Anda di halaman 1dari 8

Tugas Matakuliah Fisika Matematika Lanjut

Metode Frobenius

Oleh :

Kelompok III

St. Nur Aisyah (E1Q020051)

Ulfa Dwiyanti (E1Q020056)

Firdaus (E1Q421032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
METODE FROBENIUS

Capaian Pembelajaran : Setelah Mempelajari Metode Frobenius Mahasiswa diharapkan


mampu mengaplikasikan konsep tersebut untuk menyelesaikan permasalahan fisika.

Indikator:

1. Menjelaskan Konsep Metode Frobenius


2. Menyelesaikan Persamaan Diferensial Orde Dua Menggunakan Metode
Frobenius
3. Menyelesaikan Soal-soal terkait Metode Frobenius
4. Mengaplikasikan Metode Frobenius dalam menyelesaikan Permasalahan Fisika

PENDAHULUAN
Kita akan membahas mengenai materi Metode Frobenius. Dalam matematika, metode
frobenius diambil dari nama penemunya yaitu Ferdinand Georg Frobenius. Metode
Frobenius adalah cara untuk menentukan solusi deret tak hingga untuk bentuk
persamaan diferensial biasa orde dua.

ISI MATERI
A. Teori
Persamaan diferensial biasa adalah suatu persamaan diferensial yang memuat
turunan dari suatu fungsi dengan satu peubah bebas. Dalam membahas suatu
persamaan diferensial biasa, tidak terlepas dalam kajian mencari solusi persamaan
diferensial tersebut. Solusi dari persamaan diferensial orde-n adalah suatu fungsi
yang memenuhi persamaan diferensial.
Metode Frobenius ini sangat efisien digunakan untuk mencari solusi persamaan
diferensial dengan koefisien berupa fungsi. Metode frobenius ini banyak
digunakan dalam mencari solusi dari penerapan persamaan diferensial,
diantaranya persamaan Bessel, penyebaran suhu dalam tabung, persamaan
Laguerre yang digunakan dalam mekanika kuantum dari atom hidrogen, dan
persamaan hipergeometrik dari Gauss.
TEOREMA 1 (Metode Frobenius)
Setiap persamaan diferensial berbentuk
b(x) c(x)
yʺ + y ʹ + 2 y=0 (14)
x x
dengan fungsi-fungsi b(x) dan c(x) analitik pada x ¿ 0 mempunyai sekurang-
kurangnya satu penyelesaian yang dapat dinyatakan dalam bentuk

y (x) = x
r
∑ a m x m=x r (a0 + a1 x +a2 x 2+ …) ,( a 0 ≠ 0 ) (15)
m=0

dimana pangkat r merupakan bilangan (riil atau komplek) yang sebarang dan r
dipilih sehingga a 0 ≠ 0.
Persamaan tersebut juga mempunyai penyelesaian kedua sedemikian hingga
kedua penyelesaian ini bergantung linear yang mungkin serupa dengan persamaan
(14) dengan r yang berbeda dan koefisien-koefisien yang berbeda atau barangkali
mengandung bentuk logaritma.
Hal yang penting adalah bahwa di persamaan (15) mempunyai deret pangkat
yang dikalikan dengan sebuah pangkat dari x yang pangkatnya r tidak dibatasi
berupa bilangan bulat tak negative.
Untuk menyelesaikan persamaan (14) dapat ditulis
x 2 y ʺ+ xb ( x ) y ʹ +c ( x ) y=0 (14*)
Jabarkan b(x) dan c(x) dalam deret pangkat,
b(x) = b 0+ b1 x +b 2 x 2+ ⋯ , c(x) ¿ c 0 +c 1 x +c 2 x2 + ⋯
Kemudian diferensialkan (15) suku demi suku untuk memperoleh

yʹ(x)¿ ∑ (m+ r )a m x
m +r−1
= x r−1 (r a0 +(r +1) a1 x +⋯)
m=0


yʺ(x) = ∑ ( m+r )( m¿+ r−1)a m x m +r−2=x r −2 (r (r−1) a0 +( r +1 ) r a1 x + ⋯)¿
m=0

(15*)

Dengan memasukkan semua deret ini ke dalam (14*) kita peroleh

x r (r ( r−1) a0 +⋯)+b 0+ b1 x + ⋯ ¿ x r (r a0 +⋯)+(c 0 +c 1 x +⋯)(a0 +a 1 x +⋯)=0


(16)

Sekarang kita menyamakan jumlah semua koefisien dari setiap pangkat x


dengan nol, seperti sebelumnya, ini menghasilkan suatu sistem persamaan yang
mengandung koefisien-koefisien a m yang tidak diketahui pangkat terkecil adalah
x r dan persamaan kaitannya adalah
[ r (r −1)+ b0 r +c 0 ] a0=0
Karena asumsi a 0 ≠ 0. Maka pernyataan didalam kurung siku (besar) harus sama
dengan nol. Ini memberikan
r 2 + ( b 0−1 ) r +c 0 =0 (17)
Persamaan kuadra yang penting ini disebut persamaan penunjuk (persaamaan
“indical”) dari persamaan diferensial (14).
Metode yang kita gunakan akan menghasilkan suatu basis penyelesaian. Salah
satu dari kedua penyelesaian akan selalu berbentuk (15), dengan r adalah akar
dari persamaan (17). Bentuk dari penyelesaian lainnya akan ditunjukkan oleh
persamaan penunjuk ; bergantung pada akar-akarnya. Terdapat tiga kasus yang
mungkin seperti dinyatakan dalam teorema berikut.
TEOREMA 2 (Metode Frobenius. Bentuk penyelesaian kedua)
Anggaplah persamaan diferensial (14) memenuhi anggapan-anggapan dalam
teorema 1. Misalkan r 1 dan r 2 merupakan akar-akar persamaan indical (17).
Maka kita mempunyai tiga buah kasus berikut ini.
Kasus 1. Akar-akar yang berbeda yang tidak dibedakan oleh bilangan
bulat.
Basis penyelesaiannya adalah
r 2
Y 1 ( x)=x 1 (a 0+ a1 x + a2 x +⋯ ¿ (18)
Dan
r 2
Y 2 (x)=x 2 ( A0 + A 1 x + A 2 x +⋯ ¿ (19)
Secara berurutan koefisien-koefisiennyaa diperoleh dari persamaan (16) dengan
Berturut-turut r¿ r 1 dan r¿ r 2
Kasus 2. Akar rangkap r 1=r 2=r . Basis penyelesaiannya adalah
r 2 1
Y 1 ( x)=x (a 0+ a1 x + a2 x +⋯ ¿ r ¿ (1−b0 ) (20)
2
(yang mempunyai bentuk umum yang sama dengan sebelumnya) dan
r 2
Y 2 ( x ) = y 1 ( x ) ln x + x ( A0 + A 1 x + A 2 x +⋯ ¿ (x¿ 0 ¿ (21)
Kasus 3. Akar-akar yang dibedakan oleh suatu bilangan bulat. Basis
penyelesaiannya adalah
r1 2
Y 1 (x)=x (a 0+ a1 x + a2 x +⋯ ¿ (22)
(mempunyai bentuk umum yang sama dengan sebelumnya)
r2 2
Y 2 (x)=k y 1 ( x ) ln x+ x ( A0 + A 1 x + A 2 x +⋯ ¿ (23)
Di mana akar-akarnya menunjukkan bahwa r 1−r 2> 0 dan k mungkin menjadi
nol.

B. Contoh Soal dan Pembahasan


1. Carilah penyelesaian dari persamaan diferensial berikut ini dengan
menggunakan metode frobenius!
a. x 2 y ' ' + xy ' −9 y=0
b. 2 xy ' ' + y ' + 2 y =0
Jawaban
1. a. Menggunakan metode Frobenius, solusi dari persamaan diferensial
2 '' '
x y + xy −9 y=0 (1)
diambil berbentuk

y=∑ an x
n+s
(2)
n=0

Turunan pertama dan turunan kedua dari pers (2) berturut-turut diberikan
oleh

y =∑ an (n+ s) xn +s−1
'
(3)
n=0


y =∑ an ( n+s ) (n+ s−1) x
' n+ s−2
(4)
n=0

Substitusi pers.(2),(3),dan pers.(4) ke pers.(1) memberikan


∞ ∞ ∞
x 2 ∑ an ( n+s ) ( n+s−1 ) x n+ s−2 + x ∑ an (n+s )x n+ s−1−9 ∑ a n x n+ s=0
n=0 n=0 n=0

∞ ∞ ∞

∑ an ( n+s ) ( n+s−1 ) x n+ s
+ ∑ an (n+ s) x
n+ s
−9 ∑ a n x
n+ s
=0
n=0 n=0 n=0

∑ [ ( n+ s ) ( n+ s−1 )+(n+ s)−9]an x n+s =0


n=0

∑ [(n+ s)2−9]an x n+s =0


n=0


s −9 a0 x + ∑ [(n+s )2−9]a n x n+ s=0
2 s
(5)
n=0

Agar pers.(5) terpenuhi maka koefisien xs dan xn+s harus sama dengan nol. Untuk
koefisien xs didapatkan

2
(s −9)a 0=0 (6)

Pengambilan a0 ≠ 0 pada pers.(6) memberikan indicial equation

(s2−9)=0 (7)

yang memiliki solusi s = ±3. Untuk s = 3, maka koefisien xn+s memberikan

n¿ (8)
Mengingat suku kedua pada pers.(5) merupakan deret yang dimulai dari n=1 maka jelas
bahwa n(n+6) ≠0. Mengingat n(n+6) ≠0 maka pers.(8) akan terpenuhi hanya jika an = 0.
Dengan demikian, didapatkan bahwa an = 0 untuk n≥1. Solusi pers.(1) untuk diberikan s =
3 diberikan oleh

∞ ∞
y ( x ) =∑ a n x =∑ a n x
n+ s n+ 3 3 4 5 3
=a0 x + a1 x +a2 x + …=a 0 x (9)
n=0 n=0

Untuk s = -3, maka koefisien xn+s memberikan

n¿ (10)

Mengingat suku kedua pada pers.(5) merupakan deret yang dimulai dari n=1 maka jelas
bahwa n(n-6) ≠0 kecuali untuk n=6. Mengingat n(n-6) ≠0 kecuali untuk n=6 maka pers.
(10) akan terpenuhi hanya jika an = 0 kecuali untuk n=6, a6 bernilai sembarang. Dengan
demikian, solusi pers.(1) untuk diberikan s = -3 diberikan oleh

∞ ∞
y ( x ) =∑ b x n+ s=∑ b n x n−3=b 0 x −3 + …+b6 x 3+ …=b 0 x −3 +b 6 x 3 (11)
n=0 n=0

3 −3 3
Mengingat y(x) = a 0 x dan y(x) = b 0 x +b 6 x masing-masing adalah solusi pers.(1)
maka solusi umum pers.(1) diberikan oleh

3 −3 3
y ( x ) =a0 x + b0 x + b6 x =¿ (JAWABAN)

DAFTAR PUSTAKA

Arfken ,G. “Series Solutions—Frobenius’ Method. “8.5 in mathematical methods for


physicist s, 3rd ed. Orlando, FL: Academic Press, pp. 454-467, 1985.
Ince, E.L. Ch.5 in Ordinary Differential Equation. New York: Dover, 1956.
Ross, Shepley L. 1984. Differential Equation. New York : John Wileg & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai