupakan deret pangkat, memiliki bentuk persamaan deret
secara umum sebagai berikut  
y = x  a n x =  a n x n+ s
s n
(47)
n =0 n =0
Dimana s merupakan variabel angka yang harus dicari untuk menentukan solusi y
Persamaan 47 disebut sebagai generalized power series. Metode penyelesaian
persamaan diferensial yang dapat menggunakan asumsi persamaan 47 disebut
sebagai metode Frobenius.
Latihan
1. Tentukan normalisasi fungsi berikut
a
b
2. Uraikan fungsi berikut ke dalam deret legendre
a
b
3. Tentukan solusi persamaan berikut menggunakan metode
Frobenius
TERIMA KASIH
Fisika matematika II

FUNGSI BESSEL
OUTLINE
• PENDAHULUAN
• FUNGSI BESSEL
Persamaan Fungsi Bessel
Hubungan Rekursi Fungsi-Fungsi Bessel
Persamaan Diferensial Dengan Solusi Fungsi Bessel
• APLIKASI FUNGSI BESSEL
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• memahami Fungsi Bessel, bentuk-bentuknya, dan cara-cara mencarinya serta
menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai persoalan.
FUNGSI BESSEL
PERSAMAAN FUNGSI BESSEL

Fungsi bessel merupakan solusi persamaan diferensial yang ditemui pada


permasalahan mengenai listrik, panas, Hidrodinamik, elastisitas dll

Perbedaan dengan polinomial Legendre adalah


- Polinomial legendre → permasalahan dengan simetri bola (sistem koordinat bola)
- Fungsi bessel → permasalahan dengan simetri silinder (pada sistem koordinat
silinder)
Fungsi bessel di peroleh dari persamaan diferensial bessel berikut
2
(
x y' '+ xy'+ x − p y = 0
2 2
) (48)

Dimana p merupakan konstanta yang disebut sebagai orde fungsi bessel.


Persamaan 48 dapat disederhanakan menjadi persamaan berikut
(
x(xy')'+ x − p y = 0
2 2
) (49)

Persamaan 48 disederhanakan menjadi persamaan 49 berdasarkan relasi berikut

x(xy')' = x (xy')
d
dx
(50)
x(xy')' = x
dx dy '
y '+ xx
dx dx
x(xy')' = xy'+ x 2 y ' '
Solusi persamaan 49 diasumsikan sebagai persamaan 51

y =  a n x n+ s (51)
n =0

Sehingga dapat ditentukan masing masing variabel pada persamaan 48 sebagai


berikut

y ' =  a n (n + s) x n + s −1
n=0

xy ' =  a n (n + s) x n + s
n =0
(52)

(xy ) =  a

' ' 2 n + s −1
n ( n + s ) x
n=0

( ) = a

' ' 2 n+ s
x xy n ( n + s ) x
n=0
Nilai variabel pada persamaan 49 dapat ditentukan berdasarkan persamaan 52
yang hasilnya disajikan pada tabel berikut


y =  a n x n+ s
n =0

( )

x xy =  an (n + s) 2 x n + s
' '

n =0
Latihan soal
Gunakan fungsi bessel untuk menunjukkan bahwa
HUBUNGAN REKURSI FUNGSI-FUNGSI BESSEL
Hubungan rekursi fungsi-fungsi Bessel dapat dinyatakan dengan persamaan berikut
d p
dx
 
x J p ( x) = x p J p −1 ( x)

d −p
dx
 
x J p ( x) = − x − p J p +1 ( x)

2p
J p −1 ( x) + J p +1 ( x) = J p ( x)
x
J p −1 ( x) − J p +1 ( x) = 2 J ' p ( x)
p p
J ' p ( x) = − J p ( x) + J p −1 ( x) = J p ( x) − J p +1 ( x)
x x
• Silahkan bisa anda buktikan sendiri persamaan rekursif tersebut
PERSAMAAN DIFERENSIAL DENGAN SOLUSI FUNGSI BESSEL

Pada persamaan diferensial yang tidak sama dengan persamaan 49, solusinya dapat
dituliskan dalam fungsi bessel. Misalnya pada persamaan berikut
1 − 2a  − c 
( )
2 2 2
c −1 2 a p (57)
y' '+ y'+  bcx + 2 y = 0
x  x 
Dengan solusi berupa
y = x a z p bx c( ) (58)
Dimana z merupakan kombinasi linier dari J dan N dengan a,b,c,p adalah konstanta.
1 − 2a  a 2 − p 2c 2 
y' '+ (
y'+  bcx c −1 )
2
+ 2 y = 0
Contoh x  x 
Tentukan solusi dari persamaan y ' '+9 xy = 0 ( )
y = x a z p bx c
Agar persamaan tersebut memenuhi persamaan 57 maka
1 − 2a = 0; (bc )2
= 9; 2(c − 1) = 1; a 2 − p 2c 2 = 0
Sehingga 1 3 a 1
a= ; c= ; b = 2; p= =
2 2 c 3
1
 32 
Solusi berdasarkan persamaan 58 adalah y = x z 1  2x  sehingga solusi umum
2

persamaan y ' '+9 xy = 0 adalah 3 


1
 32   32 
y = x  AJ 1  2 x  + BN 1  2 x 
2

 3   3 
Dimana A dan B merupakan konstanta sembarang.
APLIKASI FUNGSI BESSEL
Latihan Soal
Gunakan persamaan 57 dan 58 untuk menentukan solusi persamaan
TERIMA KASIH
Fisika matematika II

FUNGSI BESSEL II
OUTLINE
• PENDAHULUAN
• FUNGSI BESSEL
Fungsi Bessel Jenis Lain
Ortogonalitas Fungsi Bessel
Teorema Fuch
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• memahami Fungsi Bessel, bentuk-bentuknya, dan cara-cara mencarinya serta
menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai persoalan.
PENDAHULUAN
FUNGSI BESSEL HUB REKURSIF

PD DGN SOLUSI
SOLUSI I Untuk p integer FUNGSI BESSEL

Fungsi bessel jenis


lain
SOLUSI II
Ortogonalitas Fungsi
Untuk p integer, Jp dan J-p tidak saling bebas bessel

Untuk p non interger sehingga superposisi keduanya merupakan solusi kedua Teorema Fuch
FUNGSI BESSEL
FUNGSI BESSEL JENIS LAIN
Pada persamaan diferensial bessel, terdapat solusi fungsi bessel lainnya selain
memiliki solusi pada persamaan 55 dan 56 yaitu
a. Solusi III berupa fungsi Hankel yang dinyatakan dalam persamaan berikut
H p(1) ( x) = J p ( x) + iN p ( x) (59)
H p( 2 ) ( x) = J p ( x) − iN p ( x)
b. Fungsi Bessel hiperbolik merupakan solusi dari persamaan diferensial berikut
( )
x 2 y' '+ xy'− x 2 + x 2 y = 0 (60)
Fungsi Bessel hiperbolik dinyatakan dalam persamaan berikut

I p ( x) = i − p J p (ix)
 p
K p ( x) = i + H p (ix)
(1)

2
c. Fungsi Bessel Sferis yang terdapat pada persoalan mengenai getaran yang
menggunakan koordinat bola
Fungsi Bessel Sferis dinyatakan sebagai


n
n 1 d   sin x 
j n ( x) = J ( 2 n +1) / 2 ( x) = x  −   
2x  x dx   x 

n
n 1 d   cos x 
y n ( x) = Y( 2 n +1) / 2 ( x) = − x  −   
2x  x dx   x 
hn(1) ( x) = j n ( x) + iyn ( x)
hn( 2) ( x) = j n ( x) − iyn ( x)
ORTOGONALITAS FUNGSI BESSEL
Persamaan diferensial bessel pada persamaan 49 memiliki solusi y = J p (x)
Sifat ortogonalitas fungsi bessel dapat diketahui berdasarkan langkah berikut
a. Jika x pada persamaan 49 diubah menjadi ax maka solusinya menjadi y = J p (x)
dengan persamaan 49 menjadi seperti berikut
(
ax(axy')'+ a x − p y = 0
2 2 2
) (
x(xy')'+ x − p y = 0
2

2
)
'
y =  a n x n+ s

ax ax
dy 
(
 + a x − p y=0
2 2 2
) n =0
 dax 

ax
d 
 ax
dy 
dax  dax 
(
+ a x − p y =0
2 2 2
)
ax
 dax dy
+ ax
d dy 
(
+ a x − p y =0
2 2 2
)
 dax dax dax dax 
ax
 dax dy
+ ax
d dy 
(
+ a x − p y =0
2 2
)
2

 dax dax dax dax 


 dy d2y 
ax + ax 2 
(+ a 2 2
x − p)2
y=0
 dax d (ax ) 
 y 
( )
2
 ax
 dax
dy
+ (ax ) 2 d

2 
+ a 2 2
x − p 2
y=0
 d (ax ) 
 ax dy (ax )2 d 2 y 

 a dx + 2 2 
(+ a 2 2
x − p )2
y=0
 a dx 
( )
xy'+ x 2 y ' '+ a 2 x 2 − p 2 y = 0

Berdasarkan uraian persamaan diatas maka solusi y = J p (x) juga berlaku untuk
persamaan 49 2
(
x(xy')'+ x − p y = 0
2
)
b. Jika J p (ax) = u dan J p (bx) = u maka jika solusi tersebut di substitusikan ke
persamaan 49 menjadi

x( xu' )'+(a 2 x 2 − p 2 )u = 0  v xv( xu' )'+(a x − p )uv = 0


2 2 2

x( xv' )'+(b x − p )v = 0  u
2 2 2
xu ( xv' )'+ (b 2 2
x − p 2
)vu = 0 −
xv( xu' )'−u ( xv' )' + (a 2 x 2 − b 2 x 2 )vu = 0

berlaku v( xu' )'−u ( xv' )'+(a 2 − b 2 )xvu = 0

d
dx
( )
(vxu'−uxv') + a 2 − b 2 xvu = 0 (60)

(
x(xy')'+ x − p y = 0
2 2
)
c. Integralkan persamaan 60 sehingga didapatkan

d
  dx (vxu '−uxv ' )
 dx + a 2
− b(2
) xvudx = 0
(vxu'−uxv') + (a 2 − b 2 ) xvudx = 0
1
0

(v1u '−u1v') − (v0u '−u 0v') + (a 2 − b 2 ) xvudx = 0


(vu'−uv') − (0) + (a 2 − b 2 ) xvudx = 0
(0) + (a 2 − b 2 ) xvudx = 0
ingat untuk u = J p (ax) dan v = J p (bx ), maka
(a 2
− b2 ) xJ p (bx ) J p (ax)dx = 0
TEOREMA FUCH

Teorema Fuch digunakan untuk menunjukkan suatu persamaan diferensial


orde 2 memiliki solusi yang lengkap atau tidak saat diselesaikan menggunakan
metode Frobenius.
Kondisi fuchsian dinyatakan dengan persamaan berikut
y ' '+ f ( x) y '+ g ( x ) y = 0 (62)

Jika xf(x) dan x2g(x) dapat di ekspansikan dalam deret pangkat yang konvergen
 n
 n maka kondisi ini disebut sebagai kondisi fuchsian
a
n =0
x
METODE FROBENIUS
Solusi persamaan diferensial dapat berupa deret yang bukan merupakan deret
pangkat   , misalnya
n 
  an x 
 n =0 
a. Deret yang memiliki pangkat negatif, misalnya2
cos x 1 1 x
y= 2 = 2 − + − .............. (45)
x x 2! 4!
b. Deret yang memiliki faktor , misalnya 1
 x 3

2
y = x sin x = x  x − + .......... (46)
 3! 
Deret yang bukan merupakan deret pangkat, memiliki bentuk persamaan deret
secara umum sebagai berikut  
y = x  a n x =  a n x n+ s
s n
(47)
n =0 n =0
Dimana s merupakan variabel angka yang harus dicari untuk menentukan solusi y
Persamaan 47 disebut sebagai generalized power series. Metode penyelesaian
persamaan diferensial yang dapat menggunakan asumsi persamaan 47 disebut
sebagai metode Frobenius.
y ' '+ f ( x) y '+ g ( x ) y = 0
Contoh
apakah persamaan berikut dapat ditentukan solusinya menggunakan metode
frobenius?
1
x y ' '+ y = 0
4
atau y ' '+ 4 y = 0
x
1
Berdasarkan persamaan tersebut dapat ditentukan bahwa xf ( x) = 0 dan g ( x) =
x4
1 1
atau x g ( x) = 2 dimana 2 tidak dapat diekspansikan pada deret pangkat x positif.
2

x x

Persamaan tersebut tidak memenuhi kondisi Fuchsian sehingga tidak mungkin ada
lebih dari satu solusi berupa deret frobenius sehingga solusi persamaan tersebut
tidak dapat ditentukan menggunakan metode frobenius.
Tugas
Uraikan penerapan fungsi bessel dalam kasus ayunan matematis

(buku mathematical method in physical science (Mary L boas) Hal 519)


TERIMA KASIH
Fisika matematika II

FUNGSI HERMITE
OUTLINE
• PENDAHULUAN
• FUNGSI HERMITE
Persamaan diferensial dari fungsi Hermite
Bentuk Lain Dari Fungsi Hermite
Polinomial Hermite
Hubungan Rekursif Polinomial Hermite
Ortogonalitas Fungsi Hermite
Fungsi Pembangkit Polinomial Hermite
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• memahami fungsi Hermite dan cara-cara mencarinya serta menggunakannya
untuk menyelesaikan berbagai persoalan
FUNGSI HERMITE
PERSAMAAN DIFERENSIAL DARI FUNGSI HERMITE
Fungsi hermite banyak digunakan dalam mekanika kuantum sebagai solusi
permasalahan nilai eigen. Persamaan diferensial dari fungsi hermite adalah sebagai
berikut
y n ' '− x 2 y n = −(2 x + 1) y n , n = 0,1,2,..... (63)
Solusi dari persamaan 63 dapat diketahui berdasarkan uraian berikut
d
a. Jika kita definisikan operator D sebagai , maka didapatkan
dx

(D − x )(D + x ) yn =  − x  + xyn 
d  dyn
=
dyn ' d
+ (xyn ) − xyn '− x 2 yn
 dx  dx  dx dx
d  dx
=  − x ( yn '+ xyn ) = yn ' '+ yn + xyn '− xyn '− x 2 yn
 dx  dx
(D − x )(D + x )yn = yn ' '+ yn − x 2 yn
Tinjau persamaan 63 maka

(D − x )(D + x )y n = y n ' '+ y n − x 2 y n

= −(2n + 1) y n + y n

= −2ny n − y n + y n
(D − x )(D + x )yn = −2nyn
(64)
d
b. Berdasarkan operator D sebagai , juga Tinjau persamaan 63 maka
dx
bisa didapatkan
d  dy n  (D − x )(D + x )y n = y n ' '− y n − x 2 y n
(D + x )(D − x ) y n =  + x  − xyn 
 dx  dx  = −(2n + 1) y n − y n
d 
=  + x ( y n '− xy n )
 dx  = −(2n + 2) y n

=
dy n ' d
− ( xy n ) + xy n '− x 2 y n
(D − x)(D + x)yn = −2(n + 1)y n (65)
dx dx
dx
= y n ' '− y n − xy n '+ xy n '− x 2 y n
dx
(D − x )(D + x ) y n = y n ' '− y n − x 2 y n
Contoh
2
−x
Pembuktian II solusi y 0 = e 2
2
−x
Pembuktian I solusi y 0 = e 2

Substitusi solusi pada persamaan 68 untuk


n=m+1 maka diperoleh fungsi Hermite
dy 0
+ xy0 = 0
dx
dy 0
= − xy0
dx
d  − x2 2  −x
2

e  = − xe 2
dx  
− 2 x  − x2 2  −x
2

e  = − xe 2
2  
 −x 2 
2 2
−x
− x e  = − xe 2 → terbukti
 
BENTUK LAIN DARI FUNGSI HERMITE
Fungsi hermite dapat memiliki bentuk persamaan lainnya. Misal kita tinjau
persamaan berikut
x2  −x
2
 x2  d −x
2
−x
2
df ( x) 
e D e
2 2
f ( x)  = e  e2 2
f ( x) + e 2

   dx dx 
x2  −x
2
−x
2
df ( x) 
= e  − xe
2 2
f ( x) + e 2

 dx 
2 
x2 −x
2
df ( x) 
=e e 2
 − xf ( x) + 
 dx 
x2  −x  df ( x)
2

e D e
2 2
f ( x)  = − xf ( x) +
  dx
x2  −x 2 
2

e D e
2
f ( x)  = ( D − x) f ( x)
  (70)
POLINOMIAL HERMITE
Persamaan Rodrigues untuk polinomial Hermite adalah
n
(73)
H n ( x) = (− 1) e
n x 2 d − x2
n
e
dx
Berdasarkan persamaan 73 maka untuk setiap nilai n dapat ditentukan sebagai
berikut 0 2
→ H 2 ( x) = (− 1) e
d
→ H 0 ( x) = (− 1) e
d − x2
n=0 x2 − x2
n=2 x2
0 2
0
e 2
e
dx dx
H 0 ( x) = 1 = (1)e x
2 d
dx
(
− 2 x e− x
2
)
n =1 → H 1 ( x) = (− 1) e
1 x2 d − x2
dx
e =e x2
(− 2 e − x2
− 2 x(−2 x) e − x2
)
H 1 ( x) = (− 1) e (−2 x) e
1 x2 − x2
=e e x2 − x2
(− 2 + 4 x ) 2

H 1 ( x) = 2 x H 2 ( x) = 4 x 2 + 2
3
→ H 3 ( x) = (− 1) e
d − x2
n=3
3 2
x
3
e
dx
= (− 1)e x2 d
dx
− x2
− 2e + 4x e (
2 − x2
)
= −e x2
(4 xe − x2
+ 8xe − x2
+ 4 x (−2 x) e
2 − x2
)
=e ex2 − x2
(12 x − 8x ) 2

H 3 ( x) = 12 x − 8 x 2
Polinomial Hermite juga merupakan solusi dari persamaan diferensial berikut
y ' '−2 xy'+2ny = 0 (74)
Pembuktian polinomial 2hermite merupakan solusi persamaan 74
−x
a. Tinjau solusi y n = e 2 H n ( x) kemudian substitusi ke persamaan 63
y n ' '− x 2 y n = −(2n + 1) y n

d2  −x 2 
2 2 2
2 − 2 −x
x

 e H n ( x )  − x e H n ( x ) = − ( 2 n + 1 ) e 2
H n ( x)
dx 2
d  2 x − x2 2 −x
2
dH ( x )  − x2 − x2
 − e H n ( x ) + e 2 n
 − x 2
e 2
H n ( x ) = − ( 2 n + 1) e 2
H n ( x)
dx  2 dx 
 d 2 x − x 2 2   2 x − x 2 2 dH n ( x)  d − x 2 2 dH n ( x) −x
2
d 2
H n ( x) 
 − e H n ( x)  −  e + e +e 2

  
2
 dx 2 2 dx dx dx dx 
2 2
−x −x
−x e2 2
H n ( x) = −(2n + 1)e 2
H n ( x)
 − x 2 2 x2
2 − 2   − x 2
dH ( x )  − x 2
dH ( x ) − x 2
d 2
H n ( x) 
 − e +x e  H n ( x) −  xe  − xe +e
n n

2 2 2

   
2
dx dx dx 
2 2 2
−x −x −x
−x e2 2
H n ( x) = −2ne 2
H n ( x) − e 2
H n ( x)
x2
2
b. Kalikan persamaan diatas dengan e maka didapatkan

 H n ( x) 
( )  
2
dH ( x ) dH ( x ) d
 − H n ( x) + x H n ( x) −  x −x +
2 n n

 
2
 dx dx dx 
− x 2 H n ( x) = −2nH n ( x) − H n ( x)
  dH n ( x)  d 2 H n ( x) 
−  2 x +  = −2nH n ( x)
  dx  2
dx 
d2 dH n ( x)
2
H n ( x) − 2 x + 2nH n ( x) = 0
dx dx

Bandingkan persamaan diatas dengan persamaan 74, maka dapat disimpulkan


solusi y adalah polinomial Hermite
HUBUNGAN REKURSIF POLINOMIAL HERMITE

Hubungan rekursi Polinomial Hermite dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

(a) H n ' ( x) = 2nH n −1 ( x)


(b) H n +1 ( x) = 2 xH n ( x) − 2nH n −1 ( x)
ORTOGONALITAS FUNGSI HERMITE

Sifat ortogonalitas fungsi hermite dinyatakan dengan persamaan berikut

  0 ; n  m;

−e H n ( x) H m ( x)dx =   2 n n!; n = m
−x 2
(75)

FUNGSI PEMBANGKIT POLINOMIAL HERMITE

Polinomial hermite dapat dibangkitkan menggunakan sebuah fungsi yang disebut


sebagai fungsi pembangkit yang dinyatakan dengan persamaan


hn
(x, h ) = e 2 xh−h =  H n ( x)
2

n =0 n! (76)
TERIMA KASIH
Fisika matematika II

FUNGSI LAGUERRE
OUTLINE
• PENDAHULUAN
• FUNGSI LAGUERRE
Persamaan Diferensial Laguerre
Polinomial Laguerre Terkait
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu
• Mahasiswa mampu memahami Polinomial Laguerre dan cara-cara mencarinya
serta menggunakannya untuk menyelesaikan berbagai persoalan
FUNGSI LAGUERRE
PERSAMAAN DIFERENSIAL LAGUERRE

Fungsi laguerre banyak digunakan dalam mekanika kuantum sebagai solusi


permasalahan nilai eigen. Fungsi laguerre adalah solusi dari persamaan diferensial
berikut
xy' '+(1 − x ) y '+ ny = 0 y = Ln ( x) (77)
Dimana Ln merupakan polinomial laguerre

Polinomial Laguerre dapat ditentukan berdasarkan persamaan rodrigues berikut


1 x d n n −x
Ln ( x) =
n!
e
dx n
(x e ) (78)
1 x d n n −x
Ln ( x) = e
n! dx n
x e( )
Hasil ekspansi persamaan rodrigues menghasilkan plinomial laguerre sebagai
berikut

n(n − 1) x 2 n(n − 1)(n − 2) x 3 (−1) n x n


Ln ( x) = 1 − nx + − + ....... +
2! 2! 3! 3! n!
n
 n  x m
Ln ( x) =  (−1) m   → polinomial laguerre (78)
m =0  m  m!
Nilai polinomial untuk tiap nilai n adalah
x2
L0 ( x) = 1; L1 ( x) = 1 − x; L2 ( x) = 1 − 2 x +
2
Ln ( x) = e
n! dx
(
1 x d n n −x
n
x e )
Sifat ortogonalitas polinomial Laguerre dinyatakan dengan persamaan berikut

  0 ;n  k

 Ln ( x) Lk ( x)dx =  nk
e −x2
= (79)
0  1 ;n = k

Polinomial Laguerre dapat dibangkitkan menggunakan sebuah fungsi yang disebut


sebagai fungsi pembangkit yang dinyatakan dengan persamaan
− xh
(1− h ) 
 ( x, h ) =
e
=  Ln ( x ) h n (80)
1− h n =0
Hubungan rekursif fungsi laguerre dinyatakan dengan persamaan berikut

(a) L ( x) − L ( x) + Ln ( x) = 0
'
n +1
'
n

(b) (n + 1) Ln +1 ( x) − (2n + 1 − x) Ln ( x) + nLn −1 ( x) = 0


(c) xL ( x) − nLn ( x) + nLn −1 ( x) = 0
'
n
POLINOMIAL LAGUERRE TERKAIT

Polinomial laguerre terkait merupakan turunan dari polinomial laguerre


Polinomial laguerre terkait adalah solusi dari persamaan diferensial berikut
xy ' '+(k + 1 − x) y '+ ny = 0 y = Lkn ( x) (81)
k
Dimana Ln (x) merupakan polinomial legendre terkait
Persamaan rodrigues untuk polinomial leguerre terkait dinyatakan dengan
persamaan berikut
−k x
(x )
n
x e d n+k − x
(82)
k
Ln ( x) = n
e
n! dx
Berdasarkan persamaan 82, Polinomial laguerre terkait dapat dinyatakan sebagai
k
d
Lkn ( x) = (−1) k k Ln + k ( x)
dx
k
Ortogonalitas fungsi Ln (x) dinyatakan dengan persamaan berikut

  0 ;m  n

0 x e Ln ( x) Lm ( x)dx =  (n + k )! ; m = n
k − x2 k k (83)

 n!
Hubungan rekursif fungsi laguerre terkait dinyatakan dengan persamaan berikut
(a) (n + 1) L k
n +1 ( x ) − ( 2n + k + 1 − x ) L ( x ) + ( n + k ) L ( x ) = 0
k
n
k
n −1

d k
(b) x Ln ( x) − nLkn ( x) + (n + k ) Lkn −1 ( x) = 0
dx
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai