An(x - xn)n
(2-1)
n 0
disebut deret Pangkat. Deret ini disebut memusat bila deret ini mendekati suatu
harga yang berhingga bila n mendekati tak berhingga. Pengujian yang paling
sederhana untuk kondisi memusat adalah rasio test, yaitu bila :
lim
A n 1
x x0 J L x x0 1
An
(2-2)
maka deret ini memusat, namun bila J > 1, deret menjadi tak memusat. Pengujian
ini tak dapat digunakan bila J = 1. Besaran :
A
1
lim n 1 sering disebut jari-jari
n
L
An
An(x - xn)n
(2-3)
n 0
maka,
dy
dx
n 0
d y
= 2A2 + 6A3(x - x0) + ... + n.(n - 1).An(x - x0)n - 2 + ...
2
dx
(2-5)
n 0
MTK-2/15
dk y
= n.(n - 1)....(n - k + 1).An.(x - xn)n - k
(2-6)
dx k
n 0
Deret pangkat I seperti pada pers. (2-3), bisa diajdikan bentuk yang lebih
bermanfaat yang dikenal sebagai "Deret Taylor" sebagai berikut : differensiasikan
pers.(2-3) n kali dan tetapkan x = x0. Masing-masing anggota daripada sistem
persamaan-persamaan yang dihasilkan akan menentukan satu konstanta :
A0
= y0 = f(x0)
(2-7)
dy
A1
=
= f '(x0)
(2-8)
dx x 0
f n (x 0 )
An
=
(2-9)
n!
akibatnya, pers.(2-3) menjadi :
f n (x 0 )
y = f(x) =
(x - x0)n
(2-10)
n!
n0
supaya pers.(2-10) valid, seluruh turunan-turunan f(x) harus ada pada x = x0. Suatu
fungsi yang dapat disajikan dengan deret Taylor di sekitar x = x0 dikatakan sebagai
regular pada x = x0. Penyelesaian suatu PD orde dua homogen linier seringkali bisa
diperoleh dengan metoda deret pangkat. Dalam bentuk standart, PD ini bisa ditulis
sbb. :
d2y
dy
(2-11)
a1 ( x )
a1 ( x ) y 0
2
dx
dx
Sifat-sifat koeffisien-koeffisien a1(x) dan a2(x) mempunyai arti yang penting pada
karakteristik penyelesaian deret pangkatnya. Apabila fungsi a1(x) dan a2(x) tak
dapat dinyatakan dengan deret pangkat yang memusat dalam selang tertentu, maka
penyelesaian deret pangkatnya akan sulit dikerjakan.
Karakteristik penyelesaian deretnya disekitar x0 dapat diperkirakan dari sifat-sifat
fungsi a1(x) dan a2(x) didekat x0. Titik x0 dapat diklasifikasikan sbb. :
1. x0 disebut titik ordinary PD bila a 1(x) dan a2(x) dapat disajikan sebagai deret
pangkat yang memusat yang meliputi x = x0 di dalam selang pemusatannya,
artinya a1(x) dan a2(x) regular pada x = x0.
2. x0 disebut titik singular PD bila salah satu a1(x) atau a2(x) tak regular pada x =
x0.
3. x0 disebut titik regular singular PD bila klasifikasi 2 berlaku tetapi hasilkali (x x0).a1(x) dan (x - x0)2.a2(x) kedua-duanya regular pada x = x0.
4. x0 disebut titik irregular singular PD bila klasifikasi 2 berlaku tetapi 3 tidak
berlaku.
Contoh :
1
mempunyai titik singular pada x = 0 dan x = 1
x(1 x)
MTK-2/16
d2y
dy
2 x (1 x )
y0
2
dx
dx
Identifikasikan jenis titik dan lokasinya.
Jawab :
d2y
2 x (1 x ) dy
1
2
2
y0
2
2 2
dx
x (1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
d2y
2 x (1 x )
dy
1
2
2
y0
2
2
2
dx
x (1 x ) (1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
d2y
2
dy
1
2
y0
2
2
dx
x (1 x )(1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
2
1
maka : a1(x) =
dan a2(x) = 2
2
x.(1 x )(1 x )
x (1 x 2 ) 2
x0 = 0
: - a1(x) dan a2(x) : tidak regular
2
- x.a1(x)
:
: regular
2
.(1 x )(1 x )
1
- x2.a2(x)
:
: regular
(1 x 2 ) 2
x0 = 0 : titik regular singular
x0 = 1
: - a1(x) dan a2(x) : tidak regular
2( x 1)
2(1 x )
- (x-1).a1(x) :
=
2
x.(1 x )(1 x ) x.(1 x )(1 x )(1 x )
2
: regular
. x.(1 x ) 2
( x 1) 2
(1 x ) 2
2
- (x-1) .a2(x) : 2
x .(1 x 2 ) 2 x 2 .(1 x ) 2 .(1 x ) 2
1
: regular
2
x .(1 x ) 2
x0 = 1 : titik regular singular
x0 = 2
: ordinary
...
