Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL


BIASA DENGAN DERET
Sebagian tipe persamaan-persamaan differensial yang penyelesaiannya
dapat dinyatakan dalam bentuk tertutup telah dibicarakan pada mata kuliah
matematika di semester-semester yang terdahulu. Bahkan untuk hal-hal tersebut di
atas, banyak penyelesaian-penyelesaian tertutup diperoleh (dinyatakan) sebagai
fungsi-fungsi yang sebenarnya menyatakan deret tak berhingga.
(Contoh : fungsi-fungsi logaritmik, trigonometri, dan hiperbolic). Penyelesaian
sebagian besar persamaan-persamaan differensial biasa diperoleh dalam bentuk
deret tak berhingga. Pernyataan berikut :

A0 + A1(x - x0) + ... + An(x - xn) + ... =


n

An(x - xn)n

(2-1)

n 0

disebut deret Pangkat. Deret ini disebut memusat bila deret ini mendekati suatu
harga yang berhingga bila n mendekati tak berhingga. Pengujian yang paling
sederhana untuk kondisi memusat adalah rasio test, yaitu bila :
lim

A n 1
x x0 J L x x0 1
An

(2-2)

maka deret ini memusat, namun bila J > 1, deret menjadi tak memusat. Pengujian
ini tak dapat digunakan bila J = 1. Besaran :

A
1
lim n 1 sering disebut jari-jari
n

L
An

pemusatan. Di dalam selang pemusatan, suatu deret pangkat bisa diperlakukan


sebagai fungsi kontinyu dengan turunan-turunannya untuk semua tingkat juga
kontinyu. Berikut ini sifat-sifat penting dari deret pangkat :
1. Di dalam selang pemusatan deret pangkat awal, deret yang dibentuk dengan
cara differensiasi atau integrasi suku persuku deret awal juga memusat.
2. Hasil kali dua deret pangkat memusat di dalam selang pemusatan yang
bersamaan dari pada kedua deret asal.
3. Perbandingan dua deret pangkat memusat di dalam selang pemusatan yang
bersamaan kedua deret asal, asalkan penyebut mempunyai harga yang tidak
nol di dalam selang ini.
Operasi dengan deret lebih mudah dilaksanakan bila notasinya disingkat. Bila y
menyatakan suatu fungsi x [f(x)] yang disajikan dalam selang pemusatan sebagai
deret pangkat :

y = f(x) = A0 + A1(x - x0) + ... + An(x - xn)n + ... =

An(x - xn)n

(2-3)

n 0

maka,
dy
dx

= A1 + 2A2(x - x0) + ... + n.An(x - x0)n - 1 + ... =

n.An(x - xn)n - 1 (2-4)

n 0

d y
= 2A2 + 6A3(x - x0) + ... + n.(n - 1).An(x - x0)n - 2 + ...
2
dx

n.(n - 1).An(x - xn)n - 2

(2-5)

n 0

MTK-2/15

dk y
= n.(n - 1)....(n - k + 1).An.(x - xn)n - k
(2-6)
dx k
n 0
Deret pangkat I seperti pada pers. (2-3), bisa diajdikan bentuk yang lebih
bermanfaat yang dikenal sebagai "Deret Taylor" sebagai berikut : differensiasikan
pers.(2-3) n kali dan tetapkan x = x0. Masing-masing anggota daripada sistem
persamaan-persamaan yang dihasilkan akan menentukan satu konstanta :
A0
= y0 = f(x0)
(2-7)
dy
A1
=
= f '(x0)
(2-8)
dx x 0

f n (x 0 )
An
=
(2-9)
n!
akibatnya, pers.(2-3) menjadi :

f n (x 0 )
y = f(x) =
(x - x0)n
(2-10)
n!
n0
supaya pers.(2-10) valid, seluruh turunan-turunan f(x) harus ada pada x = x0. Suatu
fungsi yang dapat disajikan dengan deret Taylor di sekitar x = x0 dikatakan sebagai
regular pada x = x0. Penyelesaian suatu PD orde dua homogen linier seringkali bisa
diperoleh dengan metoda deret pangkat. Dalam bentuk standart, PD ini bisa ditulis
sbb. :
d2y
dy
(2-11)
a1 ( x )
a1 ( x ) y 0
2
dx
dx
Sifat-sifat koeffisien-koeffisien a1(x) dan a2(x) mempunyai arti yang penting pada
karakteristik penyelesaian deret pangkatnya. Apabila fungsi a1(x) dan a2(x) tak
dapat dinyatakan dengan deret pangkat yang memusat dalam selang tertentu, maka
penyelesaian deret pangkatnya akan sulit dikerjakan.
Karakteristik penyelesaian deretnya disekitar x0 dapat diperkirakan dari sifat-sifat
fungsi a1(x) dan a2(x) didekat x0. Titik x0 dapat diklasifikasikan sbb. :
1. x0 disebut titik ordinary PD bila a 1(x) dan a2(x) dapat disajikan sebagai deret
pangkat yang memusat yang meliputi x = x0 di dalam selang pemusatannya,
artinya a1(x) dan a2(x) regular pada x = x0.
2. x0 disebut titik singular PD bila salah satu a1(x) atau a2(x) tak regular pada x =
x0.
3. x0 disebut titik regular singular PD bila klasifikasi 2 berlaku tetapi hasilkali (x x0).a1(x) dan (x - x0)2.a2(x) kedua-duanya regular pada x = x0.
4. x0 disebut titik irregular singular PD bila klasifikasi 2 berlaku tetapi 3 tidak
berlaku.

Contoh :

a(x) = x hanya mempunyai titik-titik ordinary


a(x) = 1 +1/x akan tak berhingga pada x = 0, jadi x = 0 adalah titik
singular, tetapi x (1 + 1/x) regular pada x = 0
a(x) =

1
mempunyai titik singular pada x = 0 dan x = 1
x(1 x)

Contoh : [Mickley, 5-3]

MTK-2/16

d2y
dy
2 x (1 x )
y0
2
dx
dx
Identifikasikan jenis titik dan lokasinya.
Jawab :
d2y
2 x (1 x ) dy
1
2
2
y0

2
2 2
dx
x (1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
d2y
2 x (1 x )
dy
1
2
2
y0

2
2
2
dx
x (1 x ) (1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
d2y
2
dy
1

2
y0

2
2
dx
x (1 x )(1 x ) dx x (1 x 2 ) 2
2
1
maka : a1(x) =
dan a2(x) = 2
2
x.(1 x )(1 x )
x (1 x 2 ) 2
x0 = 0
: - a1(x) dan a2(x) : tidak regular
2
- x.a1(x)
:
: regular
2
.(1 x )(1 x )
1
- x2.a2(x)
:
: regular
(1 x 2 ) 2
x0 = 0 : titik regular singular
x0 = 1
: - a1(x) dan a2(x) : tidak regular
2( x 1)
2(1 x )

- (x-1).a1(x) :
=
2
x.(1 x )(1 x ) x.(1 x )(1 x )(1 x )
2
: regular
. x.(1 x ) 2
( x 1) 2
(1 x ) 2
2

- (x-1) .a2(x) : 2
x .(1 x 2 ) 2 x 2 .(1 x ) 2 .(1 x ) 2
1
: regular
2
x .(1 x ) 2
x0 = 1 : titik regular singular
x0 = 2
: ordinary
...
: ordinary
x0 =
: ordinary
x 2 (1 x 2 ) 2

Penyelesaian secara deret pangkat dengan pers.(2-11) diterangkan sbb. :


1. Bila x0 adalah titik ordinary pers.(2-11), maka akan diperoleh dua penyelesaian
deret pangkat yang linier independent yang regular pada x = x0. Masing-masing
penyelesaian mempunyai bentuk :

y=

An(x - x0)n

(2-12)

n 0

2. Bila x0 adalah titik regular singular pers.(2-11), maka penyelesaian deret


pangkat yang regular pada x = x0 tak dapat dijamin. Tetapi metoda yang akan
dijelaskan sesudah ini akan selalu menghasilkan setidak-tidaknya sebuah
penyelesaian dengan bentuk :

MTK-2/17

y = (x - x0)s An(x - x0)n

(2-13)

n 0

dimana s adalah sebuah bilangan yang harganya dapat ditentukan.


3. Bila x0 adalah titik irregular singular pers.(2-11), maka penyelesaian deret
pangkatnya mungkin ada atau mungkin tidak ada.
Contoh : [Titik Ordinary]
Selesaikan PD berikut yang valid disekitar x = 0 :
d2y
dy
x
y0
2
dx
dx
Jawab :
Fungsi a1(x) = x dan a2(x) = 1 adalah regular untuk x0 = 0, jadi titik x0 = 0 adalah

n
ordinary, sehingga penyelesaian deret pangkatnya adalah : Y ( x ) An ( x ) .
n 0

Dimana

turunannya

adalah

dy
nAn ( x ) n1 dan
dx n 0

d2y

n( n 1) An ( x ) n 2 , yang disubstitusikan ke PD diatas. PD menjadi :

2
dx
n 0

n.( n 1). An . x
n 0

n2

n0

n0

x n. An . x n1 An . x n 0

[2A2 + 6A3.x + 12A4.x2 + 20A5.x3 + 30A6.x4 + 42A7.x5 + ...] + [A1.x + 2A2.x2 +


3A3.x3 + 4A4.x4 + 5A5.x5 + ...] + [A0 + A1.x + A2.x2 + A3.x3 + A4.x4 + A5.x5 + ...]
=0
identity :
2A2 + A0
= 0 A2 = -1/2 A0
6A3 + 2A1
= 0 A3 = -1/3 A1
12A4 + 3A2 = 0 A4 = -1/4 A2 = 1/8 A0
20A5 + 4A3 = 0 A5 = -1/5 A3 = 1/15 A1
30A6 + 5A4 = 0 A6 = -1/6 A4 = -1/48 A0
42A7 + 6A5 = 0 A7 = -1/7 A5 = -1/105 A1
....
....
( 1) n
A2 n n
A0
2 . n!
Jadi penyelesaian PD adalah :

( 1) n 2 n
1
1 5
1 7

Y ( x )` A0 n
. x A1 . x x 3
x
x ...
3
15
105

n 0 2 . n!

I. METODA FROBENIUS.
Metoda ini dimulai dengan mencari penyelesaian-penyelesaian yang valid di
daerah titik x = 0. Penyelesaian-penyelesaian yang valid di daerah suatu titik x = x 0
MTK-2/18

bisa diperoleh dengan transformasi persamaan differensial itu dengan menggunakan


variabel baru z = x - x0. Pembahasan berikut ini menganggap bahwa transformasi
ini telah dilaksanakan. Pers.(2-11) ditulis dalam bentuk berikut :
dy 1
d2 y 1
P ( x)

V (x) y 0
Ly R(x)
(2-14)
2
x
dx x 2
dx
dianggap :
1. R(x) 0 di dalam interval sekitar x = 0.
2. persamaan telah dibagi dengan suatu konstanta yang membuat R(0) = 1.
3. R(x), P(x), dan V(x) adalah regular pada x = 0.
maka x.a1(x) P(x)/R(x) dan x2.a2(x) V(x)/R(x) adalah regular pada x = 0, dan
titik x = 0 adalah seburuk-buruknya merupakan titik regular singular.
Fungsi-fungsi R(x), P(x), dan V(x) disajikan sebagai deret pangkat :

R(x) =

Rk.xk

(2-15)

Pk.xk

(2-16)

Vk.xk

(2-17)

k 0

P(x) =

k 0

V(x) =

k 0

Harga-harga numerik koeffisien Rk, Pk, dan Vk dapat ditentukan dalam setiap
persoalan-persoalan praktis. Penyelesaian pers.(2-14) dianggap berbentuk :

y = xs.

An.xn

(2-18)

n 0

dimana A0 tidak boleh nol. Pers,(2-18) didefferensialkan untuk menentukan deret


yang menyajikan dy/dx dan d2y/dx2 dan hasil-hasilnya bersama-sama dengan deret
yang menyatakan R(x), P(x), dan V(x) disubstitusikan dalam pers.(2-14). Hasilnya
adalah :


k
n s2
R
x
L(y) = k ( n s).(n s 1) An x

k 0
n 0

k
n s2
k
n s2
Pk x (n s) An x
Vk x An x

k 0
n0

k 0
n0

( n s).( n s 1) R
k 0 n0

( n s ) Pk Vk . An x k n s 2

= 0

(2-19)

Pers.(2-19) akan dipenuhi bila koeffisien-koeffisien xl+s-2 adalah nol (dimana l adalah
suatu bilangan). Didefinisikan : k + n = l
(2-20)
maka koeffisien-koeffisien xl+s-2 diinginkan bila l mempunyai suatu harga tertentu.

Pandanglah suku,

. An . x k n s 2

(2-21)

k 0 n 0

untuk l = 0, harga-harga n = 0 dan k = 0 merupakan satu-satunya pasangan yang


memenuhi pers.(2-20). Sehingga koeffisien xs-2 dalah V0.A0. Untuk l = 1, pasanganpasangan n = 0, k = 1,dan n = 1, k = 0 yang memenuhi pers.(2-20). Koeffisienkoeffisien xs-1 adalah V1.A0 + V0.A1. Bila proses ini dilanjutkan, ternyata koeffisienkoeffisien ini diperoleh dari pernyataan :
MTK-2/19

.V

l 0 k 0

. Al k x l s 2

(2-22)
Kondisi yang memenuhi pers.(2-19) adalah :

( l s k ).( l s k 1) R
k 0

( l s k ). Pk Vk . Al k 0 (2-23)

untuk masing-masing harga l antara 0 dan . Karena Al-k = An, pers.(2-23)


menentukan koeffisien-koeffisien di dalam penyelesaian deret pangkat (pers. 2-18)
dari PD (pers.2-14). Hubungan yang timbul dari l = 0 akan menentukan harga s.
Jadi, untuk l = 0, pers.(2-23) menjadi, s(s-1)R0 + s.P0 + V0 = 0
(2-24).
Pada umumnya, pers.(2-24) akan menentukan dua harga s yaitu s 1 dan s2,
sehingga diperoleh dua penyelesaian deret (yang berbeda satu sama lain) dari PD
(pers.2-14). Suku A0 adalah sembarang dan harganya dapat ditentukan dari kondisi
batas untuk persamaan differensial ini. Koeffisien-koeffisien yang lain A1, A2,..., An
dapat dinyatakan dalam A0 untuk harga s tertentu. Sehingga, untuk l = 1, pers.(223) memberikan :
s( s 1). R1 s. P1 V1
A1
. A0
( s 1) s ( s 1). P0 V0
Kondisi untuk l = 2, akan memberikan A2 dinyatakan dalam A1, dan seterusnya.
Dengan notasi :
f(s+n) = (s+n)2 + (P0 - 1)(s+n) + V0
(2-25)
qk(s+n) = Rk((s+n)-k)2 + (Pk - Rk).((s+n)-k) + Vk
(2-26)
rumus rekurensi yang menghubungkan An dengan koeffisien-koeffisien dengan
indeks yang lebih kecil, jadi juga dengan A0 mudah diperoleh dari pers.(2-23)
sebagai :
n

An

q k ( s n). An k
k 1

(2-27)

f ( s n)
dimana n 1. Pers.(2-27) tak berlaku bila f(s+n) sama dengan nol. Keadaan khusus
ini dibicarakan berikut ini.

MISAL: = s + n
f() = 2 + (P0 - 1) + V0
qk() = Rk(-k)2 + (Pk - Rk).(-k) + Vk

(2-25a)
(2-26a)

An

q k ( ). An k
k 1

(2-27a)

f ( )

II. KEADAAN-KEADAAN KHUSUS.


Bila s1 - s2 = 0 atau bilangan bulat, maka metoda Frobenius akan
memberikan penyelesaian dengan satu konstanta sembarang, jadi tak akan
menyajikan penyelesaian sempurna dari PD order dua. Dalam keadaan ini f(s+n)
pada pers.(2-27) menjadi nol untuk suatu harga n tertentu, katakanlah n = N, dan
AN tak dapat ditentukan.
MTK-2/20

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa bila metoda Frobenius digunakan
untuk menentukan penyelesaian deret suatu PD linier homogen, timbul beberapa
alternatif berikut :
1. Bila s1 - s2 0 dan juga bukan bilangan bulat, maka metoda Frobenius
memberikan dua buah penyelesaian yang independent dalam bentuk pers.(218).
2. Bila s1 - s2 = 0, maka metoda Frobenius hanya memberikan sebuah penyelesaian
dengan bentuk pers.(2-18)
3. Bila s1 - s2 = N, dimana N adalah bilangan bulat real, maka pemakaian harga s
yang lebih besar (yaitu s1) akan selalu memberikan sebuah penyelesaian dengan
bentuk pers.(2-18). Bila harga s yang lebih kecil yang digunakan (yaitu s2).
maka mungkin tak diperoleh penyelesaian dengan bentuk pers.(2-18) atau
mungkin juga diperoleh dua penyelesaian independent dengan bentuk pers.(218), salah satu dari padanya adalah identitas dengan yang diperoleh dari harga
s1. Yang terakhir ini terjadi bila x = 0, merupakan ordinary point.
4. Dalam semua keadaan dimana dapat diperoleh hanya sebuah penyelesaian
dengan bentuk :

y1 =

A .x
n0

n s1

A0 . u1 ( x )

(2-28)

Penyelesaian independent kedua adalah dalam bentuk :

n s
y2 = c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x

(2-29)

n0

Differensiasi pers.(2-29) dilanjutkan dengan substitusi ke persamaan


differensial semula, akan menentukan keffisien Bn dinyatakan dalam suatu
konstanta sembarang c.
Contoh : [s1 - s2 0 dan juga bukan bilangan bulat, Mickley 5-4a]
Selesaikan PD berikut dengan metode Frobenius yang valid disekitar x = 0 :
d2y
dy
2 x 2 (1 2 x )
y0
dx
dx
Jawab :
d2y 1
dy
1
PD diubah ke bentuk PD Frobenius : R( x ). 2 . P ( x )
2 .V ( x ). y 0 ,
x
dx x
dx
yaitu :
d 2 y 1 1 2 x dy
1 1
.
2 . . x y 0

2
x
2 dx x 2
dx

dimana :

R(x)

= 1

P(x)

V(x)

R(0) = 1

1 2x 1
x
2
2
1
= x
2

Identity :

R(x)

.xk

= R0 + R1.x + R2.x2 + R3.x3 + ...

n0

R0 = 1, R1 = R2 = R3 = ... = 0

MTK-2/21

P(x)

.xk

= P0 + P1.x + P2.x2 + P3.x3 + ...

n 0

P0 = 1/2, P1 = -1, P2 = P3 = ... = 0

V(x)

.xk

= V0 + V1.x + V2.x2 + V3.x3 + ...

n 0

V0 = 0, V1 = -1/2, V2 = V3 = ... = 0
Pers. Indicial : R0 = 1, maka pers. indicialnya :
s2 + (P0 - 1)s + V0 = 0
s2 + (1/2 - 1)s + 0 = 0
s(s - 1/2) = 0 s1 = 0 dan s2 = 1/2
Penyelesaian secara deret : Y = Y1 + Y2

n 0

n0

s
n
s
'
n
= x 1 . An . x x 2 . An . x

Pers. rekurensi :
dimana :

An

q k ( s n). An k
k 1

f ( s n)
- qk(s) = Rk.(s-k)2 + (Pk - Rk).(s - k) + Vk
- f(s) = s2 + (P0 - 1)s + V0

untuk s = s1 = 0 :
n = 1
q1(1)
f(1)

n = 2
q1(2)
q2(2)
f(2)

n = 3
q1(3)
q2(3)
q3(3)
f(3)

[q1 (1). A0 ]
f (1)
= R1.(1 - 1)2 + (P1 - R1).(1 - 1) + V1 = -1/2
= 12 + (P0 - 1).1 + V0 = 1 + (1/2 - 1).1 + 0 = 1/2
[ 1 / 2. A0 ]
A1
A0
1/ 2
A1

[q1 ( 2). A1 q 2 (2). A0 ]


f ( 2)
2
= R1.(2 - 1) + (P1 - R1).(2 - 1) + V1 = -3/2
= R2.(2 - 2)2 + (P2 - R2).(2 - 2) + V2 = 0
= 22 + (P0 - 1).2 + V0 = 4 + (1/2 - 1).2 + 0 = 3
[ 3 / 2. A1 ] 1
1
A2
A1 A0
3
2
2
A2

[q1 (3). A2 q 2 ( 3). A1 q 3 ( 3). A0 ]


f (3)
2
= R1.(3 - 1) + (P1 - R1).(3 - 1) + V1 = -5/2
= R2.(3 - 2)2 + (P2 - R2).(3 - 2) + V2 = 0
= R3.(3 - 3)2 + (P3 - R3).(3 - 3) + V3 = 0
= 32 + (P0 - 1).3 + V0 = 9 + (1/2 - 1).3 + 0 = 15/2
A3

MTK-2/22

A3

[ 5 / 2. A1 ] 1
1
A2 A0
15 / 2
3
6

n = ....
n = n

An

1
. A0
n!

1
1
A0 . x n A0 . x n
n 0 n!
n 0 n!

0
s
n
Jadi : Y1 x . An . x = x .
1

n 0

untuk s = s2 = 1/2 :
[ q1 (1,5). A0' ]
n = 1
f (1,5)
q1(1,5) = R1.(1,5 - 1)2 + (P1 - R1).(1,5 - 1) + V1 = -1
f(1,5) = 1,52 + (P0 - 1).1,5 + V0 = 3/2
A0'
2
'
A1
A0'
3/ 2 3
A1'`

[q1 ( 2,5). A1' q 2 ( 2,5). A0' ]


f ( 2,5)
2
q1(2,5) = R1.(2,5 - 1) + (P1 - R1).(2,5 - 1) + V1 = -2
q2(2,5) = R2.(2,5 - 2)2 + (P2 - R2).(2,5 - 2) + V2 = 0
f(2,5) = 2,52 + (P0 - 1).2,5 + V0 = 5
2. A1'
4 ' 22 '
'
A2

A0
A0
5
15
3.5

n = 2

n = 3
q1(3,5)
q2(3,5)
q3(3,5)
f(3,5)

A2'

[ q1 ( 3,5). A2' q 2 (3,5). A1' q 3 ( 3,5). A0' ]


f ( 3,5)
2
= R1.(3,5 - 1) + (P1 - R1).(3,5 - 1) + V1 = -3
= R2.(3,5 - 2)2 + (P2 - R2).(3,5 - 2) + V2 = 0
= R3.(3,5 - 3)2 + (P3 - R3).(3,5 - 3) + V3 = 0
= 3,52 + (P0 - 1).3,5 + V0 = 21/2
A3'

A3'

3
21 2 2
23
'
A2'
.
A0'
A0
21 / 2
7 3.5
3.5.7

Jadi : Y2

s
'
n
0 ,5
'
'
'
2
= x 2 . An . x x .[ A0 A1 . x A2 . x ...]
n 0

= x 0,5 . A0' [1

2
22 2
23
.x
x
x 3 ...]
3
3.5
3.5.7

Sehingga :

2
3
1 n
x + x 0,5 . A0' [1 2 . x 2 x 2 2 x 3 ...]
3
3.5
3.5.7
n 0 n!

Y(x) = A0 .

MTK-2/23

Contoh : [s1 - s2 0 tetapi bilangan bulat, Mickley 5-4c]


Selesaikan PD berikut dengan metode Frobenius yang valid disekitar x = 0 :
d2y
dy
.....(A)
x 2 2 xy 0
dx
dx
Jawab :
d2y 1
dy
1
PD diubah ke bentuk PD Frobenius : R( x ). 2 . P ( x )
2 .V ( x ). y 0 ,
x
dx x
dx
yaitu :
d 2 y 2 dy x 2

y0
dx 2 x dx x 2
dimana :
R(x) = 1 R(0) = 1
P(x) = 2
V(x) = x2
Identity :

R(x)

.xk

= R0 + R1.x + R2.x2 + R3.x3 + ...

n0

R0 = 1, R1 = R2 = R3 = ... = 0

P(x)

.xk

= P0 + P1.x + P2.x2 + P3.x3 + ...

n 0

P0 = 2, P1 = P2 = P3 = ... = 0

V(x)

.xk

= V0 + V1.x + V2.x2 + V3.x3 + ...

n 0

V0 = 0, V1 = 0, V2 = 2, V3 = V4 = ... = 0
Pers. Indicial : R0 = 1, maka pers. indicialnya :
s2 + (P0 - 1)s + V0 = 0
s2 + (2 - 1)s + 0 = 0
s(s + 1) = 0 s1 = 0 dan s2 = -1
Penyelesaian secara deret : Y = Y1 + Y2

n 0

n 0

s
n
n s
= x 1 . An . x c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x 2

untuk s = s1 = 0 :
n

Pers. rekurensi :
dimana :
n = 1
q1(1)
f(1)

An

q k ( s n). An k
k 1

f ( s n)
- qk(s) = Rk.(s-k)2 + (Pk - Rk).(s - k) + Vk
- f(s) = s2 + (P0 - 1)s + V0
[q1 (1). A0 ]
A1
f (1)
= R1.(1 - 1)2 + (P1 - R1).(1 - 1) + V1 = 0
= 12 + (P0 - 1).1 + V0 = 12 + (2 - 1).1 + 0 = 2
[0. A0 ]
A1
0
2
MTK-2/24

[q1 ( 2). A1 q 2 (2). A0 ]


f ( 2)
2
= R1.(2 - 1) + (P1 - R1).(2 - 1) + V1 = 0
= R2.(2 - 2)2 + (P2 - R2).(2 - 2) + V2 = 1
= 22 + (P0 - 1).2 + V0 = 4 + (2 - 1).2 + 0 = 6
[0.0 1. A0 ]
1
A2
A0
6
6
A2

n = 2
q1(2)
q2(2)
f(2)

[q1 (3). A2 q 2 ( 3). A1 q 3 ( 3). A0 ]


f (3)
2
= R1.(3 - 1) + (P1 - R1).(3 - 1) + V1 = 0
= R2.(3 - 2)2 + (P2 - R2).(3 - 2) + V2 = 1
= R3.(3 - 3)2 + (P3 - R3).(3 - 3) + V3 = 0
= 32 + (P0 - 1).3 + V0 = 9 + (2 - 1).3 + 0 = 12
[0. A2 10
. 0. A0 ] 0
A3

0
12
12
A3

n = 3
q1(3)
q2(3)
q3(3)
f(3)

[q1 (4). A2 q 2 (4). A1 q 3 (4). A1 q 4 (4). A0 ]


f ( 4)
2
= R1.(4 - 1) + (P1 - R1).(4 - 1) + V1 = 0
= R2.(4 - 2)2 + (P2 - R2).(4 - 2) + V2 = 1
= R3.(4 - 3)2 + (P3 - R3).(4 - 3) + V3 = 0
= R4.(4 - 4)2 + (P4 - R4).(4 - 4) + V4 = 0
= 42 + (P0 - 1).4 + V0 = 16 + (2 - 1).4 + 0 = 20
[0. A3 1. A2 0. A1 0. A0 ]
A
A
A4
2 0
20
20 120
A4

n = 4
q1(4)
q2(4)
q3(4)
q4(4)
f(4)

n = ....
n = n

generalisasi :

- suku ganjil

: A2n+1 = 0

- suku genap : A2 n

( 1) n
. A0
( 2n 1)!

( 1) n
( 1) n
A0 . x 2 n A0 .
x 2n
(
2
n

1
)!
(
2
n

1
)!
n0
n0

s
n
Jadi : Y1 x . An . x = x 0 .
1

n 0

( 1) n
x 2n
dimana : u1(x) = .
n 0 ( 2 n 1)!

untuk s = s2 = -1 :

y2 c. u1 ( x ).ln( x ) Bn . x n s2
n0
n

( 1)
x 2 n Bn . x n 1
n 0 ( 2 n 1)!
n0

y 2 c.ln( x ).

.....(B)

dy 2
( 1) n .2n 2 n 1
( 1) n
c.ln( x ).
.x
c.
. x 2 n 1 Bn .( n 1). x n 2
dx
n 0 ( 2n 1)!
n 0 ( 2 n 1)!
n0

MTK-2/25

.....(C)

d 2 y2
( 1) n .2n.(2n 1) 2 n 2
( 1) n .2n 2 n 2

c
.ln(
x
).
.
x

c
.
.x

(2n 1)!
dx 2
n0
n 0 ( 2n 1)!

( 1) n .(2n 1) 2 n 2
c.
.x
Bn .( n 1).( n 2). x n 3
( 2n 1)!
n0
n 0
.....(D)
Pers.(B), (C), dan (D) (A) :

( 1) n .2n.( 2n 1) 2 n 1
( 1) n .2n 2 n 1
c.ln( x ).
.x
c.
.x
( 2n 1)!
n0
n 0 ( 2n 1)!

( 1) n .(2n 1) 2 n 1
c.
.x
Bn .( n 1).(n 2). x n 2
( 2n 1)!
n0
n0

( 1) n .4n 2 n 1
( 1) n .2
c.ln( x ).
.x
c.
. x 2 n 1 Bn .2.( n 1). x n 2
n 0 ( 2n 1)!
n 0 ( 2n 1)!
n0
n

( 1)
c.ln( x ).
x 2 n 1 Bn . x n 0
(
2
n

1
)!
n0
n0

( 1) n .( 4n 2 2n) 2 n 1
( 1) n .(4n 1) 2 n 1
.x
c.
.x
(2n 1)!
(2n 1)!
n0
n0

c.ln( x ).

( 1) n
2 n 1
n2
c.ln( x ).
x
Bn .(n 1). n. x
Bn . x n 0
n 0 ( 2 n 1)!
n0
n0

1.6. x.ln( x ) 1.20. x 3 .ln( x ) 1.42. x 5 .ln( x )

...
3!
5!
7!

3
5

15
. . x 9. x
13. x
c x 1

...
3!
5!
7!

x 3 .ln( x ) . x 5 .ln( x ) x 7 .ln( x )


c x.ln( x )

...
3!
5!
7!

+ [2B2 + 6B3.x + 12B4.x2 + 20B5.x3 + 30B6.x4 + 42B7.x5 + ...]


+ [B0 + B1.x + B2.x2 + B3.x3 + B4.x4 + B5.x5 + ...] = 0
identity :

- suku : x-1
- suku : x.ln(x)
- suku : x3.ln(x)
jadi c = 0
- suku : x0
- suku : x1
- suku : x2
- suku : x3

c=0
c{-6/3! + 1] = 0
c(20/5! - 1/3!] = 0

c=0
c=0

2B2 + B0 = 0 B2 = -B0/2
6B3 + B1 = 0 B3 = -B1/6
12B4 + B2 = 0 B4 = -B2/12 = B0/24
20B5 + B3 = 0 B5 = -B3/20 = B1/120

MTK-2/26

generalisasi : - suku ganjil

( 1) n . B1
( 2n 1)!
( 1) n . B0

(2n)!

: B2 n 1

- suku genap : B2 n

( 1) n 2 n 1
( 1) n
.x
B1
. x 2n
(
2
n
)!
(
2
n

1
)!
n0
n 0

y 2 B0

( 1) n
( 1) n 2 n 1
( 1) n
x 2 n B0
.x
B1
. x 2n
n 0 ( 2n 1)!
n 0 ( 2n )!
n 0 ( 2 n 1)!

Jadi :

y A0 .

( 1) n 2 n 1
( 1) n
.x
( A0 B1 )
. x 2n
(
2
n
)!
(
2
n

1
)!
n0
n0

y B0

III. PERSAMAAN BESSEL.


Persamaan differensial linier orde dua berikut :
d2y
dy
(2-30)
x 2 2 x (x 2 p2 ) y 0
dx
dx
dikenal sebagai pers. Bessel dan penyelesaiannya disebut fungsi Bessel.
Penyelesaian pers.(2-30) dengan bentuk :

y x s An . x n

(2-18)

n0

bisa diperoleh dengan menggunakan metoda Frobenius. Mula-mula pers.(2-30)


ditulis dalam bentuk :
d 2 y 1 dy 1 2
(2-31)

(x p2 ) y 0
dx 2 x dx x 2
Bila dibandingkan dengan pers.(2-14) maka :
R(x) = 1
P(x) = 1
V(x) = x2 - p2
(2-32)
Ekspansi deret pers.(2-32) yang sesuai dengan pers.(2-15) s/d pers.(2-17)
memberikan harga koeffisien-koeffisiennya sbb. :
R0 = 1, R1 = R2 = ....= Rn = 0
P0 = 1, P1 = P2 = ...= Pn = 0
V0 = -p2, V1 = 0, V2 = 1, V3 = V4 = ...=Vn = 0
(2-33)
Persamaan indicial (2-24), memberikan :
s2 = p2, sehingga s1 = p dan s2 = -p
(2-34)
Penyelesaian-penyelesaian pers.(2-31) dicari dengan menggunakan persamaan
rekurensi (2-27) dan diperoleh :

( 1) k x 2 k
y1 ( x ) A0 . x p 1
(2-35)

2k
. k !
k 1 (1 p)( 2 p)...( k p) .2

yang sesuai dengan s = p, dan

( 1) k x 2 k
y 2 ( x ) B0 . x p 1
(2-36)

2k
. k !
k 1 (1 p)( 2 p)...( k p) .2

MTK-2/27

yang sesuai untuk s = -p.


Pers.(2-35) dan (2-36) bisa ditulis dalam bentuk yang lebih sering digunakan
dengan memperkenalkan suatu fungsi khusus yang disebut fungsi Gamma. Untuk

harga-harga p yang positif, integral : (p) =

. x p 1 dx ; p > 0

(2-37)

disebut fungsi Gamma. Harga-harga fungsi Gamma diberikan didalam banyak


tabel-tabel di literatur-literatur. Sifat-sifat penting fungsi ini adalah :
(p+1) = p.(p) ; p > 0
(2-38)
Bila N adalah bilangan bulat positif, maka :
(p+N) = (p+N-1)(P+N-2...(p+1)(p) (p) ; p > 0
(2-39)
(p-1) =

1
(p) ; p > 1
( p 1)

(2-40)

Bila p adalah bilangan bulat positif n, maka :


(n+1) = n!
(2-41)
(1) = 0! = 1
(2-42)
Biasanya pers.(2-41) dikembangkan untuk harga-harga p yang bukan bulat dan
mendefinisikan faktorial suatu bilangan positif dengan hubungan :
(p+1) = p!
(2-43)
Untuk harga p yang negatif, (p) tak didefinisikan dengan pers.(2-37), karena
integralnya tak ada. Biasanya definisi fungsi Gamma dikembangkan untuk hargaharga p negatif dengan hubungan :
(p) =

( p n)
( p N 1)( p N 2)...( p 1)( p)

(2-44)

Bila N adalah bilangan bulat positif dan 1 < p + N <2. Tetapi, perlu diperhatikan
bahwa penyebut pers.(2-44) menjadi nol bila p = 0 atau bilangan bulat negatif,
sehingga (p) tak didefinisikan bila p = 0 atau bilangan bulat negatif.
Bila fungsi Gamma dimasukkan, pers.(2-35) menjadi :
2k p

x
( 1)

2
= p
2 (1 p). A0 .
k !( k p)!
k 0
k

y1(x)

(2-45)
atau dengan notasi :
2k p

x
( 1)

2
J p ( x)
k 0 k !( k p )!

(2-46)

y1(x) = c1.Jp(x)
(2-47)
Fungsi yang dinyatakan dengan Jp(x) disebut Fungsi Bessel jenis pertama order
p. Bila p tak nol dan bukan bilangan bulat positif, pnyelesaian kedua bisa
diperoleh dari pers.(2-36) sbb. :
y2(x) = c2.J-p(x)
(2-48)
2k p

x
( 1)

2
J p ( x)
k 0 k !( k p )!

(2-49)

Akibatnya, bila p tidak nol dan bukan bilangan bulat positif, penyelesaian lengkap
persamaan Bessel (2-30) adalah :
MTK-2/28

y = c1.Jp(x) + c2.J-p(x)
(2-50)
Bila p mempunyai harga nol atau bilangan bulat positif n, kedua penyelesaian
menjadi tidak independent, yaitu ada hubungan antara J-n(x) dan Jn(x) sbb. :
J-n(x) = (-1)n.Jn(x)
(2-51)
Dalam hal ini, metoda Frobenius tak memberikan penyelesaian lengkap. Tetapi
metoda yang telah diterangkan dimuka (yaitu alternatif ke-4) bisa digunakan untuk
menentukan penyelesaian kedua sbb. :
y2(x) = c2Yn(x)
(2-52)
dimana Yn(x) disebut fungsi Bessel jenis kedua order n atau bentuk Weber dan
didefinisikan sebagai berikut :

x
(n k 1)!
n 1
2
1
J n ( x)
2 k 0
k!

ln x
2 2
Yn ( x)
2 k n

x

1 k 1
2
(1) ( k ) ( k n)
k !(n k )!
2 k 0

2 k n

(2-53)
dimana adalah konstanta Euler yaitu : = 0.5772157
(2-54)
k
1
dan
(k) = =1 + 1/2 + ... + 1/k ; k 1
(2-55)
m 1 m
(0) = 0
(2-56)
Akibatnya, bila p = 0 atau bilangan bulat, penyelesaian lengkap persamaan Bessel
(pers.2-30) adalah : y = c1.Jn(x) + c2.Yn(x)
(2-57)
Contoh :
d2y
dy
x
( x 2 4) y 0 ,
2
dx
dx
dimana : x = 1 y = 5 dan x = 2 y = 8, selesaikan PD ini.
Jawab :
p = 2, maka penyelesaian : y = c1.J2(x) + c2.Y2(x)
-x=1 :
5 = c1.J2(1) + c2.Y2(1)
= c1.0.1149 + c2.-1.65068
5 = 0.1149.c1 - 1.65068.c2
-x=2 :
8 = c1.J2(2) + c2.Y2(2)
8 = 0.35283.c1 - 0.6174.c2
maka c1 = dan c2 = , sehingga : y = J2(x) + Y2(x)
x2

PD linier order 2 :
d2y
dy
(2-58)
x2 2 x (x2 p2 ) y 0
dx
dx
bisa diubah ke pers. Bessel (pers.2-30) dengan cara substitusi ix = z. Sehingga,
penyelesaian pers.(2-58) adalah :
y = c1.Jp(ix) + c2.J-p(ix)
(2-59)
MTK-2/29

bila p tidak nol dan bukan bilangan bulat positif, maka :


y = c1.Jn(ix) + c2.Yn(ix)
(2-60)
bila p adalah nol atau bilangan bulat positif n. Tetapi biasanya pers.(2-59) dan (260) ditulis dengan bentuk yang lebih baik. Maka bila p tidak nol dan bukan
bilangan bulat positif, penyelesaian pers.(2-58) ditulis sbb. :
y = c1.Ip(x) + c2.I-p(x)
(2-61)
dan bila p adalah nol atau bilangan bulat positif n, penyelesaian pers.(2-58) menjadi
y = c1.In(x) + c2.Kn(x)
(2-62)
Ip(x) disebut modifikasi fungsi Bessel jenis pertama order p dan didefinisikan
sebagai berikut :
2k p

x

-p

2
Ip(x) = i .Jp(ix) =

k 0 k !( k p )!

(2-63)

Kn(x) disebut modifikasi fungsi Bessel jenis kedua order n dan didefinisikan sbb. :

Kn(x) = i n 1 J n (ix ) i. Yn (ix )


(2-64)
2

III.1. BENTUK UMUM PERSAMAAN BESSEL.


PD. berikut :
2
dy
2 d y
x
x ( a 2bx r ) ( c dx 2 s b(1 a r ). x r b 2 . x 2 r ) y 0 (2-65)
2
dx
dx
bisa direduksi menjadi bentuk persamaan Bessel (pers.2-30) dengan melakukan
transformasi variabel-variabel. Kemudian penyelesaian pers.(2-65) bisa dinyatakan
dalam fungsi Bessel. Penyelesaian umum pers.(2-65) menjadi sbb. :
y x (1 a ) / 2 e ( b .x

c1 Z p

/r )

dimana : p

1 1 a

s 2

. x s c2 Z p

d
s


.xs

(2-66)

(2-67)

Zp menyatakan salah satu dari fungsi Bessel, yaitu :


i. bila

d
real dan p tidak nol atau bukan bilangan bulat, maka : Zp = Jp, dan Z-p
s

= J-p.
ii. bila

d
real dan p sama dengan nol atau bilangan bulat, maka : Z p = Jn, dan
s

Z-p = Yn.
iii. bila

d
imaginer dan p tidak nol atau bukan bilangan bulat, maka Z p = Ip, dan
s

Z-p = I-p.
iv. bila

d
imaginer dan p sama dengan nol atau bilangan bulat, maka Zp = In,
s

dan Z-p = Kn.


III.2. SIFAT-SIFAT FUNGSI BESEL.

MTK-2/30

Fungsi-fungsi Bessel sangat bermanfaat, karena harga-harga numerik fungsi


ini telah dihitung dan ditabelkan sebagai fungsi variabel bebas. Tabel-tabel ini
banyak ditemukan di literatur-literatur, antara lain Nilton Abramowitz and Irene A.
Stegun,Handbook of Mathematical Functions. Sifat-sifat fungsi Bessel orde nol
ditunjukkan pada Gbr. 2.1.
K0(x)

I0(x)

1.0

1.0

3.0

2.0

-1.0

J0(x)
Y0(x)

Gambar 2.1. Fungsi-fungsi Bessel orde nol.


Batas yang didekati berbagai fungsi Bessel bila x mendekati nol atau bila x
mendekati tak berhingga adalah sangat penting dalam penyelesaian problemaproblema praktis. Untuk harga-harga yang kecil, pendekatan berikut bermanfaat :
1

.x
Jp(x) 2 p p ! . x dan J-p(x)
( p)!

Yn(x)

2 n ( n 1)!

(2-71)
1

. x n ; n 0 dan Y0(x)

(2-70)
2

ln x

2p

.xp
Ip(x) 2 p p ! . x dan I-p(x)
(2-72)
( p)!
Kn(x) 2n-1(n-1)!.x-n; n 0 dan K0(x) -ln x
(2-73)
Peninjauan hubungan-hubungan diatas menunjukkan bahwa hanya Jp(x) dan Ip(x)
yang berhingga pada x = 0. Tetapi deret pangkat dalam semua fungsi-fungsi Bessel
memusat untuk seluruh harga-harga x yang berhingga, terjadinya divergensi fungsifungsi Bessel tertentu pada x = 0 diakibatkan karena deret pangkatnya dikalikan
dengan x yang berpangkat negatif atau dengan suku yang mengandung logaritma x.
Untuk harga-harga x yang besar (x ), pendekatan berikut berguna :

2
p

cos x

. x
4
2

(2-74)

Yn(x)

2
p

sin x

. x
4
2

(2-75)

Jp(x)

Ip(x)

Kn(x)

ex
2x

.e x
2x

(2-76)
(2-77)

Jp dan Yn berosilasi seperti fungsi sinusoidal yang teredam dan mendekati nol bila x
. Amplitudo osilasi menurun bila x makin besar, dan jarak antara dua titik nol
yang berturutan makin kecil sampai mendekati batas bila x naik. Titik nol Jp+1(x)
memisahkan titik-titik nol Jp(x), artinya dua harga x yang membuat Jp=1(x) = 0
MTK-2/31

terdapat satu dan hanya satu harga x yang membuat Jp(x) = 0. Pernyataan ini
berlaku juga untuk Yn+1(x) dan Yn(x). Tabel 2.1 dan tabel 2.2 menunjukkan
harga=harga x yang membuat J0(x) dan J1(x) = 0.
Tabel 2.1. Harga-harga x untuk J0(x) = 0 dan harga-harga J1(x) yang bersesuaian.
Harga x untuk
Beda harga-harga
Harga J1(x) yang
J0(x) = 0
x
bersesuaian
2.4048
+0.5191
3.1153
5.5201
-0.3403
3.1336
8.6537
+0.2715
3.1378
11.7915
-0.2325
3.1394
14.9390
+0.2065
Tabel 2.2. Harga-harga x untuk J1(x) = 0 dan harga-harga J0(x) yang bersesuaian.
Harga x untuk
Beda harga-harga
Harga J0(x) yang
J1(x) = 0
x
bersesuaian
3.8317
-0.4028
3.1834
7.0156
+0.3001
3.1379
10.1735
-0.2497
3.1502
13.3237
+0.2184
3.1469
16.4706
-0.1965
Bertolak belakang dengan sifat-sifat Jp(x) dan Yn(x), Ip(x) naik secara kontinyu
dengan x, dan Kn turun secara kontinyu. Fungsi-fungsi Bessel dengan ode sama
dengan setengah dari bilangan ganjil dapat dinyatakan dalam fungsi-fungsi
elementer :
J1/2(x) =

2
sin x dan J-1/2(x) =
x

I1/2(x) =

2
sinh x dan I-1/2(x) =
x

2
cos x
x

(2-78)

2
cosh x
x

(2-79)

Fungsi-fungsi Bessel dengan orde setengah dari bilangan ganjil dapat dihitung
dengan rumus rekurensi berikut :
Jn+1/2(x) =

2n 1
J n 1/ 2 ( x ) J n 3/ 2 ( x )
x

(2-80)
In+1/2(x) =

2n 1
I n 1/ 2 ( x ) I n 3/ 2 ( x )
x

dan persamaan-persamaan (2-78) dan (2-79) diatas.


Selanjutnya, hubungan-hubungan berikut
penyelesaian problema-problema praktis :

(2-81)
sangat

berguna

dalam

MTK-2/32

x p Z p1 (x); Z J ,Y, I

d p
x Z p (x) p
dx
x Z p1(x); Z K
p

x
d p Z p1 (x); Z J ,Y, K
x Z p (x) p
dx
x Z p1 (x); Z I

(2-82)

(2-83)

p
Z p1 (x) Z p (x); Z J ,Y , I
d

x
Z p (x)
dx
Z p1 (x) p Z p (x); Z K

x
p

Z p1 (x) Z p (x); Z J ,Y , K
d

x
Z p (x)
dx
Z p1 (x) p Z p (x); Z I

(2-84)

(2-85)

d
I p (x ) I p 1 (x ) I p 1 (x )
dx
d
2 K n (x ) K n 1 (x ) K n 1 (x )
dx
x
Z p (x )
Z p 1 (x ) Z p 1 (x ) ; Z J , Y
2

(2-86)
(2-87)

(2-88)

(2-89)

2p
x
I p (x )
I p 1 (x ) I p 1 (x )
2p
x
K n (x )
Kn1 (x ) K n1 (x )
2p

(2-90)

J n (x) (1) n J n (x)

I n (x) I n (x) bila n = 0 atau bil. bulat


Kn (x) Kn (x)

(2-91)

IV. PERSAMAAN-PERSAMAAN ORDE 2 YANG PENTING.


MTK-2/33

Selain persamaan Bessel, terdapat persamaan-persamaan differensial orde 2


lain yang sering dijumpai dalam problema-problema teknik, yang penyelesaian
secara deret untuk PD ini telah dipelajari dan harga-harga numerik penyelesaian ini
telah ditabelkan di literatur-literatur. Beberapa PD ini dibicarakan berikut ini
walaupun tak secara detail :
IV.1. FUNGSI LEGENDRE.
Keempat persamaan differensial berikut mempunyai penyelesaian dalam
bentuk polinomial Legendre. Dalam persamaan-persamaan ini, p adalah real dan
tidak negatif. Bila p = -n, penyelesaiannya sama seperti untuk p = n+1, sehingga
dimungkinkan untuk menyelesaikan persamaan-persamaan untuk harga p negatif.
2
dy
2 d y
(1 x ) 2 2 x
p( p 1) y 0
dx
dx
d
dy
1 x2
p( p 1) y 0

dx
dx
1 d
dy
sin . p( p 1) y 0

sin d
dx
d y dy

cot p( p 1) y 0
d 2 d

(2-92)

Persamaan-persamaan ini timbul dalam problema distribusi suhu atau


tegangan, dll yang mempunyai bidang batas berbentuk bola. Dengan metoda
Frobenius, diperoleh penyelesaian dengan bentuk :
y = c1up(x) + c2vp(x)
(2-93)
dimana :
p( p 1) 2 p( p 2)( p 1)( p 3) 4
x
x
up(x) = 1
2!
4!
p( p 2)( p 1)( p 1)( p 3)( p 5) 6

x ...
6!
( p 1)( p 2) 3 ( p 1)( p 3)( p 2)( p 4) 5
x
x ...
Vp(x) = x
3!
5!
Perhatikan bahwa bila p merupakan bilangan bulat genap atau nol, u p(x) akan
merupakan suatu polinomial dengan jumlah suku yang berhingga, bila p merupakan
bilangan bulat ganjil, vp(x) mempunyai suku-suku yang jumlahnya berhingga. Jadi
bila p merupakan bilangan bulat, maka salah satu penyelesaian merupakan deret tak
berhingga, dan bila p bukan bilangan bulat, kedua penyelesaian merupakan deret
tak berhingga.
Dari persamaan asal, dapat dilihat bahwa up dan vp akan memusat bila -1< x
< 1. Untuk harga p yang bulat (p = n), maka diberikan notasi lain :
un ( x )
- bila n genap atau nol : Pn(x) =
un (1)
vn ( x)
- bila n ganjil
: Pn(x) =
(2-94)
v n (1)
- bila n genap
: u1(1) = 1

MTK-2/34

un(1) = (-1)n/2 .
- bila n ganjil

2.4.6.... n
1.3.5...( n 1)

: v1(1) = 1
vn(1) = (-1)9n-1)/2

sehingga :

- P0(x)
- P1(x)
- P2(x)
- P3(x)
- P4(x)

2.4.6....( n 1)
1.3.5... n

(2-95)

=1
=x
= (3x2 - 1)/2
= (5x3 - 3x)/2
= (35x4 - 30x2 + 3)/8

Fungsi Pn(x) merupakan salah satu penyelesaian persamaan Legendre untuk


suatu bilangan bulat n. Penyelesaian kedua, yang disebut fungsi Legendre jenis
kedua, dinyatakan dengan Qn(x), dimana

[ vn (1)]. un ( x); n ganjil


Q (x) =

un (1). vn ( x); n genap


n

(2-96)

tetapi didefinisikan hanya untuk -1 < x < 1, karena un(x) merupakan deret tak
berhingga bila n gajil dan vn(x) merupakan deret tak berhingga bila n genap, dan
tak satupun dari kedua deret ini memusat di luar interval -1 < x < 1. Walaupun
Qn(x) merupakan deret tak berhingga, namun Q n(x) dapat dinyatakan dalam bentuk
:
Q0(x) =

1 1 x
ln
= tanh-1 x
2 1 x

Q1(x) = x.Q0(x) - 1
Q2(x) = P2(x).Q0(x) - 3x/2
Q3(x) = P3(x).Q0(x) - 5x2/2 + 2/3; dst.
Pada umumnya, Pn(x) dan Qn(x) memenuhi rumus rekurensi :
nSn(x) = (2n-1).x.Sn-1(x)-(n-1).Sn-2(x)
(2-97)
sehingga Sn(x) bisa diperoleh dari Sn-1(x) dan Sn-2. Penyelesaian formal persamaan
Legendre untuk n bulat adalah :
y = A.Pn(x) + B.Qn(x)
(2-98)
dimana hanya Pn(x) yang berhingga di luar interval -1 < x < 1.
IV.2. FUNGSI HYPERGEOMETRIC.
Penyelesaian pers. Gauss :
d2y
dy
x (1 x ) 2 [v ( 1) x ] y 0
dx
dx
dinyatakan dalam bentuk :
y = A0.F(,;v;x) + B0x1-yF(-v+1,-v+1;2-v;x)
F(,;v;x) menyatakan deret hypergeometric :

( 1) ( 1) 2
x
x ...
F(,;v;x)
= 1
1. v

(2-99)
(2-100)

12
. . v.(v 1)

MTK-2/35

[ ( 1)...( k 1)][ ( 1)...( k 1) k


x ...
[1.2... k ]v.(v 1)...(v k 1)

(2-101)
Deret dikalikan A0 pada pers.(2-100) tak ada (pada umumnya) bila v nol atau
bilangan bulat negatif, dan deret dikalikan B0 tak ada bila v bilangan bulat positif
yang lebih besar dari satu.
IV.3. LAQUERRE POLYNOMIAL.
d2y
dy
(2-102)
(c x )
ay 0
2
dx
dx
dipenuhi oleh confluent hypergeometric function dari Kummer, M(a,c;x), nila c
adalah bukan bilangan bulat.
y = AM(a,b;x) + x1-cM(1+a-c,2-c;x)
(2-103)
bila c = 1 dan a= -n, dimana n merupakan bilangan bulat positif atau nol, satu
penyelesaian adalah Laquerre Polynomial ke-n : y = Ln(x)
(2-104)
bila c = k+1 dan a = k-n, dimana k dan n adalah bilangan bulat, satu penyelesaian
berhubungan dengan Laquerre Polynomial :
dk
y = ALkn ( x ) A k Ln ( x ); bila k n
(2-105)
dx

Persamaan : x

IV.4. HERMITE POLYNOMIAL.


d2y
dy
2x
2ny 0
2
dx
dx
dipenuhi oleh Hermite Polynomial derajat n, y = Ahn(x)
bila n adalah bilangan bulat positif atau nol.

Persamaan :

(2-106)
(2-107)

IV.5. TSCHEBYSCHEFF POLYNOMIAL.


d2y
dy
x
n2 y 0
2
dx
dx
dipenuhi oleh Tschebyscheff Polynomial ke-n : y = A.Tn(x)
bila n adalah bilangan bulat positif atau nol.

Persamaan : (1 x 2 )

(2-108)
(2-109)

IV.6. JACOBI POLYNOMIAL.


d2y
dy
[a (1 b) x ] n(a n) y 0
2
dx
dx
dipenuhi oleh Jacobi Polynomial ke-n : y = A.Jn(a,b,x)

Persamaan : x (1 x )

(2-109)
(2-110)

MTK-2/36

V. SOAL - SOAL.
1. Suatu proses yang melibatkan perpindahan massa
dinyatakan dengan persamaan differensial berikut :
d 2 y dy
x 2
9 xy 0
dx
dx
disyaratkan bahwa pada X = 2 harga Y adalah 10.
a. Tentukan Y sebagai fungsi X

dan

reaksi kimia

b. Tentukan

yx dx .
0

2. Suatu reaksi katalitik terjadi di dalam katalis bentuk bola dengan diameter 1
cm. Reaksi yang terjadi di dalam katalis adalah 2 A k B yang berorder satu,
dengan konstanta kecepatan reaksi, k = 0.18/menit. Koeffisien diffusi A didalam
katalis, D = 3.10-5 cm2/dt, dan konsentrasi A pada permukaan katalis 8.5 mol/lt.
a. Tentukan distribusi konsentrasi A didalam katalis.
b. Tentukan laju molar B yang terbentuk di dalam katalis.
c. Tentukan efektifness faktor katalis, .

laju reaksi A di dalam katalis sesungguhnya


laju reaksi A di dalam katalis andaikan kons. A didalam katalis seragam 8.5 mol / lt
-----------------------@TN Co. 280996-----------------------

MTK-2/37

Anda mungkin juga menyukai