Metode Frobenius
Oleh :
Kelompok III
Firdaus (E1Q421032)
Indikator:
PENDAHULUAN
Kita akan membahas mengenai materi Metode Frobenius. Dalam matematika, metode
frobenius diambil dari nama penemunya yaitu Ferdinand Georg Frobenius. Metode
Frobenius adalah cara untuk menentukan solusi deret tak hingga untuk bentuk
persamaan diferensial biasa orde dua.
ISI MATERI
A. Teori
Persamaan diferensial biasa adalah suatu persamaan diferensial yang memuat
turunan dari suatu fungsi dengan satu peubah bebas. Dalam membahas suatu
persamaan diferensial biasa, tidak terlepas dalam kajian mencari solusi persamaan
diferensial tersebut. Solusi dari persamaan diferensial orde-n adalah suatu fungsi
yang memenuhi persamaan diferensial.
Metode Frobenius ini sangat efisien digunakan untuk mencari solusi persamaan
diferensial dengan koefisien berupa fungsi. Metode frobenius ini banyak
digunakan dalam mencari solusi dari penerapan persamaan diferensial,
diantaranya persamaan Bessel, penyebaran suhu dalam tabung, persamaan
Laguerre yang digunakan dalam mekanika kuantum dari atom hidrogen, dan
persamaan hipergeometrik dari Gauss.
TEOREMA 1 (Metode Frobenius)
Setiap persamaan diferensial berbentuk
b(x) c(x)
yʺ + y ʹ + 2 y=0 (14)
x x
dengan fungsi-fungsi b(x) dan c(x) analitik pada x ¿ 0 mempunyai sekurang-
kurangnya satu penyelesaian yang dapat dinyatakan dalam bentuk
∞
y (x) = x
r
∑ a m x m=x r (a0 + a1 x +a2 x 2+ …) ,( a 0 ≠ 0 ) (15)
m=0
dimana pangkat r merupakan bilangan (riil atau komplek) yang sebarang dan r
dipilih sehingga a 0 ≠ 0.
Persamaan tersebut juga mempunyai penyelesaian kedua sedemikian hingga
kedua penyelesaian ini bergantung linear yang mungkin serupa dengan persamaan
(14) dengan r yang berbeda dan koefisien-koefisien yang berbeda atau barangkali
mengandung bentuk logaritma.
Hal yang penting adalah bahwa di persamaan (15) mempunyai deret pangkat
yang dikalikan dengan sebuah pangkat dari x yang pangkatnya r tidak dibatasi
berupa bilangan bulat tak negative.
Untuk menyelesaikan persamaan (14) dapat ditulis
x 2 y ʺ+ xb ( x ) y ʹ +c ( x ) y=0 (14*)
Jabarkan b(x) dan c(x) dalam deret pangkat,
b(x) = b 0+ b1 x +b 2 x 2+ ⋯ , c(x) ¿ c 0 +c 1 x +c 2 x2 + ⋯
Kemudian diferensialkan (15) suku demi suku untuk memperoleh
∞
yʹ(x)¿ ∑ (m+ r )a m x
m +r−1
= x r−1 (r a0 +(r +1) a1 x +⋯)
m=0
∞
yʺ(x) = ∑ ( m+r )( m¿+ r−1)a m x m +r−2=x r −2 (r (r−1) a0 +( r +1 ) r a1 x + ⋯)¿
m=0
(15*)
Turunan pertama dan turunan kedua dari pers (2) berturut-turut diberikan
oleh
∞
y =∑ an (n+ s) xn +s−1
'
(3)
n=0
∞
y =∑ an ( n+s ) (n+ s−1) x
' n+ s−2
(4)
n=0
∞ ∞ ∞
∑ an ( n+s ) ( n+s−1 ) x n+ s
+ ∑ an (n+ s) x
n+ s
−9 ∑ a n x
n+ s
=0
n=0 n=0 n=0
∞
s −9 a0 x + ∑ [(n+s )2−9]a n x n+ s=0
2 s
(5)
n=0
Agar pers.(5) terpenuhi maka koefisien xs dan xn+s harus sama dengan nol. Untuk
koefisien xs didapatkan
2
(s −9)a 0=0 (6)
(s2−9)=0 (7)
n¿ (8)
Mengingat suku kedua pada pers.(5) merupakan deret yang dimulai dari n=1 maka jelas
bahwa n(n+6) ≠0. Mengingat n(n+6) ≠0 maka pers.(8) akan terpenuhi hanya jika an = 0.
Dengan demikian, didapatkan bahwa an = 0 untuk n≥1. Solusi pers.(1) untuk diberikan s =
3 diberikan oleh
∞ ∞
y ( x ) =∑ a n x =∑ a n x
n+ s n+ 3 3 4 5 3
=a0 x + a1 x +a2 x + …=a 0 x (9)
n=0 n=0
n¿ (10)
Mengingat suku kedua pada pers.(5) merupakan deret yang dimulai dari n=1 maka jelas
bahwa n(n-6) ≠0 kecuali untuk n=6. Mengingat n(n-6) ≠0 kecuali untuk n=6 maka pers.
(10) akan terpenuhi hanya jika an = 0 kecuali untuk n=6, a6 bernilai sembarang. Dengan
demikian, solusi pers.(1) untuk diberikan s = -3 diberikan oleh
∞ ∞
y ( x ) =∑ b x n+ s=∑ b n x n−3=b 0 x −3 + …+b6 x 3+ …=b 0 x −3 +b 6 x 3 (11)
n=0 n=0
3 −3 3
Mengingat y(x) = a 0 x dan y(x) = b 0 x +b 6 x masing-masing adalah solusi pers.(1)
maka solusi umum pers.(1) diberikan oleh
3 −3 3
y ( x ) =a0 x + b0 x + b6 x =¿ (JAWABAN)
DAFTAR PUSTAKA