: ordinary
x0 =
: ordinary
x 2 (1 x 2 ) 2
y=
An(x - x0)n
(2-12)
n 0
MTK-2/17
(2-13)
n 0
n
ordinary, sehingga penyelesaian deret pangkatnya adalah : Y ( x ) An ( x ) .
n 0
Dimana
turunannya
adalah
dy
nAn ( x ) n1 dan
dx n 0
d2y
2
dx
n 0
n.( n 1). An . x
n 0
n2
n0
n0
x n. An . x n1 An . x n 0
( 1) n 2 n
1
1 5
1 7
Y ( x )` A0 n
. x A1 . x x 3
x
x ...
3
15
105
n 0 2 . n!
I. METODA FROBENIUS.
Metoda ini dimulai dengan mencari penyelesaian-penyelesaian yang valid di
daerah titik x = 0. Penyelesaian-penyelesaian yang valid di daerah suatu titik x = x 0
MTK-2/18
V (x) y 0
Ly R(x)
(2-14)
2
x
dx x 2
dx
dianggap :
1. R(x) 0 di dalam interval sekitar x = 0.
2. persamaan telah dibagi dengan suatu konstanta yang membuat R(0) = 1.
3. R(x), P(x), dan V(x) adalah regular pada x = 0.
maka x.a1(x) P(x)/R(x) dan x2.a2(x) V(x)/R(x) adalah regular pada x = 0, dan
titik x = 0 adalah seburuk-buruknya merupakan titik regular singular.
Fungsi-fungsi R(x), P(x), dan V(x) disajikan sebagai deret pangkat :
R(x) =
Rk.xk
(2-15)
Pk.xk
(2-16)
Vk.xk
(2-17)
k 0
P(x) =
k 0
V(x) =
k 0
Harga-harga numerik koeffisien Rk, Pk, dan Vk dapat ditentukan dalam setiap
persoalan-persoalan praktis. Penyelesaian pers.(2-14) dianggap berbentuk :
y = xs.
An.xn
(2-18)
n 0
k
n s2
R
x
L(y) = k ( n s).(n s 1) An x
k 0
n 0
k
n s2
k
n s2
Pk x (n s) An x
Vk x An x
k 0
n0
k 0
n0
( n s).( n s 1) R
k 0 n0
( n s ) Pk Vk . An x k n s 2
= 0
(2-19)
Pers.(2-19) akan dipenuhi bila koeffisien-koeffisien xl+s-2 adalah nol (dimana l adalah
suatu bilangan). Didefinisikan : k + n = l
(2-20)
maka koeffisien-koeffisien xl+s-2 diinginkan bila l mempunyai suatu harga tertentu.
Pandanglah suku,
. An . x k n s 2
(2-21)
k 0 n 0
.V
l 0 k 0
. Al k x l s 2
(2-22)
Kondisi yang memenuhi pers.(2-19) adalah :
( l s k ).( l s k 1) R
k 0
( l s k ). Pk Vk . Al k 0 (2-23)
An
q k ( s n). An k
k 1
(2-27)
f ( s n)
dimana n 1. Pers.(2-27) tak berlaku bila f(s+n) sama dengan nol. Keadaan khusus
ini dibicarakan berikut ini.
MISAL: = s + n
f() = 2 + (P0 - 1) + V0
qk() = Rk(-k)2 + (Pk - Rk).(-k) + Vk
(2-25a)
(2-26a)
An
q k ( ). An k
k 1
(2-27a)
f ( )
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bila metoda Frobenius digunakan
untuk menentukan penyelesaian deret suatu PD linier homogen, timbul beberapa
alternatif berikut :
1. Bila s1 - s2 0 dan juga bukan bilangan bulat, maka metoda Frobenius
memberikan dua buah penyelesaian yang independent dalam bentuk pers.(218).
2. Bila s1 - s2 = 0, maka metoda Frobenius hanya memberikan sebuah penyelesaian
dengan bentuk pers.(2-18)
3. Bila s1 - s2 = N, dimana N adalah bilangan bulat real, maka pemakaian harga s
yang lebih besar (yaitu s1) akan selalu memberikan sebuah penyelesaian dengan
bentuk pers.(2-18). Bila harga s yang lebih kecil yang digunakan (yaitu s2).
maka mungkin tak diperoleh penyelesaian dengan bentuk pers.(2-18) atau
mungkin juga diperoleh dua penyelesaian independent dengan bentuk pers.(218), salah satu dari padanya adalah identitas dengan yang diperoleh dari harga
s1. Yang terakhir ini terjadi bila x = 0, merupakan ordinary point.
4. Dalam semua keadaan dimana dapat diperoleh hanya sebuah penyelesaian
dengan bentuk :
y1 =
A .x
n0
n s1
A0 . u1 ( x )
(2-28)
n s
y2 = c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x
(2-29)
n0
2
x
2 dx x 2
dx
dimana :
R(x)
= 1
P(x)
V(x)
R(0) = 1
1 2x 1
x
2
2
1
= x
2
Identity :
R(x)
.xk
n0
R0 = 1, R1 = R2 = R3 = ... = 0
MTK-2/21
P(x)
.xk
n 0
V(x)
.xk
n 0
V0 = 0, V1 = -1/2, V2 = V3 = ... = 0
Pers. Indicial : R0 = 1, maka pers. indicialnya :
s2 + (P0 - 1)s + V0 = 0
s2 + (1/2 - 1)s + 0 = 0
s(s - 1/2) = 0 s1 = 0 dan s2 = 1/2
Penyelesaian secara deret : Y = Y1 + Y2
n 0
n0
s
n
s
'
n
= x 1 . An . x x 2 . An . x
Pers. rekurensi :
dimana :
An
q k ( s n). An k
k 1
f ( s n)
- qk(s) = Rk.(s-k)2 + (Pk - Rk).(s - k) + Vk
- f(s) = s2 + (P0 - 1)s + V0
untuk s = s1 = 0 :
n = 1
q1(1)
f(1)
n = 2
q1(2)
q2(2)
f(2)
n = 3
q1(3)
q2(3)
q3(3)
f(3)
[q1 (1). A0 ]
f (1)
= R1.(1 - 1)2 + (P1 - R1).(1 - 1) + V1 = -1/2
= 12 + (P0 - 1).1 + V0 = 1 + (1/2 - 1).1 + 0 = 1/2
[ 1 / 2. A0 ]
A1
A0
1/ 2
A1
MTK-2/22
A3
[ 5 / 2. A1 ] 1
1
A2 A0
15 / 2
3
6
n = ....
n = n
An
1
. A0
n!
1
1
A0 . x n A0 . x n
n 0 n!
n 0 n!
0
s
n
Jadi : Y1 x . An . x = x .
1
n 0
untuk s = s2 = 1/2 :
[ q1 (1,5). A0' ]
n = 1
f (1,5)
q1(1,5) = R1.(1,5 - 1)2 + (P1 - R1).(1,5 - 1) + V1 = -1
f(1,5) = 1,52 + (P0 - 1).1,5 + V0 = 3/2
A0'
2
'
A1
A0'
3/ 2 3
A1'`
A0
A0
5
15
3.5
n = 2
n = 3
q1(3,5)
q2(3,5)
q3(3,5)
f(3,5)
A2'
A3'
3
21 2 2
23
'
A2'
.
A0'
A0
21 / 2
7 3.5
3.5.7
Jadi : Y2
s
'
n
0 ,5
'
'
'
2
= x 2 . An . x x .[ A0 A1 . x A2 . x ...]
n 0
= x 0,5 . A0' [1
2
22 2
23
.x
x
x 3 ...]
3
3.5
3.5.7
Sehingga :
2
3
1 n
x + x 0,5 . A0' [1 2 . x 2 x 2 2 x 3 ...]
3
3.5
3.5.7
n 0 n!
Y(x) = A0 .
MTK-2/23
y0
dx 2 x dx x 2
dimana :
R(x) = 1 R(0) = 1
P(x) = 2
V(x) = x2
Identity :
R(x)
.xk
n0
R0 = 1, R1 = R2 = R3 = ... = 0
P(x)
.xk
n 0
P0 = 2, P1 = P2 = P3 = ... = 0
V(x)
.xk
n 0
V0 = 0, V1 = 0, V2 = 2, V3 = V4 = ... = 0
Pers. Indicial : R0 = 1, maka pers. indicialnya :
s2 + (P0 - 1)s + V0 = 0
s2 + (2 - 1)s + 0 = 0
s(s + 1) = 0 s1 = 0 dan s2 = -1
Penyelesaian secara deret : Y = Y1 + Y2
n 0
n 0
s
n
n s
= x 1 . An . x c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x 2
untuk s = s1 = 0 :
n
Pers. rekurensi :
dimana :
n = 1
q1(1)
f(1)
An
q k ( s n). An k
k 1
f ( s n)
- qk(s) = Rk.(s-k)2 + (Pk - Rk).(s - k) + Vk
- f(s) = s2 + (P0 - 1)s + V0
[q1 (1). A0 ]
A1
f (1)
= R1.(1 - 1)2 + (P1 - R1).(1 - 1) + V1 = 0
= 12 + (P0 - 1).1 + V0 = 12 + (2 - 1).1 + 0 = 2
[0. A0 ]
A1
0
2
MTK-2/24
n = 2
q1(2)
q2(2)
f(2)
0
12
12
A3
n = 3
q1(3)
q2(3)
q3(3)
f(3)
n = 4
q1(4)
q2(4)
q3(4)
q4(4)
f(4)
n = ....
n = n
generalisasi :
- suku ganjil
: A2n+1 = 0
- suku genap : A2 n
( 1) n
. A0
( 2n 1)!
( 1) n
( 1) n
A0 . x 2 n A0 .
x 2n
(
2
n
1
)!
(
2
n
1
)!
n0
n0
s
n
Jadi : Y1 x . An . x = x 0 .
1
n 0
( 1) n
x 2n
dimana : u1(x) = .
n 0 ( 2 n 1)!
untuk s = s2 = -1 :
y2 c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x n s2
n0
n
( 1)
x 2 n Bn . x n 1
n 0 ( 2 n 1)!
n0
y 2 c.ln( x ).
.....(B)
dy 2
( 1) n .2n 2 n 1
( 1) n
c.ln( x ).
.x
c.
. x 2 n 1 Bn .( n 1). x n 2
dx
n 0 ( 2n 1)!
n 0 ( 2 n 1)!
n0
MTK-2/25
.....(C)
d 2 y2
( 1) n .2n.(2n 1) 2 n 2
( 1) n .2n 2 n 2
c
.ln(
x
).
.
x
c
.
.x
(2n 1)!
dx 2
n0
n 0 ( 2n 1)!
( 1) n .(2n 1) 2 n 2
c.
.x
Bn .( n 1).( n 2). x n 3
( 2n 1)!
n0
n 0
.....(D)
Pers.(B), (C), dan (D) (A) :
( 1) n .2n.( 2n 1) 2 n 1
( 1) n .2n 2 n 1
c.ln( x ).
.x
c.
.x
( 2n 1)!
n0
n 0 ( 2n 1)!
( 1) n .(2n 1) 2 n 1
c.
.x
Bn .( n 1).(n 2). x n 2
( 2n 1)!
n0
n0
( 1) n .4n 2 n 1
( 1) n .2
c.ln( x ).
.x
c.
. x 2 n 1 Bn .2.( n 1). x n 2
n 0 ( 2n 1)!
n 0 ( 2n 1)!
n0
n
( 1)
c.ln( x ).
x 2 n 1 Bn . x n 0
(
2
n
1
)!
n0
n0
( 1) n .( 4n 2 2n) 2 n 1
( 1) n .(4n 1) 2 n 1
.x
c.
.x
(2n 1)!
(2n 1)!
n0
n0
c.ln( x ).
( 1) n
2 n 1
n2
c.ln( x ).
x
Bn .(n 1). n. x
Bn . x n 0
n 0 ( 2 n 1)!
n0
n0
...
3!
5!
7!
3
5
15
. . x 9. x
13. x
c x 1
...
3!
5!
7!
...
3!
5!
7!
- suku : x-1
- suku : x.ln(x)
- suku : x3.ln(x)
jadi c = 0
- suku : x0
- suku : x1
- suku : x2
- suku : x3
c=0
c{-6/3! + 1] = 0
c(20/5! - 1/3!] = 0
c=0
c=0
2B2 + B0 = 0 B2 = -B0/2
6B3 + B1 = 0 B3 = -B1/6
12B4 + B2 = 0 B4 = -B2/12 = B0/24
20B5 + B3 = 0 B5 = -B3/20 = B1/120
MTK-2/26
( 1) n . B1
( 2n 1)!
( 1) n . B0
(2n)!
: B2 n 1
- suku genap : B2 n
( 1) n 2 n 1
( 1) n
.x
B1
. x 2n
(
2
n
)!
(
2
n
1
)!
n0
n 0
y 2 B0
( 1) n
( 1) n 2 n 1
( 1) n
x 2 n B0
.x
B1
. x 2n
n 0 ( 2n 1)!
n 0 ( 2n )!
n 0 ( 2 n 1)!
Jadi :
y A0 .
( 1) n 2 n 1
( 1) n
.x
( A0 B1 )
. x 2n
(
2
n
)!
(
2
n
1
)!
n0
n0
y B0
y x s An . x n
(2-18)
n0
(x p2 ) y 0
dx 2 x dx x 2
Bila dibandingkan dengan pers.(2-14) maka :
R(x) = 1
P(x) = 1
V(x) = x2 - p2
(2-32)
Ekspansi deret pers.(2-32) yang sesuai dengan pers.(2-15) s/d pers.(2-17)
memberikan harga koeffisien-koeffisiennya sbb. :
R0 = 1, R1 = R2 = ....= Rn = 0
P0 = 1, P1 = P2 = ...= Pn = 0
V0 = -p2, V1 = 0, V2 = 1, V3 = V4 = ...=Vn = 0
(2-33)
Persamaan indicial (2-24), memberikan :
s2 = p2, sehingga s1 = p dan s2 = -p
(2-34)
Penyelesaian-penyelesaian pers.(2-31) dicari dengan menggunakan persamaan
rekurensi (2-27) dan diperoleh :
( 1) k x 2 k
y1 ( x ) A0 . x p 1
(2-35)
2k
. k !
k 1 (1 p)( 2 p)...( k p) .2
( 1) k x 2 k
y 2 ( x ) B0 . x p 1
(2-36)
2k
. k !
k 1 (1 p)( 2 p)...( k p) .2
MTK-2/27
. x p 1 dx ; p > 0
(2-37)
1
(p) ; p > 1
( p 1)
(2-40)
( p n)
( p N 1)( p N 2)...( p 1)( p)
(2-44)
Bila N adalah bilangan bulat positif dan 1 < p + N <2. Tetapi, perlu diperhatikan
bahwa penyebut pers.(2-44) menjadi nol bila p = 0 atau bilangan bulat negatif,
sehingga (p) tak didefinisikan bila p = 0 atau bilangan bulat negatif.
Bila fungsi Gamma dimasukkan, pers.(2-35) menjadi :
2k p
x
( 1)
2
= p
2 (1 p). A0 .
k !( k p)!
k 0
k
y1(x)
(2-45)
atau dengan notasi :
2k p
x
( 1)
2
J p ( x)
k 0 k !( k p )!
(2-46)
y1(x) = c1.Jp(x)
(2-47)
Fungsi yang dinyatakan dengan Jp(x) disebut Fungsi Bessel jenis pertama order
p. Bila p tak nol dan bukan bilangan bulat positif, pnyelesaian kedua bisa
diperoleh dari pers.(2-36) sbb. :
y2(x) = c2.J-p(x)
(2-48)
2k p
x
( 1)
2
J p ( x)
k 0 k !( k p )!
(2-49)
Akibatnya, bila p tidak nol dan bukan bilangan bulat positif, penyelesaian lengkap
persamaan Bessel (2-30) adalah :
MTK-2/28
y = c1.Jp(x) + c2.J-p(x)
(2-50)
Bila p mempunyai harga nol atau bilangan bulat positif n, kedua penyelesaian
menjadi tidak independent, yaitu ada hubungan antara J-n(x) dan Jn(x) sbb. :
J-n(x) = (-1)n.Jn(x)
(2-51)
Dalam hal ini, metoda Frobenius tak memberikan penyelesaian lengkap. Tetapi
metoda yang telah diterangkan dimuka (yaitu alternatif ke-4) bisa digunakan untuk
menentukan penyelesaian kedua sbb. :
y2(x) = c2Yn(x)
(2-52)
dimana Yn(x) disebut fungsi Bessel jenis kedua order n atau bentuk Weber dan
didefinisikan sebagai berikut :
x
(n k 1)!
n 1
2
1
J n ( x)
2 k 0
k!
ln x
2 2
Yn ( x)
2 k n
x
1 k 1
2
(1) ( k ) ( k n)
k !(n k )!
2 k 0
2 k n
(2-53)
dimana adalah konstanta Euler yaitu : = 0.5772157
(2-54)
k
1
dan
(k) = =1 + 1/2 + ... + 1/k ; k 1
(2-55)
m 1 m
(0) = 0
(2-56)
Akibatnya, bila p = 0 atau bilangan bulat, penyelesaian lengkap persamaan Bessel
(pers.2-30) adalah : y = c1.Jn(x) + c2.Yn(x)
(2-57)
Contoh :
d2y
dy
x
( x 2 4) y 0 ,
2
dx
dx
dimana : x = 1 y = 5 dan x = 2 y = 8, selesaikan PD ini.
Jawab :
p = 2, maka penyelesaian : y = c1.J2(x) + c2.Y2(x)
-x=1 :
5 = c1.J2(1) + c2.Y2(1)
= c1.0.1149 + c2.-1.65068
5 = 0.1149.c1 - 1.65068.c2
-x=2 :
8 = c1.J2(2) + c2.Y2(2)
8 = 0.35283.c1 - 0.6174.c2
maka c1 = dan c2 = , sehingga : y = J2(x) + Y2(x)
x2
PD linier order 2 :
d2y
dy
(2-58)
x2 2 x (x2 p2 ) y 0
dx
dx
bisa diubah ke pers. Bessel (pers.2-30) dengan cara substitusi ix = z. Sehingga,
penyelesaian pers.(2-58) adalah :
y = c1.Jp(ix) + c2.J-p(ix)
(2-59)
MTK-2/29
x
-p
2
Ip(x) = i .Jp(ix) =
k 0 k !( k p )!
(2-63)
Kn(x) disebut modifikasi fungsi Bessel jenis kedua order n dan didefinisikan sbb. :
c1 Z p
/r )
dimana : p
1 1 a
s 2
. x s c2 Z p
d
s
.xs
(2-66)
(2-67)
d
real dan p tidak nol atau bukan bilangan bulat, maka : Zp = Jp, dan Z-p
s
= J-p.
ii. bila
d
real dan p sama dengan nol atau bilangan bulat, maka : Z p = Jn, dan
s
Z-p = Yn.
iii. bila
d
imaginer dan p tidak nol atau bukan bilangan bulat, maka Z p = Ip, dan
s
Z-p = I-p.
iv. bila
d
imaginer dan p sama dengan nol atau bilangan bulat, maka Zp = In,
s
MTK-2/30
I0(x)
1.0
1.0
3.0
2.0
-1.0
J0(x)
Y0(x)
.x
Jp(x) 2 p p ! . x dan J-p(x)
( p)!
Yn(x)
2 n ( n 1)!
(2-71)
1
. x n ; n 0 dan Y0(x)
(2-70)
2
ln x
2p
.xp
Ip(x) 2 p p ! . x dan I-p(x)
(2-72)
( p)!
Kn(x) 2n-1(n-1)!.x-n; n 0 dan K0(x) -ln x
(2-73)
Peninjauan hubungan-hubungan diatas menunjukkan bahwa hanya Jp(x) dan Ip(x)
yang berhingga pada x = 0. Tetapi deret pangkat dalam semua fungsi-fungsi Bessel
memusat untuk seluruh harga-harga x yang berhingga, terjadinya divergensi fungsifungsi Bessel tertentu pada x = 0 diakibatkan karena deret pangkatnya dikalikan
dengan x yang berpangkat negatif atau dengan suku yang mengandung logaritma x.
Untuk harga-harga x yang besar (x ), pendekatan berikut berguna :
2
p
cos x
. x
4
2
(2-74)
Yn(x)
2
p
sin x
. x
4
2
(2-75)
Jp(x)
Ip(x)
Kn(x)
ex
2x
.e x
2x
(2-76)
(2-77)
Jp dan Yn berosilasi seperti fungsi sinusoidal yang teredam dan mendekati nol bila x
. Amplitudo osilasi menurun bila x makin besar, dan jarak antara dua titik nol
yang berturutan makin kecil sampai mendekati batas bila x naik. Titik nol Jp+1(x)
memisahkan titik-titik nol Jp(x), artinya dua harga x yang membuat Jp=1(x) = 0
MTK-2/31
terdapat satu dan hanya satu harga x yang membuat Jp(x) = 0. Pernyataan ini
berlaku juga untuk Yn+1(x) dan Yn(x). Tabel 2.1 dan tabel 2.2 menunjukkan
harga=harga x yang membuat J0(x) dan J1(x) = 0.
Tabel 2.1. Harga-harga x untuk J0(x) = 0 dan harga-harga J1(x) yang bersesuaian.
Harga x untuk
Beda harga-harga
Harga J1(x) yang
J0(x) = 0
x
bersesuaian
2.4048
+0.5191
3.1153
5.5201
-0.3403
3.1336
8.6537
+0.2715
3.1378
11.7915
-0.2325
3.1394
14.9390
+0.2065
Tabel 2.2. Harga-harga x untuk J1(x) = 0 dan harga-harga J0(x) yang bersesuaian.
Harga x untuk
Beda harga-harga
Harga J0(x) yang
J1(x) = 0
x
bersesuaian
3.8317
-0.4028
3.1834
7.0156
+0.3001
3.1379
10.1735
-0.2497
3.1502
13.3237
+0.2184
3.1469
16.4706
-0.1965
Bertolak belakang dengan sifat-sifat Jp(x) dan Yn(x), Ip(x) naik secara kontinyu
dengan x, dan Kn turun secara kontinyu. Fungsi-fungsi Bessel dengan ode sama
dengan setengah dari bilangan ganjil dapat dinyatakan dalam fungsi-fungsi
elementer :
J1/2(x) =
2
sin x dan J-1/2(x) =
x
I1/2(x) =
2
sinh x dan I-1/2(x) =
x
2
cos x
x
(2-78)
2
cosh x
x
(2-79)
Fungsi-fungsi Bessel dengan orde setengah dari bilangan ganjil dapat dihitung
dengan rumus rekurensi berikut :
Jn+1/2(x) =
2n 1
J n 1/ 2 ( x ) J n 3/ 2 ( x )
x
(2-80)
In+1/2(x) =
2n 1
I n 1/ 2 ( x ) I n 3/ 2 ( x )
x
(2-81)
sangat
berguna
dalam
MTK-2/32
x p Z p1 (x); Z J ,Y, I
d p
x Z p (x) p
dx
x Z p1(x); Z K
p
x
d p Z p1 (x); Z J ,Y, K
x Z p (x) p
dx
x Z p1 (x); Z I
(2-82)
(2-83)
p
Z p1 (x) Z p (x); Z J ,Y , I
d
x
Z p (x)
dx
Z p1 (x) p Z p (x); Z K
x
p
Z p1 (x) Z p (x); Z J ,Y , K
d
x
Z p (x)
dx
Z p1 (x) p Z p (x); Z I
(2-84)
(2-85)
d
I p (x ) I p 1 (x ) I p 1 (x )
dx
d
2 K n (x ) K n 1 (x ) K n 1 (x )
dx
x
Z p (x )
Z p 1 (x ) Z p 1 (x ) ; Z J , Y
2
(2-86)
(2-87)
(2-88)
(2-89)
2p
x
I p (x )
I p 1 (x ) I p 1 (x )
2p
x
K n (x )
Kn1 (x ) K n1 (x )
2p
(2-90)
(2-91)
dx
dx
1 d
dy
sin . p( p 1) y 0
sin d
dx
d y dy
cot p( p 1) y 0
d 2 d
(2-92)
x ...
6!
( p 1)( p 2) 3 ( p 1)( p 3)( p 2)( p 4) 5
x
x ...
Vp(x) = x
3!
5!
Perhatikan bahwa bila p merupakan bilangan bulat genap atau nol, u p(x) akan
merupakan suatu polinomial dengan jumlah suku yang berhingga, bila p merupakan
bilangan bulat ganjil, vp(x) mempunyai suku-suku yang jumlahnya berhingga. Jadi
bila p merupakan bilangan bulat, maka salah satu penyelesaian merupakan deret tak
berhingga, dan bila p bukan bilangan bulat, kedua penyelesaian merupakan deret
tak berhingga.
Dari persamaan asal, dapat dilihat bahwa up dan vp akan memusat bila -1< x
< 1. Untuk harga p yang bulat (p = n), maka diberikan notasi lain :
un ( x )
- bila n genap atau nol : Pn(x) =
un (1)
vn ( x)
- bila n ganjil
: Pn(x) =
(2-94)
v n (1)
- bila n genap
: u1(1) = 1
MTK-2/34
un(1) = (-1)n/2 .
- bila n ganjil
2.4.6.... n
1.3.5...( n 1)
: v1(1) = 1
vn(1) = (-1)9n-1)/2
sehingga :
- P0(x)
- P1(x)
- P2(x)
- P3(x)
- P4(x)
2.4.6....( n 1)
1.3.5... n
(2-95)
=1
=x
= (3x2 - 1)/2
= (5x3 - 3x)/2
= (35x4 - 30x2 + 3)/8
(2-96)
tetapi didefinisikan hanya untuk -1 < x < 1, karena un(x) merupakan deret tak
berhingga bila n gajil dan vn(x) merupakan deret tak berhingga bila n genap, dan
tak satupun dari kedua deret ini memusat di luar interval -1 < x < 1. Walaupun
Qn(x) merupakan deret tak berhingga, namun Q n(x) dapat dinyatakan dalam bentuk
:
Q0(x) =
1 1 x
ln
= tanh-1 x
2 1 x
Q1(x) = x.Q0(x) - 1
Q2(x) = P2(x).Q0(x) - 3x/2
Q3(x) = P3(x).Q0(x) - 5x2/2 + 2/3; dst.
Pada umumnya, Pn(x) dan Qn(x) memenuhi rumus rekurensi :
nSn(x) = (2n-1).x.Sn-1(x)-(n-1).Sn-2(x)
(2-97)
sehingga Sn(x) bisa diperoleh dari Sn-1(x) dan Sn-2. Penyelesaian formal persamaan
Legendre untuk n bulat adalah :
y = A.Pn(x) + B.Qn(x)
(2-98)
dimana hanya Pn(x) yang berhingga di luar interval -1 < x < 1.
IV.2. FUNGSI HYPERGEOMETRIC.
Penyelesaian pers. Gauss :
d2y
dy
x (1 x ) 2 [v ( 1) x ] y 0
dx
dx
dinyatakan dalam bentuk :
y = A0.F(,;v;x) + B0x1-yF(-v+1,-v+1;2-v;x)
F(,;v;x) menyatakan deret hypergeometric :
( 1) ( 1) 2
x
x ...
F(,;v;x)
= 1
1. v
(2-99)
(2-100)
12
. . v.(v 1)
MTK-2/35
(2-101)
Deret dikalikan A0 pada pers.(2-100) tak ada (pada umumnya) bila v nol atau
bilangan bulat negatif, dan deret dikalikan B0 tak ada bila v bilangan bulat positif
yang lebih besar dari satu.
IV.3. LAQUERRE POLYNOMIAL.
d2y
dy
(2-102)
(c x )
ay 0
2
dx
dx
dipenuhi oleh confluent hypergeometric function dari Kummer, M(a,c;x), nila c
adalah bukan bilangan bulat.
y = AM(a,b;x) + x1-cM(1+a-c,2-c;x)
(2-103)
bila c = 1 dan a= -n, dimana n merupakan bilangan bulat positif atau nol, satu
penyelesaian adalah Laquerre Polynomial ke-n : y = Ln(x)
(2-104)
bila c = k+1 dan a = k-n, dimana k dan n adalah bilangan bulat, satu penyelesaian
berhubungan dengan Laquerre Polynomial :
dk
y = ALkn ( x ) A k Ln ( x ); bila k n
(2-105)
dx
Persamaan : x
Persamaan :
(2-106)
(2-107)
Persamaan : (1 x 2 )
(2-108)
(2-109)
Persamaan : x (1 x )
(2-109)
(2-110)
MTK-2/36
V. SOAL - SOAL.
1. Suatu proses yang melibatkan perpindahan massa
dinyatakan dengan persamaan differensial berikut :
d 2 y dy
x 2
9 xy 0
dx
dx
disyaratkan bahwa pada X = 2 harga Y adalah 10.
a. Tentukan Y sebagai fungsi X
dan
reaksi kimia
b. Tentukan
yx dx .
0
2. Suatu reaksi katalitik terjadi di dalam katalis bentuk bola dengan diameter 1
cm. Reaksi yang terjadi di dalam katalis adalah 2 A k B yang berorder satu,
dengan konstanta kecepatan reaksi, k = 0.18/menit. Koeffisien diffusi A didalam
katalis, D = 3.10-5 cm2/dt, dan konsentrasi A pada permukaan katalis 8.5 mol/lt.
a. Tentukan distribusi konsentrasi A didalam katalis.
b. Tentukan laju molar B yang terbentuk di dalam katalis.
c. Tentukan efektifness faktor katalis, .
MTK-2/37